Oleh :
1
DAFTAR ISI
1. JUDUL..............................................................................................................i
2. PENDAHULUAN.............................................................................................1
A. Latar Belakang..............................................................................................1
B. Tujuan Penulisan...........................................................................................1
3. TINJAUAN TEORI .........................................................................................3
A. Calon Pengantin............................................................................................3
1) Pengertian ................................................................................................3
2) Penyakit Yang Perlu Diwaspadai Oleh Catin...........................................3
3) Pemeriksaan Kesehatan Bagi Catin..........................................................4
4) Konseling Pranikah..................................................................................6
B. Manajemen Asuhan Kebidanan.....................................................................7
4. HASIL DAN PEMBAHASAN.........................................................................10
A. Hasil..............................................................................................................10
B. Pembahasan...................................................................................................14
5. PENUTUP ........................................................................................................16
A. Kesimpulan...................................................................................................16
B. Saran ............................................................................................................16
6. DAFTAR PUSTAKA
7. LAMPIRAN
2
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Pranikah ialah masa yang pas buat melaksanakan persiapan yang matang baik
secara raga, psikis dan sosial. Program pengecekan kesehatan dan penyuluhan reproduksi
pada calon pengantin yakni salah satu usaha buat membentuk kualitas kesehatan dalam
keluarga (Amalia & Siswantara, 2018) Dimana pendamping calon pengantin hendak
melaksanakan uji kesehatan dengan lengkap. Salah satunya, Imunisasi tetanus toxoid
( TT) yang direkomendasikan untuk calon pengantin perempuan( Kemenkes RI, 2018).
Imunisasi Tetanus Toksoid merupakan proses buat membangun imunitas sebagai
upaya penangkalan peradangan tetanus Imunisasi TT diberikan kepada mereka yang
masuk dalam jenis Perempuan Umur Produktif ( WUS) ialah perempuan berumur 15- 39
tahun, tercantum bunda berbadan dua( bumil) serta calon pengantin( catin). Waktu yang
pas buat Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia No 1059/ Menkes/ Sk/ IX/
2004 Tentang Pedoman Penyelenggaraan Imunisasi memperoleh vaksin TT dekat 2
sampai 6 bulan saat sebelum perkawinan. Ini dibutuhkan supaya badan mempunyai
waktu buat membentuk antibodi (Zahroh, 2021).
Calon pengantin wanita tidak melakukan Imunisasi TT Pranikah, dikarenakan
20% karena ketakutan ada dampak setelah Imunisasi TT. Dan 60% kurang mengetahui
tentang manfaat dari imunisasi TT. Faktor- faktor yang menimbulkan calon pengantin
perempuan tidak melaksanakan imunisasi TT dipengaruhi oleh tingkat pendidikan, sosial
budaya dan lingkungan. dampak yang dapat ditimbulkan apabila wanita pranikah tidak
melakukan imunisasi TT yaitu, beresiko mengakibatkan penularan kuman tetanus ke
janin saat dia hamil dan melahirkan pemotongan tali pusat saat wanita yang tidak
melakukan imunisasi TT Pranikah (Zahroh, 2021).
Solusi yang dapat dilakukan agar supaya ibu mau untuk di imunisasi TT yaitu
melakukan kie kepada calon pengantin, keluarga dengan manfaat imunisasi pranikah
Sehingga pada sasaran terjalin proses pergantian, sikap ke arah yang positif. Selanjutnya
diharapkan bersedia melaksanakan, imunisasi TT.
B. Tujuan
1. Tujuan Umum
1
Untuk memahami dan memberikan asuhan kebidanan calon pengantin dengan
perencanaan kehamilan pada Nn.N di Wilayah Puskesmas Duren menggunakan
pendekatan manajemen asuhan kebidanan 7 langkah varney.
