Anda di halaman 1dari 33

LAPORAN KASUS

ASUHAN KEBIDANAN PRANIKAH CALON PENGANTIN


PADA Nn.N DI WILAYAH PUSKESMAS DUREN

Oleh :

NAMA DIENS NANDA ELA PERMANA


152211100

PROGRAM STUDI S1 KEBIDANAN TRANSFER


FAKULTAS ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS NGUDI WALUYO
TAHUN 2022

1
DAFTAR ISI

1. JUDUL..............................................................................................................i
2. PENDAHULUAN.............................................................................................1
A. Latar Belakang..............................................................................................1
B. Tujuan Penulisan...........................................................................................1
3. TINJAUAN TEORI .........................................................................................3
A. Calon Pengantin............................................................................................3
1) Pengertian ................................................................................................3
2) Penyakit Yang Perlu Diwaspadai Oleh Catin...........................................3
3) Pemeriksaan Kesehatan Bagi Catin..........................................................4
4) Konseling Pranikah..................................................................................6
B. Manajemen Asuhan Kebidanan.....................................................................7
4. HASIL DAN PEMBAHASAN.........................................................................10
A. Hasil..............................................................................................................10
B. Pembahasan...................................................................................................14
5. PENUTUP ........................................................................................................16
A. Kesimpulan...................................................................................................16
B. Saran ............................................................................................................16
6. DAFTAR PUSTAKA
7. LAMPIRAN

2
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Pranikah ialah masa yang pas buat melaksanakan persiapan yang matang baik
secara raga, psikis dan sosial. Program pengecekan kesehatan dan penyuluhan reproduksi
pada calon pengantin yakni salah satu usaha buat membentuk kualitas kesehatan dalam
keluarga (Amalia & Siswantara, 2018) Dimana pendamping calon pengantin hendak
melaksanakan uji kesehatan dengan lengkap. Salah satunya, Imunisasi tetanus toxoid
( TT) yang direkomendasikan untuk calon pengantin perempuan( Kemenkes RI, 2018).
Imunisasi Tetanus Toksoid merupakan proses buat membangun imunitas sebagai
upaya penangkalan peradangan tetanus Imunisasi TT diberikan kepada mereka yang
masuk dalam jenis Perempuan Umur Produktif ( WUS) ialah perempuan berumur 15- 39
tahun, tercantum bunda berbadan dua( bumil) serta calon pengantin( catin). Waktu yang
pas buat Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia No 1059/ Menkes/ Sk/ IX/
2004 Tentang Pedoman Penyelenggaraan Imunisasi memperoleh vaksin TT dekat 2
sampai 6 bulan saat sebelum perkawinan. Ini dibutuhkan supaya badan mempunyai
waktu buat membentuk antibodi (Zahroh, 2021).
Calon pengantin wanita tidak melakukan Imunisasi TT Pranikah, dikarenakan
20% karena ketakutan ada dampak setelah Imunisasi TT. Dan 60% kurang mengetahui
tentang manfaat dari imunisasi TT. Faktor- faktor yang menimbulkan calon pengantin
perempuan tidak melaksanakan imunisasi TT dipengaruhi oleh tingkat pendidikan, sosial
budaya dan lingkungan. dampak yang dapat ditimbulkan apabila wanita pranikah tidak
melakukan imunisasi TT yaitu, beresiko mengakibatkan penularan kuman tetanus ke
janin saat dia hamil dan melahirkan pemotongan tali pusat saat wanita yang tidak
melakukan imunisasi TT Pranikah (Zahroh, 2021).
Solusi yang dapat dilakukan agar supaya ibu mau untuk di imunisasi TT yaitu
melakukan kie kepada calon pengantin, keluarga dengan manfaat imunisasi pranikah
Sehingga pada sasaran terjalin proses pergantian, sikap ke arah yang positif. Selanjutnya
diharapkan bersedia melaksanakan, imunisasi TT.

B. Tujuan
1. Tujuan Umum

1
Untuk memahami dan memberikan asuhan kebidanan calon pengantin dengan
perencanaan kehamilan pada Nn.N di Wilayah Puskesmas Duren menggunakan
pendekatan manajemen asuhan kebidanan 7 langkah varney.
2. Tujuan Khusus
a. Mampu melaksanakan pengkajian calon pengantin dengan perencanaan
kehamilan pada Nn.N
b. Mampu melakukan interprestasi calon pengantin dengan perencanaan
kehamilan pada Nn.N
c. Mampu melakukan diagnosa potensial calon pengantin dengan perencanaan
kehamilan pada Nn.N
d. Mampu mengidentitifikasi diagnosa atau menentukan masalah potensial
yang mungkin timbul calon pengantin dengan perencanaan kehamilan pada
Nn.N
e. Mampu melakukan perencanaan tidakan asuhan kebidanan calon pengantin
dengan perencanaan kehamilan pada Nn.N
f. Mampu melakukan implementasi atau tindakan asuhan kebidanan calon
pengantin dengan perencanaan kehamilan pada Nn.N
g. Mampu melakukan evaluasi asuhan kebidanan calon pengantin dengan
perencanaan kehamilan pada Nn.N

2
BAB II
TINJAUAN TEORI

A. Calon Pengantin (Catin)


1) Pengertian
Menurut Kemenkes RI (2018) calon pengantin adalah pasangan yang akan
melangsungkan pernikahan. Calon pengantin dapat dikatakan sebagai pasangan
yang belum mempunyai ikatan, baik secara hukum Agama ataupun Negara dan
pasangan tersebut berproses menuju pernikahan serta proses memenuhi
persyaratan dalam melengkapi datadata yang diperlukan untuk pernikahan.
2) Penyakit Yang Perlu Diwaspadai oleh Catin
Menurut Kemenkes RI (2018), Fisik dan mental yang sehat merupakan pondasi
awal keluarga dalam mewujudkan generasi yang berkualitas, oleh karena itu
pasangan calon pengantin harus terbebaskan dari penyakit yang
dapatmempengaruhi kesehatan janin dan tumbuh kembang anak. Terdapat
beberapa penyakit yang perlu diwaspadai pada masa sebelum dan selama
kehamilan, antara lain :
a. HIV-AIDS
HIV (Human Immunodeficiency Virus) merupakan Virus yang menyerang dan
melemahkan sistem pertahanan tubuh untuk melawan infeksi sehingga tubuh
mudah tertular penyakit (Kemenkes RI, 2015). Pencegahan dan penanganan
Infeksi Menular Seksual dan HIV/AIDS bagi calon pengantin sangat penting,
baik bagi calon pengantin perempuan maupun laki-laki, mengingat calon
pengantin merupakan salah satu populasi rentan terhadap penularan penyakit
tersebut. Perilaku calon pengantin yang berisiko tinggi terhadap Infeksi
Menular Seksual dan HIV/AIDS antara lain penyalahgunaan narkoba,
penggunaan jarum suntik bersama, seks tidak aman, tato dan tindik
(Kemenkes RI, 2013) .
b. Infeksi Menular Seksual (IMS)
Menurut Kemenkes RI (2013) Infeksi menular Seksual (IMS) adalah berbagai
infeksi yang dapat menular dari satu orang ke orang yang lain melalui kontak
seksual. Semua teknik hubungan seksual baik lewat vagina, dubur atau mulut
baik berlawanan jenis kelamin maupun dengan sesama jenis kelamin bisa
menjadi sarana penularan penyakit kelamin

