Anda di halaman 1dari 53

PROPOSAL PENELITIAN

HUBUNGAN TINGKAT STRESS DAN AKTIVITAS


FISIK DENGAN SIKLUS MENSTUASI PADA
MAHASISWI PROGRAM STUDI S1
KEPERAWATAN SEMESTER VIII
UNIVERSITAS PAHLAWAN
TUANKU TAMBUSAI

NAMA : ADELYA
NIM : 1814201001

PROGRAM STUDI S1 KEPERAWATAN


FAKULTAS ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS PAHLAWAN TUANKU TAMBUSAI
RIAU
2022
DAFTAR ISI

Halaman
DAFTAR ISI............................................................................................................i
BAB I PENDAHULUAN.......................................................................................1
A. Latar Belakang......................................................................................1
B. Rumusan Masalah.................................................................................6
C. Tujuan penelitian...................................................................................6
D. Manfaat Penelitian................................................................................7

BAB II TINJAUAN PUSTAKA............................................................................9


A. Tinjauan teoritis....................................................................................9
1. Konsep Dasar Menstruasi..............................................................9
2. Konsep Dasar Stress.....................................................................23
3. Aktivitas Fisik..............................................................................31
4. Penelitian Terkait.........................................................................34
B. Kerangka Teori....................................................................................36
C. Kerangka Konsep................................................................................37
D. Hipotesis..............................................................................................37

BAB III METODE PENELITIAN.....................................................................38


A. Desain Penelitian.................................................................................38
1. Rancangan Penelitian...................................................................38
2. Alur Penelitian.............................................................................39
3. Prosedur Penelitian......................................................................40
4. Variabel Penelitian.......................................................................40
B. Lokasi dan Waktu Penelitian..............................................................41
C. Populasi dan Sampel...........................................................................41
1. Populasi........................................................................................41
2. Sampel..........................................................................................41
3. Besar Sampel................................................................................42
4. Teknik sampling...........................................................................43
D. Etika Penelitian...................................................................................43
E. Alat Pengumpulan Data......................................................................44

i
F. Prosedur Pengumpulan Data...............................................................46
G. Definisi Operasional............................................................................46
H. Rencana Analisa Data.........................................................................48
1. Analisa Univariat.........................................................................48
2. Analisa Bivariat...........................................................................49

ii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang

Mahasiswa adalah setiap orang yang secara resmi terdaftar untuk

mengikuti pelajaran-pelajaran di perguruan tinggi dengan batas umur antara

18-30 tahun. Mahasiswa termasuk kategori umur yang telah mencapai

kematangan sistem reproduksi salah satunya yaitu mengalami menstruasi

(Wicaksana,2017).

Menstruasi merupakan salah satu aspek kematangan seksual pada perempuan

yang terjadi pertama kali di masa pubertas. Menstruasi ini biasanya terjadi setiap

bulan dan dipengaruhi oleh berbagai hormon. Menstruasi yang terjadi terusmenerus

setiap bulan akan membentuk siklus menstruasi. Satu siklus ini dapat dihitung dari

hari pertama satu periode sampai dengan periode menstruasi berikutnya (Tombokan

et al, 2017)

Menstruasi ialah perdarahan dari uterus yang terjadi secara periodik dan

siklik, yang disebabkan karena pelepasan (deskuamasi) endometrium yang

akibatnya hormon ovarium (estrogen dan progesteron) mengalami penurunan

terutama progesteron, pada akhir siklus ovarium, biasanya dimulai sekitar 14

hari setelah ovulasi (Novita, 2018).

Siklus menstruasi sangat penting dalam proses reproduksi seorang

wanita karena akan mempengaruhi suatu rangkain perubahan dalam sistem

reproduksi wanita, tetapi banyak wanita yang mengalami gangguan siklus

menstruasi sehingga akan berdampak pada kesehatannya (Siaaga, 2017).

1
2

Menurut data World Health Organization (WHO) tahun 2018

didapatkan gangguan menstruasi berupa ketidakteraturan siklus menstruasi

pada wanita sebesar 31,2% di dunia (WHO, 2018).

Menurut data dari riset kesehatan dasar (Rikesdes) tahun 2013,sebagian

besar 68% perempuan di Indonesia berusia 10-59 tahun melaporkan

menstruasi teratur dan 13,7% mengalami masalah siklus menstruasi yang

tidak teratur dalam 1 tahun terakhir. Masalah menstruasi tidak teratur pada

usia 17-29 tahun serta 30-34 tahun cukup banyak yaitu sebesar 16,4%.

Berdasarkan profil Dinas Kesehatan Provinsi Riau (2018) data wanita yang

mengalami ketidakteraturan siklus menstruasi yaitu sebanyak 22,1%

(Kesehatan 2018).

Tidak teraturnya siklus menstruasi mengakibatkan gangguan hormon

dan berdampak pada sulitnya hamil seorang wanita (infertilitas) dan sulit

menentukan masa subur. Berdasarkan penelitian sebelumnya, ovulasi yang

tidak teratur atau abnormal 30-40% dari seluruh kasus terjadinya infertilitas.

Sebagian wanita mengeluh sering terjadi menstruasi yang tidak lancar, nyeri

haid (dismenorea) ataupun pendarahan yang tidak normal. Sebuah penelitian

menemukan bahwa prevalensi terbesar yaitu nyeri menstruasi 89,5%,

ketidakteraturan menstruasi sebesar 31,2%,terjasi perpanjangan durasi

mestruasi sebesar 5,3% (Umi Latifah, 2018)

Gangguan menstruasi yang sering ditemukan adalah menstruasi yang

tidak normal pada wanita, diantaranya mulai dari usia haid yang datang

terlambat, jumlah darah haid yang sangat banyak sampai-sampai harus


3

berulang kali mengganti pembalut, nyeri atau sakit saat menstruasi, gejala pre

menstruasi syndrome, dan siklus menstruasi yang tidak teratur (Mawarda

Hatmanti, 2018).

Siklus menstruasi yang dialami oleh banyak wanita , yaitu siklus

memanjang atau lebih dari 35 hari ( Oligomenorea), siklus menstruasi yang

pendek kurang dari 21 hari (Polimenorea) bahkan tidak menstruasi selama 3

bulan berturut-turut (amenorea) (Masturi, 2017).

Stres merupakan keadaan dimana tubuh tidak mampu dalam mengatasi

ancaman baik melalui mental, fisik, emosional, dan spiritual manusia.

Keadaan ini akan berpengaruh pada kesehatan fisik manusia (Wulandari,

2017).

Menurut Hans Selye yang disebut sebagai “Father of Stress” dalam

bukunya The Stress of Life Hans Selye mengartikan stress sebagai bentuk

respon yang tidak spesifik yang dilakukan tubuh terhadap tuntutan yang harus

diterima, serta tidak dapat dihindari yang terjadi dalam kehidupan sehari-hari

(Jaya, 2021).

Menurut Vincent, stres merupakan gangguan pada tubuh dan pikiran

akibat adanya perubahan dan tuntutan dalam kehidupan, yang dipicu oleh

penampilan individu ataupun lingkungan di dalam lingkup kehidupan

(Sunaryo, 2004; Jaya 2021).

Stres yaitu reaksi non-spesifik tubuh untuk mengatasi setiap ancaman,

dan kemampuan tubuh dalam kompensasi untuk mempertahankan

homeostasis. Stres ini merupakan keadaan yang dipicu oleh adanya stresor
4

(Sherwood, 2013). Tidak semua stres memiliki bentuk konotasi yang negatif,

terkadang ada juga yang positif (Jaya, 2021). Dalam psikologi, stres

didefinisikan sebagai keadaan yang menyangkut perasaan mental dan

ketegangan.

Stres ini dapat menjadi salah satu dari berbagai faktor penyebab

gangguan siklus menstruasi. Stres ini juga memiliki risiko 2 kali lipat terjadi

pada wanita dibandingkan pria. siklus menstruasi ini juga memiliki beberapa

etiologi, salah satu yang ditemukan dalam penelitian yang dilakukan oleh

Zahra et al (2018) untuk meninjau faktor risiko psikologis dengan siklus

menstruasi mendapatkan hasil adanya hubungan yang signifikan antara

beberapa komponen yang berkaitan dengan kesehatan mental seperti depresi,

kecemasan dan stress. Stres disini melibatkan fungsi dari sistem

neuroendokrinologi yang memiliki peranan penting dalam reproduksi

perempuan. Siklus menstruasi yang terganggu akibat stres mempengaruhi

proses biokimia dan seluler di dalam tubuh yang melibatkan otak dan

psikologis. Pada keadaan stres amigdala diaktivasi dalam sistem limbik yang

akan memicu pelepasan corticotropin releasing hormone (CRH) oleh

hipotalamus (Supatmi et al., 2019).