2. Tujuan Khusus
a. Mampu melaksanakan pengkajian calon pengantin dengan perencanaan
kehamilan pada Nn.N
b. Mampu melakukan interprestasi calon pengantin dengan perencanaan
kehamilan pada Nn.N
c. Mampu melakukan diagnosa potensial calon pengantin dengan perencanaan
kehamilan pada Nn.N
d. Mampu mengidentitifikasi diagnosa atau menentukan masalah potensial
yang mungkin timbul calon pengantin dengan perencanaan kehamilan pada
Nn.N
e. Mampu melakukan perencanaan tidakan asuhan kebidanan calon pengantin
dengan perencanaan kehamilan pada Nn.N
f. Mampu melakukan implementasi atau tindakan asuhan kebidanan calon
pengantin dengan perencanaan kehamilan pada Nn.N
g. Mampu melakukan evaluasi asuhan kebidanan calon pengantin dengan
perencanaan kehamilan pada Nn.N
2
BAB II
TINJAUAN TEORI
3
c. Hepatitis B
Menurut Kemenkes RI (2013), faktor penyebab terjadinya penyakit Hepatitis
B adalah kontak lensi atau sekret dengan penderita hepatitis B, tranfusi darah
dan belum mendapat vaksinasi Hepatitis B. Jalur penularan infeksi virus
hepatitis B di Indonesia terbanyak adalah secara parenteral yaitu secara
vertikal (tranmisi) maternal-neonatal atau melalui hubungan seksual,
iatrogenik dan penggunaan jarum suntik bersama.
d. Malaria
Menurut Saputra (2011) malaria adalah penyakit yang disebabkan oleh
Plasmodium yang sering ditemukan di kawasan Tropika yang apabila penyakit
ini diabaikan dapat menjadi serius yaitu berdampak kematian. Rahayu (2010)
mengemukakan bahwa Agent penyebab penyakit malaria adalah Plasmodium
bergenus Plasmodia, Family Plasmodiidae dari Ordo Coccidiidae. Cara
penularannya yaitu dari gigitan nyamuk Anopheles yang sedang menyedot
darah dan mengeluarkan cairan berupa Plasmodium kedalam darah manusia
dan terinfeksi lalu menjadi sakit. Secara tidak alamiah penularan penyakit
malaria ada 3 yaitu malaria bawaan terjadi pada bayi yang baru lahir akibat
dari ibu yang menderita malaria hal tersebut terjadi melalui tali pusat atau
Plasenta. Secara mekanik terjadi melalui transfusi darah menggunakan jarum
suntik.
e. Penyakit genetik (Keturunan)
Calon Pengantin perlu mengetahui tentang penyakit genetik karena:
1. Penyakit genetik disebabkan oleh kelainan gen yang diturunkan saat
terjadinya pembuahan sperma terhadap ovum. Penyakit genetik
(Talasemia dan Hemofilia) dapa dilhat dengan riwayat keluarga calon
pengantin.
2. Bila salah satu calon pengantin menderita penyakit genetik maka
memungkin anak yang dilahirkan berpotensi menderita kelainan tersebut.
Konseling sebelum pernikahan diperlukan apabila salah satu dari calon
pengantin atau garis keturunannya menderita penyakit tersebut
3. Penyakit genetik yang dapat mempengaruhi kehamilan dan kesehatan
janin (Talasemia dan Hemofilia) (Tjokroprawi, 2015).
3) Pemeriksaan Kesehatan Bagi Catin
4
Calon pengantin perlu mendapatkan pemeriksaan kesehatan untuk menentukan
status keehatan agar dapat merencanakan dan mempersiapkan kehamilan yang
sehat dan aman. Pemeriksaan kesehatan yang diperlukan oleh calon pengantin
berpedoman pada buku saku calon pengantin KemenKes RI, (2018) yaitu
meliputi :
a. Pemeriksaan fisik
Pemeriksaan fisik termasuk status gizi yang diperlukan oleh catin antara lain
adalah : Pemeriksaan fisik, dilakukan untuk mengetahui dan mengidentifikasi
status kesehatan melalui pengukuran dan pemeriksaan (denyut nadi, frekuensi
nafas, suhu tubuh dan seluruh tubuh). Pemeriksaan status gizi, dilakukan
untuk mengetahui dan mengidentifikasi status gizi dan deteksi awal anemia,
melalui pengukuran atau pemeriksaan (berat badan, tinggi badan, LILA dan
tanda-tanda anemia)(BKKBN, 2006).
b. Pemeriksaan penunjang (Laboratorium)
Menurut Kemenkes RI (2018), menyatakan bahwa Pemeriksaan
penunjang(laboratorium) yang diperlukan oleh catin terdiri dari :
a) Pemeriksaan darah meliputi (Hemoglobin (HB) dan golongan darah).
b) Dalam kondisi tertentu/atas saran dokter dapat dilakukan pemeriksaan
laboratorium yaitu sebagai berikut (Gula darah, HIV, IMS (Sifilis),
Hepatitis, TORCH, Malaria (daerah endemis), Talasemia dan pemeriksaan
lain sesuai indikasi).
