Anda di halaman 1dari 12

PANDUAN DILEMA ETIK

RUMAH SAKIT UMUM PENYANGGA PERBATASAN (RSUPP) BETUN

KABUPATEN MALAKA

TAHUN 2018

i
PEMERINTAH KABUPATEN MALAKA
RUMAH SAKIT UMUM PENYANGGA PERBATASAN (RSUPP) BETUN
Jl.Sukabihanawa No.2, Desa Kamanasa, Kec, Malaka Tengah
BETUN Kode Pos 85762

PERATURAN DIREKTUR RUMAH SAKIT UMUM PENYANGGA PERBATASAN


(RSUPP) BETUN

TENTANG

PANDUAN DILEMA ETIK

NOMOR : RSUPP.445/R/0039/V/2018

DIREKTUR RUMAH SAKIT UMUM PENYANGGA PERBATASAN BETUN,

MENIMBANG : a. bahwa untuk meningkatkan mutu pelayanan melalui proses


perencanaan, koordinasi, pengarahan dan evaluasi kegiatan
pelayanan medis di setiap unit pelayanan;
b. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud
dalam huruf a, dipandang perlu menetapkan Kebijakan
Direktur Rumah Sakit Umum Penyangga Perbatasan Betun
tentang Penetapan Pemberlakuan Panduan Dilema Etik
Rumah Sakit Umum Penyangga Perbatasan.

MENGINGAT : 1. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 36 tahun


2009 tentang Kesehatan;
2. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 44 tahun
2009 tentang Rumah Sakit;
3. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 29 tahun
2004 tentang Praktik kedokteran;
4. Undang-Undang Nomor 36 Tahun 2014 tentang Tenaga
Kesehatan
5. Keputusan Menteri Kesehatan Nomor
129/Menkes/SK/II/2008 tentang Standar Pelayanan
Minimal Rumah Sakit

M E M U T U S K AN

MENETAPKAN : PERATURAN DIREKTUR RUMAH SAKIT UMUM


PENYANGGA PERBATASAN (RSUPP) BETUN
TENTANG PANDUAN DILEMA ETIK

ii
KESATU : Panduan Dilema Etik terlampir dalam Peraturan Direktur
Nomor RSUPP.445/ R / 0039 / V / 2018
KEDUA : Keputusan ini berlaku sejak tanggal ditetapkannya, dan apabila
di kemudian hari ternyata terdapat kekeliruan dalam penetapan
ini akan diadakan perbaikan sebagaimana mestinya.

Ditetapkan di : Betun
Pada Tanggal : 07 Mei 2018
Direktur RSUPP Betun

dr. Oktelin Kurniawati Kaswadie


PENATA
NIP.19811016 201412 2 002

iii
DAFTAR ISI

HalamanJudul …..........................................................................................i

Peraturan Direktur....................................................................................... ii

Daftar Isi …................................................................................................. iv

Panduankredensial, rekredensial dan penilaian kinerja staf medis.............. 1


BAB I Definisi...................................................................................... 1

BAB II RuangLingkup……………........................................................ 3

BAB III Tata Laksana…………………......................................…........ 5

BAB IV Dokumentasi……………………………………………………. 8 Dokumentasi

iv
LAMPIRAN PERATURAN DIREKTUR RUMAH SAKIT UMUM PENYANGGA
PERBATASAN (RSUPP) BETUN
TENTANG : PANDUAN MANAJEMEN ETIK
NOMOR : RSUPP. 445/R/0039/V/2018

