Anda di halaman 1dari 54

LAPORAN KASUS

ASUHAN KEBIDANAN KB DAN KESPRO PADA NY. F AKSEPTOR KB IMPLAN


DI PMB HERNI NINGSIH, S.ST

Dosen Pembimbing:
Herinawati, M.Keb

Oleh :
Neli Hartati
PO.71242210012

PRODI PROFESI BIDAN JURUSAN KEBIDANAN


POLTEKKES KEMENKES JAMBI
TAHUN 2022
ii
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Allah SWT, karena berkat rahmat dan karunia-
Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan laporan kasus Mata Kuliah Praktik
Asuhan Kebidanan Komprehensif pada KB dan Kespro Ny. F Akseptor KB Implan.
Penulisanan laporan ini dalam rangka menerapkan tugas mata kuliah
praktik klinik kebidanan komprehensif stase KB dan Kespro yang merupakan salah
satu mata kuliah atau kurikulum yang harus dilalui dalam proses pendidikan profesi
kebidanan. Penyusunan laporan ini penulis banyak mendapatkan bantuan,
bimbingan serta pengarahan dari berbagai pihak. Oleh karena itu dalam kesempatan
ini penulis ingin mengucapkan terima kasih kepada :
1. Hj. Suryani, S.Pd, M.PH selaku Kepala Jurusan Kebidanan Poltekkes
Kemenkes Jambi
2. Lia Artika Sari, M.Keb selaku Ketua Prodi Profesi Bidan Poltekkes
Kemenkes Jambi
3. Herinawati, M.Keb selaku Dosen Pembimbing Institusi
4. Herni Ningsih, S.ST sebagai Pembimbing Lahan di PMB Herni Ningsih, S.ST.
5. Kakak-kakak bidan dan perawat serta rekan-rekan yang telah memberi
banyak masukan dalam laporan ini yang telah memberikan masukan dan
pengarahan kepada penulis sehingga laporan ini diselesaikan dengan baik.
Penulis menyadari sepenuhnya bahwa laporan ini masih jauh dari
kesempurnaan dengan demikian penulis sangan mengharapkan petunjuk dan saran
serta kritik dari dosen pembimbing. Akhir kata semoga hasil laporan ini
memberikan manfaat yang berguna bagi yang membutuhkannya.

Jambi, Mei 2022

Penulis

iii
DAFTAR ISI

Lembar Pengesahan ............................................................................................... i


Kata Pengantar ....................................................................................................... ii
Daftar Isi ................................................................................................................ iii

BAB I. PENDAHULUAN
A. Latar Belakang ....................................................................................... 1
B. Rumusan Masalah .................................................................................. 3
C. Tujuan Penelitian.................................................................................... 3
D. Manfaat ................................................................................................. 4

BAB II. TINJAUAN PUSTAKA


A. Konsep Dasar Kontrasepsi ..................................................................... 5
B. Tinjauan Umum Tentang Kontrasepsi Implant........................................ 5
C. Tinjauan Umum Tentang Manajemen Asuhan Kebidanan ...................... 17
D. Teori EBM (Evidence Based Midwivery)................................................ 19

BAB III. TINJAUAN KASUS


A. Tinjauan Kasus ..................................................................................... 24

BAB IV PEMBAHASAN
Analisis Kasus dengan kajian teori jurnal/EBM .......................................... 33

BAB IV PENUTUP
A. Kesimpulan ............................................................................................ 42
B. Saran ..................................................................................................... 42

DAFTAR PUSTAKA

iv
BAB 1
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Data WHO menunjukkan bahwa pengguna alat kontrasepsi Implan, 30%

terdapat di Cina, 13% di Eropa, 5% di Amerika Serikat, 6,7% di negara-negara

berkembang lainnya. Di negara Association Of Southeast Asian Nations (ASEAN)

sendiri, Indonesia memiliki jumlah penduduk terpadat pertama dengan jumlah

penduduk sekitar 255 juta jiwa atau sekitar 3,5% dari keseluruhan jumlah penduduk

dunia, di susul oleh negara Filipina memiliki sekitar 102,5 juta jumlah penduduk.

Serta negara terpadat ke tiga adalah negara Vietnam dengan 90,7 juta jiwa (Safrina

2012).

Keluarga sebagai unit terkecil kehidupan bangsa diharapkan menerima Norma

Keluarga Kecil Bahagia dan Sejahtera (NKKBS) yang berorientasi pada catur

warga. Pemerintah meluncurkan gagasan baru, yaitu keluarga berencana mandiri

artinya masyarakat memilih metode KB dengan biaya sendiri melalui KB lingkaran

biru dan lingkaran emas dan mengarahkan pada pelayanan Metode Kontrasepsi

Efektif Terpilih (MKET) yang meliputi AKDR, susuk KB, dan Kontap (Manuaba,

2018).

Usia subur seorang wanita biasanya antara 15-49 tahun, oleh karena itu untuk

mengatur jumlah kelahiran atau menjarangkan kelahiran, wanita/pasangan ini lebih

diprioritaskan untuk menggunakan alat/metode KB. Cakupan peserta KB Baru dan

KB Aktif pada profil kesehatan 2013, jumlah PUS di seluruh Indonesia mencapai

44.738.378 orang dengan jumlah peserta KB Baru 8.647.024 orang (19,33%), dan

jumlah peserta KB Aktif 33.713.115 orang (75,36%). Persentase peserta KB Aktif

menurut metode kontrasepsi di Indonesia IUD 11,03%, Medis Operatif Wanita

1
2

(MOW) 3,53%, Medis Operatif Pria (MOP) 0,68%, Implan 8,26%, Kondom 2,50%,

Suntik 47,19%, Pil 26,81% (Depkes RI, 2013). Hasil survey peserta KB aktif di

Indonesia Tahun 2015 menunjukan kontrasepsi suntik masih menjadi pilihan utama

pada Pasangan Usia Subur (PUS) dengan presentase sebanyak (53,80%), di susul

oleh kontrasepsi pil (28,30%), 2 implant (21,99%), IUD ( 6,79%), MOW (5,59 %),

kondom (3,69%), dan MOP (0,49%) (BKKBN,2015).

Sasaran pembangunan Millenium Development Goals (MDG) 2015 yakni

mengurangi Angka Kematian Ibu (AKI) dan Angka Kematian Bayi (AKB) dengan

salah satu program untuk menurunkan AKI dan menekan angka pertumbuhan

penduduk dalam mewujudkan suatu program Keluarga Berencana (KB). Target

MDGS 2015, yakni 110 per 100.000 kelahiran hidup, maka AKI saat ini masih perlu

diturunkan lagi.

Berdasarkan data yang didapat pada tahun 2021 jumlah penduduk di wilayah

kerja PMB Herni Ningsih, S.ST adalah 9.747 jiwa dengan jumlah PUS 6.652 jiwa,

dengan akseptor aktif 4.395 jiwa dan jumlah peserta akseptor KB baru adalah 1.715

dengan rincian masing-masing per metode kontrasepsi, suntik sebanyak 623

(36,3%), pil 702 (40,9%), implant 151 (8,8 %), kondom 192 (11,2 %), IUD 7

(0,4%), MOW 0, MOP 40 (2.3%) (Laporan PMB Herni Ningsih, S.ST, 2021).

Berdasarkan uraian tersebut, maka penulis tertarik untuk melakukan studi

kasus yang berjudul “Asuhan Kebidanan Keluarga Berencana Pada Akseptor KB

Implan Pada Ny. F di PMB Herni Ningsih, S.ST Kabupaten Muaro Jambi Tahun

2022”.

2
3

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang di atas, maka dapat merumuskan masalah yang

berkaitan dengan bagaimana asuhan kebidanan yang di terapkan pada Ny. F

Akseptor KB Implan di PMB Herni Ningsih, S.ST di Kabupaten Muaro Jambi

Tahun 2022.

C. Tujuan Penulisan

1. Tujuan Umum

Untuk melaksanakan Asuhan Kebidanan pada Ny. F Akseptor KB Implan di

PMB Herni Ningsih, S.ST di Kabupaten Muaro Jambi Tahun 2022.

2. Tujuan Khusus

a. Mampu melakukan pengkajian menyeluruh asuhan kebidanan pada Ny. F

Akseptor KB Implan di PMB Herni Ningsih, S.ST Kabupaten Muaro Jambi

Tahun 2022.

b. Mampu menetukan diagnosa masalah Asuhan Kebidanan pada Ny. F

Akseptor KB Implan di PMB Herni Ningsih, S.ST Kabupaten Muaro Jambi

Tahun 2022.

c. Mampu menentukan diagnosa potensial dan masalah Asuhan Kebidanan

pada Ny. F Akseptor KB Implan di PMB Herni Ningsih, S.ST Kabupaten

Muaro Jambi Tahun 2022.

d. Mampu mengidentifikasi kebutuhan akan tindakan segera Asuhan

Kebidanan pada Ny. F Akseptor KB Implan di PMB Herni Ningsih, S.ST

Kabupaten Muaro Jambi Tahun 2022.

3
4

e. Mampu merencanakan tindakan Asuhan Kebidanan pada Ny. F Akseptor

KB Implan di PMB Herni Ningsih, S.ST Kabupaten Muaro Jambi Tahun

2022.

f. Mampu melaksanakan tindakan Asuhan Kebidanan pada Ny. F Akseptor KB

Implan di PMB Herni Ningsih, S.ST Kabupaten Muaro Jambi Tahun 2022.

g. Mampu mengevaluasi tindakan Asuhan Kebidanan pada Ny. F Akseptor KB

Implan di PMB Herni Ningsih, S.ST Kabupaten Muaro Jambi Tahun 2022.

D. Manfaat

1. Manfaat Bagi Puskesmas PMB Herni Ningsih, S.ST

Sebagai masukan dan bahan perbaikan atas pelayanan yang diberikan

kepada klien khususnya Asuhan Kebidanan pada Akseptor KB Implan.

2. Bagi Poltekkes Jambi Jurusan Kebidanan

Dapat dijadikan bahan referensi dalam perpustakaan untuk menyalurkan

pelayanan dalam memberikan Asuhan Kebidanan pada Akseptor KB Implan.