Usaha yang dapat dilakukan untuk mencegah terjadinya gangguan siklus

menstruasi yaitu mengurangi stress dengan cara menyediakan waktu untuk

bersantai, olahraga ringan dan istirahat yang cukup serta mengkonsumsi

makanan yang sehat. Jika sudah cukup sering mengalami ketidakteraturan

menstruasi, sebaiknya segera menemui dokter ahli kandungan atau dokter


5

umum. Dokter akan mendiagnosa apa yang menyebabkan ketidakteraturan itu

(Kusmiran, 2014).

Akan tetapi, banyak terjadi gangguan pada siklus menstruasi pada

remaja antara lain amenorhae, polimenorhae dan juga oligomenorhae. Salah

satu faktor yang mempengaruhi keteraturan siklus menstruasi adalah aktivitas

fisik (Andriani, 2012).

Menurut Kusmiran (2014) Tingkat aktivitas fisik yang sedang dan berat

dapat membatasi fungsi menstruasi. Aktivitas fisik yang berat merangsang

Inhibisi Gonadotropin Releasing Hormone (GnRH) dan aktivitas

Gonadotropin sehingga menurunkan level dari serum estrogen. Hormon

estrogen berperan dalam mengatur sistem resproduksi wanita, dan akan

meningkat saat masa menstruasi.

Survey awal yang penulis lakukan tanggal 18 juni 2022 terhadap 18

orang mahasiswi semester VIII program studi S1 Keperawatan Universitas

Pahlawan Tuanku Tambusai. Hasil survey awal, didapatkan sebanyak 13

mahasiswi mudah marah karena hal-hal kecil/sepele. Sedangkan sebanyak 12

mahasiswa sering merasa lelah ketika melakukan aktivitas fisik. Dan 17

mahasiswi memiliki siklus menstruasi/haid sebulan sekali atau 28 hari sekali.

Berdasarkan masalah yang telah diuraikan diatas, peneliti ingin

mengetahui bagaimana hubungan antara tingkat stress dan aktivitas fisik

terhadap siklus menstruasi.


6

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang diatas maka dirumuskan masalah penelitian

yaitu apakah ada hubungan tingkat stress dan aktivitas fisik dengan siklus

menstruasi pada mahasiswa S1 keperawatan semester VIII Universitas

Pahlawan Tuanku Tambusai?

C. Tujuan penelitian

1. Tujuan Umum

Untuk mengetahui tingkat stress dan aktivitas fisik dengan siklus

menstruasi pada mahasiswa S1 keperawatan semester VIII Universitas

Pahlawan Tuanku Tambusai?

2. Tujuan Khusus

a. Mengidentifikasi tingkat stress pada mahasiswa S1 keperawatan

semester VIII Universitas Pahlawan Tuanku Tambusai?

b. Mengidentifikasi tingkat aktivitas fisik pada mahasiswa S1

keperawatan semester VIII Universitas Pahlawan Tuanku Tambusai?

c. Mengidentifikasi siklus menstruasi pada mahasiswa S1 keperawatan

semester VIII Universitas Pahlawan Tuanku Tambusai?

d. Hubungan tingkat stress dan aktivitas fisik dengan siklus menstruasi

pada mahasiswa S1 keperawatan semester VIII Universitas Pahlawan

Tuanku Tambusai?
7

D. Manfaat Penelitian

1. Manfaat Teoritis

Penelitian ini dapat memberikan suatu masukan untuk teori

keperawatan dan menambah hasil informasi mengenai antara hubungan

tingkat stress dan aktivitas fisik dengan siklus menstruasi pada mahasiswa

S1 keperawatan semester VIII Universitas Pahlawan Tuanku Tambusai.

2. Manfaat Akademis

Kegunaan akademis dalam penelitian ini adalah agar dapat menjadi

sumber referensi untuk mahasiswa Fakultas Ilmu Kesehatan Program

Studi Keperawatan Universitas Pahlawan Tuanku Tambusai Riau serta

untuk mahasiswa lainnya agar dapat membantu membuat penelitian yang

berkaitan dengan siklus menstruasi , khususnya dalam penelitian ini adalah

siklus menstruasi pada mahasiswi di Universitas Pahlawan Tuanku

Tambusai

3. Manfaat Praktis

Hasil penelitian ini dapat memberikan perbaikan kebijakan dalam

hubungan antara hubungan tingkat stress dan aktivitas fisik dengan siklus

menstruasi pada mahasiswa S1 keperawatan tingkat akhir Universitas

Pahlawan Tuanku Tambusai, serta memberikan informasi yang dapat

digunakan untuk tingkat stress dan aktivitas fisik. Hasil penelitian

diharapkan dapat memberikan masukan bagi pengelola pendidikan dan

bagi responden sebagai bahan informasi dalam meningkatkan mutu

pelayana kesehatan.
8

4. Bagi Peneliti Selanjutnya

Untuk peneliti selanjutnya dapat menabah variabel lain yang

memiliki pengaruh terhadap siklus menstruasi.


BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

A. Tinjauan teoritis

1. Konsep Dasar Menstruasi

a. Definisi Menstruasi

Menstruasi atau menarche adalah perdarahan dari uterus karena

perubahan hormonal yang teratur atau berdaur teratur, kira-kira empat

minggu sekali. Menstruasi adalah pelepasan dinding rahim

(endometrium) yang disertai dengan perdarahan yang terjadi secara

berulang setiap bulannya kecuali pada saat kehamilan. Menstruasi

pertama atau menarche paling sering terjadi pada usia 11 tahun, tetapi

bisa juga terjadi pada usia 8 tahun atau 16 tahun tergantung faktor-faktor

yang memengaruhi kedewasaan atau perkembangan hormon pada gadis

itu sendiri (Lubis, 2013).

Menstruasi yaitu luruhnya sel ovum matang yang tidak dibuahi

bersamaan dengan dinding endometrium yang lepas. Terjadi seara

periodik/siklus. Mempunyai kisaran waktu tiap siklus sekitar 28-35 hari

setiap bulannya (Fitri, 2017).

Menstruasi ialah bagian dari proses reguler yang mempersiapkan

tubuh wanita setiap bulannya untuk kehamilan. Menstruasi atau haid

mengacu kepada pengeluaran secara periodik darah dan sel-sel tubuh dari

vagina yang berasal dari dinding rahim wanita. Menstruasi dimulai saat

pubertas antara umur 10 dan 16 tahun tergantung pada berbagai faktor

(Mawarda Hatmanti, 2018).

9
10

Siklus Menstruasi adalah jarak antara tanggal mulainya

menstruasi yang lalu dan mulainya menstruasi berikutnya. Hari mulainya

perdarahan dinamakan hari pertama siklus. Karena jam mulainya

menstruasi tidak diperhitungkan dan tepatnya waktu keluar menstruasi

dari ostiumuteri eksternum tidak dapat diketahui, maka panjang siklus

mengandung kesalahan kurang lebih 1 hari. Panjang siklus menstruasi

yang normal atau 8 dianggap sebagai siklus menstruasi yang klasik

adalah 28 hari. Rata-rata panjang siklus menstruasi pada gadis 12 tahun

adalah 25,1 hari. Pada wanita usia 43 tahun 27,1 hari, dan pada wanita 55

tahun 51,9 hari. Jadi, sebenarnya panjang siklus menstruasi 28 hari itu

tidak sering dijumpai (Prawirohardjo, 2014).

b. Mekanisme Terjadinya Menstruasi

1) Siklus Endometrium

Siklus endometrium menurut Fitri (2017), terdiri dari empat

fase, yaitu :

a) Fase Menstruasi atau deskuamasi

Pada masa ini endometrium dilepaskan dari dinding uterus

disertai dengan perdarahan. Hanya lapisan tipis yang tinggal yang

disebut dengan stratum basale, stadium ini berlangsung 4 hari.

Saat haid itu keluar darah, potongan-potongan endometrium dan

lendir dari serviks. Darah tidak membeku karena adanya fermen

yang mencegah pembekuan darah dan mencairkan potongan-

potongan mukosa. Hanya kalau banyak darah keluar maka fermen


11

tersebut mencukupi hingga timbul bekuan-bekuan darah dalam

darah haid.

b) Fase post menstruasi atau stadium regeneras.

