Anda di halaman 1dari 20

MAKALAH

PENANGANAN KEGAWATDARURATAN DI PONED/PONEK


DALAM TIM DENGAN PENYULIT PADA NEONATUS DAN BAYI
DENGAN RESIKO TINGGI

Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Tugas Mata Kuliah


Gawat Darurat Maternal Neonatal

Disusun oleh
Kelompok 4
Fitria Andini A (1902277008)
Hilda Elista Sari (1902277011)
Marcella Divilda (1902277016)
Murni Septiani (1902277017)
Rifka Primadiany (1902277028)
Sheila Rachmawati (1902277032)

PROGRAM STUDI D-III KEBIDANAN


STIKes MUHAMMADIYAH CIAMIS
Jl. K.H. Ahmad Dahlan No. 20, Kab. Ciamis, Jawa Barat 46216
TAHUN AKADEMIK 2021/2022
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat dan hidayah-
Nya sehingga dapat menyelesaikan tugas makalah yang berjudul“Penanganan
Kegawatdaruratan Di Ponedponek Dalam Tim Dengan Penyulit Pada Neonatus
Dan Bayi Dengan Resiko Tinggi’’sebagai salah satu tugas Gawat Darurat Maternal
Neonatal Program Studi D-III Kebidanan STIKes Muhammadiyah Ciamis.
Keberhasilan dalam menyelesaikan makalah ini, tidak terlepas dari
bantuan,dorongan dan bimbingan berbagai pihak. Oleh karena itu, pada kesempatan
inipenyusunmengucapkan terimakasihkepada:
1. Ibu Resna Litasari, SST., M.Tr.Keb.
2. Seluruh dosen mata kuliah Gawat Darurat Maternal Neonatal
3. Semua pihak yang telah memberikan dukungan, bantuan, kemudahan dan
semangaat dalam proses penyusunan makalah ini.
Penyusun berharap makalah ini dapat memberikan manfaat bagi semua pihak,
khususnya bagi penyusun, dan umumnya bagi pembaca, serta dapat berguna bagi
kemajuan STIKes Muhammadiyah Ciamis. Oleh karena itu, kritik dan saran yang
bersifat membangun sangat diharapkan untuk kesempurnaan makalah ini.

Ciamis, 28 September 2021

Penyusun

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ..................................................................................................... i


DAFTAR ISI ................................................................................................................... ii
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang ................................................................................................... 1
B. Rumusan Masalah .............................................................................................. 2
C. Manfaat Penulisan .............................................................................................. 2
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
A. BBLR.................................................................................................................. 3
B. SINDROM, GANGGUAN PERNAFASAN ..................................................... 7
C. IKTERUS ......................................................................................................... 11
D. PERDARAHAN TALI PUSAT ....................................................................... 13
BAB III PENUTUP
A. Kesimpulan ....................................................................................................... 15
B. Saran ................................................................................................................. 16
DAFTAR PUSTAKA

ii
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Neonatal dengan komplikasi adalah neonatal dengan penyakit dan atau kelainan
yang dapat menyebabkan kecacatan dan atau kematian, seperti asfiksia, ikterus,
hipotermia, tetanus neonatorum, infeksi/sepsis, trauma lahir, Bayi Berat Lahir Rendah
(BBLR), sindroma gangguan pernafasan, dan kelainan kongenital maupun yang
termasuk klasifikasi kuning dan merah pada pemeriksaan dengan Manajemen Terpadu
Bayi Muda (MTBM) (Kemenkes, RI, 2016 : 129).
Komplikasi yang menjadi penyebab kematian terbanyak yaitu asfiksia, bayi
berat lahir rendah, dan infeksi. Komplikasi ini sebetulnya dapat dicegah dan ditangani,
namun terkendala oleh akses ke pelayanan kesehatan, kemampuan tenaga kesehatan,
keadaan sosial ekonomi, sistem rujukan yang belum berjalan dengan baik, terlambatnya
deteksi dini, dan kesadaran orang tua untuk mencari pertolongan kesehatan (Kemenkes,
RI, 2016: 129).
Penanganan neonatal dengan komplikasi adalah penanganan terhadap neonatal
sakit dan atau neonatal dengan kelainan atau komplikasi/kegawatdaruratan yang
mendapat pelayanan sesuai standar oleh tenaga kesehatan (dokter, bidan atau perawat)
terlatih baik di rumah, sarana pelayanan kesehatan dasar maupun sarana pelayanan
kesehatan rujukan. Pelayanan sesuai standar antara lain sesuai dengan standar MTBM,
Manajemen Asfiksia Bayi Baru Lahir, Manajemen BBLR, pedoman pelayanan neonatal
essensial di tingkat pelayanan kesehatan dasar, PONED, PONEK atau standar
operasional pelayanan lainnya (Kemenkes, RI, 2016: 130).
Kegawatdaruratan adalah kejadian tidak terduga yang memerlukan tindakan
segera. Kegawatdaruratan dapat terjadi baik pada penanganan obstetric maupun
neonatal. Penatalaksanaan kegawatdaruratan meliputi pengenalan segera kondisi gawat
darurat, stabilisasi keadaan penderita, pemberian oksigen, infus, terapi cairan, tranfusi
darah dan pemberian medikamentosa maupun upaya rujukan lanjutan (Maryunani, Anik
dan Eka, P.S. 2013:1).
Dalam rangka menurunkan angka kematian ibu dan bayi, pemerintah
menetapkan kebijaksanaan penempatan bidan praktek mandiri, dengan tujuan utama