BAB I

DEFINISI

Dilema Etik adalah suatu masalah yang melibatkan dua atau lebih landasan moral
suatu tindakan tetapi tidak dapat dilakukan keduanya. Ini merupakan suatu kondisi dimana
setiap alternative memiliki landasan moral atau prinsip.
Pada dilema etik ini sukar untuk menetukan mana yang benar atau salah serta dapat
menimbulkan stress pada dokter, Gizi, farmasi, perawat, dan Tenaga kesehatan lainnya.
karena perawat tahu apa yang harus dilakukan tetapi banyak rintangan untuk melakukannya.
Dilema etik biasa timbul akibat nila-nilai perawat, pasien atau lingkungan tidak lagi menjadi
kondusif sehingga timbul pertentangan dalam mengambil keputusan. Pada saat berhadapan
dengan dilema etik terdapat juga dampak emosional seperti rasa marah, frustasi, dan takut
saat proses pengambilan keputusan rasional yang harus dihadapi, ini membutuhkan
kemampuan interaksi dan komunikasi yang baik dari seorang dokter, Gizi, farmasi, perawat,
dan Tenaga kesehatan lainnya.
Dalam dilema etik tidak ada yang benar ataupun yang salah, untuk membuat
keputusan etik seorang dokter, Gizi, farmasi, perawat, dan Tenaga kesehatan lainnya.
tergantung pada pemikiran yang rasional dan bukan emosional.
Tujuan adanya panduan dilemma etik, yaitu :
1. Dasar dalam mengatur hubungan antar dokter, Gizi, farmasi, perawat, dan Tenaga
kesehatan lainnya, pasien, masyarakat, dan unsur profesi, baik dalam profesi medis
ataupun profesi non medis.
2. Standar untuk mengatasi masalah yang dilakukan oleh praktisi medis yang tidak
mengindahkan etik medik dalam pelaksanaan tugasnya.
3. Untuk mempertahankan bila praktisi medik yang dalam menjalankan tugasnya
diperlukan secara tidak adil oleh instansi ataupun masyarakat.
4. Dasar dalam pemberian pemahaman kepada masyarakat pengguna tenaga kesehatan
akan pentingnya sikap professional dalam melaksanakan tugas praktek kesehatan.

1
BAB II

RUANG LINGKUP

A. DILEMA ETIK TENAGA KESEHATAN


Yang sering terjadi antara lain :
1) Agama / Kepercayaan
Di RS perawat pasti akan bertemu dengan pasien dari berbagai jenis agama/kepercayaan.
Perbedaan ini nantinya dapat membuat perawat atau pasien memiliki garis pandang yang
berbeda dalam menyelesaikan masalah.
Contoh ada seorang wanita (non muslim) meminta seorang perawat melakukan abortus.
Dalam ajaran agama wanita itu tidak ada hukum yang melarang tentang tindakan
abortus, tetapi di satu sisi perawat (muslim) memiliki keyakinan bahwa abortus itu
dilarang agama, tentu dalam kasus ini akan timbul dilema pada perawat dalam
pengambilan keputusan.
2) Hubungan Perawat Dengan Pasien
Dilema yang sering muncul antara lain:
a. Berkata kata jujur atau tidak
Terkadang muncul masalah-masalah yang sulit untuk dikatakan pada pasien mengingkat
kondisi pasien, tetapi perawat harus mampu mengatakan kepada pasien/ keluarganya
tentang masalah kesulitan pasien.
b. Kepercayaan pasien
Rasa percaya harus dibina antara perawat dengan pasien tujuannya adalah untuk
mempercepat proses penyembuhan pasien.
c. Membagi perhatian
Perawat juga harus memberikan perhatiannya kepada pasien tetapi perawat harus
memperhatikan tingkat kebutuhan pasien. Keadaan darurat harus diutamakan
terlebih dahulu, tidak boleh memandang dari sisi faktor ekonomi, sosial, suku,
budaya dan agama.
d. Pemberian informasi kepada pasien
Perawat berperan memberikan infomasi kepada pasien baik itu kesehatan pasien, biaya
pengobatan dan juga tindak lanjut pengobatan.
3. Hubungan Perawat Dengan Dokter
a. Perbedaan pandangan dalam pemberian praktik pengobatan
Terjadi ketidak setujuan tentang siapa yang berhak melakkukan praktik pengobatan,
apakah dokter atau perawat.
b. Konflik peran perawat
Salah satu peran perawat adalah melakukan advokasi, membela kepentingan pasien. Saat
ini keputusan pasien dipulangkan sangat tergantung kepada putusan dokter. Dengan

2
keunikan pelayanan keperawatan, perawat bedah diposisi (3) untuk bisa mengatakan
kepada pasien bisa pulang atau kapan pasien harus tetap tinggal.
4. Pengambilan Keputusan
Dalam pengambilan keputusan yang etis, seorang perawat tergantung pada pemikiran yang
rasional dan bukan emosional. Terkadang saat berhadapan dengan dilema etik terdapat
juga dampak emosional seperti rasa malas, frustasi dan takut saat proses pengambilan
keputusan yang harus dihadapi, dalam hal ini dibutuhkan kemampuan interaksi dan
komukasi yang baik dari seorang perawat.
Untuk itu diperlukan pengambilan keputusan untuk menghadapi dilema etika tersebut.
Enam pendekatan dapat dilakukan orang yang sedang menghadapi dilema tersebut,
yaitu:
1. Mendapatkan fakta-fakta yang relevan.
2. Menentukan isu-isu etika dari fakta-fakta.
3. Menentukan siap dan bagaimana orang atau kelompok yang dipengaruhi
dilema.
4. Menentukan alternatif yang tersedia dalam memecahkan dilema.
5. Menentukan konsekwensi yang mungkin dari setiap alternatif.
6. Menetapkan tindakan yang tepat.
Dengan menerapkan 6 (enam) pendekatan tersebut maka dapat meminimalisasi atau
menghindari rasionalisasi perilaku etis yang meliputi:
1) semua orang melakukannya;
2) jika legal maka disana terdapat keetisan; dan
3) kemungkinan ketahuan dan konsekwensinya.

