Anda di halaman 1dari 12

MAKALAH PROMOSI KESEHATAN

DISUSN OLEH :

MARIA YUNITA ASUNG

19201036

PROGRAM STUDI SARJANA KEPERAWATAN

FAKULTAS ILMU KESEHATAN DAN PERTANIAN

UNIVERSITAS KATOLIK SANTU PAULUS RUTENG

2021
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur kepada Tuhab yang Maha Esa karena berkat dan rahmatnya saya dapat
menyelesaikan makalah PEMBERDAYAAN MASYARAKAT DALAM PROMOSI
KESEHATAN Makalah ini disusun untuk memenuhi tugas matkuliah PROMKES agar dapat
berguna bagi saya dalam rangka menambah wawasan serta pengetahuan saya sebagai mahasiswa
keperawatan. Saya juga menyadari bahwa dalam penyusunan makalah ini terdapat kekurangan
dan jauh dari apa yang diharapkan. Oleh karena itu saya sangat membutuhkan adanya saran
untuk memperbaiki makalah ini.
DFTAR ISI

KATA PENGANTAR

DAFTAR ISI

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang............................................................................

1.2 Rumusan Masalah........................................................................

BAB II PEMBAHASAN

2.1 Pengertia Pemberdayaan Masyarakat..............................................................

2.2 Pemberdayaan Masyarakat Dalam Promkes...................................................

2.3 Pendekatan Sector Dan Program Dalam Promkes........................................

BAB III PENUTUP

3.1 Kesimpulan...................................................................................................

DAFTAR PUSTAKA
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar belakang

Promosi kesehatan adalah suatu proses membantu individu masyarakat meningkatkan


kemampuan dan keterampilannya mengontrol berbagai faktor yang berpengaruh pada
kesehatan, sehigga dapat meningkatkan derajat kesehatannya (WHO). Menurut Green dan
Kreuter (1991), promosi kesehatan adalah kombinasi dari pendidikan kesehatan dan faktor-faktor
organisasi, ekonomi dan lingkungan yang seluruhnya mendukung terciptanya perilaku yang
kondusif terhadap kesehatan. Adapun yang dimaksud dengan perilaku kesehatan menurut Kasl
dan Cobb (1996) meliputi : a) perilaku pencegahan, b) perilaku sakit, dan c) perilaku peran sakit.

Misi dari promosi kesehatan adalah advokasi, mediasi, dan pemberdayaan.Yang


dimaksud dengan advokasi adalah upaya meyakinkan para pengambil kebijakan agar
memberikan dukungan berbentuk kebijakan terhadap suatu program. Mediasi adalah upaya
mengembangan jejaring atau kemitraan, lintas program, lintas sector, dan lintas
institusi. Adapun pemberdayaan berarti upaya meningkatkan kemampuan kelompok sasaran
sehingga kelompok sasaran mampu mengembangkan tindakan tepat atas berbagai permasalahan
yang dialami.
Konsep pemberdayaan mengemukakan sejak dicanangkannya Strategi Global WHO
tahun 1984, yang ditindaklanjuti dengan rencana aksi dalam Piagam Ottawa (1986). Dalam
deklarasi tersebut dinyatakan tentang perlunya mendorong terciptanya:
 Kebijakan berwawasan kesehatan,
 lingkungan yang mendukung,
 Reorentasi dalam pelayanan kesehatan,
 Keterampilan individu, dan
 gerakan masyarakat.
BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Pengertian pemberdayaan masyarakat