Fase post menstruasi atau stadium regenerasi Luka

endometrium yang terjadi akibat pelepasan endometrium secara

berangsur-angsur sembuh dan ditutup kembali oleh selaput lendir

baru yang tumbuh dari sel-sel epitel kelenjar endometrium. Pada

waktu ini tebal endometrium ± 0,5 mm, stadium sudah mulai

waktu stadium menstruasi dan berlangsung ± 4 hari.

c) Fase intermenstruum atau stadium proliferas

Dalam fase ini endometrium tumbuh menjadi setebal ±3,5

mm. fase ini berlangsung dari hari ke 5 sampai hari ke 14 dari

siklus haid. Fase proliferasi dapat dibagi dalam subfase yaitu :

(1) Fase Proliferasi dini

Fase proliferasi dini berlangsung antara hari ke 4 sampai

hari ke 9, fase ini dikenal dari epitel permukaan yang tipis dan

adanya regenerasi epitel, terutama dari mulut kelenjar.

Kelenjar kebanyakan lurus, pendek dan sempit. Bentuk

kelenjar ini merupakan ciri khas fase proliferasi; sel-sel

kelenjar mengalami mitosis. Sebagian sediaan masih

menunjukkan suasana fase menstruasi dimana terlihat

perubahan-perubahan involusi dari epitel kelenjar yang

berbentuk kuboid. Stroma padat dan sebagian menunjukkan


12

aktivitas mitosis, sel-selnya berbentuk bintang dan lonjong

dengan tonjolan-tonjolan anastomosis. Nukleus sel stroma

relatif besar karena sitoplasma relatif sedikit.

(2) Fase proliferasi akhir

Fase ini berlangsung pada hari ke 11 sampai hari ke 14. Fase

ini dapat dikenal dari permukaan kelenjar yang tidak rata. Inti

epitel kelnejar membentuk pseudistratifikasi. Stroma bertumbuh

aktif dan padat

d) Fase pramenstruum atau stadium sekresi

Fase ini mulai sesudah ovulasi dan berlangsung dari hari ke

14 sampai hari ke 28. Pada fase ini endometrium kira-kira tetap

tebalnya tetapi bentuk kelanjar berubah menjadi panjang.

Berkelukkeluk dan mengeluarkan getah yang makin lama makin

nyata. Dalam endometrium telah tertimbun glikogen dan kapur

yang kelak diperlukan sebagai makanan untuk telur yang dibuahi.

Memang tujuan perubahan ini adalah untuk mempersiapkan

endometrium menerima telur yang dibuahi. Fase ini dibagi atas :

(1) Fase sekresi dini

Dalam fase ini endometrium lebih tipis daripadafase

sebelumnya karena kehilangan cairan, tebalnya ± 4-5 mm.

pada saat ini dapat dibedakan beberapa lapisan, yaitu :

(a) Stratum basale, yaitu lapisan endometrium bagian dalam

yang berbatasan dengan lapisan myometrium. Lapisan ini

tidak aktif, kecuali saat mitosis pada kelenjar.


13

(b) Stratum spongiosum, yaitu lapisan tengah berbentu

kanyaman seperti spons. Ini disebabkan oleh banyak

kelenjar yang melebar dan berkeluk-keluk dan hanya

sedikit stroma diantaranya

(c) Stratum kompaktum, yaitu lapisan atas yang padat.

Saluransaluran kelenjar sempit, lumennya berisi sekret

dan stromanya edema.

(2) Fase sekresi lanjut

Endometrium dalam fase ini tebalnya 5-6 mm. Dalam

fase ini terdapat peningkatan dari fase sekresi dini, dengan

endometrium sangat banyak mengandung pembuluh darah

yang berkeluk-keluk dan kaya dengan glikogen. Fase ini

sangat ideal untuk nutrisi dan perkembangan ovum.

Sitoplasma sel-sel stroma bertambah. Sel stroma menjadi sel

desidua jika terjadi kehamilan.

2) Siklus Ovulasi

Ovulasi merupakan peningkatan kadar estrogen yang

menghambat pengeluaran FSH (Follicle Stimulating Hormone),

kemudian hipofisis mengeluarkan LH (Luteinizing Hormone).

Peningkatan kadar LH (Luteinizing Hormone), merangsang

pelepasan oosit sekunder dari folikel. Folikel primer primitif berisi


14

oosit yang tidak matur (sel primordial). Sebelum ovulasi, satu sampai

30 folikel mulai matur didalam ovarium dibawah pengaruh FSH

(Follicle Stimulating Hormone), dan estrogen. Lonjakan LH

(Luteinizing Hormone) sebelum terjadi ovulasi mempengaruhi folikel

yang terpilih. Di dalam folikel yang terpilih, oosit matur dan terjadi

ovulasi, folikel yang kosong memulai berformasi menjadi corpus

luteum. Corpus luteum mencapai puncak aktivitas fungsional 8 hari

setelah ovulasi, dan mensekresi baik hormon estrogen maupun

progesteron. Apabila tidak terjadi implantasi, corpus luteum

berkurang dan kadar hormon menurun. Sehingga lapisan fungsional

endometrium tidak dapat bertahan dan akhirnya luruh (Kusmiran,

2014).

3) Siklus Hipofisis-Hipotalamus Menjelang

Menjelang akhir siklus menstruasi yang normal, kadar estrogen

dan progesteron darah menurun, kadar hormon ovarium yang rendah

dalam darah ini menstimulai hipotalamus untuk mensekresi

Gonadotropin Releasing Hormone (GnRH). Sebaliknya GnRH

menstimulasi sekresi Follicle Stimulating Hormone (FSH). FSH

menstimulasi perkembangan folikel degraaf ovarium dan produksi

estrogennya. Kadar estrogen mulai menurun dan GnRH hipotalamus

memicu hipofisis anterior untuk mengeluarkan Luteinizing Hormone

(LH). LH mencapai puncak pada sekitar hari ke-13 atau ke-14 dari

siklus 28 hari. Apabila tidak terjadi fertilisasi dan implantasi ovum


15

pada masa ini, korpus luteum menyusut, oleh karena itu kadar

estrogen dan progesteron menurun, maka terjadi menstruasi

(Kusmiran, 2014)

c. Sistem Hormonal Menstruasi

Sistem hormonal menstruasi menurut Irianto (2015)diantaranya ;

1) GnRH (Gonadotrophin Releasing Hormone)

Adalah hormon yang disekresi oleh hipotalamus pada masa

pertumbuhan dan reproduktif untuk merangsang hipofisis untuk

induksi pelepasan FSH dan LH.

2) FSH (Follicle Stimulating Hormone)

Adalah hormon yang dihasilkan oleh hipofisis untuk

pertumbuhan folikel dalam ovarium dan merangsang ovarium untuk

mengeluarkan estrogen pada masa proliferasi endometrium.

3) LH (Luteinizing Hormone)

Adalah hormon yang dikeluarkan oleh hipofisis untuk

menginduksi progesteron. Peningkatan hormon ini menyebabkan

terjadinya pelepasan sel ovum pada masa menstruasi.

4) Estrogen

Adalah hormon yang dikeluarkan oleh ovarium, berperan dan

mendominasi pada fase proliferasi. Hormon ini merangsang

pertumbuhan dan regenerasi sel kelenjar epitel dan stroma

endometrium.
16

5) Progesteron

Adalah hormon yang dikeluarkan oleh ovarium, tepatnya korpus

luteum untuk mematangkan sel kelenjar endometrium sehingga

berada dalam masa sekretorik. Progesteron ini yang mempertahankan

endometrium tetap bertahan apabila terjadi pembuahan dan siap

menerima hasil konsepsi dengan berimplantasi.

6) Prostaglandin dan prostasiklin

Adalah hormon yang dihasilkan oleh sel stroma dalam

endometrium dan memiliki peran vasokontraktor dan vasodilator.

d. Faktor yang mempengaruhi menstruasi menurut Kusmiran (2014)

diantaranya:

1) Faktor Hormon

Hormon-hormon yang memengaruhi terjadinya haid pada

seorang wanita yaitu Follicle Stimulating Hormone (FSH) yang

dikleuarkan oleh hipofisis, estrogen yang dihasilkan oleh ovarium,

Luteinizing Hormone (LH) yang dihasilkan oleh hipofisis, serta

progesteron yang dihasilkan oleh ovarium.

2) Faktor Enzim

Faktor hidrolitik yang terdapat dalam endometrium merusak sel

yang berperan dalam sintesis protein, yang mengganggu metabolisme

sehingga mengakibatkan regresi endometrium dan perdarahan.


