Anda di halaman 1dari 61

PROPOSAL PENELITIAN

HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN MENOPAUSE DENGAN


TINGKAT KECEMASAN PADA WANITA PREMENOPAUSE
DI DESA TALAGA WILAYAH KERJA
PUSKEMAS CARINGIN

Oleh

Sri Alia Nuriman

1932311010

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN PROFESI NERS


FAKULTAS KESEHATAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SUKABUMI
2022
HALAMAN PERSETUJUAN
Proposal Penelitian
HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN MENOPAUSE DENGAN
TINGKAT KECEMASAN PADA WANITA PREMENOPAUSE DI DESA
TALAGA WILAYAH KERJA PUSKEMAS CARINGIN

Telah disetujui untuk diujikan di hadapan Tim Penguji Proposal Penelitian


Program Studi Pendidikan Profesi Ners
Fakultas Ilmu Kesehatan
Universitas Muhammadiyah Sukabumi

Sukabumi,……………
Menyetujui,
Pembimbing I Pembimbing II

Tri Utami, M.Kep Kartika Tarwati S.Pd.,M.Hum


NIDN 0927129001 NIDN 04301188

Ketua Program Studi Pendidikan Profesi Ners

Ria Andriani, M.Kep.,Sp. Kep.An


NIDN 0411127901
Mengetahui,

ii
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL.......................................................................................i
HALAMAN PERSETUJUAN.......................................................................ii
DAFTAR ISI...................................................................................................iii
DAFTAR TABEL...........................................................................................iv
DAFTAR GAMBAR......................................................................................v
BAB I PENDAHULUAN...............................................................................vi
A. Latar Belakang......................................................................................1
B. Rumusan Masalah.................................................................................4
C. Tujuan Penulisan..................................................................................5
D. Manfaat Penulisan................................................................................5
BAB II KAJIAN TEORITIS.........................................................................7

A. Tinjauan Pustaka...................................................................................7
1. Konsep Menopause.........................................................................7
2. Konsep Pengetahuan.......................................................................14
3. Konsep Kecemasan.........................................................................19
B. Penelitian Terdahulu.............................................................................28
C. Kerangka Berpikir................................................................................29
D. Hipotesis...............................................................................................30
BAB III METODE PENELITIAN................................................................31

A. Desain Penelitian..................................................................................31
B. Definisi dan Operasional......................................................................31
C. Populasi dan Sampel.............................................................................32
1. Populasi..........................................................................................32
2. Sampel...........................................................................................33
3. Teknik Sampling............................................................................33
D. Tempat dan Waktu Penelitian...............................................................34
E. Teknik Pengumpulan Data...................................................................35
1. Jenis Data.......................................................................................35
2. Instrumen Penelitian......................................................................35
3. Uji Instrumen.................................................................................37
4. Proses penelitian............................................................................39
F. Analisis Data.........................................................................................41
G. Etika Penelitian.....................................................................................41
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN

iii
DAFTAR TABEL

Tabel 2.1. Penelitian Terdahulu........................................................................28


Tabel 3.1 Definisi Operasional.........................................................................31

iv
DAFTAR GAMBAR

Gambar 2.1 Kerangka berpikir pengetahuan dengan tingkat kecemasan pada


wanita premenopause dalam menghadapi menopause..................29

v
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Seiring berjalannya kehidupan, proses pertumbuhan dan perkembangan
manusia akan sampai pada masa usia tua. Pada saat pertumbuhan dan
perkembangan akan terhambat pada suatu tingkat, akibatnya akan terjadi
banyak penyesuaian pada fungsi tubuh manusia, perubahan tersebut biasanya
timbul pada usia lanjut (Sugiarti & Anggraini, 2019). Khususnya pada
wanita, teknik penuaan ini memiliki efek pribadi pada siklus menstruasi.
Siklus menstruasi setiap bulan mulai terganggu dan akhirnya hilang sama
sekali (Matjino, 2019).
Perempuan memiliki dua fase hidup, yaitu menstruasi pertama (menarche)
dan menstruasi terakhir (menopause). Dua tahap ini memiliki banyak
kesamaan sehingga prosesnya lambat dan dapat dilalui oleh perempuan
karena keduanya berkaitan dengan hormon estrogen, selain itu fase ini juga
demikian pada saat wanita telah memasuki tingkat menopause, kadar estrogen
dan progesteron semakin menurun sehingga ikut mempengaruhi hormon
lainnya. Ini juga sering menjadi alasan banyak perempuan untuk mengalami
beberapa gejala ilmiah dan psikologis yang menghalangi kagiatan sehari-hari
dan berdampak buruk pada kualitas hidup dan kepercayaan diri (Lestari et al.,
2022).
Pre menopause adalah peralihan antara masa reproduktif dan masa
senium. Biasanya masa ini di sebut juga dengan pra menopause, anatara usia
40 tahun di tandai dsengan siklus haid yang tidak terartur, dengan perdarahan
haid yang memanjang dan relatif banyak (Siregar & Yusuf, 2022). Sedangkan
menopause adalah fase dimana wanita mendapatkan haid alami yang terakhir,
dimana terjadi antara usia 45-55 tahun (Matjino, 2019). Sindroma
pramenopause dan menopause dialami oleh banyak wanita di dunia, sekitar
70-80% di Eropa, 60 % di Amerika, 57% di Malaysia, 18% di Cina dan 10%
di Jepang dan Indonesia (Susilawati & Anggrowati, 2021).

1
2

Berdasarkan pravalensi WHO ( World Health Organization ) Jumlah


wanita menopause di Asia, pada tahun 2025 melonjak dari 107 juta jiwa akan
menjadi 373 juta jiwa (Susilawati & Anggrowati, 2021). Sedangkan pada
tahun 2030, jumlah wanita di seluruh dunia yang memasuki masa menopause
akan mencapai 1,2 miliar orang. Di Indonesia sendiri pada tahun 2025
diperkirakan akan ada 60 juta wanita menopause (Irnawati, 2016).
Pada tahun 2020 jumlah penduduk di Indonesia mencapai 270,20 juta
jiwa, antara lain 133,54 juta jiwa untuk penduduk wanita dan jumlah wanita
usia 40-44 tahun dengan premenopause berjumlah 12 juta jiwa (BPS, 2020).
Berdasarkan data Badan Pusat Statistik di (BPS) jumlah wanita menopause
meningkat setiap tahun dengan jumlah tercatat 2,70 juta jiwa penduduk
wanita di Sukabumi dari total penduduk Indonesia yaitu 261,89 juta jiwa
(BPS, 2022).
Sedangkan jumlah wanita di Kecamatan Caringin dengan total 52 ribu
jiwa, dan data dari Puskemas Caringin data wanita usia dengan 40-44 tahun
berjumlah 4.173 jiwa. Adapun jumlah wanita di desa Talaga dengan usia 40-
44 tahun berjumlah 628 jiwa.
Selama masa menopause ada perubahan bentuk dalam produksi hormon
seks, terutama estrogen dan progesteron. Gejala saat menopause termasuk
insomnia, hot flashes, keringat malam, pusing, sakit kepala berkepanjangan,
nyeri sendi, stres yang tidak dapat dijelaskan, nyeri selama hubungan seksual,
vagina kering dan banyak lagi. Selain gejala fisik wanita menopause juga
dapat mengalami gejala mental atau psikologis. Jenis perubahan ini mungkin
dialami oleh semua perempuan, sebelum fase menopause biasanya didahului
dengan fase pramenopause (Widyantari et al., 2019).
Salah satu gejala gangguan psikologis yaitu cemas. Kecemasan yang
mereka alami sering kali dihubungkan dengan perasaan kekhawatiran yang
belum pernah terjadi sebelumnya. Kecemasan pada setiap individu berbeda-
beda, ada yang ringan, sedang dan ada juga yang berat, sehingga
membutuhkan upaya penanganan untuk mengatasi masalah kecemasan yang
dialami (Widyantari et al., 2019).
3

Ada banyak faktor yang mempengaruhi kecemasan ibu premenopause


dalam menghadapi masa menopause diantaranya yaitu pengetahuan, jumlah
anak, pekerjaan, sikap, dukungan keluarga, kondisi ekonomi dan gaya hidup
(Yazia & Hamdayani, 2020). Kecemasan tersebut dapat teratasi jika wanita
mempunyai pengetahuan tentang menopause, sehingga wanita perlu
mengikuti kegiatan pendidikan kesehatan tentang menopause karena dengan
kegiatan tersebut dapat menambah informasi tentang menopause dan wanita
lebih siap dalam menghadapi masa menopause (Suprapti, 2020).
Umumnya wanita kurang mendapatkan informasi yang benar sehingga
yang ada hanya efek negatif yang akan dialami setelah terjadi masa
menopause (Widyantari et al., 2019). Pengetahuan wanita tentang menopause
akan sangat penting karena akan dapat menumbuhkan efek positif pada
penataan kondisi psikologis. Kesiapan mental dan pengetahuan yang cukup
akan memudahkan seseorang dalam mengontrol depresi, kecemasan, serta
gangguan emosional yang mungkin bisa menurunkan masalah tidur (Wahyuni
& Ruswanti, 2018).
Untuk menambah pengetahuan wanita premenopause agar dapat
mengurangi kecemasan menghadapi masa menopause dapat dilakukan
dengan beberapa hal diantaranya adalah pendidikan kesehatan. Kegiatan
edukasi merupakan usaha untuk memelihara dan meningkatkan derajat
kesehatan individu, kelompok. Pemahaman melalui kegiatan formal maupun
non formal tentang kesehatan akan membentuk perilaku seseorang, karena
apabila prilaku didasari dengan pengetahuan yang baik maka wanita akan
semakin siap dalam menghadapi menopause. Pengetahuan dapat melalui
sumber, seperti media massa, social media dan sebagainya (Wibowo &
Nadhilah, 2020).
Selain informasi yang diperoleh dari sumber-sumber diatas peran perawat
maternitas diperlukan diarea masyarakat. Seorang perawat yang dapat
berperan sebagai edukator dan konselor sangat dibutuhkan. (Susilawati &
Anggrowati, 2021). Untuk itu tenaga kesehatan diharapkan dapat membantu
mengatasi kecemasan ibu menghadapi menopause dengan meberikan
penyuluhan. Penyuluhan tersebut dapat berupa penyuluhan mengenai gejala-
4

gejala, faktor-faktor penyebab, upaya-upaya dalam mengahadapi sehingga


dalam menghadapi masa menopause sehingga tidak menimbulkan rasa
berlebihan yang berlebihan (Puspitasari, 2020).
Studi pendahuluan yang peneliti lakukan di wilayah kerja Puskemas
Caringin didapatkan hasil pada bulan Oktober 2022 terhadap tiga orang
wanita usia 40-44 tahun premenopause didapatkan hasil yaitu satu orang
mengatakan mengetahui tentang menopause, tanda dan gejala serta dampak
menjelang menopause sehingga tidak mengalami kecemasan karena mereka
menyadari akan masa umur yang akan tua dan pasti akan mengalami hal ini,
mereka lebih pasrah menjalani hidup dan tidak mau melawan kodrat bahwa
perempuan akan mengalami penuaan. Kemudian dua orang mengatakan tahu
tentang menopause namun ibu tersebut mengatakan tidak mengetahui tanda
dan gejala ataupun faktor-faktor mengenai menopause dan merasakan
kecemasan.
Hal ini sesuai dengan penelitian Sugiarti & Anggraini (2019) menyatakan
bahwa 75,6% responden mengalami tingkat pengetahuan baik karena mereka
sudah mengetahui tentang menopause, seperti pengertian menopause,
perubahan psikologis, gejala menopause dan kualitas hidup wanita
menopause. Tingkat pengetahuan yang cukup ini dikarenakan sebagian besar
wanita menopause yang berpendidikan menengah sehingga pengetahuan dan
pemahaman mereka tentang menopause lebih luas dan mendalam.
Akan tetapi, tingkat pengetahuan tidak mempengaruhi tingkat kecemasan
pada wanita yang menghadapi menopause. Hal ini sesuai dengan penelitian
Lestari et al. (2022) dengan hasil penelitiannya menyebutkan bahwa hanya
tiga orang dari 40 responden yang memiliki tingkat pengetahuan baik dengan
tingkat kecemasan sedang. Berdasarkan uraian permasalahan tersebut maka
peneliti tertarik untuk melakukan penelitian dengan judul hubungan tingkat
pengetahuan tentang menopause dengan tingkat kecemasan pada wanita pre-
menopause di desa Talaga Wilayah Kerja Puskesmas Caringin.

B. Rumusan Masalah
5

Adakah hubungan tingkat pengetahuan menopause dengan tingkat


kecemasan pada wanita premenopause di desa Talaga wilayah kerja
Puskemas Caringin?