c. Pemeriksaan gula darah
Pemeriksaan ini bermanfaat untuk mengatahui adanya penyakit kencing manis
(Diabetes Melitus) dan juga penyakit penyakit metabolik tertentu. Ibu hamil
yang menderita Diabetes tidak terkontrol dapat mengalami beberapa masalah
seperti : janin yang tidak sempurna/cacat, Hipertensi, Hydramnions
(meningkatnya cairan ketuban), meningkatkan resiko kelahiran prematur, serta
Macrosomia (bayi menerima kadar glukosa yang tinggi dari Ibu saat
kehamilan sehingga janin tumbuh sangat besar).
d. Pemeriksaan HbsAG
Pemeriksaan ini bertujuan untuk mengetahui ada tidaknya infeksi virus
hepatitis B, diagnosis hepatitis B, screening pravaksinasi dan memantau
Clearence Virus. Selain itu pemeriksaan ini juga bermanfaat jika ditemukan
salah satu pasangan menderita Hepatitis B maka dapat diambil langkah
antisipasi dan pengobatan secepatnya (Kemenkes RI, 2013).
5
e. Pemeriksaan VDLR
Pemeriksaan ini merupakan jenis pemeriksaan yang bertujuan untuk
mendeteksi kemungkinan ada atau tidaknya infeksi penyakit Herpes,
Klamidia, Gonorea, Hepatitis dan Sifilis pada calon pasangan, sehingga bisa
dengan segera menentukan terapi yang lebih tepat jika dinyatakan terjangkit
penyakit tersebut.
f. Pemeriksaan TORCH
TORCH adalah singkatan dari Toksoplasma, Rubella, Cytomegalovirus, dan
Herpes Simpleks. Keempat penyakit tersebut merupakan infeksi yang bisa
menular dari ibu hamil terhadap janin yang dikandungnya. Jika seorang ibu
hamil menularkan infeksi tersebut ke janinnya, maka hal fatal bahkan risiko
cacat lahir bisa terjadi pada kesehatan janin
g. Skrining dan Imunisasi Tetanus
Calon pengantin wanita harus melakukan imunisasi Tenanus Toxoid untuk
mencegah dan melindungi diri terhadap penyakit tetanus, sehingga akan
memiliki kekebalan seumur hidup untuk melindungi ibu dan bayi terhadap
penyakit tetanus. Setiap perempuan usia subur (15-49 tahun) diharapkan sudah
mendapatkan 5 kali Imunisasi Tetanus Toxsoid lengkap, jika status Imunisasi
Tetanus Toxsoid belum lengkap, maka calon pengantin perempuan harus
melengkapi status Imunisasi Tetanus Toxsoid di Puskesmas (Kemenkes RI,
2018).
Penentuan Status Imunisasi Tetanus Toksoid (TT):
Oleh petugas selanjutnya bilamana diperlukan mendapatkan suntikan tetanus
toksoid sesuai anjuran petugas kesehatan untuk mencegah tetanus pada ibu
dan bayi
6
Rentan waktu pemberian imunisasi TT dan lama
perlindungan nya
Rentang
Penentuan status imunisasi WUS dibedakan kelahiran WUS pada tahun 1979
sampai dengan tahun 1993 dan WUS yang lahir setelah tahun 1993, dimana
tahun 1979 adalah tahun dimulainya program imunisasi dasar lengkap dan
tahun 1993 adalah dimulainya Bulan Imunisasi Anak Sekolah.