1
meningkatkan kualitas dan pemerataan pelayananantenatal dan prenatal. Sedangkan
Bidan Praktek Mandiri (BPM) adalah bidan yang memiliki tempat praktek secara
mandiri dalam melakukan pelayanan kesehatan.
Kompetensi bidan adalah pengetahuan, keterampilan dan skill yang harus
dimiliki oleh bidan dalam melaksanakan praktek kebidanan pada berbagai tatanan
pelayanan kesehatan, secara aman dan bertanggung jawab sesuai dengan standar
sebagai syarat untuk dianggap mampu oleh masyarakat. Kompetensi bidan tentang
penanganan kegawatdaruratan neonatus terdapat pada kompetensi bidan ke- 6 yaitu
bidan memberikan asuhan yang bermutu tinggi, komprehensif pada bayi baru lahir sehat
sampai dengan 1 bulan. Oleh karena itu, bidan harus mempunyai kompetensi dan upaya
kerja yang baik.

B. Rumusan Masalah
1. Apa yang dimaksud dengan BBLR?
2. Apa yang dimasksud dengan Sindrom, gangguan Pernafasan?
3. Apa yang dimaksud dengan Ikterus?
4. Apa yang dimaksud dengan Perdarahan Tali Pusat?

C. Manfaat Penulisan
1. Untuk Mahasiswa
Sebagai bentuk referensi kepada mahasiswa untuk mendapatkan pembelajaran
mengenai pengertian Hipospadia, standar kompetensi dan kewenangan bidan pada
kegawatdaruratan neonatal, dan penatalaksanaannya di PONED/PONEK.
2. Untuk Pembaca
Memberikan pengetahuan yang lebih bagi pembaca hasil tulisan secara luas
mengenai pengertian Hipospadia, standar kompetensi dan kewenangan bidan pada
kegawatdaruratan, dan penatalaksanaannya di PONED/PONEK.
3. Untuk Lembaga
Memberikan pengetahuan yang lebih mengenai standar kompetensi dan
kewenangan bidan pada kegawatdaruratan neonata dan penatalaksanaannya di
PONED/PONEK.

2
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

A. BBLR
BBLR mempunyai resiko tinggi untuk kegawatdaruratan neonatal berkaitan
belum sempurnanya organ-organ bayi.Untuk itu penatalaksanaan untuk bayi BBLR
harus dilakukan secara cermat. Bayi Berat Badan Lahir Rendah adalah bayi baru
lahir (BBL) dengan berat badan lahir <2500 gram. Komplikasi penyakit BBLR
tergantung klasifikasinya :
1. BBLR kurang bulan sesuai masa kehamilan
2. BBLR kecil masa kehamilan
3. BBLR besar masa kehamilan
Pada BBLR,BKB (Bayi Kurang Bulan) sistem fungsi dan struktur organ
tubuh masih sangat muda/imatur/premature belum berfungsi optimal sehingga akan
muncul komplikasi :
1. Susunan Syaraf Pusat
2. Komplikasi saluran pernafasan
3. Pusat thermoregulator belum sempurna
4. Metabolisme, produksi enzim glukoronil transfererase ke sel hati belum
sempurna
5. Immunoglobulin masih rendah
6. Ginjal belum berfungsi sempurna utama filtrasi gromerulus
Prinsipnya BBLR memperhatikan kematangan paru dan pencegahan
perdarahan diberi :
1. Medikamentosa, vit K₁ injeksi 1 mg IM sekali pemberian, /oral 2 mg sekali
pemberian / 1 mg 3 X pemberian (saat lahir, umur 3-10 hari, dan umur 4-6
minggu)
2. Diatetik, Bayi premature/BBLR reflek hisap masih lemah.ASI dikeluarkan
dengan pompa/diperas diberikan NGT/pipet → nilai kemampuan bayi
menghisap paling kurang sehari sekali.
3. Pemberian cairan secara IV, apabila BB beratnya naik 20 g/hari selama 3 hari
berturut-turut, timbang bayi 2 kali seminggu.

