Anda di halaman 1dari 22

PROGRAM PENGEMBANGAN PEMBERDAYAAN

MASYARAKAT

DOSEN PEMBIMBING :
Syafriani, M.Kes

DISUSUN OLEH:
1. APRILLIA DARLIYANTI (2013201031)
2. BAYU FEBRIANDY (2013201042)
3. DARMANSYAH (2013201006)
4. NOPI RAMADHANI (2013201025)
5. NURUL CAHYANI (2013201035)

PROGRAM STUDI KESEHATAN MASYARAKAT


FAKULTAS ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS PAHLAWAN TUANKU TAMBUSAI
RIAU
2022
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena
dengan rahmat , karunia, serta taufik dan hidayahnya dapat menyelesaikan
makalah tentang “Program pengembangan Pemberdayaan Masyarakat “ dengan
baik meskipun banyak kekurangan didalamnya. Dan juga berterimakasih kepada
ibu Syafriani, M.Kes dosen mata kuliah kesehatan masyarakat yang telah
memberikan tugas ini.
Kami sangat berharap makalah ini dapat berguna dalam rangka menambah
wawasan serta pengetahuan kita mengenai “Program pengembangan
Pemberdayaan Masyarakat”. Saya, juga menyadari sepenuhnya bahwa di dalam
makalah ini terdapat kekurangan dan jauh dari kata sempurna. Oleh sebab itu,
saya berharap adanya kritik, saran dan usulan demi perbaikan makalah yang telah
saya buat di masa yang akan datang, mengingat tidak ada sesuatu yang sempurna
tanpa saran yang membangun.
Semoga makalah sederhana ini dapat dipahami bagi siapapun yang
membacanya. Sekiranya laporan yang telah disusun ini dapat berguna bagi kami
maupun orang yang membacanya. Sebelumnya saya mohon maaf apabila terdapat
kesalahan kata-kata yang kurang berkenan dan saya mohon maaf apabila terdapat
kesalahan kata-kata yang kurang berkenan.

Bangkinang Kota, 28 Maret 2022

Penulis

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR.............................................................................................i

DAFTAR ISI..........................................................................................................ii

BAB I PENDAHULUAN.......................................................................................1

A. Latar Belakang..............................................................................................1

B. Rumusan Masalah.........................................................................................2

C. Tujuan...........................................................................................................2

BAB II PEMBAHASAN........................................................................................4

A. Pemberdayaan Masyarakat...........................................................................4

B. Strategi Pemberdayaan Masyarakat..............................................................5

C. Partnership/kemitraan...................................................................................6

D. Langkah-langkah Kemitraan.......................................................................11

E. Model dan jenis Kemitraan.........................................................................14

1. Model I....................................................................................................14

2. Model II...................................................................................................14

F. Indikator Hasil Pemberdayaan Masyarakat................................................15

BAB III PENUTUP..............................................................................................17

A. Kesimpulan.................................................................................................17

B. Saran............................................................................................................17

DAFTAR PUSTAKA...........................................................................................19

ii
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Kesehatan merupakan hak asasi manusia dan salah satu unsur
kesejahteraan yang harus diwujudkan sesuai dengan cita-cita bangsa Indonesia
sebagaimana tertulis di pembukaan Undang-Undang Dasar 1945.
Perhatian terhadap permasalah kesehatan terus dilakukan terutama dalam
perubahan paradigma sakit yang selama ini dianut masyarakat ke paradigma
sehat. Paradigma sakit merupakan upaya untuk membuat orang sakit menjadi
sehat, menekankan pada kuratif dan rehabilitatif, sedangkan paradigma
sehat merupakan upaya membuat orang sehat tetap sehat, menekan pada
pelayanan promotif dan preventif. Berubahnya paradigma masyarakat akan
kesehatan, juga akan merubah pemeran dalam pencapaian kesehatan
masyarakat, dengan tidak mengesampingkan peran pemerintah dan petugas
kesehatan. Perubahan paradigma dapat menjadikan masyarakat sebagai
pemeran utama dalam pencapaian derajat kesehatan. Dengan
peruahan paradigma sakit menjadi paradigma sehat ini dapat membuat
masyarakat menjadi mandiri dalam mengusahakan dan menjalankan upaya
kesehatannya, hal ini sesuai dengan visi Indonesia sehat, yaitu “Masyarakat
Sehat yang Mandiri dan Berkeadilan” (Supardan, 2013).
Pemberdayaan masyarakat terhadap usaha kesehatan agar menjadi sehat
sudah sesuai dengan Undang – undang RI, Nomor 36 tahun 2009 tentang
kesehatan, bahwa pembangunan kesehatan harus ditujukan untuk
meningkatkan kesadaran, kemauan, dan kemampuan hidup masyarakat yang
setinggi- tingginya, sebagai investasi bagi pembangunan sumber daya
masyarakat. Setiap orang berkewajiban ikut mewujudkan, mempertahankan
dan meningkatkan derajat kesehatan masyarakat setinggi – tingginya.
Pemerintah bertanggungjawab memberdayakan dan mendorong peran serta
aktif masyarakat dalam segala bentuk upaya kesehatan (Nurbeti, M. 2009).

