Anda di halaman 1dari 21

MAKALAH

ASUHAN KEBIDANAN KEGAWATDARURATAN MATERNAL NEONATAL

Penanganan Kasus Kegawatdaruratan Pada BBL dan Neonatus

DOSEN PENGAMPU :

EVRINA SOLVIA SOLEH, M.KEB

DISUSUN OLEH :

1. PUTRI RIZKI AMALIA (PO71241200025)


2. DINDA PRATIWI ADITHAMA (PO71241200013)
3. ASTUTI ULANDARI HSB (PO71241200037)
4. GINA DESINTA (PO71241200023)

POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES JAMBI

PROGRAM STUDI SARJANA TERAPAN KEBIDANAN SEMESTER V


TAHUN AJARAN 2022/2023

KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Allah SWT, karena berkat rahmat dan karunia-Nya sehingga penulis
dapat menyelesaikan tugas tersebut.

Penulisan tugas ini tentang Asuhan Kebidanan Kegawatdaruratan Maternal Neonatal yang
berjudul Penanganan Kasus Kegawatdaruratan Pada BBL dan Neonatus merupakan salah satu
mata kuliah atau kurikulum yang harus dilalui dalam proses pendidikan D-IV kebidanan. Dalam
penyusunan tugas ini penulis banyak mendapat bantuan, bimbingan serta pengarahan dari
berbagai pihak. Oleh karena itu dalam kesempatan ini penulis ingin mengucapkan terima kasih
yang sebesar-besarnya kepada :

1. Ibu Evrina Solvia Soleh, M.Keb selaku dosen pengampu mata kuliah Asuhan Kebidanan
Kegawatdaruratan Maternal Neonatal jurusan Kebidanan Poltekkes Kemenkes Jambi.

2. Kakak kakak bidan dan Teman-teman serta rekan rekan yang telah memberi banyak
masukan dalam penyusunan makalah ini sehingga makalah ini dapat diselesaikan dengan
baik.

Penulis menyadari sepenuhnya bahwa tugas ini masih jauh dari kesempurnaan dengan
demikian penulis sangat mengharapkan petunjuk dan saran serta kritik dari dosen pengampu.
Akhir kata semoga tugas ini memberikan manfaat yang berguna bagi yang membutuhkannya.

Jambi, Agustus 2022

Penulis
DAFTAR ISI

Kata Pengantar..............................................................................................................................i

Daftar isi........................................................................................................................................ii

BAB I

PENDAHULUAN

1. Latar belakang ..................................................................................................................


2. Rumusan masalah ............................................................................................................
3. Tujuan ..............................................................................................................................
BAB II

PEMBAHASAN

1. penanganan neonatus dengan asfiksia...............................................................................


2. penanganan neonatus dengan BBLR................................................................................

3. penanganan neonatus dengan hipotermia..........................................................................


4. penanganan neonatus dengan hipoglikemia......................................................................
5. penanganan neonatus dengan hiperbilirubin.....................................................................
6. penanganan neonatus dengan infeksi neonatus ................................................................
7. penanganan neonatus dengan kejang................................................................................

8. penanganan neonatus dengan premature...........................................................................


BAB III

PENUTUP

1. Kesimpulan ......................................................................................................................
Daftar Pustaka
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Pada saat ini angka kematian ibu dan angka kematian perinatal di Indonesia
masih sangat tinggi. Menusut survei demografi dan kesehatan indonesia (SDKI) tahun
2011 Angka Kematian Ibu (AKI) masih cukup tinggi, yaitu 228 per 100.000 kelahiran
hidup, dan Angka Kematian Balita di Indonesia tahun 2007 sebesar 44/10.000
Kelahiran Hidup. Jika dibandingkan dengan negara-negara lain, maka angka kematian
ibu di Indonesia adalah 15 kali angka kematian ibu di Malaysia, 10 kali lebih tinggi dari
pada thailan  atau 5 kali lebih tinggi dari pada Filipina.