4
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

A. Konsep dasap Kontrasepsi

1. Pengertian
Kontrasepsi berasal dari kata kontra berarti „mencegah‟ atau
„melawan‟ dan konsepsi yang berarti pertemuan antara sel telur yang matang
dan sel sperma yang mengakibatkan kehamilan.
Maksud dari kontrasepsi adalah
menghindari/mencegah terjadinya kehamilan sebagai akibat pertemuan
antara sel telur yang matang dengan sperma tersebut (Pinem,2018).
Kontrasepsi terbagi atas dua yaitu secara alami dan bantuan
alat. Kontrasepsi alami merupakan metode kontrasepsi tanpa menggunakan
bantuan alat apapun, caranya adalah dengan tidak melakukan hubungan
seksual pada masa subur, cara ini lebih dikenal dengan metode kalender.
Kelebihannya adalah memperkecil kemungkinan terjadinya efek samping
karena tidak menggunakan alat sedangkan kelemahannya adalah kurang
efektif karena kadar perhitungan masa subur bisa meleset dan tidak akurat
(Wikojoastro, 2013).
B. Tinjauan Umum Tentang Kontrasepsi Implant
1. Pengertian Kontrasepsi Implant
Implant Adalah alat kontrasepsi yang mengandung hormon
levonorgestel yang dibungkus dalam kapsul silastik-silikon dan di susukan
di bawah kulit, setiap kapsul mengandung 36 mg levonorgetel yang akan
dikeluarkan setiap harinya sebanyak 80 mg. (Firdayanti, 2012:87).
Implant atau susuk kontrasepsi merupakan alat kontrasepsi
yang berbentuk batang dengan panjang sekitar 4 cm yang didalamnya
terdapat hormon progesteron, implan ini kemudian dimasukkan kedalam kulit
dibagian lengan atas. Hormon tersebut kemudian akan dilepaskan secara
perlahan dan impalnt ini dapat efektif sebagai alat kontrasepsi selama 3
tahun. (Purwoastuti dan Walyani, 2015:203).
Implant adalah alat kontasepsi yang disusupkan di bawah kulit,
biasanya di pasang dilengan atas. Cara kerjanya sama dengan pil, implant
mengandung lenovogestrel. Keuntungan dari metode implan ini antra lain
tahan sampai 5 tahun, kesubukan akan kembali segera setelah pengangkatan.
Efektifitas sangat tinggi, angka kegagalan 1-3 %. (Padila,2014:201).

5
6

2. Jenis-jenis Kontrasepsi Implant


a. Norplant
Noplant terdiri dari 6 kapsul, yang secara total bermuatan 216
mg levornogestrel. Panjang kapsul adalah 34 mm dengan diameter 2,4
mm. Kapsul terbuat dari bahan silastik medik (polydemethyloxane) yang
fleksibel di mana kedua ujungnya ditutup dengan penyumbat sintetik
yang tidak mengganggu kesehatan klien. Setelah penggunaan selama 5
tahun, ternyata masih tersimpan sekitar 50% bahan aktif levonorgestrel
asal yang belum terdistribusi kejaringan interstisial dan sirkulasi. Enam
kapsul norplant di pasang menurut konfigurasi kipas
dilapisi di lapisan subderma. (Prawirohardjo,
2012:MK-56).
b. Implanon dan Sinoplant
Terdiri dari satu batang putih lentur dengan panjang kira-kira 40
mm, diameter 2 mm, yang diisi dengan 68 mg 3-keto-desogestel dan lama
kerjanya 3 tahun. (Mulyani & Rinawati, 2013:110).
c. Indoplant /Jadena
Terdiri dari 2 batang yang diisi dengan 75 mg levonorgestwl dengan
lama kerjanya 3 tahun. (Mulyani & Rinawati, 2013:111).
3. Cara Kerja Kontrasepsi Implant
Implant mencegah terjadinya kehamilan melalui berbagai cara.
Seperti kontrasepsi progestin pada umumnya, mekanisme utamanya adalah
menebalkan mukus serviks sehingga tidak dilewati oleh sperma. Walaupun
pada konsentrasi yang rendah, progestin akan menimbulkan pengentalan
mukus serviks. Perubahan terjadi segera setelah pemasangan implan.
Progestin juga menekan pengeluarag Follicle stimulating hormone (FSH) dan
luteinizing hormone (LH) dari hipotalamus dan hipofise. Lonjokan LH
(surge) direndahkan sehingga ovulasi ditekan oleh levonorgestrel. Level
LH ditekan lebih kuat oleh etonogestrel sehingga tidak terjadi ovulasi
pada 3 tahun pertama penggunaan implan-1. Penggunaan progestin
jangka panjang, juga menyebabkan hipotropisme
endometrium sehingga dapat mengganggu proses implanasi. Perubahan
pertumbuhan dan maturasi endometrium, juga menjadi penyebab terjadinya
perdarahan ireguler.
Hal yang baru dalam implan-2 ialah cara pengeluaran hormon

6
7

levonogestrel di dalam tubuh, yang terjadi secara terus menerus dan


stabil selama 3-4 tahun. (Prawirohardjo, 2012:MK-58). Dengan di
susupkannya 1 kapsul, 2 kapsul, atau 6 kapsul silastik implan di bawah kulit,
maka setiap hari dilepaskan secara tetap sejumlan levonorgestrel ke dalam
darah melalui proses difusi dari kapsul-kapsul yang terbuat dari bahan
silastik. Besar kecilnya levonogestrel yang dilepas tergantung besar kecilnya
permukaan kapsul silastik dan ketebalan dari dinding kapsul tersebut. Satu set
implan terdiri dari 6 kapsul dan dapat bekerja secara efektif selama 5 tahun.
Sedangkan implanon yang terdiri dari 1 atau kapsul dapat bekerja secara
efektif selama 3 tahun (Rinawati, 2013:111-112).
4. Efek Samping Kontrasepsi Implant dan Penanggulangan
a. Amenorea
Lakukan pemeriksaan kehmailan untuk memastikan apakah klien hamil
atau tidak. Apabila klien tidak hamill, tidak perlu penanganan khusus.
Apabila terjadi kehamilan dan ingin melanjutkan kehamilan, cabut
implan. Rujuk klien jika di duga terjadi kehamilan ektopik.
b. Perdarahan bercak (spooting) ringan
Tidak perlu tindakan apapun jika tidak ada masalah dank klien tidak
hamil. Apabila klien tetap mengeluh permasalahan ini dan
ingin tetap menggunakan implan, berikan pil kombinasi 1 siklus atau ibu
profen 3x800 mg selama 5 hari, jelaskan bahwa akan terjadi perdarahan
kembali setelah pil kombinasi habis. Apabila terjadiperdarahan yang
lebih banyak dari biasa. Beri 2 tablet pil kombinasi selama 3-7 hari
kemudian lanjutkan dengan 1 siklus pil kombinasi.
c. Ekspulsi
Cabut kapsul ekspulsi, periksa apakah terdapat tanda infeksi daerah
insersi bila tidak ada infeksi dan kapsul lain masih berada pada tempatnya,
pasang 1 buah kapsul baru pada tempat insersi yang berbeda. Bila ada
infeksi, cabut seluruh kapsul yang ada dan pasang kapsul baru pada lengan
yang lain.
d. Infeksi pada daerah insersi
Bila terdapat infeksi tanpa nanah, bersihkan dengan, sabun, air,
dan antiseptik. Berikan antibiotik selama 7 hari, tetapi implan tidak perlu
dilepas dan minta klien untuk kembali setelah 7 hari. Apabila
tidak terjadi

7
8

perbaikan. Cabut implant.

e. Peningkatan atau penurunan berat badan


Beri tahu klien bahwa perubahan berat badan 1-2 kg adalah normal. apabila
terjadi perubahan berat badan > 2 kg, kaji kembali diet klien.
5. Keuntungan Dan Kekurangan Kontrasepsi Implant
a. Keuntungan
1) Daya guna tinggi
2) Perlindungan jangka panjang sampai 5 tahun
3) Pengambilan tingkat keseuburan yang cepat setelah pencabutan
implan 4) Tidak memerlukan pemeriksaan dalam
5) Bebas dari pengguna ekstrogen
6) Tidak mengganggu hubungan saat
senggama 7) Tidak mengganggu produksi ASI
8) Ibu hanya perlu kembali ke klinik bila ada
keluhan 9) Dapat dicabut setiap saat sesuai dengan
kebutuhan 10) Mengurangi nyeri haid
11) Perdarah atau bercak perdarahan di antara siklus
haid 12) Melindungi terjadinya kanker endometrium
13) Menurunkan angka kejadian kelainan jinak payudara
14) Melindungi diri dari beberapa penyebab penyakit radang panggul
15) Menurunkan angka kejadian endometriosis (Rinawati,2013:112-
113). b. Kekurangan
1) Implan harus dipasang dan diangkat oleh petugas kesehatan yang
terlatih 2) Petugas kesehatan harus dilatih khusus
3) Harga implant yang mahal
4) Implant sering mengubah pola haid
5) Implant dapat terlihat di bawah kulit. (Mulyani & Rinawati,
2013:113). 6. Indikasi Dan Kontraindikasi Kontrasepsi Implant
a. Indikasi penggunaan kontrasepsi implant
1) Wanita usia reproduksi
2) Wanita nulipara atau yang sudah mempunyai anak atau yang
belum mempunyai anak.

8
9

3) Wanita yang menghendaki kontrasepsi jangka panjang dan yang


memiliki efektifitas tinggi.
4) Wanita setelah keguguran dan setelah melahirkan, yang menyusui
atau yang tidak menyusui.
5) Wanita yang tidak menginginkan anak lagi tetapi menolak
untuk sterilisasi.
6) Wanita dengan tekanan darah kurang dari 180/110 mmHg
7) Wanita yang sering lupa meminum pil kontrasepsi.

b. Kontraindikasi penggunaan kontrasepsi implan


1) Wanita yang hamil atau dicurigai hamil
2) Wanita yang mengalami perdarahan per vagina yang belum
jelas penyebabnya.
3) Wanita yang tidak dapat menerima terjadinya gangguan
menstruasi atau amenorea.
4) Wanita yang menderita kanker payudara atau
mempunyai riwayat kanker payudara.
5) Wanita hipertensi
6) Penderita penyakit jantung, diabetes militus (Yuhedi,
2015:105-106).
7. Efektifitas
Efektifitas dari pemasangan susuk/implan adalah sebagai
berikut: a. Lendir serviks menjadi kental
b. Mengganggu proses pembentukan endometrium hingga sulit
terjadi implanasi
c. Mengurangi transportasi sperma
d. Menekan ovulasi
e. 99% Sangat efektif ( kegagalan 0,2-1 kehamilan per 100 perempuan)
(Tresawati, 2013: 125)
f. Pada umumnya, risiko kehamilan kurang dari 1 di antara 100 ibu dalam
1 tahun (Kemenkes, 2013)
8. Tempat pemasangan implant
Pemasangan implant dilaksanakan pada bagian tubuh yang jarang

9
10

bergerak atau digunakan. Berdasarkn penelitian, lengan kiri merupakan


tempat terbaik untuk pemasangan implant, yang sebelumnya dilakukan
anastesi lokal (Mulyani & Rinawati, 2013:115).