17

3) Faktor Vaskular

Saat fase proliferasi, terjadi pembentukan sistem

vaskularisasi dalam lapisan fungsional endometrium. Pada

pertumbuhan endometrium ikut tumbuh pula arteri-arteri, vena-vena

dan hubungan diantara keduanya. Dengan regresi endometrium,

timbul atau statis dalam vena-vena serta saluran-saluran yang

menghubungkannya dengan arteri, dan akhirnya terjadi nekrosis dan

perdarahan dengan pembentukan hematom, baik dari arteri maupun

vena.

4) Faktor Prostaglandin

Endometrium mengandung prostaglandin E2 dan F2. Dengan

adanya desintegrasi endometrium, prostaglandin terlepas dan

menyebabkan kontraksi myometrium sebagai suatu faktor untuk

membatasi perdarahan pada haid.

e. Gangguan Pada Menstruasi dan Siklus Menstruasi

Kusmiran (2014) mengatakan gangguan pada menstruasi dan

siklus menstruasi dibagi menjadi :

1) Polimenorea

Polimenorea adalah panjang siklus menstruasi yang

memendek dari panjang siklus menstruasi klasik, yaitu kurang dari 21

hari per siklusnya, sementara volume perdarahannya kurang lebih

sama atau lebih banyak dari volume perdarahan menstruasi biasanya.


18

2) Oligomenorea

Oligomenorea adalah panjang siklus menstruasi yang

memanjang dari panjang siklus menstruasi klasik, yaitu lebih dari 35

hari per siklusnya. Volume perdarahannya umumnya lebih sedikit

dari volume peradarahan menstruasi biasanya. Siklus menstruasi

biasanya juga bersifat ovulatory dengan fase proliferasi yang lebih

panjang dibanding fase proliferasi siklus menstruasi klasik.

3) Amenorea

Amenorea adalah panjang siklus menstruasi yang memanjang

dari panjang siklus menstruasi klasik (oligomenorea) atau tidak

terjadinya perdarahan menstruasi, minimal 3 bulan berturut-turut.

Amenorea dibedakan menjadi dua jenis :

a) Amenorea Primer

Amenorea primer yaitu tidak terjadinya menstruasi

sekalipun pada perempuan yang mengalami amenorea.

b) Amenorea Sekunder

Amenorea sekunder ayaitu tidak terjadinya menstruasi

yang diselingi dengan perdarahan menstruasi sesekali pada

perempuan yang mengalami amenorea.

4) Hipermenorea (Menoragia)

Hipermenorea adalah terjadinya perdarahan menstruasi yang

terlalu banyak dari normalnya dan lebih lama dari normalnya (lebih

dari 8 hari).
19

5) Hipomenorea

Hipomenorea adalah perdarahan menstruasi yang lebih sedikit

dari biasanya tetapi tidak mengganggu fertilitasnya.

f. Faktor Yang Mempengaruhi Siklus Menstruasi

Kusmiran (2014) mengatakan penelitian mengenai faktor resiko

dari variabilitas siklus menstruasi adalah sebagai berikut :

1) Berat Badan

Berat badan dan perubahan berat badan memengaruhi fungsi

menstruasi. Penurunan berat badan akut dan sedang menyebabkan

gangguan pada fungsi ovarium, tergantung derajat tekanan pada

ovarium dan lamanya penurunan berat badan. Kondisi patologis

seperti berat badan yang kurang/kurus dan anorexia nervosa yang

menyebabkan penurunan berat badan yang berat dapat menimbulkan

amenorrhea.

2) Aktivitas Fisik

Tingkat aktivitas fisik yang sedang seperti membersihkan

rumah dan berat seperti berolahraga ringan dan bersepeda dapat

membatasi fungsi menstruasi. Aktivitas fisik yang berat merangsang

Inhibisi Gonadotropin Releasing Hormone (GnRH) dan aktivitas

Gonadotropin sehingga menurunkan level dari serum estrogen.

3) Stress

Stress akan memicu pelepasan hormone kortisol dimana

hormone kortisol ini dijadikan tolak ukur untuk melihat derajat stress
20

seseorang. Hormon kortisol diatur oleh hipotalamus otak dan kelenjar

pituitari, dengan dimulainya aktivitas hipotalamus, hipofisis

mengeluarkan hormone FSH (Follicle Stimulating Hormone), dan

proses stimulus ovarium akan menghasilkan estrogen. Jika terjadi

gangguan pada hormone FSH (Follicle Stimulating Hormone), dan

LH (Luteinizing Hormon), maka akan mempengaruhi produksi

estrogen yang menyebabkan ketidakteraturan siklus menstruasi.

4) Diet

Diet dapat mempengaruhi fungsi menstruasi. Vegetarian

berhubungan dengan anovulasi, penurunan respon hormone pituitary,

fase folikel yang pendek, tidak normalnya siklus menstruasi (kurang

dari 10 kali/tahun). Diet rendah lemak berhubungan dengan

panjangnya siklus menstruasi dan periode perdarahan. Diet rendah 19

kalori seperti daging merah dan rendah lemak berhubungan dengan

amenorrhea.

5) Paparan Lingkungan dan Kondisi kerja

Beban kerja yang berat berhubungan dengan jarak menstruasi

yang panjang dibandingkan dengan beban kerja ringan dan sedang.

Wanita yang bekerja di pertanian mengalami jarak menstruasi yang

lebih panjang dibandingkan dengan wanita yang bekerja di

perkantoran. Paparan suara bising di pabrik dan intensitas yang tinggi

dari pekerjaan berhubungan dengan keteraturan siklus menstruasi.


21

Paparan agen kimiawi dapat mempengaruhi/meracuni

ovarium, seperti beberapa obat anti-kanker (obat sitotoksik)

merangsang gagalnya proses di ovarium termasuk hilangnya folikel-

folikel, anovulasi, oligomenorrhea dan amenorrhea. Neuroleptic

berhubungan dengan amenorrhea.

6) Gangguan Endokrin

Adanya penaykit-penyakit endokrin sperti diabetes, hipotiroid

serta hipertiroid yang berhubungan dengan gangguan menstruasi.

Prevalensi amenorrhea dan oligomenorrhea lebih tinggi pada pasien

diabetes. Penyakit polycystic ovarium berhubungan dengan obesitas,

resistensi insulin, dan oligomenorrhea. Amenorrhea dan

oligomenorrhea pada perempuan dengan penyakit polycystic ovarium

berhubungan insensitivitas hormone insulin dan menjadikan

perempuan tersebut obesitas. Hipertiroid berhubungan dengan

oligomenorrhea dan lebih 20 lanjut menjadi amenorrhea. Hipotiroid

berhubungan dengan polymenorrhea dan menorraghia.

7) Gangguan Perdarahan

Gangguan perdarahan terbagi menajdi tiga, yaitu pedarahan

yang berlebihan/banyak, perdarahan ang panjang, an perdarahan yang

sering. Dysfungsional Uterin Bleding (DUB) adalah gangguan

perdarahan dalam siklus menstruasi yang tidak berhubungan dengan

kondisi patologis. DUB (Dysfungsional Uterin Bleding) meningkat

selama proses transisi menopause.


22

g. Gangguan Lain yang Berhubungan dengan Menstruasi

1) Dismenorea

Dismenorea atau nyeri menstruasi mungkin merupakan suatu

gejala yang paling sering menyebabkan wanita-wanita muda pergi ke

dokter.

2) Sindroma Pra haid/Pra Menstruasi

Keluhan-keluhan yang biasanya mulai satu minggy sampai

beberapa hari sebelum datangnya menstruasi dan menghilang sesudah

menstruasi datang meskipun kadang-kadang berlangsung terus

sampai menstruasi berhenti. Keluhan terdiri atas gangguan emosional

(Prawirohardjo, 2014).

h. Cara Menghitung Siklus Menstruasi

Menghitung jumlah hari dalam siklus menstruasi dengan cara

menandai hari pertama keluarnya darah menstruasi sebagai “Siklus hari

21 ke-1”. Panjang siklus menstruasi rata-rata wanita adalah 28 hari.

Namun rata-rata panjang siklus menstruasi berubah sepanjang hidup, dan

jumlahnya mendekati 30 hari saat seorang wanita mencapai usia 20

tahun, dan rata-rata 26 hari saat seorang wanita mendekati masa

menopause, yaitu sekitar usia 50 tahun. Hanya sejumlah kecil wanita

yang benar-benar mengalami siklus 28 hari (Noor Verawaty, Sri, dkk.