Penyebab kematian yang paling cepat pada neonatus adalah asfiksia dan
perdarahan. Asfiksia perinatal merupakan penyebab mortalitas dan morbiditas yang
penting. Akibat jangka panjang, asfiksia perinatal dapat diperbaiki secara bermakna
jika gangguan ini diketahui sebelum kelahiran (mis; pada keadaan gawat janin)
sehingga dapat diusahakan memperbaiki sirkulasi/ oksigenasi janin intrauterine atau
segera melahirkan janin untuk mempersingkat masa hipoksemia janin yang terjadi

Dari berbagai faktor yang berperan pada kematian ibu dan bayi, kemampuan
kinerja petugas kesehatan berdampak langsung pada peningkatan kualitas pelayanan
kesehatan maternal dan neonatal terutama kemampuan dalam mengatasi masalah yang
bersifat kegawatdaruratan. Semua penyulit kehamilan atau komplikasi yang terjadi
dapat dihindari apabila kehamilan dan persalinan direncanakan, diasuh dan dikelola
secara benar. Untuk dapat memberikan asuhan kehamilan dan persalinan yang cepat
tepat dan benar diperlukan tenaga kesehatan yang terampil dan profesional dalam
menanganan kondisi kegawatdaruratan.

B. Rumusan masalah
1. Bagaimana cara penanganan neonatus dengan asfiksia?
2. Bagaimana cara penanganan neonatus dengan BBLR?
3. Bagaimana cara penanganan neonatus dengan hipotermia?
4. Bagaimana cara penanganan neonatus dengan hipoglikemia?
5. Bagaimana cara penanganan neonatus dengan hiperbilirubinemia?
6. Bagaimana cara penanganan neonatus dengan infeksi neonates?
7. Bagaimana cara penanganan neonatus dengan kejang?
8. Bagaimana cara penanganan neonatus dengan premature?

C. Tujuan
1. Untuk mengetahui penanganan neonatus dengan asfiksia
2. Untuk mengetahui penanganan neonatus dengan BBLR
3. Untuk mengetahui penanganan neonatus dengan hipotermia
4. Untuk mengetahui penanganan neonatus dengan hipoglikemia
5. Untuk mengetahui penanganan neonatus dengan hiperbilirubin
6. Untuk mengetahui penanganan neonatus dengan infeksi neonatus
7. Untuk mengetahui penanganan neonatus dengan kejang
8. Untuk mengetahui penanganan neonatus dengan prematur
BAB II

PEMBAHASAN

Asuhan kegawatdaruratan neonatus pada kasus

A. Penanganan Bayi Asfiksia


Bayi yang dilahirkan seorang ibu tidak selamanya dapat lahir secara baik, namun
dimungkinkan dapat lahir dengan masalah diantaranya adalah lahir dengan megap-
megap atau bayi mengalami asfiksia hal ini dapat dilakukan penilaian pada menit
pertama kehidupannya. Selanjutnya, bila bayi mengalami masalah harus segera
mendapatkan pertolongan yang akan dilakukan evaluasi dalam 5 menit berikutnya dan
tetap mendapatkan pemantauan ketat. Hal ini terkait dengan batang otak yang akan mati
bila tidak terjadi oksigenasi dalam 10 menit. Dengan demikian tindakan penilaian awal
sampai penatalaksanaan sangat membutuhkan tidakan tepat dan benar. Untuk itu tenaga
dari penolong harus terampil guna membantu bayi asfiksia lepas dari ancaman
kematian.

Asfiksia yang terdeteksi sesudah lahir, prosesnya berjalan dalam beberapa tahapan :
1. Janin bernapas megap-megap (gasping), diikuti :
2. Masa henti napas (fase henti napas primer).
3. Jika asfiksia berlanjut terus, timbul pernapasan megap-megap yang kedua
selama 4 – 5 menit (fase gasping kedua) diikuti masa hentinapas kedua (henti
napas sekunder

a. Penilaian Keadaan Bayi


Menit ke-1 dan ke-5 sesudah lahir dinilai dengan skor Apgar (apparance, pulse,
grimace, activity, respiration) lihat bagan 1.2.

Nilai menit 1 untuk menentukan seberapa jauh diperlukan tindakan resusitasi. Nilai
ini berkaitan dengan keadaan asidosis dan kelangsungan hidup. Nilai pada menit
kelima untuk menilai prognosis neurologis.