9. Cara Penggunaan Kontrasepsi Implant


a. Alat dan bahan
1) Meja periksa untuk tempat tidur
klien 2) Penyangga lengan atau meja
samping 3) Sabun untuk mencuci
tangan
4) 2 kapsul implan dalam satu kemasan steril
5) Kain penutup operasi steril (bersih) yang kering
6) 3 mangkok steril atau DTT (1 untuk larutan antiseptik, 1 tempat
air DTT/steril, kapas dan 1 lagi untuk tenpat kapsul implan-2.
Kapsul implant-2 plus dan fin ada di dalam trokar steril.
7) Sepasang sarung tangan steril/DTT
8) Larutan antiseptik
9) Anasesi lokal (konsetrasi 1% tanpa epinefrin)
10) Tabung suntik (5 atau 10 ml) dan jarum suntik dengan paanjang 2,5-4
cm (nomor 22).
11) Trokar nomor 10 dengan
pendorongnya 12) Skalpel (pisau bedah)
nomor 11
13) Pola terbuat dari plastik (template) untuk menandai posisi kapsul
(huruf V).
14) Band aid (plester untuk luka ringan) atau kasa steril dengan
plaster. 15) Kasa pembalut
16) Epinefrin untuk syok anafilaktik (harus selalu tersedia untuk
keadaan darurat).
b. Pemasangan Implant
Kapsul implant di pasang tepat di bawah kulit, di atas lipat siku, di
daerah medial lengan atas. Untuk tempat pemasangan kapsul, pilihlah
lengan klien yang jarang di gunakan.
c. Langkah Pemasangan
Sebelum memulai tindakan, periksa kembali untuk memastikan apakah

10
11

klien: sedang minum obat yang dapat menurunkan efektivitas implan,


sudah pernah mendapat anastesi lokal sebelumnya, dan alergi terhadap obat
anastesi lokal atau jenis obat lainnya.

1) Persiapan
a) Langkah 1
Pastikan klien telah mencuci dan membilas lengan atas hingga
bersih. Periksa kembali tidak ada sisa sabun karena dapat
menurunkan efektivitas antiseptik tertentu.
b) Langkah 2
Lapisi tempat penyangga lengan atau meja samping dengan kain
bersih. c) Langkah 3
Persilahkan klien berbaring dan lengan atas yang telah
disiapkan, ditempatkan diatas meja penyangga, lengan atas
o o
membentuk sudut 30 terhadap bahu dan sendi siku 90 untuk
memudahkan petugas melakukan pemasangan
d) Langkah 4
Tentukan tempat pemasangan yang optimal, 8 cm (3 inci) diatas
lipat siku dan reka posisi kapsul di bawah kulit (subdermal).
e) Langkah 5
Siapkan tempat peralatan dan bahan serta buka bungkus steril
tanpa menyentuh peralatan yang ada didalamnya. Untuk implan 2 plus,
kapsul sudah berada di dalam trokar.
f) Langkah 6
Buka dengan hati-hati kemasan steril indoplant dengan menarik
kedua lapisan pembungkusnya dan jatuhkan seluruh kapsul ke dalam
mangkok steril. Untuk impalnt 2 plus, kapsul sudah berada di dalam
trokar.
2) Tindakan Sebelum Pemasangan
a) Langkah 1
Cuci tangan dengan sabun dan air, keringkan dengan kain
bersih b) Langkah 2
Pakai sarung tangan steril atau DTT (ganti sarung tangan untuk setiap klien
guna mencegah kontaminasi silang).

11
12

c) Langkah 3
Atur alat dan bahan-bahan sehingga mudah dicapai, hitung kapsul
untuk memastikan jumlahnya sudah 2.

d) Langkah 4
Persiapkan tempat insisi dengan mengoleskan larutan antiseptik.
Hapus antiseprik yang berlebihan bila larutan ini mengaburkan tanda
yang sudah dibuat sebelumnya.
e) Langkah 5
Fokuskan area pemasangan dengan menempatkan kain penutup (doek) atau
kertas steril berlubang. Letakkan kain steril dibawah lengan atas.
f) Langkah 6
Setelah memastikan (dari anamnesa) tidak ada riwayat alergi terhadap
obat anastesi, isi alat suntik dengan 3 ml obat anastesi (lidocaine 1%,
tanpa epinefrin). Dosis ini sudah cukup untuk menghilangkan rasa sakit
selama memasang dua kapsul implan-2.
g) Langkah 7
Lakukan anastesi lokal: intrakutan dan subdermal. Hal ini akan
membuat kulit terangkat dari jaringan lunak di bawahnya dan dorong
jarum untuk menyuntikkan anestesi pada kedua jalur kapsul (masing-
masing 1 ml) membentuk huruf V.
1) Pemasangan kapsul
Sebelum membuat insisi, pastikan efek anastesi telah berlangsung
dan sensasi nyeri hilang.
a) Langkah 1
o
Pegang skalpel dengan sudut 45 buat insisi dangkal hanya
untuk sekedar menembus kulit. Jangan membuat insisi yang
panjang atau dalam.
b) Langkah 2
Trokar harus di pegang dengan ujung yang tajam menghadap
keatas. Tanda 1 dekat kapsul menunjukkan batas masuknya trokar
sebelum memasukkan setiap kapsul. Tanda 2 dekat ujung
menunjukkan batas pencabutan trokar setekah memasang setiap
kapsul.

12
13

c) Langkah 3
Dengan trokar di mana posisi angka (impaln-2) dan panah (impant-
2 plus) menghadap ke atas masukkan ujung trokar pada luka
o
insisi dengan posisi 45 (saat memasukkan ujung trokar)
o
kemudian turunkan menjadi 30 saat memasuki lapisan subdermal
dan sejajar permukaan kulit saat mendorong hingga tanda 1 (3-
5 mm dari pangkal trokar).
d) Langkah 4
Untuk meletakkan kapsul tepat di bawah kulit, angkat trokar ke
atas, sehingga kulit terangkat. Masukkan trokar perlahan-lahan
dan hati-hati ke arah tanda (1) dekat pangkal. Trokar harus
selalu terlihat mengangkat kulit selama pemasangan. Masuknya
trokar akan lancar bila berada tepat dibawah kulit.
e) Langkah 5
Saat trokar masuk sampai tanda (1), cabut pendorong dari
trokar (implan-2). Untuk implan-2 plus, justru pendorong
dimasukkan (posisi panah disebelah atas) setelah tanda 1
o
tercapai dan diputar 180 searah jarum jam hingga terbebas dari
tahanan karena ujung pendorong memasuki alur kapsul yang ada
didalam saluran trokar.
f) Langkah 6
Masukkan kapsul pertama kedalam trokar. Gunakan pinset
atau klem untuk mengambil kapsul dan memasukkan kedalam
trokar. Untuk mencegah kapsul jatuh pada waktu dimasukkan
kedalam trokar, letakkan satu tangan di bawah kapsul untuk
menangkap bila kapsul tersebut jatuh. Langkah ini tidak di
lakukan pada impalan-2 plus karena kapsul sudah ada didalam
trokar. Dorong kapsul sampai seluruhnya masuk kedalam
trokar dan masukkan kembali pendorong.
g) Langkah 7
Gunakan pendorong untuk mendorong kapsul ke arah ujung
trokar sampai terasa ada tahanan (jika setengah bagian pendorong
masuk ke dalam trokar). Untuk implan-2 plus, setelah pendorong
masuk jalur kapsul maka dorong kapsul hingga terasa ada tahanan.

13
14

h) Langkah 8
Tahan pendorong ditempatya kemudian tarik trokar
dengan menggunakan ibu jari dan telunjuk mendekati pangkal
pendorong sampai tanda 2 muncul diluka insisi dan pangkalnya
menyentuh pegangan pendorong. Untuk implan-2 plus, pangkal
trokar tidak akan mencapai pangkal pendorong (tertahan di
tengah) karena terhalang oleh ujung pendorong yang belum
memperoleh akses ke kapsul kedua.
i) Langkah 9
Saat pangkal trokar menyentuh pegangan pendorong, tanda (2)
harus terlihat ditepi luka insisi dan kapsul saat itu keluar dari
trokar tepat berada di bawah kulit. Raba ujung kapsul
dengan jari untuk memastikan kapsul sudah keluar seluruhnya
dari trokar.
j) Langkah 10

Tanpa mengeluarkan seluruh trokar, putar ujung dari trokar ke


arah lateral kanan dan kembalikan lagi ke posisi semula
untuk memastikan kapsul pertama bebas. Selanjutnya geser trokar
o
sekitar 30 , mengikuti pola huruf V pada lengan (fiksasi kapsul
pertama dengan jari telunjuk) dan masukkan kembali trokar
mengikuti alur kali V sebelahnya sampai tanda (1). Bila tanda (1)
sudah tercapai, masukkan kapsul berikutnya ke dalam trokar dan
lakukan seperti langkah sebelumnya (langkah 8) sampai seluruh
kapsul terpasang. Untuk implan-2 plus, kapsul kedua di
tempatkan setelah trokar disorong kembali mengikuti kaki V
o
sebelahnya hingga tanda 1, kemudian pendorong di putar 180
berlawanan dengan arah jarum jam hingga ujungnya mencapai
pangkal kapsul kedua dan trokar ditarik kembali ke arah pangkal
pendorong.
k) Langkah 11

Pada pemasangan kapsul berikutnya, untuk mengurangi resiko


atau ekpulsi, pastikan bahwa ujung kapsul yang terdekat kurang
lebih 5 mm dari tepi luka insisi. Juga pastikan jarak antara
ujung setiap kapsul yang terdekat dengan tepi luka insisi (dasar
huruf V) tidak
14
15

lebih dari kapsul.


l) Langkah 12

Saat memasang kedua kapsul satu demi satu, jangan


mencabut trokar dari luka insisi untuk mengurangi trauma
jaringan, minimalisasi infeksi dan mempersingkat waktu
pemasangan.
m) Langkah 13

Sebelum mencabut trokar, raba kapsul untuk memastikan kedua


kapsul telah terpasang.

n) Langkah 14

Pastikan ujung dari kedua kapsul harus cukup jauh dari luka
insisi (sekitar 5 mm). Bila sebuah kapsul keluar atau terlalu dekat
dengan luka insisi, harus dicabut dengan hati-hati dan dipasang
kembali ditempat yang tepat.

o) Langkah 15

Setelah kedua kapsul terpasang dan posisi setiap kapsul


sudah dipastikan tepat keluarkan trokar pelan-pelan. Tekan
tempat insisi dengan jari menggunakan kasa selama 1 menit untuk
menghentikan perdarahan. Bersihkan tempat pemasangan dengan
asntiseptik.

d. Tindakan Setelah Pemasangan Kapsul

1) Menutup luka insisi

a) Tentukan tepi kedua insisi dan gunakan band aid tau


plaster dengan kasa steril unutk menutup luka insisi. Luka
insisi tidak perlu dijahit karena dapat menimbulkan jaringan
parut.

b) Periksa adanya perdarahan. Tutup daerah pemasangan dengan


pembalut untuk hematosis dan mengurangi memar (perdarahan
subkutan).

2) Pembuangan Darah dan Dekontaminasi

a) Sebelum melepas sarung tangan, masukkan alat-alat ke


wadah yang berisi klorin 0,5% untuk dekontaminasi.
Dekontaminasi
15
16

juga jarum dan alat suntik, pendorong dan trokar.

b) Kain penutup (bila digunakan) harus dicuci sebelum dipakai


lagi. Taruh di dalam kontainer yang kering dan tertutup
kemudian bawa ke tempat cucian.

c) Dengan masih memakai sarung tangan, buang bahan-bahan


terkontaminasi (kasa, kapas dan lain-lain) dalam kontainer yang
anti bocor dan diberi tanda, atau dalam kantong plastik.

d) Bila menggunakan sarung tangan sekali pakai, celupkan


sebentar tangan yang masih memakai sarung tangan ke
dalam larutan klorin, kemudian lepaskan sarung tangan
secara terbalik dan masukkan ke tempat sampah.

e) Bila menggunakan sarung tangan pakai ulang, celupkan


sebentar tangan yang masih memakai sarung tangan
kedalam larutan klorin, lepaskan secara terbalik dan masukkan
ke dalam larutan klorin 0,5% (rendam dalam 10 menit).

f) Cuci tangansegera dengan sabung dan air

g) Semua sampah harus dibakar atau ditanam.

