Anda di halaman 1dari 59

PROPOSAL PENELITIAN

HUBUNGAN PENGETAHUAN DAN SIKAP IBU HAMIL


TERHADAP STATUS PEMERIKSAAN HIV
DI UPTD PUSKESMAS BUNIWANGI
KEC. SURADE KAB. SUKABUMI

Oleh :

Muslihin
2132325019

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN PROFESI NERS


FAKULTAS KESEHATAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SUKABUMI
2022
HALAMAN PERSETUJUAN

Proposal Penelitian

HUBUNGAN PENGETAHUAN DAN SIKAP IBU HAMIL


TERHADAP STATUS PEMERIKSAAN HIV
DI UPTD PUSKESMAS BUNIWANGI
KEC. SURADE KAB. SUKABUMI

telah disetujui untuk diujikan di hadapan Tim Penguji Proposal Penelitian


Program Studi Pendidikan Profesi Ners
Fakultas Ilmu Kesehatan
Universitas Muhammadiyah Sukabumi

Sukabumi, ……………….
Menyetujui,

Pembimbing I Pembimbing II

Irawan Danismaya,M.Kep Tri Utami,M.Kep


NIDN : 0411037303 NIDN : 0927129001

Mengetahui,
Ketua Program Studi Profesi Ners

Ria Andriani,M.Kep.,Sp.Kep.An
NIP 117803057
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ................................................................................................


HALAMAN PERSETUJUAN ..................................................................................
DAFTAR ISI .............................................................................................................
BAB 1 PENDAHULUAN ......................................................................................1
A. Latar Belakang.............................................................................................1
B. Rumusan Masalah........................................................................................8
C. Tujuan Penelitian .........................................................................................9
D. Manfaat Penulisan .......................................................................................9
BAB II KAJIAN TEORITIS.................................................................................11
A. Tinjauan Pustaka........................................................................................11
B. Kajian Penelitian Terdahulu.......................................................................33
C. Kerangka Berfikir.......................................................................................35
D. Hipotesis ....................................................................................................36
BAB III METODE PENELITIAN........................................................................37
A. Desain Penelitian........................................................................................37
B. Definisi Operasional...................................................................................37
C. Populasi dan Sampel .................................................................................38
D. Tempat dan Waktu Penelitian ...................................................................40
E. Teknik Pengumpulan Data.........................................................................40
F. Analisa Data................................................................................................44
G. Etika Penelitian .........................................................................................46
DAFTAR PUSTAKA
DAFTAR TABEL

Tabel 1.1 Data Rekapitulasi Jumlah Jiwa dengan Kasus HIV Periode Januari s.d
September 2022 ....................................................................................7
Tabel 2.1 Kajian Hasil-hasil Penelitian Terdahulu .............................................33
Tabel 3.1 Definisi Operasional ...........................................................................38
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Program Kesehatan Ibu Anak (KIA) merupakan salah satu prioritas utama
pembangunan kesehatan di Indonesia. Program ini bertanggung jawab
terhadap pelayanan kesehatan bagi ibu hamil, ibu melahirkan, dan bayi. Salah
satu tujuan program ini adalah menurunkan kematian dan kejadian sakit pada
ibu dan anak melalui peningkatan mutu pelayanan dan menjaga
kesinambungan pelayanan kesehatan ibu dan perinatal di tingkat pelayanan
dasar dan pelayanan rujukan primer (Ramdani, 2019)
Pembangunan kesehatan pada dasarnya diarahkan untuk meningkatkan
derajat kesehatan masyarakat dengan mengutamakan peningkatan kualitas
pelayanan serta kesadaran masyarakat dalam menjaga kondisi sehat.
Peningkatan kualitas pelayanan tersebut termasuk didalamnya adalah ibu
hamil, ibu melahirkan, ibu pasca melahirkan, bayi dan balita yang merupakan
kelompok rentan. Pemeriksaan selama kehamilan merupakan hal yang wajib
dilakukan oleh ibu hamil tidak hanya terkait dengan kehamilan yang dialami
tetapi juga termasuk di dalamnya adalah skrining HIV (Human Immuno-
deficiency Virus) (Leta, 2019)
Kesehatan merupakan salah satu indikator yang mampu menopang
pembangunan nasional disamping pendidikan dan ekonomi, sehingga
kesehatan masyarakat dalam hal ini harus menjadi perhatian seluruh pihak,
baik pemerintah, swasta, maupun masyarakat untuk mencapai kesejahteraan
masyarakat (Syahrir, Amiruddin & Wahiduddin, 2019). Besarnya Angka
Indeks Kesehatan, salah satunya dapat dipengaruhi oleh besarnya angka
kesehatan Ibu dan Anak khsusnya kejadian HIV dan AIDS di suatu wilayah
(Cristiana, 2019)
Penyakit menular yang hingga saat ini masih menjadi masalah utama
kesehatan masyarakat Indonesia dan merupakan penyebab kematian pada

1
2

penderitanyadan masih menjadi prioritas diantaranya adalah HIV (Human


Immunodeficiency Virus) (Milayanti, 2018).
HIV adalah virus yang menyebabkan AIDS (Acquired Immuno Deficiency
Syndrome) sedangkan AIDS itu sendiri adalah suatu gejala berkurangnya
kemampuan pertahanan diri yang disebabkan oleh masuknya virus HIV ke
dalam tubuh seseorang. Penularan HIV dapat terjadi melalui kontak seksual
dengan penderita HIV tanpa menggunakan pengaman, penggunaan jarum
suntik pada pemakai Narkoba suntik serta melalui air susu ibu yang terinfeksi
HIV kepada bayi yang sedang di kandung atau menyusui. HIV disebabkan
oleh virus dengan menyerang sistem kekebalan tubuh manusia sehingga tubuh
tidak dapat mending diri dari serangan berbagai macam penyakit (Asri 2016).
Saat ini, penyebaran virus HIV tidak hanya menyerang sub populasi berisiko
tinggi saja tetapi sudah merambah pada sub populasi yang rentan seperti
perempuan dan anak.
Faktor-faktor yang menyebabkan penularan utama HIV dapat melalui
beberapa cara yaitu melalui hubungan seksual, pemindahan darah atau produk
darah, proses penyuntikan dengan alat-alat yang yang terkontaminasi darah
dari penderita HIV dan juga melalui transmisi vertikal dari ibu ke anak. Sekali
terinfeksi, maka orang tersebut akan tetap terinfeksi dan dapat menjadi
infeksius bagi orang lain. Pada Ibu hamil yang tidak melakukan pemeriksaan
skrining HIV/AIDS memiliki risiko sangat tinggi tertular HIV/AIDS yang
dapat menularkan dari ibu hamil pengidap HIV/AIDS terhadap bayi yang
dilahirkan sehingga harus diketahui secara dini oleh tenaga Kesehatan
(Cristiana, 2019)
Menurut WHO tahun 2015 UNAIDS dan WHO memperkirakan bahwa
HIV dan AIDS telah membunuh lebih dari 25 juta jiwa sejak pertama kali di
akui pada tahun 1981.Membuat AIDS sebagai salah satu epidemik paling
menghancurkan pada sejarah. Meskipun baru saja perawatan antriretrovirus
bertambah baik di bagian region dunia.Para ilmuwan mengatakan bahwa
HIV/AIDS berasal dari Afrika Sub Sahara. Kini HIV/AIDS telah menjadi
wabah penyakit terbesar di dunia (Niu, 2019)
3

Kasus HIV AIDS merupakan masalah utama dalam pencapaian


Sustainable Development Goals (SDGs) pada indikator tujuan ketiga. Hal ini
disebabkan karena penyakit ini dapat membawa dampak yang
menghancurkan, bukan hanya terhadap kesehatan masyarakat, namun juga
negara. Masalah HIV&AIDS berpengaruh terhadap kualitas sumber daya
manusia. Angka kejadian HIV&AIDS terus meningkat dan telah terjadi
fenomena gunung es, dimana jumlah penderita yang ada lebih banyak dari
pada yang dilaporkan (Kemenkes, 2018)
Pada ibu hamil, HIV bukan hanya merupakan ancaman bagi keselamatan
jiwa ibu, tetapi juga merupakan ancaman bagi anak yang dikandungnya karena
penularan yang terjadi dari ibu ke bayinya. Lebih dari 9.000 perempuan hamil
dengan status HIV positif dalam setiap tahun 30% diantaranya akan
melahirkan bayi yang tertular jika tidak ada pencegahan penularan dari ibu
HIV positif kepada anak (Prevention Mother To Child Transmission (PMTCT)
(Kementerian Kesehatan RI, 2019). Berdasarkan data Kementerian Kesehatan
pada tahun 2015 jumlah anak usia ≤ 4 tahun yang terinfeksi HIV sebanyak
795, meningkat pada tahun 2016 menjadi 903 (Ditjen PP & PL Kemenkes RI,
2019).
Saat ini program yang telah diimplementasikan untuk mencegah penularan
HIV dari Ibu ke Anak adalah program Pencegahan Penularan HIV dari Ibu ke
Anak (PPIA)/ Prevention of Mother to Child Hiv Transmission (PMTCT).
Program ini telah terbukti sebagai intervensi yang sangat efektif untuk
mencegah penularan HIV dari Ibu ke anak. Sehingga, risiko anak yang tertular
HIV dari Ibu di negara maju dapat ditekan hingga kurang dari 2% karena
tersedianya intervensi PMTCT dengan layanan optimal (Kementerian
Kesehatan RI, 2019). Pencegahan penularan HIV yang dilakukan Ibu
memberikan kesempatan untuk mencegahan infeksi baru HIV ke bayi serta
mengindentifikasi anggota keluarga yang terindeksi HIV. PMTCT merupakan
salah satu upaya yang dilakukan untuk mencegah infeksi HIV pada
perempuan, serta mencegah penularan HIV dari Ibu hamil kebayi
(Kementerian Kesehatan RI, 2019).
4

Upaya pencegahan penularan dari ibu ke anak dapat dimulai sejak bayi
masih berada di dalam kandungan sampai pada proses menyusui. Usaha ibu
hamil juga sangat dibutuhkan dalam pencegahan penularan ini. Semua wanita
yang hamil harus didorong untuk mengetahui status HIV mereka dengan
melakukan tindakan pemeriksaan kehamilan yang dapat diperoleh melalui
layanan Antenal Care (ANC). Pencegahan penularan HIV-AIDS dari ibu ke
anak merupakan upaya intervensi penurunan kasus HIV-AIDS yang sejalan
dengan tujuan Millenium Development Goal’s yang ke 4, 5, dan 6 yaitu
menurunkan angka kematian anak, meningkatkan kesehatan ibu, dan
memerangi HIV-AIDS, Malaria, dan Penyakit Menular lainnya (Lestari dkk,
2019).
Salah satu cara untuk mendeteksi dini HIV pada ibu hamil yaitu dilakukan
dengan pemeriksaan Penularan HIV dari ibu ke Bayi atau sering disebut
dengan PPIA. Dalam melakukan program PMTCT atau PPIA, terdapat
beberapa faktor yang berperan penting didalamnya yaitu pengetahuan/
wawasan, sikap, paritas, dukungan suami, dukungan petugas kesehatan dan
keterjangkauan tempat pelayanan kesehatan.
Pemeriksaan HIV merupakan intervensi awal dalam pelaksanaan program
PPIA (Pencegahan Penularan HIV Dari Ibu Ke Anak) terutama menyangkut
pilihan persalinan, terapi Anti Retroviral, Nutrisi pada bayi yang lahir dari ibu
dengan HIV dan masalah imunisasi pada bayi dengan HIV. Apabila Virus
HIV terdeteksi dari awal kehamilan maka kemungkinan besar dapat
mengurangi penularan HIV ke bayi atau janin. Hal ini terbukti dalam beberapa
penelitian yang membuktikan bahwa pencegahan awal HIV dapat mengurangi
penularan HIV dari ibu ke anak melalui air susu ibu (Davis et al., 2017). Hal
ini dapat terjadi dengan baik apabila ibu hamil atau menyusui teratur atau
patuh terhadap pengobatan Anti Retroviral dimana terapi tersebut dapat
mengurangi paparan virus HIV ke bayi yang sedang di kandung ataukah yang
disusui (Myer et al., 2019)
Menurut Panjaitan (2019) mengungkapkan bahwa terdapat beberapa factor
yang mempengaruhi perilaku ibu hamil dalam melakukan tes HIV yaitu
5