Setelah melakukan penilaian keadaan bayi, hal penting selanjutnya yang perlu
Anda lakukan adalah melihat penilaian asfiksia dengan Penilaian APGAR Skor
seperti yang digambarkan pada Bagan 1.2 di bawah ini.
Keterangan Nilai Apgar:
Nilai 0-3 : Asfiksia berat
Nilai 4-6 : Asfiksia sedang
Nilai 7-10 : Normal

b. Penatalaksanaan Neonatus Dengan Asfiksia

Ante /intrapartum
Bila ada kegawat janin utamanya sebelum aterm, yang terpikir penyakit membrane
hyalin (kematangan paru) pada bayi.

Penataksanaan :
Pertahankan kehamilan (kolaburasi medis) dengan pemberian tokolitik dan
antibiotik untuk mencegah infeksi.
- Kehamilan < 35 minggu, kehamilan tidak dapat dipertahankan untuk percepat
kematangan paru dengan kortikosteroid dosis tunggal.

PERSIAPAN SEBELUM LAHIR


Menyiapkan alat-2 resusitasi (dari perawatan perinatologi)
Resusitasi
1. Meja resusitasi, lampu penghangat
2. Pengisap lendir disposable dan suction pump bayi
3. Ambulans incubator
4. O2 dengan flowmeter

RESUSITASI
Tentukan skor apgar 1 dan 5 menit (masing-masing untuk menentukan
diagnosa/ada tidaknya asfiksia dan berikutnya untuk menentukan prognosa bayi)
Lakukan resusitasi tahap 1-5 sesuai kondisi

PASCA RESUSITASI
1. Lakukan pemeriksaan fisik secara sistimatis dan lengkap
2. Tentukan masa gestasi berdasarkan skor Dubowitz/modifikasi
3. Lakukan perawatan tali pusat dengan antibiotika/antiseptik dengan kasa steril
4. Tetes mata/zalf mata untuk cegah Go
5. Vit K 1 mg im/ 1-2 mg/peroral
6. Beri identitas ibu dan bayi yang sama
7. Perawatan BBLR sesuai dengan masa gestasi
8. Perawatan 1/rawat gabung rooming in
9. Perawatan 2/perawatan khusus untuk observasi
10. Perawatan 3/perawatan intensive neonatus/neonatal intensive care unit

c. Penataksanaan Pascaresusitasi yang Berhasil


1. Hindari kehilangan panas
 Lakukan kontak kulit di dada ibu (metode Kanguru), dan selimuti bayi
 Letakkan dibawah radiant heater, jika tersedia
2. Periksa bayi dan hitung napas dalam semenit
Jika bayi sianosis (biru) atau sukar bernafas (frekuensi < 30 atau > 60 X/menit,
tarikan dinding dada ke dalam atau merintih)
 Isap mulut dan hidung untuk memastikan jalan nafas bersih
 Beri oksigen 0,5 l/menit lewat kateter hidung atau nasal prong.
 Rujuk ke kamar bayi atau ketempat pelayanan yang dituju.

INGAT : pemberian oksigen secara sembarangan pada bayi prematur dapat


menimbulkan kebutaan
3. Ukur suhu aksiler :
 Jika suhu 36o C atau lebih, teruskan metode kanguru dan mulai pemberian
ASI
 Jika suhu < 36oC, lakukan penanganan hipothermia
4. Mendorong ibu mulai menyusui : bayi yang mendapat resusitasi cenderung
hipoglikemia.
 Jika kekuatan mengisap baik, proses penyembuhan optimal
 Jika mengisap kurang baik, rujuk ke kamar bayi atau ketempat pelayanan
yang dituju
5. Lakukan pemantauan yang sering dalam 24 jam pertama. Jika sukar bernafas
kambuh, rujuk ke kamar bayi atau ke tempat pelayanan yang dituju.