2011).
23

i. Kategori Siklus Menstruasi

Satu siklus menstruasi rata-rata adalah 28 hari, tetapi panjang

siklus 24-35 hari masih dikategorikan normal. Perdarahan menstruasi

yang normal berlangsung kurang lebih 4-7 hari. Sistem kerja tubuh

wanita berubah-ubah dari bulan ke bulan tapi ada beberapa wanita yang

memiliki jumlah hari yang sama persis dalam setiap siklus menstruasinya

(Noor Verawaty, Sri, dkk. 2011). Kategori Siklus Menstruasi :

1 : Normal, jika jarak menstruasi berikutnya 28-35 hari

2. Konsep Dasar Stress

a. Defenisi Stress

Stres adalah kondisi yang disebabkan oleh interaksi antara

individu dengan lingkungan, menimbulkan persepsi jarak antara

tuntutan-tuntutan yang berasal dari situasi yang bersumber pada sistem

biologis, psikologis dan sosial dari seseorang. Stres juga biasa diartikan

sebagai tekanan, ketegangan atau gangguan yang tidak menyenangkan

yang berasal dari luar diri seseorang (Azis & Bellinawati, 2015).

Stres adalah tekanan yang terjadi akibat ketidaksesuaian antara

situasi yang diinginkan dengan harapan, di mana terdapat kesenjangan

antara tuntutan lingkungan dengan kemampuan individu untuk

memenuhinya yang dinilai potensial membahayakan, mengancam,

mengganggu, dan tidak terkendali atau dengan bahasa lain stres adalah

melebihi kemampuan individu untuk melakukan koping (Barseli & Ifdil,

2017).
24

b. Klasifikasi Stress

Maramis (2011) mengklasifikasikan stress menjadi tiga tingkatan yaitu:

1) Stress Ringan

Pada tingkat stress ini sering terjadi pada kehidupan sehari-

hari dan kondisi ini dapat membantu individu menjadi waspada dan

bagaiman mencegah berbagai kemungkinan yang akan terjadi. Stress

ini tidak 23 merusak aspek fisiologis seseorang. Pada respon

psikologi didapatkan merasa mampu menyelesaikan pekerjaan lebih

dari biasanya, namun tanpa disadari cadangan energi semakin

menipis, pada respon perilaku didapatkan semangat kerja yang terlalu

berlebihan, merasa mudah lelah dan tidak bias santai. Situasi ini tidak

akan menimbulkan penyakit kecuali jika dihadapi terus menerus.

2) Stress Sedang

Pada tingkat stress ini individu lebih memfokuskan hal

penting saat ini dan mengesampingkan yang lain sehingga

mempersempit lahan persepsinya. Respon fisiologis dari tingkat

stress ini didapatkan gangguan pada lambung dan usus misalnya

maag, buang air besar tidak teratur, ketegangan paa otot, berdebar-

debar, gangguan pola tidur dan mulai terjadi gangguan siklus dan

pola menstruasi. Respon psikologis dapat berupa perasaan

ketidaktenangan dan ketegangan emosional semakin meningkat,

merasa aktivitas menjadi membosankan dan terasa lebih sulit, serta


25

timbul perasaan ketakutan dan kecemasna yang tidak dapat dijelaskan

apa penyebabnya. Pada respon perilaku sering merasa badan terasa

akan jatuh dan serasa mau pingsan, kehilangan respon tanggap

terhadap situasi, ketidakmampuan untuk melaksanakan kegiatan rutin

sehari-hari, daya konsentrasi dan daya ingat menurun. Keadaan ini

bisa terjadi beberapa jam hinggan beberapa hari.

3) Stress Berat

Pada tingkat stress ini, persepsi individu sangat menurun dan

cenderung memusatkan perhatian pada hal-hal lain. Semua perilaku

ditujukan untuk mengurangi stress. Individu tersebut mencoba

memusatkan perhatian pada hal lain dan memerlukan banyak

pengarahan. Pada tingkat stress ini juga mempengaruhi aspek

fisiologis yang didapatkan seperti, gangguan sistem pencernaan

semakin berat, ketidakteraturan pada siklus menstruasi, debaran

jantung semakain keras, sesak napas dan sekujur tubuh terasa

gemetar. Pada respon psikologis didapatkan, merasa kelelahan fisik

semakin mendalam, timbul perasaan takut, cemas yang semakin

meningkat, mudah bingung dan panik. Respon perilaku dapat terjadi

tidak mampu menyelesaikan tugas sehari-hari

c. Faktor-faktor Penyebab Stress

Berikut ini adalah beberapa faktor yang mempengaruhi stress

menurut Arikunto (2013), diantaranya :


26

1) Lingkungan

Stress muncul karena suatu stimulus menjadi semakin berat

dan berkepanjangan sehingga individu tidak lagi bias

menghadapinya. Ada tiga tipe konflik yang mendekat-mendekat

(approach-approach), menghindar-menghindar (avoidance-

avoidance) dan mendekat – menghindar (approach-avoidance).

Frustasi terjadi jika individu tidak dapat mencapai tujuan yang

diinginkan. Stress dapat muncul akibat 25 kejadian besar dalam hidup

maupun gangguan sehari-hari dalam kehidupan individu.

2) Kognitif

Stress pada individu tergantung bagaimana mereka membuat

penilaian secara kognitif dan menginterpretasikan suatu kejadian.

Penilaian kognitif adalah istilah yang digunakan untuk

menggambakan interpretasi individu terhadap kejadian-kejadian

dalam hidup mereka sebagai suatu yang berbahaya, mengancam, atau

meanantang (penilaian primer) dan keyakinan mereka apakah mereka

memiliki kemampuan untuk menghadapi suatu kejadian dengan

efektif (penilaian sekunder). Strategi “pendekatan” biasanya lebih

baik dari pada strategi “menghindar”.

3) Kepribadian

Penilaian strategi mengatasi masalah yang digunakan individu

dipengaruhi oleh karakteristik kepribadian seperti kepribadian

optimis dan pesimis. Individu yang memiliki kepribadian optimis


27

lebih cendeurng menggunakan strategi mengatasi masalah yang

berorientasi pada masalah yang dihadapi dengan penggunaan strategi

coping yang efektif. Sebaliknya, individu yang pesimis cenderung

bereaksi dengan perasaan negative terhadap situasi yang dialami

dengan cara menjauhkan diri dari masalah dan cenderung

menyalahkan diri sendiri.

4) Sosial-Budaya

Akulturasi mengacu pada perubahan kebudayaan yang

merupakan akibat dari kontak yang sifatnya terus menerus antara dua

kelompok kebudayaan yang berbeda. Stress akulturasi adalah

konsekuensi negative dari akulturasi. Anggota kelompok etnis

minoritas sepanjang sejarah telah mengalami sikap permusuhan,

prasangka, dan ketiadaan dukungan yang efektif selama krisis, yang

menyebabkan pengucilan, isolasi sosial dan meningkatnya stress.

Keadaan ekonomi merupakan stressor yang kuat dalam kehidupan

warga yang miskin. Kemiskinan terutama dirasakan berat di kalangan

individu dari etnis minoritas dan keluargany

d. Cara Mengukur Stress

Cara mengukur stress dengan menggunakan kuesioner DASS.

Depression Anxiety Stress Scale (DASS) dikembangkan oleh Lovibond

pada tahun 1995. Tes DASS ini terdiri dari 42 item yang mengukur

general psychological distress seperti depresi, kecemasan dan stress. Tes

ini terdiri dari tiga skala yang masing-masing terdiri dari 14 item.
28

Kuesioner yang akan digunakan dalam penelitian ini menggunakan

kuesioner DASS pada bagian stress hanya untuk menilai tingkat stress.

Jawaban tes DASS ini terdiri dari 4 pilihan yang disusun dalam skala

likert dan subyek diminta untuk menilai pada tingkat manakah mereka

mengalami setiap kondisi yang disebutkan tersebut dalam satu minggu

terakhir. Selanjutnya, skor tersebut dijumlahkan dan dibandingkan

dengan norma yang ada untuk mengetahui gambaran mengenai tingkat

stress individu tresebut. Skala stress ini menilai tentang kesulitan santai,

gairah saraf, dan yang mudah marah/gelisah, mudah tersinggung/over-

reaktif dan tidak sabar.

Dalam pertanyaan di kuesioner DASS ada skala yang akan

dihitung total skor nya, yaitu :

0 : Tidak pernah

1 : Kadang-kadang

2 : Sering

3 : Selalu

Berdasarkan jurnal Internasional Australian Centre Posttraumatic

Mental Health (2013) Pertanyaan tentang stress dalam kuesioner DASS

meliputi nomor 1, 6, 8, 11, 12, 14, 18, 22, 27, 29, 32, 33, 35, 39.