1
Dalam rangka pencapaian kemandirian kesehatan, pemberdayaan
masayrakat merupakan unsur penting yang tidak bisa diabaikan.
Pemberdayaan kesehatan di bidang kesehatan merupakan sasaran utama dari
promosi kesehatan. Masyarakat merupakan salah satu dari strategi global
promosi kesehatanpemberdayaan (empowerment) sehingga pemberdayaan
masyarakat sangat penting untuk dilakukan agar masyarakat sebagai primary
target memiliki kemauan dan kemampuan untuk memelihara dan
meningkatkan kesehatan (Supardan, 2013).
Pengertian Pemberdayaan masyarakat adalah suatu upaya atau proses
untuk menumbuhkan kesadaran, kemauan dan kemampuan masyarakat dalam
mengenali, mengatasi, memelihara, melindungi dan meningkatkan
kesejahteraan mereka sendiri. Pemberdayaan masyarakat bidang kesehatan
adalah upaya atau proses untuk menumbuhkan kesadaran kemauan dan
kemampuan dalam memelihara dan meningkatkan kesehatan. Memampukan
masyarakat, “dari, oleh, dan untuk” masyarakat itu sendiri (Nurbeti, M. 2009).

B. Rumusan Masalah
a. Apa itu pemberdayaan masyarakat?
b. Apa saja strategi pemberdayaan masyarakat?
c. Apa saja partnership/kemitraan dalam kesehatan masyarakat
d. Apa saja langkah dan model kemitraan?
e. Apa Indicator hasil kemitraan?

C. Tujuan
1. Tujuan Umum
Makalah ini dibuat sebagai pedoman atau acuan
dalam  membandingkan antara teori dalam konsep pemberdayaan
masyarakat, serta untuk mengetahui informasi-informasi mengenai konsep
pemberdayaan masyarakat dalam bidang kesehatan. Menambah wawasan
kita mengenai pengertian, strategi, partnership,/kemitraan,langkah dan
model, indicator hasil kemitraan dari konsep pemberdayaan masyarakat.

2
2. Tujuan Khusus
a. Memahami pengertian konsep pemberdayaan masyarakat.
b. Mengetahui strategi pemberdayaan masyarakat
c. Mengetahui partnership/kemitraan
d. Mengetahui langkah dam model kemitraan
e. Indicator hasil kemitraan

3
BAB II
PEMBAHASAN

A. Pemberdayaan Masyarakat
Pemberdayaan masyarakat adalah suatu upaya atau proses untuk
menumbuhkan kesadaran, kemauan dan kemampuan masyarakat dalam
mengenali, mengatasi, memelihara, melindungi dan meningkatkan
kesejahteraan mereka sendiri. Pemberdayaan masyarakat bidang kesehatan
adalah upaya atau proses untuk menumbuhkan kesadaran kemauan dan
kemampuan dalam memelihara dan meningkatkan kesehatan (Supardan,
2013).
Sulistiyani (2009) menjelaskan lebih rinci bahwa secara etimologis
pemberdayaan berasal dari kata dasar "daya" yang berarti kekuatan atau
kemampuan. Bertolak dari pengertian tersebut, maka pemberdayaan dimaknai
sebagai proses untuk memperoleh daya, kekuatan atau kemampuan, dan atau
proses pemberian daya, kekuatan atau kemampuan dari pihak yang memiliki
daya kepada pihak yang kurang atau belum berdaya. Berdasarkan beberapa
pengertian pemberdayaan yang dikemukakan tersebut, maka dapat
disimpulkan bahwa pada hakekatnya pemberdayaan adalah suatu proses dan
upaya untuk memperoleh atau memberikan daya, kekuatan atau kemampuan
kepada individu dan masyarakat lemah agar dapat mengidentifikasi,
menganalisis, menetapkan kebutuhan dan potensi serta masalah yang dihadapi
dan sekaligus memilih alternatif pemecahnya dengan mengoptimalkan
sumberdaya dan potensi yang dimiliki secara mandiri (Nurbeti, M. 2009).
Gerakan pemberdayaan masyarakat merupakan suatu upaya dalam
peningkatan kemampuan masyarakat guna mengangkat harkat hidup, martabat
dan derajat kesehatannya. Peningkatan keberdayaan berarti peningkatan
kemampuan dan kemandirian masyarakat agar dapat mengembangkan diri dan
memperkuat sumber daya yang dimiliki untuk mencapai kemajuan (Nurbeti,
M. 2009).