3
4. Pemberian minum bayi berat lahir rendah (BBLR) menurut BB & keadaan bayi
adalah:
a. BB 1750-2500 gram
1) Bayi sehat, ASI, anjurkan bayi menyusu >> sering (bila perlu 2 jam/X)
Kebutuhan 160 cc/kg BB/hari
2) Bayi sakit, Perlu cairan IV hanya 24 jam I, anjuran ASI per oral/pipet
pada hari ke-2/segera setelah bayi stabil, berikan minum 8 kali/24 jam.
Bila minum 160ml/kg BB/hr bayi tampak lapar berikan tambahan ASI
setiap minum
b. BB 1500-1749 gram
1) Bayi sehat, Berikan ASI peras 8 X/24 jam (bila dapat menelan), NGT
lepas
2) Bayi sakit, Cairan IV hanya 24 jam I, anjuran ASI per NGT pada hari ke-
2/segera setelah bayi stabil, Coba untuk menghisap. Bila minum
160ml/kg BB/hr bayi tampak lapar berikan ASI setiap minum
c. BB 1250-1499 gram
1) Bayi sehat, Berikan ASI peras 8 X/24 jam NGT, (bila dapat menelan),
NGT lepas
2) Bayi sakit, Cairan IV hanya 24 jam I, anjuran ASI peras per NGT pada
hari ke-2/segera setelah bayi stabil, coba untuk menghisap. Bila minum
160ml/kg BB/hr bayi tampak lapar berikan tambahan

Penatalaksanaan untuk Neonatus dengan BBLR:


1. Berat Bayi Berat LAhir Sangat Rendah (BBLRSR) atau sangat kecil
Bayi sangat kecil (1500 gr atau <32 minggu) sering terjadi masalah yang
berat yaitu :
a. Sukar bernafas
b. Kesukaran pemberian minum
c. Ikterus yang berat
d. Infeksi
e. Rentan hypothermi bila tidak dalam incubator

4
Asuhan yang diberikan :
a. Pastikan kehangatan bayi dibungkus dengan kain lunak, kering, selimut
dan pakai topi
b. Jika pada riwayat ibu terdapat kemungkinan infeksi bakteri beri dosis
pertama antibiotic gentamisin 4mg/kg BB IM (atau kenamisin) ditambah
ampisilin 100mg/kg BB IM
c. Bila bayi sianosis (biru) atau sukar bernafas (frekuensi <30 atau >60
X/menit, tarikan dinding dada ke dalam atau merintih, beri oksigen 0,5 I
/ menit kateter hidung atau nasal prong
d. Segera rujuk ketempat pelayanan kesehatan khusus yang sesuai untuk
bayi baru lahir sakit atau kecil
2. Bayi premature sedang (BBLR)
Bayi premature sedang (33-38 minggu) atau BBLR (1500-2500 gram) dapat
mempunyai masalah segera setelah lahir. Asuhan yang diberikan adalah :
a. Jika bayi tidak ada kesukaran bernafas dan tetap hangat dengan metode
kanguru:
1) Rawat bayi tetap bersama ibunya
2) Dorong ibu mulai menyusui dalam 1 jam pertama
b. Jika bayi sianosis (biru) atau sukar bernafas (frekuensi <30 atau >60x/menit,
tarikan dinding dada ke dalam atau merintih) beri oksigen 0,5 I /menit lewat
kateter hidung atau nasal prong.
c. Jika suhu aksiler turun dibawah 35°C, hangatkan bayi segera.
3. Bayi premature dan/atau ketuban pecah lama dan asimptomatis
a. Jika ibu mempunyai tanda klinis infeksi :
1) Rawat bayi tetap bersama ibu dan dorong ibu tetap menyusui
2) Lakukan kuktur darah dan berikan obat dosis pertama antibiotic
gentamisin 4mg/kg BB IM (atau kanamisin) ditambah ampisilin
100mg/kg BB IM
b. Jangan berikan antibiotic pada kondisi lain. Amati bayi terhadap tanda
infeksi selama 3 hari :
1) Rawat bayi tetap bersama ibu dan dorong ibu tetap menyusui

5
2) Jika dalam 3 hari terjadi tanda infeksi, rujuk ke tempat layanan bayi sakit
atau bayi kecil.