3
c. Hepatitis B
Menurut Kemenkes RI (2013), faktor penyebab terjadinya penyakit Hepatitis
B adalah kontak lensi atau sekret dengan penderita hepatitis B, tranfusi darah
dan belum mendapat vaksinasi Hepatitis B. Jalur penularan infeksi virus
hepatitis B di Indonesia terbanyak adalah secara parenteral yaitu secara
vertikal (tranmisi) maternal-neonatal atau melalui hubungan seksual,
iatrogenik dan penggunaan jarum suntik bersama.
d. Malaria
Menurut Saputra (2011) malaria adalah penyakit yang disebabkan oleh
Plasmodium yang sering ditemukan di kawasan Tropika yang apabila penyakit
ini diabaikan dapat menjadi serius yaitu berdampak kematian. Rahayu (2010)
mengemukakan bahwa Agent penyebab penyakit malaria adalah Plasmodium
bergenus Plasmodia, Family Plasmodiidae dari Ordo Coccidiidae. Cara
penularannya yaitu dari gigitan nyamuk Anopheles yang sedang menyedot
darah dan mengeluarkan cairan berupa Plasmodium kedalam darah manusia
dan terinfeksi lalu menjadi sakit. Secara tidak alamiah penularan penyakit
malaria ada 3 yaitu malaria bawaan terjadi pada bayi yang baru lahir akibat
dari ibu yang menderita malaria hal tersebut terjadi melalui tali pusat atau
Plasenta. Secara mekanik terjadi melalui transfusi darah menggunakan jarum
suntik.
e. Penyakit genetik (Keturunan)
Calon Pengantin perlu mengetahui tentang penyakit genetik karena:
1. Penyakit genetik disebabkan oleh kelainan gen yang diturunkan saat
terjadinya pembuahan sperma terhadap ovum. Penyakit genetik
(Talasemia dan Hemofilia) dapa dilhat dengan riwayat keluarga calon
pengantin.
2. Bila salah satu calon pengantin menderita penyakit genetik maka
memungkin anak yang dilahirkan berpotensi menderita kelainan tersebut.
Konseling sebelum pernikahan diperlukan apabila salah satu dari calon
pengantin atau garis keturunannya menderita penyakit tersebut
3. Penyakit genetik yang dapat mempengaruhi kehamilan dan kesehatan
janin (Talasemia dan Hemofilia) (Tjokroprawi, 2015).
3) Pemeriksaan Kesehatan Bagi Catin

4
Calon pengantin perlu mendapatkan pemeriksaan kesehatan untuk menentukan
status keehatan agar dapat merencanakan dan mempersiapkan kehamilan yang
sehat dan aman. Pemeriksaan kesehatan yang diperlukan oleh calon pengantin
berpedoman pada buku saku calon pengantin KemenKes RI, (2018) yaitu
meliputi :
a. Pemeriksaan fisik
Pemeriksaan fisik termasuk status gizi yang diperlukan oleh catin antara lain
adalah : Pemeriksaan fisik, dilakukan untuk mengetahui dan mengidentifikasi
status kesehatan melalui pengukuran dan pemeriksaan (denyut nadi, frekuensi
nafas, suhu tubuh dan seluruh tubuh). Pemeriksaan status gizi, dilakukan
untuk mengetahui dan mengidentifikasi status gizi dan deteksi awal anemia,
melalui pengukuran atau pemeriksaan (berat badan, tinggi badan, LILA dan
tanda-tanda anemia)(BKKBN, 2006).
b. Pemeriksaan penunjang (Laboratorium)
Menurut Kemenkes RI (2018), menyatakan bahwa Pemeriksaan
penunjang(laboratorium) yang diperlukan oleh catin terdiri dari :
a) Pemeriksaan darah meliputi (Hemoglobin (HB) dan golongan darah).
b) Dalam kondisi tertentu/atas saran dokter dapat dilakukan pemeriksaan
laboratorium yaitu sebagai berikut (Gula darah, HIV, IMS (Sifilis),
Hepatitis, TORCH, Malaria (daerah endemis), Talasemia dan pemeriksaan
lain sesuai indikasi).
c. Pemeriksaan gula darah
Pemeriksaan ini bermanfaat untuk mengatahui adanya penyakit kencing manis
(Diabetes Melitus) dan juga penyakit penyakit metabolik tertentu. Ibu hamil
yang menderita Diabetes tidak terkontrol dapat mengalami beberapa masalah
seperti : janin yang tidak sempurna/cacat, Hipertensi, Hydramnions
(meningkatnya cairan ketuban), meningkatkan resiko kelahiran prematur, serta
Macrosomia (bayi menerima kadar glukosa yang tinggi dari Ibu saat
kehamilan sehingga janin tumbuh sangat besar).
d. Pemeriksaan HbsAG
Pemeriksaan ini bertujuan untuk mengetahui ada tidaknya infeksi virus
hepatitis B, diagnosis hepatitis B, screening pravaksinasi dan memantau
Clearence Virus. Selain itu pemeriksaan ini juga bermanfaat jika ditemukan
salah satu pasangan menderita Hepatitis B maka dapat diambil langkah
antisipasi dan pengobatan secepatnya (Kemenkes RI, 2013).

5
e. Pemeriksaan VDLR
Pemeriksaan ini merupakan jenis pemeriksaan yang bertujuan untuk
mendeteksi kemungkinan ada atau tidaknya infeksi penyakit Herpes,
Klamidia, Gonorea, Hepatitis dan Sifilis pada calon pasangan, sehingga bisa
dengan segera menentukan terapi yang lebih tepat jika dinyatakan terjangkit
penyakit tersebut.
f. Pemeriksaan TORCH
TORCH adalah singkatan dari Toksoplasma, Rubella, Cytomegalovirus, dan
Herpes Simpleks. Keempat penyakit tersebut merupakan infeksi yang bisa
menular dari ibu hamil terhadap janin yang dikandungnya. Jika seorang ibu
hamil menularkan infeksi tersebut ke janinnya, maka hal fatal bahkan risiko
cacat lahir bisa terjadi pada kesehatan janin
g. Skrining dan Imunisasi Tetanus
Calon pengantin wanita harus melakukan imunisasi Tenanus Toxoid untuk
mencegah dan melindungi diri terhadap penyakit tetanus, sehingga akan
memiliki kekebalan seumur hidup untuk melindungi ibu dan bayi terhadap
penyakit tetanus. Setiap perempuan usia subur (15-49 tahun) diharapkan sudah
mendapatkan 5 kali Imunisasi Tetanus Toxsoid lengkap, jika status Imunisasi
Tetanus Toxsoid belum lengkap, maka calon pengantin perempuan harus
melengkapi status Imunisasi Tetanus Toxsoid di Puskesmas (Kemenkes RI,
2018).
Penentuan Status Imunisasi Tetanus Toksoid (TT):
Oleh petugas selanjutnya bilamana diperlukan mendapatkan suntikan tetanus
toksoid sesuai anjuran petugas kesehatan untuk mencegah tetanus pada ibu
dan bayi

6
Rentan waktu pemberian imunisasi TT dan lama
perlindungan nya

Imunisasi TT Selang Waktu Minimal Lama Perlindungan


TT 1 Langkah awal pembentukan
kekebalan tubuh terhadap
penyakit Tetanus

TT 2 1 bulan setelah TT 1 3 tahun

TT 3 6 bulan setelah TT 2 5 tahun

TT 4 12 bulan setelah TT 3 10 tahun

TT 5 12 bulan setelah TT 4 >25 tahun

Rentang

( Buku KIA Kementrian Kesehatan Republik Indonesia )

Penentuan status imunisasi WUS dibedakan kelahiran WUS pada tahun 1979
sampai dengan tahun 1993 dan WUS yang lahir setelah tahun 1993, dimana
tahun 1979 adalah tahun dimulainya program imunisasi dasar lengkap dan
tahun 1993 adalah dimulainya Bulan Imunisasi Anak Sekolah.

