Anda di halaman 1dari 17

MAKALAH

PENANGANAN BAYI YANG LAHIR DARI IBU DENGAN PENYAKIT


INFEKSI MALARIA, DEMAM BERDARAH DENGUE DAN HEPATITIS

Diajukan Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Gawat Darurat Maternal


Neonatal

Disusun oleh:

Kelompok 7

1. Annisa Tsania Rizqiyani (1902277002)


2. Aulia Khoerunnisa (1902277003)
3. Indrawati (1902277014)
4. Noneng Parida (1902277021)
5. Siti Mahdiah (1902277036)

PROGRAM STUDI D3 KEBIDANAN


STIKES MUHAMMADIYAH CIAMIS
Jl. K.H. Ahmad Dahlan No. 20 TLP. 0265-773052 Ciamis 46216
TAHUN AKADEMIK 2021
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Alloh SWT yang telah memberikan rahmat dan
hidayah-Nya sehingga kami dapat menyelesaikan tugas makalah tentang
“Penanganan Bayi Yang Lahir Dari Ibu Dengan Penyakit Infeksi Malaria,
Demam Berdarah Dengue Dan Hepatitis” ini tepat pada waktunya.
Adapun tujuan dari penyusunan makalah ini adalah untuk memenuhi tugas
mata kuliah Gawat Darurat Maternal Neonatal. Selain itu, bertujuan untuk
menambah wawasan tentang kebidanan bagi para pembaca dan bagi penyusun.
Keberhasilan penyusun dalam menyelesaikan makalah ini, tidak terlepas
dari bantuan,dorongan dan bimbingan berbagai pihak. Oleh karena itu pada
kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih kepada:
1. Ibu Sri Utami Asmarani, SST., M.KM
2. Seluruh Dosen Mata Kuliah Gawat Darurat Maternal Neonatal.
3. Semua pihak yang telah memberikan dukungan, bantuan, kemudahan dan
semangat dalam proses penyelesaian makalah ini.
Akhirnya, kami berharap semoga makalah ini dapat memberikan manfaat
bagi penyusun khususnya, dan umumnya bagi semua pembaca, serta dapat
berguna bagi kemajuan STIKes Muhammadiyah Ciamis. Oleh karena itu, Kritik
dan saran yang bersifat membangun sangat diharapkan untuk kesempurnaan
makalah ini.

Ciamis, 30 September 2021

Penyusun

2
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ............................................................................................2


DAFTAR ISI .......................................................................................................... 3
DAFTAR GAMBAR ..............................................................................................4
BAB I .......................................................................................................................5
PENDAHULUAN ...................................................................................................5
1.1. Latar Belakang.......................................................................................... 5
1.2. Rumusan Masalah .................................................................................... 6
1.3. Tujuan Makalah ........................................................................................ 6
1.4. Manfaat Makalah ...................................................................................... 6
BAB II .....................................................................................................................7
PEMBAHASAN .....................................................................................................7
2.1. Penanganan Bayi Lahir dari Ibu Penderita Infeksi Malaria ..................... 7
2.2. Penanganan Bayi Lahir dari Ibu Penderita Infeksi DBD ......................... 9
2.3. Penanganan Bayi Lahir dari Ibu Penderita Hepatitis ............................. 12
BAB III ..................................................................................................................16
PENUTUP .............................................................................................................16
3.1. Kesimpulan ............................................................................................. 16
3.2. Saran ....................................................................................................... 16
DAFTAR PUSTAKA ...........................................................................................17

3
DAFTAR GAMBAR

Gambar 1 Gejala DBD pada Bayi (Ruam) ............................................................ 10


Gambar 2 Gejala Hepatitis pada Bayi (Kulit dan Mata Kuning) .......................... 14