C. Tujuan Penulisan
1. Tujuan Umum
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan tingkat
pengetahuan menopause dengan tingkat kecemasan pada wanita
premenopause di desa Talaga wilayah kerja Puskemas Caringin
2. Tujuan Khusus
Tujuan khusus dari penelitian ini:
a. Diketahuinya gambaran karakterstik responden (usia, pekerjaan,
pendidikan terakhir, jumlah anak).
b. Diketahuinya tingkat pengetahuan wanita dalam menghadapi
menopause.
c. Diketahuinya tingkat kecemasan pada wanita dalam menghadapi
menopause.
d. Diketahuinya hubungan tingkat pengetahuan dengan tingkat
kecemasan pada wanita Premenopause.

D. Manfaat Penulisan
1. Bagi Puskemas
Hasil penelitian ini diharapkan dapat digunakan untuk memperkaya
ilmu keperawatan, khususnya keperawatan maternitas dalam promosi
kesehatan dan pengembangan model asuhan keperawatan pada perempuan
menopause dimasa yang akan datang.
2. Bagi Intitusi Pendidikan
Penelitian ini diharapkan dapat menjadikan referensi dan mampu
mengembangkan kurikulum keperawatan khususnya dibidang
keperawatan maternitas sehingga dapat mengembangkan pengetahuan dan
pengalaman yang baru tentang, Hubungan tingkat pengetahuan
6

menopause dengan tingkat kecemasan pada wanita premenopause dalam


menghadapi menopause.

3. Bagi peneliti lain


Hasil penelitian ini diharapkan dapat dijadikan bahan masukkan
bagi proses penelitian selanjutnya namun menggunakan variabel yang
berbeda yaitu dengan sosial ekonomi yang dapat dijadikan sebagai
perbandingan keaslian.
BAB II

TINJAUAN TEORITIS

A. Tinjauan Pustaka
1. Konsep Menopause
a. Definisi Menopause
Secara harfiah menopause berasal dari Bahasa Yunani, yaitu dari
kata ‘men’ yang berarti bulan, dan kata ‘peuseis’ yang berarti
penghentian sementara. Secara linguistic kata yang lebih tepat adalah
‘menocease’ yang berarti masa berhentinya menstruasi. Menurut
medis, menopause diartikan sebagai masa pengehentian menstruasi
untuk selamanya (Puspitasari, 2020). Masa menopause ini tidak bisa
diketahui tetapi biasanya akan diketahui setelah setahun berlalu.
Menopause adalah suatu proses pralihan dari masa produktif menuju
perlahan-lahan ke masa non produktif yang disebabkan berkurang nya
hormone estrogen dan progesterone (Suparni, 2016).
Sedangkan menurut Sari et al (2021) Menopause adalah menstruasi
terahir atau saat terjadinya haid terakhir. Berhentinya haid didahului
oleh siklus haid yang lebih panjang, dengan perdarhan yang berkurang.
Umur terjadinya menopause dipengaruhi oleh keturunan, kesehatan
umum dan pola kehidupan. Sedangkan menurut Susilawati &
Anggrowati (2021) Menopause adalah berhentinya kesuburan dari
sistem reproduksi yang menyebabkan hilangnya dari aktivitas ovarium
beberapa waktu sebelum akhir dari kehidupan. Dengan demikian dapat
disimpulkan bahwa menopause adalah tidak terjadinya menstruasi
pada seorang wanita selama satu priode yang disebabkan oleh
menurunya produksi hormone estrogen dan progesterone di ovarium
sehingga kemampuan berproduksi menurun dan berakhir.

7
8

b. Klasifikasi Menopause
Menurut Suparni (2016) Menopause dibedakan menjadi tiga
macam yaitu:
1) Menopause Premature (Dini)
Menopause prematur adalah menopause yang terjadi
dibawah usia 40 tahun. Menopause premature ditandai dengan
apabila terjadi penghentian masa menstruasi sebelumnya tepat pada
waktunya disertai dengan hot flushes serta peningkatan kadar
hormon gonadotropin. Jika tidak mengalami tanda-tanda yang
seperti disebutkan, perlu anda tindak lanjut kembali penyebab lain
terganggu ovarium. Adapun faktor-faktor yang menyebabkan
menopause prematur adalah heriditer, gangguan gizi yang cukup
berat, penyakit menahun dan penyakit yang merusak jaringan
kedua ovarium. Namun menopause prematur tidak memerlukan
terapi, kecuali pemberian keterangan atau informasi terkait kepada
seorang wanita yang bersangkutan.
2) Menopause Normal
Menopause alami dan umumnya terjadi pada usia di akhir
40 tahun atau di awal 50 tahun. Menopause normal ini yang paling
banyak terjadi pada wanita.
3) Menopause Terlambat
Menopause yang terjadi apabila seorang wanita masih
mendapat haid diatas 52 tahun. Ada beberapa faktor yang
menyebabkan terjadinya menopause terlambat, diantaranya faktor
tersebut adalah fibromyoma uter dan tumor ovarium yang
menghasilkan estrogen.
c. Tahap-Tahap Menopause
Secara medis, kata menopause mengacu pada tanggal menstruasi
terakhir. Gejala menopause terjadi sebelum dan sesudah menopause
yang sebenarnya yang disebut klimakterium. Berikut ini tiga tahapan
menopause alami dilihat dari sisi fisik (Manurung et al., 2017).
9

1) Pramenopause,
Fase ini terjadi pada usia 40 tahun dan dimulainya fase
klimakterium. Pada fase ini dimana seorang Wanita akan
mengalami kekacauan pola menstruasi, terjadi perubahan
psikologis / kejiwaan, terjadi perubahan fisik. Berlangsung selama
4-5 tahun.
2) Menopause
Yaitu fase dimana berhentinya menstruasi atau haid
terakhir akibat adanya perubahan kadar hormon dalam tubuh yaitu
menurunnya fungsi estrogen dalam tubuh. Perubahan dan keluhan
psikologis dan fisik makin menonjol. Berlangsung sekitar 3-4
tahun.
3) Pasca Menopause
kondisi dimana seorang wanita telah mencapai masa
menopause. Wanita beradaptasi terhadap perubahan psikologi dan
keluhan fisik makin berkurang, namun seorang wanita akan muda
sekali mengidap penyakit jantung dan pengeroposan tulang
(osteoporosis).
d. Gejala-Gejala Menopause
Menjelang menopause atau ketika memasuki fase premenopause
wanita banyak mengalami tanda-gejala yang menimbulkan perubahan
baik perubhan fisik maupun psikologis yang akan dialami. Menurut
Nugraha et al (2022) tanda dan gejala menopause antara lain.
1) Gejala fisik yang menimbulkan rasa tidak nyaman:
a) Ketidakteraturan siklus haid
Ketidakteraturan siklus haid merupakan tanda gejala utama
dan umum yaitu terjadi fluktuasi dalam siklus haid, kadang kal
a menstruasi muncul tepat waktu, tetapi tidak pada siklus berik
utnya. Ketidakteraturan ini sering disertai dengan jumlah darah
yang sangat banyak, tidak seperti volume pendarahan haid
yang normal.
10

b) Rasa panas (Hot Flash)


Gejala ini akan dirasakan mulai dari wajah sampai
keseluruh tubuh. Selain rasapanas juga disertai dengan warna
kemerahan padakulitdan berkeringat. Rasapanas ini akan
mempengaruhi pola tidur wanita menopause yang akibatnya
seringkali wanita menopause kekurangan tidur. Masing-masing
wanita menderita masalah ini dalam tingkat yang berbedabeda.
Hot flush berlangsung dalam 30 detik sampai 5 menit.
c) Gangguan Tidur
Masalah insomnia atau susah tidur akan dialami oleh
beberapa wanita menopause. Selain itu juga wanita menopause
akan terbangun pada malam hari dan sulit untuk bisa tidur
kembali. Hot flush juga dapat menyebabkan wanita terbangun
dari tidurnya. Selain itu juga kesulitan untuk tidur dapat
disebabkan karena rendahnya kadar serotonin yang dipengaruhi
padamasa pre menopause. Dimana kadar serotonin dipengaruhi
oleh kadar endorfin. Sekitar 65 sampai 75 persen dari wanita
mengalaminya, paling sering selama premenopause. Intensitas,
durasi dan frekuensi bervariasi.
d) Kekeringan Vagina
Keadaan ini terjadi karena leher rahim sedikit sekali
mensekresikan lendir. Penyebabnya adalah kekurangan
estrogen yang menyebabkan liang vagina menjadi lebih tipis,
lebih kering, dan kurang elastis. Alat kelamin mulai mengerut,
keputihan, dan rasa sakit pada saat kencing.
e) Perubahan Berat Badan
Banyak wanita yang bertambah berat badannya pada masa
menopause, hal ini disebabkan oleh faktor makanan dan kurang
olahraga.
f) Perubahan Kulit
11

Sinar matahari adalah penyebab terbesar perubahan kulit


wanita menopause. Perubahan yang terjadi yaitu kulit tampak
kering, berkeringat secara berlebihan, keriput, perubahan
fungsi pelindung dalam kulit, penipisan kulit dan penyembuhan
luka menjadi lama.
g) Seksualitas Menurun
Keadaan ini terjadi sekitar 30% pada wanita
premenopause, menurunnya gairah seks ini adalah hal yang
umum dan sering disebabkan oleh kondisi sementara seperti
kelelahan. Menurunnya gairah seks pada wanita premenopause
disebabkan oleh menurunnya tingkat esterogen, faktor strees,
dan depresi.
2) Gejala Psikologis yang ditimbulkan:
a) Sulit berkonsentrasi dan mudah lupa.
Kurangnya alirah darah ke otak menyebabkan susah
berkonsentrasi, yaitu keadaan pikiran yang tidak menentu
seperti khawatir, pikiran kosong, membesar-besarkan ancaman,
memandang diri sebagai sangat sensitif, merasa tidak berdaya.
b) Sikap mudah tersinggung
Keadaan ini disebabkan oleh menurunnya hormone
esterogen sehingga wanita akan lebih mudah marah dan
tertekan.
c) Kecemasan yang berlebihan
Kecemasan yang timbul sering dihubungkan dengan adanya
kekawatiran pada wanita menjelang menopause yang bersifat
relatif, artinya ada orang yang kembali cemas dan dapat
kembali tenang, setelah mendapat semangat atau dukungan dari
orang sekitarnya. Akan tetapi banyak juga wanita mengalami
menopause namun tidak mengalami perubahan yang tidak
berarti dalam kehidupannya.
e. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Menopause
12

Usia dan saat terjadinya menopause seseorang dapat bervariasi.


Misalkan wanita di Eropa usia menopause nya tidak akan sama dengan
wanita di Negara Asia. Fase menopuase bergantung beberapa faktor
yang berperan utama yaitu gen keluarga kemungkinan berperan
menentukan usia terjadinya menopause.
Berikut ini beberapa faktor terjadinya menopause menurut Rafida
et al. (2022), yaitu
1) Faktor Psikis
Perubahan-perubahan psikologis maupun fisik berhubungan
dengan kadar estrogen, gejala yang menonjol adalah berkurangnya
tenaga dan gairah, berkurangnya konsentrasi dan kemampuan
akademik, timbulnya perubahan emosi seperti mudah tersinggung,
susah tidur, rasa kekurangan, rasa sepi, ketakutan, keganasan, tidak
sabar. Perubahan psikis ini berbeda-beda tergantung dari
kemampuan setiap wanita untuk menyesuaikan diri.
2) Usia pada saat pertama haid (menarche)
Menarche adalah usia pertama kali menstruasi dalam
rentang usia 10-16 tahun atau pada masa awal remaja di tengah
masa pubertas sebelum memasuki masa reproduksi. Beberapa
penelitian menemukan terdapat hubungan antara umur pertama
mendapat haid pertama dengan umur sewaktu memasuki
menopause. Semakin muda/ dini menarche terjadi, makin lambat
menopause timbul. Sebaliknya, makin lambat menarche terjadi,
makin cepat menopause timbul.
3) Usia Melahirkan
Semakin tua seseorang melahirkan anak, maka semakin tua
ia mulai memasuki usia menopause. Hal ini terjadi karena
kehamilan dan persalinan akan memperlambat sistem kerja organ
reproduksi bahkan memperlambat proses penuaan.
4) Jumlah anak (paritas)
semakin sering melahirkan maka semakin tua atau lama
memasuki usia menopause. Sedangkan wanita yang belum pernah
13

melahirkan sama sekali (nullipara) lebih awal memasuki


menopause dibandingkan wanita yang telah melahirkan lebih dari
satu kali (multipara) yang akan mengalami menopause lebih.
5) Pekerjaan
Beban pekerjaan sangat mempengaruhi cepat lambatnya
seseorang mengalami menopause. Hal ini terkait masalah psikis
dalam menghadapi rutinitas pekerjaan sehari-hari.
6) Merokok
Perilaku hidup sehat sangat berperan penting dalam
pencegahan sindrom premenopause, misalnya tidak merokok,
menghindari kopi, alkohol dan makanan pedas. Merokok dapat
mempercepa terjadinya sindrom premenopause karena wanita yang
merokok mempunyai kadar estrogen yang lebih rendah daripada
wanita yang tidak merokok.
7) Kontrasepsi
Pemakaian kontrasepsi berpengaruh terhadap kejadian
menopause, penggunaan kontrasepsi hormonal dapat
memperlambat memasuki masa menopause. Hal ini dikarenakan
cara kerja kontrasepsi yang menekan kerja ovarium atau indung
telur. Padawanita yang menggunakan alat kontrasepsi hormonal
akan lebih lama atau tua memasuki masa menopause.
8) Sosial Ekonomi
Keadaan sosial ekonomi seseorang akan mempengaruhi
fakor fisik, kesehatan, dan pendidikan. Bila factor tersebut cukup
baik, akan mempengaruhi beban fisiologis. Kesehatan akan faktor
klimakterium sebagai faktor psikologis.
9) Budaya dan Lingkungan
Pengaruh budaya dan lingkungan dibuktikan sangat
mempengaruhi perempuan untuk dapat atau tidak bisa
menyesuaikan diri dengan fase klimakterium.
10) Status Gizi
14