Untuk WUS yang lahir pada tahun 1979 sampai dengan tahun 1993 dan ingat
jika pada saat sekolah SD dilakukan imunisasi, maka status imunisasinya:
1. TT I adalah waktu imunisasi dikelas I SD
2. TT II adalah waktu imunisasi di kelas II SD
3. TT III adalah waktu imunisasi calon pengantin
4. TT IV adalah waktu imunisasi pertama pada saat hamil dan

7
5. TT V adalah waktu imunisasi kedua pada saat hamil

WUS yang lahir pada tahun 1979 sampai tahun 1993 namun namun tidak
ingat pada waktu sekolah SD dilakukan imunisasi, maka status imunisasinya
1. .TT I adalah waktu imunisasi caten pertama
2. II adalah satu bulan setelah TT I
3. TT III adalah waktu imunisasi pertama pada saat hamil dan
4. TT IV adalah waktu imunisasi kedua pada saat hamil

WUS yang lahir setelah tahun 1993 yang tidak mempunyai KMS Balita dan
kartu TT di SD, maka status imunisasinya:

1. TT I adalah waktu imunisasi caten pertama


2. TT II adalah satu bulan setelah TT I
3. TT III adalah waktu imunisasi pertama pada saat hamil dan
4. TT IV adalah waktu imunisasi kedua pada saat hamiL.

WUS yang lahir setelah tahun 1993 yang tidak mempunyai KMS Balita
namun mempunyai kartu TT di SD maka status imunisasinya:
1. TT I adalah waktu imunisasi di kelas I SD
2. TT II adalah aktu imunisasi di kelas II SD
3. TT III adalah waktu imunisasi caten yang pertama
4. TT IV adalah waktu imunisasi perama pada saat hamil dan
5. TT V adalah waktu imunisasi kedua pada saat hamil

WUS yang lahir setelah tahun 1993, mempunyai KMS Balita dan mempunyai
kartu TT di SD maka status imunisasinya:
1. TT I sampai dengan TT IV dapat dilihat di KMS dan
2. TT V adalah waktu imunisasi pertama pada saat hamil.

Dengan mengetahui status TT bagi wanita usia subur diharapkan dapat


membantu program imunisasi dalam penurunan kasus penyakit tetanus
khususnya bagi bayi yang baru lahir. (Dinkes, Kulonprogokab.go.id)

4) Konseling Pranikah

8
Konseling pranikah adalah nasehat yang diberikan kepada pasangan sebelum
menikah, menyangkut masalah medis, psikologis, seksual dan sosial. adi,
Konseling Pranikah dimaksudkan untuk membantu pasangan calon pengantin
untuk menganalisis kemungkinan masalah dan tentangan yang akan muncul
dalam rumah tangga mereka dan membekali mereka kecakapan untuk
memecahkan masalah. Beberapa kegiatan dalam konseling pranikah yang
diberikan oleh petugas ke catin yang membahas tentang kesehatan reproduksi
yang meliputi masa kehamilan, masa subur, proses kehamilan, tanda-tanda
kehamilan, kehamilan yang ideal dan beresiko, tanda bahaya kehamil, tanda-
tanda perubahan emosional pada ibu bayi, program perencanaan persalinan dan
komplikasi (P4K) dan pilihan metode kontrasepsi bagi pasangan baru yang ingin
menunda kehamilan (Kemenkes RI, 2018).

B. Manajemen Asuhan Kebidanan


Menurut Helen Varney, alur berpikir bidan saat ini menghadapi klien meliputi 7
langkah. Untuk mengetahui apa yang telah dilakukan oleh seorang bidan melalui proses
berpikir sistematis, didokumentasikan dalam bentuk SOAP, yaitu :
1) Langkah I (pertama) : Pengumpulan Data Dasar
Pada langkah pertama ini dilakukan pengkajian dengan mengumpulkan semua
data yang diperlukan untuk mengevaluasi keadaan klien secara lengkap, yaitu:
a. Riwayat kesehatan
b. Pemeriksaan fisik pada kesehatan
c. Meninjau catatan terbaru atau catatan sebelumnya
d. Meninjau data laboratorium dan membandingkan dengan hasil studi
Pada langkah pertama ini dikumpulakan semua informasi yang akurat dari semua
sumber yang berkaitan dengan kondisi klien. Bidan mengumpulkan data dasar
awal yang lengkap. Bila klien mengalami komplikasi yang perlu dikonsultasikan
kepada dokter dalam manajemen kolaborasi bidan akan melakukan konsultasi.
2) Langkah II (kedua): Interpretasi Data Dasar
Pada langkah ini dilakukan interpretasi data yang benar terhadap diagnosa atau
masalah dan kebutuhan klien berdasarkan interpretasi yang benar atas data-data
yang telah dikumpulkan. Data dasar yang sudah dikumpulkan di interpretasikan
sehingga ditemukan masalah atau diagnosa yang spesifik. Masalah sering
berkaitan dengan pengalaman wanita yang di identifikasikan oleh bidan. Masalah
ini sering menyertai diagnosa. Sebagai contoh yaitu wanita pada trimester ketiga

9
merasa takut terhadap proses persalinan dan persalinan yang sudah tidak dapat
ditunda lagi. Perasaan takut tidak termasuk dalam kategori “nomenklatur standar
diagnosa” tetapi tentu akan menciptakan suatu masalah yang membutuhkan
pengkajian lebih lanjut dan memerlukan suatu perencanaan untuk mengurangi
rasa sakit.
3) Langkah III (ketiga): Mengidentifikasikan diagnosa atau masalah Potensial
Pada langkah ini kita mengidentifikasikan masalah atau diagnosa potensial lain
berdasarkan rangkaian masalah dan diagnosa yang sudah diidentifikasi. Langkah
ini membutuhkan antisipasi, bila memungkinkan dilakukan pencegahan, sambil
mengamati klien, bidan diharapkan dapat bersiap-siap bila diagnosa atu masalah
potensial benar-benar terjadi.
4) Langkah IV (keempat): Mengidentifikasi dan Menetapkan Kebutuhan yang
Memerlukan Penanganan segera
Mengidentifikasi perlunya tindakan segera oleh bidan atau dokter dan/atau untuk
dikonsultasikan atau ditangani bersama dengan anggota tim kesehatan yang lain
sesuai kondisi klien.
Langkah keempat mencerminkan kesinambunagan dari proses manajemen
kebidanan. Jadi manajemen bukan hanya selama asuhan primer periodik atau
kunjungan prenatal saja, tetapi juga selama wanita tersebut bersama bidan terus
menerus, misalnya pada waktu wanita tersebut dalam persalinan.
Data baru mungkin saja perlu dikumpulkan dan dievaluasi. Beberapa data
mungkin mengindikasikan situasi yang gawat dimana bidan harus bertindak
segera untuk kepentingan keselamatan jiwa ibu atau anak (misalnya, perdarahan
kala III atau perdarahan segera setelah lahir, distocia bahu, atau nilai APGAR
yang rendah).
Dari data yang dikumpulkan dapat menunjukan satu situasi yang memerlukan
tindakan segera sementara yang lain harus menunggu intervensi dari seorang
dokter, misalnya prolaps tali pusat. Situasi lainya bisa saja tidak merupakan
kegawatan tetapi memerlukan konsultasi atau kolaborasi dengan dokter.
5) Langkah V(kelima) : Merencanakan Asuhan yang menyeluruh
Pada langkah ini direncanakan asuahan yang menyeluruh ditentukan oleh
langkah-langkah sebelumnya.
Langkah ini merupakan kelanjutan manajemen terhadap diagnosa atau masalah
yang telah diidentifikasi atau diantisipasi, pada langkah ini informasi/ data dasar
yang tidak lengkap dapat dilengkapi.