3) Perawatan klien

a) Buat catatan pada rekam medik tempat pemasangan kapsul


dan kejadian tidak umum yang mungkin terjadi selama
pemasangan (gambarkan lokasi pemasangan kapsul pada lengan atas
klien).

b) Amati klien lebih kurang 14 sampai 20 menit untuk kemungkinan


perdarahan dari luka insisi atau efek lain sebelum memulangkan
klie. Beri petunjuk untuk perawatan luka insisi setelah pemasangan,
kalau bisa diberikan secara tertulis.

e. Petunjuk Perawatan Luka Insisi di Rumah

1) Mungkin akan terjadi memar, bengkak atau sakit didaerah insisi


selama beberapa hari. Hal ini normal

2) Jaga luka insisi tetap kering dan bersih selama paling sedikit 48 jam. Luka

16
17

insisi dapat mengalami infeksi bila basah saat mandi atau mencuci pakaian

3) Jangan mambuka pembalut tekan selama 48 jam dan biarkan band aid
ditempatnya sampai luka insisi sembuh (umunya 3-5 hari).

4) Klien dapat segera bekerja secara rutin. Hindari benturan atau luka
didaerah tersebut atau menambahkan tekanan.

5) Setelah luka insisi sembuh, daerah tersebut dapat disentuh dan


dibersihkan dengan tekanan normal.

6) Bila terdapat tanda-tanda infeksi seperti demam, daerah insisi kemerahan


dan panas atau sakit yang menetap selama beberapa hari, segera
kembali ke klinik.

f. Bila Terjadi Infeksi

1) Obati dengan pengobatan yang sesuai intuk infeksi lokal

2) Bila terjadi abses (dengan atau tanpa ekspulsi kapsul), cabut semua
kapsul. (Prawirohardjo, 2012:PK-18-28).

C. Tinjauan Umum Tentang Manajemen Asuhan Kebidanan

1. Pengertian manajemen kebidanan

Manajemen kebidanan adalah satu metode pendekatan pemecahan


masalah yang digunakan oleh bidan dalam proses pemecahan masalah dalam
pemberian pelayanan asuhan kebidanan, atau merupakan proses pemecahan
masalah yang digunakan oleh bidan serta merupakan metode yang
terorganisir melalui tindakan logika dalam memberi pelayanan.

2. Tahapan dalam manajemen kebidanan menurut Helen Varney

Proses manajemen kebidanan terdiri dari 7 langkah asuhan kebidanan yang


dimulai dengan pengumpulan data dasar yang diakhiri dengan evaluasi.
Tahapan dalam proses manajemen asuhan kebidanan ada 7 langkah yaitu :

a. Pengkajian dalam pengumpulan data dasar yang lengkap untuk


menilai keadaan klien. Yang termasuk data dasar adalah riwayat
kesehatan klien, pemeriksaan fisik, dan catatan riwayat kesehatan yang
lalu dan sekarang,

17
18

pemeriksaan laboratorium. Semua data tersebut di atas harus


memberikan informasi yang saling berhubungan dari semua sumber dan
menggambarkan kondisi ibu yang sebenarnya.

b. Identifikasi diagnose/masalah actual.

Menginterprestasikan data secara spesifik mengenai diagnose dan masalah.


Kata diagnose dan masalah selalu digunakan namun keduanya
mempunyai pengertian yang berbeda. Masalah lebih sering berhubungan
dengan apa yang dialami oleh seseorang, menguraikan suatu kenyataan
yang ia rasakan sebagai suatu masalah. Sedangkan diagnose lebih sering
diidentifikasi oleh bidan yang berfokus pada apa yang dialami oleh klien.

c. Antisipasi diagnosa/masalah potensial

Dari kumpulan masalah dan diagnosa, identifakasi faktor-faktor


potensial yang memerlukanantisipasi segera
tindakan pencegahan jika memungkinkan atau waspada
sambil menunggu dan mempersiapkan pelayanan untuk segala sesuatu
yang mungkin terjadi.

d. Evaluasi perlunya tindakan segera/kolaborasi

Proses manajemen kebidanan dilakukan secara terus menerus selama klien


dalam perawatan bidan. Proses terus menerus ini menghasilkan data
baru segera dinilai. Data yang muncul dapat menggambarkan suatu
keadaan darurat dimana bidan harus segera bertindak untuk menyelamatkan
klien.

e. Rencana asuhan kebidanan

Rencana tindakan konfrehensif bukan hanya meliputi kondisi klien


serta hubungannya dengan masalah yang dialami klien akan tetapi
meliputi antisipasi dengan bimbingan terhadap klien, serta konseling,
bila perlu mengenai ekonomi, agama, budaya, atau masalah
psikologis. Rencana tindakan harus disetujui klien, oleh sebab itu
harus didiskusikan dengan klien. Semua tindakan yang diambil harus
berdasarkan rasional yang relevan
18
19

dan diakui kebenarannya serta situasi dan kondisi tindakan harus dianalisa
secara teoritis.

f. Pelaksanaan asuhan kebidanan (Implementasi)

Pelaksanaan rencana asuhan kebidanan (Implementasi) dilaksanakan


oleh bidan dan sebagian dilaksanakan oleh ibu sendiri, dan
anggota tim kesehatan lainnya berdasarkan rencana yang ditetapkan.

g. Evaluasi asuhan kebidanan

Langkah akhir kebidanan adalah evaluasi, namun sebenarnya evaluasi


ini dilakukan pada setiap langkah kebidanan. Pada tahap evaluasi bidan
harus mengetahui sejauh mana keberhasilan asuhan kebidanan yang
diberikan kepada klien. (Varney, 2007).

3. Pendokumentasian asuhan kebidanan (SOAP)

a. Data subjektif

Data atau fakta yang merupakan informasi termasuk biodata


mencakup nama, umur, pekerjaan,status perkawinan, pendidikan serta
keluhankeluhan yang diperoleh dari hasil wawancara langsung pada klien
atau keluarga dan tenaga kesehatan lainnya.

b. Data Objektif

Data yang diperoleh dari hasil pemeriksaan fisik mencakup inspeksi,


palpasi, auskultasi, perkusi, serta pemeriksaan penunjang seperti
pemeriksaan laboratorium.

c. Assesmen/Diagnosa

Merupakan keputusan yang ditegakkan dari hasil perumusan masalah


yang mencakup kondisi tersebut. Penegakan diagnose kebidanan dijadikan
sebagai dasar tindakan dalam upaya menanggulangi ancaman keselamatan
ibu.

d. Planning/Perencanaan

19
20

Rencana kegiatan mencakup langkah-langkah yang akan dilakukan


oleh bidan dalam melakukan intervensi untuk mencegah masalah
pasien/klien. (Wahyuningsih, 2018).

D. Teori EBM (Evidence Based Midwifery)

1. Pengertian

Evidence based artinya berdasarkan bukti. Artinya tidak lagi


berdasarkan pengalaman atau kebiasaaan semata.

Evidence based midwifery adalah pemberian informasi kebidanan


berdasarkan bukti dari penelitian yang bisa dipertanggung jawabkan
(Gray, 1997).

Praktik kebidanan sekarang lebih didasarkan pada bukti ilmiah


hasil penelitian dan pengalaman praktik dari para praktisi dari seluruh penjuru
dunia. Rutinitas yang tidak terbukti manfaatnya kini tidak dianjurkan lagi
(Jayanti, 2020).

2. Manfaaat Evidence based Midwifery dalam Praktik Kebidanan

Dengan pelaksanaan praktik asuhan kebidanan yang berdasarkan evidence


based tersebut tentu saja bermanfaat membantu mengurangi angka kematian
ibu hamil dan risiko-risiko yang dialami selama persalinan bagi ibu dan bayi
serta bermanfaat juga untuk memperbaiki keadaan kesehatan masyarakat.

3. Kategori Evidence Based Menurut World Health Organization (2017)

Menurut WHO, Evidence based terbagi sebagai berikut:

a. Evidenve-based Medicine adalah pemberian informasi obat-obatan


berdasarkan bukti dari penelitian yang bisa dipertanggungjawabkan.
Temuan obat baru yang dapat saja segera ditarik dan peredaran hanya
dalam waktu beberapa bulan setelah obat tersebut dipasarkan, karena di
populasi terbukti memberikan efek samping yang berat pada sebagian
penggunanya.

20
21

b. Evidence-based Policy adalah satu sistem peningkatan mutu


pelayanan kesehatan dan kedokteran (Clinical Governance): suatu
tantangan profesi kesehatan dan kedokteran di masa mendatang.

c. Evidence based Midwifery adalah pemberian informasi kebidanan


berdasarkan bukti dari penelitian yang bisa dipertanggungjawabkan.

d. Evidence based report adalah mgmpakan bentuk penulisan laporan


kasus yang baru berkembang, memperlihatkan bagaimana hasil
penelitian dapat diterapkan pada semua tahapan penatalaksanaan pasien.

4. Sumber Evidence Based

Sumber EBM dapat diperoleh melalui bukti publikasi jurnal dari


internet maupun berlangganan baik hardcopy seperti majalah, bulletin, atau
CD. Situs internet yang ada dapat diakses, ada yang harus dibayar namun
banyak pula yang public domain.

a. Pengaruh Paritas Terhadap Penggunaan Kontrasepsi Implant Di


Wilayah Kerja Puskesmas Wae Mbeleng, Kecamatan Ruteng (Dionesia
Octaviani Laput)
Hasil penelitian menunjukan bahwa Hasil penelitian menunjukkan
sebagian besar responden melahirkan >2 namun responden memilih
menggunakan alat kontrasepsi karena responden sudah tidak menyetujui
anggapan banyak anak banyak rejeki. Secara statistik paritas tidak
mempunyai pengaruh terhadap penggunaan Implant yang bisa dilihat
dari nilai p>0,5 yaitu 0,053.disarankan bagi bidan pelaksana di
Puskesmas agar tetap terus memberikan konseling terhadapa
akseptor agar akseptor mempunyai kesadaran yang tinggi
untuk tetap mengatur ataupun membatasi
kehamilannya.
b. Pendidikan Dan Paritas Terhadap Pemakaian Alat Kontrasepsi Bawah
Kulit (AKBK) (Lia Hartini, 2020)
Hasil analisis univariat didapatkan dari 98 responden diketahui bahwa
ibu yang menggunakan kontrasepsi AKBK sebanyak 35 orang (35,7%) dan
yang tidak menggunakan kontrasepsi AKBK sebanyak 63 orang
(64,3%). Sebagian besar ibu berpendidikan kurang yaitu sebanyak 64
orang (65,3%),

21
22

dan ibu yang berpendidikan baik yaitu sebanyak 34 orang (34,7%).