Faktor yang juga mempengaruhi menopause lebih awal


biasanya dikarenakan konsumsi yang sembarangan. Jika ingin
mencegah menopause lebih awal dapat dilakukan dengan
menerapkan pola hidup sehat seperti berhenti merokok, serta
mengkonsumsi makanan yang baik misalnya sejak masih muda
rajin mengkonsumsi makanan sehat seperti kedelai, kacang merah,
bengkoang, atau papaya.
11) Stres
Seperti halnya cemas mempengaruhi menopause, stres juga
merupakan salah satu faktor yang bisa menentukan kapan wanita
akan mengalami menopause. Jika seorang wanita akan sering
merasakan stres maka sama halnya dengan cemas, wanita tersebut
akan lebih cepat mengalami menopause.
f. Upaya Yang Dilakukan Untuk Menghadapi Menopause
Adapun upaya yang bisa dilakukan untuk mencegah gejala
menopause agar tidak bertambah parah, yaitu menghindari makanan
pedas dan minuman panas, berkafein, atau beralkohol, menciptakan
lingkungan rumah yang sejuk dan nyaman, mengenakan pakaian
berbahan katun agar tubuh terasa sejuk, menerapkan teknik relaksasi,
antara lain dengan meditasi, pengaturan napas, yoga, serta tai chi,
menggunakan pelumas vagina berbahan dasar air (Harahap, 2022).
2. Konsep Pengetahuan
a. Definsi Pengetahuan
Pengetahuan adalah suatu hasil dari rasa keingintahuan melalui
proses sensoris teruatama pada mata dan telinga terhadap objek
tertentu (Haruna et al., 2021). Sedangkan menurut Darsini et al (2019)
Pengetahuan adalah merupakan hasil dari tahu, dan ini terjadi setelah
orang melakukan penginderaan terhadap suatu objek tertentu.
Penginderaan terjadi melalui panca indera manusia, yakni indera
penglihatan, pendengaran, penciuman, rasa dan raba. Sebagian besar
pengetahuan manusia diperoleh melalui mata dan telinga.
15

Pengetahuan merupakan domain penting untuk terbentuknya


perilaku seseorang (Srimayati, 2020). Berdasarkan beberapa definisi
diatas bahwa pengetahuan merupakan hasil dari tahu dan terjadi
setelah orang melakukan penginderaan terhadap suatu objek tertentu.
Dan berdasarkan konsep ini, pengetahuan yang perlu diberikan kepada
wanita premenopause meliputi definisi menopause, gejala dan tanda
serta kecemasan yang mungkin akan terjadi.
b. Tingkat Pengetahuan
Darsini et al (2019) Mengatakan Pengetahuan dalam domain
kognitif mempunyai 6 tingkatan, yaitu
1) Pengetahuan (Knowledge)
Tahu diartikan sebagai mengingat suatu materi yang telah
dipelajari sebelumnya. Termasuk ke dalam pengetahuan tingkat
ini adalah mengingat kembali sesuatu yang spesifik dari
keseluruhan bahan yang dipelajari. Kata kerja untuk mengukur
bahwa orang tahu tentang apa yang dipelajari antara lain
menyebutkan, menguraikan, mendefinisikan, menyatakan, dan
sebagainya.
2) Pemahaman (Comprehension)
Memahami diartikan sebagai suatu kemampuan untuk
menjelaskan secara benar tentang obyek yang diketahui dan
dapat menginterpretasikan materi tersebut secara benar. Orang
yang telah paham terhadap objek atau materi harus dapat
menjelaskan, menyebutkan contoh, menyimpulkan terhadap
objek yang dipelajari.
c. Sumber-Sumber Pengetahuan
Alays et al (2022) menyatakan bahwa sumber pengetahuan di
dapat dari jenjang pendidikan yang terdiri dari pendidikan formal, non-
formal dan informal.
1) Pendidikan formal terdiri dari pendidikan dasar, menengah dan
tinggi
a) Pendidikan dasar
16

yaitu pendidikan yang memberikan pengetahuan dan


keterampilan, menumbuhkan sikap dasar yang diperlukan serta
mempersiapkan untuk mengikuti pendidikan menangah,
merupakan bakal dari dasar perkembangan kehidupan baik
pribadi maupun masyarakat terdiri dari SD.
b) Pendidikan menengah
yaitu pendidikan yang mempersiapkan peserta didik
menjadi anggota masyarakat yang memiliki kemampuan
mengadakan hubungan timbal balik dengan lingkungan sosial
budaya dengan alam sekitar serta dapat mengembangkan
kemampuan lebih lanjut dalam dunia kerja atau perguruan
tinggi. Pendidikan menengah terdiri dari pendidikan menengah
umum (SMP & SMA).
c) Pendidikan tinggi
Yaitu pendidikan yang mempersiapkan peserta didik agar
memiliki kemampuan tingkat tinggi yang bersifat akademik ata
u profesional sehingga dapat menerapkan, mengembangkan me
nciptakan ilmu pengetahuan dan teknologi dalam pembangunan
nasional serta meningkatkan kesejahteraan manusia. Terdiri dar
i akademi, instansi, sekolah tinggi, dan universitas.
2) Pendidikan Non-formal
meliputi pendidikan kecakapan hidup, pendidikan anak usia di
ni, pendidikan kepemudaan, pendidikan pemberdayaan perempuan,
pendidikan keaksaraan, pendidikan keterampilan dan pelatihan kerj
a, pendidikan kesetaraan serta pendidikan lain yang ditujukan untu
k mengembangkan kempuan peserta didik. Terdiri atas lembaga
kursus, lembaga pelatihan, kelompok belajar, pusat kegiatan
belajar masyarakat.
3) Pendidikan informal
Dilakukan oleh keluarga dan lingkungan berbentuk
kegiatan belajar secara mandiri. Selain itu juga dapat diperoleh dari
pengalaman. Pengalaman pribadi dapat digunakan sebagai upaya
17

memperoleh pengetahuan. Perlu diperhatikan bahwa tidak semua


pengalaman pribadi dapat menuntun sesorang untuk menarik
kesimpulan dengan benar, maka perlu berfikir kritis dan logis.

d. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Pengetahuan


Menurt Darsini et al (2019) Faktor-faktor yang mempengaruhi
pengetahuan dapat diklasifikasikan menjadi dua yaitu faktor internal
dan faktor eksternal.
1) Faktor Internal
a) Usia
Semakin tua usia seseorang maka semakin konstruktif
dalam menerima informasi yang didapat dan semakin banyak
pengetahuan yang dimiliki. Jadi, semakin tua usia seseorang
maka semakin banyak pengalaman dan pengetahuan yang
dimiliki.
b) Jenis Kelamin
Jenis kelamin yaitu tanda biologis yang membedakan
manusia berdasarkan kelompok laki - laki dan perempuan.
Jenis kelamin mengacu pada seseorang berperilaku dan
mencerminkan penampilan sesuai dengan jenis kelaminnya.
Jenis kelamin mempunyai keterkaitan langsung maupun tidak
langsung dengan tingkat pengetahuan seseorang terhadap suatu
hal. Diketahui bahwa jenis kelamin laki laki cenderung
mempunyai pengetahuan lebih baik dari pada perempuan.
2) Faktor Eksternal
a) Pengetahuan
Seseorang yang mempunyai ilmu pengetahuan dan kemamp
uan intelektual akan dapat meningkatkan kemampuan dan rasa
percaya diri dalam menghadapi stres mengikuti berbagai kegiat
an untuk meningkatkan kemampuan diri akan banyak menolon
g individu tersebut.
b) Pendidikan
18

Pengukuran tingkat pengetahuan dapat dilakukan dengan


wawancara atau kuesioner, untuk menyatakan tentang isi
materi yang akan diukur dari responden. Kedalaman
pengetahuan yang ingin diketahui atau diukur dapat
disesuaikan dengan tujuh tingkatan diatas. Pengukuran tingkat
pengetahuan bertujuan untuk mengetahui status pengetahuan se
seorang.
c) Pekerjaan
Aktivitas perempuan sehari-hari dapat mempengaruhi
kualitas hidup yang dimiliki. Seorang perempuan yang
berperan hanya sebagai ibu rumah tangga saja tingkat
pengetahuan yang dimiliki cenderung tidak banyak perubahan.
Sedangkan seorang perempuan yang mempunyai aktivitas
sosial di luar rumah akan lebih banyak mendapat informasi
baik, misalnya dari teman bekerja atau teman dalam aktivitas
sosial.
d) Pengalaman
Pengalaman seorang individu tentang berbagai hal biasa
diperoleh dari lingkungan kehidupan dalam proses
perkembangannya, misalnya sering mengikuti kegiatan.
Berkaitan dengan umur dan Pendidikan individu, maksud nya
bahwa semakin bertambah umur dan Pendidikan yang tinggi
maka pengalaman seseorang akan jauh lebih luas.
e) Sumber informasi
Melalui berbagai media baik cetak maupun elektronik
seperti televisi, radio, majalah, koran dan buku. Sehingga
seseorang yang lebih sering terpapar media massa akan
memperoleh informasi yang lebih banyak dibandingkan dengan
orang yang tidak pernah terpapar informasi media. Ini berarti
paparan media massa mempengaruhi tingkat pengetahuan yang
dimiliki oleh seseorang.
f) Minat
19

menjadikan seseorang untuk mencoba dan menekuni,


sehingga seseorang memperoleh pengetahuan yang lebih
mendalam.
g) Lingkungan
Lingkungan merupakan seluruh kondisi yang ada disekitar
manusia dan pengaruhnya yang dapat mempengaruhi
perkembangan dan perilaku orang atau kelompok. Lingkungan
merupakan segala sesuatu yang ada di sekitar individu, baik
lingkungan fisik, biologis, maupun sosial. Lingkungan
berpengaruh terhadap proses masuknya pengetahuan ke dalam
individu yang berada didalam lingkungan tersebut. Contohnya,
apabila suatu wilayah mempunyai sikap menjaga kebersihan
lingkungan, maka sangat mungkin masyarakat sekitarnya
mempunyai sikap menjaga kebersihan lingkungan.
h) Sosial budaya
Sistem sosial budaya yang ada pada masyarakat dapat
mempengaruhi dari sikap dalam menerima informasi.
Seseorang yang berasal dari lingkungan yang tertutup
seringkali sulit untuk menerima informasi baru yang akan
disampaikan. Hal ini biasanya dapat ditemui pada beberapa
komunitas masyarakat tertentu.
3. Konsep Kecemasan
a. Definisi Kecemasan
Kecemasan dalam Bahasa Inggris yaitu anxiety yang berasal dari
Bahasa Latin angustus yang memiliki arti kaku, dan ango, anci yang
berarti mencekik. Kecemasan merupakan keadaan emosional negatif
yang ditandai dengan adanya firasat dan somatik ketegangan, seperti
hati berdetak kencang, berkeringat, kesulitan bernapas (Annisa & Ifdil,
2016). Menurut Moji & Savitri (2021) kecemasan adalah perasaan
tidak nyaman atau ketakutan yang tidak jelas dan gelisah disertai
dengan respon otonom ( sumber terkadang tidak spesifik atau tidak
diketahui oleh individu), perasan yang wa-was untuk mengatasi
20

bahaya. Sedangkan kecemasan mneurut Srimayati (2020) adalah


perasaan yang tidak menyenangkan ditandai dengan kekhawatiran,
rasa takut dialami dalam tingkat yang berbeda.
Kecemasan dalam menghadapi menopause adalah kedaan yang
tidak menyenangkan, yang disebbakan karena individu tersebut akan
mengalami masa berhenti menstruasi (Srimayati, 2020). Sedangkan
menurut Suparni (2016) kecemasan yang timbul pada wanita
menopause sering dihubungkan dengan adanya kekhawatiran dalam
menghadapi situasi yang sebelumnya tidak pernah dikhawatirkan,
meski cemas dengan dengan berakhirnya masa reproduksi yang berarti
berhentinya nafsu seksual dan fisik.
Dapat disimpulkan dari materi yang dipaparkan diatas pengertian
kecemasana (anxiety) adalah kondisi emosi dengan timbulnya rasa
tidak nyaman pada diri seseorang yang disebabkan oleh suatu hal yang
belum pasti. Sedangkan kecemasan dalam menghadapi menopause
adalah suatu keadaan yang tidak menyenangkan yang disebabkan
dimana akan menghadapi situasi masa reproduksinya berakhir dan
penurunan fisik.
b. Aspek – Aspek Kecemasan