10
Rencana asuhan yang menyeluruh tidak hanya meliputi apa yang sudah
teridentifikasi dari kondisi klien atau dari setiap masalah yang berkaitan tetapi
juga dari kerangka pedoman antisipasi terhadap wanita tersebut seperti apa yang
diperkirakan akan terjadi berikutnya apakah diberikan penyuluhan, konseling,
dan apakah merujuk klien bila ada masalah-masalah yg berkaitan dengan sosial
ekonomi,kultur atau masalah psikologis.
Semua keputusan yg dikembangkan dalam asuhan menyeluruh ini harus rasional
dan benar- benar valid berdasarkan pengetahuan dan teori yg up to date serta
sesuai dengan asumsi tentang apa yang akan atau tidak akan dilakukan oleh klien.
6) Langkah VI(keenam) : Melaksanaan perencanaan
Pada langkah keenam ini rencana asuhan menyeluruh seperti yang telah diuraikan
pada langkah ke 5 dilaksanakan secara efisien dan aman. Perencanaan ini bisa
dilakukan oleh bidan atau sebagian dilakukan oleh bidan dan sebagian lagi oleh
klien, atau anggota tim kesehatan yang lain. Jika bidan tidak melakukanya sendiri
ia tetap memikul tanggung jawab untuk mengarahkan pelaksanaanya. Manajemen
yang efisien akan menyingkat waktu dan biaya serta meningkatkan mutu dari
asuhan klien.
7) Langkah VII (Terakhir) : Evaluasi
Pada langkah ke-7 ini dilakukan evaluasi keefektifan dari asuhan yang sudah
diberikan meliputi pemenuhan kebutuhan akan bantuan apakah benar-benar telah
terpenuhi sesuai dengan sebagaimana telah diidentifikasi didalam masalah dan
diagnosa. Rencana tersebut dapat dianggap efektif jika memang benar efektif
dalam pelaksananya. Ada kemungkinan bahwa sebagian rencana tersebut telah
efektif sedang sebagian belum efektif.

11
BAB III
HASIL DAN PEMBAHASAN

A. HASIL
ASUHAN KEBIDANAN PRANIKAH CALON PENGANTIN
PADA Nn.N DI WILAYAH PUSKESMAS DUREN

Pengkajian
Tanggal : 06 Juni 2022
Pukul : 09.00 WIB
Tempat : puskesmas duren
Pengkaji : Diens Nanda Ela

LANGKAH I : IDENTIFIKASI DASAR


A. Data Subjektif (S)
1. Identitas Bayi dan Orang Tua
Identitas
Nama : Nn. N
Umur : 24 Tahun
Agama : Islam
Pendidikan : S1
Pekerjaan : Karyawan Swata
Alamat : Candi RT 002/ RW 003

2. Alasan Datang Ke Puskesmas


Ingin memeriksakan Kesehatan dan ingin mendapatkan surat keterangan sehat
untuk syarat menikah di KUA bandungan
3. Keluhan Utama
Tidak ada

12
4. Riwayat Menstruasi
a. Menarche : 12 Tahun
b. Siklus : 30 hari, lama 4-5 hari
c. Banyaknya : ganti pembalut 2-3 kali/hari saat terasa penuh
d. Disminore : tidak pernah
e. HPHT : 19 Mei 2022
f. Keputih : ada setelah menstruasi, warna jernih, tidak bau, tidak gatal
5. Riwayat pernikahan
Pernikahan yang pertama, rencana menikah tanggal 30 juni 2022. Belum pernah
berhubungan badan selama pacaran. Ini merupakan pacar ketiga.
6. Penyuluhan Yang Pernah Didapat
Nutrisi bagi tubuh
7. Riwayat Kesehatan
Tidak sedang ataupun pernah menderita penyakit jantung, hipertensi, asma, DM,
ginjal, TBC, Kelainan darah. Belum pernah melakukan pemeriksaan hepatitis,
IMS dan HIV/AIDS. Tidak ada alergi obat. Riwayat status TT 4 (saat SD)
8. Riwayat Kesehatan Keluarga
Almarhum ayah menderita penyakit jantung dan hipertensi, anggota keluarga lain
tidak pernah menderita penyakit DM, ginjal, jantung, asma, alergi, TBC, HIV,
Hepatitis maupun kanker.
9. Pola Kebiasaan Yang Mempengaruhi Kesehatan
Insomnia
10. Pola Kebiasaan Sehari-hari

a. Nutrisi : Makan 3 kali sehari dengan porsi sedang,buah. Minum


air putih 8-9 gelas sehari. Tidak ada pantangan/alergi
Makanan
b. Istitahat/Tidur : Tidur malam 7-8 jam, tidak pernah tidur siang
c. Hygine : Mandi 2 kali sehari, ganti celana dalam 2 kali/hari.
Tidak pernah menggunakan sabun pembersih
kewanitaan.
d. Aktifitas : Kerja sejak pukul 09.00 WIB sampai 17.00 WIB
Jogging setiap hari minggu
e. Eliminasi : Tidak ada keluhan. BAB 1 kali sehari, BAK 5-6 kali
sehari

13
11. Riwayat Psikososial Budaya
Keluarga dari dua belah pihak merestui rencana pernikahan. sudah siap secara
mental dan financial untuk menikah. CPW dan pasangan ingin segera mempunyai
keturunan setelah menikah. Tidak ada budaya/tradisi tertentu yang berpengaruh
buruk bagi kehidupan sehari-hari maupun persiapan pernikahan

B. Data Objektif
1. Keadaan Umum : Baik
2. Kesadaran : Composmentis
3. TTV : TD : 120/70 mmHg, N : 82x/menit, 18x/menit
4. Antropometri : BB : 58,3 kg, TB : 160 cm, IMT : 23 kg/m2, LILA : 24 cm
5. Pemeriksaan Fisik
a. Bentuk tubuh : Normal
b. Wajah : Wajah tidak pucat
c. Mata : Konjungtiva merah muda, sklera putih
d. Telinga : Simetris, tidak ada serumen
e. Mulut : bibir tidak pucat, lembab tidak kering
f. Leher : Tidak ada benjolan pada kelenjar tiroid, limfa
g. Dada : Payudara simetris, tidak ada benjolan yang abnormal, tidak
ada retraksi dada,tidak ada ronkhi dan wheezing
h. Abdomen : Tidak ada luka bekas operasi, tidak teraba massa, tidak teraba
ballotement.
i. Ekstremitas : Tidak ada oedema
6. Pemeriksaan penunjang
HB : 12,5 gr/dl
Golongan darah : A
HIV/AIDS :-
HbsAg : -

LANGKAH II : INTERPRESTASI DATA


Tanggal 06 Juni 2022 Pukul 09.00 WIB
1. Diagnosa kebidanan
Nn.N WUS dengan calon pengantin
Data Subjektif

14
a. Klien mengatakan ingin tes Kesehatan pra nikah sebagai persyratan menikah
sesuai dengan pertimbangan petugas KUA.
b. Setelah menikah klien ingin segera hamil dan mempunyai anak yang sehat.
c. Klien mengatakan sudah siap lahir batin melangsunkan pernikahan.
Data Objektif
a. Keadaan Umum : Baik
b. Kesadaran : Composmentis
c. TTV : TD : 120/70 mmHg, N : 82x/menit, 18x/menit
d. Antropometri : BB : 58,3 kg, TB : 160 cm, LILA : 24 cm

2. Masalah
Tidak ada
3. Kebutuhan
Tidak ada

LANGKAH III : DIAGNOSA POTENSIAL


Tidak ada

LANGKAH IV : ANTISIPASI
Tidak ada

LANGKAH V : PERENCANAAN
1. Beri penjelasan hasil pemeriksaan
2. Berikan KIE tentang rencana kehamilan pada calon pengantin wanita
3. Anjurkan melakukan pemeriksan kesehatan bila ada keluhan
4. Beri buku pintar kesehatan ibu dan anak pada calon pengantin wanita
5. Beri surat keterangan sehat

LANGKAH VI : IMPLEMENTASI
1. Menjelaskan hasil pemeriksaan pada CPW bahwa secara umum keadaan baik,
tanda- tanda vital, hasil pemeriksaan fisik normal.
2. Menjelaskan pada calon pengantin wanita bahwa status imunisasi TT belum
lengkap yaitu TT4 sehingga saat ini perlu mendapatkan suntik TT lagi saat
kehamilan anak pertama dengan perlindungan selama 25 tahun dari suntik TT
terakhir.