Dan sebagian besar ibu memiliki paritas rendah (mempunyai anak <
3)sebanyak 60 orang (61,2%), dan ibu dengan paritas tinggi
sebanyak 38,8%. Berdasarkan hasil uji statistik chi square terhadap
pendidikan didapatkan ρ value 0,00 dan ρ value terhadap paritas ibu 0,00.
Simpulan, ada hubungan yang bermakna antara pendidikan dan paritas
ibu terhadap pemakaian alat kontrasepsi bawah kulit.
c. Hubungan Paritas, Status Ekonomi, Dan Pendidikan Dengan Pemilihan
Metode Kontrasepsi Implant (Hj. Siti Aisyah, 2021)
Hasil analisa bivariat ditemukan ada hubungan paritas (p value= 0,042),
ada hubungan status ekonomi (p value= 0,039), dan ada hubungan
pendidikan ((p value= 0,040) dengan penggunaan metode kontrasepsi
implant. Adapun saran diharapkan dapat dijadikan bahan pertimbangan
dalam pengambilan keputusan, dapat meningkatkan mutu pelayanan
dan khususnya tentang penggunaan metode kontrasepsi implant).
d. Contraceptive implants: current perspectives, Rowland (2014)
Hasil penelitian Rowland (2014) yang berjudul Contraceptive
implants: current perspectives menyatakan bahwa salah satu efek samping
penggunaan alat kontrasepsi implan adalah masalah pada menstruasi seperti
amenore.
e. A three-year comparative study of continuation rates, bleeding patterns and
satisfaction in Australian women using a subdermal contraceptive implant
or progestogen releasing-intrauterine system (Edith Weisberg, 2013)
Hasil Dua ratus pengguna IUS dan 149 pengguna implan terdaftar.
Yang pertama umumnya lebih tua, menikah atau dalam hubungan de-
facto, dan memiliki anak. Empat puluh tujuh persen pengguna implan
berhenti dalam waktu tiga tahun
dibandingkan dengan 27% pengguna IUS ( p
= 0,002). Dalam dua tahun pertama amenore lebih sering terjadi
pada pengguna implan. Pendarahan/bercak yang sering terjadi lebih banyak
terjadi pada tahun pertama penggunaan IUS tetapi seiring waktu dua
kali lebih banyak terjadi pada pengguna implan. Perdarahan/bercak yang
jarang terjadi lebih sering terjadi pada pengguna IUS.
Kesimpulan Kedua perangkat ini sangat efektif dan metode hemat
biaya yang dapat diterima. Sementara LARC harus dipromosikan kepada
wanita
22
23

dari segala usia yang mencari kontrasepsi, penghentian dini


karena perdarahan yang tidak dapat diterima menyoroti perlunya
konseling pra-pemasangan
f. Unscheduled vaginal bleeding with progestin-only contraceptive use (Rachel
E.ZiglerMD, 2017)
Hampir 20% wanita yang menggunakan kontrasepsi
menggunakan kontrasepsi hanya progestin, termasuk pil
progestin saja, depot-medroksiprogesteron asetat,
implan etonogestrel subdermal , dan alat kontrasepsi levonorgestrel.
Jumlah ini akan terus bertambah seiring dengan peningkatan penyediaan
kontrasepsi reversibel jangka panjang. Meskipun kepuasan keseluruhan
di antara wanita yang menggunakan kontrasepsi progestin saja tinggi,
ketidakpuasan dan penghentian dapat dikaitkan dengan perdarahan dan
bercak yang tidak dijadwalkan. Etiologi yang tepat dari perdarahan
tidak teratur yang terkait dengan kontrasepsi yang mengandung
progestintidak sepenuhnya dipahami, namun beberapa mekanisme
telah disarankan. Beberapa terapi yang menargetkan mekanisme ini
telah dievaluasi dengan hasil yang beragam. Makalah ini akan meninjau
fisiologi dan manajemen perdarahan tidak terjadwal dengan
kontrasepsi yang mengandung progestin.

23
BAB III
TINJAUAN KASUS
ASUHAN KEBIDANAN KELUARGA BERENCANA (KB)

RS/ /RB/PMB : Herni Ningsih, S.ST Pj. Ruangan :


NOMOR Seri Kartu : Tanggal/Pukul pengkajian : 23-05-2022

Mahasiswa : Nelli Hartati Sumber Informasi tempat pelayanan


NIM : PO71242200012 Teman Orang tua/keluarga
Pembimbing : Herinawati, M.Keb Nakes : …..  Sendiri

A BIODATA
Nama klien/Ibu : Ny. F Nama suami : Tn. A
1.
Umur : 31 Tahun Umur : 36
Agama : Islam Agama Tahn :
Pendidikan : Pendidikan Islam
Pekerjaan SMU : Pekerjaan : SMU
Alamat IRT Alamat : Swasta
No. Telp/HP : RT. 10 Sekernan No. Telp/HP : RT. 10 Sekernan
:- : -

2 1
2 Jumlah anak hidup : Umur anak - - 3 5
Perempuan Laki-laki Tahun Bulan Hari
kecil

3 Status Peserta KB Cara KB terakhir : KB Suntik

1. Baru pertama kali -


2. Pernah pakai alat KB (pasca persalinan / AB)
√ 3. Ganti Cara -

B Penapisan

Anamnese :
1. Haid terakhir - - - - - - 2. Siklus : √ teratur
Tanggal Bulan Tahun
3. Hamil/diduga hamill : - Ya  Tidak 4. Jumlah P3A0
5. Menyusui  ya - Tidak
6. Riwayat Penyakit sebelumnya : Ya Tdk
 Sakit Kuning 
 Perdarahan pervaginam yang tidak :
Diketahui sebabnya 
 Keputihan yang lama : 
 Tumor

 Payudara : 
 Uterus
  Ovarium

24
25

PEMERIKSAAN :
1. Keadaan Umum : Baik 2. Berat Badan : 57 Kg
3. Tekanan Darah : 120/70 mmHg 4. Conjunctiva pucat  merah muda

5. Pemeriksaan dalam (untuk pasangan IUD/MOW)


Ya Tdk
 Tanda-tanda radang 
 Tumor/keganasan 
6. Pemeriksaan tambahan (Khusus untuk calon MOP dan MOW)
Ya Tdk
 Tanda-tanda diabetes 
 Kelainan pembekuan darah 
 Orchitis /Epidedimitis 
 Tumor/ Keganasan 
7. Alat kontrasepsi yang direkomendasikan :

C Metode dan cara kontrasepsi yang dipilih : (Implant)

1. IUD 2. MOP 3. MOW 4. Implant 5. Implanon 6. Suntikan 7. Pil 8. Kondom


Tanggal Pelayanan : 2 3 0 5 2 2

25
26

D
NAMA : Ny. F NO. RM : PERENCANAAN RUANG :

UMURTANGGALNOSA/
: 31 Tahun/ D KELAS : NAMA &
IAG TANGGAL : 23 Mei 2022
Pkl. MASALAH PERENCANAAN PARAF
Diagnosis/masalah : Akseptor KB Implant
23 Mei 2022/ Ibu Post partum 35 hari 1) Lakukan informed consent pada ibu
TANGGAL /
10.30 Wib CATATANLAKSANAANNAMA
dan ingin menggunakan PE keluarga/suami dan bantu ibu menentukan &
Pkl. PARA F
Alkon Impant alat kontrasepsi yg akan digunakan dengan
menggunakan aplikasi KLOP KB
2) Lakukan pemeriksaan fisik pada ibu
3) Berikan kesempatan pada klien untuk
mengemukakan masalahnya
4) Jelaskan tentang implant (definisi, cara
kerja, idikasi dan kontraindikasi, efek
samping, keuntungan dan kekurangan
implan)
5) Lakukan tekhnik pemasangan implant yang
baik dan benar sesuai standar yang berlaku
6) Lakukan konseling pasca pemasangan
tentang perawatan luka insisi dirumah
dan kapan kunjungan ulang klien tersebut
7) Anjurkan kepada ibu agar datang kapan
saja apabila ada masalah atau gangguan
kesehatan setelah pemasangan implant
8) Dokumentasikan semua asuhan yang
diberikan

26
23 Mei 2022/ 1) Memberikan konseling pada ibu pasca persalinan dengan
10.30 Wib
menggunakan media alat bantu,KLOP KB ,informed consent
p ada ib u dan s u ami dan b antu ib u u ntu k men et ukan p emil ihan 27
Alkon
2) Menjelaskan kepada ibu tentang efek samping yang bisa timbul
dari pemakaian KB Implant
a. Gangguan haid
b. Perubahan berat badan
3) Menjelaskan kelebihan dan kekurangan pemakaian KB
Implant a. Kelebihan
1. Sangat efektif.
2. Pencegahan kehamilan jangka panjang.
3. Tidak berpengaruh pada hubungan suami-istri.
4. Tidak memiliki pengaruh terhadap ASI(
b. Kekurangan
1. Sering ditemukan gangguan haid seperti: siklus
haid memendek atau memanjang,
perdarahan yang banyak atau
sedikit, perdarahan tidak teratur atau perdarahan
bercak (spotting), tidak haid sama sekali.
2. Tidak dapat dihentikan sewaktu-waktu .
3. Pemasangan memerlukan tidakan insisi pada kulit.
4. Permasalahan berat badan merupakan efek samping
tersering.
5. Tidak menjamin terhadap penularan infeksi menular
seksual, hepatitis B virus atau infeksi virus HIV.
6. Menimbulkan jaringan parut bekas luka insisi.
4) Memberikan kesempatan pada klien untuk
mengemukakan masalahnya. Ibu saat ini sedang menyusui
dan ibu ingin menggunakan KB dalam jangka waktu yang
lama, salah satunya yaitu KB implan dan ibu ingin tahu tentang
KB implant.
5) Menjelaskan tentang implant (definisi, cara kerja, indikasi,
kontraindikasi, efek samping, serta keuntungan dan kerugian).
Implant atau susuk kontrasepsi merupakan alat kontrasepsi yang
berbentuk batang dengan panjang sekitar 4 cm yang didalamnya
terdapat hormon progesteron, implan ini kemudian dimasukkan
kedalam kulit dibagian lengan atas. Hormon tersebut kemudian
akan dilepaskan secara perlahan dan impalnt ini dapat efektif
sebagai alat kontrasepsi selama 3 tahun. Keuntungan kontrasepsi
implant yaitu daya guna tinggi , perlindungan jangka panjang
sampai 5 tahun, pengambilan tingkat kesuburan yang cepat
setelah pencabutan implan, tidak memerlukan pemeriksaan
dalam, bebas dari pengguna ekstrogen,
27 tidak mengganggu
hubungan saat senggama, tidak mengganggu produksi ASI, dan
menurunkan angka kejadian kelainan jinak payudara.
Efek samping kontrasepsi implant yaitu Amenorea (tidak haid),
28

NAMA : Ny. F NO. RM : RUANG :

UMUR : 31 Tahun TANGGAL : 23 Mei 2021 KELAS :

Diagnosis/masalah : Akseptor KB Implant


TANGGAL / EVALUASI NAMA &
Pkl. PARAF
1. Imlpant sudah terpasang
23 Mei 2021/ 2. KU ibu baik
11.30 Wib 3. Ibu mengerti dengan semua penjelaasan yang diberikan
4. Ibu sudah mengetahui jadwal kunjungan ulang

28
29

29
BAB IV
PEMBAHASAN

Yang akan dijelaskan pada bab ini akan di bahas tentang antara teori dan
hasil tinjauan kasus pada pelakasanna Manajemen Asuhan Kebidanan pada Ibu
dengan Akseptor Baru KB implant yang telah dilaksanakan di PMB Herni
Ningsih, S.ST, pada tanggal 23 Mei 2022.