pengetahuan, sikap, ketersediaan sarana dan prasarana, dan dukungan tenaga


Kesehatan.
Pengetahuan adalah hasil dari tahu, dan ini terjadi setelah orang
melakukan pengindraan terhadap suatu objek tertentu. Pengindraan terjadi
melalui pancaindra manusia, yakni indra penglihatan, pendengaran,
penciuman, rasa dan raba. Sebagian besar pengetahuan manusia diperoleh
melalui mata dan pendengaran (Notoatmodjo, 2019). Pengetahuan yang
dimiliki oleh manusia merupakan hasil upaya yang dilakukan oleh manusia
dalam mencari suatu kebenaran atau masalah yang dihadapi. Kegiatan atau
upaya yang dilakukan oleh manusia mencari suatu kebenaran atau masalah
yang dihadapi pada dasarnya merupakan kodrat dari manusia itu sendiri atau
lebih dikenal sebagai keinginan (Darsini, 2019).
Pengetahuan adalah hasil kegiatan ingin tahu manusia tentang apa saja
melalui cara-cara dan dengan alat-alat tertentu. Pengetahuan ini bermacam-
macam jenis dan sifatnya, ada yang langsung dan ada yang tak langsung, ada
yang bersifat tidak tetap (berubah-ubah), subyektif, dan khusus, dan ada pula
yang bersifat tetap, obyektif dan umum. Jenis dan sifat pengetahuan ini
pengetahuan ini tergantung kepada sumbernya dan dengan cara dan alat apa
pengetahuan itu diperoleh, serta ada pengetahuan yang benar dan ada
pengetahuan yang salah. Tentu saja yang dikehendaki adalah pengetahuan
yang benar (Suhartono, 2007; Suwanti dan Aprilin, 2017)
Sikap merupakan produk dari proses sosialisasi dimana seseorang beraksi
sesuai dengan rangsangan yang diterimanya. Jika sikap mengarah pada obyek
tertentu berati bahwa peyesuian diri terhadap obyek tersebut dipengaruhi oleh
lingkungan sosial dan kesediaan untuk bereaksi dari orang tersebut terhadap
obyek. Dalam ilmu Psikologi Sosial, lima puluh tahun terakhir studi mengenai
sikap ini banyak sekali diteliti dari mulai teori kontruksi, konsep sampai
dengan pengukuranya.(Pebriyanti, 2019).
Sikap adalah salah satu faktor yang berhubungan dengan upaya
pencegahan HIV dari Ibu ke Anak. Selain sikap, paritas juga berhubungan
dengan upaya pencegahan HIV dari Ibu ke anak. Pada penelitian yang
dilakukan oleh Arniti (2019), mengatakan bahwa ibu hamil dengan paritas
6

lebih dari satu memiliki pengalaman dan pengetahuan lebih banyak tentang
kehamilan, sehingga berusaha untuk mendapatkan pelayanan yang lebih baik
untuk diri dan janin yang dikandungnya termasuk juga upaya pencegahan
penularan HIV dari Ibu ke bayi.
Pengetahuan berpengaruh terhadap tingkat kepatuhan seseorang.
Kepatuhan berasal dari kata dasar patuh, yang berarti disiplin dan taat.
Kepatuhan adalah derajat dimana pasien mengikuti anjuran klinis dari
dokter yang mengobatinya (Kapak dkk, 2019). Kepatuhan ibu hamil dalam
melaksanakan pemeriksaan PPIA dipengaruhi salah satunya karena
faktor pendorong dari tenaga Kesehatan yaitu petugas kesehatan yang sangat
berperan penting dalam terlaksananya pemeriksaan PPIAl.
Menurut Notoadmodjo (2019) mengatakan pengalaman merupakan sumber
pengetahuan, baik dari pengalaman diri sendiri maupun dari orang lain. Pada
ibu multigravida, dimana mereka sudah mempunyai pengalaman dalam
menghadapi kehamilan sebelumnya dan memiliki sumber informasi yang
lebih banyak karena pernah dan sering berinteraksi dengan petugas kesehatan /
bidan setempat sehingga mereka mempunyai pengetahuan yang lebih dan
dengan mudah mendapat informasi-informasi terbaru tentang kesehatan
khususnya tentang pentingnya pemeriksaan PPIA pada ibu hamil.
Peran perawat dalam menangani kasus ketidakpatuhan ibu hamil dalam
memeriksakan HIV adalah dengan mengadakan strategi pemeriksaan dini HIV
yang merupakan inti dari semua upaya pencegahan dan penanggulangan
HIV/AIDS. Beberapa penelitian menegaskan bahwa pemanfaatan pemeriksaan
dini HIV antenatal oleh ibu hamil masih rendah. Penelitian lain juga
menyatakan bahwa hambatan yang dirasakan untuk VCT seperti stigma sosial,
kurangnya dukungan pasangan laki- laki dan takut mengetahui status HIV
positif serta kurangnya peran petugas kesehatan (Zinash, 2019)
Tenaga kesehatan khususnya perawat sangat berperan dalam memberikan
dukungan pada ibu hamil. Perawat bisa menjadi konselor sebagai tempat
mencurahkan segala isi hati ibu hamil dalam menghadapi kesulitannya
menghadapi kehamilan dan persalinan.Perawat harus mampu mengenali
keadaan yang terjadi di sekitar ibu hamil.
7

Hubungan yang baik saling mempercayai dapat memudahkan


perawat/tenaga kesehatan dalam memberikan pendidikan dalam kesehatan
(Kusmiati, 2019).Kewenangan perawat dalam pelaksanaan program PPIA
salah satunya perawat harus menganjurkan dan mengkonseling kepatuhan
ibunhamil untuk test skrining HIV di waktu pelayanan antenatal sehingga
kejadian penularan HIV dari ibu ke anak dapat di cegah melalui pengobatan
ARV.Selain itu peran perawat dalam kepatuhan pemeriksan HIV yaitu sebagai
educator memberikan edukasi kepada ibu hamil tentang perawatan yang di
terima selanjutnya,Perawat sebagai pembela menjamin kerahasiaan pasien
mengenai status HIVnya serta menjamin bahwa ibu hamil mendapatkan obat
ARV dan rencana persalinan.Perawat sebagai komunikator melaksanakan
kolaborasi dan koordinasi terkait pelayanan kepada pasien,mengenai
pemberian obat dan pengawasan minum obat oleh petugas di
lapangan.Perawat sebagai manajer melaksanakan rencana tindakan
keperawatan untuk mengoptimalkan perawatan.
Data Kasus kejadian HIV dari berbagai kjenis pemeriksaan dan klasifikasi
di Kabupaten sukabumi berdasarkan Nilai Cakupan Layanan HIV AIDS
Tingkat Kabupaten Sukabumi Tahun 2022 periode Januari sampai September
menunjukkan bahwa jumlah ibu hamil yang melakukan tes HIV di kabupaten
sukabumi periode 2022 januari sampai dengan September adalah sebanyak
7719 jiwa dan Ibu hamil yang terkenda Positif HIV adalah sebanyak 7 orang.
Hal ini dapat disimpulkan bahwa masih terdapat ibu hamil yang mengalami
HIV saat hamil, dan mungkin saja dapat disebabkan oleh banyak faktor, maka
penting dan perlu sekali deteksi dini pemeriksaan HIV bagi ibu hamil agar
dapat diatasi dan dicari solusi sedini mungkin agar menghindari penularan
HIV pada janin atau calon bayi yang akan dilahirkan dikemudian hari.
Berdasarkan studi pendahuluan yang telah dilakukan selama bekerja di
UPTD Puskesmas Buniwangi diperoleh data bahwa Fenomena terjadi selama
2 tahun cakupan jumlah bumil yang bersedia diperiksa HIV tidak memenuhi
target hanya 60% dari total jumlah ibu hamil, sedangakan dinas kesehatan
menargetkan semua ibu hamil harus di test HIV. Masalah yang terbaru
ditemukan satu ibu hamil yang sudah melahirkan ternyata positif HIV dan
8

ditularkan ke anaknya. Diketahui bahwa selama hamil ibu tersebut tidak mau
diperiksa. Tahun 2022 data dari bulan Januari s.d Juni di PKM Buniwangi
terdapat 364 orang ibu hamil, dan 50% di antaranya tidak bersedia di periksa
HIV dengan alasan takut.
Adapun faktor yang diambil untuk menjadi variabel dalam penelitian ini
adalah Pengetahuan dan sikap dikarenakan peneliti berasumsi bahwa
pengetahuan dan sikap dari ibulah yang paling menonjol dari pemahaman ibu
yang belum memeriksakan pemeriksaan HIV karena mereka tidak tau dan
belum memahami betul alasan peeriksaan tersebut harus dilakukan, sehingga
penulis mengambil faktor tersebut untuk dijadikan variabel penelitian.
Berdasarkan uraian diatas maka peneliti tertarik untuk melakukan
penelitian dengan judul hubungan pengetahuan dan sikap ibu hamil terhadap
status pemeriksaan HIV di UPTD Puskesmas Buniwangi Kec. Surade Kab.
Sukabumi.

B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan, maka rumusan masalah
dalam penelitian ini adalah “ Adakah hubungan pengetahuan dan sikap ibu
hamil terhadap status pemeriksaan HIV di UPTD Puskesmas Buniwangi Kec.
Surade Kab. Sukabumi.”

C. Tujuan Penelitian
Tujuan Umum
Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui hubungan pengetahuan
dan sikap ibu hamil terhadap status pemeriksaan HIV di UPTD Puskesmas
Buniwangi Kec. Surade Kab. Sukabumi.
Tujuan Khusus

1. Untuk mengetahui gambaran pengetahuan ibu hamil tentang pemeriksaan


HIV Di UPTD Puskesmas Buniwangi Kec. Surade Kab. Sukabumi.
2. Untuk mengetahui gambaran sikap ibu hamil tentang pemeriksaan HIV
Di UPTD Puskesmas Buniwangi Kec. Surade Kab. Sukabumi..
3. Untuk mengetahui status ibu hamil yang melakukan pemeriksaan HIV di
9

UPTD Puskesmas Buniwangi Kec.Surade Kabupaten Sukabumi.


4. Untuk mengetahui Hubungan Pengetahuan Ibu Hamil terhadap status
pemeriksaan HIV Di UPTD Puskesmas Buniwangi Kec. Surade Kab.
Sukabumi.
5. Untuk mengetahui hubungan pengetahuan dan sikap ibu hamil terhadap
status pemeriksaan HIV di UPTD Puskesmas Buniwangi Kec. Surade
Kab. Sukabumi.
D. Manfaat Penelitian
1. Manfaat Teoritis
Diharapkan penelitian ini dapat memberikan wawasan dan pengetahuan
baru khususnya bagi peneliti dan bagi pembaca pada umumnya. Penelitian
ini tidak menghasilkan teori dan bahasan yang baru. Peneliti masih
menggunakan teori yang sudah ada agar teori yang sudah ada akan tetap
menjadi sumber yang berlaku.
2. Manfaat Praktis
a. Peneliti
Diharapkan hasil penelitian ini dapat menjadi pengalaman langsung
dalam melakukan penelitian dan dapat mengaplikasikan teori yang
didapat saat perkuliahan ke dalam praktek lapangan. Dengan adanya
penelitian ini akan bermanfaat dan berguna untuk dijadikan pemahaman
bagi peneliti sendiri mengenai kesehatan pasien tentang pengetahuan
dan sikap terhadap pemeriskaan HIV khususnya pada ibu hamil.
b. Universitas Muhammdiyah Kota Sukabumi
Diharapkan penelitian ini dapat menambah sumber kepustakaan dan
bahan evaluasi serta bahan telaah atas apa yang menjadi kekurangan
dalam penelitian ini tentang hubungan Pengetahuan Dan Sikap Ibu
Hamil Dengan Kepatuhan Pemanfaatan Pemeriksaan HIV.
c. UPTD Puskesmas Buniwangi
Diharapkan penelitian ini dapat memberikan evaluasi dan bahan
acuan bagi puskesmas tentang perbandingan serta penemuan apa yang
menjadi faktor dalam ketidak patuhan ibu hamil melakukan
pemeriksaan HIV pada warga disekitar wilayahnya.
BAB II
TINJAUAN TEORITIS

A. Tinjauan Teoritis
1. Pengetahuan
a. Pengertian
Pengetahuan adalah merupakan hasil “tahu” dan ini terjadi setelah
orang mengadakan pengindraan terhadap suatu objek tertentu.
Penginderaan terhadap obyek terjadi melalui panca indra manusia
yakni penglihatan, pendengaran, penciuman, rasa dan raba dengan
sendiri. Pada waktu pengindraan sampa menghasilkan pengetahuan
tersebut sengat dipengaruhi oleh intensitas perhatian persepsi terhadap
obyek. Sebagian besar pengetahuan manusia diperoleh melalui mata
dan telinga (Notoatmodjo dikutip dalam buku Wawan dan Dewi,
2018).
Pengetahuan adalah suatu hasil tau dari manusia atas penggabungan
atau kerjasama antara suatu subyek yang mengetahui dan objek yang
diketahui. Segenap apa yang diketahui tentang sesuatu objek tertentu
(Nurroh 2019). Menurut Notoatmodjo dalam Yuliana (2019),
pengetahuan adalah hasil penginderaan manusia, atau hasil tahu
seseorang terhadap objek melalui indera yang dimiliki (mata, hidung,
telinga, dan sebagainya). Jadi pengetahuan adalah berbagai macam hal
yang diperoleh oleh seseorang melalui panca indera.
Berdasarkan beberapa pengertian diatas dapat disimpulkan bahwa
pengetahuan merupakan fakta atau informasi yang kita anggap benar
dan ini terjadi setelah orang melakukan pengindraan terhadap suatu
objek tertentu melalui panca indra manusia.
b. Macam-Macam Tingkat Pengetahuan
Menurut Notoatmodjo dikutip dalam buku Wawan dan Dewi M
(2018) membagi 6 tingkat pengetahuan menjadi sebagai berikut :