15
3. Memberikan KIE tentang rencana kehamilan pada calon pengantin wanita :
a. Menganjurkan untuk CPW setelah menikah untuk intens berhubungan badan
saat masa subur.
b. Mengajarkan cara menghitung masa subur jika : Siklus teratur : siklus – 14
Siklus tidak teratur tentukan siklus terpendek dan terpanjang selama 3 bulan.
Siklus pendek – 18, siklus terpanjang – 11.
c. Menginformasikan tanda-tanda masa subur seperti dari vagina keluar lendir
lebih encer bening dan meregang lebih panjang, peningkatan suhu tubuh,
keram perut bagian bawah unilateral.
d. Mengatur jarak anak demi terciptanya generasi platinum. (CPW mengerti dan
bisa menghitung masa subur, mengenali tanda-tanda masa subur dan
berencana ingin memiliki 2 orang anak dengan jarak 4-5 tahun ).
e. Hak reproduksi dan seksual
f. Persiapan pranikah
4. Menganjurkan memeriksakan kesehatan apabila ada keluhan
5. Memberikan Buku Pintar Kesehatan Ibu dan Anak bagi calon Pengantin untuk
dibaca dirumah.
6. Memberikan surat sehat

LANGKAH VII : EVALUASI


1. Calon pengantin wanita mengerti dan lega mendengarkan hasil pemeriksaan.
2. Calon pengantin wanita mengerti dengan penjelasan yang diberikan dan akan
suntik TT 5 saat kehamian anak pertamanya nanati
3. Calon pengantin wanita mengerti dan memahami tentang apa saja yang harus
dilakukan rencana program kehamilan
4. Calon pengantin wanita mengerti dan bersedia untuk memeriksakan kesehatannya
5. Calon pengantin wanita mengerti dan berjanji akan membacanya kembali
dirumah
6. Surat sehat sudah diberikan

B. PEMBAHASAN
Berdasarkan hasil asuhan yang diberikan didapatkan data subjektif yaitu Nn.N
usia 23 tahun datang ke puskesmas duren pada tanggal 06 Juni 2022 pukul 09.00 WIB
dengan alasan ingin memeriksakan kesehatan, suntik TT dan ingin mendapatkan surat
keterangan sehat. Berdasarkan pemeriksaan diketahui keadaan Nn.N baik TTV dan

16
pemeriksaan fisik terpantau normal. Calon pengantin perlu mendapatkan pemeriksaan
kesehatan untuk menentukan status keehatan agar dapat merencanakan dan
mempersiapkan kehamilan yang sehat dan aman. Pemeriksaan kesehatan yang diperlukan
oleh calon pengantin berpedoman pada buku saku calon pengantin KemenKes RI, (2018)
Pada kasus Nn.N diketahui bahwa Nn.N tidak dilakukan suntik TT Kerena
Nn.N lahir thun 1998 . Hal ini sesuai dengan teori Dinkes, kulonprogokab yang
menyatakan bahwa WUS yang lahir setelah tahun 1993 dan jika ingat di sekolah dasar
( SD) dilakukan imunisasi maka status imunisasinya : TT 1 sampai dengan TT4 dapat
dilihat dari KMS ,dan TT5 waktu imunisasi pertama pada saat hamil .
berdasarkan asuhan kebidanan yang telah diberikan pada calon pengantin
menggunakan asuhan kebidanan menejemen 7 Langkah varney dapat disimpulkan dari
hasil pemeriksaan kondisi kesehatan Nn.N baik dan normal. Perencanaan dan
penatalaksanaan asuhan kebidanan telah diberikan sesuai dengan teori yang ada sehingga
tidak ditemukan adanya kesenjangan antara teori dan praktek di lapangan .

17
BAB V
PENUTUP

A. Kesimpulan
Berdasarkan asuhan kebidanan yang telah diberikan pada calon pengantin dengan
menggunakan asuhan kebidanan menejemen 7 langkah varney maka dapat dapat
disimpulkan bahwa Nn.N akan melakukan pemeriksaan kesehatan Berdasarkan hasil
pemeriksaan kondisi kesehatan Nn.N baik dan normal. Perencanaan dan penatalaksanaan
asuhan kebidanan telah diberikan sesuai dengan teori yang ada sehingga tidak ditemukan
adanya kesenjangan antara teori dan praktek.

B. Saran
1. Bagi Penyusun
Diharapkan laporan ini dapat dijadikan untuk menambah pengetahuan serta
pengaplikasian dalam pemberian asuhan kebidanan pada catin yang sesuai dengan
kewenangan kepada pasien.
2. Bagi puskesmas duren
Diharapkan laporan ini dapat di jadikan sebagai salah satu cara meningkatkan
mutu pelayanan kebidanan dalam memberikan asuhan kebidanan pada catin.
3. Bagi Jurusan Kebidanan
Diharapkan laporan ini dapat dijadikan referensi baru sebagai sarana informasi dan
pengembangan ilmu pengetahuan serta bahan kepustakaan khususnya tentang
pemberian asuhan pada catin sesuai kewenangan klien.

18
DAFTAR PUSTAKA

Amalia, R., & Siswantara, P. (2018). Efektivitas Penyuluhan Kesehatan Reproduksi Pada
Calon Pengantin di Puskesmas Pucang Sewu Surabaya. Jurnal Biometrika dan
Kependudukan, 7(1), 29-38.

Kemenkes RI (2018). Kesehatan Reproduksi dan Seksual Bagi Calon Pengantin. Jakarta.
Kemenkes RI.

Kemenkes RI. (2018). Buku-Saku-Kespro-dan-Seksual-Bagi-Catin.pdf.

Kementerian Kesehatan RI Badan Penelitian dan Pengembangan. (2018). Hasil Utama


Riset Kesehatan Dasar. Kementrian Kesehatan Republik Indonesia, 1–100.
http://www.depkes.go.id/resources/download/infoterkini/hasil-riskesdas-2018.pdf

Kementerian Kesehatan RI. (2013). Petunjuk Pelaksanaan Komunikasi Informasi Dan


Edukasi Kesehatan Reproduksi Dan Seksual Bagi Calon Pengantin.