Kontraindikasi penggunaan kontrasepsi implan: Wanita yang hamil


atau dicurigai hamil, Wanita yang mengalami perdarahan per vagina yang
belum jelas penyebabnya, Wanita yang tidak dapat menerima terjadinya
gangguan menstruasi atau amenorea, Wanita yang menderita kanker payudara
atau mempunyai riwayat kanker payudara, Wanita hipertensi, Penderita penyakit
jantung, diabetes militus.
Keuntungan implant : Perlindungan jangka panjang sampai 5 tahun,
Tidak mengganggu hubungan saat senggama, Tidak mengganggu produksi
ASI, Ibu hanya perlu kembali ke klinik bila ada keluhan, Dapat dicabut setiap
saat sesuai dengan kebutuhan.
Dari hasil penelitian mayoritas akseptor KB implan baru
siklus menstruasinya tidak teratur. Hal ini sesuai dengan teori yang menyatakan
bahwa pada awal pemakaian ini terjadi karena ketidakseimbangan hormon
sehingga endometrium mengalami histologi, pemakaian KB Implan
menyebabkan siklus haid tidak teratur. Hal ini dikarenakan KB Implan adalah
kontrasepsi hormonal yang memiliki bentuk kapsul plastik, tipis, fleksibel,
yang mengandung 36 mg levonorgestrel yang dimasukkan ke dalam kulit
lengan wanita. Kapsul ini melepaskan progrestin ke dalam aliran darah
secara perlahan dan menyebabkan siklus menstruasi tidak teratur.
Sejumlah perubahan pola haid akan terjadi pada tahun
pertama penggunaan, kira – kira 80 % pengguna. Perubahan tersebut
meliputi interval antar perdarahan, durasi dan volume aliran darah, serta
spotting (bercak-bercak perdarahan). Oligomenore dan amenore juga terjadi,
tetapi tidak sering. Kurang dari 10 % setelah tahun pertama. Perdarahan
teratur dan memanjang biaanya terjadi pada tahun pertama. Walaupun terjadi
jauh lebih jarang setelelah tahun kedua, masalah perdarahan dapat terjadi pada
waktu kapanpun (Hartanto, 2004; h.2).

30
31

Dalam penerapan Asuhan Kebidanan secara teoritis yang dimulai


dari pengkajian data,merumuskandiagnosa/masalah aktual,merumuskan
diagnosa masalah potensial, tindakan segera/kolaborasi, rencana asuhan,
implementasi, serta evaluasi kebidanan yang terjadi pada Ny. F.
A. Langkah I : Identifikasi Data Dasar
Teori menjelaskan bahwa identifikasi data dasar merupakan tahap awal
dari proses manajemen kebidanan yang kegiatannya ditujukan untuk
mengumpulkan informasi mengenai akseptor. Informasi tersebut harus saling
berkaitan dan menggambarkan masalah kesehatan yang dialami oleh
akseptor yang meliputi baik fisik, psikososial dan spiritual. Informasi yang
diperoleh mengenai data-data tersebut penulis didapatkan dengan
mengadakan wawancara langsung dari klien dan keluarganya serta sebagian
bersumber dari pemeriksaan fisik yang dimulai dari kepala sampai kekaki
dan pemerikasaan penunjang/laboratorium.
Menurut Purwoastuti & Walyani (2015:203) dikatakan bahwa
Implant atau susuk kontrasepsi merupakan alat kontrasepsi yang
berbentuk batang dengan panjang sekitar 4 cm yang didalamnya terdapat
hormon progesteron, implant ini kemudian dimasukkan kedalam kulit
dibagian lengan atas. Hormon tersebut kemudian akan dilepaskan secara
perlahan dan impalnt ini dapat efektif sebagai alat kontrasepsi selama 3
tahun.
Menurut Yuhedi (2015:105-106) yang boleh menggunakan implant
yaitu, wanita usia reproduksi, wanita nulipara atau yang sudah
mempunyai anak atau yang belum mempunyai anak, wanita yang
menghendaki kontrasepsi jangka panjang dan yang memiliki efektifitas
tinggi, wanita setelah keguguran dan setelah melahirkan, yang menyusui
atau yang tidak menyusui, wanita yang tidak menginginkan anak lagi
tetapi menolak untuk sterilisasi, wanita dengan tekanan darah kurang dari
180/110 mmhg, dan wanita yang sering lupa meminum pil kontrasepsi.
Adapun kontraindikasi kontrasepsi implant adalah wanita yang hamil
atau dicurigai hamil, wanita yang mengalami perdarahan per vagina yang
belum jelas penyebabnya, wanita yang tidak dapat menerima terjadinya
gangguan menstruasi atau amenorea. wanita yang menderita kanker
payudara atau mempunyai riwayat kanker payudaram, wanita hipertensi
dan penderita penyakit jantung, diabetes militus.
31
32

Pada kasus Ny. F Data awal yang dikumpulkan mulai dari data
subjektif dan data objektif. Data subjektif antara lain identitas istri dan
suami, keluhan utama, riwayat menstruasi, riwayat kehamilan, persalinan
dan nifas yang lalu riwayat KB, riwayat kesehatan, dan pola kebiasaan
sehari-hari, seperti nutrisi, eliminasi, pola istirahat, personal hygiene,
aktivitas, dan data psikososial, ekonomi dan spiritual.
Data subjektif yang didapatkan menanyakan identitas klien yaitu
nama Ny F berumur 31 tahun sebagai ibu rumah tangga, pendidikan
terakhir klien SMA, ibu mempunyai tiga orang anak jenis kelamin kelamin
laki-laki 2 orang dan jenis kelamin perempuan 1 orang, anak terakhir ibu
berumur 35 hari. Ibu ingin memakai KB implant pertama kalinya, ibu
tidak pernah disminorea setiap masa haid. Ibu sekarang masih menyusui
anaknya, dan ibu telah
melahirkan anak ketiga pada tanggal 18 April 2022 di PMB Herni Ningsih,
S.ST.Tidak ada riwayat kesehatan seperti hipertensi, tidak ada riwayat
diabetes militus, kanker payudara, penyakit jantung, dan tidak ada
riwayat alergi makanan dan obat-obatan, dan suami setuju apabila
istrinya menggunakan KB implant untuk menjarangkan kehamilannya.
Data objektif diperoleh dari pemeriksaan yang telah dilakukan
oleh petugas kesehatan. Pemerikasaan yang dilakukan pada Ny. F yaitu
keadaan umum ibu baik, kesadaran composmentis, berat badan sekarang 58
kg, tinggi badan 150 cm, pemerikasaan tanda-tanda vital dalam batas
o
normal yaitu tekanan darah 120/80 mmHg, nadi 78x/menit, suhu 36.8 c,
dan pernapasan 22x/menit. Pemeriksaan fisik pada wajah tidak
ditemukan oedema, tidak pucat, konjungtiva merah muda, sclera tidak
ikterus, dada simestris kiri dan kanan, putting susu menonjol, ASI ada,
tidak ada benjolan, radang dan luka pada payudara.
Tidak ada luka bekas operasi pada abdomen, uterus tidak teraba
lagi, ekstremitas atas dan bawah tidak ada kecatatan, tidak terdapat
oedema dan varices, genitalia tampak pengeluaran lochea alba, tidak
ada tanda-tanda infeksi dan tampak luka jahitan yang sudah kering.
Dapat disimpulkan bahwa pada kasus Ny. F yang dikumpulkan dari
hasil pengkajian yaitu ibu ingin memakai KB implant pertama kali
untuk menjarangkan kehamilannya dalam jangka panjang, dengan umur ibu
31 tahun merupakan usia reproduksi, ibu telah mempuyai anak 3 dan anak
terakhir ibu
32
33

berumur 35 hari dan masih dalam masa nifas, serta menyusui anaknya,
tidak ada riwayat kesehatan seperti hipertensi, dan tekanan darah ibu
dalam batas normal yaitu 120/70 mmHg, tidak ada riwayat diabetes
militus, kanker payudara, penyakit jantung, Dengan demikian apa yang
dijelaskan pada konsep dasar yang ditemukan pada studi kasus secara
garis besar tidak ada kesenjangan.
B. Langkah II Merumuskan Diagnosa/Masalah Aktual
Masalah aktual merupakan identifikasi diagnosa kebidanan dan
masalah interpretasi yang benar atas data-data yang telah dikumpulkan
(Nurhayati dkk, 2012). Dalam langkah ini data diinterpretasikan menjadi
diagnosa kebidanan dan masalah, keduanya digunakan karena beberapa
masalah tidak dapat diselesaikan seperti diagnosa tetapi
membutuhkan penanganan yang dituangkan dalam rencana asuhan
terhadap klien.
Menurut Purwoastuti & Walyani (2015: 182), KB adalah suatu usaha
pasangan suami istri untuk mengatur jumlah dan jarak anak yang
diinginkan dan KB implant ini merupakan alat kontrasepsi yang berbentuk
batang dengan panjang kira- kira 4 cm, dan KB implant ini dimasukkan
kedalam kulit dibagian lengan atas dan efektif selama 3 tahun. Pada
anamnesa Ny. F menyatakan ingin memakai KB implant pertama kali
untuk menjarakkan kehamilannya
Melakukan informed concent untuk persetujuan yang di berikan oleh
klien dan keluarga atas infirmasi dan penjelasan mengenai tindakan
medis yang akan dilakukan terhadap klien dan setiap tindakan medis yang
berisiko harus persetujuan tertulis ditandatangani oleh yang berhak
memberikan persetujuan klien dalam keadaan sadar dan sehat (Purwoastuti &
Walyani, 2015: 189).
Menurut Yuhedi & Kurniawati (2015: 105-106) Kontrasepsi implant
yaitu, wanita usia reproduksi, wanita nulipara atau yang sudah mempunyai
anak atau yang belum mempunyai anak, wanita yang menghendaki
kontrasepsi jangka panjang dan yang memiliki efektifitas tinggi, wanita
setelah keguguran dan setelah melahirkan, yang menyusui atau yang tidak
menyusui, wanita yang tidak menginginkan anak lagi tetapi menolak untuk
sterilisasi, wanita dengan tekanan darah kurang dari 180/110 mmhg, dan
wanita yang sering lupa meminum pil kontrasepsi.
Sedangkan kontraindikasi penggunaan kontrasepsi implant yaitu wanita
33
34