10
11

1) Tahu (Know)
Diartikan sebagai mengingat suatu materi yang telah dipelajari
sebelumnya. Termasuk kedalam pengetahuan tingkat ini adalah
megingat kembali sesuatu yang spesifik dari seluruh bahan yang
dipelajari atau rangsangan yang telah diterima.
2) Memahami (Comprehension)
Diartikan sebagai suatu kemampuan untuk menyelesaikan
secara benar tentang objek yang diketauhui, dan
menginterprestasikan materi tersebut secara langsung.
3) Aplikasi (Application)
Diartikan sebagai kemampuan untuk menggunakan materi yang
telah dipelajari pada situasi atau kondisi real (sebenarnya)
4) Analisis (Analysis)
Suatu kemampuan untuk menjabarkan materi atau suatu objek
ke dalam komponena-komponen, tetapi masih di dalam struktur
organisasi, dan masih ada kaitannya satu sama lain.
5) Sintesis (Synthesis)
Suatu kemampuan untuk meletakan atau mengubngkan bagian-
bagian di dalam suatu bentuk keseluruhan yang baru, dengan kata
lain sintesis adalah suatu kemampuan untuk menyusun formulasi-
formulasi yang ada.
6) Evaluasi (Evaluation)
Evaluasi ini berkaitan dengan kemampuan untuk melakukan
justifikasi atau penilaian terhadap suatu materi atau objek.
Pengukuran pengethuan dapat dilakukan dengan wawancara atau
angket yang menanyakan tentang isi materi yang ingin diukur dari
subjek penelitian atau responden. Kedalaman pengetahuan yang
ingin kita ketahui atau kita ukur dapat kita sesuaikan dengan
tingkat-tingkatan di atas.
12

c. Cara Memperoleh Pengetahuan


Cara memperoleh pengetahuan menurut Notoatmodjo dikutip
dalam buku Wawan dan Dewi M (2018) ada 2 memperoleh
pengetahuan, yaitu;
1) Cara Nonilmiah untuk memperoleh pengetahuan
a) Cara Coba-Salah (Trial and Error)
Dilakukan dengan menggunakan kemungkinan dalam
memecahkan masalah dan apabila kemungkinan tersebut tidak
berhasil di coba kemungkinan yang lain, apabila kemungkinan
kedua gagal maka dicoba kemungkinan ketiga, dan apabila
kemungkinan ketiga gagal dicoba kemungkinan keempat dan
seterusnya samap masalah tersebut dapat dipecahkan.
b) Secara Kebetulan
Penemuan kebenaran secara kebetulan terjadi karena tidak
di sengaja oleh orang yang bersangkutan
c) Cara kekuasaan otoritas
Pengetahuan yang diperoleh berdasarkan pada otoritas atau
kekuasaan, baik tradisi, otoritas pemerintah, otoritas pimpinan
agama, maupun ahli ilmu pengetahuan orang lain menerima
pendapat yang dikemukakan oleh orang lain yang mempunyai
otoritas tanpa lebih dahulu menguji atau membuktikan
kebenaranya, baik berdasarkan fakta empiris atau berdasarkan
penalaran sendiri.
d) Berdasarkan pengalaman pribadi
Semua pengalaman pribadi tersebut dapat merupakan
sumber kebenaran pengetahuan dilakukan dengan melakukan
cara mengumpulkan kembali pengalaman yang diperoleh
dalam memecahkam masalah yang dihadapi pada masa yang
lalu.
2) Cara ilmiah dalam memperoleh pengetahuan
Cara baru atau modern dalam memperoleh pengetahuan pada
dewasa ini lebih sistematis, logis, dan ilmiah disebut metode
13

penelitian ilmiah atau lebih popular atau disebut metodologi


penelitian
e. Faktor-Faktor yang mempengaruhi Pengetahuan
1) Faktor internal
a) Pendidikan
Pendidikan berarti bimbingan yang diberikan seseorang
terhadap perkembangan orang lain menuju kearah cita-cita
tertentu yang menentukan manusia untuk berbuat dan mengisi
kehidupan untuk mencapai keselamatan dan kebahagiaan.
Pendidikan di perlukan untuk mendapat informasi misalnya
hal-hal yang menunjang kesehatan sehingga dapat
meningkatkan kualitas hidup.
b) Pekerjaan
Menurut Thomasyang dikutip oleh Nursalam yang dikutip
oleh A. wawan dan Dewi M (2018), pekerjaan adalah
keburukan yang harus dilakukan terutama untuk menunjang
kehidupannya dan kehidupan keluarga. Pekerjaan bukanlah
sumber kesenangan, berulang dan banyak tantangan.
Sedangkan bekerja umumnya merupakan kegiatan yang
menyita waktu. Bekerja bagi ibu-ibu akan mempunyai
pengaruh terhadap kehidupan keluarga.
c) Umur
Menurut Elisabeth BH yang dikutip Nursalam yang dikutip
oleh A. wawan dan Dewi M (2016), usia adalah umur individu
yang terhitung mulai saat dilahirkan sampai berulang tahun.
Sedangkan menurut Huclok (1998) semakin cukup seeorang
akan lebih matang dalam berfikir dan bekerja. Dari segi
kepercayaan masyarakat seseorang yang lebih dewasa
dipercayai dari orang yang belum tinggi kedewasaannya.
d) Informasi/ Media Massa
Informasi adalah suatu teknik untuk mengumpulkan,
menyiapkan, menyimpan, memanipulasi, mengumumkan,
14

menganalisis dan menyebarkan informasi dengan tujuan


tertentu.Informasi diperoleh dari pendidikan formal maupun
nonformal dapat memberikan pengaruh jangka pendek
sehingga menghasilkan perubahan dan peningkatan
pengetahuan. Semakin berkembangnya teknologi menyediakan
bermacam-macam media massa sehingga dapat mempengaruhi
pengetahuan masyarakat.Informasi mempengaruhi pengetahuan
seseorang jika sering mendapatkan informasi tentang suatu
pembelajaran maka akan menambah pengetahuan dan
wawasannya, sedangkan seseorang yang tidak sering menerima
informasi tidak akan menambah pengetahuan dan wawasannya.
2) Faktor Eksternal
a) Faktor lingkungan
Menurut Ann.Mariner yang dikutip Nursalam yang dikutip
oleh A.wawan dan Dewi M (2016), lingkungan merupakan
seluruh kondisi yang ada di sekitar manusia dan pengaruhnya
yang dapat mempengaruhi perkembangan dan perilaku orang
atau kelompok.
b) Sosial budaya
Sistem sosial budaya yang ada pada masyarakat dapat
mempengaruhi dari sikap dalam menerima informasi.
f. Kriteria Tingkat Pengetahuan
Menurut Skinner dalam Notoatmodjo (2018) bila seseorang mampu
menjawab materi tertentu baik secara lisan maupun tulisan maka
dikatakan mengetahui bidang itu. Sekumpulan jawaban yang diberikan
orang itu dinamakan pengetahuan. Menurut Budhiana (2019)
pengetahuan seseorang dapat diketahui dan di interprestasikan dengan
skala yang bersifat kualitatif, yaitu:
a. Jika Kuartil Tiga<T(Jawaban Responden), Maka kriteria pertama
b. Jika Kuartil Dua<T(Jawaban Responden)≤Kuartil Tiga, Maka
kriteria kedua
c. Jika T(Jawaban Responden)<Kuartil 2 , Maka kriteria ketiga
15

2. Sikap
a. Pengertian
Menurut Candra (2017), sikap merupakan suatu proses penilaian
yang dilakukan seseorang terhadap suatu objek atau situasi yang
disertai adanya perasaan tertentu dan memberikan dasar kepada orang
tersebut untuk membuat respon atau berperilaku dalam cara yang
tertentu yang dipilihnya.
Sikap juga merupakan hal yang terpenting dalam kehidupan
manusia, karena sikap pada diris seseorang akan memberikan warna
dan corak tingkah laku atau perbuatan yang dilakukan seseorang
tersebut terhadap suatu objek (Azwar, 2013).
Berdasarkan beberapa pengertian diatas dapat disimpulkan bahwa
Sikap merupakan respon penilaian seseorang terhadap perbuatan atau
peristiwa tertentu yang ada dalam didalam kehidupan nyata.
b. Komponen Sikap
a. Komponen Sikap

Struktur sikap terdiri atas 3 komponen yang saling menunjang (Putri,


2019) adalah sebagai berikut :
1) Komponen kognitif
Merupakan representasi apa yang dipercayai oleh individu
pemilik sikap, komponen kognitif berisi kepercayaan stereotipe yang
dimiliki individu mengenai sesuatu dapat disamakan penanganan
(opini) terutama apabila menyangkut masalah issue atau problem
yang kontropersial.
2) Komponen afektif
Merupakan perasaan menyangkut aspek emosional. Aspek
emosional inilah yang biasanya berakar paling dalam sebagai
komponen sikap dan merupakan aspek yang paling bertahan
terhadap pengaruh-pengaruh yang mungkin adalah mengubah sikap
seseorang komponen apektif disamakan dengan perasaan yang
dimiliki seseorang terhadap sesuatu
16

3) Komponen konatif
Kecenderungan berprilaku tertentu sesuai dengan sikap yang
dimiliki oleh seseorang. Dan berisi pendensi atau kecenderungan
untuk bertindak atau bereaksi terhadap sesuatu dengan cara-cara
tertentu. Dan berkaitan dengan objek yang dihadapinya adalah
logis untuk mengharapkan bahwa sikap seseorang adalah
dicerminkan dalam bentuk tendensi prilaku.
c. Tingkatan Sikap
Menurut Notoatmodjo (2014) dalam (2021) menjelaskan bahwa
sikap terdiri dari berbagai tingkatan yakniMenerima berarti mau dan
memperhatikan setiap stimulus yang diberikan. Merespons yaitu
menerima tugas yang diberikan dengan mengerjakan dan
menyelesaikan tugas tersebut. Mengajak orang untuk mendiskusikan
suatu masalah merupakan tingkatan sikap menghargai dan
bertanggungjawab merupakan tingkatan sikap tertinggi karena
menerima setiap risiko dari segala sesuatu yang dipilihnya (Yohanna,
2021). Penjelasannya adalah sebagai berikut :
1) Menerima (receiving)
Menerima diartikan bahwa orang (subjek) mau dan
memperhatikan stimulus yang diberikan (objek).
2) Merespon (responding)
Memberikan jawaban apabila ditanya, mengerjakan dan
menyelesaikan tugas yang diberikan adalah suatu indikasi sikap
karena dengan suatu usaha untuk menjawab pertanyaan atau
mengerjakan tugas yang diberikan. Lepas pekerjaan itu benar atau
salah adalah berarti orang itu menerima ide tersebut.
3) Menghargai (valuing)
Mengajak orang lain untuk mengerjakan atau mendiskusikan
dengan orang lain terhadap suatu masalah adalah suatu indikasi
sikap tingkat tiga, misalnya seorang mengajak ibu yang lain
(tetangga, saudaranya, dsb) untuk menimbang anaknya ke
17

posyandu atau mendiskusikan tentang gizi adalah suatu bukti


bahwa si ibu telah mempunyai sikap positif terhadap gizi anak.
4) Bertanggung jawab (responsible)
Bertanggung jawab atas segala sesuatu yang telah dipilihnya de
ngan segala risiko adalah mempunyai sikap yang paling tinggi.
d. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Sikap
Menurut Azwar (2015) dalam Putri (2019) menjelaskan bahwa
faktor-faktor yang mempengaruhi sikap diantaranya adalah :
1. Pengalaman Pribadi, faktor ini dapat menjadi dasar pembentukan
sikap apabila pengalaman tersebut meninggalkan kesan yang kuat.
Sikap ini akan lebih mudah terbentuk apabila pengalaman pribadi
tersebut terjadi dalam situasi yang melibatkan faktor emosional.
2. Pengaruh oranglain yang dianggap penting. Faktor ini pada
umumnya cenderung untuk memiliki sikap yang searah dengan
sikap seseorang yang dianggap penting. Kecenderungan ini antara
lain dimotivasi oleh keinginan untuk berafiliasi dan untuk
menghindari konflik dengan orang yang dianggap penting.
3. Pengaruh kebudayaan. Faktor ini dapat memberi corak pengalaman
individu dan masyarakat. Tanpa disadari kebudayaan telah
menanamkan garis pengaruh sikap kita terhadap berbagai masalah.
4. Lembaga Pendidikan dan Lembaga agama. Konsep moral dan
ajaran dari Lembaga akan sangat bermanfaat untuk individu atau
masyarakat dalam menentukan system kepercayaan. Tidaklah
mengherankan apabila pada gilirannya konsep ini dapat
mempengaruhi sikap
5. Faktor emosional. Suatu bentuk sikap merupakan pernyataan yang
didasari emosi, apalagi dengan bertamabahnya usia akan
mempengaruhi bentuk emosional seseorang. Emosi ini berfungsi
sebagai alat penyalur frustasi atau pengalihan yang dihasilkan
dalam bentuk mekanisme pertahanan ego.
18

3. Ibu Hamil
a. Pengertian
Ibu hamil adalah seorang wanita yang sedang mengandung yang
dimulai dari konsepsi sampai lahirnya janin. Kehamilan adalah waktu
transisi, yaitu masa antara kehidupan sebelum memiliki anak yang
sekarang berada dalam kandungan dan kehidupan nanti setelah anak
itu lahir (Ratnawati, 2020) Kehamilan merupakan penyatuan dari
spermatozoa dan ovum dan dilanjutkan dengan nidasi. Bila dihitung
dari saat fertilisasi hingga lahirnya bayi, kehamilan normal akan
berlangsung dalam waktu 40 minggu atau 9 bulan menurut kalender
internasional. Maka, dapat disimpulkan bahwa kehamilan merupakan
bertemunya sel telur dan sperma di dalam atau diluar Rahim dan
berakhir dengan keluarnya bayi dan plasenta melalui jalan lahir
(Yulaikhah, 2019)
Kehamilan adalah masa dimana seorang wanita membawa embrio
fetus di dalam tubuhnya. Dalam kehamilan dapat terjadi banyak gestasi
(misalnya dalam kasus kembar atau triplet). Kehamilan manusia terjadi
selama 40 minggu 37 antara waktu menstruasi dan kelahiran 6 minggu
dari pembuahan. Istilah medis untuk wanita hamil adalah “Gravida”
sedangkan manusia di dalamnya disebut embrio (minggu-minggu
awal) dan kemudian janin (sampai kehamilan. Primigravida adalah
seorang wanita yang hamil untuk pertama kalinya, sedangkan
multigravida adalah seorang wanita yang sudah pernah hamil dua kali
atau lebih (Yunanto, 2015).
b. Tanda Ibu Hamil
Tanda dan gejala kehamilan pasti, antara lain (Fitriana, 2019) :
1. Ibu merasakan gerakan kuat bayi di dalam perutnya. Sebagian
besar ibu mulai merasakan tendangan bayi pada usia kehamilan
lima bulan.
2. Bayi dapat dirasakan di dalam Rahim. Semenjak umur kehamilan 6
atau 7 bulan.
19