Untuk WUS yang lahir pada tahun 1979 sampai dengan tahun 1993 dan ingat
jika pada saat sekolah SD dilakukan imunisasi, maka status imunisasinya:
1. TT I adalah waktu imunisasi dikelas I SD
2. TT II adalah waktu imunisasi di kelas II SD
3. TT III adalah waktu imunisasi calon pengantin
4. TT IV adalah waktu imunisasi pertama pada saat hamil dan
7
5. TT V adalah waktu imunisasi kedua pada saat hamil
WUS yang lahir pada tahun 1979 sampai tahun 1993 namun namun tidak
ingat pada waktu sekolah SD dilakukan imunisasi, maka status imunisasinya
1. .TT I adalah waktu imunisasi caten pertama
2. II adalah satu bulan setelah TT I
3. TT III adalah waktu imunisasi pertama pada saat hamil dan
4. TT IV adalah waktu imunisasi kedua pada saat hamil
WUS yang lahir setelah tahun 1993 yang tidak mempunyai KMS Balita dan
kartu TT di SD, maka status imunisasinya:
WUS yang lahir setelah tahun 1993 yang tidak mempunyai KMS Balita
namun mempunyai kartu TT di SD maka status imunisasinya:
1. TT I adalah waktu imunisasi di kelas I SD
2. TT II adalah aktu imunisasi di kelas II SD
3. TT III adalah waktu imunisasi caten yang pertama
4. TT IV adalah waktu imunisasi perama pada saat hamil dan
5. TT V adalah waktu imunisasi kedua pada saat hamil
WUS yang lahir setelah tahun 1993, mempunyai KMS Balita dan mempunyai
kartu TT di SD maka status imunisasinya:
1. TT I sampai dengan TT IV dapat dilihat di KMS dan
2. TT V adalah waktu imunisasi pertama pada saat hamil.
4) Konseling Pranikah
8
Konseling pranikah adalah nasehat yang diberikan kepada pasangan sebelum
menikah, menyangkut masalah medis, psikologis, seksual dan sosial. adi,
Konseling Pranikah dimaksudkan untuk membantu pasangan calon pengantin
untuk menganalisis kemungkinan masalah dan tentangan yang akan muncul
dalam rumah tangga mereka dan membekali mereka kecakapan untuk
memecahkan masalah. Beberapa kegiatan dalam konseling pranikah yang
diberikan oleh petugas ke catin yang membahas tentang kesehatan reproduksi
yang meliputi masa kehamilan, masa subur, proses kehamilan, tanda-tanda
kehamilan, kehamilan yang ideal dan beresiko, tanda bahaya kehamil, tanda-
tanda perubahan emosional pada ibu bayi, program perencanaan persalinan dan
komplikasi (P4K) dan pilihan metode kontrasepsi bagi pasangan baru yang ingin
menunda kehamilan (Kemenkes RI, 2018).
9
merasa takut terhadap proses persalinan dan persalinan yang sudah tidak dapat
ditunda lagi. Perasaan takut tidak termasuk dalam kategori “nomenklatur standar
diagnosa” tetapi tentu akan menciptakan suatu masalah yang membutuhkan
pengkajian lebih lanjut dan memerlukan suatu perencanaan untuk mengurangi
rasa sakit.
3) Langkah III (ketiga): Mengidentifikasikan diagnosa atau masalah Potensial
Pada langkah ini kita mengidentifikasikan masalah atau diagnosa potensial lain
berdasarkan rangkaian masalah dan diagnosa yang sudah diidentifikasi. Langkah
ini membutuhkan antisipasi, bila memungkinkan dilakukan pencegahan, sambil
mengamati klien, bidan diharapkan dapat bersiap-siap bila diagnosa atu masalah
potensial benar-benar terjadi.
4) Langkah IV (keempat): Mengidentifikasi dan Menetapkan Kebutuhan yang
Memerlukan Penanganan segera
Mengidentifikasi perlunya tindakan segera oleh bidan atau dokter dan/atau untuk
dikonsultasikan atau ditangani bersama dengan anggota tim kesehatan yang lain
sesuai kondisi klien.
Langkah keempat mencerminkan kesinambunagan dari proses manajemen
kebidanan. Jadi manajemen bukan hanya selama asuhan primer periodik atau
kunjungan prenatal saja, tetapi juga selama wanita tersebut bersama bidan terus
menerus, misalnya pada waktu wanita tersebut dalam persalinan.
Data baru mungkin saja perlu dikumpulkan dan dievaluasi. Beberapa data
mungkin mengindikasikan situasi yang gawat dimana bidan harus bertindak
segera untuk kepentingan keselamatan jiwa ibu atau anak (misalnya, perdarahan
kala III atau perdarahan segera setelah lahir, distocia bahu, atau nilai APGAR
yang rendah).
Dari data yang dikumpulkan dapat menunjukan satu situasi yang memerlukan
tindakan segera sementara yang lain harus menunggu intervensi dari seorang
dokter, misalnya prolaps tali pusat. Situasi lainya bisa saja tidak merupakan
kegawatan tetapi memerlukan konsultasi atau kolaborasi dengan dokter.
5) Langkah V(kelima) : Merencanakan Asuhan yang menyeluruh
Pada langkah ini direncanakan asuahan yang menyeluruh ditentukan oleh
langkah-langkah sebelumnya.