4
Gerakan pemberdayaan masyarakat juga merupakan cara untuk
menumbuhkan dan mengembangkan norma yang membuat masyarakat
mampu untuk berperilaku hidup bersih dan sehat. Strategi ini tepatnya
ditujukan pada sasaran primer agar berperan serta secara aktif (Supardan,
2013).
Bidang pembangunan biasanya meliputi 3 (tiga) sektor utama, yaitu
ekonomi, sosial (termasuk di dalamnya bidang pendidikan, kesehatan dan
sosial-budaya), dan bidang lingkungan. Sedangkan masyarakat dapat diartikan
dalam dua konsep yaitu masyarakat sebagai sebuah tempat bersama, yakni
sebuah wilayah geografi yang sama. Sebagai contoh, sebuah rukun tetangga,
perumahan di daerah pertokoan atau sebuah kampung di wilayah
pedesaan (Nurbeti, M. 2009).
Dalam arti sempit istilah pengembangan masyarakat di Indonesia sering
dipadankan dengan pembangunan masyarakat desa dengan
mempertimbangkan desa dan kelurahan berada pada tingkatan yang setara
sehingga pengembangan masyarakat (desa) kemudian menjadi dengan konsep
pengembangan masyarakat lokal (locality development).
UKBM (upaya kesehatan bersumberdaya manusia) adalah salah satu
wujud nyata peran serta masyarakat dalam pembangunan kesehatan. Kondisi
ini ternyata mampu memacu munculnya berbagai bentuk UKBM lainnya
seperti Polindes, POD (pos obat desa), pos UKK (pos upaya kesehatan kerja),
TOGA (taman obat keluarga), dana sehat dan lain-lain (Nurbeti, M. 2009).

B. Strategi Pemberdayaan Masyarakat


Strategi pemberdayaan masyrakat meliputi:
1. Meningkatan pengetahuan dan kemampuan masyarakat dalam mengenali
dan mengatasi permasalahan kesehatan yang dihadapi
2. Meningkatan kesadaran masyarakat melalui penggerakan masyarakat
3. Mengembangkan dan pengorganisasian masyarakat
4. Menguatkan dan Meningkatan advokasi kepasa pamangku kepentingan

5
5. Meningkatan kemitraan dan partisipasi lintas sector, Lembaga
kemasyarakatan, organisasi kemasyarakatan, dan swasta
6. Meningkatan pemanfaatan potensi dan sumber daya berbasis kearifan local
7. Meningtegrasian program, kegiatan, dan atau kelembagaan pemberdayan
masyarakat yang sudah ada sesuai dengan kebutuhan dan kesepakatan
masyarakat.
8. Mengembangkan berbagai cara untuk menggali dan memanfaatkan sumber
daya yang memiliki oleh masyarakat untuk pembangunan kesehatan
9. Mengembangkan manajemen sumber daya yang dimiliki masyarakat
secara terbuka(transparan)

C. Partnership/kemitraan
1. Pos Pelayanan Terpadu (Posyandu)
Posyandu merupakan jenis UKBM yang paling memasyarakatkan saat ini.
Gerakan posyandu ini telah berkembang dengan pesat secara nasional
sejak tahun 1982. Saat ini telah populer di lingkungan desa dan RW
diseluruh Indonesia. Posyandu meliputi lima program prioritas yaitu: KB,
KIA, imunisasi, dan pennaggulangan diare yang terbukti mempunyai daya
ungkit besar terhadap penurunan angka kematian bayi. Sebagai salah satu
tempat pelayanan kesehatan masyarakat yang langsung bersentuhan
dengan masyarakat level bawah, sebaiknya posyandu digiatkan kembali
seperti pada masa orde baru karena terbukti ampuh mendeteksi
permasalahan gizi dan kesehatan di berbagai daerah. Permasalahn gizi
buruk anak balita, kekurangan gizi, busung lapar dan masalah kesehatan
lainnya menyangkut kesehatan ibu dan anak akan mudah dihindarkan jika
posyandu kembali diprogramkan secara menyeluruh.
Kegiatan posyandu lebih dikenal dengan sistem lima meja yang meliputi:
1.  Meja 1       : pendaftaran
2.  Meja 2       : penimbangan
3.  Meja 3       : pengisian kartu menuju sehat