3. Denyut jantung bayi dapat terdengar. Saat usia kehamilan


menginjak bulan ke5 atau ke-6 denyut jantung bayi terkadang
dapat didengar menggunakan instrument yang dibuat untuk
mendengarkan, seperti stetoskop atau fetoskop.
4. Tes kehamilan medis menunjukkan bahwa ibu hamil. Tes ini
dilakukan dengan perangkat tes kehamilan di rumah atau di
laboratorium dengan urine atau darah ibu
4. Status Pemeriksaan HIV pada ibu Hamil
a. Definisi
HIV atau Human Immunodeficiecy Virus merupakan suatu Virus
yang menyerang system kekebalan tubuh manusia sehingga seseorang
yang terinfeksi HIV sangat mudah terinfeksi oleh penyakit lain atau
yang biasa disebut dengan infeksi oportunistik. Dalam buku pedoman
pencegahan penularan HIV dari ibu ke anak mengatakan bahwa HIV
(Human Immunodeficiecy Virus) adalah retrovirus golongan RNA
(Ribose Nucleic Acid) yang spesifik menyerang sistem imun atau
kekebalan tubuh manusia yang menyebabkan penurunan sistem
kekebalan tubuh pada manusia atau orang yang terinfeksi HIV
sehingga memudahkan penularan berbagai penyakit (KemenkesRI,
2019).
AIDS (Acquired Immunodeficiency Sindrom/ Sindrom
imunodefisiensi didapat), adalah stadium akhir pada serangkaian
abnormalitas imunologis dan klinis yang yang dikenal sebagai
spektrum infeksi HIV. HIV yang dulu disebut sebagai HTLV-III
(Human T cell Lymphotropic Virus III) atau LAV (Lymphadenophaty
Virus) adalah virus sitopatik dari famili retrovirus (Price, 1992).
Human Immunodeficiency Virus yang selanjutnya disingkat HIV
adalah Virus yang menyebabkan Acquired Immuno Deficiency
Syndrome. Human Immunodeficiency Virus (HIV) adalah virus yang
menyebabkan penyakit AIDS yang termasuk kelompok retrovirus.
Seseorang yang terinfeksi HIV, akan mengalami infeksi seumur hidup.
Kebanyakan orang dengan HIV/AIDS (ODHA) tetap asimtomatik
20

(tanpa tanda dan gejala dari suatu penyakit) untuk jangka waktu lama.
Meski demikian, sebetulnya mereka telah dapat menulari orang lain
(PerGub, Jatim, 2020)
Acquired Immuno Deficiency Syndrome (AIDS) yang selanjutnya
disingkat AIDS adalah suatu kumpulan gejala berkurangnya
kemampuan pertahanan diri yang disebabkan oleh masuknya virus
HIV dalam tubuh seseorang. AIDS adalah singkatan dari Acquired
Immune Deficiency Syndrome. “Acquired” artinya tidak diturunkan,
tetapi didapat; “Immune” adalah sistem daya tangkal atau kekebalan
tubuh terhadap penyakit; “Deficiency” artinya tidak cukup atau
kurang; dan “Syndrome” adalah kumpulan tanda dan gejala penyakit.
AIDS adalah bentuk lanjut dari infeksi HIV, yang merupakan
kumpulan gejala menurunnya sistem kekebalan tubuh. Infeksi HIV
berjalan sangat progresif merusak sistem kekebalan tubuh, sehingga
penderita tidak dapat menahan serangan infeksi jamur, bakteri atau
virus. Kebanyakan orang dengan HIV akan meninggal dalam beberapa
tahun setelah tanda pertama AIDS muncul bila tidak ada pelayanan
dan terapi yang diberikan (Kemenkes RI, 2020).
b. Tanda dan Gejala HIV/ AIDS
Menurut (Noviana Nadarsyah 2013) gejala orang yang terinfeksi
HIV menjadi AIDS bisa dilihat dari 2 gejala, yaitu Gejala Mayor
(umum terjadi) dan Gejala Minor (tidak umum terjadi):
1) Gejala Mayor
a) Berat badan menurun lebih dari 10% dalam satu bulan
b) Diare kronis yang berlangsung lebih dari 1 bulan
c) Demam berkepanjangan lebih dari 1 bulan d) Penurunan
kesadaran dan gangguan neurologis
d) Demensia/ HIV ensefalopi
2) Gejala Minor
a) Batuk menetap lebih dari 1 bulan
b) Dermatitis generalisata
21

c) Adanya herpes zoster multisegmental dan herpes zoster


berulang
d) Kandidasis orofaringeal
e) Herpes simpleks kronis progresif
f) Limfadenopati generalisata
g) Infeksi jamur berulang pada alat kelamin wanita
h) Retinitas virus sitomegalo.
Gejala-gejala dari infeksi akut HIV tidak spesifik, meliputi
kelelahan, ruam kulit, nyeri kepala, mual dan berkeringat di malam
hari. AIDS ditandai dengan supresi yang nyata pada sitem imun dan
perkembangan infeksi oportunistik berat yang sangat bervariasi atau
neoplasma yang tidak umum (terutama sarcoma Kaposi).
Gejala yang lebih serius pada orang dewasa seringkali didahului
oleh gejala prodormal (diare dan penurunan berat badan) meliputi
kelelahan, malaise, demam, napas pendek, diare kronis, bercak putih
pada lidah (kandidiasis oral) dan limfadenopati. Gejala-gejala penyakit
pada saluran pencernaan, ari esophagus sampai kolon merupakan
penyebab utama kelemahan.
Tanpa pengobatan interval antara infeksi primer oleh HIV dan
timbulnya penyakit klinis pertama kali pada orang dewasa biasanya
panjang, rata-rata sekitar 10 tahun (Jawet, 2019).
Sedangkan Menurut badan kesehatan dunia atau WHO (World Health
Organization) Secara umum tanda dan gejala klinis HIV terbagi dalam
beberapa fase atau stadium yaitu:
1) Stadium 1 (asimptomatis) yaitu suatu keadaan tanpa menunjukan
tanda dan gejala yang spesifik biasanya bersifat asimptomatis dan
kadang timbul limfadenopati generalisata.
2) Stadium 2 (ringan) sudah terdapat penurunan berat badan < 10%
muncul manifestasi mukokutaneus minor seperti dermatitis
seborotik, prurigo, onikomikosis, ulkus oral rekurens, keilitis
angularis, erupsi papular pruritic, infeksi Herpes zoster dalam 11
22

tahun terakhir, infeksi saluran napas atas berulang, sinusitis,


tonsillitis, faringitis, otitis media.
3) Stadium 3 (lanjut/advanced) pada stadium ini sudah terjadi
penurunan berat badan tanpa sebab yang jelas > 10%, diare tanpa
sebab yang jelas > 1 bulan, adanya kandidiasis oral persisten, oral
hairy leukoplakia, munculnya tubercukosis paru, adanya infeksi
bakteri berat (seperti pneumonia, piomiositis, empyema, infeksi
tulang/ sendi, meningitis, bakterenemia), stomatitis/ gingivitis/
periodontitis ulseratif nekrotik akut, anemia tanpa sebab yang jelas
(Hb< 8 gr/dL), neutropenia tanpa sebab yang jelas atau
trombositopenia tanpa sebab yang jelas.
4) Stadium 4 (berat/ severe) pada stadium ini muncul HIV wasting
Syndrome, pneumonia akibat pneumocystis carinii, pneumonia
bacterial berat rekuren, toksoplasmosis serebral, kriptosporodiosis
dengan diare lebih dari 1 bulan, sitomegalovirus pada orang selain
hati, limpa, atau kelenjar getah bening, infeksi herpes simpleks
mukokutan atau visceral lebih dari 1 bulan, leukoensefalopati
multifokal progresif, mikosis endemic diseminata, kandidiasis
esophagus/trachea/bronkus, mikobakteriosis atipik/ diseminata/
paru, septikemia salmonella non tifoid yang bersifat rekuren,
tuberkulosis ekstrapulmonal, limfoma atau tumor padat terkait HIV
seperti sarcoma kaposi/ ensefalopati HIV (Chist Tanto, 2016).
c. Penularan HIV/ AIDS
Penyakit HIV dapat masuk ke tubuh melalui tiga cara, yaitu melalui
: (Kementerian Kesehatan RI 2020)
1) Penularan HIV dari ibu yang terinfeksi HIV ke janin dalam
kandungannya, yang dikenal sebagai Penularan HIV dari Ibu
ke Anak (PPIA)
Penularan dari ibu-ke-anak Lebih dari 90% anak yang terinfeksi
HIV didapat dari ibunya. Virus dapat ditularkan dari ibu yang
terinfeksi HIV kepada anaknya selama hamil, saat persalinan dan
menyusui. Tanpa pengobatan yang tepat dan dini, setengah dari
23

anak yang terinfeksi tersebut akan meninggal sebelum ulang tahun


kedua. HIV tidak ditularkan melalui bersalaman, berpelukan,
bersentuhan atau berciuman; penggunaan toilet umum, kolam
renang, alat makan atau minum secara bersama; ataupun gigitan
serangga, seperti nyamuk.
Penularan HIV dan ibu ke anak lebih banyak terjadi pada saat
persalinan dan menyusui yaitu sebesar 10 – 20 % sedangkan pada
saat kehamilan kemungkinan terjadi penularan sebesar 5 – 10 %
saja. Dalam penelitian yang dilakukan di RS. Kariadi semarang
pada tahun 2002 sampai dengan 2011 menyebutkan bahwa proses
persalinan pervaginam dan menyusui adalah faktor resiko kejadian
penulran HIV pada bayi (Purnaningtyas & Dewantiningrum,
2012). Secara garis besar penularan HIV dari ibu ke bayi terjadi
karena faktor ibu, faktor bayi dan faktor obstetric.
Pada prinsipnya penularan HIV terjadi melalui tiga cara yaitu
secara genital dimana cairan sperma dan cairan vagina pengidap
HIV memiliki jumlah virus yang tinggi dan cukup banyak untuk
memungkinkan penularan terlebih jika disertai dengan penyakit
infeksi menular seksual lainnya, oleh karena itu semua hubungan
seksual yang beresiko berpotensi untuk dapat menularkan HIV
baik secara genital, oral maupun anal. Kemudian yang berikutnya
adalah penularan yang terjadi karena adanya kontaminasi darah
dan jaringan tubuh penderita HIV penularan ini dapat terjadi
melalui kontaminasi darah seperti transfusi darah dan produk darah
(plasma, trombosit) dan transplantasi organ yang tercemar darah
penderita HIV atau melalui penggunaan alat medis yang tidak steril
seperti suntikan yang tidak aman, atau penggunaan alat suntik
bersama pada penasun (pengguna Narkoba suntik), tato dan tindik
tidak steril.
Kemudian yang terakhir adalah penularan secara perinatal yaitu
penularan HIV dari ibu ke janin atau bayi baik selama kehamilan
melalui plasenta yang terinfeksi, selama proses persalinan maupun
24

setelah melahirkan melalui Air Susu Ibu (ASI) pada masa laktasi
(KemenkesRI, 2019) Besaran penularan HIV dari ibu ke anak
tergantung pada penanganan yang dilakukan selama kehamilan,
saat persalinan, serta pada saat menyusui.
2) Hubungan seksual,
Hubungan seksual Penularan melalui hubungan seksual adalah
cara yang paling dominan dari semua cara penularan. Penularan
melalui hubungan seksual dapat terjadi selama sanggama laki-laki
dengan perempuan atau laki-laki dengan laki-laki. Sanggama
berarti kontak seksual dengan penetrasi vaginal, anal, atau oral
antara dua individu. Risiko tertinggi adalah penetrasi vaginal atau
anal yang tak terlindung dari individu yang terinfeksi HIV.
Kontak seksual oral langsung (mulut ke penis atau mulut ke
vagina) termasuk dalam kategori risiko rendah tertular HIV.
Tingkatan risiko tergantung pada jumlah virus yang ke luar dan
masuk ke dalam tubuh seseorang, seperti pada luka sayat/gores
dalam mulut, perdarahan gusi, dan atau penyakit gigi mulut atau
pada alat genital
3) Penggunaan jarum yang tidak steril atau terkontaminasi HIV
Pajanan oleh darah, produk darah, atau organ dan jaringan yang
terinfeksi Penularan dari darah dapat terjadi jika darah donor tidak
ditapis (uji saring) untuk pemeriksaan HIV, penggunaan ulang
jarum dan semprit suntikan, atau penggunaan alat medik lainnya
yang dapat menembus kulit. Kejadian di atas dapat terjadi pada
semua pelayanan kesehatan, seperti rumah sakit, poliklinik,
pengobatan tradisional melalui alat penusuk/jarum, juga pada
pengguna napza suntik (penasun). Pajanan HIV pada organ dapat
juga terjadi pada proses transplantasi jaringan/organ di fasilitas
pelayanan kesehatan
d. Patofisiologi/ Patogenesis
Perjalanan khas infeksi HIV yang tidak diobati, berjangka waktu
sekitar satu dekade. Tahap-tahapnya meliputi infeksi primer, penyebaran
25