Langkah ini merupakan kelanjutan manajemen terhadap diagnosa atau masalah
yang telah diidentifikasi atau diantisipasi, pada langkah ini informasi/ data dasar
yang tidak lengkap dapat dilengkapi.
10
Rencana asuhan yang menyeluruh tidak hanya meliputi apa yang sudah
teridentifikasi dari kondisi klien atau dari setiap masalah yang berkaitan tetapi
juga dari kerangka pedoman antisipasi terhadap wanita tersebut seperti apa yang
diperkirakan akan terjadi berikutnya apakah diberikan penyuluhan, konseling,
dan apakah merujuk klien bila ada masalah-masalah yg berkaitan dengan sosial
ekonomi,kultur atau masalah psikologis.
Semua keputusan yg dikembangkan dalam asuhan menyeluruh ini harus rasional
dan benar- benar valid berdasarkan pengetahuan dan teori yg up to date serta
sesuai dengan asumsi tentang apa yang akan atau tidak akan dilakukan oleh klien.
6) Langkah VI(keenam) : Melaksanaan perencanaan
Pada langkah keenam ini rencana asuhan menyeluruh seperti yang telah diuraikan
pada langkah ke 5 dilaksanakan secara efisien dan aman. Perencanaan ini bisa
dilakukan oleh bidan atau sebagian dilakukan oleh bidan dan sebagian lagi oleh
klien, atau anggota tim kesehatan yang lain. Jika bidan tidak melakukanya sendiri
ia tetap memikul tanggung jawab untuk mengarahkan pelaksanaanya. Manajemen
yang efisien akan menyingkat waktu dan biaya serta meningkatkan mutu dari
asuhan klien.
7) Langkah VII (Terakhir) : Evaluasi
Pada langkah ke-7 ini dilakukan evaluasi keefektifan dari asuhan yang sudah
diberikan meliputi pemenuhan kebutuhan akan bantuan apakah benar-benar telah
terpenuhi sesuai dengan sebagaimana telah diidentifikasi didalam masalah dan
diagnosa. Rencana tersebut dapat dianggap efektif jika memang benar efektif
dalam pelaksananya. Ada kemungkinan bahwa sebagian rencana tersebut telah
efektif sedang sebagian belum efektif.
11
BAB III
HASIL DAN PEMBAHASAN
A. HASIL
ASUHAN KEBIDANAN PRANIKAH CALON PENGANTIN
PADA Nn.N DI WILAYAH PUSKESMAS DUREN
Pengkajian
Tanggal : 06 Juni 2022
Pukul : 09.00 WIB
Tempat : puskesmas duren
Pengkaji : Diens Nanda Ela
12
4. Riwayat Menstruasi
a. Menarche : 12 Tahun
b. Siklus : 30 hari, lama 4-5 hari
c. Banyaknya : ganti pembalut 2-3 kali/hari saat terasa penuh
d. Disminore : tidak pernah
e. HPHT : 19 Mei 2022
f. Keputih : ada setelah menstruasi, warna jernih, tidak bau, tidak gatal
5. Riwayat pernikahan
Pernikahan yang pertama, rencana menikah tanggal 30 juni 2022. Belum pernah
berhubungan badan selama pacaran. Ini merupakan pacar ketiga.
6. Penyuluhan Yang Pernah Didapat
Nutrisi bagi tubuh
7. Riwayat Kesehatan
Tidak sedang ataupun pernah menderita penyakit jantung, hipertensi, asma, DM,
ginjal, TBC, Kelainan darah. Belum pernah melakukan pemeriksaan hepatitis,
IMS dan HIV/AIDS. Tidak ada alergi obat. Riwayat status TT 4 (saat SD)
8. Riwayat Kesehatan Keluarga
Almarhum ayah menderita penyakit jantung dan hipertensi, anggota keluarga lain
tidak pernah menderita penyakit DM, ginjal, jantung, asma, alergi, TBC, HIV,
Hepatitis maupun kanker.