4
BAB I
PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang


Sampai saat ini malaria masih merupakan masalah kesehatan masyarakat
di negara-negara seluruh dunia, baik didaerah tropis maupun subtropis, terutama
di negara berkembang termasuk Indonesia. Malaria menyerang individu tanpa
membedakan umur dan jenis kelamin, tidak terkecuali ibu hamil. ibu hamil dan
bayi merupakan populasi yang paling rentan mengalami kesakitan dan kematian
akibat malaria secara signifikan. Hasil penelitian terdahulu melaporkan adanya
peningkatan kerentanan infeksi malaria pada bayi yang dilahirkan oleh ibu hamil
yang menderita malaria.
Demam dengue merupakan salah satu penyebab demam tersering pada
orang-orang yang tinggal di daerah tropis, termasuk Indonesia. Demam dengue
disebabkan oleh infeksi virus dengue, yang disebarkan melalui gigitan
nyamuk Aedes aegypti. Ketika ibu hamil menderita demam dengue, efek buruk
tak hanya dirasakan oleh dirinya sendiri. Janin dalam kandungannya juga
mungkin akan menerima dampak negatif dari penyakit tersebut. Demam dengue
akan menjadi lebih berbahaya jika terjadi pada wanita yang sedang hamil. Virus
dengue yang berada di dalam tubuh ibu hamil bisa saja diteruskan ke bayi yang
sedang dikandungnya.
Hepatitis adalah peradangan hati serius yang bisa dengan mudah
ditularkan ke orang lain. Penyakit ini diakibatkan oleh virus hepatitis. Ada
beberapa jenis virus hepatitis, termasuk hepatitis A, hepatitis B, dan hepatitis C.
Jika tidak tertangani dengan baik, hepatitis saat hamil bisa menyebabkan penyakit
parah, kerusakan hati, bahkan kematian. Ibu juga bisa menyebarkan virus ke
bayinya. Di Indonesia, sekitar 3,9% ibu hamil merupakan pengidap hepatitis
dengan risiko transmisi maternal kurang lebih sebesar 90% anak yang tertular
secara vertikal dari ibu dengan HBsAg positif.
Kesehatan ibu bersalin sangat berpengaruh terhadap kesehatan bayi yang
dilahirkannya. Oleh karena itu, seorang bidan harus mengetahui dan mampu

5
menangani bayi lahir dari ibu dengan penyakit infeksi malaria, DBD dan hepatitis
dengan tepat sesuai kewenangannya.

1.2. Rumusan Masalah


Rumusan masalah dari makalah ini adalah :
1) Bagaimana penanganan bayi lahir dari ibu penderita infeksi malaria ?
2) Bagaimana penanganan bayi lahir dari ibu penderita infeksi DBD ?
3) Bagaimana penanganan bayi lahir dari ibu penderita hepatitis ?

1.3. Tujuan Makalah


1. Umum
Tujuan umum dari penyusunan makalah ini adalah untuk mengetahui dan
memahami penanganan dan tatalaksanan bayi lahir dari ibu penderita infeksi
malaria, DBD dan hepatitis.
2. Khusus
a. Mengetahui pengertian dari penyakit malaria, DBD dan hepatitis
b. Mengetahui tanda gejala penyakit malaria, DBD dan hepatitis
c. Mengetahui resiko pada bayi dari ibu dengan penyakit malaria, DBD
dan hepatitis
d. Mengetahui tatalaksana ibu dan bayi dengan ibu penderita malaria,
DBD dan hepatitis

1.4. Manfaat Makalah


1. Meningkatkan dan memperluas pengetahuan dan keterampilan mahasiswa.
2. Belajar berpikir sistematis dan menjadi lebih kritis dalam menghadapi
permasalahan.
3. Memberi kesempatan pembaca untuk menambah pengetahuan dan wawasan
pembaca.
4. Sebagai bentuk sumber dan bahan masukan pembaca dalam pembuatan
makalah atau karya tulis selanjutnya.
5. Sebagai bahan referensi di Peguruan tinggi/ ilmu pendidikan sehingga dapat
memperkaya dan menambah wawasan.