virus ke organ limfoid, latensi klinis, peningkatan ekspresi HIV, penyakit


klinis dan kematian. Durasi antara infeksi primer dan progresi menjadi
penyakit klinis rata-rata sekitar 10 tahun. Pada kasus yang tidak diobati,
kematian biasanya terjadi dalam 2 tahun setelah onset gejala. Setelah
infeksi primer, selama 4-11 hari masa antara infeksi mukosa dan viremia
permulaan, viremia dapat terdeteksi selama sekitar 8-12 minggu. Virus
tersebar luas ke seluruh tubuh selama masa ini, dan menjangkiti organ
limfoid. Pada tahap ini terjadi penurunan jumlah sel T CD4 yang beredar
secara signifikan.
Respon imun terhadap HIV terjadi selama 1 minggu sampai 3 bulan
setelah terinfeksi, viremia plasma menurun dan level sel CD4 kembali
meningkat. Tetapi respon imun tidak mampu menyingkirkan infeksi secara
sempurna, dan selsel yang terinfeksi HIV menetap dalam limfoid. Masa
laten klinis ini dapat berlangsung sampai 10 tahun, selama masa ini
banyak terjadi replikasi virus.
Siklus hidup virus dari saat infeksi sel ke saat produksi keturunan baru
yang menginfeksi sel berikutnya rata-rata 2,6 hari. Limfosit T -CD4,
merupakan target utama yang bertanggung jawab memproduksi virus.
Pasien akan menderita gejala-gejala konstitusional dan gejala klinis yang
nyata, seperti infeksi oportunistik atau neoplasma. Level virus yang lebih
tinggi dapat terdeteksi dalam plasma selama tahap infeksi yang lebih
lanjut. HIV yang ditemukan pada pasien dengan penyakit tahap lanjut,
biasanya jauh lebih virulen dan sitopatik dari pada strain virus yang
ditemukan pada awal infeksi (Jawetz, 2019).
e. Faktor yang mempengaruhi HIV/ AIDS
Faktor yang mempengaruhi penularan HIV/AIDS Menurut Meilani
(2020), ada beberapa faktor-faktor yang mempengaruhi penularan
HIV/AIDS yaitu:

1) Faktor biologi
a) Tingkat infeksi orang yang telah terinfeksi HIV
26

b) Tingginya jumlah virus yang ada dalam darah, apakah penderita


ada pada stadium awal infeksi atau stadium lanjut
c) Adanya cairan semen dan sekresi genital
d) Adanya perlukaan (exposure to blood), misalnya trauma pada saat
kontak seksual, menstruasi pada saat kontak seksual atau bisul
genital.
e) Menyusui bayi pada ibu yang terinfeksi HIV
f) Kerentanan (susprctibility) dari risipien
g) Adanya gangguan pada wilayah genital atau mukosa rektal (area
dubur)
h) Laki-laki yang tidak bersunat (lack of circumcision in heterosexual
men)
i) Melakukan hubungan seksual pada saat menstruai akan
meningkatkan risiko pada perempuan karena adanya perlukaan
pada endometrium yang memungkinkan menjadi pintu masuk virus
HIV
j) Adanya infeksi menular seksual (IMS)
k) Resistensi virus terhadap antivirus
l) Kapasitas virus
2) Beberapa hal yang dapat mengurangi risiko penularan HIV
a) Penggunaan kondom saat berhubungan seksual
b) Terapi antiretroviral (ARV).
Terapi ini dapat mengurangi jumlah virus namun tidak dapat
mengurangi risiko penularan shingga perlu dilakukan konseling
untuk mengurangi perilaku-perilaku yang berisiko.
f. Kebijakan Program Pencegahan Penularan HIV pada Ibu Hamil
Kebijakan Program PPIA sebagai berikut.
1. PPIA merupakan bagian dari Program Nasional Pengendalian HIV-
AIDS dan IMS dan upaya kesehatan ibu dan anak.
2. Pelaksanaan kegiatan PPIA diintegrasikan pada layanan KIA,
Keluarga Berencana (KB) dan Konseling Remaja di setiap jenjang
27

pelayanan kesehatan dengan ekspansi secara bertahap dan melibatkan


peran non-pemerintah, LSM dan komunitas.
3. Setiap perempuan yang datang ke layanan KIA-KB dan remaja yang
mendapat layanan kesehatan diberi informasi tentang PPIA.
4. Di daerah epidemi HIV meluas dan terkonsentrasi, tenaga kesehatan di
fasilitas pelayanan kesehatan wajib melakukan tes HIV dan sifilis
kepada semua ibu hamil sebagai bagian dari pemeriksaan laboratorium
rutin pada waktu pemeriksaan antenatal sampai menjelang persalinan.
5. Di daerah epidemi HIV rendah, tes HIV dan sifilis diprioritaskan pada
ibu hamil dengan IMS, berisiko tertulari HIV, IMS dan TB.
Pemeriksaan dilakukan sebagai bagian dari pemeriksaan laboratorium
rutin pada waktu pemeriksaan antenatal sampai menjelang persalinan.
6. Daerah yang belum mempunyai tenaga kesehatan yang
mampu/berwenang memberikan pelayanan PPIA, pelayanan tersebut
tetap dilakukan dengan cara:
a) merujuk ibu hamil ke fasilitas pelayanan HIV yang memadai;
b) pelimpahan wewenang kepada tenaga kesehatan lain yang terlatih
dengan Surat Keputusan Kepala Dinas Kesehatan setempat
berdasarkan rekomendasi dari Kepala Laboratorium Rujukan
Provinsi. Penetapan daerah yang memerlukan pelimpahan
wewenang petugas ditetapkan oleh Kepala Dinkes setempat.
7. Setiap ibu hamil yang positif HIV :
a) wajib diberi obat ARV dan mendapatkan pelayanan perawatan,
dukungan dan pengobatan lebih lanjut (PDP). Demikian pula
halnya dengan ibu hamil yang positif sifilis wajib diberi terapi
sifilis yang memadai;
b) pertologan persalinannya, baik pervaginam atau melalui bedah
sesar, dilakukan berdasarkan indikasi medis ibu/bayinya dan
dengan menerapkan kewaspadaan standar untuk pencegahan
infeksi;
c) diberi konseling menyusui secara khusus sejak perawatan antenatal
pertama dengan menyam-paikan pilihan yang ada sesuai dengan
28

pedoman pelayanan, yaitu ASI eksklusif atau susu formula


eksklusif. Bila ibu memilih susu formula, maka ibu, pasangannya
serta keluarga perlu mendapat konseling cara penyiapan dan
pemberian susu formula yang memenuhi persyaratan;
d) diberi konseling KB secara khusus dan penjelasan tentang risiko
penularan infeksi HIV dan sifilis dari ibu kepada bayi, sejak
perawatan antenatal, dengan menyampaikan pilihan metoda
kontrasepsi yang sesuai dengan pedoman pelayanan.
8. Dinas Kesehatan Provinsi/Kabupaten merencanakan ketersediaan
logistik (obat dan reagen/tes HIV) melalui koordinasi dengan Ditjen
Pengendalian Penyakit dan Penyehatan Lingkungan Kemenkes.
g. Pencegahan HIV/ AIDS pada Ibu Hamil
Upaya PPIA dilaksanakan melalui kegiatan pencegahan dan
penanganan HIV secara komprehensif dan berkesinambungan dalam
empat komponen (prong) sebagai berikut :
1. Pencegahan penularan HIV pada perempuan usia reproduksi.
Langkah dini yang paling efektif untuk mencegah terjadinya penularan
HIV pada bayi adalah dengan mencegah perempuan usia reproduksi
tertular HIV. Komponen ini dapat juga dinamakan pencegahan
primer.. Untuk menghindari penularan HIV, dikenal konsep “ABCDE”
sebagai berikut.
a) (Abstinence): artinya Absen seks atau tidak melakukan hubungan
seks bagi yang belum menikah.
c) (Be faithful): artinya Bersikap saling setia kepada satu pasangan
seks (tidak berganti-ganti pasangan).
d) (Condom): artinya Cegah penularan HIV melalui hubungan seksual
dengan menggunakan kondom.
e) (Drug No): artinya Dilarang menggunakan narkoba.
f) (Education): artinya pemberian Edukasi dan informasi yang benar
mengenai HIV, cara penularan, pencegahan dan pengobatannya.
29

2. Pencegahan kehamilan yang tidak direncanakan pada perempuan


dengan HIV.
Perempuan dengan HIV dan pasangannya perlu merencanakan
dengan seksama sebelum memutuskan untuk ingin punya anak.
Perempuan dengan HIV memerlukan kondisi khusus yang aman untuk
hamil, bersalin, nifas dan menyusui, yaitu aman untuk ibu terhadap
komplikasi kehamilan akibat keadaan daya tahan tubuh yang rendah;
dan aman untuk bayi terhadap penularan HIV selama kehamilan,
proses persalinan dan masa laktasi. Perempuan dengan HIV masih
dapat melanjutkan kehidupannya, bersosialisasi dan bekerja seperti
biasa bila mendapatkan pengobatan dan perawatan yang teratur.
Mereka juga bisa memiliki anak yang bebas dari HIV bila
kehamilannya direncanakan dengan baik. Untuk itu, perempuan
dengan HIV dan pasangannya perlu memanfaatkan layanan yang
menyediakan informasi dan sarana kontrasepsi guna mencegah
kehamilan yang tidak direncanakan.
Kegiatan yang dapat dilakukan antara lain sebagai berikut.
a) Meningkatkan akses ODHA ke layanan KB yang menyediakan
informasi dan sarana pelayanan kontrasepsi yang aman dan efektif.
b) Memberikan konseling dan pelayanan KB berkualitas tentang
perencanaan kehamilan dan pemilihan metoda kontrasepsi yang
sesuai, kehidupan seksual yang aman dan penanganan efek
samping KB.
c) Menyediakan alat dan obat kontrasepsi yang sesuai untuk
perempuan dengan HIV.
d) Memberikan dukungan psikologis, sosial, medis dan keperawatan.
3. Pencegahan penularan HIV dan sifilis dari ibu hamil (dengan HIV
dan sifilis) kepada janin/bayi yang dikandungnya.
Pencegahan penularan HIV dan sifilis pada ibu hamil yang terinfeksi
HIV dan sifilis ke janin/bayi yang dikandungnya mencakup langkah-
langkah sebagai berikut.
a) Layanan antenatal terpadu termasuk tes HIV dan sifilis.
30

b) Menegakkan diagnosis HIV dan/atau sifilis.


c) Pemberian terapi antiretroviral (untuk HIV) dan Benzatin Penisilin
(untuk sifilis) bagi ibu.
d) Konseling persalianan dan KB pasca persalianan.
e) Konseling menyusui dan pemberian makanan bagi bayi dan anak,
serta KB.
f) Konseling pemberian profilaksis ARV dan kotrimoksazol pada
anak.
g) Persalinan yang aman dan pelayanan KB pasca persalinan.
h) Pemberian profilaksis ARV pada bayi.
i) Memberikan dukungan psikologis, sosial dan keperawatan bagi ibu
selama hamil, bersalin dan bayinya
4. Dukungan psikologis, sosial dan perawatan kepada ibu dengan
HIV beserta anak dan keluarganya.
Dukungan Psikologis Pemberian dukungan psikologis dan sosial
kepada ibu dengan HIV dan keluarganya cukup penting, mengingat ibu
dengan HIV maupun ODHA lainnya menghadapi masalah psikososial,
seperti stigma dan diskriminasi, depresi, pengucilan dari lingkungan
sosial dan keluarga, masalah dalam pekerjaan, ekonomi dan
pengasuhan anak. Dukungan psikososial dapat diberikan oleh
pasangan dan keluarga, kelompok dukungan sebaya, kader kesehatan,
tokoh agama dan masyarakat, tenaga kesehatan dan Pemerintah
33

B. Kajian Penelitian Terdahulu


Tabel 2.1 Kajian Hasil-hasil Penelitian Terdahulu
Jurnal/ Cara
Pertanyaan
No Judul Volume/ Penulis Variabel Pengumpula Analisis Hasil
Penelitian
Tahun n Data
1 Hubungan Tugas Akhir Stefillus “Untuk mengetahui Independen Menggunakan Analisis Hasil tingkat pengetahuan cukup,
Antara Tingkat Skripsi 2019 Laki hubungan antara (Pengetahuan Kuesioner Univariat memiliki sikap positif dan perilaku
Pengetahuan Dan Leta pengetahuan dan dan Sikap) (Menggunakan
mau melakukan pemeriksaan HIV,
Sikap Ibu Hamil sikap ibu hamil Tabel Distribusi
uji Mannm Whitney menunjukan
dengan Perilaku dengan perilaku Dependen Frekuensi) tidak adanya hubungan yang
Deteksi Dini deteksi dini HIV (Perilaku signifikan antara pengetahuan ibu
HIV dalam ANC Deteksi Dini Analisa hamil dengan perilaku deteksi dini
Terpadu di HIV) Bivariat HIV dalam ANC terpaduxdimana
Puskesmas (Menggunakan pcvalue 0.855 (p<0.05.) dan hasil
Kendal Sari Uji Spearman) uji Fisher menunjukan tidak ada
hubungan yang signifikan antara
sikap dengankperilaku deteksi dini
HIV dalam ANC terpadu dengan
pvalue 0.659 (p<0.05).
2 Hubungan Jurnal Skripsi Titik “Untuk mengetahui Independen Menggunakan Analisis Hasil penelitian menunjukkan
Pengetahuan Ibu Publikasi Nuraeni, hubungan (Pengetahuan Kuesioner Univariat bahwa Ada hubungan yang
Hamil tentang 2019 Nuke pengetahuan dan dan Sikap) (Menggunakan bermakna antara pengetahuan ibu
HIV AIDS dan Devi sikap dengan Tabel Distribusi hamil tentang HIV/AIDS dan VCT
VCT dengan Indrawati konseling dan tes Dependen Frekuensi) dengan sikap terhadap konseling
Sikap Terhadap , Agustin HIV” (Konseling dan tes HIV/AIDS di Puskesmas
Konseling dan Rahma dan Tes HIV) Analisa Karangdoro Semarang sebesar X2
Tes HIV/ AIDS Bivariat hitung 7,240>3,841. Hasil uji
Secara Sukarela (Menggunakan korelasi Chi Square didapatkan hasil
di Puskesmas Uji Chi-Square) ada hubungan yang bermakna antara
34