Zahroh.H. (2021). Penatalaksanaan Yang Tidak Melakukan Imunisasi Tetanus Toxoid


Pada Pranikah. Naskah Publikasi. Stikes Ngudia Husada Madura.
LAMPIRAN
PENATALAKSANAAN YANG TIDAK MELAKUKAN IMUNISASI
TETANUS TOXOID PADA PRANIKAH

(Di Bpm Musdalifah S.St.,M.Kes,Bd Spuluh Bangkalan)

Halimatus Zahroh, Lelly Aprilia Vidayati,


S.Sit.M.Kes Email: halimatusz123@gmail.com

ABSTRAK
Imunisasi Tetanus Toksoid merupakan proses buat membangun imunitas
selaku upaya penangkalan terhadap peradangan tetanus Toxoid, dimana imunisasi
ini diberikan kepada mereka yang masuk dalam jenis Perempuan Umur Produktif(
WUS), ialah perempuan berumur 15- 39 tahun, tercantum bunda berbadan dua(
bumil) serta calon pengantin( catin). Berdasarkan hasil studi pendahuluan di BPM
Musdaifah, S.ST., M.MKes, Bd kec. Sepulu Kab. Bangkalan 2 perempuan, calon
pengantin sama sama mengalami ketidak tahuan tetntang imunisasi tetanus toxoid
tujuan penelitian ini untuk menganalisa Penatalaksanaan yang tidak melakukan
imunisasi tetanus toxoid pada pranikah ada di BPM Musdalifah, S.ST., M.MKes,
Bd Kec. Sepulu Kab. Bangkalan.
Tata cara yang digunakan dalam riset ini merupakan deskriptif, pendekatan
studi kasus menggunakan 7 langkah varney. penelitian dilakukan di BPM
Musdalifah, S.ST., M.MKes, Bd Kec. Sepulu, pada bulan Maret 2021 Partisipan
penelitian ini adalah 2 perempuan calon pengantin yang Pengumpulan informasi
memakai tata cara wawan metode, observasi serta dokumentasi. Uji keabsahan
informasi menggunakan triangulasi dari keluarga partisipan dan tenaga kesehatan.
Analisa data menggunakan konten analitik.
Hasil riset didapatkan keluhan utama pada kedua partisipan sama yaitu pada
calon pengantin sama sama tidak tau mengenai imunisasi tetanus toxoid pada
pranikah. Kedua partisipan sama sama mengalami tidak tau tentang imunisasi
tetanus toxoid, partisipan 1 berusia 20 tahun sedangkan partisipan 2 berusia 19
tahun, masalah potensial kedua partisipan adalah infeksi. Penatalakasanaan yang
dilakukan menggunakan penyuluhan KIE.
Berdasarkan hasil di atas diharapkan bidan diharapkan sering mengadakan
tentang penyuluhan tentang imunisasi tetanustoxoid pada pranikah.

Kata Kunci : Kata Kunci : Imunisasi Tetanus Toxoid

1. Judul Karya Tulis Ilmiah


2. Mahasiswa Diploma III Kebidanan STIKES Ngudia Husada Madura
3. Dosen STIKES Ngudia Husada Madura
THE MANAGEMENT WHO DID NOT CARRY OUT
TETANUS TOXOID IMMUNIZATION IN
PREMARRIAGEIN

(Study In Bpm Musdalifah S.St., M.Kes, Bd Sepulu District,

Bangkalan) Halimatus Zahroh, Lelly Aprilia Vidayati, S.Sit.M.Kes


Email: halimatusz123@gmail.com

ABSTRACT
Tetanus Toxoid Immunization is a process to build immunity as an effort to
prevent tetanus Toxoid infection, where this immunization is given to those who
fall into the category of Women of Childbearing Age (WUS), namely women aged
15-39 years, including pregnant women (pregnant mothers) and prospective
brides. (catin). Based on the results of a preliminary study at BPM
Musdaifah,S.ST., M.MKes, Bd kec. Seven District. Bangkalan 2 women,
prospective brides and grooms share the same ignorance about tetanus toxoid
immunization. The purpose of this study is to analyze the management who did
not carry out tetanus toxoid immunization in premarital affairs at BPM
Musdalifah,S.ST., M.MKes, Bd Kec. Sepulu District. Bangkalan.
The method used in this research was a descriptive, case study
approach using 7 steps of Varney. The research was conducted at BPM
Musdalifah,S.ST., M.MKes, Bd Kec. Sepulu District. Bangkalan, in March 2021
The participants of this study were 2 women who were prospective brides who
were collecting data using the interview method, observation, and documentation.
Test the validity of the data using triangulation from the participant's family and
health workers. Analyze data using analytic content.
The results of the study showed that the main complaints in both
participants were the same, namely the prospective bride and groom did not know
about tetanus toxoid immunization in pre-wedding. Both participants had
the same experience that they did not know about tetanus toxoid immunization,
participant 1 was 20 years old while participant 2 was 19 years old, the potential
problem for both participants was an infection. The management is carried out
using IEC counseling.
Based on the above results, it is expected that midwives are expected
to often hold counseling about tetanus toxoid immunization in premarital.

Keywords : Tetanus Toxoid Immunization


PENDAHULUAN berbadan dua( bumil) serta calon

pengantin( catin). Waktu yang pas buat


Pranikah ialah masa yang pas buat
Keputusan Menteri Kesehatan Republik
melaksanakan persiapan yang matang
Indonesia No 1059/ Menkes/ Sk/ IX/
baik secara raga, psikis dan sosial.
2004 Tentang Pedoman
Program pengecekan kesehatan dan
Penyelenggaraan Imunisasi. 46
penyuluhan reproduksi pada calon
memperoleh vaksin TT dekat 2 sampai
pengantin yakni salah satu usaha buat
6 bulan saat sebelum perkawinan. Ini
membentuk kualitas kesehatan dalam
dibutuhkan supaya badan mempunyai
keluarga (Amalia & Siswantara, 2018)
waktu buat membentuk antibodi.
Dimana pendamping calon pengantin
(Menteri et al., 2014).
hendak melaksanakan uji kesehatan
Data epidemiologi tetanus dari WHO
dengan lengkap. Salah satunya,
pada Tahun 2017 di Indonesia jumlah
Imunisasi tetanus toxoid( TT) yang
permasalahan tetanus paling banyak
direkomendasikan untuk calon
tersebar sama rata di 3 provinsi, ialah
pengantin perempuan( Kemenkes RI,
provinsi riau, banten, Kalimantan barat
2019).
kejadian infeksi tetanus di Indonesia
Imunisasi Tetanus Toksoid
pada tahun 2017 dari 25 kasus
merupakan proses buat membangun
berdasarkan faktor risiko 16 kasus
imunitas sebagai upaya penangkalan
terjadi pada wanita pranikah yang tidak
peradangan tetanus Imunisasi TT
melakukan TT1. Dengan cakupan
diberikan kepada mereka yang masuk
Imunisasi TT1 sebesar 66,3% (profil
dalam jenis Perempuan Umur
kesehatan Indonesia,2017).
Produktif( WUS) ialah perempuan

berumur 15- 39 tahun, tercantum bunda


Bersumber pada riset pendahuluan m.klikdokter.com pada tahun 2017,
yang dicoba pada bulan Desember dampak yang dapat ditimbulkan apabila
2020, di BPM Musdalifah, wanita pranikah tidak melakukan
S.ST.M.Kes, dengan wawancara kepada imunisasi TT yaitu, beresiko
5 calon pengantin wanita, terdapat 3 mengakibatkan penularan kuman
diantaranya tidak melakukan Imunisasi tetanus ke janin saat dia hamil dan
TT Pranikah. melahirkan pemotongan tali pusat saat
Calon pengantin wanita tidak wanita yang tidak melakukan imunisasi
melakukan Imunisasi TT Pranikah, TT Pranikah.
dikarenakan 20% karena ketakutan ada Solusi yang dapat dilakukan agar
dampak setelah Imunisasi TT. Dan 60% supaya ibu mau untuk di imunisasi TT
kurang mengetahui tentang manfaat dari yaitu melakukan kie kepada calon
imunisasi TT. Menurut Affairs et al pengantin, keluarga dengan manfaat
(2018) faktor- faktor yang menimbulkan imunisasi pranikah Sehingga pada
calon pengantin perempuan tidak sasaran terjalin proses pergantian, sikap
melaksanakan imunisasi TT ke arah yang positif. Selanjutnya
dipengaruhi oleh tingkat pendidikan, diharapkan bersedia melaksanakan,
sosial budaya dan lingkungan. imunisasi TT.
Dampak dari pasangan suami dan
METODE PENELITIAN
istri tidak melakukan imunisasi TT