B. PRINSIP MORAL DALAM MENYELESAIKAN ALTERNATIF TENAGA


KESEHATAN
a. Otonomi
Didasarkan pada keyakinan bahwa individu mampu berfikir logis dan memutuskan. Orang
dewasa dianggap kompeten dan memiliki kekuatan untuk membuat keputusan sendiri
atau pilihan yang dihargai.
b. Keadilan
Prinsip keadilan dibutuhkan untuk terapi yang sama dan adil terhadap orang lain yang
menjunjung prinsip-prinsip moral, legal dan kemanusiaan.
c. Kejujuran
Prinsip veracity berhubungan dengan kemampuan seseorang untuk menyatakan kebenaran.
Mengatakan yang sebenarnya kepada pasien tentang segala sesuatu yang berhubungan
dengan keadaan dirinya selama menjalani perawatan.
d. Kerahasiaan

3
Aturan dalam prinsip kerahasiaan ini adalah informasi pasien dijaga privasinya yang
terdapat dokumen catatan kesehatan pasien, hanya boleh dibaca dalam rangka
pengobatan pasien. Tak seorangpun dapat memperoleh informasi kecuali jika diijinkan
oleh pasien / keluarganya dengan bukti persetujuannya.
Diskusi dengan pasien di luar area pelayanan, menyampaikan pada teman atau keluarga
tentang pasien dengan tenaga kesehatan lain harus dicegah.

4
BAB III

TATA LAKSANA

Kelalaian dalam perumahsakitan bias menyangkut Rumah Sakitnya sebagai suatu


organisasi (yang diwakili oleh direktur) jika menyangkut bidang-bidang yang berkaitan
dengan policy dan manajemen. Di dalam lingkup tanggung jawab Rumah Sakit termasuk
juga tindakan dari karyawan (dokter, perawat, bidan, tenaga kesehatan dan tenaga
administrasi) bias sampai menimbulkan kerugian pada pasien. Rumah Sakit sebagai institusi
juga mempunyai kewajiban dan tanggung jawab terhadap pemberian pelayanan yang baik
kepada pasiennya.
Kerangka pemecahan dilema etik banyak diutarakan oleh para ahli dan pada
dasarnya menggunakan kerangka proses pemecahan masalah secara ilmiah, antara lain:
1) Model Pemecahan masalah ( Megan, 1989 )
Ada lima langkah-langkah dalam pemecahan masalah dalam dilema etik, yaitu :
a. Mengkaji situasi
b. Mendiagnosa masalah etik moral
c. Membuat tujuan dan rencana pemecahan
d. Melaksanakan rencana
e. Mengevaluasi hasil
2) Kerangka pemecahan dilema etik (Kozier & Erb, 2004)
a. Mengembangkan data dasar
Untuk melakukannya, perawat memerukan pengumpulan informasi sebanyak mungkin
meliputi :
1. Siapa yang terlibat dalam situasi tersebut dan bagaimana keterlibatannya
2. Apa tindakan yang diusulkan
3. Apa maksud dari tindakan yang diusulkan
4. Apa konsekuensi-konsekuensi yang mungkin timbul dari tindakan yang diusulkan.
b. Mengidentifikasi konflik yang terjadi berdasarkan situasi tersebut
c. Membuat tindakan alternatif tentang rangkaian tindakan yang direncanakan dan
mempertimbangkan hasil akhir atau konsekuensi tindakan tersebut
d. Menentukan siapa yang terlibat dalam masalah tersebut dan siapa pengambil keputusan
yang tepat
e. Mengidentifikasi kewajiban perawat
f. Membuat keputusan
3) Model Murphy dan Murphy
a. Mengidentifikasi masalah kesehatan
b. Mengidentifikasi masalah etik
c. Siapa yang terlibat dalam pengambilan keputusan
d. Mengidentifikasi peran perawat
5
e. Mempertimbangkan berbagai alternatif-alternatif yang mungkin dilaksanakan
f. Mempertimbangkan besar kecilnya konsekuensi untuk setiap alternatif keputusan
g. Memberi keputusan
h. Mempertimbangkan bagaimanan keputusan tersebut hingga sesuai dengan falsafah
umum untuk perawatan pasoen
i. Analisa situasi hingga hasil aktual dari keputusan telah tampak dan menggunakan
informasi tersebut untuk membantu membuat keputusan berikutnya.
4) Langkah-langkah menurut Purtilo dan Cassel ( 1981)
Purtilo dan cassel menyarankan 4 langkah dalam membuat keputusan etik
a. Mengumpulkan data yang relevan
b. Mengidentifikasi dilemma
c. Memutuskan apa yang harus dilakukan
d. Melengkapi tindakan
5) Langkah-langkah menurut Thompson & Thompson ( 1981)
a. Meninjau situasi untuk menentukan masalah kesehatan, keputusan yang diperlukan,
komponen etis dan petunjuk individual.
b. Mengumpulkan informasi tambahan untuk mengklasifikasi situasi
c. Mengidentifikasi Issue etik
d. Menentukan posisi moral pribadi dan professional
e. Mengidentifikasi posisi moral dari petunjuk individual yang terkait
f. Mengidentifikasi konflik nilai yang ada
6) Penanganan masalah etik rumah sakit
1. Informasi keluhan, pengaduan atau complain dapat diterima oleh direksi, humas dan
komite etik dan hokum Rumah Sakit dari :
a. Media massa
b. Kotak saran
c. Keluahan pasien
d. Laporan staf
e. Telepon pengaduan
f. Somasi pasien / kuasa hokum
g. Tokoh masyarakat
h. LSM
2. Satuan kerja / unit yang menerima keluahan atau complain melakukan hal-hal :
a. Mencatat dan mengkaji informasi berupa identitas, kondisi pasien, peristiwa atau
kejadian dan tuntutan pasien.
b. Menanggapi keluhan
- Mengucapkan terima kasih atas laporan yang diterima
- Membuat penjelasan sementara
- Menjamin keluhan akan ditindaklanjuti