6
4.  Meja 4       : penyuluhan kesehatan, pemberian oralit, vitamin A dan
tablet besi
5. Meja 5      :   pelayanan kesehatan yang meliputi imunisasi, pemeriksaan
kesehatan dan pengobatan serta pelayanan keluarga
berencana.
Salah satu penyebab menurunnya jumlah posyandu adalah tidak sedikit
jumlah posyandu diberbagai daerah yang semula ada sudah tidak aktif
lagi.
2. Pondok Bersalin Desa (Polindes)
Pondok bersalin desa (Polindes) merupakan salah satu peran serta
masyarakat dalam  menyediakan tempat pertolongan persalinan pelayanan
dan kesehatan ibu serta kesehatan anak lainnya. Kegiatan pondok bersalin
desa antara lain melakukan pemeriksaan (ibu hamil, ibu nifas, ibu
menyusui, bayi dan balita), memberikan  imunisasi, penyuluhan kesehatan
masyarakat terutama kesehatan ibu dan anak, serta pelatihan dan
pembinaan kepada kader dan mayarakat.
3. Pos Obat Desa (POD) atau Warung Obat Desa (WOD)
Pos obat desa (POD) merupakan perwujudan peran serta masyarakat
dalam pengobatan sederhana terutama penyakit yang sering terjadi pada
masyarakat setempat (penyakit rakyat/penyakit endemik)
Di lapangan POD dapat berdiri sendiri atau menjadi salah satu kegiatan
dari UKBM yang ada. Gambaran situasi POD mirip dengan posyandu
dimana bentuk pelayanan menyediakan obat bebas dan obat khusus untuk
keperluan berbagai program kesehatan yang disesuaikan dengan situasi
dan kondisi setempat. Beberapa pengembangan POD antara lain :
a.    POD murni, tidak terkait dengan UKBM lainnya
b.    POD yang diintegrasikan dengan dana sehat
c.    POD yang merupakan bentuk peningkatan posyandu
d.    POD yang dikaitkan dengan pokdes/polindes
e.    Pos Obat Pondok Pesantren (POP) yang dikembangkan di beberapa
pondok pesantren.

7
4. Dana Sehat
Dana telah dikembangkan pada 32 provinsi meliputi 209 kabupaten/kota.
Dalam implementasinya juga berkembang beberapa pola dana sehat,
antara lain sebagai berikut :
a. Dana sehat pola usaha kesehatan sekolah (UKS), dilaksanakan pada 34
kabupaten dan telah mencakup 12.366 sekolah.
b. Dana sehat pola pembangunan kesehatan masyarakat desa (PKMD)
dilaksanakan pada 96 kabupaten.
c. Dana sehat pola pondok pesantren, dilaksanakan pada 39
kabupaten/kota.
d. Dana sehat pola koperasi unit desa (KUD), dilaksanakan pada lebih
dari 23 kabupaten, terutama pada KUD yang sudah tergolong mandiri.
e. Dana sehat yang dikembangkan lembaga swadaya masyarakat (LSM)
dilaksanakan pada 11 kabupaten/kota.
f. Dana sehat organisasi/kelompok lainnya (seperti tukang becak, sopir
angkutan kota dan lain-lain), telah dilaksanakan pada 10
kabupaten/kota.
Seharusnya dana kesehatan merupakan bentuk jaminan
pemeliharaan kesehatan bagi anggota masyarakat yang belum dijangkau
oleh asuransi kesehatan seperti askes, jamsostek, dan asuransi kesehatan
swasta lainnya. Dana sehat berpotensi sebagai wahana memandirikan
masyarakat, yang pada gilirannya mampu melestarikan kegiatan UKBM
setempat. Oleh karena itu, dana sehat harus dikembangkan keseluruh
wilayah, kelompok sehingga semua penduduk terliput oleh dana sehat atau
bentuk JPKM lainnya.
5. Lembaga Swadaya Masyarakat
Di tanah air kita ini terdapat 2.950 lembaga swadaya masyarakat (LSM),
namun sampai sekarang yang  tercatat mempunyai kegiatan di bidang
kesehatan hanya 105 organisasi LSM. Ditinjau dari segi kesehatan, LSM
ini dapat digolongkan menjadi LSM yang aktivitasnya seluruhnya