9. Pola Kebiasaan Yang Mempengaruhi Kesehatan
Insomnia
10. Pola Kebiasaan Sehari-hari
13
11. Riwayat Psikososial Budaya
Keluarga dari dua belah pihak merestui rencana pernikahan. sudah siap secara
mental dan financial untuk menikah. CPW dan pasangan ingin segera mempunyai
keturunan setelah menikah. Tidak ada budaya/tradisi tertentu yang berpengaruh
buruk bagi kehidupan sehari-hari maupun persiapan pernikahan
B. Data Objektif
1. Keadaan Umum : Baik
2. Kesadaran : Composmentis
3. TTV : TD : 120/70 mmHg, N : 82x/menit, 18x/menit
4. Antropometri : BB : 58,3 kg, TB : 160 cm, IMT : 23 kg/m2, LILA : 24 cm
5. Pemeriksaan Fisik
a. Bentuk tubuh : Normal
b. Wajah : Wajah tidak pucat
c. Mata : Konjungtiva merah muda, sklera putih
d. Telinga : Simetris, tidak ada serumen
e. Mulut : bibir tidak pucat, lembab tidak kering
f. Leher : Tidak ada benjolan pada kelenjar tiroid, limfa
g. Dada : Payudara simetris, tidak ada benjolan yang abnormal, tidak
ada retraksi dada,tidak ada ronkhi dan wheezing
h. Abdomen : Tidak ada luka bekas operasi, tidak teraba massa, tidak teraba
ballotement.
i. Ekstremitas : Tidak ada oedema
6. Pemeriksaan penunjang
HB : 12,5 gr/dl
Golongan darah : A
HIV/AIDS :-
HbsAg : -
14
a. Klien mengatakan ingin tes Kesehatan pra nikah sebagai persyratan menikah
sesuai dengan pertimbangan petugas KUA.
b. Setelah menikah klien ingin segera hamil dan mempunyai anak yang sehat.
c. Klien mengatakan sudah siap lahir batin melangsunkan pernikahan.
Data Objektif
a. Keadaan Umum : Baik
b. Kesadaran : Composmentis
c. TTV : TD : 120/70 mmHg, N : 82x/menit, 18x/menit
d. Antropometri : BB : 58,3 kg, TB : 160 cm, LILA : 24 cm
2. Masalah
Tidak ada
3. Kebutuhan
Tidak ada
LANGKAH IV : ANTISIPASI
Tidak ada
LANGKAH V : PERENCANAAN
1. Beri penjelasan hasil pemeriksaan
2. Berikan KIE tentang rencana kehamilan pada calon pengantin wanita
3. Anjurkan melakukan pemeriksan kesehatan bila ada keluhan
4. Beri buku pintar kesehatan ibu dan anak pada calon pengantin wanita
5. Beri surat keterangan sehat
LANGKAH VI : IMPLEMENTASI
1. Menjelaskan hasil pemeriksaan pada CPW bahwa secara umum keadaan baik,
tanda- tanda vital, hasil pemeriksaan fisik normal.
2. Menjelaskan pada calon pengantin wanita bahwa status imunisasi TT belum
lengkap yaitu TT4 sehingga saat ini perlu mendapatkan suntik TT lagi saat
kehamilan anak pertama dengan perlindungan selama 25 tahun dari suntik TT
terakhir.
15
3. Memberikan KIE tentang rencana kehamilan pada calon pengantin wanita :
a. Menganjurkan untuk CPW setelah menikah untuk intens berhubungan badan
saat masa subur.
b. Mengajarkan cara menghitung masa subur jika : Siklus teratur : siklus – 14
Siklus tidak teratur tentukan siklus terpendek dan terpanjang selama 3 bulan.
Siklus pendek – 18, siklus terpanjang – 11.
c. Menginformasikan tanda-tanda masa subur seperti dari vagina keluar lendir
lebih encer bening dan meregang lebih panjang, peningkatan suhu tubuh,
keram perut bagian bawah unilateral.
d. Mengatur jarak anak demi terciptanya generasi platinum. (CPW mengerti dan
bisa menghitung masa subur, mengenali tanda-tanda masa subur dan
berencana ingin memiliki 2 orang anak dengan jarak 4-5 tahun ).
e. Hak reproduksi dan seksual
f. Persiapan pranikah
4. Menganjurkan memeriksakan kesehatan apabila ada keluhan
5. Memberikan Buku Pintar Kesehatan Ibu dan Anak bagi calon Pengantin untuk
dibaca dirumah.