Karangdoro pengetahuan ibu hamil tentang


Semarang HIV/AIDS dan VCT dengan sikap
terhadap konseling dan tes
HIV/AIDS secara sukarela di
Puskesmas Karangdoro Semarang
3 Hubungan Jurnal Siti “Untuk mengetahui Independen Menggunakan Analisis Hasil penelitian menunjukkan
Pengetahuan Ibu Publikasi Ni’amah, hubungan (Pengetahuan Kuesioner Univariat bahwa dari 60 ibu hamil sebagian
Hamil tentang Akbid Bakti Yuli pengetahuan ibu dan (Menggunakan besar memiliki pengetahuan cukup
HIV AIDS dan Utama Pati Irnawati hamil dan motivasi Motivasi) Tabel Distribusi sebanyak 29 orang (48.3%) tentang
VCT serta 2019 bumil dengan Frekuensi) HIV/AIDS dan VCT, Sebagian
Motivasi dengan kesediaan mengikuti Dependen besar dari ibu hamil memiliki
Kesediaan VCT (Kesediaan Analisa motivasi baik sebanyak 37 ibu
Mengikuti VCT Mengikuti Bivariat hamil (61.7 %), Sebagian besar ibu
VCT) (Menggunakan hamil bersedia mengikuti pelayanan
Uji Chi-Square) VCT sebanyak 41 orang (68.3%).
Berdasarkan uji Pearson Chi Square
diperoleh X2 hitung (31,664) > X2
tabel (5,991) dan p value = 0,001 (<
0,05) sehingga Ha diterima dan Ho
ditolak yang berarti ada hubungan
antara pengetahuan ibu hamil
tentang HIV/AIDS dan VCT serta
motivasi ibu hamil dengan
kesediaan berkunjung ke VCT
4 Hubungan Jurnal Ida “Untuk mengetahui Independen Menggunakan Analisis Uji yang digunakan adalah Chi-Square
Pengetahuan dan Publikasi, Vol Sofiyanti hubungan (Pengetahuan Kuesioner Univariat antara pengetahuan tentang HIV/AIDS
dengan tes HIV/AIDS menunjukkan bahwa
Sikap Ibu Hamil 8 No 1 2018 , Fitria pengetahuan dan dan Sikap (Menggunakan ρ value 0.017 sehingga ρ < 0.05.
Dengan Tes HIV Primi sikap ibu hamil Tabel Distribusi Sedangkan hasil uji antara sikap tentang
AIDS Astuti tentang Frekuensi) HIV/AIDS dengan tes HIV/AIDS
HIV/AIDSdengan Dependen menunjukkan bahwa ρ value 0.07 sehingga
35

tes HIV/AIDS (Tes HIV) Analisa ρ > 0.05. kesimpulan penelitian ini adalah
Bivariat ada hubungan antara pengetahuan tentang
HIV/AIDS dengan tes HIV/AIDS, dan
(Menggunakan tidak ada hubungan antara sikap tentang
Uji Chi-Square) HIV/AIDS dengan tes HIV/AIDS.
5 Faktor-faktor Jurnal Ramdani “Untuk Mengetahui Independen Menggunakan Analisis Hasil penelitian menunjukkan P:
yang Publikasi Faktor-Faktor Yang (Usia, Kuesioner Univariat 0.000 dari seluruh variabel yang
berhubungan Berhubungan Pendidikan, (Menggunakan diteliti yang artinya nilai P value
dengan Dengan Tingkat Pekerjaan, Tabel Distribusi lebih rendah dari nilai α sehingga
Pengetahuan Ibu Pengetahuan Ibu Pengetahuan Frekuensi) disimpulkan penelitian ini ada
Hamil tentang Hamil Tentang Penggunaan hubungan minat, budaya dan media
Provider- Pentingnya PITC. Media dan Analisa dengan Tingkat Pengetahuan Ibu
Initiated HIV Minat Bivariat Hamil Tentang Pentingnya PITC di
Testing and (Menggunakan Poliklinik Kebidanan RS Pelni
Conseling Uji Koreksi Jakarta Barat. Saran dalam
(PITC) di Dependen Kontinuity penelitian ini diharapkan ibu hamil
Poliklinik KIA (Pengetahuan Test) lebih aktif mengikuti kegiatan yang
RS PELNI ) diadakan petugas kesehatan
khususnya kegiatan penyuluhan
kesehatan tentang PITC
35

C. Kerangka Teori
Kerangka teori merupakan model konseptual yang berkaitan dengan
bagaimana seseorang peneliti menyusun teori atau menghubungkan secara
logis beberapa faktor yang dianggap penting untuk masalah, singkatnya
kerangka pemikiran membahas saling ketergantungan antara variabel yang
diambil perlu untuk melengkapi dinamika situasi atau hal yang sedang atau
akan diteliti. Menurut Notoatmodjo (2017) kerangka teori adalah formulasi
atau simplikasi dari kerangka teori atau teori-teori yang mendukung penelitian
tersebut. Kerangka teoripada dasarnya adalah garis besar atauringkasan dari
berbagai konsep, teori, dan literaturyang digunakan oleh peneliti (Fasitasari,
2018).
Pengetahuan merupakan modal dasar yang harus dimiliki untuk menilai
diri sendiri terhadap sesuatu yang akan kita hadapi, dengan baiknya
pengetahuan maka kita tidak akan merasa cemas akan sesuatu yang dihadapi,
dengan pengetahuan yang baik maka seseorang akan menguasai dan
memahami apa yang akan dilakukan terhadap dirinya setelah mereka tau
tentang apa konsep yang sebenarnya tentang apa yang dihadapi. Di dalam
menggunakan pelayanan kesehatan, seseorang dipengaruhi oleh perilakunya
yang terbentuk dari pengetahuannya. Seseorang cenderung untuk bersikap
tidak menggunakan jasa pelayanan kesehatan disebabkan karena adanya
kepercayaan dan keyakinan bahwa jasa pelayanan kesehatan tidak dapat
menyembuhkan penyakitnya, demikian juga sebaliknya
Menurut Notoatmodjo (2019) bahwa sikap seseorang dapat berubah
dengan diperolehnya tambahan informasi tentang objek tersebut melalui
persuasi serta tekanan dari kelompok sosialnya. Oleh karena itu, informasi
yang didapatkan seseorang tentang sesuatu hal akan dapat mempengaruhi
sikapnya. Secara umum sikap dapat dirumuskan sebagai kecenderungan untuk
merespon (secara positif atau negatif) terhadap orang, objek atau situasi
tertentu. Sikap mengandung suatu penelitian emosional/afektif (senang, benci,
sedih, setuju). Selain bersifat positif dan negatif, sikap memiliki tingkat
kedalaman yang berbeda-beda (sangat benci, agak benci, tidak setuju)
36

D. Hipotesis Penelitian
Hipotesis adalah suatu jawaban sementara dari pertanyaan penelitian. Hasil
suatu penelitian pada hakikatnya adalah suatu jawaban atas pertanyaan
penelitian yang telah dirumuskan dalam perencaanaan penelitian. Untuk
mengarahkan kepada hasil penelitian ini maka dalam perencanaan penelitian
perlu dirumuskan jawaban sementara dari penelitian (Notoatmodjo, 2017).
Hipotesis pada penelitian ini adalah terdapat Hubungan Pengetahuan dan
Sikap Ibu Hamil terhadap status pemeriksaan HIV Di UPTD Puskesmas
Buniwangi Kec. Surade Kab. Sukabumi.
Bentuk Hipotesisnya adalah sebagai berikut :
Ho : Tidak ada Hubungan Pengetahuan Ibu Hamil terhadap status
pemeriksaan HIV di UPTD Puskesmas Buniwangi Kec. Surade Kab.
Sukabumi
Hi : Ada Hubungan Pengetahuan Ibu Hamil terhadap status pemeriksaan
HIV di UPTD Puskesmas Buniwangi Kec. Surade Kab. Sukabumi
Ho : Tidak ada Hubungan Sikap Ibu Hamil terhadap status pemeriksaan
HIV di UPTD Puskesmas Buniwangi Kec. Surade Kab. Sukabumi
Hi : Ada Hubungan Sikap Ibu Hamil terhadap status pemeriksaan HIV di
UPTD Puskesmas Buniwangi Kec. Surade Kab. Sukabumi
BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

A. Desain Penelitian
Rancangan Penelitian ini menggunakan jenis penelitian Kuantitatif.
Metode ini merupakan metode yang melihat hubungan antar variabel terhadap
objek yang diteliti, dimana objek tersebut bersifat sebat akibat, sehingga
dalam penelitiannya ada variabel independen dan dependen, variabel tersebut
selanjutnya dicari seberapa besar pengaruh variabel independen terhadap
variabel dependen (Sugiyono, 2018). Pendekatan yang digunakan adalah
pendekatan Cross Sectional.Cros-sectional adalah untuk mempelajari
dinamika korelasi antara faktor-faktor resiko dengan efek, dengan cara
pendekatan, observasi atau pengumpulan data sekaligus pada suatu saat
(Notoatmodjo, 2017). Penelitian ini mengkaji Hubungan Pengetahuan dan
Sikap Ibu Hamil terhadap status pemeriksaan HIV Di UPTD Puskesmas
Buniwangi Kec. Surade Kab. Sukabumi
B. Definisi Operasional
Definisi operasional variabel penelitian menurut Sugiyono (2017) adalah
suatu atribut atau sifat atau nilai dari obyek atau kegiatan yang memiliki
variasi tertentu yang telah ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan
kemudian ditarik kesimpulannya.. Variabel yang akan diteliti di definisi
operasionalkan adalah sebagai berikut :

37
38

Tabel 3.1 Definisi Operasional


No Variabel Definisi Alat Hasil Ukur Skala
Operasional Ukur
1. Pengetahuan Segala Sesuatu Kuesioner 1. Baik jika T Ordinal
Yang Diketahui > 10.5
Ibu Hamil 2. Cukup/
Tentang Sedang,
Pemeriksaan HIV jika 7 < T ≤
pada Ibu Hamil 10.5
3. Kurang,/
Rendah jika
T≤7
T = Jumlah
jawaban
responden
K3 = Kuartil 3
K2 = Kuartil 2

2 Sikap Repson seseorang Kuesioner 1. Positif. jika Nominal


terhadap suatu nilai T ≥ 6
kejadian yang 2. Negatif, jika
mengharuskan nilai T < 6
orang tersebut
untuk T = Jawaban
menyesuaikan Responden
diri dalam Me = Median
menyikapi suatu
kejadian, saran
untuk melakukan
pemeriksaan HIV
pada Ibu hamil
3 Status Kesehatan ibu Kuesioner 1. Mengikuti, Nominal
Pemeriksaan hamil dalam jika ibu
HIV melakukan test menjawab
atau pemeriksaan Ya
HIV 2. Tidak
Mengikuti
Jika Ibu
menjawab
Tidak
C. Populasi dan Sampel
1. Populasi
Populasi adalah setiap subjek atau objek karakteristik tertentu yang
akan diteliti (Hidayat, 2012). Adapun populasi dalam penelitian ini adalah
seluruh Ibu Hamil Di UPTD Puskesmas Buniwangi Kec. Surade Kab.
Sukabumi yaitu sebanyak 364 responden berdasarkan data 6 bulan terakhir
39

2. Sampel
Sampel dapat dikatakan juga merupakan bagian populasi yang akan
diteliti atau sebagian jumlah dari karakteristik yang dimiliki oleh populasi
(Hidayat, 2012). Sampel yang akan digunakan dalam penelitian ini adalah
sebagian Ibu Hamil Di UPTD Puskesmas Buniwangi Kec. Surade Kab.
Sukabumi yaitu sebanyak 191 responden jumlah tersebut dihitung
menggunakan rumus Slovin dikarenakan jumlah Populasi awal lebih dari
100.
Dalam pengambilan sampel dilakukan pemilahan kriteria dimana
kriteria tersebut dapat menentukan layak dan tidaknya sampel yang akan
digunakan.
a. Kriteria inklusi
Kriteria inklusi adalah karakteristik sampel yang dapat dimasukkan
atau yang layak untuk diteliti. Kriteria inklusi responden dalam penelitian
ini sebagai berikut :
1) Ibu yang bersedia menjadi responden
2) Ibu yang belum pernah dilakukan wawancara mengenai pengetahuan
dan Sikap terhadap pemeriksaan HIV
b. Kriteria Ekslusi
1) Ibu yang sedang melakukan pengobatan rawat inap di Puskesmas
2) Ibu yang tidak mau menjadi responden dalam penelitian
3) Ibu yang tidak bisa membaca dan menulis
Teknik pengambilan sampel yang di pilih untuk penelitian ini adalah
teknik Accdental sampling. Teknik pengambilan sampel yang digunakan
dalam penelitian ini adalah Accidental Sampling. Pengambilan sampel ini
dilakukan dengan mengambil kasus atau responden yang kebetulan ada
dan tersedia disuatu tempat sesuai dengan konteks penelitian. (Sugiyono,
2018).
40