8
kesehatan dan LSM khusus antara kain organisasi profesi kesehatan,
organisasi swadaya internasional.
Dalam hal ini kebijaksanaan yang ditempuh adalah sebagai berikut
a. Meningkatkan peran serta masyarakat termasuk swasta pada semua
tingkatan.
b. Membina kepemimpinan yang berorientasi kesehatan dalam setiap
organisasi kemasyarakatan.
c. Memberi kemampuan, kekuatan dan kesempatan yang lebih besar
kepada organisasi kemasyarakatan untuk berkiprah dalam
pembangunan kesehatan dengan kemampuan sendiri.
d. Meningkatkan kepedulian LSM terhadap upaya pemerataan pelayanan
kesehatan.
e. Masih merupakan tugas berat untuk melibatkan semua LSM untuk
berkiprah dalam bidang kesehatan.
6. Upaya Kesehatan Tradisional
Tanaman obat keluarga (TOGA) adalah sebidang tanah di halaman atau
ladang yang dimanfaatkan untuk menanam yang berkhasiat sebagai obat.
Dikaitkan dengan peran serta masyarakat, TOGA merupakan wujud
partisipasi mereka dalam bidnag peningkatan kesehatan dan pengobatan
sederhana dengan memanfaatkan obat tradisional. Fungsi utama dari
TOGA adalah menghasilkan tanaman yang dapat dipergunakan antara lain
untuk menjaga meningkatkan kesehatan dan mengobati gejala (keluhan)
dari beberapa penyakit yang ringan. Selain itu, TOGA juga berfungsi
ganda mengingat dapat dipergunakan untuk memperbaiki gizi masyarakat,
upaya pelestarian alam dan memperindah tanam dan pemandangan.
7. Pos Gizi (Pos Timbangan)
Salah satu akibat krisis ekonomi adalah penurunan daya beli masyarakat
termasuk kebutuhan pangan. Hal ini menyebabkan penurunan kecukupan
gizi masyarakat yang selanjutnya dapat menurunkan status gizi. Dengan
sasaran kegiatan yakni bayi berumur 6-11 bulan terutama mereka dari
keluarga miskin, anak umur 12-23 bulan terutama mereka dari keluarga

9
miskin, anak umur 24-59 bulan terutama mereka dari keluarga miskin, dan
seluruh ibu hamil dan ibu nifas terutama yang menderita kurang gizi.
Perlu ditekankan bahwa untuk kegiatan pada pos gizi ini apabila setelah
diberikan PMT anak masih menderita kekurangan energi protein (KEP)
maka, makanan tambahan terus dilanjutkan sampai anak pulih dan segera
diperiksakan ke puskesmas (dirujuk)
8. Pos KB Desa (RW)
Sejak periode sebelum reformasi upaya keluarga berencana telah
berkembang secara rasional hingga ketingkat pedesaan. Sejak itu untuk
menjamin kelancaran program berupa peningkatan jumlah akseptor baru
dan akseptor aktif, ditingkat desa telah dikembangkan Pos KB Desa
(PKBD) yang biasanya dijalankan oleh kader KB atau petugas KB
ditingkat kecamatan.
9. Pos Kesehatan Pesantren (Poskestren)
Lingkup kegiatan oleh poskestren adalah tak jauh berbeda dengan Pos
Obat Desa namun pos ini khusus ditujukan bagi para santri dan atau
masyarakat disekitar pesantren yang seperti diketahui cukup menjamur di
lingkungan perkotaan maupun pedesaan.
10. Saka Bhakti Husada (SBH)
SBH adalah wadah pengembangan minat, pengetahuan dna keterampilan
dibidnag kesehatan bagi generasi muda khususnya anggota Gerakan
Pramuka untuk membaktikan dirinya kepada masyarakat di lingkungan
sekitarnya. Sasarannya adalah peserta didik antara lain : Pramuka penegak,
penggalang berusia 14-15 tahun dengan syarat khusus memiliki minat
terhadap kesehatan. Dan anggota dewasa, yakni Pamong Saka, Instruktur
Saka serta Pemimpin Saka.
11. Pos Upaya Kesehatan Kerja (pos UKK)
Pos UKK adalah wadah dari serangkaian upaya pemeliharaan kesehatan
pekerja yang diselenggarakan oleh masyarakat pekerja yang memiliki jenis
kegiatan usaha yang sama dalam meningkatkan produktivitas kerja.

10
Kegiatannya antara lain memberikan pelayanan kesehatan dasar, serta
menjalin kemitraan.
12. Kelompok Masyarakat Pemakai Air (Pokmair)
Pokmair adalah sekelompok masyarakat yang peduli terhadap kesehatan
lingkungan terutama dalam penggunaan air bersih serta pengelolaan
sampah dan limbah rumah tangga melalui pendekatan pemberdayaan
masyarakat dengan melibatkan seluruh warga.
13. Karang Taruna Husada
Karang tarurna husada dalam wadah kegiatan remaja dan pemuda di
tingkat RW yang besar perannya pada pembinaan remaja dan pemuda
dalam menyalurkan aspirasi dan kreasinya. Dimasyarakat karang taruna
banyak perannya pada kegiatan-kegiatan sosial yang mampu mendorong
dinamika masyarakat dalam pembangunan lingkungan dan masyarakatnya
termasuk pula dalam pembangunan kesehatan. Pada pelaksanaan kegiatan
posyandu, gerakan kebersihan lingkungan, gotong-royong pembasmian
sarang nyamuk dan lain-lainnya potensi karang taruna ini snagat besar.
14. Pelayanan Puskesmas dan Puskesmas Pembantu
Puskesmas merupakan fasilitas kesehatan pemerintah terdepan yang
memberikan pelayanan langsung kepada masyarakat. Sejalan dengan
upaya pemerataan pelayanan kesehatan di wilayah terpencil dan sukar
dijangkau telah dikembangkan pelayanan puskesmas dna puskesmas
pembantu dalam kaitan ini dipandang selaku tempat rujukan bagi jenis
pelayanan dibawahnya yakni berbagai jenis UKBM sebagaimana tertera di
atas (Notoadmojdo, 2007).