Kemudian selanjutnya akan ditulis dengan nomor 1 sampai 14. DASS

memiliki discriminant validity dan nilai reliabilitas sebesar 0,91 yang

diolah berdasarkan penilaian Cronbach’s Alpha. Pertanyaan dalam

kuesioner ini meliputi perasaan jengkel pada hal yang kecil, reaksi
29

individu yang berlebihan, kesulitan untuk rileks, energi yang terbuang

percuma, tidak sabaran, menjengkelkan bagi orang lain, sulit mentolerir

gangguan, tegang, dan gelisah.

Kriteria Stress berdasarkan kuesioner DASS bagian stress adalah

sebagai berikut :

Stress ringan : 15-18

Stress sedang : 19-25

Stress berat : ≥ 26

e. Tinjauan Hubungan antara Tingkat Stress dengan Siklus

Menstruasi

Stress seringkali membuat siklus menstruasi yang tidak teratur.

Hal ini terjadi karena stress sebagai rangsangan sistem saraf diteruskan

ke susunan saraf pusat yaitu limbic sistem melalui transmisi saraf,

selanjutnya melalui saraf autonom akan diteruskan ke kelenjar-kelenjar

hormonal (endokrin) hingga mengeluarkan secret (cairan) neurohormonal

menuju hipofisis melalui sistem prontal guna mengeluarkan

gonadotrophin dalam bentuk 29 FSH dan LH, produksi kedua hormone

tersebut dipengaruhi oleh Gonadotropin Releasing Hormone (GnRH)

yang di salurkan dari hipotalamus ke hipofisis. Pengeluaran GnRH

sangat dipengaruhi oleh mekanisme umpan balik estrogen terhadap

hipotalamus sehingga selanjutnya mempengaruhi proses menstruasi

(Prawirohardjo, 2014).
30

f. Manajemen Stress

Stress merupakan sumber dari berbagai penyakit pada manusia.

Apabila stress tidak cepat diatasi atau dikelola dengan baik, maka akan

berdampak lebih lanjut seperti mudah terjadi gangguan atau terkena

penyakit. Saam (2013) menjelaskan untuk mencegah dan mengatasi

stress agar tidak sampai ke tahap yang paling berat, maka dapat

dilakukan dengan cara sebagai berikut :

1) Melakukan rileksasi

2) Melakukan olah raga

3) Menjaga asupan gizi yang seimbang

4) Melancong atau rekreasi

5) Memancing

6) Menanam atau memelihara bunga

7) Membicarakan masalah yang dihadapi dengan orang lain atau ahli

professional

8) Melakukan yoga

9) Membaca Al-Qur’an

10) Melakukan dzikir

11) Mendirikan sholat tahajud dan

12) Menciptakan variasi kerja


31

3. Aktivitas Fisik

a. Definisi Aktifitas Fisik

Menurut WHO (2018), aktivitas fisik adalah segala bentuk

gerakan tubuh yang memerlukan pengeluaran energi dan pembakaran

kalori, dapat berupa olahraga maupun aktivitas fisik sehari-hari,

dilakukan selama sepuluh menit tanpa henti. Sedangkan menurut

Kemenkes (2015) aktivitas fisik adalah setiap gerakan tubuh yang

meningkatkan pengeluaran tenaga dan energi atau pembakaran kalori.

Aktivitas fisik remaja dapat diukur sebagai pengeluaran kalori (caloric

cost), tetapi tidak selalu sesuai karena keuntungan dan efek kesehatan

aktivitas fisik melalui pengeluaran energi sebagai contoh lari dengan

suatu intensitas tertentu, sedangkan pengeluaran energi rendah contohnya

latihan peregangan tidak berhubungan dengan besarnya pengeluaran

kalori (Subardja, 2014).

b. Klasifikasi Aktivitas Fisik

Fathonah, dkk (2016) menyatakan bahwa aktivitas fisik dibagi

menjadi dua aktivitas fisik internal dan eksternal ;

1) Aktivitas fisik internal yaitu suatu aktivitas dimana proses bekerjanya

organ-organ dalam tubuh saat istirahat.

2) Sedangkan aktivitas eksternal yaitu aktivitas yang dilakukan oleh

pergerakan anggota tubuh yang dilakukan sesorang selama 24 jam

serta banyak mengeluarkan energi.


32

c. Efek Aktivitas Fisik pada Sistem Reproduksi Wanita

Aktivitas Fisik dapat meningkatkan ataupun menurunkan resiko

terjadinya gangguan menstruasi, tergantung pada intensitasnya. Semakin

tinggi frekuensi dan intensitasnya, maka resiko terjadinya gangguan

menstruasi akan meningkat (Tristiana, 2017). Atlet perempuan yang

belum menstruasi akan mengalami keterlambatan menarche. Perempuan

yang berolahraga dengan intensitas tinggi juga beresiko mengalami

amenorea, kemungkinannya karena peningkatan hormone androgen,

penuruna fungsi ovarium, kehilangan lemak tubuh, atau konsumsi obat

penunda menstruasi. Amenorea juga dapat disebabkan karena

menurunnya kadar FSH dan LH saat berlatih atau atau melakukan

akivitas fisik yang keras dan berat (Kanca, 2012).

d. Cara Mengukur Tingkat Aktivitas Fisik

Aktivitas Fisik dapat diukur dengan beberapa cara, diantaranya :

1) International Physical Activity Questionnaire (IPAQ)

(IPAQ) merupakan kuesioner yang digunakan untuk

mengukur aktivitas fisik selama tujuh hari terakhir. IPAQ terdiri dari

dua bentuk, yaitu bentuk singkat dan panjang. IPAQ bentuk singkat

meliputi aktivitas berjalan dan aktivitas menetap baik sedang maupun

berat. IPAQ bentuk panjang mengukur secara rinci aktivitas berjalan

serta aktivitas sedang dan berat di empat situasi, yaitu pekerjaan,

transportasi, halaman/kebun dan rumah tangga, serta waktu luang

(Janatin, 2013).
33

IPAQ dalam bahasa Inggris memiliki hasil uji reliabilitas

yang baik dengan korelasi 0,81 (95% CI = 0,79 – 0,82), sedangkan

hasil uji validitas menunjukkan angka 0,33 (95% CI = 0,26 – 0,39).

IPAQ dalam bahasa Indonesia bersifat reliable (Janatin, 2013).

Berdasarkan sistem skor IPAQ, aktivitas fisik akan dibagi

menjadi tiga tingkatan, yaitu :

a) Aktivitas fisik ringan

(1) Tidak ada aktivitas yang dilaporkan

(2) Beberapa aktivitas dilaporkan namun tidak memenuhi

kategori 2 atau 3

b) Aktivitas fisik sedang

(1) Melakukan aktivitas fisik berat selama 3 hari atau lebih,

minimal 20 menit/hari atau

(2) Melakukan aktivitas fisik sedang selama 5 hari atau lebih

dan/atau berjalan, minimal 30 menit/hari atau

(3) Melakukan kombinasi dari berjalan, aktivitas fisik sedang,

dan aktivitas fisik berat selama 5 hari atau lebih, minimal 600

METmenit/minggu.

c) Aktivitas fisik berat

(1) Melakukan aktivitas fisik berat minimal 3 hari dengan total

1500 MET-menit/minggu ATAU


34

(2) Melakukan kombinasi dari berjalan, aktivitas fisik sedang,

dan aktivitas fisik berat selama 7 hari atau lebih, minimal

3000 METmenit/minggu.

2) Global Physical Activity Questionnare (GPAQ)

Global Physical Activity Questionnare (GPAQ) merupakan

kuesioner yang dikembangkan oleh WHO dalam rangka melakukan

surveilans aktivitas fisik di berbagai negara. GPAQ terdiri dari 16

pertanyaan yang meliputi tiga situasi, yaitu aktivitas di tempat kerja,

perjalanan ke dan dari suatu tempat, serta aktivitas rekreasi (WHO,

2010).

3) Rapid Assesment of Physical Activity

Rapid Assesment of Physical Activity merupakan kuesioner

yang dikembangkan oleh University of Washington Health

Promotion Research Center untuk mengukur level dan intensitas

aktivitas fisik (University of Washington Health Promotion Research

Center, 2006).