6
BAB II
PEMBAHASAN

2.1. Penanganan Bayi Lahir dari Ibu Penderita Infeksi Malaria


Malaria merupakan penyakit yang disebabkan oleh parasit Plasmodium.
Umumnya, jenis parasit yang menyebabkan malaria adalah Plasmodium vivax dan
Plasmodium falciparum. Kedua jenis parasit ini disebarkan oleh nyamuk
Anopheles. Penyebaran penyakit malaria dapat terjadi sepanjang tahun, namun
jumlah kasus terkena malaria meningkat selama dan setelah musim hujan. Hal ini
disebabkan oleh cuaca lembab dan terdapatnya genangan air yang menjadi tempat
berkembang biak bagi nyamuk.
a) Beberapa resiko ibu penderita infeksi malaria pada bayi :
1. Resiko bayi tertular
Sebuah penelitian dilakukan di Timika, Papua sejak Oktober 2013 hingga
September 2016. Melibatkan 190 bayi yang terdiri dari 105 bayi dari ibu
dengan malaria maternal dan 85 bayi dari ibu tanpa malaria maternal.
Hasil penelitian secara mikroskopis menunjukkan kelompok bayi dari ibu
dengan malaria maternal lebih banyak mengalami infeksi malaria
dibanding bayi dari ibu tanpa malaria. Dari pemeriksaan PCR juga
diketahui infeksi malaria pada bayi dengan ibu malaria maternal lebih
tinggi dibandingkan bayi dari ibu tanpa malaria. Bayi dari ibu dengan
malaria maternal pada usia 6 dan 12 bulan berisiko 9,09 kali dan 8,58 kali
lebih banyak terinfeksi malaria dibandingkan dengan bayi dari ibu tanpa
malaria maternal.
2. Bayi mengalami gizi buruk atau kurang di usia 3, 4, dan 9 bulan
3. Bayi mengalami stunting pada usia 4 dan 9 bulan
4. Bayi memiliki skor kognitif dan motorik lebih rendah di usia 12
b) Gejala Malaria pada Bayi
1. Demam dan menggigil
2. Batuk dan pilek
3. Mudah mengantuk
4. Nafsu makan menurun

7
5. Diare (biasanya dengan feses berwarna hijau)
6. Sakit perut
7. Muntah
8. Beberapa bayi mengalami hipotermia
9. Bernapas lebih cepat
c) Tatalaksana Malaria
Sebagian besar gejala malaria mirip dengan gejala demam berdarah dan
chikungunya. Maka dari itu, perlu konsultasi dengan dokter untuk
memastikannya. Apabila hasil tes darah dan pengecekan parasit
menghasilkan diagnosa malaria, beberapa langkah pengobatannya pada
bayi yaitu :
1. Berikan bayi asupan nutrisi dan cairan yang cukup
2. Usahakan bayi tidur yang cukup dengan jam tidur sesuai usianya
3. Berikan parasetamol khusus bayi dengan dosis sesuai instruksi dokter
d) Cara Mencegah Malaria
Utamanya, langkah pencegahan malaria dimulai dengan menjauhkan
tempat berkembang biaknya nyamuk dari lingkungan rumah. Usahakan
untuk menjauhkan atau menutup genangan air di sekitar rumah. Selain itu
dapat diikuti langkah-langkah berikut ini.
1. Pakaikan baju berwarna terang pada bayi
Hindari pakaian berwarna gelap pada bayi, karena biasanya warna
gelap lebih menarik perhatian nyamuk. Pilih baju dengan lengan atau
celana panjang yang dapat melindungi permukaan kulit bayi dari
gigitan nyamuk.
2. Gunakan kelambu saat bayi tidur
Untuk menghindari gigitan nyamuk, pasang kelambu pada tempat
tidur bayi. Kelambu dapat digunakan pada siang dan malam hari
untuk mengurangi resiko gigitan nyamuk demam berdarah dan
chikungunya.
3. Pilih tempat yang sejuk untuk bayi
Apabila memungkinkan pasang AC di kamar bayi dengan temperatur
yang sejuk. Udara sejuk yang tidak disukai nyamuk.