D. Langkah-langkah Kemitraan
Beberapa langkah untuk menjalin kemitraan yaitu:
1. Penjajakan : Penjajakan perlu dilakukan dengan calon mitra kerja.
Tahapan sebelum melakukan penjajakan adalah identifikasi calon mitra
kerja. Tujuan penjajakan ini yaitu untuk mencari pihak-pihak yang
memiliki potensi untuk mendukung program yang akan dilaksanakan.

11
2. Penyamaan persepsi : Penyamaan persepsi perlu dilakukan pertemuan
awal guna menyamakan persepsi terhadap masalah kesehatan yang
dihadapi agar keberhasilan mencapai tujuan bisa dilaksanakan dengan
lebih efektif dan efisien. Tujuan lain juga agar masing-masing mitra
memahami kedudukan serta tupoksi masing-masing secara terbuka.
3. Pembagian peran : Dalam mencapai tujuan kemitraan bersama, peran
masing-masing mitra beragam namun sama pentingnya. Oleh karena itu
perlu dibicarakan secara terbuka dan bersama sebelum menuangkan dalam
kesepakatan tertulis.
4. Komunikasi intensif : Komunikasi intensif sangat diperlukan guna
mengetahui perkembangan program kemitraan yang sudah terjalin.
Komunikasi antarmitra dapat dilakukan secara teratur dan terjadwal.
Permasalahan yang muncul dapat segera dipecahkan dengan cara ini.
5. Pelaksanaa : Pelaksanaan kegiatan haruslah  dikerjakan sesuai dengan
rencana yang telah disepakati bersama. Pelaksanaan kegiatan ini juga
harus dikomunikasikan secara intensif pada waktu yang telah disepakati
sehingga masalah yang dihadapi bisa segera dicari solusinya.
6. Monitoring dan evaluasi  : Agar asas keterbukaan bisa dijaga, maka
kegiatan ini juga disepakati sejak awal. Hal ini mencakup cara monitoring
dan juga evaluasi terhadap jalannya kemitraan maupun dalam upayanya
mencapai tujuan bersama. Bila dipandang perlu, hasil monev dapat
dipergunakan sebagai penyempurnaan kemitraan. 
Langkah – langkah PSM(Peran Serta Masyarakat)
1. Pertemuan / Pendekatan Tingkat Desa
2. Survey Mawas Diri ( Community Self Survey / CSS )
3. Musyawarah Masyarakat Desa
4. Pelatihan Kader
5. Pelaksanaan Upaya Kesehatan Oleh Masyarakat
6. Pembinaan Pelestarian Kegiatan
7. Pengenalan Sosio – Budaya

12
Masyarakat Setempat Secara umum, langkah – langkah dalam
mengembangkan Peran Serta Masyarakat adalah :
1. Melaksanakan penggalangan, pemimpin dan organisasi di masyarakat
melalui dialog untuk mendapatkan dukungan
2. Meningkatkan kemampuan masyarakat dalam mengenal dan memecahkan
masalah keluarga maupun masyarakat dengan menggali dan
menggerakkan sumber daya yang dimiliki oleh masyarakat, apabila
diperlukan bantuan dari luar bentuknya hanya berupa perangsang atau
pelengkap sehingga tidak semata-mata bertumpu pada bantuan tersebut
3. Menunbuhkan dan mengembangkan peran serta masyarakat dalam
pembangunan kesehatan Peran serta masyarakat di dalam pembangunan
kesehatan dapat diukur dengan makin banyaknya jumlah anggota
masyarakat yang mau memanfaatkan pelayanan kesehatan seperti
memenfaatkan puskesmas, polindes, puskesmas pembantu, mau hadir
ketika ada kegiatan penyuluhan kesehatan, mau menjadi peserta tabulin,
JPKM, dan lain sebagainya.
4. Mengembangkan semangat gotong-royong dalam pembangunan kesehatan
Semangat gotong royong yang merupakan warisan budaya masyarakat
Indonesia hendaknya dapat juga ditentukan dalam upaya pemeliharaan dan
peningkatan derajat kesehatan masyarakat. Adanya semangat gotong-
royong ini dapat diukur dengan melihat apakah masyarakat bersedia
bekerjasama dalam peningkatan sanitasi lingkungan, penggalakan gerakan
3M dalam upaya pembrantasan pnyakit demam berdarah dan sebagainya
5. Bekerja bersama masyarakat Dalam setiap pembangunan kesehatan
hendaknya pemerintah atau petugas kesehatan menggunakan prinsip
bekerja untuk dan bersama masyarakat. Maka akan meningkatkan motifasi
dan kemampuan masyarakat karena adanya bimbingan, dorongan, alih
pengetahuan dan ketrampilan dari tenaga kesehatan kepada masyarakat.
6. Menggalang kemitraan dengan LSM dan organisasi kemasyarakatan yang
ada dimasyarakat. Prinsip lain dari penggerakan PSM dibidang kesehatan
adalah pemerintah dan tenaga kesehatan hendaknya memanfaatkan dan