Berdasarkan jenis pengambilan sampel, maka ukuran sampel dalam


penelitian ini yaitu seluruh anggota populasi dijadikan sebagai sampel.
Ukuran sampel yang diperlukan dalam penelitian ini dihitung
menggunakan rumus berdasarkan rumus Slovin karena jumlah populasi <
10.000, maka rumus yang digunakan adalah :
N
n= 2
1+ N e
Keterangan :
n : Jumlah sampel yang diinginkan
N : Jumlah populasi
e : Tingkat kekeliruan (0,05).
Adapun perhitungan slovin adalah sebagai berikut :
364
n= 2
1+364 (0.05)
364
n=
1+0.91
364
n=
1.91
n=190.57=191

D. Tempat dan Waktu Penelitian


1. Lokasi
Penelitian ini akan dilaksanakan di UPTD Puskesmas Buniwangi Kec.
Surade Kab. Sukabumi
2. Waktu
Penelitian ini akan dilaksanakan pada bulan Agustus 2022 sampai
dengan Februari 2023

E. Teknik Pengumpulan Data


Teknik pengumpulan data merupakan langkah yang paling strategis dalam
penelitian, karena tujuan utama dari penelitian adalah mendapatkan data. Tanpa
mengetahui teknik pengumpulan data, maka peneliti tidak akan mendapatkan data
yang memenuhi standar data yang ditetapkan (Sugiyono, 2017).
41

3. Jenis Data
Data yang dikumpulkan dalam penelitian ini menggunakan data primer
dan sekunder, sebagai berikut :

a. Data Primer
Data primer adalah sumber data yang langsung memberikan data
kepada pengumpul data yaitu peneliti (Sugiyono, 2018). Data primer
merupakan data yang diperoleh secara langsung dari sumber aslinya
(tidak melalui perantara). Data primer dapat berupa opini/persepsi
orang secara individual dan kelompok serta hasil observasi terhadap
suatu benda atau kegiatan (Budhiana, 2016).
b. Data Sekunder
Data sekunder merupakan sumber data yang tidak langsung
memberikan data kepada pengumpul data (Sugiyono, 2018). Data
sekunder adalah data yang diperoleh secara tidak langsung melalui
media perantara (dicatat oleh orang lain).
c. Metode Pengumpulan Data
Metode pengumpulan data merupakan cara peneliti mengumpulkan
data yang akan dilakukan dalam penelitian. Metode pengumpulan data
dalam penelitian ini adalah dengan memberikan beberapa pertanyaan
dengan menggunakan alat yaitu kuesioner. Metode Pengumpulan data
dalam penelitian ini adalah dengan menggunakan Kuesioner tertutup
dimana jawaban responden telah disediakan sehingga responden hanya
tinggal memilih jawaban yang menurutnya sesuai untuk dijawab benar.
Kuesioner merupakan teknik pengumpulan data yang dilakukan
dengan cara memberi seperangkat pertanyaan atau pertanyaan tertulis
kepada responden untuk dijawabnya (Sugiyono, 2017).
d. Instrumen Penelitian
Instrumen atau alat penelitian adalah semua alat yang digunakan
untuk memeriksa, mengumpulkan, menyelidiki suatu masalah,
mengolah, menganalisa dan menyajikan data-data secara sistematis
dan objektif (Budhiana, 2018). Kuesioner adalah teknik pengumpul
42

data yang dilakukan dengan cara memberi seperangkat pertanyaan atau


pernyataan tertulis kepada responden untuk dijawabnya. Kuesioner
dapat berupa pertanyaan terbuka dan tertutup dan dapat diberikan
kepada responden secara langsung atau dikirim melalui pos atau
internet (Sugiyono, 2018). Dalam penelitian ini kuesioner digunakan
untuk mengukur variabel Pengetahuan, Sikap dan Status Pemeriksaan
HIV.
Kuesioner dalam penelitian ini merupakan kuesioner modifikasi
dari beberapa jurnal penelitian sehingga akan dilakukan uji validitas
pada saat penelitian berlangsung.
e. Uji Validitas dan Reliabilitas
1) Uji Validitas
Validitas adalah pengukuran dan pengamatan yang berarti
prinsip keandalan instrumen dalam mengumpulkan data. Instrumen
harus dapat diukur apa yang seharusnya dapat diukur. Ada dua hal
penting yang harus dipenuhi, yang pertama relevan isi instrumen
yang berarti harus disesuaikan dengan tujuan penelitian (tujuan
khusus) agar dapat mengukur apa yang seharusnya diukur. Kedua,
relevan sasaran subjek dan cara pengukuran dimana instrumen
yang disusun harus dapat memberikan gambaran terhadap
pebedaan subjek penelitian (Nursalam, 2017).
Keputusan uji validitas yaitu bila r hitung (r person) ≥ r tabel
artinya pertanyaan tersebut valid dan bila r hitung (r person) < r
tabel artinya pertanyaan tersebut tidak valid (Riyanto,
2011).Validitas adalah suatu ukuran yang menunjukan tingkat-
tingkat kevalidan atau kesahihan suatu instrument (Arikunto,
2017). Suatu instrument dikatakan valid apabila mampu mengukur
apa yang diinginkan dan dapat mengungkapkan data dari variabel
yang diteliti secara tepat. Dalam penelitian ini, uji validitas
menggunakan uji korelasi Pearson Product Moment dengan rumus
sebagai berikut :
Rumus Pearson Product Momen :
43

n( ( ∑ xy ) −( ∑ x )( ∑ y )

hitung =
√ [ ( n ∑ x − ( ∑ x ) ) . ( n ∑ y −( ∑ y ) ) ]
2
2 2

Keterangan ;
rhitung = Koefisien korelasi
∑Xi = Jumlah skor item
∑Yi = Jumlah skor total
n = jumlah responden
Uji validitas dilakukan dengan menggunakan software SPSS
16.0 for windows. Pengambilan kesimpulannya ditentukan ketika
nilai p-value pearson product moment < 0,05 maka butir
pertanyaan tersebut dinyatakan valid (Arikunto, 2010).
2) Uji Reliabilitas
Reliabilitas adalah indeks yang menunjukan sejauh mana suatu alat
pengukur dapat dicapai atau diandalkan. Hal ini berarti menunjukan
sejauh mana hasil pengukuran itu tetap konsisten atau tetap asas bila
dilakukan menggunakan dua kali atau lebih terhadap gejala yang sama,
dengan menggunakan alat ukur yang sama (Notoatmodjo, 2010).
Reliabilitas adalah kesamaan hasil pengukuran atau pengamatan
bila fakta atau kenyataan hidup tadi diukur atau diamati berkali – kali
dalam waktu yang berlainan. Alat dan cara mengukur atau mengamati
sama – sama memegang peranan penting dalam waktu yang bersamaan
(Nursalam, 2017).
Keputusan uji reliabilitas yaitu bila nilai Cronbah’s Alpha ≥
konstanta (0,6), maka pertanyaan reliabel dan bila nilai Cronbah’s
Alpha < konstanta maka pertanyaan tidak reliabel. Hasil uji reliabilitas
pada kuesioner ansietas didapatkan nilai Cronbach’s Alpha 0,937 dan
pada kuesioner kualitas hidup didapatkan nilai Cronbach’s Alpha
0,954. Rumus untuk menghitung koefisien reliabilitas instrument
dengan menggunakan Cronbach Alpha adalah sebagai berikut :
44

[ ∑σb
]
2

[ k
( k −1 ) ] 1−
σ
2
t
r=
Keterangan :
r : Koefisien reliabilitas instrument
k : Banyaknya butir pertanyaan
∑σb² : Total varians butir
σ²t : Total varians
Kriteria uji reabilitas mengacu kepada indeks reliabilitas menurut
aturan Guilford (Guilford’s Empirical Rule).

Tabel 3.3 Indeks reliabilitas menurut AturanGuilford (Guilford’s


Empirical Rule)
Indeks Reliabilitas
0,00 – 0,19 Reliabilitas sangat lemah
0,20 – 0,39 Reliabilitas lemah
0,40 – 0,69 Reliabilitas cukup kuat
0,70 – 0,89 Reliabilitas kuat
0,90 – 1,00 Reliabilitas sangat kuat

F. Analisa Data
Analisa data merupakan bagian penting dari suatu penelitian. Dimana
tujuan dari analisis data ini adalah agar diperoleh suatu kesimpulan masalah
yang diteliti. Data yang telah terkumpul akan diolah dan dianalisis dengan
menggunakan software di komputer. Analisis data dalam penelitian ini dengan
menggunakan metode sebagai berikut :
1. Analisa Univariat
Yaitu analisis yang dilakukan terhadap tiap variabel dari hasil
penelitian, dalam analisis ini hanya menggunakan distribusi frekuensi dan
persentase dari tiap variabel (Notoatmodjo, 2010).
a. Analisa karakteristik responden
Analisis data pada karakteristik responden dengan menggunakan
tabel frekuensi dan persentasi dengan rumus :
45

A
P= x 100
B %

Dimana :
P = Persentase kategori
A = Jumlah responden pada tiap kategori
B = Jumlah seluruh responden

b. Analisa univariat variabel


Untuk mengukur Variabel Pengetahuan dilakukan dengan mengacu
pada nilai kuartil. Adapun Langkah-langkahnya adalah sebagai
berikut:
1) Menentukan jumlah nilai minimal dan maksimal
2) Menentukan rentang skor
3) Menentukan banyaknya kelas, dimana dalam penelitian ini
banyaknya kelas adalah 3 kelas
4) Menghitung nilai kuartil :
K3 = 3/4 * X + skor minimal
K2 = 2/4 * X + skor minimal
5) Pembutan kriteria
a) Baik/Tinggi, jika K3< T
b) Cukup/ Sedang, jika K2 < T ≤ K3
c) Kurang,/ Rendah jika T ≤ K2
Adapun cara perhitungan untuk variabel pengetahuan dengan
menggunakan rumus kuartil adalah sebagai berikut :
K3 = 3/4 * X + skor minimal
K3 = 3/4 * 14 + 0
K3 = 10,5
K2 = 2/4 * X + skor minimal
K2 = 2/4 * 14 + 0
K2 = 7
Berdasarkan perhitungan diatas maka dapat disimpulkan bahwa kriteria
46

pengetahuan adalah :
a) Baik/Tinggi, jika 10. 5 < T
b) Cukup/ Sedang, jika 7 < T ≤ 10.5
c) Kurang,/ Rendah jika T ≤ 7
Sedangkan untuk mengukur hasil ukut variabel Sikap yaitu
menggunakan rumus median. Adapun langkah untuk mendapatkan nilai
median adalah sebagai berikut :
1) Menentukan jumlah nilai minimal dari kuesioner (Xminimal).
2) Menentukan jumlah nilai maximal dari kuesioner (Xmaximal).
3) Menghitung X (Xmaximal – Xminimal).
4) Hitung median, dimana Me = 0.5*X+skor minimal.
5) Lakukan pembuatan kriteria atau hasil ukur :
a) Jika Me > T maka kriteria pertama (mendukung)
b) Jika T ≤ Me, maka kriteria kedua (tidak mendukung)
Dimana :
Me =0,5 * Range + Xminimal
Me = 0.5 * 12 + 0 = 6
Sehingga bentuk kriteria hasil ukur pada variabel sikap adalah
Positif jika nilai T > 6
Negatif jika Nilai T < 6
2. Analisa Bivariat
Analisis bivariat adalah analisis yang dilakukan oleh 2 variabel yang
diduga berhubungan atau berkorelasi (Notoatmodjo, 2019). Pada
penelitian ini metode analisis dengan menggunakan uji statistik Chi
Kuadrat yaitu digunakan untuk menguji variabel pengetahuan dengan
status pemeriksaan HIV dan variabel Sikap dengan Status pemeriksaan
HIV. Uji ini digunakan untuk menguji hipotesis bila dalam populasi terdiri
atas dua atau lebih, data berbentuk nominal dan ordinal dan sampelnya
cukup besar. (Notoatmodjo, 2010). Pengolahan dan analisis data dilakukan
secara manual dengan menggunakan rumus Chi Kuadrat sebagai berikut:
2
(O−E )
=∑
2

χ E
47

Keterangan :
χ2 : Chi Kuadrat
O : Nilai hasil pengamatan
E : Nilai ekspektasi
Untuk menganalisis atau keputusan uji Chi-square dengan
menggunakan hipotesis dua arah dan tingkat kesalahan/ kekeliruan sebesar
5% adalah sebagai berikut :
1) Jika p value < 0,05: Ho Ditolak artinya ada hubungan antara variabel
independen dengan variabel dependen
2) Jika p value ≥ 0,05 : Ho Diterima artinya tidak ada hubungan antara
variabel independen dengan variabel dependen
G. Etika Penelitian
Dalam melakukan dan melaksanakan penelitian khususnya jika yang
menjadi subjek penelitian adalah manusia, maka peneliti harus memahami hak
dasar manusia. (Hidayat, 2010). Dalam penelitian jika yang menjadi subjek
adalah menusia, maka penelitian harus memahami hak-hak dasar manusia.
Manusia memiliki kebebasan akan menentukan dirinya, sehingga penelitian
yang akan dilaksanakan harus menjunjung tinggi kebebasan manusia.
beberapa prinsip penelitian pada manusia yang harus dipahami adalah sebagai
berikut (Hidayat, 2012) :
1) Menghormati Martabat
Penelitian yang dilakukan harus menjunjung tinggi martabat seseorang
(subjek penelitian). Dalam melakukan penelitian, hak asasi subjek harus di
hargai.
2) Asas Kemanfaatan
Penelitian yang dilakukan harus mempertimbangkan manfaat dan
resiko yang mungkin terjadi. Penelitian boleh dilakukan apabila manfaat
yang diperoleh lebih besar dari pada resiko yang akan terjadi.
3) Berkeadilan
Dalam melakukan penelitian, perlakuannya sama dalam artian setiap
orang diberlakukan sama berdasarkan moral, martabat, dan hak asasi
manusia. Hak dan kewajiban penelitian maupun subjek juga harus
seimbang. Dalam melakukan penelitian, perlakuannya sama dalam artian
setiap orang diberlakukan sama berdasarkan moral, martabat, dan hak
48

asasi manusia. Hak dan kewajiban penelitian maupun subjek juga harus
seimbang.
4) Informed Consent
Subjek penelitian harus menyatakan kesediannya mengikuti penelitian
dengan mengisi informed consent. Hal ini juga merupakan bentuk
kesukarelaan dari subjek penelitian untuk ikut serta dalam penelitian. Pada
saat penelitian dilakukan, peneliti melakukan informed consent terlebih
dahulu sebelum dilakukan perlakuan dan pemberian kuesioner. Semua
responden mentandatangani lembar surat pernyataan menjadi responden.
5) Tanpa Nama (Anonimity)
Seluruh responden diberikan kode penomoran tanpa mencantumkan
nama. Responden sejak awal akan diberikan informasi bahwa namanya
tidak akan tercantum dalam laporan hasil penelitian.
6) Kerahasiaan (Confidential)
Confidential tujuannya untuk menjamin kerahasiaan dari penelitian
baik informasi maupun masalah lainnya. Semua informasi yang
dikumpulkan akan dijamin kerahsian oleh peneliti, hanya kelompok data
tertentu yang akan dilaporkan pada hasil riset.
DAFTAR PUSTAKA

Arikunto, Suharsimi. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik. Jakarta:


Rineka Cipta, 2017.