Observasi
1. Pemantauan saat dirawat
a. Terapi
Bila diperlukan terapi untuk penyulit tetap diberikan (kolaburasi)
b. Tumbuh kembang
Pantau BB secara periodic (7-10 hari I 10% BBL ≥1500 gram dan 15%
bayi dengan berat lahir<1500)
c. Perhatikan kemampuan menghisap bayi
d. Tingkatkan jumlah ASI 20 ml/kg/hari sampai tercapai 180 ml/kg/hari
e. Ukur BB setiap hari, PB dan lingkar kepala tiap minggu
2. Pemantauan setelah pulang untuk
a. Mengetahui perkembangan bayi dan mencegah/mengurangi
kemungkinan komplikasi setelah pulang sesudah hari ke-2,ke-10,ke-
20,ke-30, dilanjutkan setiap bulan.
b. Lakukan penilaian
Partumbuhan; BB, PB dan lingkar kepala.
c. Tes perkembangan, Denver development screening test (DDST)
d. Awasi adanya kelainan bawaan

Pencegahan
Kasus BBLR sangat membutuhakan pencegahan/preventif penting. :
1. Pemeriksaan kehamilan berkala minim 4 kali kunjungan. Ibu hamil diduga
berisiko melahirkan BBLR harus cepat dirujuk.
2. Penyuluhan kesehatan tentang tumbuh kembang janin dalam rahim, tanda
bahaya kehamilan dan perawatan diri selama kehamilan
3. Hendaknya ibu merencanakan persalinannya pada kurun umur reproduksi sehat
4. Perlu dukungan sektor lain yang terkait untuk turut berperan dalam
meningkatkan pendidikan ibu dan status ekonomi keluarga.

6
B. SINDROM, GANGGUAN PERNAFASAN
Sindrom gangguan napas ataupun sering disebut sindrom gawat
napas(Respiratory Distress Syndrome/RDS) adalah istilah yang digunakan
untukdisfungsi pernapasan pada neonatus.Gangguan ini merupakan penyakit yang
berhubungan dengan keterlambatan perkembangan maturitas paru (Whalley
danWong, 1995). Gangguan ini biasanya juga dikenal dengan nama
Hyalinemembrane disease(HMD) atau penyakit membran hialin, karena pada
penyakitini selalu ditemukan membran hialin yang melapisi alveoli.
Penyakit ini menyebabkan kegagalan pernapasan pada bayi prematur
dapatdisebabkan karena kekurangan surfaktan.Surfaktan dihasilkan oleh sel-sel
didalam alveoli dan berfungsi menurunkan tegangan permukaan.
Surfaktandihasilkan oleh paru-paru yang matang, yaitu pada kehamilan 34-37
minggu.Kekurangan surfaktan ini menyebabkan kegagalan pengembangan
kapasitasresidu fungsional dan kecenderungan paru-paru untuk mengalami
atelektasis,ketidaksesuaian antara ventilasi dan perfusi, hipoksemia, hiperkarbia
yang dapatmenyebabkan asidosis respiratorik.
indrom gangguan pernapasan adalah kumpulan gejala yang terdiri
daridispnea atau hiperkapnea dengan frekuensi pernapasan lebih dari 60
kali/menit,sianosis, rintihan pada ekspirasi dan kelainan otot-otot pernapasan pada
inspirasi.RDS sering ditemukan pada bayi prematur. Insidens berbanding terbalik
denganusia kehamilan dan berat badan. Artinya semakin muda usia kehamilan
ibu,semakin tinggi kejadian RDS pada bayi tersebut. Sebaliknya semakin tua
usiakehamilan, semakin rendah pula kejadian RDS atau sindrome gangguan
napas.Persentase kejadian menurut usia kehamilan adalah 60-80% terjadi pada bayi
yang lahir dengan usia kehamilan kurang dari 28 minggu, 15-30% pada bayiantara
32-36 minggu dan jarang sekali ditemukan pada bayi cukup bulan (matur).Insidens
pada bayi prematur kulit putih lebih tinggi dari pada bayi kulit hitam dansering lebih
terjadi pada bayi laki-laki daripada bayi perempuan (Nelson, 1999).