8
4. Jauhkan kamar anak dari semak belukar
Semak belukar dan pagar tanaman merupakan tempat nyamuk
bersarang. Maka dari itu penting untuk memilih kamar yang tidak
dekat dengan semak-semak atau pagar tanaman.
5. Gunakan lotion anti nyamuk khusus bayi
Penggunaan lotion anti nyamuk untuk bayi diperbolehkan apabila
kandungannya tidak mengandung toksin dan aman untuk kulit sensitif
bayi. gunakan lotion anti nyamuk yang aman, halal, dan natural
seperti dengan kandungan alami dari minyak andiroba, lavender, dan
citronella, Mama’s Choice Mozzbye Skin Protection Lotion
melindungi kulit sensitif bayi dari nyamuk hingga 8 jam, termasuk
nyamuk penyebab Malaria, Demam Berdarah, dan Kaki Gajah.
Penting untuk diketahui bahwa nyamuk Anopheles menggigit pada malam
hari, berbeda dengan nyamuk pembawa demam berdarah atau
chikungunya yang menggigit pada siang hari. Maka dari itu, diperlukan
langkah proteksi bayi dari nyamuk selama 24 jam.

2.2. Penanganan Bayi Lahir dari Ibu Penderita Infeksi DBD


Demam dengue merupakan salah satu penyebab demam tersering pada
orang-orang yang tinggal di daerah tropis, termasuk Indonesia. Demam dengue
disebabkan oleh infeksi virus dengue, yang disebarkan melalui gigitan nyamuk
Aedes aegypti. Demam dengue akan menjadi lebih berbahaya jika terjadi pada
wanita yang sedang hamil. Virus dengue yang berada di dalam tubuh ibu hamil
bisa saja diteruskan ke bayi yang sedang dikandungnya.
a) Efek Demam Berdarah pada Ibu dan Bayi
Ibu hamil yang terkena demam dengue berisiko mengalami komplikasi
kehamilan, seperti:
1) Preeklampsia.
2) Persalinan prematur.
3) Harus melahirkan dengan bedah Caesar.
4) Perdarahan yang mungkin memerlukan transfusi darah.
5) Perdarahan pasca persalinan.

9
Jika ibu hamil terkena demam dengue, beberapa kemungkinan yang
dapat terjadi pada bayinya adalah:
1) Lahir dengan berat badan rendah.
2) Lahir prematur.
3) Menderita demam dengue dalam dua minggu pertama
kehidupannya. Hal ini bisa terjadi jika ibu hamil terkena demam
dengue saat sudah mendekati persalinan.
4) Meninggal dalam kandungan.
b) Gejala Demam Berdarah Dengue pada Bayi
Gejala DBD pada bayi mungkin sulit dikenali dan mirip dengan infeksi
anak lainnya. Melansir Kids Health, gejala DBD pada bayi dapat terjadi
dari 4 hari hingga 2 minggu setelah digigit nyamuk yang terinfeksi, dan
biasanya berlangsung selama 2 hingga 7 hari. Segera hubungi rumah sakit
atau konsultasikan ke dokter jika bayi mengalami demam atau suhu tubuh
rendah (kurang dari 36 derajat Celcius) dengan salah satu dari gejala
berikut:
1) Rasa kantuk, kurang energi, atau mudah rewel
2) Ruam
3) Pendarahan yang tidak biasa (pada gusi, hidung, memar)
4) Muntah (minimal 3 kali dalam 24 jam)
5) Terdapat darah di kotoran, urine, atau muntahannya.
6) Sesak napas.

Gambar 1 Gejala DBD pada Bayi (Ruam)

Gejala demam berdarah dapat dengan cepat menjadi parah, sehingga bayi
membutuhkan perhatian medis segera atau rawat inap.