Empowerment yang dalam bahasa Indonesia berarti “pemberdayaan”, adalah sebuah


konsep yang lahir sebagai bagian dari perkembangan alam pikiran masyarakat kebudayaan
Barat, utamanya Eropa. Memahami konsep empowerment secara tepat harus memahami
latar belakang kontekstual yang melahirkannya. Konsep empowerment mulai nampak sekitar
dekade 70-an dan terus berkembang hingga 1990-an. (Pranarka & Vidhyandika,1996).
Pranarka & Vidhyandika (1996) menjelaskan bahwa ”proses pemberdayaan
mengandung dua kecenderungan:
Pertama, proses pemberdayaan yang menekankan pada proses memberikan atau
mengalihkan sebagian kekuatan, kekuasaan atau kemampuan kepada masyarakat agar
individu lebih berdaya. Kecenderungan pertama tersebut dapat disebut sebagai
kecenderungan primer dari makna pemberdayaan.
Kedua, atau kecenderungan sekunder menekankan pada proses menstimulasi,
mendorong atau memotivasi individu agar mempunyai kemampuan atau keberdayaan untuk
menentukan apa yang menjadi pilihan hidupnya melalui proses dialog”.
Proses pemberdayaan warga masyarakat diharapkan dapat menjadikan masyarakat
menjadi lebih berdaya berkekuatan dan berkemampuan. Kaitannya dengan indikator
masyarakat berdaya, Sumardjo (1999) menyebutkan ciri-ciri warga masyarakat berdaya yaitu:
 mampu memahami diri dan potensinya, mampu merencanakan (mengantisipasi kondisi
perubahan ke depan),
 mampu mengarahkan dirinya sendiri,
 memiliki kekuatan untuk berunding,
 memiliki bargaining power yang memadai dalam melakukan kerjasama yang saling
menguntungkan, dan
 bertanggungjawab atas tindakannya.
Pemberdayaan masyarakat adalah suatu upaya atau proses untuk menumbuhkan
kesadaran, kemauan dan kemampuan masyarakat dalam mengenali, mengatasi, memelihara,
melindungi dan meningkatkan kesejahteraan mereka sendiri. Pemberdayaan masyarakat bidang
kesehatan adalah upaya atau proses untuk menumbuhkan kesadaran kemauan dan kemampuan
dalam memelihara dan meningkatkan kesehatan (Supardan, 2013).