6
- Menenangkan pelapor
- Member tanda terima kasih laporan
c. Melaporkan kepada direksi adanya keluhan atau complain.
d. Mengisi formulir sesuai keluhan, terdiri dari :
- Member pertimbangan
- Meminta pengarahan tindak lanjut dari direksi
- Menindaklanjuti instruksi dari direksi
- Investigasi kasus
e. Membahas kebenaran informasi tentang identitas pasien/pelapor, peristiwa dan
menelusuri berkas rekam medis.
f. Penataan dokumen
- Dokumen informasi
- Berkas rekam medis
- Dokumen persetujuan tindakan medis
- Second opinion
- Resume medis
- Pendapat organisasi profesi
- Juklak, juknis dan SPO pelayanan
g. Melakukan rapat dengan unit pelayanan terkait untuk menganalisa kasus.
h. Hasil rapat koordinasi menetukan kategori kasus
- Kasus etika dan hokum akan ditangani oleh komite etik dan hokum rumah
sakit
- Kasus administrasi akan ditangani oleh bagian SDM atau manajemen Rumah
Sakit
i. Telaah kasus untuk melihat kebenaran identitas pasien, kebenaran peristiwa, melihat
barang buktidan pertimbangan prosedur tindak lanjut
j. Pengambilan kesimpulan atas laporan keluhan yang terjadi
k. Putusan direksi tentang pilihan penyelesaian kasus yang telah ditelaah
l. Mendokumentasikan
- Seluruh dokumen yang terkait dengan kasus pelayanan yang terjadi ditata dan
diberikan pengkodean khusus.
- Dokumen disimpan oleh kepala bidang pelayanan sampai kasus dianggap
selesai
- Bila kasus selesai, dokumen dikembalikan kepada bagian rekam medis.

7
BAB IV

DOKUMENTASI

Sebagaimana telah diuraikan dalam tata laksana yang perlu dilakukan dalam menghadapi dan
melakukan penanganan masalah dilemma etik di Rumah Sakit Umum Penyangga Perbatasan
(RSUPP) Betun. Panduan ini perlu disosialisasikan ke seluruh Sumber Daya Manusia Rumah Sakit.
Secara berkala panduan ini akan dievaluasi, sehingga bila diperlukan perubahan-perubahan sesuai
perkembangan ilmu pengetuan, akan dilakukan revisi agar ini menjadi lebih sempurna sehingga
penanganan dilema etik dapat ditangani secara optimal.

Ditetapkan di : Betun
Pada Tanggal : 07 Mei 2018
Direktur RSUPP Betun

dr. Oktelin Kurniawati Kaswadie


PENATA
NIP.19811016 201412 2 002

Anda mungkin juga menyukai