10
c) Tatalaksana Demam Berdarah Dengue
Hingga saat ini, belum ada obat-obatan khusus yang dapat menyembuhkan
penyakit demam dengue. Pengobatan yang diberikan hanya bertujuan
untuk meringankan gejala dan mencegah komplikasi, seperti syok akibat
perdarahan berat. Demam dengue akan sembuh dengan sendirinya, berkat
perlawanan dari sistem kekebalan tubuh. Namun untuk membantu
mempercepat pemulihan demam dengue, ada beberapa cara yang dapat
dilakukan, seperti:
1) Banyak minum air putih untuk menghindari dehidrasi.
2) Memperbanyak istirahat.
3) Minum obat penurun panas, seperti paracetamol. Saat hamil,
hindari mengonsumsi ibuprofen atau aspirin untuk menurunkan
demam, karena obat-obatan tersebut berisiko menimbulkan efek
samping yang berbahaya bagi ibu hamil dan Ibu hamil tidak boleh
minum sembarang obat. Apapun jenis obatnya, sebaiknya
konsultasikan dulu ke dokter.
Pada bayi, Penanganan DBD sebaiknya dilakukan di rumah sakit dengan
pemantauan dari dokter, hingga kondisi bayi membaik. Bila dokter
mengijinkan bayi untuk dirawat di rumah, beberapa hal untuk merawat
bayi yang sedang sakit DBD:
1) Pastikan bayi tidak kekurangan cairan atau dehidrasi. Berikan
asupan cairan lebih sering dari biasanya. Bayi usia 6 bulan ke
bawah hanya diperbolehkan minum ASI atau susu formula. Air
putih bisa diberikan ketika usia bayi sudah di atas 6 bulan.
2) Untuk meredakan demamnya, berikan obat penurun demam yang
diresepkan oleh dokter.
3) Pastikan bayi cukup istirahat.
d) Cara Mencegah Demam Berdarah Dengue
Agar terhindar dari demam dengue saat hamil, lakukanlah hal-hal berikut
ini:
1) Oleskan obat antinyamuk meski berada di dalam ruangan.

11
2) Gunakan pakaian berlengan panjang, kaos kaki, dan celana atau
rok panjang yang menutupi tubuh.
3) Bersihkan tempat penampungan air di rumah secara rutin, dan
buang sampah-sampah yang dapat menampung air dan jentik
nyamuk.
4) Tutup tempat penampungan air di rumah.
5) Pasang kasa antinyamuk di pintu dan jendela rumah, agar nyamuk
tidak masuk ke dalam rumah.
6) Gunakan kelambu saat tidur.
Demam dengue dapat membahayakan ibu hamil dan janin, terutama bila
tidak ditangani dengan baik atau terlambat ditangani. Jadi, apabila Anda
mengalami gejala-gejala yang telah disebutkan di atas, segeralah pergi ke
dokter atau rumah sakit terdekat.

2.3. Penanganan Bayi Lahir dari Ibu Penderita Hepatitis


Hepatitis berasal dari bahasa Yunani kuno “hepar”, dengan akar kata
“hepat” yang berarti hati (liver), dan akhiran –itis yang berarti peradangan,
sehingga dapat diartikan peradangan hati.
Hepatitis pada bayi merupakan infeksi hati yang menyerang bayi dan
anak-anak. Ada dua jenis hepatitis yang dapat terjadi, yaitu hepatitis A dan
hepatitis B. Sebagian besar ibu dengan HbeAg positif akan menularkan infeksi
HBV vertikal kepada bayi yang dilahirkannya sedangkan ibu yang antiHbe positif
tidak akan menularkannya. Penularan post natal terjadi setelah bayi lahir misalnya
melalui ASI yang diduga tercemar oleh HBV lewat luka kecil dalam mulut bayi.
Pada kasus persalinan lama cenderung meningkatkan penularan vertikal (lebih
dari 9 jam). Sumber lain mengatakan, Hepatitis B yang menahun atau kronis
dinyatakan dengan adanya petanda dari virus hepatitis B (disebut HBsAg) yang
menetap lebih dari 6 bulan. Hepatitis B kronis ini sering terjadi pada 90% bayi
yang terinfeksi dari ibunya pada saat kelahiran (perinatal).
a) Penularan Hepatitis pada Bayi
Virus hepatitis A dapat ditularkan melalui tinja. Virus ini dapat menyebar
ketika:

12
 Orang yang terinfeksi lupa tidak mencuci tangan dengan benar ke
toilet kemudian menyentuh bayi, benda atau makanan.
 Orang yang merawat bayi tidak mencuci tangan dengan benar
setelah mengganti popok bayi yang terinfeksi.
 Bayi kerap memasukkan tangan atau benda ke dalam mulut,
padahal benda tersebut terkontaminasi oleh virus hepatitis A.
Sifat dari virus hepatitis A adalah sangat mudah menyebar,
meskipun sudah mencuci tangan. Oleh karena itu, cara mencegah hepatitis
A pada bayi yang paling tepat adalah dengan pemberian vaksin.
Sedangkan virus hepatitis B dapat menular pada bayi saat lahir.
Biasanya penyakit ini ditularkan oleh ibu pada bayi yang terkena paparan
darah serta cairan vagina ibu saat proses persalinan. Penularan ini dapat
terjadi pada persalinan normal maupun caesar.
Resiko penularan infeksi virus hepatitis B meningkat pada bayi
prematur, bayi dengan berat lahir rendah, serta bayi yang lahir dengan
kelainan anatomi dan fungsi tubuh. Oleh karena itu, bayi harus diberikan
vaksin hepatitis B sesegera mungkin agar kasusnya tidak berlanjut menjadi
kronis. Selain itu, bayi yang tidak divaksin hepatitis B juga dapat
menularkan virus pada orang dewasa.
b) Gejala Hepatitis pada Bayi
Hepatitis pada bayi menimbulkan gejala-gejala sebagai berikut:
1) Demam
2) Kelelahan
3) Hilangnya nafsu makan
4) Sakit perut
5) Mual dan muntah
6) Kulit dan mata menguning

13
Gambar 2 Gejala Hepatitis pada Bayi (Kulit dan Mata Kuning)

Namun pada kasus yang belum parah, hepatitis pada bayi kerap
tidak menimbulkan gejala. Inilah yang membuat orang tua sulit
mengetahui apakah si kecil menderita hepatitis atau tidak. Meskipun gejala
virus tersebut tidak terlihat, namun bayi tetap dapat menularkan virus
kepada orang lain, terutama jika orang tersebut belum divaksin.
c) Tatalaksana Bayi dengan Ibu Menderita Hepatitis
Pada saat ibu in partu, dokter spesialis anak mendampingi dokter spesialis
kebidanan. Tindakan segera setelah bayi lahir (dalam waktu kurang dari 12
jam) adalah.
1) Memberikan vaksin rekombinan hepatitis B secara IM, dosis 5 µg
vaksin HBVax-II atau 10 µg vaksin Engerix-B.
Tatalaksana khusus sesudah periode perinatal:
1) Dilakukan pemeriksaan anti HBs dan HBsAg berkala pada usia 7
bulan (satu bulan setelah penyuntikan vaksin hepatitis B ketiga), 1,
3, 5 tahun dan selanjutnya setiap 1 tahun.
2) Bila HBsAg positif selama 6 bulan, dilakukan pemeriksaan
SGOT/PT setiap 2-3 bulan. Bila SGOT/PT meningkat pada lebih
dari 2 kali pemeriksaan dengan interval waktu 2-3 bulan,
pertimbangkan terapi anti virus.
Tatalaksana umum
1) Pemantauan tumbuh-kembang, gizi, serta pemberian imunisasi,
dilakukan sebagaimana halnya dengan pemantauan terhadap bayi
normal lainnya.
2) Ibu penderita hepatitis B tetap memberikan ASI kepada bayinya
dengan ketentuan mengikuti program Nasional yaitu Pemberian
Imunoglobulin Hepatitis B (HBIg) dan vaksin HBV segera