13
bekerja sama dengan LSM serta organisasi kemasyarakatan yang ada di
tempat tersebut. Dengan demikian, upaya pemeliharaan dan peningkatan
derajat kesehatan masyarakat lebih berhasil guna (efektif) dan berdaya
guna (efisien).
7. Penyerahan pengembalian keputusan kepada masyarakat. Semua bentuk
upaya penggerakan PSM termasuk dibidang kesehatan apabila ingin
berhasil dan berkesinambungan hendaknya bertumpu pada budaya dan
adat setempat.

E. Model dan jenis Kemitraan


Dari berbagai pengalaman pengembangan kemitraan di sektor
kesehatan yang ada, secara umum dikelompokan menjadi dua yaitu :

1. Model I
Model kemitraan yang paling sederhana adalah dalam bentuk jaring
kerja (networking) atau building linkages. Kemitraan ini berbentuk
jaringan kerja saja. Masing-masing mitra atau intitusi telah memiliki
program tersendiri mulai dari perencanaannya, pelaksanaannya hingga
evalusi. Jaringan tersebut terbentuk karena adanya persamaan pelayanan
atau sasaran pelayanan atau karakteristik lainnya. Sifat kemitraan ini juga
disebut koalisi. Contohnya Koalisi Indonesia Sehat.  

2. Model II
Model kemitraan model II ini lebih baik dan solid dibandingkan
model I. Hal ini karena setiap anggota mitra memiliki tanggung jawab
yang lebih besar terhadap program atau kegiatan bersama. Oleh sebab itu
visi, misi, dan kegiatan-kegiatan dalam mencapai tujuan kemitraan
direncanakan, dilaksanakan, dan dievaluasi bersama. Contohnya Gerakan
Terpadu Nasional (GERDUNAS), Gebrak Malaria (Rollback Malaria).

14
Menurut Beryl Levinger dan Jean Mulroy (2004), ada empat jenis atau
tipe kemitraan yaitu:
1. Potential Partnership
Pada jenis kemitraan ini pelaku kemitraan saling peduli satu sama lain
tetapi belum bekerja bersama secara lebih dekat.
2. Nascent Partnership
Kemitraan ini pelaku kemitraan adalah partner tetapi efisiensi kemitraan
tidak maksimal.
3. Complementary Partnership
Pada kemitraan ini, partner/mitra mendapat keuntungan dan pertambahan
pengaruh melalui perhatian yang besar pada ruang lingkup aktivitas yang
tetap dan relatif terbatas seperti program delivery dan resource
mobilization.
4. Synergistic Partnership
Kemitraan jenis ini memberikan mitra keuntungan dan pengaruh dengan
masalah pengembangan sistemik melalui penambahan ruang lingkup
aktivitas baru seperti advokasi dan penelitian.

F. Indikator Hasil Pemberdayaan Masyarakat


1. Input
Input sebuah kemitraan adalah jenis dan jumlah  sumber daya yang
dimiliki oleh masing-masing unsur yang menjalin kemitraan meliputi
sumber daya manusia, sumber daya lainnya seperti dana, sistem informasi,
teknologi dan lain sebagainya
2. Proses
Proses dalam kemitraan pada hakikatnya merupakan kegiatan-kegiatan
untuk membangun hubungan kemitraan. Kegiatan membangun kemitraan
dapat dilakukan melalui sebuah pertemuan dengan tahapan diantaranya:
a. penjajakan
b. sosialisasi/advokasi
c. di bangunnya kesepakatan

15
d. pertemuan mendalam dan penyusunan rencana kerja.
3. Output
Output yang dimaksud pada kemitraan yaitu terbentuknya jangringan kerja
atau networking, aliansi atau forum. Disamping itu pada output kemitraan
juga terdapat penguraian tugas, fungsi dan tanggungjawab masing-masing
anggota mitra.
4. Outcome
Outcome adalah dampak dari kemitraan terhadap peningkatan kesehatan
masyarakat. Oleh karena itu, outcome kemitraan dapat dilihat dari
indikator-indikator derajat kesehatan masyarakat, yang merupakan
akumulasi dampak dari upaya-upaya lain disamping kemitraan. Contoh
dari outcome kemitraan yaitu meningkatnya status gizi balita,
meningkatnya cakupan asi eksklusif di masyarakat.