Menurut Annisa & Ifdil (2016) mengelompokkan kecemasan (anxiety)


dalam respon perilaku, kognitif, dan afektif, diantaranya :

1) Perilaku, diantaranya gelisah, ketegangan fisik, tremor, reaksi


terkejut, bicara cepat, kurang koordinasi, cenderung mengalami
cedera, menarik diri dari hubungan interpersonal, inhibisi,
melarikan diri dari masalah, menghindar, hiperventilasi, dan sangat
waspada.
2) Kognitif, diantaranya perhatian terganggu, konsentrasi buruk,
pelupa, salah dalam memberikan penilaian, preokupasi, hambatan
berpikir, lapang persepsi menurun, kreativitas menurun,
produktivitas menurun, bingung, sangat waspada, keasadaran diri,
kehilangan objektivitas, takut kehilangan kendali, takut pada
21

gambaran visual, takut cedera atau kematian, kilas balik, dan


mimpi buruk.
3) Afektif, diantaranya mudah terganggu, tidak sabar, gelisah, tegang,
gugup, ketakutan, waspada, kengerian, kekhawatiran, kecemasan,
mati rasa, rasa bersalah, dan malu.

Adapun Annisa & Ifdil (2016) membagi kecemasan menjadi tiga


aspek, yaitu:

1) Aspek fisik, seperti pusing, sakit kepala, tangan mengeluarkan


keringat, menimbulkan rasa mual pada perut, mulut kering, grogi,
dan lain-lain.
2) Aspek emosional, seperti timbulnya rasa panik dan rasa takut.
3) Aspek mental atau kognitif, timbulnya gangguan terhadap
perhatian dan memori, rasa khawatir, ketidakteraturan dalam
berpikir, dan bingung.
c. Jenis – jenis kecemasan
Annisa & Ifdil (2016) menjelaskan kecemasan dalam dua bentuk,
yaitu:
1) Trait anxiety
Trait anxiety, yaitu adanya rasa khawatir dan terancam
yang menghinggapi diri seseorang terhadap kondisi yang
sebenarnya tidak berbahaya. Kecemasan ini disebabkan oleh
kepribadian individu yang memang memiliki potensi cemas
dibandingkan dengan individu yang lainnya.
2) State anxiety
State anxiety, merupakan kondisi emosional dan keadaan
sementara pada diri individu dengan adanya perasaan tegang dan
khawatir yang dirasakan secara sadar serta bersifat subjektif.
d. Gejala – gejala kecemasan
22

Gejala-gejala kecemasan menghadapi menopause setiap individu


pasti pernah merasakan perasaan tidak nyaman, takut waswas akan
suatu hal dalam hidupnya, salah satunya adalah perasaan cemas.
Adapun beberapa gejala tentang kecemasan menurut Suparni
(2016) yaitu :
1) Gejala fisiologis meliputi, gemetar, tegang, nyeri otot, letih,
tidak dapat santai, kelopak mata bergetar, keninng berkerut,
muka tegang, tak dapat diam, mudah kaget, berkeringat,
jantung berdebar cepat, rasa dingin, telapak tangan lembap,
mulut kering, pusing, kepala terasa ringan, kesemutan, rasa
mual, rasa aliran panas dingin, sering kencing, diare, rasa tak
enak di ulu hati, kerongkongan tersumbat, muka merah dan
pucat, denyut nadi dan napas yang cepat waktu istirahat.
2) Gejala Psikologis meliputi, rasa khawatir yang berlebihan
tentang hal-hal yang akan datang, seperti cemas, khawatir,
takut, berpikir berulang-ulang, membayangkan akan datangnya
kemalangan terhadap dirinya maupun orang lain, kewaspadaan
yang berlebih, diantaranya adalah mengamati lingkungan
secara berlebihan sehingga mengakibatkan perhatian mudah
teralih, sulit konsentrasi, merasa nyeri dan sukar tidur.

Dari uraian diatas dapat disimpulkan tentang gejala-gejala


kecemasan menghadapi menopause adalah suasana hati yang
menujukan ketidaktenangan psikis, pikiran yang tidak menentu,
motivasi untuk mencapai sesuatu, reaksi-reaksi biologis yang tidak
terkendali.

e. Respon Terhadap Kecemasan


Respon tergadap kecemasan meliputi respon fisiologis, respon
perilaku kognitif dan afektif (Sugiarti & Anggraini, 2019).
1) Respon Fisiologis
Respon kecemasan terhadap system kardiovaskuler seperti
palpitasi, jantung berdebar, tekanan darah meningkat, rasa mau
pingsan denyut nadi dan tekanan darah turun. Respon
23

kecemasan terhadap sistem saluran pernafasan seperti napas


cepat, pernafaan dangkal, rasa tertekan pada dada,
pembengkakn pada tenggorokan, rasa tercekik dan terengah-
engah.
Respon kecemasan tehadap system neuromuscular terjadi
seperti insomnia, ketakutan, gelisah, wajah tegang dan
kelemahan secara umum. Respon kecemasan pada system
gastrointestinal seperti kehilangan nafsu makan, nausea, diare
perasaan panas dingin pada kulit dan muka pucat.

2) Respons Perilaku
Respons kecemasan pada respons perilaku seperti gelisah,
ketegangan fisik, tremor, gugup, menarik diri dan menghindar.
3) Respon Kognitif
Respons kecemasan pada respons kognitif seperti merasa
tidak sabar, tegang, nervous, takut yang berlebihan, gugup dan
sangat gelisah.
4) Respon Afektif
Respons kecemasan pada respons afektif seperti mudah
terganggu, tidak sabar, gelisah, tegang, gugup, ketakutan,
waspada, kekhawatiran, kecemasan, mati rasa, rasa bersalah
dan malu.
f. Faktor – Faktor Yang Mempengaruhi Kecemasan
Menurut Yazia & Hamdayani (2020) Ada banyak faktor yang
mempengaruhi kecemasan ibu premenopause dalam menghadapi masa
menopause diantaranya yaitu :
1) Tingkat Pendidikan
Pendidikan yang baik akan berdampak pada semakin baikn
ya pengetahuan seseorang, hal ini disebabkan karena seseorang y
ang berpengetahuan baik umumnya akan mudah penerimaan inf
ormasi, dengan begitu, responden yang memiliki banyak inform
asi akan mempunyai banyak cara untuk mengatasi masalah
24

yang dialaminya, termasuk masalah kecemasan menjelang me


nopause, sehingga dapat disimpulkan bahwa respondenyang be
rpengetahuan baik cenderung hanya akan mengalami kecemasan ri
ngan.
2) Dukungan Keluarga
Dukungan suami merupakan bantuan yang diberikan suami
kepada ibu saat menghadapi masa menjelang menopause.
Dukungan dan peran positif dari suami sebagai pasangan hidup
dapat memberikan bantuan yang sangat besar dalam
mengatasi kecemasan. Dengan adanya dukungan suami maka
ibu akan merasa lebih aman nayaman dalam menghadapi masa
menopausenya, dan membuat ibu bersemangat menjalani hari
harinya sehingga tidak lagi menimbulkan kecemasan pada ibu.
3) Sosial Ekonomi
Jika sosial ekonominya terpenuhi mungkin wanita lebih
mudah mendapatkan sarana dan fasilitas penunjang, seperti koran,
buku kesehatan, pelayanan kesehatan dan lain lain. Sehingga
wanita akan lebih mudah untuk memperoleh informasi mengatasi
gejala kecemasan yang dialaminya dan pengetahuan tentang
menopause dan dapat diminimalisir dengan baik
4) Gaya Hidup
Dalam gaya hidup sehat, seseorang dapat diubah dengan ca
ra memberdayakan individu agar merubah gaya hidupnya, merubah
nya bukan pada si individu saja, tetapi juga merubah lingkungan so
sial dan kondisi kehidupan yang memengaruhi pola perilakunya.
Perubahan bisa terjadi setiap saat, dan merupakan proses yang
dinamik serta tidak dapat dielakkan. Berubah berarti beranjak dari
keadaan yang semula. Tanpa berubah tidak ada pertumbuhan dan
tidak ada dorongan. Setiap orang dapat memberikan perubahan
pada orang lain. Merubah orang lain bisa bersifat implisit dan
eksplisit atau bersifat tertutup dan terbuka.
g. Proses Terjadinya Kecemasan
25

Proses terjadinya kecemasan menurut Damanik (2021) terdiri dari


faktor predisposisi dan faktor presipitasi.
1) Faktor predisposisi menyebabkan kecemasan dapat dipahami
melalui beberapa teori yaitu :
a) Teori psikoanalitik kecemasan adalah konflik emosional antara
insting dan superego yang mencerminkan hati seseorang.
Fungsi kecemasan adalah meningkatkan ego bahwa ada
bahaya.
b) Teori tingkah laku ini berkaitan dengan pendapat bahwa
kecemasan sesuatu yang menghalangi kemampuan seseorang
untuk mencapai tujuan yang di inginkan sehingga dapat
menimbulkan kecemasan.
2) Faktor Presipitasi
Faktor pencetus dapat berasal dari sumber internal dan
eksternal yang terbagi menjadi 2 kategori yaitu
a) Ancaman terhadap integritas fisik ancaman berupa
ketidakmampuan fisiologis yang akan datang atau menurunkan
kapasitas untuk melakukan aktifitas sehari-hari.
b) Ancaman terhadap sistem tubuh ancaman ini membahayakan
identitas, harga diri dan fungsi social seseorang.
h. Penatalaksanaan Kecemasan
Menurut Abdullah & Ikraman (2021) penatalakasanaan kecemasan
pada tahap pencegahan dan terapi memerlukan suatu metode
pendekatan yang bersifat holistik, yaitu mencakup fisik (somatik),
psikologi, atau psikiatrik, psikososial dan psikoreligius. Upaya
meningkatkan kekebalan tergadap stress dengan cara makan makanan
yang bergizi dan seimbang, tidur cukup, cukup olahraga, tidak
merokok dan tidak meminum minuman keras. Selain itu, cemas dapat
diatasi denganterapi non farmakologi seperti terapi yoga, terapi
meditasi, terapi thai chi, relaksasi otot progresif dan relaksasi
autogenik (Abdullah & Ikraman, 2021).
i. Tingkat kecemasan
26

Kecemasan (anxiety) memiliki tingkatan, Annisa & Ifdil (2016)


mengemukakan tingkat ansietas, diantaranya:
1) Ansietas ringan
Berhubungan dengan ketegangan dalam kehidupan sehari-
hari, ansietas ini menyebabkan individu menjadi waspada dan
meningkatkan lapang persepsinya. Ansietas ini dapat memotivasi
belajar dan menghasilkan pertumbuhan serta kreativitas.Misalnya
seseorang yang menghadapi ujian akhir, individu yang akan
melanjutkan Pendidikan ke jenjang yang lebih tinggi, atau
pasangan dewasa yang akan memasuki jenjang pernikahan.
2) Ansietas sedang
Memungkinkan individu untuk berfokus pada hal yang
penting dan mengesampingkan yang lain. Ansietas ini
mempersempit lapang persepsi individu. Dengan demikian,
individu mengalami tidak perhatian yang selektif namun dapat
berfokus pada lebih banyak area jika diarahkan untuk
melakukannya.
3) Ansietas berat
Sangat mengurangi lapang persepsi individu. Individu
cenderung berfokus pada sesuatu yang rinci dan spesifik serta tidak
berpikir tentang hal lain. Semua perilaku ditujukan untuk
mengurangi ketegangan. Individu tersebut memerlukan banyak
arahan untuk berfokus pada area lain. Misalnya individu yang
mengalami kehilangan harta benda dan orang dicintai karena
becana alam atau individu dalam penyanderaan.
4) Tingkat panik
Berhubungan dengan terperangah, ketakutan, dan teror. Hal
yang rinci terpecah dari proporsinya karena mengalami kehilangan
kendali, individu yang mengalami panik tidak mampu melakukan
sesuatu walaupun dengan arahan. Panik mencakup disorganisasi
kepribadian dan menimbulkan peningkatan aktivitas motorik,
menurunnya kemampuan untuk berhubungan dengan orang lain,
27

persepsi yang menyimpang, dan kehilangan pemikiran yang


rasional.