4. Penelitian Terkait

Penelitian yang dilakukan oleh Azizah nurlaila elza 2020 hubungan

tingkat stress dan aktivitas fisik dengan siklus menstruasi pada remaja putri

kelas MAN model 2 kota madiun . Penelitian ini menggunakan desain penelitian

korelasional dengan pendekatan cross sectional (potong lintang). Populasi studi

adalah remaja putri kelas model di MAN 2 Kota Madiun. Jumlah sampel adalah 43

siswi.Metode pengumpulan data menggunakan kuesioner. Uji statistik dalam


35

penelitian ini menggunakan uji Chi Square. Hasil uji statistik tingkat stress dengan

siklus menstruasi didapatkan p value = 0,037 < α = 0,05 artinya terdapat hubungan

antara tingkat stress dengan siklus menstruasi. Hasil uji statistik aktivitas fisik

dengan siklus mentruasi didapatkan p value = 0,046 < α = 0,05 artinya juga

terdapat hubungan antara aktivitas fisik dengan siklus menstruasi.

Beda penelitian yang di lakukan oleh Azizah nurlaila elza yaitu

jenis penelitian ini adalah penelitian uji Chi Square dengan desain cross

sectional dan peng ambilan sampel menggunakan metode uji Chi Square,

sedangkan peneliti menggunakan metode dengan desain cross sectional dan

menggunakan metode Stratified Random Sampling. Persamaan pada

penelitian ini adalah sama-sama meneliti siklus menstruasindan sama-sama

menggambil variabel dependen siklus menstruasi dan independen

kecemasan dan kebersihan wajah.


36

B. Kerangka Teori

Kerangka Teori adalah formulasi atau simplikasi dari kerangka teori

atau teori yang mendukung penelitian tersebut (Notoatmodjo, 2012).

Aktivitas Fisik

: - Internal Aktivitas Faktor yang


memengaruhi
- Eksternal siklus menstruasi :

- Berat badan
Siklus Menstruasi
-Aktivitas fisik
- Normal
- Stress
- Tidak Norma
- Diet
Faktor yang
- Paparan
memengaruhi stress :
Lingkungan lingkungan dan
kondisi kerja
- Kognitif
- Gangguan
- Kepribadian endokrin

- Sosial Budaya - Gangguan


perdarahan

Skema 2.1 : kerangka teori

Keterangan: = yang diteliti

= yang tidak diteliti

= Pengaruh

= hubungan
37

C. Kerangka Konsep

Kerangka Konsep adalah suatu uraian dan visualias variabel yang lain

dari hubungan atau kaitan antara konsep atau terhadap konsep yang lainnya,

atau antara variabel yang satu dengan variabel yang lain dari masalah yang

ingin diteliti (Notoatmodjo, 2012).

Variabel independen Variabel dependen

Siklus menstruasi pada


1. Tingkat sters mahasiswi keperawatan
2. Aktivitas fisik Semester VIII

Skema 2.2 : kerangka konsep

D. Hipotesis

Hipotesis dalam penelitian ini dapat dirumuskan sebagai berikut :

a. Ha : terdapat Hubungan Antara Tingkat Stress dengan Siklus Menstruasi

pada pada mahasiswi

b. Ha : terdapat Hubungan Antara Aktivitas Fisik dengan Siklus Menstruasi

pada pada mahasiswi


BAB III
METODE PENELITIAN

A. Desain Penelitian

Penelitian ini merupakan jenis penelitian kuantitatif dengan

pendekatan desain cross sectional yaitu untuk melihat hubungan antara

variable dependen dengan variabel independen dilakukan secara bersama-

sama atau sekaligus. Setiap subyek penelitian hanya diobservasi sekali saja

dalam satu waktu selama penelitian berlangsung (Notoatmojo, 2011).

Dalam penelitian ini peniliti ingin mengetahui hubungan antara tingkat

stres dan aktivitas fisik dengan siklus pada mahasiswi S1 Keperawatan tingkat

akhir Universitas Pahlawan Tuanku Tambusai.

1. Rancangan Penelitian

Penelitian dimulai

Mahasiswa S1
Keperawatan tingkat akhir
Universitas Pahlawan
Tuanku Tambusai

Menentukan faktor risiko


(tingkat stres dan aktivitas
fisik)) Melakukan
pengamatan sekali Hasil pengamatan
waktu atau bersama atau pengukuran
siklus menstruasi

Hasil analisis

Skema 3.1 Rancangan Penelitian (Hidayat, 2014)

38
39

2. Alur Penelitian

Alur penelitian ini menjelaskan tentang tahapan yang dilakukan

dalam penelitian. Adapun alur penelitian ini dapat dilihat pada skema 3.2

berikut ini :

Izin: Universitas Pahlawan Tuanku Tambusai

Populasi: Seluruh mahasiswi Prodi S1 Keperawatan tingkat


akhir yang berjumlah 144 orang

Sampel: Mahasiswa Prodi S1 Keperawatan semester VIII


diambil dengan metode Stratified Random Sampling n=100

Pemberian kuesioner untuk


Pengambilan data dengan cara pemberian
masalah siklus menstruasi
kuesioner untuk menentukan tingkat stres dan
pada mahasiswa
aktivitas fisik dan siklus menstruasi

Melakukan pengolahan data

Analisa data (univariat dan bivariat)

Hasil data

Skema 3.2 Alur Penelitian


40

3. Prosedur Penelitian

a. Tahap persiapan

1) Menentukan jadwal penelitian

Penentuan jadwal penelitian ini bertujuan untuk mengetahui

waktu yang tepat untuk dilakukannya penelitian.

2) Menentukan populasi dan sampel.

3) Menyiapkan alat dan bahan penelitian yang meliputi kuesioner .

b. Tahap Pelaksanaan Penelitian

Penelitian ini dilakukan pengumpulan data penelitian berupa

tingkat stess dan aktivitas fisik dengan siklus menstruasi mahasiswi S1

Keperawatan Semester VIII menggunakan kuesioner.

c. Tahap Akhir

Pada tahap akhir ini kegiatan yang dilakukan sebagai berikut:

1) Mengumpulkan data.

2) Mengolah dan menganalisis data yang diperoleh.

3) Menarik kesimpulan dari hasil yang didapat.

4. Variabel Penelitian

Variabel – variabel yang akan diteliti pada penelitian ini adalah :

a) Variabel Independen (Variabel Bebas) tingkat stress dan aktivitas fisik

mahasiswi S1 Keperawatan Semester VIII Universitas Pahlawan

Tuanku Tambusai.

b) Variabel Dependen (Variabel Terikat) adalah dengan kejadian siklus

menstruasi mahasiswi S1 Keperawatan Semester VIII Universitas

Pahlawan Tuanku Tambusai.


41

B. Lokasi dan Waktu Penelitian

1. Lokasi Penelitian

Penelitian akan dilakukan di Universitas Pahlawan Tuanku Tambusai.

2. Waktu Penelitian

Penelitian rencananya akan dilaksanakan pada bulan Juli – Agustus 2022

C. Populasi dan Sampel

1. Populasi

Populasi merupakan keseluruhan objek penelitian yang akan diteliti

(Notoatmojo, 2011). Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh

mahasiswi Program Studi S1 Keperawatan Semester VIII Universitas

Pahlawan Tuanku Tambusai yang berjumlah 144 orang.

2. Sampel

Sampel merupakan bagian yang diambil dari keseluruhan objek

yang diteliti dan dianggap mewakili populasi (Notoatmojo, 2011). Sampel

dalam penelitian ini adalah sebagian dari populasi yaitu mahasiswi S1

Keperawatan Semester VIII Universitas Pahlawan Tuanku Tambusai.

a) Kriteria Sampel

1) Kriteria Inklusi

Kriteria inklusi merupakan kriteria dimana subjek penelitian

mahasiswa S1 Keperawatan Semester VIII Universitas Pahlawan

Tuanku Tambusai dapat mewakili sampel penelitian yang memenuhi

syarat sebagai sampel.


42

(a) Mahasiswi aktif di Program Studi S1 Keperawatan Semester

VIII Universitas Pahlawan Tuanku Tambusai.

(b) Mahasiswi Program Studi S1 Keperawatan Semester VIII yang

bersedia menjadi responden.

2) Kriteria Ekslusi

Kriteria ekslusi merupakan kriteria dimana subjek penelitian

tidak dapat mewakili sampel penelitian yang tidak memenuhi syarat

sebagai sampel.

(a) Mahasiswi Program Studi S1 Keperawatan Semester VIII

Universitas Pahlawan Tuanku Tambusai yang tidak mengisi

Kuesioner secara lengkap

(b) Mahasiswa Program Studi S1 Keperawatan Semester VIII

Universitas Pahlawan Tuanku Tambusai yang tidak bisa ditemui

selama penelitian.