6. Memberikan surat sehat
B. PEMBAHASAN
Berdasarkan hasil asuhan yang diberikan didapatkan data subjektif yaitu Nn.N
usia 23 tahun datang ke puskesmas duren pada tanggal 06 Juni 2022 pukul 09.00 WIB
dengan alasan ingin memeriksakan kesehatan, suntik TT dan ingin mendapatkan surat
keterangan sehat. Berdasarkan pemeriksaan diketahui keadaan Nn.N baik TTV dan
16
pemeriksaan fisik terpantau normal. Calon pengantin perlu mendapatkan pemeriksaan
kesehatan untuk menentukan status keehatan agar dapat merencanakan dan
mempersiapkan kehamilan yang sehat dan aman. Pemeriksaan kesehatan yang diperlukan
oleh calon pengantin berpedoman pada buku saku calon pengantin KemenKes RI, (2018)
Pada kasus Nn.N diketahui bahwa Nn.N tidak dilakukan suntik TT Kerena
Nn.N lahir thun 1998 . Hal ini sesuai dengan teori Dinkes, kulonprogokab yang
menyatakan bahwa WUS yang lahir setelah tahun 1993 dan jika ingat di sekolah dasar
( SD) dilakukan imunisasi maka status imunisasinya : TT 1 sampai dengan TT4 dapat
dilihat dari KMS ,dan TT5 waktu imunisasi pertama pada saat hamil .
berdasarkan asuhan kebidanan yang telah diberikan pada calon pengantin
menggunakan asuhan kebidanan menejemen 7 Langkah varney dapat disimpulkan dari
hasil pemeriksaan kondisi kesehatan Nn.N baik dan normal. Perencanaan dan
penatalaksanaan asuhan kebidanan telah diberikan sesuai dengan teori yang ada sehingga
tidak ditemukan adanya kesenjangan antara teori dan praktek di lapangan .
17
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
Berdasarkan asuhan kebidanan yang telah diberikan pada calon pengantin dengan
menggunakan asuhan kebidanan menejemen 7 langkah varney maka dapat dapat
disimpulkan bahwa Nn.N akan melakukan pemeriksaan kesehatan Berdasarkan hasil
pemeriksaan kondisi kesehatan Nn.N baik dan normal. Perencanaan dan penatalaksanaan
asuhan kebidanan telah diberikan sesuai dengan teori yang ada sehingga tidak ditemukan
adanya kesenjangan antara teori dan praktek.
B. Saran
1. Bagi Penyusun
Diharapkan laporan ini dapat dijadikan untuk menambah pengetahuan serta
pengaplikasian dalam pemberian asuhan kebidanan pada catin yang sesuai dengan
kewenangan kepada pasien.
2. Bagi puskesmas duren
Diharapkan laporan ini dapat di jadikan sebagai salah satu cara meningkatkan
mutu pelayanan kebidanan dalam memberikan asuhan kebidanan pada catin.
3. Bagi Jurusan Kebidanan
Diharapkan laporan ini dapat dijadikan referensi baru sebagai sarana informasi dan
pengembangan ilmu pengetahuan serta bahan kepustakaan khususnya tentang
pemberian asuhan pada catin sesuai kewenangan klien.
18
DAFTAR PUSTAKA
Amalia, R., & Siswantara, P. (2018). Efektivitas Penyuluhan Kesehatan Reproduksi Pada
Calon Pengantin di Puskesmas Pucang Sewu Surabaya. Jurnal Biometrika dan
Kependudukan, 7(1), 29-38.
Kemenkes RI (2018). Kesehatan Reproduksi dan Seksual Bagi Calon Pengantin. Jakarta.
Kemenkes RI.
ABSTRAK
Imunisasi Tetanus Toksoid merupakan proses buat membangun imunitas
selaku upaya penangkalan terhadap peradangan tetanus Toxoid, dimana imunisasi
ini diberikan kepada mereka yang masuk dalam jenis Perempuan Umur Produktif(
WUS), ialah perempuan berumur 15- 39 tahun, tercantum bunda berbadan dua(
bumil) serta calon pengantin( catin). Berdasarkan hasil studi pendahuluan di BPM
Musdaifah, S.ST., M.MKes, Bd kec. Sepulu Kab. Bangkalan 2 perempuan, calon
pengantin sama sama mengalami ketidak tahuan tetntang imunisasi tetanus toxoid
tujuan penelitian ini untuk menganalisa Penatalaksanaan yang tidak melakukan
imunisasi tetanus toxoid pada pranikah ada di BPM Musdalifah, S.ST., M.MKes,
Bd Kec. Sepulu Kab. Bangkalan.