Arumia Diana Putri (2019) Hubungan Pengetahuan dan Sikap Mencuci Tangan
pada Siswa/I Remaja di SMPN Kota Sukabumi. Jurnal Publikasi
Keperawatan. Skripsi Keperawatan. Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan
Sukabumi Kota Sukabumi

Christiana, Indah dkk (2020) Hubungan Peran Bidan dengan Kepatuhan


Pemeriksaan VCT pada Ibu Hamil di Wilayah Kerja Puskesmas GITIK
Kabupaten Banyuwangi. Jurnal Publikasi. Prodi DIII Kebidanan STIKES
Banyuwangi.

Herdiani, Tria Nopi dkk (2020) Hubungan Pengetahuan dan Sikap Dengan
Pemeriksaan HIV pada Ibu Hamil Di Puskesmas Argamakmur Kabupaten
Bengkulu Utara. Jurnal Kebidanan. Program Studi Kebidanan STIKes Tri
Mandiri Sakti Bengkulu.

Leta, Stefitus Laki (2019) Hubungan Antara Tingkat Pengetahuan dan Sikap Ibu
Hamil Dengan Perilaku Deteksi Dini HIV dalam ANC Terpadu di
Puskesmas Kendalsari. Skripsi. Program Studi Ilmu Keperawatan Fakultas
Kedokteran Universitas Brawijaya Malang

Ni’amah Siti dkk (2019) Hubungan Pengetahuan Ibu Hamil Tentang HIV/AIDS
dan VCT serta Motivasi Ibu Hamil Dengan Kesediaan Mengikuti VCT di
Kabupaten Pati. Jurnal Pulbikasi. DIII Kebidanan. Akbid Bakti Utama
Pati.

Niu. Flora dkk (2019) Hubungan Antara Pengetahuan dan Sikap Ibu Hamil
Tentang HIV/ AIDS dengan Kepatuhan Melakukkan VCT di Puskesmas
Abepura. Jurnal Keperawatan Tropis Papua. Jurusan Kebidanan. Poltekkes
Kemenkes Jayapura. Jurnal Keperawatan Vol. 02 No 2 Desember 2019.
ISSN 2654-5756

Notoatmodjo, Soekidjo. Metodelogi Penelitian Kesehatan. Jakarta Rineka Cipta,


2010.

Nursalam. Konsep Dan Penerapan Metodologi Penelitian Ilmu Keperawatan.


Jakarta: Salemba Medika, 2011

Nuraeni, Titik dan Nuke Devi Indrawan (2020) Hubungan Pengetahuan Ibu Hamil
tentnag HIV/ AIDS dan VCT dengan Sikap Terhadap Konseling dan Tes
HIV/ AIDS secara Sukarela di Puskesmas Karangdoro Semarang. Jurnal
Publikasi. Program Studi Diploma III Kebidanan Fakultas Ilmu
Keperawatan dan Kesehatan Universitas Muhammadiyah Semarang

Ratnawati, dkk (2020) Jurnal Ilmiah Kebidanan. Vol 6 No 2 September 2020.


Unit Penelitian dan Pengabdian Masyarakat. STIKES Pemkab Jombang.

Sofiyanti, Ida (2020) Hubungan Pengetahuan dan Sikap Ibu Hamil tentang HIV/
AIDS dengan Tes HIV/ AIDS. Jurnal Publikasi Volume 8 No 1 Februari
2020. Universitas Ngudi Waluyo.
Sayuti (2021) Hubungan Pengetahuan Ibu Hamil Tentang HIV/ AIDS. Dukungan
Keluarga dan Kunjungan ANC dengan Kesediaan Ibu Untuk melakukan
test PITC diwilayah kerja Puskesmas Ketawang. Kabupaten Malang.
Jurnal Publikasi. Akademi Kebidanan Wira Husada Nusantara Malang.

Setyowati, Pain dkk (2020) Hubungan Pengetahuan Ibu tentang HIV/ AIDS
Dengan Sikap Ibu Hamil Yang Sudah Melakukan Skrining HIV/ AIDS Di
Puskesmas Ngronggo Kecamatan Kota. Kota Kediri. Jurnal Publikasi
Akademi Kebidanan Dharma Husada Kediri Jawa Timur

Sugiyono. Metode Penelitian Pendidikan. Bandung : Alfabeta, 2018


Lampiran 1 : Kuesioner

KUESIONER PENELITIAN

1. Pengetahuan
No Item Pertanyaan Benar Tidak
1 Ibu tidak dapat menularkan HIV kepada bayinya
melalui pemberian ASI
2 HIV dapat ditularkan melalui pelukan, salaman,
dan ciuman
3 Bayi dapat tertular HIV dari ibu selama proses
kehamilan, persalinan dan menyusui
4 Pemeriksaan HIV pada ibu hamil sebaiknya
dilakukan di awal kehamilan.
5 Deteksi dini HIV pada ibu hamil dilakukan melalui
pemeriksaan darah
6 Ketuban pecah sebelum waktu persalinan tidak
mempengaruhi tingkat penularan HIV kepada bayi.
7 Persalinan pada ibu hamil dengan HIV tidak dapat
dilakukan secara normal walaupun teratur minum
obat HIV
8 Persalinan dan menyusui merupakan proses
penularan HIV yang paling sering terjadi dari Ibu
ke Anak
9 Ibu dengan HIV positif tidak boleh meyusui
bayinya
10 Susu formula lebih disarankan untuk bayi yang
lahir dari ibu dengan HIV Positif
11 Pemberian ASI ekslusif tidak dianjurkan pada Ibu
dengan HIV Positif.
12 Pemberian ASI bersamaan dengan pemberian susu
formula dapat mencegah penularan HIV ke bayi.
13 Imunisasi harus diberikan pada bayi yang lahir dari
ibu dengan HIV positif
14 Bayi yang diduga HIV harus diberikan obat HIV
dan tidak wajib di imunisasi
2. Sikap
No Item Pertanyaan Benar Tidak
1 Menurut saya, HIV tidak dapat ditularkan dari ibu
ke bayi selama kehamilan, proses persalinan dan
menyusui.
2 Menurut saya, penularan HIV pada ibu hamil
paling tinggi terjadi selama proses menyusui
3 Saya merasa tidak perlu melakukan pemeriksaan
HIV selama kehamilan
4 Menurut saya Ibu dengan HIV positif harus
melahirkan di fasilitas kesehatan seperti Rumah
Sakit atau Puskesmas
5 Menurut saya, semakin lama proses persalinan
pada ibu dengan HIV semakin meningkatkan
resiko penularan HIV ke bayi
6 Menurut saya, ibu hamil dengan HIV positif boleh
melahirkan di rumah tanpa bantuan tenaga
kesehatan.
7 Menurut saya persalinan pada ibu dengan HIV bisa
dilakukan secara normal maupun operasi sesar.
8 Menurut saya, ibu menyusui dengan HIV masih
dapat memberikan ASI kepada bayinya walaupun
terdapat luka pada puting susu ibu
9 Menurut saya,luka yang pada mulut bayi dapat
meningkatkan penularan HIV dari ibu melalui ASI.
10 Menurut saya, semua bayi yang lahir dengan HIV
dapat diberi imunisasi dengan catatan bayi tersebut
tidak menunjukan gejala penyakit tertentu
11 Menurut saya, Semua bayi yang lahir dengan HIV
tidak dapat menerima imunisasi sesuai jadwal
imunisasi nasional
12 Menurut saya semua bayi yang lahir dari ibu
dengan HIV wajib mendapatkan imunisasi lengkap

3. Status Pemeriksaan HIV


a. Apakah pemeriksaan ini merupakan pemeriksaan pertama untuk ibu ?
( ) Ya ( ) Tidak
b. Apakah ibu melakukan Test HIV
( ) Ya ( ) Tidak
Lampiran 2

PENJELASAN PENELITIAN

KepadaYth

Ibu Hamil

Di_

Tempat

Dengan hormat,
Saya bernama, Muslihin, NIM : 2132325011 adalah Mahasiswa Program
Studi Pendidikan Profesi Ners Fakultas Kesehatan Universitas Muhammadiyah
Sukabumi memohon bantuan Anda, yaitu Bapak/Ibu/Sdr/Sdri Pasien RSUD
Jampangkulon, agar berkenan memberikan jawaban kuesioner yang telah saya
sajikan dalam lembar berikutnya. Penelitian ini bertujuan untuk menguji
hubungan pengetahuan dan sikap ibu hamil terhadap status pemeriksaan HIV di
UPTD Puskesmas Buniwangi Kec. Surade Kab. Sukabumi
Daftar pertanyaan dalam kuesioner berjumlah pertanyaan yang hendaknya
diisi dengan lengkap dan mohon jangan dibiarkan tidak terjawab. Kelengkapan
jawaban akan sangat mempengaruhi hasil analisis dalam penelitian ini dan tidak
mempengaruhi penilaian Rumah Sakit terhadap anda. Data pribadi anda tidak
akan dipublikasikan, sehingga anda dapat memberikan opini secara bebas.
Kerahasiaan informasi yang diperolehakan dijaga dengan baik dan informasi
tersebut hanya akan digunakan untuk kepentingan akademik.
Besar harapan saya atas partisipasi anda terhadap pengisian kuesioner ini
karena jawaban Anda tersebut merupakan kontribusi yang berharga baik bagi
peneliti dan ilmu pengetahuan, maupun bagi kemajukan Rumah Sakit. Atas
perhatian Anda, saya ucapkan terimakasih.
Sukabumi, Oktober 2022
Peneliti,

Muslihin
NIM : 2132325011
Lampiran 3

Perihal : Permohonan Pengisian Kuesioner

KepadaYth,
Ibu Hamil

Di _

Tempat

Dengn hormat,
Dalam rangka memenuhi syarat penyelesaian proses pendidikan sebagai
Mahasiswa Program Studi Pendidikan Profesi Ners Fakultas Kesehatan
Universitas Muhammadiyah Sukabumi, dengan ini saya meminta kesediaan
bapak/ibu untuk mengisi kuesioner yang diberikan. Saya mengharapkan bapak/ibu
mengisi kuesioner sesuai dengan kondisi yang dirasakan saat ini di rumah sakit
saudara. Saya akan menjamin kerahasiaan setiap informasi yang bapak/ibu
sampaikan.
Demikian permohonan ini saya sampaikan, atas partisipasinya diucapkan terima
kasih.

Sukabumi, November 2022


Peneliti,

Muslihin
2132325019
Lampiran 4

SURAT PERNYATAAN

PERSETUJUAN SEBAGAI RESPONDEN PENELITIAN

Setelah saya mendapatkan informasi dengan jelas dan membaca penjelasan


penelitian pada lembar penjelasan penelitian, maka saya memahami dan bersedia
menjadi respon den dalam penelitian ini. Saya mengetahui bahwa penelitian ini
bertujuan untuk mengetahui hubungan pengetahuan dan sikap ibu hamil terhadap
status pemeriksaan HIV di UPTD Puskesmas Buniwangi Kec. Surade Kab.
Sukabumi.
Saya mengetahui bahwa penelitian ini tidak menimbulkan resiko bagi saya.
Segala informasi yang saya berikan pada penelitian ini akan dijaga dan dijamin
kerahasiaannya. Informasi dan penjelasan yang diberikan membuat saya percaya
bahwa penelitian ini bermanfaat bagi pengembangan keperawatan di rumah sakit.
Saya bersedia menjadi responden dalam penelitian ini dengan
menandatangani lembar persetujuan ini dalam keadaan sadar dan tanpa adanya
paksaan dari siapapun.

Tanda tangan responden, Peneliti,

(……………………………..) (Muslihin)

Anda mungkin juga menyukai