3. Besar Sampel

Untuk menentukan jumlah sampel dalam penelitian ini, peneliti

menggunakan rumus rumus slovin sebagai berikut:

N
n=
1+ Ne ²

n : jumlah sampel yang dicari

N : jumlah populasi

e : tingkat kepercayaan atau ketepatan yang diinginkan (0,05)

144
n=
1+ 144(0,05) ²
43

144
n=
1+ 144(0,0025)

144
n=
1+ 0,4375

n = 100,17 ≈ 100

jadi sampel yang diteliti dalam penelitian ini adalah 100 orang.

4. Teknik sampling

Teknik sampling merupakan cara-cara yang ditempuh dalam

pengambilan sampel dengan sendirinya akan tergantung dari tujuan

penelitian dan sifat-sifat populasi (Notoadmodjo,2012). Teknik

pengambilan sampel dalam penelitian ini yaitu dengan menggunakan

teknik Proportionate Stratified Random Sampling dilakukan dengan

membagi populasi ke dalam sub populasi / strata secara proporsional dan

dilakukan secara acak.

D. Etika Penelitian

1. Lembaran persetujuan (Informed Consent)

Informed Consent merupakan persetujuan antara peneliti dan

responden penelitian dengan memberikan lembar persetujuan. Informed

Consent tersebut akan diberikan sebelum penelitian dilakukan dengan

memberikan lembar persetujuan untuk menjadi responden. Tujuan dari

Informed Consent adalah agar subjek mengerti maksud dan tujuan

penelitian, mengetahui dampaknya. Jika subjek bersedia, maka mereka

harus menandatangani lembar persetujuan. Jika responden tidak bersedia,

maka peneliti harus menghormati hak responden.


44
45

a. Tanpa nama (Anonimity)

Memberikan dalam penggunaan subjek penelitian dengan cara

tidak memberikan atau mencamtumkan nama responden pada lembar

alat ukur dan hanya menuliskan kode atau inisial pada lembar

pengumpulan data atau hasil penelitian yang akan diajukan.

b. Kerahasiaan

Memberikan jaminan kerahasiaan hasil penelitian, baik informasi

maupun masalah – masalah lainnya. Semua informasi yang telah

dikumpulkan di jamin kerahasiaannya oleh peneliti, hanya kelompok

data tertentu yang akan dilaporkan pada riset (Hidayat, 2014).

c. Confidentiality (Kerahasiaan)

Pada penelitian ini akan dijamin dan dijaga kerahasiaannya.

Semua informasi yang diberikan responden hanya digunakan untuk

keperluan penelitian.

E. Alat Pengumpulan Data

Adapun alat yang digunakan dalam penelitian ini adalah kuesioner.

Kuesioner ini telah digunakan oleh Wahyuningsih (2018) dalam

penelitiannya tentang hubungan tingkat stres remaja dengan siklus

menstruasi di SMK Bakti Indonesia Medika Jombang. Adapun kusioner

dalam penelitian ini terdiri dari:

1. Karakteristik Responden

Yang terdiri dari nama (inisial), usia, pendidikan, dan usia menarche.
46

2. Kuesioner Siklus menstruasi

Yang berisi tentang siklus menstruasi. Kuesioner yang meliputi 2

pertanyaan dengan kategori jawaban Ya skor 1 dan Tidak untuk skor 0.

Siklus menstruasi normal 21-35 hari dan dikatakan tidak normal jika

siklus menstruasi <21 hari dan >35 hari.

3. Kuesioner yang pernyataan tentang tingkat stres

a. Nilai 0 (0-38) → Tidak ada gejala atau keluhan

b. Nilai 1 (39-57) → Gejala ringan

c. Nilai 2 (58- 76) → Gejala sedang

d. Nilai 3 (77-96) → Gejala berat

e. Nilai 4 > 97 → Gejala berat sekali

4. Kuesioner yang pernyataan tentang tingkat aktivitas fisik

a. Aktivitas fisik ringan

1) Tidak ada aktivitas yang dilaporkan

2) Beberapa aktivitas dilaporkan namun tidak memenuhi kategori 2

atau 3

b. Aktivitas fisik sedang

1) Melakukan aktivitas fisik berat selama 3 hari atau lebih,

minimal 20 menit/hari atau

2) Melakukan aktivitas fisik sedang selama 5 hari atau lebih dan/atau

berjalan, minimal 30 menit/hari atau


47

3) Melakukan kombinasi dari berjalan, aktivitas fisik sedang, dan

aktivitas fisik berat selama 5 hari atau lebih, minimal 600

METmenit/minggu.

c. Aktivitas fisik berat

1) Melakukan aktivitas fisik berat minimal 3 hari dengan total 1500

MET-menit/minggu atau

2) Melakukan kombinasi dari berjalan, aktivitas fisik sedang, dan

aktivitas fisik berat selama 7 hari atau lebih, minimal 3000

METmenit/minggu.

F. Prosedur Pengumpulan Data

1. Data Primer

Data primer diperoleh melalui kuesioner yang diberikan melalui

google form yang berisi tentang kecemasan dan kebersihan wajah serta

kejadian Acne Vulgaris mahasiswa S1 Keperawatan tingkat akhir

Universitas Pahlawan Tuanku Tambusai.

2. Data sekunder

Data sekunder diperoleh dari penelusuran dokumen serta catatan dan

data-data berupa jumlah mahasiswa Prodi S1 Keperawatan tingkat akhir

Universitas Pahlawan Tuanku Tambusai.

G. Definisi Operasional

Penelitian dilakukan dengan mengumpulkan data mengenai beberapa

variabel. Untuk menghindari kesalahan persepsi, diperlukan batasan yang

ditetapkan dari variabel tersebut sehingga diperlukan definisi operasional


48

yang meliputi definisi variabel dalam penelitian maupun alat, hasil serta alat

ukur.

Tabel 3.1 Definisi Operasional

No Variabel Definisi Alat Ukur Skala Hasil Ukur


Operasional Ukur

1 Variabel Stress Kuesioner Ordinal Skor :


independen merupakan
reaksi tubuh - Tidak pernah :0
1. tingkat dan psikis - Kadang : 1
stress terhadap
tuntutan- - Sering : 2
tuntutan
lingkungan - Selalu :3
kepada
seseorang.
Reaksi
ditimbulkan
oleh tubuh
terhadap
stress
misalnya
keringat
dingin, napas
sesak, dan
jantung
berdebar-
debar. 22
Reaksi psikis
terhadap
stress
misalnya
frustasi,
tegang,
marah, dan
agresi (Saam,
2013)..
2. aktifitas menurut Kuisioner Ordinal Melakukan aktivitas
fisik Kemenkes
(2015) 1.aktivitas ringan
aktivitas fisik =tidak melakukan
adalah setiap
49

gerakan aktivitas
tubuh yang
meningkatka 2.aktivitas sedang=
n melakukan aktivitas
pengeluaran sedang selama 5 hari
tenaga dan (berjalan kaki
energi atau minimal 30 menit )
pembakaran 3.akttivitas berat
kalori. =melakukan aktivitas
berat selama 7 hari
2 Variabel .Siklus Kuesioner Ordinal 1.Normal (21-35
dependen menstruasi hari)
merupakan 2Tidak normal (<21
Siklus jarak antara hari dan >35
menstruasi tanggal hari)
mulainya
menstruasi
yang lalu dan
mulai
menstruasi
berikutnya.

H. Rencana Analisa Data

1. Analisa Univariat

Analisis univariat pada penelitian ini dilakukan pada tiap-tiap

variabel yang disajikan dalam bentuk frekuensi dan persentase. Analisis

univariat bertujuan untuk mendapatkan gambaran deskriptif tiap variabel.

Analisis univariat dilakukan untuk mengetahui distribusi frekuensi

variabel independent yaitu tingkat stress dan aktivitas fisik dan variabel

dependent yaitu mahasiswa program studi S1 Keperawatan. Analisis

univariat diperoleh dengan menggunakan program komputer serta

penyajian analisis univariat menggunakan frekuensi dan persentase

dengan rumus sebagai berikut:


50

F
P= x 100%
N

Keterangan :
P = Persentase
F = Jumlah skor
N = Jumlah skor seluruhnya
2. Analisa Bivariat

Analisis bivariat dilakukan untuk membuktikan hipotesis dalam

penelitian ini dengan menggunakan uji chi-square untuk data berupa

kategori. Analisis bivariat ini digunakan untuk melihat probabilitas suatu

kejadian. Jika P-value ≤ 0,05 maka Ho ditolak dan Ha diterima yang

berarti ada hubungan antara variabel independent dengan variabel

dependent. Sebaliknya jika Pvalue > 0,05 maka Ho dterima dan Ha ditolak

yang berarti tidak ada hubungan antara variabel independent dengan

variabel dependent.

Anda mungkin juga menyukai