pranikah, akan menyebabkan risiko Pada bab ini hendak dibahas

tetanus pada sang wanita dan bayi yang menimpa pendekatan, posisi, serta

dikandungnya kelak. Menurut artikel waktu riset, partisipan riset,

yang dipublikasikan oleh pengumpulan informasi, uji keabsahan


informasi, analisis informasi, serta etik menganggap imunisasi itu haram.
riset. Dimana pada kedua partisipan sama-
Desain riset merupakan sama tidak mengetahui tentang
cerminan tentang proses riset yang imunisasi tetanus toxoid.pranikah.
hendak dilaksanaka.( Mukhtar, 2013). Factor yang mempengaruhi
Dalam riset ini tata cara yang digunakan Pembelajaran ialah tutorial yang
merupakan tata cara deskriptif dengan diberikan seseorang terhadap
pendekatan riset permasalahan. perkembangan buat menuju ke arah
Pendekata riset permasalahan cita- cita tertentu yang hendak
merupakan riset yang mengeksplorasi membenarkan kehidupan kedepannya
suatau permasalahan dengan riset (Affairs et al., 2018). Area merupakan
permasalahan tidak melaksanakan totalitas keadaan yang terdapat disekitar
imunisasi TT pranikah dengan manusia serta pengaruhnya yang bisa
pengambilan informasi yang mendalam pengaruhi pertumbuhan serta sikap
menyertakan selaku sumber data. orang ataupun kelompok (Affairs et al.,
HASIL PEMBAHASAN 2018).
Berdasarkan hasil pengkajian pada
Sistem sosial budaya yang hendak
partisipan 1 dengan keluhan calon
mempengaruhi terhadap pengetahuan
pengantin tidak tau mengenai imunisasi
seorang. Seorang mendapatkan sesuatu
tetans toxoid pada pranikah.
kebudayaan dalam hubungannya
Padapartisipan 2 dengan keluhancalon
dengan orang lain.(Affairs et al., 2018)
pengantin tidak melakukan imunisasi
Pada kedua partisipan keadaan
pranikah karena faktor sosial budaya
umumnya baik, kesadaran
karenafaktor budaya masyarakat
composmentis, pemeriksaan fisik pada
kedua partisipan yaitu dari hasil terus menjadi terasa memburuk dikala
pemeriksaan genetalia partisipan satu malam hari, (Salvador et al, 2020).
terdapat eksim didaerah genetalia,
Berdasarkan masalah yang ada,
sedangkan partisipan kedua normal.
kedua partisipan sama-sama
Biasanya furunkel pada area genetalia
mendapatkan asuhan yang sama dengan
disebabkan kurangnya menjaga
tujuan setelah diberikan Asuhan
kebersihan.
Kebidanan dapat mengatasi masalah
Menurut hasil triangulasi dari bidan, yang terjadi. Asuhan yang diberikan
bidan mengatakan bahwa kedua pada kedua partisipanmelaksanakan
partisipan sama sama belum mengetahui analisis data kebutuhan pada kasus ini
tentang manfaat imunisasi tetanus yaitu KIE,
toxoid sehingga kedua partisipan tidak KIE yaitu memberikan pengertian
ingin melaksanakan imunisasi tetanus atau pemahaman terhadap keluarga dan
toxoid pada pranikah. melakukan pemberian imunisasi setelah

Menurut teori Eksim adalah ibu nya setuju serta melaksanakan

Inflamasi kronis kulit yang diisyarati penilaian terhadap yang sudah

dengan pruritus, eritema, serta kulit dilakukan (Marmi,2012).

yang bersisik penyakit kulit yang


Mengenali diagnosa kebidanan serta
diisyarati dengan timbulnya rasa gatal
permasalahan interpretasi yang benar
secara selalu serta mencuat ruam kulit
atas informasi yang sudah dikumpulkan
yang memerah. Ruam serta rasa gatal
diinterpretasikan jadi diagnosa
tersebut bisa timbul di satu ataupun
kebidanan serta permasalahan
lebih zona badan, dan rasa gatal hendak
(Ambrawati & Wulandari, 2010).
Bersumber pada hasil diagnosa bersama dengan anggota regu kesehatan
ataupun permasalahan potensial yang lain.
hendak terjalin pada partisipan 1dan
Berdasarkan masalah yang ada kedua
partisipan 2 ialah terjalin peradangan.
partisipan sama sama mendapatkan
Perihal ini cocok dengan teori dari
asuhan yang sama dengan tujuan setelah
Menteri et al., (2014), kalau calon
diberikan asuhan kebidanan dapat
pengantin wajib di imunisasi biar
mengatasi masalah yang terjadi.
melindungi imunitas selaku upaya
Pada langkah ini ialah penerapan
penangkalan terhadap infeksi.
rencana asuhan secara efektif serta
Permasalahan potensial peradangan
nyaman.( Ambrawati, wulandari, 2015).
Identifikasi serta menetapkan perlunya
Perihal ini cocok dengan teori Asuhan
aksi lekas oleh bidan ataupun dokter
yang diberikan kepada dua partisipan
serta ataupun buat dikonsultasikan
antara lain: Jelaskan kepada calon
ataupun ditangani bersama dengan
pengantin mengenai hasil pemeriksaan,
anggota regu kesehatan lain cocok
jelaskan kepada calon pengantin tentang
dengan keadaan penderita (Rukiyah &
masa subur, jelaskan kepada calon
Yulianti, 2010).
pengantin mengenai posisi senggama
Berdasarkan penelitian didapatkan yang biasa dicoba oleh suami istri pada
pada kedua partisipan tidak biasanya bagikan konseling, jelaskan
membutuhkan aksi lekas. Bagi kepada calon pengantin tentang
Elisabeth( 2015) Mengestimasi khasiat,anjurkan calon pengantin untuk
perlunya aksi lekas oleh bidan/ dokter imunisasi tetanus toxoid.
buat konsultasi ataupun ditangani
Implementasi pada patisipan 1 dan telah diidentifikasi di dalam kasus yang
partisipan 2 sesuai dengan intervensi, di diagnosis (Rismalinda,2014).
Pada langkah ini bidan memusatkan
Imunisasi ialah salah satu upaya
ataupun melakukan rencana secara
preventif buat menghindari penyakit
efisien serta nyaman. Penerapan
lewat pemberian imunitas terus
asuahan selaku dicoba oleh bidan,
menerus, merata, serta dilaksanakan
sebagian oleh klien sendiri (Sudarti,dkk
cocok standar sehingga sanggup
2015).
membagikan proteksi kesehatan serta
Hal ini dilakukan untuk membuat memutus mata rantai penularan
calon pengantin mau melakukan (Menteri et al., 2014)
imunisasi tetanus toxoid pada pranikah.
KESIMPULAN DAN SARAN
Hasil evaluasi dari ke 2 partisipan 5.1 Kesimpulan
mau melakukan imunisasi tetanus 5.1.1 Pengkajian
toxoid setelah diberikan penyuluhan Pengkajian yang dilakukan pada
tentang konseling imunisasi tetanus kedua partisipan meliputi data subjektif
toxoid pada pranikah. Imunisasi ini dan data objektif, dimana pada
Ialah sesi terakhir dalam manajemen partisipan 1calon pengantin tidak tau
kebidanan, ialah dengan melaksanakan mengenai imunisasi Tetanus Toxoid
penilaian dari perencanaan ataupun pada pra nikah, pada partisipan 2 tidak
penerapan yang dicoba oleh bidan. Pada melakukan imunisasi Tetanus Toxoid
langkah ini melakukan evaluasi karena faktor budaya.
keefektifan dari asuhan yang diberikan