B. Penelitian Terdahulu

Tabel 2.1 Keaslian Penelitian Terdahulu


No Peneliti Judul Metode Peneliti Hasil Perbedaan
an
1 R.Tri Hubungan kuantitatif dan Adanya Perbedaan
Rahyuning Tingkat desain penelitian hubungan yang dengan
Lestari, dkk Pengetahuan analitik dengan bermakna antara peneliti ini
tahun 2022 Dengan Tingkat pendekatan tingkat adalah
Kecemasan Pada cross sectional. pengetahuan Teknik
Wanita Yang Teknik sampel dengan tingkat sampel
Menghadapi yang digunakan kecemasan pada yang
Menopause non-probability wanita digunakan
sampling menghadapi Quota
dengan teknik menopause.di Sampling,
total sampling. tunjukan dengan Teknik
Dengan Analisa uji Rank analisa data
data Analisa dat Spearman chi-square,
a menggunakan diperoleh nilai jumlah
uji spearman ra p-value = 0,003 responden
nk < α = 0,05. 98, waktu
dan lokasi
penelitian
berbeda.
2. Daniel Hubungan kuantitatif Hasil penelitian Perbedaan
Akbar Pengetahuan dengan desain menunjukan dengan
Wibowo, Tentang cross sectional. pvalue yaitu peneliti ini
Syifa Menopause Teknik sampel sebesar p0,211 adalah
Nadhilah Dengan yang digunakan (>0,05) secara Teknik
tahun 2020 Kecemasan Pada probability statistik sampel
Wanita sampling. Analis menyatakan yang
Premenopause Di a data mengguna bahwa tidak ada digunakan
Kelurahan kan uji-Sperman hubungan yang Quota
Kertasari Rank signifikan antara Sampling,
Kecamatan pengetahuan Teknik
Ciamis tentang analisa data
Kabupaten menopause chi-square,
Ciamis dengan jumlah
kecemasan pada responden,
wanita waktu dan
premenopause lokasi
di kelurahan penelitian
kertasari berbeda.
28

kecamatan
ciamis
kabupaten
ciamis.
3 Ni Putu Sri Hubungan Penelitian ini Hasil uji Perbedaan
Widyantari, Tingkat menggunakan hipotesis dengan
I Putu Artha Pengetahuan desain penelitian menggunakan peneliti ini
Wijaya, I Tentang korelasional dan spearman rank adalah
Made Dwie Menopause dengan menunjukkan Teknik
Pradnya Dengan rancangan nilai p sebesar sampel
Susila tahun Kecemasan penelitian cross 0,0001 dengan yang
2019 Mengahadapi sectional. nilai α<0,05 digunakan
Menopause Pada Teknik sampel yang Quota
Ibu Pembinaan yang digunakan menunjukkan Sampling,
Kesejahteraan non-probability terdapat Teknik
Keluarga sampling jenis hubungan antara analisa data
purposive tingkat chi-square,
sampling. pengetahuan jumlah
Dengan Analisa tentang responden,
data menopause waktu dan
mengguanakan dengan tingkat lokasi
uji spearman kecemasan penelitian
rank dengan menghadapi berbeda.
nilai α = 0,05. menopause pada
ibu-ibu PKK.
4. Siti Hubungan analitik melalui Ada hubungan Perbedaan
Sugiarti, Tingkat pendekatan yang positif dengan
Dewi Pengetahuan kuantitatif antara Tingkat peneliti ini
Anggraini Wanita Dengan dengan desain Pengetahuan adalah
tahun 2019 Tingkat cross sectional. Wanita tentang Teknik
Kecemasan Teknik sampel Menopause sampel
Dalam yang digunakan dengan Tingkat yang
Menghadapi dengan cara Kecemasan digunakan
Menopause Di Total Sampling. dalam Quota
Rw.005 Analisa data Menghadapi Sampling,
Kelurahan dengan Menopause di jumlah
Pondok Aren menggunakan RW 005 Pondok responden,
Tangerang Chi-square Aren Tangerang waktu dan
Selatan Tahun Selatan, dengan lokasi
2018 nilai p-Value penelitian
0,000 berbeda.
5 Betty Sri Pengetahuan Desain ada hubungan Perbedaan
Wahyuni, tentang penelitian yang yang signifikan dengan
dkk tahun Menopause digunakan antara peneliti ini
2018 dengan Tingkat adalah deskriptif pengetahuan adalah
Kecemasan pada korelasi dengan tentang Teknik
Wanita menggunakan menopause sampel
Premenopause di pendekatan dengan tingkat yang
29

Rumah Sakit cross sectional. kecemasan pada digunakan


Teknik wanita Quota
pengambilan premenopause Sampling,
sampel dengan di Rumah Sakit jumlah
metode Harapan Bunda responden,
purposive Jakarta Timur. waktu dan
sampling Ditunjukan lokasi
dengan Analisa dengan nilai p penelitian
data chi-square value yang ada berbeda.
sebesar 0,027
kurang dari
0,05.

C. Kerangka Berpikir
Kerangka berpikir ialah suatu uraian yang mengaitkan, menghubungkan
serta menjelaskan hubungan, pengaruh atau hubungan antara satu variable
dengan variable yang lainnya dalam penelitian berdasarkan teori yang
relevan, pendapat ahli dan hasil penelitian yang mendukung (Sudarmanto,
2021)
Kerangka berpikir hubungan tingkat pengetahuan menopause dengan
tingkat kecemasan pada wanita premenopause dapat digambarkan seperti
began dibawah ini:

Variabel Indepen Variabel Dependen

Tingkat Pengetahuan Kecemasan menghadapi


menopause menopause

Tingkat Pendidikan, Pekerjaan,


Jumlah anak (Paritas)
30

Keterangan:

= Diteliti = penghubung

= Tidak Di teliti = Hubungan

Gambar 2.1 Kerangka berpikir pengetahuan dengan tingkat kecemasan pada


wanita premenopause dalam menghadapi menopause.

D. Hipotesis
Hipotesis adalah merupakan suatu dugaan atau jawaban sementara yang
mungkin benar tetapi mungkin juga salah (A.Wibowo, 2021).
Adapun hipotesis dalam penelitian ini adalah:
H1: Ada hubungan pengetahuan menopause dengan tingkat kecemasan pada
wanita premenopause di desa Talaga wilayah kerja Puskesmas Caringin.
H0: Tidak ada hubungan pengetahuan menopause dengan tingkat kecemasan
pada wanita premenopause di desa Talaga wilayah kerja Puskesmas Caringin.
BAB III

METODE PENELITIAN

A. Desain Penelitian
Desain penelitian adalah semua proses yang diperlukan dalam
perencanaan dan pelaksanaan penelitian (Siyoto & Sodik, 2015). Jenis
penelitian ini menggunakan penelitian analitik korellatif dengan pendekatan
cross sectional. Cross sectional (potong lintang) penelitian yang mendesain
pengumpulan datanya dilakukan satu titik waktu (at one point in time)
(Swarjana, 2012). Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan
tingkat pengetahuan dengan tingkat kecemasan wanita premenopause
menghadapi menopause, Pada rancangan penelitian ini, variabel bebas (factor
resiko) dan variabel tergantung (efek) dinilai secara simultan pada suatu saat,
atau tidak ada follow up (Pinontoan et al., 2019).

B. Definisi Operasional

Tabel 3.1 Definisi Operasional

Variabel Definisi Alat ukur Cara Ukur Hasil Ukur Skala


operasional
Tingkat Hasil dari Kuesioner Lembar 1. Baik :16 - 23 Ordinal
pengetahuan tahu setelah B pertanyaan 2. Sedang: 9 -
wanita seseorang terdiri atas 23 15
tentang melakukan pertanyaan 3. Kurang: 0 - 8
menopause penginderaa dengan
n terhadap pengukuran
skala
perihal
guttman
menopause.
alternatif dua
jawaban
1. Benar
0. Salah

31
32

Tingkat Respon Kuesioner Lembar Total nilai yang Ordinal


kecemasan emosional HARS pertanyaan diperoleh
wanita yang tidak menurut menunjukkan
premenopaus baik yang Hamilton tingkat
e dalam muncul Rating Scale keparahan:
menghadapi pada wanita For Anxiety 1. Tidak ada
menopause. (HRS-A), gejala
yang akan
dengan kecemasan
menghadapi
pengukuran (0-13)
menopause. skala likert 2. Gejala ringan
yang terdiri (14–24)
atas 14 3. Gejala
kelompok sedang (25-
gejala, 34)
masing- 4. Gejala berat
masing (36 -46)
kelompok 5. Gejala berat
gejala diberi sekali/panik
penilaian (47-56)
antara 0-4.
0: Tidak
Pernah
1: Jarang
2: Kadang-
kadang
3: Sering
4: Terus
Menerus

C. Populasi dan Sempel


1. Populasi
Populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri atas objek /
subjek yang mempunyai kuantitas dan karakteristik tertentu yang
ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan kemudian ditarik
kesimpulannya (Roflin, 2021). Jadi populasi adalah keseluruhan objek
penelitian, apabila seseorang ingin meneliti semua elemen yang ada
dalam wilayah penelitian, maka penelitianya merupakan penelitian
populasi. Populasi dalam penelitian ini adalah wanita berusia 40
sampai 44 tahun di desa Talaga wilayah kerja Puskesmas Caringin
Kabupaten Sukabumi yang berjumlah 628 orang.
33

2. Sampel
Sampel adalah bagian dari populasi. Frasa ini memiliki dua makna,
yaitu semua unit populasi harus mendapatkan kesempatan menjadi unit
sampel, dan sampel dianggap sebagai penduga populasi atau populasi
bentuk kecil (small population). Artinya besar sampel harus mencukupi
untuk menggambarkan populasi (Roflin, 2021).
Populasi wanita berusia 40 sampai 44 tahun di desa Talaga wilayah
kerja Puskemas Caringin berjumlah 628 untuk memperoleh sampel yang
akan digunakan rumus slovin yaitu (Firdaus, 2018).
N
n=
1+ N ( e ) 2
628
n=
1+628 ( 0,1 ) 2
628
n=
1+628 ( 0,01 )
628
n=
1+6.28
628
n= =86,26
7,28
n= 86 ,26dibulatkan menjadi 86 orang
Dimana:
n: Jumlah sampel
N: Jumlah populasi
e: Tingkat signifikansi (0,01)
jadi jumlah sampel keseluruhan yang diambil untuk keperluan
penelitian ini yaitu 98 responden perempuan premenopause.
3. Teknik Sampling
Ismail (2021) menyebutkan teknik sampling adalah cara untuk
menentukan sampel yang jumlah nya sesuai dengan ukuran sampel yang
akan dijadikan sumber data sebenarnya, dengan memperhatikan sifat-sifat
dan penyebaran populasi agar diperoleh sampel yang representatif. Teknik
pengambilan sampel dalam penelitian ini adalah non-probability sampling
adalah teknik pengambilan sampel yang tidak memberi
34

peluang/kesempatan sama bagi setiap unsur atau anggota populasi untuk


dipilih menjadi sampel. Salah satu teknik sampling yang termasuk non-
probability sampling adalah Quota Sampling.
Teknik Quota Sampling akan digunakan dalam penelitian ini,
Quota sampling adalah teknik menentukan sampel dari populasi yang
mempunyai ciri-ciri tertentu sampai jumlah (kuota) yang diinginkan
(Rizqi & Romdhon, 2014). Menurut arti dari teknik Quota Sampling
tersebut, ada beberapa kriteria responden dalam penelitian ini.
Pengambilan sampel menggunakan kriteria inklusi dan ekslusi sebagai
berikut:
a. Kriteria inklusi adalah kriteria atau ciri-ciri yang perlu dipenuhi
oleh setiap anggota populasi yang dapat diambil sampel. Kriteria in
klusi dalam penelitian ini yaitu:
1) Mampu berkomunikasi dengan baik.
2) Wanita usia 40 – 44 tahun yang belum mengalami menopause.
3) Tidak terganggu pendengaran dan penglihatan
b. Kriteria eksklusi adalah ciri-ciri anggota populasi yang tidak dapat
diambil sebagai sampel. Kriteria ekslusi dalam penelitian ini yaitu:
1) Wanita yang pernah dilakukan histerektomi dan salfingo-
ooforektomi bilateral, yaitu operasi pengangkatan uterus, mulut
rahim, kedua Tuba fallopi, dan kedua ovarium.
2) Mengalami gangguan kejiwaan.