14
setelah bayi lahir dari ibu penderita hepatitis B dapat mencegah
penularan pada lebih dari 95% kasus.
d) Pencegahan Hepatitis
Upaya untuk mencegah hepatitis pada bayi dapat dilakukan dengan cara-
cara sebagai berikut:
1) Selalu menjaga kebersihan tangan dan pakaian.
2) Mengolah makanan dengan benar dan memastikan selalu memasak
makanan sampai matang.
3) Gunakan air bersih untuk minum, mandi, dan makan
4) Pilih bahan makanan segar untuk mencegah kontaminasi bakteri
dan virus
5) Pemberian Imunoglobulin Hepatitis B (HBIg) dan vaksin HBV
segera setelah bayi lahir dari ibu penderita hepatitis B dapat
mencegah penularan pada lebih dari 95% kasus, tanpa
memandang bagaimana pemberian makanannya dan ASI dapat
terus diberikan.

15
BAB III
PENUTUP

3.1. Kesimpulan
Ibu hamil yang menderita infeksi malaria, demam berdarah dengue dan
hepatitis dapat menularkan penyakitnya pada bayi yang dilahirkan. Beberapa
pencegahan dapat dilakukan agar bayi yang dilahirkan tidak tertular. Perlunya
pengetahuan ibu untuk melakukan pencegahan dan peran bidan dalam melakukan
penatalaksanaan dengan tepat sesuai kewenangannya. Apabila bayi menunjukan
gejala berat karena resiko tertular, segera periksakan ke dokter untuk penanganan
lebih lanjut.

3.2. Saran
Dalam Makalah ini terdapat penjelasan tentang “Penanganan Bayi yang
Lahir dari Ibu dengan Infeksi Malaria, DBD dan Hepatitis” berharap agar
mahasiswi dapat mengetahui bagaimana pengertian, resiko penularan, efek dan
gejala, tatalaksana dan cara pencegahan penyakit pada bayi yang lahir dari ibu
dengan infeksi malaria, demam berdarah dengue dan hepatitis sesuai dengan
pembahasan yang ada dalam makalah ini, dan mencari sumber referensi lain yang
berhubungan dengan pembahasan tersebut.

16
DAFTAR PUSTAKA

Dat, et al. (2018). Dengue Fever During Pregnancy. Nagoya Journal of


Medical Science. 80(2), pp. 241–247

Dunkelberg JC, Berkley, Thie KW. Hepatitis b and c in pregnancy: a


review and recommendations for care. J Perinatol. 2014; 34(12):882-91.

Ika, 2018, Bayi Lahir dari Ibu dengan Malaria Rentan Terhadap Infeksi
Malaria diakses dari https://www.ugm.ac.id/id/berita/15899-bayi-lahir-dari-ibu-
dengan-malaria-rentan-terhadap-infeksi-malaria pada 30 september 2021.

Kementrian Kesehatan Republik Indonesia (2019). Menkes: Dibanding


Fogging, PSN 3M Plus Lebih Utama Cegah DBD.

Machain-Williams, et al. (2018). Maternal, Fetal, and Neonatal Outcomes


in Pregnant Dengue Patients in Mexico. BioMed Research International. 2018:
9643083.

Pujiarto, Purnamawati. Dkk, 2000, Bayi Terlahir dari Ibu Pengidap


Hepatitis B, Sari Pediatri, Vol. 2 (1), 48-49

Rehana, Intan. Mutiara, Hanna., 2017, Penatalaksanaan Malaria dalam


Kehamilan, J. Medula Unila, Vol. 7 (3)

World Health Organization (2019). Dengue and Severe Dengue.

17

Anda mungkin juga menyukai