7
Penyebab Sindrom Gangguan Pernapasan
1. Obstruksi jalan nafas
2. Penyakit parenkim paru-paru
3. Kelainan perkembangan organ
4. Di luar paru-paru, misalnya kelainan susunan sarafpusat, asidosis metabolism
dan aspiksi.

Tanda dan Gejala Sindrom Gangguan Pernapasan


1. Frekuensi nafas >60 x / menit
2. Frekuensi nafas <30 x/menit
3. Bayi dengan sianosis sentral
4. Retraksi ( tarikan ) dada

Klasifikasi Sindrom Gangguan Pernapasan


1. Gangguan Nafas Ringan
a. Frekuensi nafas 60-90x / menit tanpa tarikan dinding dada atau merintih saat
ekspirasi atau sianosis sentral.
b. Frekuensi nafas 60-90x / menit dengan sianosis sentral
c. tetapi hanya tanpa tarikan dada atau merintih.
2. Gangguan Nafas Sedang
a. Frekuensi nafas 60-90x / menit dengan tarikan dinding dada atau merintih
saat ekspirasi tapi hanya sianosis sentral.
b. Frekuensi napas 60-90kali/menit dengan tarikan dinding dada atau merintih
saat ekspirasi tetapi tanpa sianosis sentral.
c. Frekuensi napas >90 kali/menit tanpa tarikan dindingdada atau merintih saat
ekspirasi atau sianosis sentral
3. Gangguan Nafas Berat
a. Frekuensi nafas > 60 x / menit dengan tarikan dindingdada atau merintih dan
sianosis sentral.
b. Frekuensi nafas < 30 x /menit dengan atau tanpa gejala lain dari gangguan
nafa.

8
c. Frekuensi napas >90 kali/menit dengan sianosis sentralatau tarikan dinding
dada atau merintih saat ekspirasi.

Penatalaksanaan dan Asuhan Kebidanan Sindrom Gangguan Pernapasan


1. Gangguan Nafas Ringan
a. Beberapa bayi cukup bulan yang mengalami gangguan pernafasan ringan
pada waktu lahir tanpa gejala-gejala lain disebut “Transient Tachipnea Of
The New Born (TTN)”. Biasanya kondisi tersebut akan membaik dan
sembuh sendiri tanpa pengobatan. Meskipun demikian pada beberapa kasus
gangguan pernafasan ringan merupakan tanda awal dari infeksi sistemik.
b. Kurangi pemberian oksigen secara bertahap bila ada perbaikan gangguan
nafas.
c. Hentikan pemberian oksigen jika frekuensi nafas antara 30-60x / menit
d. Berikan bayi ASI bila bisa menghisap, bila tidak berikan ASI peras dengan
menggunakan salah satu cara alternative pemberian minum.
e. Amati pernafasan bayi setiap 2 jam selama 6 jam berikutnya (selama 24
jam).
f. Bila gangguan nafas memburuk, tetapi untuk kemungkinan besar sepsis dan
tangani gangguan nafas sedang dan berat.
g. Amati bayi selama 24 jam berikutnya, jika frekuensi napas menetap antara
30-60 x/menit, tidak ada tanda-tanda sepsis dan tidak ada masalah lain yang
memerlukan perawatan, bayi dapat di pulangkan.
2. Gangguan Nafas Sedang
a. Membersihkan jalan napas
b. Mempertahankan kehangatan bayi
c. Pemberian oksigen dengan kecepatan aliran sedang.
d. Bayi jangan di berikan minum
e. Jika ada tanda berikut, ambil sample darah untuk kultur dan berikan
antibiotika (ampcilin dan gentamisin) untuk terapi kemungkinan besar sepsis
f. Suhu aksiler <34ºC atau >39ºC
g. Air ketuban bercampur meconium