D. Tempat dan Waktu Penelitian


Waktu penelitian dan pengumpulan data akan dilaksanakan mulai
bulan November sampai bulan Desember 2022 wilayah kerja Puskemas
Caringin. Penelitian ini dilakukan dengan penyebaran kuisioner
pengetahuan wanita dalam menghadapi premenopause untuk mengurangi
kecemasan responden.
35

E. Teknik Pengumpulan Data


1. Jenis Data
a) Data Primer
Data yang diperoleh dengan cara memberikan kuisioner,
yang terdiri dari: pertanyaan tentang nama, umur, pendidikan,
pekerjaan, pertanyaaan tentang pengetahuan menopause dan
pernyataan tentang kecemasan menghadapi menopause.
b) Data Sekunder
Data sekunder diperoleh dari tempat yang bersangkutan
merupakan data terlengkap untuk data primer yang berhubungan
dengan masalah yang diteliti.
2. Instrumen Penelitian
Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini adalah kuesioner dalam
pertanyaan-pertanyaan pengetahuan tentang menopause dan kecemasan
perempuan menghadapi menopause yang diisi oleh responden. Kuesioner
merupakan alat ukur berupa angket atau kuesioner dengan beberapa
pertanyaan tertulis kepada responden untuk dijawab (Syech, 2021).
Pertanyaan terdiri dari 3 bagian:
a) Kuesioner A
Kuesioner ini terkait dengan identitas responden, yang
terdiri dari lima item yang meliputi: inisial nama, umur,
pendidikan, pekerjaan dan jumlah anak.
b) Kuesioner B
Kuesioner ini terkait dengan tingkat pengetahuan responden
mengenai mengenai menopause yang terdiri dari 23 pertanyaan,
yang merupakan pertanyaan tertutup (closed form quistionare),
yaitu pertanyaan yang sudah disediakan jawabannya sehingga
memudahkan responden untuk menjawab (Syech, 2021).
Pemberian nilai untuk pertanyaan favorable (positive statement)
adalah jika jawaban benar nilai 1, dan jawaban salah nilai 0.
Pertanyaan favorable terdiri dari nomor: 1, 5, 7, 8, 9, 10, 11, 15,
36

16, 17, 18, 19, 20, 21, 22, 23. Sedangkan untuk nilai pernyataan
unfavorable (negative statement) adalah jika jawab salah nilai 1,
dan jawaban benar nilai 0. Pernyataan unfavorable terdiri dari
nomor: 2, 3, 4, 6, 12, 13, 14.
Skala pengukuran pengetahuan menggunakan skala
Guttman, skala yang bersifat tegas dan konsisten dengan
memberikan jawaban yang tegas seperti jawaban dari
pertanyaan/pernyataan: ya dan tidak atau benar dan salah. Skala
Guttman dapat dibuat dalam bentuk ceklis. Pemberian nilai jika
jawabannya benar diberi nilai 1 dan jawabannya salah diberi nilai 0
(Sudaryono, 2016). Kuoesioner pengetahuan mengenai menopause
menggunakan skala guttman dengan rumus Natural cut off point
(Septiani, 2012).
Skor dari pertanyaan tentang pengetahuan berkisar antara 0
hingga 100% yang dibagi kedalam 3 katagori menurut Najahah et
al. (2022) yaitu
1) Baik jika pertanyaan dijawab benar sejumlah ≥16 (76% -
100%) dari seluruh pertanyaan yang ada.
2) Cukup jika pertanyaan dijawab benar sejumlah 15-12 (56%
- 75%) dari seluruh pertanyaan yang ada.
3) Kurang jika pertanyaan dijawab benar sejumlah ≤11 (40% -
55%) dari seluruh pertanyaan yang ada.
c) Kuesioner C
Bagian dari kuesioner ini untuk mengukur tingkat
kecemasn yang berasal dari Hamilton Rating Scale for Anxiety
(HRS-A) pada tiap 14 pertanyaan yang terdiri dari atas 14
kelompok gejala. Masing-masing kelompok gejala diberi penilaan
antara 0 - 4. Pertanyaan dengan jawaban tidak pernah bernilai 0,
jarang bernilai 1, kadang-kadang bernilai 2, sering bernilai 3 dan
terus menerus bernilai 4. Skor terendah adalah 0 dan tertinggi
adalah 56. Total nilai yang diperoleh menunjukkan tingkat
keparahan: tidak ada gejala kecemasan dengan nilai skor 0-13,
37

gejala ringan dengan nilai skor 42–24, gejala sedang dengan nilai
skor 25-35, gejala berat nilai skor 36 - 44, gejala berat sekali/panik
dengan nilai skor 45-56.
3. Uji Instrumen
a. Uji validitas
Validitas adalah suatu ukuran yang menunjukkan kesahihan suatu
instrument. Uji validitas dilakukan untuk menguji data yang valid atau
tidak dengan menggunakan alat ukur kuesioner tersebut. Uji korelasi
antara skors (nilai) tiap-tiap item (pertanyaan) dengan skors total
kuesioner perlu dilakukan untuk mengetahui apakah kuesioner yang
kita susun tersebut mampu mengukur apa yang hendak kita ukur .
Metode yang digunakan pada pengujian validitas instrument
menggunakan rumus korelasi Pearson Product Moment (Firdaus,
2018).

Keterangan:
r = Koefisien korelasi setiap item dengan skor total
x = Skor pertanyaan
y = Skor Total
N = Jumlah subjek
Suatu kuesioner dikatakan valid jika pertanyaan pada kuesioner
mampu untuk mengungkapkan sesuatu yang akan diukur oleh
kuesioner tersebut. Dalam hal ini digunakan beberapa item yang dapat
secara tepat mengungkapkan variabel yang diukur tersebut (Firdaus,
2018). Pengujian validitas dilakukan dengan menggunakan program
SPSS versi 26,0 dengan kriteria sebagai berikut:
1) jika rhitung > r table’ maka pertanyaan dinyatakan valid
2) jika rhitung < r table’ maka pertanyaan tidak valid

intrumen penelitian ini diambil dari penelitian terdahulu Asih


(2017) dimana uji validitas dilakukan di Puskesmas Pondok Jagung
38

sebanyak 30 responden pada instrument pengetahuan menopause bulan


April 2017. Hasil uji validitas dengan menggunakan progam SPSS
untuk kuesioner tingkat pengetahuan menopause dari 25 pertanyaan
ada 7 pertanyaan yang tidak valid. R tabel untuk 30 respponden adalah
>0,361, Alfa Croncbach >0,60. Uji validitas ke lapangan telah
dilakukan uji konten dengan expert. Hasil dari uji konten 7 pertanyaan
yang tidak valid yaitu pertanyaan nomor 11, 13, 18, 21, dan 23 tetap
ditambahkan dalam kuesioner akan tetapi dari 5 pertanyaan itu dirubah
lebih jelas dan singkat. Dan nomor 3 dan 8 dihilangkan.

b. Uji Reliabilitas
Reliabilitas adalah ukuran yang menunjukan bahwa alat ukur dapat
dipercaya atau dapat diandalkan, sehingga pengukuran yang memiliki
reliabilitas tinggi mampu memberikan hasik ukur yang terpecaya atau
dapat diandalkan. Sedangkan uji reliabilitas instrument untuk
mengetahui apakah data yang dihasilkan dapat diandalkan atau bersifat
tangguh (Ekawati et al., 2021).
Pengukuran reliabilitas menggunakan rumus Product Moment:

Keterangan:
Ґ1 = reliabilitas internal seluruh item
Ґb = korelasi product moment antara belahan pertama dan belahan
kedua
Uji reliabilitas yang digunakan dalam penelitian ini adalah teknik
alpha Cronbach α dalam uji reliabilitas r hasil adalah alpha.
Tingkat/taraf signifikan yang digunakan bisa 0,5, 0,6, hingga 0,7
tergantung kebutuhan dalam penelitian. Adapun kriteria pengujian
sebagai berikut:
1) Jika nilai Cronbach’s alpha > tingkat signifikan, maka
instrument dikatakan reliabel.
2) Jika nilai Cronbach’s alpha < tingkat signifikan, maka
instrumen dikatakan tidak reliabel (Ekawati et al., 2021).
39

instrumen dalam penelitian ini diambil dari penelitian terdahulu


Asih (2017) Hasil uji realibilitas dengan menggunakan progam SPSS,
untuk kuesioner pengetahuan menopause didapatkan Alpha Cronbach
0,868.
4. Prosedur Penelitian
Langkah-langkah yang ditempuh untuk mengumpulkan data bagi
responden pasien adalah sebagai berikut:
a. Tahan Persiapan
1) Peneliti mengajukan surat permohonan izin ke bagian administrasi
umum Fakultas Kesehatan Universitas Muhammadiyah, setelah
proposal penelitian mendapatkan persetujuan dan telah disahkan
oleh dosen pembimbing.
2) Peneliti menyerahkan surat pengantar dari Universitas
Muhammadiyah Sukabumi ke Kepala Puskesmas untuk
mendapatkan izin pengambilan data awal dan penelitian.
3) Menyusun proposal penelitian dan alat pengumpulan data berupa
kuesioner.
b. Tahap Pelaksanaan
1) Peneliti meminta izin ke Kepala Puskemas dan Kepala untuk
mengadakan pengambilan data awal guna mendapatkan data
mengenai calon responden.
2) Menjelaskan tentang penelitian dan tujuan penelitian kepada
responden.
3) Penjelasan informed consent, setelah memahami tentang penelitian
dan tujuannya, responden diminta menandatangani informed
consent pasien yang terpilih menjadi responden diberi kuesioner
dan diminta untuk mempelajari terlebih dahulu, kemudian
memeberi kesempatan untuk bertanya tentang redaksi kalimat yang
ada, bila sudah tidak ada pertannyan dilanjutkan untuk mulai
mengisinya, bila kuesioner telah di isi selanjutnya kuesioner
dikumpulkan lansung kepada peneliti untuk di analisis.
c. Tahap Akhir
40

1) Pengolahan data kuantitatif menggunakan statistik komputer


SPSS 26. Dalam proses pengolahan data terdapat langkah-
langkah yang harus ditempuh, di antaranya (Lutur et al., 2016).
2) Merumuskan isu strategis yang muncul dari beberapa variable
independen dan variabel dependen.
a) Editing, penyuntingan data untuk memeriksa kembali
kebenaran data yang telah dikumpullkan sehingga dapat
menghindari kesalahan data.
b) Coding, pemberian kode numerik (angka) terhadap data
untuk memudahkan pengolahan data
c) Scoring, pemberian skor sesuai jawaban yang dipilih
responden. Hal ini dimaksudkan untuk memberikan bobot
pada masing-masing jawaban sehingga mempermudah
perhitungan.
Untuk mengukur pengetahuan pasien bila responden
menjawab pertanyaan dengan benar diberikan skor “1” dan
jawaban salah diberikan skor “0”
Untuk mengukur tingkat kecemasan bila responden
menjawab tidak pernah “0”, Jarang diberikan skor “1”, dan
Kadang-kadang diberikan skor “2”, Sering diberikan skor
“3”, Terus menerus diberikan skor “4” untuk mengetahui
kategori variable digunakan dengan rumus.
SP
N= X 100 %
Sm

Keterangan:

N = Nilai yang didapat

Sp = Skor Perolehan

Sm = Skor Maksimal

d) Entry data, kegiatan memasukan setiap data yang telah


dikumpulkan ke dalam master tabel atau database computer
untuk membuat distribusi frekuensi sederhana.
41

e) Tabulating, kegiatan memasukan data ke dalam tabel untuk


memudahkan tabulasi sehingga dapat menganalisis data
sesuai tujuan peneliti.

F. Analisis Data
1. Analisis data univariat
bertujuan untuk menjelaskan atau mendiskripsikan karakteristik setiap
variabel penelitian. Penyajian dalam bentuk distribusi dan prosentase dari
setiap variabel (Notoadmdjo, 2012). Data ditampilkan dengan tabel frekuensi,
Analisa ini digunakan untuk mendeskripsikan masing-masing variabel, baik
variabel bebas (tingkat pengetahuan menopause) dan variabel terikat (tingkat
kecemasan menghadapi menopause) dalam bentuk distribusi dan presentase.
2. Analisis bivariat
Dilakukan untuk menguji hipotesis hubungan antara setiap variabel
independen yang diteliti dengan variable dependen. Analisis bivariat akan
dilakukan dengan menggunakan uji chi-square. Uji chi-square digunakan
untuk mengetahui ada atau tidaknya hubungan dua buah variabel
menggunakan program SPSS 23 (Notoadmdjo, 2012).