yang hamil atau dicurigai hamil, wanita yang mengalami


perdarahan pervaginam yang belum jelas penyebabnya, wanita yang tidak
dapat menerima terjadinya gangguan menstruasi atau amenorea, wanita yang
menderita kanker payudara atau mempunyai riwayat kanker payudara,
wanita hipertensi, penderita penyakit jantung dan diabetes militus.
Berdasarkan data objektif diperoleh keadaan umum ibu baik,
kesadaran composmentis, tanda tanda vital dalam batas normal yaitu
o
tekanan darah 120/70mmHg, nadi 78x/menit, suhu 36,8 c, dan
pernapasan 22x/menit. pemeriksaan fisik tidak ada kelainan untuk
menunjang pemakaian kontrasepsi implan.
Pada tinjauan pustaka dengan studi kasus, pada Ny. F secara garis besar
tampak ada persamaan dalam diagnosa aktual yaitu Ny. F ingin
menjarangkan kehamilannya pertama kali dalam jangka panjang dan
telah mebicarakan kepada suami dan keluarga untuk keinginannya ber-KB.
Keadaan umum ibu baik, kesadaran composmentis, TTV dalam batas
normal, pemeriksaan fisik dan laboratorium normal sehingga diagnose
ditegakkan yaitu Ny. F dengan akseptor baru KB implant. Apa yang
dijelaskan pada tinjaun pustaka dengan studi kasus tampak tidak ada
kesenjangan antara teori dan studi kasus.
C. Langkah III Merumuskan Diagnosa/Masalah Potensial
Berdasarkan tinjaun pustaka manajemen kabidanan adalah
mengidentifikasi adanya masalah potensial yaitu mengantisipasi
segala sesuatu yang mungkin terjadi (Nurhayati dkk, 2013). Pada pasca
pemasangan implant perlu dijelaskan bahwa mungkin terjadi sedikit rasa
perih, bengkak, atau sedikit sakit didaerah insisi selama beberapa hari,
namun hal ini normal 3-5 hari sudah sembuh (Prawirohardjo, 2012: PK-27).
Bila ditemukan adanya tanda-tanda infeksi seperti demam, peradangan atau
bila rasa sakit menetap selama beberapa hari menganjurkan klien segera ke
klinik atau rumah sakit.
Penerapan tinjauan pustaka dan manajemen asuhan kebidanan
pada kasus Ny. F tampak ada persamaan dan tidak ditemukan adanya
kesenjangan yaitu pada hari kedua merasakan sedikit rasa perih, tampak
berwarna merah pada lengan selama beberapa hari dan pada kunjungan
selanjutnya ibu sudah tidak merasakan nyeri pada lengannya dan luka
tersebut sudah kering dan tidak ada tanda-tanda infeksi. Berdasarkan
data yang diperoleh dari pengkajian di atas tidak ada data kesenjangan
masalah potensial antara teori
34
35

dengan studi kasus Ny. F.

D. Langkah IV Identifikasi Tindakan Segera/ Kolaborasi


Perlunya tindakan segera dan kolaborasi dilakukan jika ibu
mengalami efek samping atau keluhan yang mengancam maka dilakukan
tindakan segera atau kolaborasi dengan tenaga kesehatan lainnya untuk
menangani akseptor baru KB implant. (Mangkuji dkk: 2012). tidak ada
data yang memberikan indikasi adanya tindakan segera dimana harus
menyelamatkan jiwa klien, berupa kolaborasi dengan tenaga kesehatan yang
lebih professional.
Berdasarkan kasus Ny. F pada hari kedua merasakan sedikit rasa
perih, tampak berwarna merah pada bekas pemasangan, dan pada
kunjungan berikutnya ibu sudah tidak merasakan hal tersebut luka sudah
mengering dan tidak ada tanda-tanda infeksi dan tidak perlu dilakukan
tindakan kolaborasi.
Dengan demikian penerapan tinjauan pustaka pada studi kasus Ny.
F tampak ada persamaan yaitu tidak perlu dilakukan kolaborasi, jika tidak
ada efek samping yang mengancam, sehingga apa yang dijelaskan
ditinjauan pustaka dan studi kasus tidak ada kesenjangan antra teori dan
kasus.
E. Langkah V Rencana Asuhan
Pada manajemen asuhan kebidanan suatu rencana tindakan
yang komprehensif dilakukan termasuk atas indikasi apa yang timbul
berdasarkan kondisi klien, rencana tindakan harus disetujui klien dan semua
tindakan harus berdasarkan rasional yang relevan dan diakui kebenarannya
(Nurhayati dkk, 2013).
Pada kasus Ny. F ingin menjadi akseptor KB dan merencanakan
asuhan kebidanan berdasarkan diagnose masalah aktual. Menurut Saifuddin
(2010), yaitu melakukan pendekatan pada klien dan suami serta keluarga,
berikan kesempatan pada klien untuk mengemukakan masalahnya,
menjelaskan tentang implant (definisi, cara kerja, keuntungan dan
kekurangan, indikasi dan kontraindikasi, efek samping implant), melakukan
informed concent sebagai bukti bahwa ibu dan suaminya setuju dengan
tindakan yang akan dilakukan, menjelaskan kepada klien tentang hasil
pemeriksaan, melakukan teknik pemasangan implant sesuai dengan
standar yang berlaku, melakukan konseling pasca pemasangan tentang
perawatan luka insisi dirumah dan kapan kunjungan ulang.
35
36

Rencana asuhan kebidanan selanjutnya melakukan kunjungan kepada


klien untuk memantau keadaannya setelah memakai KB implant dan
diberikan sesuai dengan keluhan klien.
1. Pemantauan pertama hari kedua Ny. F dengan akseptor baru KB implant
Ibu merasakan nyeri dan tampak kemerahan dibagian lengan klien
bekas luka insisi, keadaan umum ibu baik, kesadaran composmentis BB
57 kg, tanda tanda vital dalam batas normal, pemeriksaan fisik pada
lengan kiri atas tampak merah dan terdapat nyeri tekan. Menurut
Prawirohardjo (2012) menyatakan bahwa mungkin akan terjadi
memar, bengkak atau sakit pada daerah insisi selama beberapa hari
merupakan hal yang normal, jaga luka insisi tetap kering dan bersih
serta jangan membuka pembalut selama 48 jam dan biarkan band aid
ditempatnya sampai luka insisi sembuh umumnya 3-5 hari.
Rencana asuhan yang diberikan yaitu menjelaska pada ibu bahwa
nyeri yang dirasakan dan tampak merah pada bekas pemasangan
implant merupakan hal yang normal, suatu proses penyembuhan dan
akan hilang 3-5 hari pasca pemasangan. menjelaskan pada ibu untuk
tetap menjaga kebersihan pada lengan bekas pemasangan implant agar
tetap kering dan bersih selama 48 jam pasca pemasangan untuk
mencegan infeksi atau komplikasi, dan menjelaskan kepada ibu
untuk tidak menekan atau membuka plaster/band aid sampai luka
insisi sembuh, menganjurkan ibu untuk menjaga personal hygiene,
pola istirahat dan kebutuhan nutrinya ibu. Setelah luka bekas insisi
sembuh daerah tersebut dapat disentuh dan dicuci dengan tekanan
yang wajar, dan bila di temukan tanda-tanda infeksi seperti demam,
peradangan, atau bila rasa sakit yang menetap selama beberapa hari
menganjurkan ibu untuk kembali ke klinik.
2. Pemantauan ketiga yaitu pada hari ke delapan pada Ny. F dengan
akseptor baru KB implant
Pada Ny. F sudah tidak merasakan nyeri dan tidak tampak
kemerahan lagi pada lengan bekas pemasangan implan. Plaster/band
aid terlepas sendiri tiga hari yang lalu, luka bekas pemasangan
sudah kering dan keadaan umum ibu
baik, kesadaran composmentis, berat badan mengalami kenaikan 57,5
kg, TTV dalam batas normal yaitu tekanan darah 120/70 mmHg,
nadi
36
37

o
80x/menit, suhu 36,6 c, pernapasan 20x/menit, pemeriksaan fisik
terfokus yang dilakukan yaitu tampak luka insisi pada lengan
sudah kering, plaster/band aid sudah terlepas, sudah tidak tampak lagi
kemerahan pada lengan kiri bekas pemasangan implant dan tidak ada
nyeri tekan.
Rencana asuhan yang diberikan pada ibu yaitu menjelaskan pada
ibu tentang efek samping, penjelasan tentang efek samping tersebut
agar ibu bisa menerima dan mengetahui jika mengalami efek samping
tersebut.
Menurut Yuhedi dan Kurniawati (2013: 115) Efek samping kontrasepsi
implant
a. Amenorea
Melakukan pemeriksaan kehamilan untuk memastikan apakah
klien hamil atau tidak. Apabila klien tidak hamill, tidak perlu
penanganan khusus. Apabila terjadi kehamilan dan ingin
melanjutkan kehamilan, cabut implant. Rujuk klien jika di duga terjadi
kehamilan ektopik.
Hasil penelitian Rowland (2014) yang berjudul Contraceptive
implants: current perspectives menyatakan bahwa salah satu efek
samping penggunaan alat kontrasepsi implan adalah masalah pada
menstruasi seperti amenore.
b. Perdarahan bercak (spooting) ringan
Tidak perlu tindakan apapun jika tidak ada masalah dan klien tidak
hamil. Apabila klien tetap mengeluh permasalahan ini dan
ingin tetap menggunakan implant, berikan pil kombinasi 1 siklus
atau ibu profen 3x800 mg selama 5 hari, jelaskan bahwa akan terjadi
perdarahan kembali setelah pil kombinasi habis. Apabila terjadi
perdarahan yang lebih banyak dari biasa. Beri 2 tablet pil kombinasi
selama 3-7 hari kemudian lanjutkan dengan 1 siklus pil kombinasi
Berdasarkan hasil penelitian Edith Weisberg (2013) tentang A three-
year comparative study of continuation rates, bleeding patterns
and satisfaction in Australian women using a subdermal
contraceptive implant or progestogen releasing-intrauterine system
menyatakan bahwa pendarahan/bercak yang sering terjadi lebih
banyak terjadi pada tahun pertama pada pengguna implan.
37
38