9
h. Riwayat infeksi intra uterin, demam curiga infeksi berat atau ketuban pecah
dini (>18ºC)
i. Bila suhu aksiler 34ºC-36ºC atau 37,5ºC - 39ºC di tangani untuk masalah
suhu abnormal dan nilai ulang setelah 2 jam:
1) Bila suhu masih belum stabil atau gangguan nafas belum ada perbaikan,
ambil sample darah dan berikan antibiotika untuk terapi kemungkinan
besar sepsis.
2) Jika suhu normal, teruskan amati bayi apabila suhu kembali abnormal
ulangi tahapan tersebut diatas
j. Bila tidak ada tanda-tanda kearah sepsis, nilai kembali bayi setelah 2 jam.
Apabila tidak menunjukan perbaikan setelah 2 jam, terapi untuk
kemungkinan besar sepsis.
3. Gangguan Nafas Berat
a. Bersihkan jalan nafas.
b. Pertahankan bayi tetap hangat.
c. Ventilasi tekanan positif dengan pernafasan mulut ke mulut atau
menggunakan balon dan singkup dengan oksigen.
d. Bila perlu pijat jantung luar.
e. Beri antibiotic ampisilin dan gentamicin.
f. Amati terhadap tanda-tanda kegawatan atau sakit berat, rujuk ke RS.
g. Bersihkan jalan napas
h. Pertahankan tetap hangat
i. Pemberian oksigen dengan kecepatan aliran sedang
j. Tangani sebagian kemungkinan besar sepsis.
k. Bila terdapat sianosis sentral, naikan oksigen pada kecepatan aliran tinggi

Cara Mencegah Terjadinya Sindrom Gangguan Pernapasan


Faktor yang dapat menimbulkan kelainan ini adalah pertumbuhan paru yang
belum sempurna. Karena itu salah satu cara untuk menghindarkan penyakit iniialah
mencegah kelahiran bayi yang maturitas parunya belum sempurna. Maturasi paru
dapat dikatakan sempurna bila produksi dan fungsi surfaktan telah berlangsung baik

10
(Gluck, 1971) memperkenalkan suatu cara untuk mengetahui maturitas paru dengan
menghitung perbandingan antara lesitin dan sfigomielindalam cairan amnion.
Bila perbandingan lesitin/sfingomielin sama atau lebih dari dua, bayi
yangakan lahir tidak akan menderita penyakit membrane hialin, sedangkan bila
perbandingan tadi kurang dari tiga berati paru-paru bayi belum matang dan
akanmengalami penyakit membrane hialin. Pemberian kortikosteroid dianggap
dapatmerangsang terbentuknya surfaktan pada janin.Cara yang paling efektif
untukmenghindarkan penyakit ini ialah mencegah prematuritas.Untuk mencegah
sindrom gangguan pernapasan juga dapat dilakukandengan segera melakukan
resusitasi pada bayi baru lahir, apabila bayi :
1. Tidak bernapas sama sekali/bernapas dengan mengap-mengap
2. Bernapas kurang dari 20 kali/menit.

C. IKTERUS
Secara umum, setiap neonates mengalami peningkatan konsentrasi bilirubin
serum, <12 mg/dL pada hari III dipertimbangkan sebagai ikterus fisiologis.
1. Kadar bilirubin serum total biasanya mencapai puncak pada hari ke 3-5
kehidupan dengan kadar 5-6 mg/dL
2. Kemudian menurun kembali dalam minggu I setelah lahir
3. Kadang dapat muncul peningkatan kadar bilirubin sampai 12 mg/dL dengan
bilirubin terkonyugasi <2 mg/dl
Visual
Secara evidence pemeriksaan metode visual tidak direkomendasikan, boleh
digunakan untuk tujuan skrining dan dengan skrining positif segera dirujuk,
panduan WHO :
1. Dilakukan dengan pencahayaan yang cukup (matahari)
2. Tekan kulit bayi dengan lembut dengan jari untuk mengetahui warna
3. Tentukan keparahan ikterus berdasarkan umut bayi dan bagian tubuh yang
tampak kuning
4. Perkiraan klinis tingkat keparahan ikterus

11
Usia Kuning terlihat pada Tingkat keparahan ikterus
Hari ke 1 Bagian tubuh manapun Berat
Hari ke 2 Tangan dan tungkai
Hari ke 3 Tengan dan kaki
Bilirubin serum, bila kadar bilirubin total >20 mg/dL atau usia bayi >2 minggu.