meliputi pemenuhan kebutuhan sesuai

dengan kebutuhan sebagaimana yang


5.1.2 Interpretasi Data Dasar Masalah c. Jelaskan kepada calon pengantin
Berdasarkan kedua partisipan sama- mengenai posisi senggama yang
sama calon pengantin yang tidak biasa dicoba oleh suami istri pada
melakukan imunisasi Tetanus Toxid. umumnya
5.1.3 Identifikasi Diagnosa/Masalah d. Berikan konseling tentang imunisasi
Potensial tetanus toxoid
Pada kedua calon catin yaitu Pada e. Jelaskan kepada calon pengantin
kasus ini tindakan pertamanya yang tentang manfaat
diberikan adalah HE. f. Anjurkan calon pengantin untuk
5.1.4 Tindakan Segera imunisasi
Berdasarkan penelitian didapatkan 5.1.6 Implementasi
pada kedua partisipan tidak Penatalaksanaan pada kedua
membutuhkan tindakan segera. partisipan yaitu menjelaskan hasil
5.1.5 Intervensi pemeriksaan kepada ibu bahwa itu
Intervensi yang dibutuhkan oleh fisiologis, Menjelaskan kepada ibu
kedua partisipan yaitu memantau penyebab jika tidak diimunisasi tetanus
aktivitas sehari-hari. Pelaksanaan toxoid yaitu dengan cara penyuluhan
asuhan sesuai dengan perencanaan, kepada calon pengantin dan keluarga
yaitu sebagai berikut: 5.1.7 Evaluasi
a. Jelaskan kepada calon pengantin Proses pemulihan pada partisipan1
mengenai hasil pemeriksaan dan partisipan 2 yaitu sama-sama mau
b. Jelaskan kepada calon pengantin melakukan imunisasi Tetanus texoid.
tentang masa subur
5.2 Saran tidak melakukan imunisasi tetanus

5.2.1 Teoritits toxoid pada pranikah serta penanganan

dengan menggunakan penyuluhan, kie


Bersumber pada kesimpulan yang
sehingga dapat meningkatkan
sudah dijabarkan di atas, hingga anjuran
pengetahuan pada calon pengantin
yang bisa diberikan yaitu meningkatkan
betapa pentingnya imunisasi tetanus
kemampuan, pengetahuan dan
toxoid
pengalaman dalam mengatasi dan

melaksanakan asuhan kebidanan DAFTAR PUSTAKA

khususnya pada calon pengantin yang Amalia, R., & Siswantara, P. (2018).
Efektivitas Penyuluha
tidak melaksanakan imunisasi tetanus Kesehatan Reproduksi n pad
Calon Pengantin di Puskesmasa
toxoid, untuk institusi pembelajaran Pucang Sewu Surabaya. Jurnal
Biometrikadan
hasil riset ini bisa dibesarkan serta Kependudukan, 7(1), 29-38.
Hermiyanti, Sri. 2015. Kesehatan
dijadikan selaku acuan bahan penelitian
Reproduksi dan Seksual Bagi
Calon Pengantin.
selanjutnya, meningkatkan kualitas
Sawitri, S., & Farida, I. Gambaran
Persepsi Petugas Puskesmas Dan
pendidikan khususnya dalam
Petugas Kantor Urusan Agama
(Kua) Dalam Pelaksanaan
penanganan calon pengantin yang tidak
Program Imunisasi Tetanus
Toxoid (Tt) Pada Calon
melakukan imunisasi tetanus toxoid
Pengantin Wanita Di Kota
Tangerang Selatan Tahun
5.2.2 Praktis 2011. Indonesian Journal of
Reproductive Health, 3(3), 132-
Hasil riset ini bisa digunakan buat 142.

tingkatkan pengetahuan, keterampilan Rika, fikarsih ponda catur. (2018).


Hububungan antara tingkat
serta pengalaman kesehatan dalam pengetahuan dan dukungan
keluarga tentang imunisasi tt
upaya meningkatkan kualitas pada calon pengantin dengan
kepedulian melakukan imunisasi
pengetahuan dan dapat memberikan di wilayah kerja puskesmas
gunung samarinda balikpapan.
penyuluhan tentang penyebab, dampak In hububungan antara tingkat
pengetahuan dan dukungan keluarga tentang imunisasi tt pada calon pengantin dengan
kepedulian melakukan imunisasi di wilayah kerja puskesmas gunung samarinda balikpapan (Issue
April).
papers2://publication/uuid/512E BCE8-D635-4348-A67D- 22DD52988F4C

Dyah, A. S. H. (2018). Peran Pendidikan


Pra Nikah Dalam Membangun Kesiapan
Menikah Dan Membentuk Keluarga
Sakinah (Studi Kasus Di Lembaga Klinik
Nikah, Cabang

Ponorogo) (Doctoral Dissertation,


Universitas Muhammadiyah Ponorogo).
AlMahmud, M. H.(2014). Studi
Terhadap Intruksi Bersama
Direktur Jenderal Bimbingan
Masyarakat Islam Dan Urusan
Haji Departemen Agama Dan
Direktur Pemberantasan Jenderal
Penyakit
MenularDan Penyehatan
Lingkungan Pemukiman
Departemen Kesehatan No. 02
Tahun 1989 Tentang Imunisasi
Tetanus Toksoid (TT) Calon
Pengantin (Doctoral Dissertation, UIN Sunan Ampel Surabaya).
Devi, A. N. (2013). Asuhan Keperawatan Pada An. D Dengan Gangguan Sistem Hematologi:
Thalasemia Di Ruang Melati 2 Rumah Sakit Umum Daerah Dr. Moewardi
Surakarta (Doctoral Dissertation, Universitas Muhammadiyah Surakarta).
Mayasari,kartika 2017, Dampak Tidak Melakukan Suntik Pranikah 9 June 2017 - Tanya Dokter
Klikdokter.Com
Rika, fikarsih ponda catur. (2018). Hububungan antara tingkat pengetahuan dan dukungan
keluarga tentang imunisasi tt pada calon pengantin dengan kepedulian melakukan imunisasi di
wilayah kerja puskesmas gunung samarinda balikpapan. In hububungan Antara tingkat
pengetahuan dan dukungan keluarga tentang imunisasi tt pada calon pengantin dengan
kepedulian melakukan imunisasi di wilayah kerja puskesmas gunung samarinda balikpapan
(IssueApril).
papers2://publication/uuid/512E BCE8-D635-4348-A67D- 22DD52988F4C

Nurdin, Ismail; Hartati, Sri. 2019. Metodologi Penelitian Sosial: Media Sahabat Cendekia.

Sutiono AB, Qiantori A, Suwa H, Ohta T. Characteristic tetanus infection in disaster-affected


areas: case study of the Yogyakarta earthquakes in Indonesia. BMC Research Notes.
2009;2:34-40. https://bmcresnotes.biomedcentr al.com/articles/10.1186/1756- 0500-2-34

Anda mungkin juga menyukai