Sulistiyani (2009) menjelaskan lebih rinci bahwa secara etimologis pemberdayaan


berasal dari kata dasar "daya" yang berarti kekuatan atau kemampuan. Bertolak dari pengertian
tersebut, maka pemberdayaan dimaknai sebagai proses untuk memperoleh daya, kekuatan atau
kemampuan, dan atau proses pemberian daya, kekuatan atau kemampuan dari pihak yang
memiliki daya kepada pihak yang kurang atau belum berdaya. Berdasarkan beberapa pengertian
pemberdayaan yang dikemukakan tersebut, maka dapat disimpulkan bahwa pada hakekatnya
pemberdayaan adalah suatu proses dan upaya untuk memperoleh atau memberikan daya,
kekuatan atau kemampuan kepada individu dan masyarakat lemah agar dapat mengidentifikasi,
menganalisis, menetapkan kebutuhan dan potensi serta masalah yang dihadapi dan sekaligus
memilih alternatif pemecahnya dengan mengoptimalkan sumberdaya dan potensi yang dimiliki
secara mandiri (Nurbeti, M. 2009).
Gerakan pemberdayaan masyarakat merupakan suatu upaya dalam peningkatan
kemampuan masyarakat guna mengangkat harkat hidup, martabat dan derajat kesehatannya.
Peningkatan keberdayaan berarti peningkatan kemampuan dan kemandirian masyarakat agar
dapat mengembangkan diri dan memperkuat sumber daya yang dimiliki untuk mencapai
kemajuan (Nurbeti, M. 2009).
Gerakan pemberdayaan masyarakat juga merupakan cara untuk menumbuhkan dan
mengembangkan norma yang membuat masyarakat mampu untuk berperilaku hidup bersih dan
sehat. Strategi ini tepatnya ditujukan pada sasaran primer agar berperan serta secara aktif
(Supardan, 2013).
Bidang pembangunan biasanya meliputi 3 (tiga) sektor utama, yaitu ekonomi, sosial
(termasuk di dalamnya bidang pendidikan, kesehatan dan sosial-budaya), dan bidang lingkungan.
Sedangkan masyarakat dapat diartikan dalam dua konsep yaitu masyarakat sebagai sebuah
tempat bersama, yakni sebuah wilayah geografi yang sama. Sebagai contoh, sebuah rukun
tetangga, perumahan di daerah pertokoan atau sebuah kampung di wilayah pedesaan (Nurbeti,
M. 2009).
Hikmat (2001) menyebutkan pemberdayaan dalam wacana pembangunan selalu
dihubungkan dengan konsep mandiri, partisipasi, jaringankerja, dan keadilan. Pada dasarnya,
pemberdayaan diletakkan pada kekuatan tingkat individu dan sosial. Isbandi Rukminto Adi
(2008) menyatakan pembangunan masyarakat digunakan untuk menggambarkan pembangunan
bangsa secara keseluruhan.
Dalam arti sempit istilah pengembangan masyarakat di Indonesia sering dipadankan
dengan pembangunan masyarakat desa dengan mempertimbangkan desa dan kelurahan berada
pada tingkatan yang setara sehingga pengembangan masyarakat (desa) kemudian menjadi
dengan konsep pengembangan masyarakat lokal (locality development).
UKBM (upaya kesehatan bersumberdaya manusia) adalah salah satu wujud nyata peran
serta masyarakat dalam pembangunan kesehatan. Kondisi ini ternyata mampu memacu
munculnya berbagai bentuk UKBM lainnya seperti Polindes, POD (pos obat desa), pos UKK
(pos upaya kesehatan kerja), TOGA (taman obat keluarga), dana sehat dan lain-lain (Nurbeti, M.
2009).
2.2 pemberdayaan masyarakat dalam promosi kesehatan
Pemberdayaan masyarakat adalah strategi promosi kesehatan yang ditujukan kepada
masyarakat langsung. Tujuan utama pemberdayaan adalah mewujudkan kemampuan masyarakat
dalam memlihara dan meningkatkan kesehtan mereka sendiri. Bentuk kegiatan pemberdayaaan
ini dapat diwujudkan dengan berbagai kegiatan antara lain; penyuluhan kesehatan,
pengorganisasian dan pengembangan masyarakat dalam bentuk; koperasi, pelatihan-pelatihan
untuk kemampuan peningkatan pendapatan keluarga.Dengan kemampuan ekonomi keluarga
akan berdampak terhadap kemampuan dalam memelihara kesehatan merena misalnya
terbentuknya dana sehat, pos obat desa, polindes dan sebagainya.
Konferensi Internasional promosi kesehatan di Ottawa Canada tahun 1986 menghasilkan piagam
Ottawa (Ottawa charter). Dalam piagam tersebut dirumuskan 5 strategi promosi kesehatan:yaitu:

1. Kebijakan Berwawasan Kesehatan (health public policy)


Adalah suatu strategi promosi kesehatan yang ditujukan kepada para penentu atau
pembuat kebijakan agar mereka mengeluarkan kebijakan-kebijakan publik yang
mendukung atau mnguntungkan kesehatan. Dengan kata lain agar kebijakan
dalambentuk peraturan, perundangan surat keputusan berorientasi kepada kebutuhan
publik.Misalnay adanya peraturan perundangan yang mengatur adanya analisis dampak
lingkungan untuk mendirikan pabrik, perusahaan, rumah sakit.
2. Lingkungan yang Mendukung (supportive Envirenment)
Strategi ini ditujukan kepada para pengelola tempat umum termasuk pemerintah kota,
agar mereka menyediakan sarana atau sarana atau fasilitas yang mendukung terciptanya
perilaku sehat bagai masyarakat, atau sekurang-kurangnya pengunjung tempat-tempat
umum tersebut. Lingkungan yang mendukung tempat umum antara lain adalah
tersedianya tempat sampah, tersedianya tempat buang air kecil/besar, non perokok dan
sebagainya. Dengan kata lain para pengelola tempat umum harus menyediakan sarana
dan prasarana untuk memdukung perilaku sehatbagi pengunjungnya.
3. Reorientasi Pelayanan Kesehatan (reorient Health Services)
Penyelenggara pelanan kesehtan adalah pemerintah dan swasta sedangkan masyarakat
sebgai pemakai atau pengguna pelayanan kesehatan. Pemahaman ini harus diubah, harus
diorientasi lagi bahwa masyarkat bukan hanya sekedar pengguna atau penerima
pelayanan kesehatan tetapi sekaligus sebgai penyelenggara juga akan tetapai dalam
batas-batas tertentu. Masyarakat harus diperdayakan sebagai penyelenggara pelanan
kesehatan masyarakat.Dalam proses reorientasi ini promosi kesehatan sangat penting.
4. Keterampilan Individu (Personal Skill)
Keseahatan masyarakat adalah kesehatan agregat yang terdiri dari individu, keluarga dan
kelompok. Kesehatan masyarakat akan terwujud apabila kesehatan individu, keluarga
dan kelompoktersebut terwujud.Strategi mewujudkan ketrampilan individu dalam
memlihara dan meningkatkan kesehatan adalah sangat penting. Langkah awal dari
peningkatan ketrampilan dalam memelihara dan meningkatkan kesehatan mereka adalah
memberikan pemahaman-pemahaman kepada anggota masyarakat tentang cara-cara
memelihara kesehatan, mencegah penyakit, mengenal penyakit, mencari pengobatan ke
fasilitas kesehatan profesional,meningkatakan kesehatan
5. Gerakan Masyarakat (community action)
Dalam masyarakat harus ada gerakan atau kegiatan-kegaitan untuk kesehatan. Oleh
sebab itu promosi kesehatan harus mendorong dan mamacu kegiatandalam masyarakat
dalam mewujudkan kesehatan mereka. Tanpa adanya kegiatan masyarakat dibidang
kesehatan niscaya tidakterwujud perilaku yang kondusif untuk kesehatan atau
masyarakat yang mau dan mampu memelihara serta meningkatkan kesehatan mereka.
2.3 Pendekatan sector dan program dalam promkes

a. Pendekatan Medik
Tujuan dari pendekatan ini adalah kebebasan dari penyakit dan kecacatan yang
didefinisikan secara medic, seperti penyakit infeksi, kanker, dan penyakit jantung.
Pendekatan ini melibatkan kedokteran untuk mencegah atau meringankan kesakitan,
mungkin dengan metode persuasive maupun paternalistic. Sebagai contoh, memberitahu
orang tua agar membawa anak mereka untuk imunisasi, wanita untuk memanfaatkan
klinik keluarga berencana dan pria umur pertengahan untuk dilakukan screening takanan
darah. Pendekatan ini memberikan arti penting dari tindakan pencegahan medic dan
tanggung jawab profesi kedokteran untuk membuat kepastian bahwa pasien patuh pada
prosedur yang dianjurkan.
b. Pendekatan Perubahan Perilaku
Tujuan dari pendekatan ini adalah mengubah sikap dan perilaku individu masyarakat,
sehingga mereka mengambil gaya hidup “ sehat “. Contohnya antara lain mengajarkan
orang bagaimana menghentikan merokok, pendidikan tentang minum alcohol “ wajar “,
mendorong orang untuk melakukan latihan olahraga, memelihara gigi, makan makanan
yang baik dan seterusnya. Orang-orang yang menerapkan pendekatan ini akan merasa
yakin bahwa gaya hidup “sehat “merupakan hal paling baik bagi kliennya dan akan
melihatnya sebagai tanggung jawab mereka untuk mendorong sebanyak mungkin orang
untuk mengadopsi gaya hidup sehat yang menguntungkan.
c. Pendekatan Edukasional
Tujuan dari pendekatan ini adalah memberikan informasi dan memastikan pengetahuan
dan pemahaman tentang perihal kesehatan dan membuat keputusan yang ditetapkan atas
dasar informasi yang ada. Informasi tentang kesehatan disajikan dan orang dibantu untuk
menggali nilai dan sikap, dan membuat keputusan mereka sendiri. Bantuan dalam
melaksanakan keputusan-keputusan itu dan mengadopsi praktek kesehatan baru dapat
pula ditawarkan, program pendidikan kesehatan sekolah, misalnya menekankan
membantu murid mempelajari ketrampilan hidup sehat, tidak hanya memperoleh
pengetahuannya. orang-orang yang mendukung pendekatan ini akan memberi arti tinggi
bagi proses pendidikan, akan menghargai hal individu untuk memilih perilaku mereka
sendiri, dan akan melihatnya sebagai tanggung jawab mereka mengangkat bersama
persoalan-persoalan kesehatan yang mereka anggap menjadi hal yang paling baik bagi
klien mereka.
d. Pendekatan Berpusat Pada Klien
Tujuan dari pendekatan ini adalah bekerja dengan klien agar dapat membantu mereka
mengidentifikasi apa yang ingin mereka ketahui dan lakukan, dan membuat keputusan
dan pilihan mereka sendiri sesuai dengan kepentingan dan nilai mereka. Peran promotor
kesehatan adalah bertindak sebagai fasilitator, membantu orang mengidentifikasi
kepedulian-kepedulian mereka dan memperoleh pengetahuan serta ketrampilan yang
mereka butuhkan agar memungkinkan terjadi perubahan. Pemberdayaan diri sendiri klien
dilihat sebagai central dari tujuan ini. Klien dihargai sama yang mempunyai pengetahuan,
ketrampilan dan kemampuan berkontribusi dan siapa yang mempunyai hak absolute
untuk mengontrol tujuan kesehatan mereka sendiri.
e. Pendekatan Perubahan Sosial
Tujuan dari pendekatan ini adalah melakukan perubahan-perubahan pada lingkungan
fisik, social dan ekonomi, supaya dapat membuatnya lebih mendukung untuk keadaan
yang sehat. Contohnya adalah mengubah masyarakat, bukan pada pengubahan perilaku
individu-individunya. Orang-orang yang menerapkan pendekatan ini memberikan nilai
penting bagi hak demokrasi mereka mengubah masyarakat, mempunyai komitmen pada
penempatan kesehatan dalam agenda politik di berbagai tingkat dan pada pentingnya
pembentukan lingkungan yang sehat daripada pembentukan kehidupan individu-individu
orang yang tinggal di tempat itu.
BAB III