Penanganan neonates dengan ikterus


Masalah besar yang dapat mengancam kehidupan neonates adalah ikterus
yang terjadi fisiologis/pathologis, selanjutnya penatalaksanaan :
1. Ikterus Fisiologis
Bayi sehat, tanpa faktos risiko, tidak diterapi. Yang sehat, dapat dilakukan
beberapa cara berikut :
a. Minum ASI dini dan sering
b. Terapi sinar, sesuai dengan panduan WHO
c. Pada bayi yang pulang sebelum 48 jam, diperlukan pemeriksaan ulang dan
control lebih cepat (terutama bila tampak kuning).
2. Ikterus Pathologis
a. Bila nilai bilirubin serum memenuhi kriteria untuk terapi sinar (Photo
therapy) / transfuse tukar :
b. Bila ikterus telah terlihat sejak 1 hari dan hemoglobin <13 g/dL (hematpkrit
<40%)
c. Ikterus menetap hingga 2 minggu pada neonates cukup bulan, dan 3 minggu
pada neonates <bulan
d. Bayi dirujuk dengan persiapan
1) Memberitahu keluarga
2) Segera kirim bayi ke rumah sakit
3) Tersier atau senter
4) Beri surat rujuk

12
D. PERDARAHAN TALI PUSAT
Perdarahan tali pusat adalah perdarahan yang terjadi pada tali pusat bisa
timbul sebagai akibat dari trauma pengikatan tali pusat yang kurang baik atau
kegagalan proses pembentukan thrombus normal.
Penatalaksanaan
1. Penanganan disesuaikan dengan penyebab dari perdarahan tali pusat yang terjadi
2. Untuk penanganan awal,harus dilakukan tindakan pencegahan infeksi pada tali
pusat
3. Segera lakukan inform consent dan inform choise pada keluarga pasien untuk
dilakukan rujukan
4. Jaga agar tali pusat tetap kering setiap saat
5. Kenakan popok di bawah tali pusat
6. Biarkan tali pusat terbuka, tidak tertutup pakaian bayi sesering mungkin
7. Bersihkan area sekitar tali pusat. Lakukan setiap kali anda mengganti popok.
Gunakan kapas atau cotton bud dan cairan alcohol 70% yang dapat dibeli di
apotek
8. Angkat tali pusat dan bersihkan tepat pada area bertemunya pangkal tali pusat
dan tubuh. Tidak perlu takut hal ini akan menyakiti bayi anda. Alcohol yang
digunakan tidak menyengat. Bayi akan menangis karena alcohol terasa dingin.
Membersihkan tali pusat dengan alcohol dapat membantu mencegah terjadinya
infeksi. Hal ini juga akan mempercepat pengeringan dan pelepasan tali pusat.
9. Jangan basahi tali pusat sampai tidak terjadi perdarahan lagi. Tali pusat akan
terlepas, dimana seharusnya tali pusat akan terlepas dalam waktu 1-2 minggu.
Tapi, yang perlu diingat adalah jangan menarik tali pusat, walaupun sudah
terlepat setengah bagian.
10. Hindari penggunaan bedak atau lotion di sekitas atau pada tali pusat.

Pencegahan perdarahan tali pusat


1. Pada perdarahan umbilkus akibat ikatan yang longgar, dapat di kencangkan
kembali pengikat tali pusat. Perdarahan juga dapat disebabkan oleh jepitan atau
tarifan dari klem. Jika perdarahan tidak berhenti setelah 15-20 menit maka tali

13
pusatnya harus segera dilakukan beberapa jahitan pada luka bekas pemotongan
tersebut.
2. Perdarahan umbilicus akibat robekan umbilicus harus segera dijahit. Kemudian
segera lakukan rujukan untuk mengetahui apakah ada kelainan lain seperti
kelainan anatomil pembuluh darah sehingga dapat segera dilakukan tindakan
oleh dokter atau rumah sakit.
3. Perdarahan pada abrupsio plasenta, plasenta previa dan kelainan lainnya, bidan
harus segera merujuk. Bahkan rujukan lebih baik segera dilakukan jika kelainan
tersebut sudah diketahui sebelum bayi lahir sehingga dapat dilakukan tindakan
sesegera mungkin untuk membuat peluang bayi lahir hidup lebih besar.
4. Perawatan tali pusat :
a. Pastikan tali pusat dan area sekelilingnya selalu bersih dan kering
b. Selalu cuci tangan dengan menggunakan air bersih dan sabun sebelum
membersihkan tali pusat
c. Selama belum tali pusatnya putus, sebaiknya bayi tidak dimandikan dengan
cara dicelupkan ke dalam air
d. Tali pusat juga tika boleh ditutup rapat dengan apapun, karena akan
membuatnya menjadi lembab.