Hasil penelitian tersebut didukung oleh penelitian Zingler (2017)


dimana perdarahan tidak terjadwal merupakan efek dari penggunaan
kontrasepsi yang mengandung progestin seperti implan.
c. Ekspulsi
Cabut kapsul ekspulsi, periksa apakah terdapat tanda infeksi
daerah insersi bila tidak ada infeksi dan kapsul lain masih
berada pada tempatnya, pasang 1 buah kapsul baru pada tempat insersi
yang berbeda. Bila ada infeksi, cabut seluruh kapsul yang ada dan
pasang kapsul baru pada lengan yang lain.
d. Infeksi pada daerah insersi
Bila terdapat infeksi tanpa nanah, bersihkan dengan, sabun, air,
dan antiseptik. Berikan antibiotik selama 7 hari, tetapi implant tidak
perlu dilepas dan minta klien untuk kembali setelah 7 hari. Apabila tidak
terjadi perbaikan. Cabut impan.
e. Peningkatan atau penurunan berat badan
Beri tahu klien bahwa perubahan berat badan 1-2 kg adalah
normal. apabila terjadi perubahan berat badan > 2 kg, kaji kembali diet
klien. Menurut Prawirohardjo (2012) menghindari benturan dan
tekanan pada daerah bekas pemasangan implant untuk mencegah
kemungkinan timbulnya rasa nyeri, infeksi maupun ekspulsi.
Rencana asuhan selanjutnya yaitu anjurkan ibu untuk menghindari
benturan atau tekanan pada daerah insisi. setelah luka insisi sembuh,
daerah tersebut dapat disentuh dan dibersihkan dengan tekanan
normal dan ibu bisa kembali beraktivitas seperti biasa, dan
menganjurkan ibu untuk tidak memkai lengan yang terpasang
implan mengangkat barang yang berat. bila terdapat tanda-tanda
infeksi seperti demam, daerah insisi kemerahan dan panas atau sakit
yang menetap selama beberapa hari, segera kembali ke klinik.
F. Langkah VI Implementasi
Menurut Mangkuji dkk (2012) berdasarkan tinjauan
manajemen asuhan kebidanan bahwa melaksanakan rencana tindakan
harus efisien dan menjamin rasa aman pada klien. Implementasi dapat
dilaksanakan seluruhnya oleh bidan ataupun sebagian dilaksanakan ibu
serta kerja sama dengan tim petugas kesehatan lainnya sesuai dengan
tindakam yang telah direncanakan.
38
39

Pada saat melakukan pendekatan pada ibu, suami dan keluarga


dengan maksud dan tujuan untuk konseling KB pasca persalinan, ibu dan
keluarga menyambut dengan baik maksud dan tujuan yang diberikan.
Setelah menjelaskan tentang KB implant bahwa implant, maka
ibu setuju dengan tindakan yang akan dilakukan dan keadaan fisik ibu
yang mendukung ibu untuk melaksanakan tindakan pemasangan.
Tindakan pemasangan yang telah direncanakan dapat dilaksanakan sesuai
rencana dan tahap pelaksanaan tindakan asuhan kebidanan. Penulis tidak
menemukan hambatan karena adanya kerja sama dan penerimaan yang baik
dari ibu dan keluarga serta dukungan, bimbingan, dan adanya sarana dan
fasilitas yang mendukung dalam pelaksanaan tindakan.Menganjurkan ibu
untuk perawatan luka insisi untuk mencegah infeksi dan ekspulsi.
Pada kunjunga pertama hari kedua ibu merasakan nyeri dan
tampak kemerahan dibagian lengan klien bekas luka insisi, keadaan
umum ibu baik, kesadaran composmentis BB 57 kg, tanda tanda vital
dalam batas normal, pemeriksaan fisik pada lengan kiri atas tampak
merah dan terdapat nyeri tekan. Menurut Prawirohardjo (2012) menyatakan
bahwa mungkin akan terjadi memar,bengkak atau sakit pada daerah insisi
selama beberapa hari merupakan hal yang normal, jaga luka insisi tetap
kering dan bersih serta jangan membuka pembalut
selama 48 jam dan biarkan band aid ditempatnya sampai luka
insisi sembuh umumnya 3-5 hari. Ny. F mengerti dengan apa yang
dijelaskan dan melakukan anjuran yang diberikan dan tetap menjaga
kebersihan luka bekas pemasangan implant. Pemantauan kedua yaitu
pada hari ke tiga puluh tiga Ny. F sudah tidak merasakan lagi nyeri dan
kemerahan, band aid terlepas sendiri pada hari ke empat pasca
pemasangan. pada pemantauan ini menjelaskan kembali pada ibu
tentang efek samping kontrasepsi implant yaitu adanya perubahan pola
haid seperti amenorea (tidak haid), spooting (perdarahan bercak),
Ekspulsi (keluarnya kapsul implan), infeksi pada daerah insisi, berat
badan naik/turun dan menganjurkan ibu untuk menghindari benturan atau
tekanan pada daerah insisi,ibu bisa bekerja seperti biasanya,
dan ibu mengerti dengan penjelasan dan ibu akan melakukan anjuran yang
diberikan.
G. Langkah VII Evaluasi
Evaluasi merupakan langkah akhir dari proses manajeman asuhan
39
40

kebidanan yaitu penilaian terhadap tingkat keberhasilan asuhan yang


diberikan kepada klien dengan pedoman dan tujuan dan kriteria yang telah
ditetapkan sebelumnya. Pada saat sebelum pemasangan ibu setuju denga
tindakan yang akan dilakukan, riwayat kesehatan, keadaan umum dan fisik
serta TTV dalam batas normal sehingga mendukung untuk pemasangan
kontrasepsi implant, setelah pemasangan implan ibu merasakan nyeri dan
tampak merah pada bekas pemasangan kontrasepsi implant, nyeri yang
dirasakan pada daerah insisi selama beberapa hari, hal ini normal 3-5 hari.
Ibu telah diberi petunjuk untuk perawatan luka insisi setelah pemasangan
dan akan kembali ke
pelayanan kesehatan jika terdapat keluhan atau ingin melepasnya.
Pada pemantauan selanjutnya luka bekas insisi sudah kering dan
tidak mengalami tanda-tanda infeksi, ibu mengalami spooting. Pada
kasus ini penulis melihat tidak ada kesenjangan antara teori
berdasarkan tinjauan pustaka yaitu sebelum melakukan tindakan harus
disetujui oleh klien dan keluarganya, dan klien akan kembali ke klinik jik
terdapat keluhan atau jika ibu ingin melepasnya. Berdasarkan studi kasus
Ny. F akseptor baru KB
implant tidak ditemukan yang yang menyimpang. Oleh karena itu
bila dibandingkan dengan tinjauan pustaka dan studi kasus tidak ditemukan
adanya kesenjangan.

40
41

BAB V
PENUTUP

A. Kesimpulan
Setelah penulis melakukan asuhan kebidanan pada Ny. F di PMB
Herni Ningsih, S.ST dengan menggunakan manajemen menurut Varney, maka
penulis dapat membuat kesimpulan sebagai berikut:
1. Telah dilaksanakan perumusan untuk menganalisan dan
menginterpretasikan data untuk menegakkan diagnosa atau masalah aktual
pada Ny. F dengan akseptor baru KB implant di PMB Herni Ningsih, S.ST.
2. Telah di laksanakan perumusan untuk menganalisan dan
menginterpretasikan data untuk menegakkan diagnosa atau masalah potensial
pada Ny. F dengan akseptor baru KB implant di PMB Herni Ningsih, S.ST.
3. Telah dilaksanakan identifikasi perlunya tindakan segera atau kolaborasi
pada Ny. F dengan akseptor baru KB implant di PMB Herni Ningsih, S.ST.
4. Menetapkan rencana tindakan asuhan kebidanan pada Ny. F dengan
akseptor baru KB implant di PMB Herni Ningsih, S.ST berdasarkan
diagnosa masalah aktual dan masalah potensial.
5. Telah dilaksanakan tindakan asuhan kebidanan pada Ny. F dengan
akseptor baru KB implant di PMB Herni Ningsih, S.ST dengan hasil semua
tindakan dapat dilakukan secara menyeluruh tanpa adanya hambatan
6. Telah dilakukan evaluasi hasil asuhan kebidanan pada Ny. F dengan akseptor
baru KB implant di PMB Herni Ningsih, S.ST.
7. Telah di lakukan pendokumentasian semua hasil temuan dan tindakan
asuhan pada Ny. F dengan akseptor baru KB implant di PMB Herni Ningsih,
S.ST.

B. Saran
1. Bagi Puskesmas PMB Herni Ningsih, S.ST
Diharap dapat meningkatkan manajemen asuhan kebidanan terhadap
Akseptor KB Implan.
2. Bagi Poltekkes Kemenkes Jambi Jurusan Kebidanan
Diharapkan dapat menambah wawasan khususnya mahasiswa kebidanan
dan mahir dalam melaksanakan asuhan kebidanan Akseptor KB Implan.

41
42

DAFTAR PUSTAKA

Aisyah, S. (2021). Hubungan Paritas, Status Ekonomi, Dan Pendidikan


Dengan Pemilihan Metode Kontrasepsi Implant. Jurnal Kesehatan Terapan,
8(2), 103-115.Badan Pusat Statistik dan Macro Internasional. 2015. Survei
Kesehatan Reproduksi Remaja Indonesia 2015. Jakarta.
Eva Ellya Sibagariang. Kesehatan Reproduksi Wanita (Edisi Revisi). Jakarta Timur:
Cv. Trans Info Media; 2016.
Hartini, L. (2020). Pendidikan dan Paritas terhadap Pemakaian Alat Kontrasepsi
Bawah Kulit (AKBK). Jurnal Kesmas Asclepius, 2(2), 105-112.Katharini, dkk.
2017. Kesehatan Reproduksi Wanita. Jakarta; Trans Info Media
Kumalasari I dan Andhyantoro I. 2018. Kesehatan Reproduksi. Jakarta: Salemba
Medika.
Kusmiran E. 2013. Kesehatan Reproduksi Remaja dan Wanita. Jakarta: Salemba
Medika.
Khusen D. Rahasia Kesehatan Wanita. Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas
Indonesia; 2017.
Laput, D. O. (2020). Pengaruh Paritas terhadap Penggunaan Kontrasepsi Implant
di Wilayah Kerja Puskesmas Wae
Mbeleng, Kecamatan Ruteng. Wawasan Kesehatan, 5(1),
6-10.Manuaba, Ida Ayu Chandranita. 2015. Memahami Kesehatan
Reproduksi Wanita Ed 4. Jakarta: EGC
Peebles, K., Kiweewa, F. M., Palanee-Phillips, T., Chappell, C., Singh, D., Bunge,
K. E., ... & Balkus, J. E. (2021). Elevated risk of bacterial vaginosis among
users of the copper intrauterine device: a prospective longitudinal cohort
study. Clinical Infectious Diseases, 73(3), 513-520.
Sibagariang Ee, Pusmaika R, Rismalinda. Kesehatan Reproduksi Wanita. Jakarta: Cv.
Trans Info Media; 2016.
Melani, N, dkk. Pelayanan Keluarga Berencana (Dilengkapi dengan penuntun belajar).
Yogyakarta:Fitramaya.2012
Mulyani, NS. Rinawati, M. KB Keluarga Berencana dan Alat Kontrasepsi.Yogyakarta:
Nuha Medika.2013
Purwoastuti, E & Walyani, ES. Panduan Materi Kesehatan Reproduksi dan Keluarga
Berencana.Yogyakarta:Pustaka Baru Press.2015
Saifuddin, A.B. Buku Panduan Praktis Pelayanan Kontrasepsi.Jakarta: Bina Pustaka.
2010
Zigler, R. E., & McNicholas, C. (2017). Unscheduled vaginal bleeding with
progestin-only contraceptive use. American journal of obstetrics and
gynecology, 216(5), 443-450.

42

Anda mungkin juga menyukai