PENUTUP

3.1 Kesimpulan

Empowerment yang dalam bahasa Indonesia berarti “pemberdayaan”, adalah sebuah


konsep yang lahir sebagai bagian dari perkembangan alam pikiran masyarakat kebudayaan
Barat, utamanya Eropa. Memahami konsep empowerment secara tepat harus memahami
latar belakang kontekstual yang melahirkannya. Konsep empowerment mulai nampak sekitar
dekade 70-an dan terus berkembang hingga 1990-an. (Pranarka & Vidhyandika,1996).
Pranarka & Vidhyandika (1996) menjelaskan bahwa ”proses pemberdayaan
mengandung dua kecenderungan:
Pertama, proses pemberdayaan yang menekankan pada proses memberikan atau
mengalihkan sebagian kekuatan, kekuasaan atau kemampuan kepada masyarakat agar
individu lebih berdaya. Kecenderungan pertama tersebut dapat disebut sebagai
kecenderungan primer dari makna pemberdayaan.
Kedua, atau kecenderungan sekunder menekankan pada proses menstimulasi,
mendorong atau memotivasi individu agar mempunyai kemampuan atau keberdayaan untuk
menentukan apa yang menjadi pilihan hidupnya melalui proses dialog”.
Proses pemberdayaan warga masyarakat diharapkan dapat menjadikan masyarakat
menjadi lebih berdaya berkekuatan dan berkemampuan. Kaitannya dengan indikator
masyarakat berdaya, Sumardjo (1999) menyebutkan ciri-ciri warga masyarakat berdaya yaitu:
 mampu memahami diri dan potensinya, mampu merencanakan (mengantisipasi kondisi
perubahan ke depan),
 mampu mengarahkan dirinya sendiri,
 memiliki kekuatan untuk berunding,
 memiliki bargaining power yang memadai dalam melakukan kerjasama yang saling
menguntungkan, dan
 bertanggungjawab atas tindakannya.
DAFTAR PUSTAKA

Riskiadi,L.,2012. Makalah Pemberdayaan Masyaraka

Adi, isabandi (2001) pemberdayaan, pengembangan masyarakat lembaga penerbit FE

Anda mungkin juga menyukai