14
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
Kompetensi bidan tentang penanganan kegawatdaruratan neonatus terdapat
pada kompetensi bidan ke- 6 yaitu bidan memberikan asuhan yang bermutu tinggi,
komprehensif pada bayi baru lahir sehat sampai dengan 1 bulan.
Bayi lahir dengan bayi berat lahir rendah (BBLR) merupakan salah satu
factor resiko yang mempunyai kontribusi terhadap kematian bayi khususnya pada
masa perinatal. Selain itu bayi berat lahir rendah dapat mengalami gangguan mental
danfisik pada usia tumbuh kembang selanjutnya, sehingga membutahkan biaya
perawatan yang tinggi. Upaya-upaya untuk meminimalisir bayi BBLR ada beberapa
salah satunya dengan melakukan check up kehamilan secara berkala.
Sindrom gangguan pernapasan adalah kumpulan gejala yang terdiri dari
dispnea atau hiperkapnea dengan frekuensi pernapasan lebih dari 60
kali/menit,sianosis, rintihan pada ekspirasi dan kelainan otot-otot pernapasan pada
inspirasi. RDS sering ditemukan pada bayi prematur. Insidens berbanding terbalik
dengan usia kehamilan dan berat badan.
Ikterus adalah keadaan dimana meningginya kadar bilirubin didalam
jaringan ekstravaskuler sehingga kulit, konjungtiva, mukosa dan alat tubuh lainnya
berwarna kuning. Ini disebabkan oleh karena adanya timbunan bilirubin
(Zat/komponen yang berasal dari pemecahan hemoglobin dalam sel darah merah) di
bawah kulit. Ikterus dikelompokkan menjadi dua yaitu Ikterus fisiologis yang
biasanya timbul pada hari kedua dan ketiga dan tanpa ada dasar patologis sedangkan
Ikterus patologis muncul pada 24 jam pertama bayi lahir dan akan menetap selama 2
minggu dan kadar bilirubinnya melampaui batas kadar hiperbilirubinemia.
Penanganan pada bayi ikterus bermacam-acam sesuai dengan ingkatan dan kadar
bilirubinnya.
Perdarahan yang terjadi pada tali pusat bisa timbul sebagai akibat dari
trauma pengikatan tali pusat yang kurang baik atau kegagalan proses pembentukkan
trombus normal. Selain itu perdarahan pada tali pusat juga bisa sebagi petunjuk
adanya penyakit pada bayi

15
B. Saran
1. Saran Untuk Tenaga Kesehatan
Kami berharap hendaknya kita sebagai tenaga kesehatan lebih memahami
tentang macam-macam masalah sering terjadi pada neonatus(bayi baru
lahir),dan bayi, serta bagaimana tindakan kita untuk mengatasinya.
2. Saran Untuk Institusi
Kami berharap agar makalah tentang penanganan kegwatdaruratan di PONED
dan Ponek pada neonatus dan bayi ini dapat dijadikan referensi di Institusi Ilmu
Kesehatan Stikes Muhammadiyah Ciamis.
3. Saran Untuk Mahasiswa
Kami berharap kepada mahasiswa khususnya kepada mahasiswa Kebidanan
lebih mengetahui tentang masalah yang sering terjadi pada neonatus, bayi dan
balita, serta dapat menerapkan saat praktek di lapangan.

16
DAFTAR PUSTAKA

Alimulil, Aziz.2009. Penanganan Bayi Baru Lahir.Penerbit buku


kedokteran,EGC:Jakarta.
Asuhan Neonatus, Bayi, Balita, dan Anak Prasekolah. Marmi S.ST. dan Kukuh
Rahardjo.Pustaka Pelajar, Yogyakarta, 2012
Bakowitz, M., Bruns, B., McCunn. 2012. Acute lung injury and the
acuterespiratory distress syndrome in the injured patient. Scandinavian
Journalof Trauma, Resuscitation and Emergency Medicine.
Deslidel, dkk. 2011. Asuhan Neonatus, Bayi dan Balita. Jakarta: Buku
Kedokteran EGC.
Prawirohardjo, Sarwono. 2009. Ilmu Kebidanan Sarwono Prawirohardjo.
Jakarta: PT Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo
Surya, Andyn.2014. Makalah Perdarahan Tali Pusat.
Vionalisa. 2010. Asuhan Neonatus Bayi dan Balita. Padang: Universitas
Baiturrahmah

Anda mungkin juga menyukai