16
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
Adapun kesimpulan dalam makalah ini adalah pemberdayaan
masyarakat merupakan sasaran utama dalam promosi kesehatan yang
bertujuan untuk memandirikan masyarakat agar mampu memelihara dan
meningkatkan status kesehatannya menjadi lebih baik dengan menggunakan
prinsip pemberdayaan dimana petugas kesehatan berperan untuk memfasilitasi
masyarakat dalam meningkatkan pengetahuan, kemauan dan kemampuannya
untuk memelihara dan meningkatkan status kesehatannnya.
Dalam pemberdayaan masyarakat peran masyarakat sangat vital, karena
masyarakat yang menjadi pemeran utamanya, namun peran petugas kesehatan
juga tidak bisa dihilangkan. Dalam pemberdayaan masyarakat, petugas
kesehatan memiliki peran penting juga, yaitu memfasilitasi masyarakat
melalui kegiatan-kegiatan maupun program-program pemberdayaan
masyarakat meliputi pertemuan dan pengorganisasian masyarakat,
memberikan motivasi kepada masyarakat untuk bekerja sama dalam
melaksanakan kegiatan pemberdayaan agar masyarakat mau berkontribusi
terhadap program tersebut, mengalihkan melakukan pelatihan-pelatihan yang
bersifat vokasional.
Jenis-jenis pemberdayaan masyarakat dibidang kesehatan adalah
posyandu, pos obat desa (POD), Pondok bersalin desa (polindes), dana sehat,
lembaga swadaya masyarakat, upaya kesehatan tradisional,pos gizi, pos KB
desa,Pos kesehatan pesantren, Saka Bhakti Husada, Pos Upaya kesehatan
kerja, kelompok pemakai air (pokmair), karang taruna husada, pelayanan
puskesmas, dan puskesmas pembantu (Pustu) dan lain sebagainya.

B. Saran
1. Bagi masyarakat, diharapkan pada tenaga kesehatan agar dapat
memfasilitasi masyarakat melalui kegiatan-kegiatan maupun program-
program pemberdayaan masyarakat meliputi pertemuan dan

17
pengorganisasian masyarakat, memberikan motivasi kepada masyarakat
untuk bekerja sama dalam melaksanakan kegiatan pemberdayaan agar
masyarakat mau berkontribusi terhadap program tersebut
2. Bagi masyarakat agar dapat berpartisipasi dalam mendukung program-
program kesehatan dalam sistem pemberdayaan masyarakat
3. Bagi pmbaca, diharapkan agar makalah ini dpat menambah wawasan
tentang pemberdayaan masyarakat di bidang kesehatan.

18
DAFTAR PUSTAKA

Hikmat, 2001. Masyarakat dalam Kesehatan.Agung Sentosa. Jakarta.


Nurbeti, M. 2009.Pemberdayaan masyarakat dalam konsep “kepemimpinan yang
mampu menjembatani”. Rineka Cipta, Jakarta.
Notoatmodjo, S. 2007,  Promosi kesehatan & ilmu perilaku. Rineka Cipta,
Jakarta.
Kartasasmita, 2011. Pemberdayaan Masyarakat di Bidang Kesehatan.
Http:wpdprss.masyarakat.co.id. Diakses tanggal 28 Maret 2022.
Riskiadi, L., 2012. Makalah Pemberdayaan Masyarakat.  http://kesmas-
ode.blogspot.com/2012/10/makalah-pemberdayaan-masyarakat.html  dia
kses tanggal 28 Maret 2022
Salman Darmawan. 2002, Apa Bagaimana Pemberdayaan Masyarakat. Makalah,
PSKMP Unhas, Makassar.
Suharto, Edi. 2009. Membangun Masyarakat  Memberdayakan Masyarakat. PT
Refika Aditama: Bandung.
Supardan,I., 2013 Pemberdayaan Masyarakat Bidang
Kesehatan. http://doktergigi-semarang.blogspot.com/2013/06/pemberday
aan-masyarakat-bidang-kesehatan.html. Diakses tanggal 28 Maret 2022
Suriatman, 2009. Konsep Pemberdayaan Masyarakat. Nuha Medika, Yogyakarta.
Wahyudi, B. 2012. Gerakan Pemberdayaan Masyarakat Sebuah Tinjauan Konsep
Dalam Upaya Menekan Penyalahgunaan Narkoba (Pusat Promkes,
2005). Diakses tanggal 28 Maret 2022.

19

Anda mungkin juga menyukai