G. Etika Penelitian
Dalam melaksanakan penelitian khususnya jika yang menjadi subyek
penelitian adalah manusia, maka peneliti harus memahami hak dasar manusia.
Manusia memiliki kebebasan dalam menentukan dirinya, sehingga peneliti
yang akan dilaksanakan benar-benar menjunjung tinggi kebebasan manusia.
Beberapa prinsip penelitian pada manusia yang harus dipahami antara lain:
Secara garis besar, dalam melaksanakan sebuah penelitian ada empat prinsip
yang harus di pegang teguh menurut Milton dalam (Notoadmdjo, 2012).
1. Menghormati harkat dan martabat manusia (respect for human dignity)
Peneliti memberikan kebebasan kepada responden untuk
berpartisipasi dalam memberikan informasi. Peneliti juga menghormati
harkat dan martabat responden penelitian, peneliti harus mempersiapkan
formulir persetujuan responden (inform concent).
42

2. Menghormati privasi dan kerahasiaan subjek penelitian (respect for


privacy and confidentiality)
peneliti tidak boleh menampilkan informasi mengenai identitas
responden. Peneliti juga cukup menggunakan coding sebagai pengganti
identitas responden.
3. Keadilan dan inklusivitas (respect for justice and inclusiveness).
Peneliti menjamin bahwa semua responden penelitian memperoleh
perlakuan dan keuntungan yang sama, tanpa membedakan gender, agama
etnis dan sebagainya.
4. Mempertimbangkan manfaat dan kerugian yang ditimbulkan (balancing
harms and benefits).
Peneliti harus meminimalisir dampak yang dapat merugikan bagi
responden. Maka dari itu, pelaksanaan penelitian harus mencegah atau
paling tidak mengurangi rasa sakit, cidera, stress, maupun kematian
responden penelitian
DAFTAR PUSTAKA
Abdullah, V. I., & Ikraman, R. A. S. (2021). Monograf Penanganan Kecemasan
Pada Ibu Hamil Menggunakan Teknik Relaksasi Autogenik (Harlina (ed.)).
Yayasan Penerbit Muhammad Zaini.
https://www.google.co.id/books/edition/Monograf_Penanganan_Kecemasan
_Pada_Ibu_H/kadeEAAAQBAJ?hl=id&gbpv=0
Alays, A. M., & Patiung, M. (2022). Pengaruh pendidikan terhadap prestasi kerja
pegawai pada kantor Kecamatan noemuti Kabupaten Timor Tengah Utara.
JianE: Jurnal Ilmu Administrasi Negara, 3(12).
Annisa, D. F., & Ifdil. (2016). Konsep Kecemasan (Anxiety) pada Lanjut Usia
(Lansia). Konselor, 5(2), 93. https://doi.org/10.24036/02016526480-0-00
Asih, D. A. (2017). Hubungan Tingkat Pengetahuan Dengan Tingkat Kecemasan
Pada Perempuan Menopause Di Wilayah Kerja Puskesmas Kecamatan
Ciputat Tangerang Selatan. In FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU
KESEHATAN (Vol. 4). Universitas Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.
BPS. (2020). Jumlah dan distribusi penduduk Indonesia. Badan Pusat Statistik.
http://sp2010.bps.go.id/
BPS. (2022). Jumlah Penduduk Hasil Proyeksi Interim di Provinsi Jawa Barat
Menurut Kabupaten/Kota dan Jenis Kelamin (Orang), 2021-2023. Badan
Pusat Statistik. https://jabar.bps.go.id/indicator/12/731/1/jumlah-penduduk-
hasil-proyeksi-interim-di-provinsi-jawa-barat-menurut-kabupaten-kota-dan-
jenis-kelamin.html
Damanik, R. K. (2021). Kecemasan Masyarakat &Resiliensi pada Masa
Vaksinasi COVID-19 (S. J. Insani (ed.); 1st ed.). Insan Cendekia Mandiri.
https://books.google.co.id/books?
id=4mtYEAAAQBAJ&pg=PA48&dq=resiliensi+reivich+dan+shatte&hl=en
&newbks=1&newbks_redir=0&source=gb_mobile_search&ovdme=1&sa=X
&ved=2ahUKEwi3-
6St49T5AhUH1HMBHYehBV84FBDoAXoECAIQAw#v=onepage&q=resil
iensi reivich dan shatte&f=fa
Darsini, D., Fahrurrozi, F., & Cahyono.E.A. (2019). Pengetahuan; Artikel
Review. Jurnal Keperawatan, 12(1), 13.
Ekawati, N. W., Rahanatha, G. B., & Seminari, N. K. (2021). Pemasaran Online
UKM di Bali pada Era New Normal Covid-19. Media Sains Indonesia.
https://books.google.com/books?
hl=en&lr=&id=rklUEAAAQBAJ&oi=fnd&pg=PA1&dq=source:indonesia+
manajemen+pemasaran&ots=D9BiB8HUHO&sig=91JKC_1nCyZEWwRZh
gT_z1jxDSQ
Firdaus, F. (2018). Metedologi Penelitian Kuantitatif; Dilengkapi Analisis Regresi
IBM SPSS. In Malang : Penerbit IRDH. CV. DOTPLUS Publisher.
https://www.google.co.id/books/edition/METODOLOGI_PENELITIAN_K
UANTITATIF_DILENG/lJ8hEAAAQBAJ?hl=id&gbpv=0
Harahap, D. A. P. . (2022). Penyuluhan Dan Pelaksanaan Pemeriksaan Kesehatan
Pada Wanita Menopause Di Desa Pangaribuan Kecamatan Angkola
Muaratais Tahun 2022. Jurnal Pengabdian Masyarakat Aufa ( JPMA ), 4(1),
63–69.
Haruna, S. R., Ponseng, N. A., Rahmadani, S., Rosnania, R., Afrida, A., & Bubun,
J. (2021). Kepatuhan Masyarakat Dalam Penggunaan Masker Sebagai
Salah Satu Upaya Pencegahan Covid-19. uwais inspirasi indonesia.
https://www.google.co.id/books/edition/KEPATUHAN_MASYARAKAT_D
ALAM_PENGGUNAAN_MA/qtZUEAAAQBAJ?
hl=id&gbpv=1&dq=memutus+mata+rantai+covid+19&printsec=frontcover
Irnawati, Y. (2016). Hubungan Antara Gambaran Diri dengan Tingkat Kecemasan
Wanita Premenopause di Desa Krikilan Kecamatan Sumber Kabupaten
Rembang. Seminar Nasional Widya Husada 1, 9(2), 10.
https://www.infodesign.org.br/infodesign/article/view/355%0Ahttp://
www.abergo.org.br/revista/index.php/ae/article/view/731%0Ahttp://
www.abergo.org.br/revista/index.php/ae/article/view/269%0Ahttp://
www.abergo.org.br/revista/index.php/ae/article/view/106
Ismail, I. F. (2021). Dasar-dasar Penelitian Pendidikan. Lakeisha.
https://www.google.co.id/books/edition/Dasar_dasar_Penelitian_Pendidikan/
slg2EAAAQBAJ?hl=id&gbpv=0
Lestari, R. T. R., Handayani, P., Unayah, M., & Pratiwi, R. D. (2022). Nursing
Analysis : the Relationship Between the Level of Knowledge and the Level
of Anxiety of Women Facing. NURSING ANALYSIS: JOURNAL OF
NURSING RESEARCH, 2(1), 31–39.
Lutur, J. K., Hame, J., & Rifelino. (2016). Perbedaan Pemberian ASI Eksklusif
dan Non ASI Esklusif dengan Perubahan Berat Badan pada Bayi. In
Keperawatan: Vol. 4(2). Irawan Massie. https://books.google.co.id/books?
id=w_uZEAAAQBAJ&newbks=0&printsec=frontcover&pg=PA47&dq=tah
apan+menganalisis+data+editing+scoring+coding+tabulating&hl=id&source
=newbks_fb&redir_esc=y#v=onepage&q=tahapan menganalisis data editing
scoring coding tabulating
Manurung, N., Manurunhg, R., & Bolon, C. M. T. (2017). Asuhan Keperawatan
Sistem Endokrin Dilengkapi Mind Mapping Dan Asuhan Keperawatan
Nanda Nic Noc (1st ed.). Deepublish.
https://www.google.co.id/books/edition/Sistem_Endokrin/pYI9DwAAQBAJ
?hl=id&gbpv=1&dq=tahap tahap
menopause&pg=PA86&printsec=frontcover
Matjino, S. H. (2019). Pengaruh Penyuluhan Tentang Menopause Terhadap
Tingkat Kecemasan Ibu Dalam Menghadapi Menopause Di Kelurahan
Toboleu Kecamatan Kota Ternate Utara. Jurnal Medikes (Media Informasi
Kesehatan), 6(2), 203–216. https://doi.org/10.36743/medikes.v6i2.184
Moji, L. L., & Savitri, E. W. (2021). Tingkat Kecemasan Perawat di Masa
Adaptasi Kebiasaan Baru - Lydia Moji Lautan, Elisabeth Wahyu Savitri -
Google Buku. Penerbit NEM.
Najahah, I., Irmayani, I., & Mawaddah, S. (2022). Monograf Peningkatan
Penegtahuan ASI Eksekutif Melalui Media E-Booklet. Penerbit NEM.
https://www.google.co.id/books/edition/Monograf_Peningkatan_Pengetahua
n_ASI_Eks/1wBgEAAAQBAJ?hl=id&gbpv=0
Notoadmdjo, S. (2012). Metodologi Penelitian Kesehatan. PT RINEKA CIPTA.
Pinontoan, O. R., Sumampouw, O. J., & Nelwan, J. E. (2019). Epidemiologi
Kesehatan Lingkungan. Deepublish.
https://www.google.co.id/books/edition/Epidemiologi_Kesehatan_Lingkung
an/pdnMDwAAQBAJ?hl=id&gbpv=1&dq=Pada+rancangan+penelitian+ini,
+variabel+bebas+(factor+resiko)+dan+variabel+tergantung+(efek)
+dinilai+secara+simultan+pada+suatu+saat,+atau+tidak+ada+foll
Puspitasari, B. (2020). Hubungan Pengetahuan dengan Tingkat Kecemasan
Wanita Premenopause dalam Menghadapi Masa Menopause. Jurnal
Kebidanan, 9(2), 115–119. https://doi.org/10.35890/jkdh.v9i2.164
Rafida, M., Puspitaningrum, G., Hamida, A., Ramzi, M., Himmah, S. C., Fadyhki,
A. B., Dwiputra, F. W., Nugraha, M. T., Sintya, R. F. M., & Noor, M.
(2022). Klimakterium. Surabaya Biomedical Journal, 1(3).
https://doi.org/10.24036/perspektif.v4i4.466
Rizqi, M., & Romdhon, S. (2014). Pengaruh Transparansi laporan keuangan,
Pengelolaan Zakat, dan Sikap Pengelola terhadap tingkat Kepercayaan
Muzakki. Jurnal Riset Akuntansi Dan Keuangan, 2(3), 550–561.
Roflin, Eddy, Liberty, I. A. P. (2021). Populasi, Sampel, Variabel dalam
penellitian kedokteran (M. Nasrudin (ed.); 1st ed.). PT.Nasya Expanding
Management.
Roflin, E. D. (2021). Populasi, Sampel, Variabel dalam Penelitin Kedokteran. PT.
Nasya Expanding Management.
Sari, D. R. I. S., Marlinda, R., & Rahayuningrum, D. C. (2021). Hubungan
Tingkat Pengetahuan ibu premenopause dengan tingkat kecemasan dalam
menghadapi menopause. Seminar Nasional Syedza Saintika, 1(1), 191–197.
Septiani, W. (2012). Pendekatan Kombinasi Metode Ahp Dan Metode Cut Off
Point Pada Tahap Analisis Keputusan Perancangan Sistem Informasi
Penjualan Pt.X. Jurnal Teknik Industri, 4(3), 195–204.
Siregar, R. J., & Yusuf, S. F. (2022). Kesehatan Reproduksi Lansia (A. S.
Nasution (ed.); 1st ed.). PT.Inovasi Pratama Internsional.
https://www.google.co.id/books/edition/Kesehatan_Reproduksi_Lansia/-
sNbEAAAQBAJ?
hl=id&gbpv=1&dq=premenopause+adalah&pg=PA33&printsec=frontcover
Siyoto, S., & Sodik, M. A. (2015). Dasar Metodologi Penelitian (A. Ayup (ed.);
1st ed.). Literasi Media Publishing.
https://www.google.co.id/books/edition/DASAR_METODOLOGI_PENELI
TIAN/QPhFDwAAQBAJ?hl=id&gbpv=0
Srimayati. (2020). Pendidikan Kesehatan Menggunakan Booklet Berpengaruh
terhadap Pengetahuan dan Kecemasan Wanita Menghadapi Menopause. In
O. Eka (Ed.), Jakad Media Publishing. CV.Jakad Media Publishing.
https://www.google.co.id/books/edition/PENDIDIKAN_KESEHATAN_ME
NGGUNAKAN_BOOKLET/IM42EAAAQBAJ?hl=id&gbpv=0
Sudarmanto, D. (2021). Desain Penelitian Bisnis Pendekatan Kuantitatif.
Yayasan Kita Menulis.
Sudaryono. (2016). Metode Penelitian Pendidikan. In Bandung:Alfabeta. Prenada
Media.
https://www.google.co.id/books/edition/Metode_Penelitian_Pendidikan/
uTbMDwAAQBAJ?hl=id&gbpv=0
Sugiarti, S., & Anggraini, D. (2019). Hubungan Tingkat Pengetahuan Wanita
Dengan Tingkat Kecemasan Dalam Menghadapi Menopause Di Rw. 005
Kelurahan Pondok Aren …. Jurnal Kesehatan STIKes IMC …, II, 255–261.
http://jurnal.stikesimcbintaro.ac.id/index.php/djs/article/view/69
Suparni, I. E. dan R. Y. A. (2016). Menopause Masalah dan Penanganannya. In
Deepublish (1st ed.). Deepublish.
https://webadmin.ipusnas.id/ipusnas/publications/books/109202
Suprapti, D. (2020). Perbedaan Tingkat Kecemasan Ibu Pra Menopause Sebelum
Dan Sesudah Diberi Konseling Informasi Edukasi (Kie) Tentang Menopause.
Junrla Borneo Cendekia, 4(2).
Susilawati, D., & Anggrowati, A. (2021). Efektivitas paket ” caring ” pada ibu
terhadap kecemasan menjelang menopause di Kelurahan sengon kecamatan
Prambanan Kabupaten Klaten 1. 125–130.
Swarjana, I. . (2012). Metodologi Penelitian Kesehatan (I. Nastiti (ed.); 1st ed.).
CV ANDI OFFSET.
https://www.google.co.id/books/edition/Metodologi_Penelitian_Kesehatan/
NOkOS2V7vVcC?hl=id&gbpv=1
Syech, I. (2021). Menulis Skripsi Sama Gampangnya Membuat Pisang Goreng. In
Literasi Nusantara. CV Literasi Nusantara Abadi.
https://www.google.co.id/books/edition/MENULIS_SKRIPSI_SAMA_GAM
PANGNYA_MEMBUAT/l4gwEAAAQBAJ?hl=id&gbpv=0
Wahyuni, B. S., & Ruswanti, R. (2018). Pengetahuan tentang Menopause dengan
Tingkat Kecemasan pada Wanita Premenopause di Rumah Sakit. Jurnal
Ilmiah Ilmu Keperawatan Indonesia, 8(03), 472–478.
https://doi.org/10.33221/jiiki.v8i03.131
Wibowo, A. E. (2021). Metodologi Penelitian Pegangan untuk Menulis Karya
Ilmiah (A. Kurniawan, H. Nuraini, & L. Forsia (eds.)). Penerbit Insania.
https://www.google.co.id/books/edition/Metodologi_Penelitian_Pegangan_u
ntuk_Men/79JcEAAAQBAJ?hl=id&gbpv=0
Wibowo, D. A., & Nadhilah, S. (2020). Hubungan Pengetahuan Tentang
Menopause Dengan Kecemasan Pada Wanita Premenopause Di Kelurahan
Kertasari Kecamatan Ciamis Kabupaten Ciamis. Jurnal Keperawatan Galuh,
2(1). https://doi.org/10.25157/jkg.v2i1.3736
Widyantari, N. P. ., Wijaya, I. P. ., & Susila, I. M. D. . (2019). Hubungan Tingkat
Pengetahuan Tentang Menopause Dengan Kecemasan Menghadapi
Menopause Pada Ibu Pembinaan Kesejahteraan Keluarga. Journal Center of
Research Publication in Midwifery and Nursing, 3(2), 56–59.
https://doi.org/10.36474/caring.v3i2.109
Yazia, V., & Hamdayani, D. (2020). Faktor-Faktor yang Berhubungan dengan
Tingkat Kecemasan Ibu Premenopause dalam Menghadapi Masa
Menopause. Jurnal Ilmiah Kesehatan Jiwa, 2(2), 53–68. https://jurnal.rs-
amino.jatengprov.go.id/index.php/JIKJ/article/view/16
LAMPIRAN 1
LAMPIRAN 2