Tata cara yang digunakan dalam riset ini merupakan deskriptif, pendekatan
studi kasus menggunakan 7 langkah varney. penelitian dilakukan di BPM
Musdalifah, S.ST., M.MKes, Bd Kec. Sepulu, pada bulan Maret 2021 Partisipan
penelitian ini adalah 2 perempuan calon pengantin yang Pengumpulan informasi
memakai tata cara wawan metode, observasi serta dokumentasi. Uji keabsahan
informasi menggunakan triangulasi dari keluarga partisipan dan tenaga kesehatan.
Analisa data menggunakan konten analitik.
Hasil riset didapatkan keluhan utama pada kedua partisipan sama yaitu pada
calon pengantin sama sama tidak tau mengenai imunisasi tetanus toxoid pada
pranikah. Kedua partisipan sama sama mengalami tidak tau tentang imunisasi
tetanus toxoid, partisipan 1 berusia 20 tahun sedangkan partisipan 2 berusia 19
tahun, masalah potensial kedua partisipan adalah infeksi. Penatalakasanaan yang
dilakukan menggunakan penyuluhan KIE.
Berdasarkan hasil di atas diharapkan bidan diharapkan sering mengadakan
tentang penyuluhan tentang imunisasi tetanustoxoid pada pranikah.
ABSTRACT
Tetanus Toxoid Immunization is a process to build immunity as an effort to
prevent tetanus Toxoid infection, where this immunization is given to those who
fall into the category of Women of Childbearing Age (WUS), namely women aged
15-39 years, including pregnant women (pregnant mothers) and prospective
brides. (catin). Based on the results of a preliminary study at BPM
Musdaifah,S.ST., M.MKes, Bd kec. Seven District. Bangkalan 2 women,
prospective brides and grooms share the same ignorance about tetanus toxoid
immunization. The purpose of this study is to analyze the management who did
not carry out tetanus toxoid immunization in premarital affairs at BPM
Musdalifah,S.ST., M.MKes, Bd Kec. Sepulu District. Bangkalan.
The method used in this research was a descriptive, case study
approach using 7 steps of Varney. The research was conducted at BPM
Musdalifah,S.ST., M.MKes, Bd Kec. Sepulu District. Bangkalan, in March 2021
The participants of this study were 2 women who were prospective brides who
were collecting data using the interview method, observation, and documentation.
Test the validity of the data using triangulation from the participant's family and
health workers. Analyze data using analytic content.
The results of the study showed that the main complaints in both
participants were the same, namely the prospective bride and groom did not know
about tetanus toxoid immunization in pre-wedding. Both participants had
the same experience that they did not know about tetanus toxoid immunization,
participant 1 was 20 years old while participant 2 was 19 years old, the potential
problem for both participants was an infection. The management is carried out
using IEC counseling.
Based on the above results, it is expected that midwives are expected
to often hold counseling about tetanus toxoid immunization in premarital.
tetanus pada sang wanita dan bayi yang menimpa pendekatan, posisi, serta
khususnya pada calon pengantin yang Amalia, R., & Siswantara, P. (2018).
Efektivitas Penyuluha
tidak melaksanakan imunisasi tetanus Kesehatan Reproduksi n pad
Calon Pengantin di Puskesmasa
toxoid, untuk institusi pembelajaran Pucang Sewu Surabaya. Jurnal
Biometrikadan
hasil riset ini bisa dibesarkan serta Kependudukan, 7(1), 29-38.
Hermiyanti, Sri. 2015. Kesehatan
dijadikan selaku acuan bahan penelitian
Reproduksi dan Seksual Bagi
Calon Pengantin.
selanjutnya, meningkatkan kualitas
Sawitri, S., & Farida, I. Gambaran
Persepsi Petugas Puskesmas Dan
pendidikan khususnya dalam
Petugas Kantor Urusan Agama
(Kua) Dalam Pelaksanaan
penanganan calon pengantin yang tidak
Program Imunisasi Tetanus
Toxoid (Tt) Pada Calon
melakukan imunisasi tetanus toxoid
Pengantin Wanita Di Kota
Tangerang Selatan Tahun
5.2.2 Praktis 2011. Indonesian Journal of
Reproductive Health, 3(3), 132-
Hasil riset ini bisa digunakan buat 142.
Nurdin, Ismail; Hartati, Sri. 2019. Metodologi Penelitian Sosial: Media Sahabat Cendekia.