PENJELASAN PENELITIAN

KepadaYth
Bapak/Ibu Kepala Sekolah
Di_
Wilayah kerja Puskemas Caringin
Dengan hormat,
Saya bernama, Sri Alia Nuriman NIM: 193231010 adalah Mahasiswa
Program Studi Pendidikan Profesi Ners Fakultas Kesehatan Universitas
Muhammadiyah Sukabumi memohon bantuan Anda, yaitu wanita premenopause,
agar berkenan memberikan jawaban kuesioner yang telah saya sajikan dalam
lembar berikutnya. Penelitian ini bertujuan untuk menguji pngetahuan tentang
menopause terhadap tingkat kecemasan pada wanita premenopause.
Daftar pertanyaan dalam kuesioner berjumlah pertanyaan yang hendaknya
diisi dengan lengkap dan mohon jangan dibiarkan tidak terjawab. Kelengkapan
jawaban akan sangat mempengaruhi hasil analisis dalam penelitian ini dan tidak
mempengaruhi penilaian pihak sekolah terhadap anda. Data pribadi anda tidak
akan dipublikasikan, sehingga anda dapat memberikan opini secara bebas.
Kerahasiaan informasi yang diperolehakan dijaga dengan baik dan informasi
tersebut hanya akan digunakan untuk kepentingan akademik.
Besar harapan saya atas partisipasi Anda terhadap pengisian kuesioner ini
karena jawaban Anda tersebut merupakan kontribusi yang berharga baik bagi
peneliti dan ilmu pengetahuan, maupun bagi kemajukan Sekolah. Atas perhatian
Anda, saya ucapkan terimakasih.
Sukabumi, 23 Oktober 2022

Peneliti,

Sri Alia Nuriman


NIM : 1932311010
LAMPIRAN 3
LAMPIRAN 4

INFORMED CONSENT

HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN MENOPAUSE DENGAN


TINGKAT KECEMASAN PADA WANITA PREMENOPAUSE DI DESA
TALAGAWILAYAH KERJA PUSKEMAS CARINGIN

Assalamu’alaikum Wr. Wb

Nama : Sri Alia Nuriman

NIM : 1932311010

Saya mahasiswi Universitas Muhammadiyah Sukabumi Fakultas


Keperawatan Program Studi S1 Keperawatan sedang melaksanakan penelitian
untuk penulisan skripsi sebagai tugas akhir untuk menyelesaikan pendidikan
sebagai Sarjana Keperawatan (S.Kep).

Dalam lampiran ini terdapat beberapa pertanyaan yang berhubungan


dengan penelitian. Untuk itu saya harap dengan segala kerendahan hati agar
kiranya ibu bersedia meluangkan waktunya untuk mengisi kuesioner yang telah
disediakan. Kerahasiaan jawaban ibu akan dijaga dan hanya diketahui oleh
peneliti.

Kuesioner ini saya harap diisi dengan sejujur-jujurnya sesuai dengan apa
yang dipertanyakan. Sehingga hasilnya dapat memberikan gambaran yang baik
untuk penelitian ini.

Saya ucapkan terima kasih atas bantuan dan partisipasi ibu dalam
pengisian kuesioner ini.

Wassalamu’alaikum Wr. Wb

Apakah ibu bersedia menjadi responden?

YA / TIDAK

Tertanda Responden

Responden
LAMPIRAN 5

No. Responden
Petunjuk Umum Pengisian :

1. Menjawab pertanyaan yang tersedia dengan memberikan tanda checklist


(√) di dalam kotak yang telah disediakan.
2. Bacalah petunjuk pengisian dan pertanyaan sebelum menjawab.
3. Semua pertanyaan diisi dengan satu jawabann
A. Kuesioner Data Demografi
1. Inisial Nama :
2. Umur : tahun
3. Pekerjaan :
4. Pendidikan : Tidak sekolah
SD/MI
SMP/MTs/SLTP
SMA/MA/SMK
Perguruan Tinggi
5. Jumlah Anak : Tidak memiliki anak
Satu
Lebih dari satu
B. Kuesioner I
Petunjuk pengisian:
 Pilihlah salah satu jawaban “ Benar” atau “Salah” dengan memberikan
tanda checklist (√), apabila ibu merasa pernyataan tersebut sesuai dengan
pengetahuan ibu.
No Pernyataan Jawaban
Benar Salah
1 Seorang perempuan yang tidak lagi mendapatkan
menstruasi selama 1 tahun disebut menopause
2 Menopause merupakan proses penyakit
3 Menopause merupakan suatu proses yang
berlangsung sementara
4 Perempuan usia 50 tahun yang masih menstruasi
setiap bulan dapat dikatakan sudah menopause
5 Saat berhubungan intim, perempuan menopause
cenderung akan merasakan sakit
6 Perempuan usia menopause tidak beresiko
mengalami kerapuhan tulang (osteoporosis)
7 Kebiasaan merokok dapat mempengaruhi usia
terjadinya menopause
8 Pengeluaran keringat yang berlebihan di malam hari
yang menyebabkan susah tidur merupkan keluhan
menopause
9 Perempuan menopause akan mengalami rasa panas
pada daerah dada, leher, dan wajah
10 Perempuan yang sudah menopause tidak dapat hamil
kembali
11 Saat menopause kulit perempuan akan menjadi
kendur karna kadar lemak bawah kulit berkurang
12 Kanker payudara hanya terjadi pada perempuan yang
menopuse
13 Perempuan menopause sering merasa kehilangan
perhatian suami dan keluarga
14 Ibu dan anak perempuannya cenderung mengalami
menopause pada usia yang sama
15 Perempuan menopause mengalami penurunan
kesehatan fungsi hormone sehingga akan
menghadapi penurunan kesehatan
16 Menopause menyebabkan mudah tersinggung dan
marah
17 Cemas dapat timbul akibat perubahan fisik dan
hormon yang terjadi saat menopause
18 Mengkonsumsi buah-buahan dan sayur-sayuran,
terutama yang mengandung vitamin C dapat
mengurangi keluhan menopause
19 Perempuan menopause sering mengalami tidak
mampu menahan buang air kecil terutama saat batuk
dan tertawa
20 Selama menopause seharusnya perempuan tidak
Mengkonsumsi produki kedelai serta produk
olahanya seperti tahu atau tempe dapat mengurangi
keluhan saat menopause
21 Membatasi Mengkonsumsi kafein dan alkohol
merupakan tindakan yang tepat dilakukan saat
menopause
22 Terapi penggantian hormon pada perempuan
menopause merupakan salah satu cara mengurangi
keluhan menopause
23 Olahraga yang teratur membantu mengatasi keluhan
menopause
Jumlah

Keterangan:
Baik = 16 - 23
Cukup = 9 - 15
Kurang =0-8
Kuesioner II
Petunjuk Pengisian:
 Pilihlah salah satu jawaban dengan memberikan tanda checklist (√).
 Yang manakah dari gejala-gejala yang tertera dibawah ini yang ibu
alami selama sebulan terakhir dan seberapa sering gejala-gejala tersebut
terjadi.
Keterangan: TP : Tidak Pernah S : Sering
J : Jarang TM : Terus Menerus
KK : Kadang-Kadang
No Pernyataan Jawaban
TP J KK S TM
1 Mudah tersinggung ketika orang lain
membicarakan perubahan fisik yang
terjadi.
2 Merasa tegang dalam menghadapi
menopause.
3 Suka menyendiri daripada berkumpul
dengan orang-orang disekitar.
4 Mengalami susah tidur atau suka terbangun
pada malam hari.
5 Daya ingat dan konsentrasi menurun
karena perubahan yang terjadi.
6 Perasaan sering berubah-ubah seperti
kadang sedih, kadang bahagia.
7 Tidak dapat melakukan hal apapun saat
menghadapi menopause.
8 Suka merasa letih dan lemas saat
melakukan kegiatan
9 Merasa denyut jantung menjadi lebih cepat
dan berdebar-debar.
10 Suka merasa dada menjadi tertekan
sehingga sulit untuk bernafas.
11 Tidak nafsu makan.
12 Suka mengalami buang air kecil.

13 Suka mengalami pusing dan sakit kepala


ketika memikirkan akan menghadapi
menopause
14 Suka merasa gelisah saat menghadapi
menopause
Total Skor

Keterangan:
1. Tidak ada gejala kecemasan (0 - 13)
2. Gejala ringan (14 –24)
3. Gejala sedang (25 - 34)
4. Gejala berat (35 - 46)
5. Gejala berat sekali/panik (47 - 56)

Anda mungkin juga menyukai