B. Penanganan Bayi BBLR


a. Pengertian
Istilah prematur telah diganti menjadi Berat Badan Lahir Rendah oleh WHO sejak
1960, hal ini dikarenakan tidak semua bayi dengan berat kurang dari 2500 gram
pada waktu lahir adalah bayi yang prematur. Pada Kongres "European Perinatal
Medicine" ke II di London (1970) dibuat keseragaman defenisi, yaitu:
a) Bayi kurang bulan: Bayi dengan masa kehamilan kurang dari 37 minggu (259)
hari.
b) Bayi cukup bulan: Bayi depan masa kehamilan mulai 37 minggu sampai 42
minggu (259 hari-293 hari).
c) Bayi lebih bulan: Bayi dengan masa kehamilan mulai 42 minggu atau lebih
(294 hari atau lebih). Menurut Saifuddin (2001). Bayi Berat Lahir Rendah
ialah bayi baru lahir yang berat badannya saat lahir kurang dari 2500 gram
(sampai dengan 2499 gram). Menurut Depkes RI (1996) Bayi Berat Lahir
Rendah ialah bayi yang lahir dengan berat lahir 2500 gram atau kurang, tanpa
memerhatikan lamanya kehamilan ibunya.

b. Klasifikasi
Dari pengertian tersebut bayi BBLR dapat dibagi menjadi dua golongan, yaitu:
a) Prematuritas Murni
Masa gestasinya kurang dari 37 minggu dan berat badannya sesuai dengan
berat badan untuk masa gestasi itu atau biasa disebut neonatus kurang bulan
sesuai masa kehamilan (NKB SMK).
b) Dismaturitas
Bayi lahir dengan berat badan kurang dari berat badan seharusnya untuk masa
gestasi itu. Berarti bayi mengalami retardasi pertumbuhan intrauterine dan
merupakan bayi yang kecil untuk masa kehamilannya.

c. Diagnosis dan Gejala Klinik


Menurut Rustam (1998), diagnosis dan gejala klinik dibagi dux, yaitu:
a) Sebelum bayi lahir: Pada anamnesa sering dijumpai adanya riwayat abortus,
partus prematurus dan lahir mati, pembesaran uterus tidak sesuai dengan
tuanya kehamilan, pergerakan janin yang pertama terjadi lebih lambat,
pertambahan berat badan ibu sangat lambat tidak menurut seharusnya, sering
dijumpai kehamilan dengan oligohidramnion, hiperemesis gravidarum dan
perdarahan anterpartum.
b) Setelah bayi lahir:
1. Bayi dengan retardasi pertumbuhan intrauterin.
2. Secara klasik tampak seperti bayi yang kelaparan. Tanda tanda bayi ini
adalah tengkorak kepala keras, gerakan bayi terbatas, verniks cascosa
sedikit atau tidak ada, kulit tipis, kerang, berlipat-lipar, mudah diangkat.
3. Bayi premature
4. Vernik caseosa ada, jaringan lemak bawah kulit sedikit, menangis lemah,
tonus otot hipotoni, kulit tipis, kulit merah dan transparan.

Menurut Prawirohardjo (1999), karakteristik dari BBLR dibagi dua, yaitu:

1. Bayi Prematur
Berat lahir sama dengan atau kurang dari 2500 gram, panjang badan
kurang atau sama dengan 45 cm, lingkaran dada kurang dari 30 cm,
lingkungan kepala kurang dari 33 cm, umur kehamilan kurang dari 37
minggu. Kepala relatif lebih besar dari badannya, kulit tipis, transparan,
lanugo banyak, lemak subkutan kurang, sering tampak peristaltic usus,
tangisnya lemah dan jarang, pernapasan tidak teratur dan sering terjadi
apnea.
2. Bayi dismatur
Terdapat perubahan ukuran panjang, berat dan lingkar kepala dan organ-
organ di dalam badan juga terjadi perubahan.

d. Penanganan Bayi Berat Lahir Rendah


a) Mempertahankan suhu dengan ketat Bayi Berat Lahir Rendah mudah
mengalami hipotermia, oleh sebab itu suhu tubuhnya harus dipertahankan
dengan ketat.
b) Mencegah infeksi dengan ketat
Dalam penanganan Bayi Berat Lahir Rendah harus memperhatikan prinsip-
prinsip pencegahan infeksi karena sangat rentan. Salah satu cara pencegahan
infeksi yaitu dengan mencuci tangan sebelum memegang bayi.
c) Pengawasan nutrisi/ASI Refleks menelan dari bayi dengan berat lahir rendah
belum sempurna oleh karena itu pemberian nutrisi harus dilakukan dengan
cermat.
d) Penimbangan ketat
Penimbangan berat badan harus dilakukan secara ketat karena peningkatan
berat badan merupakan salah satu kondisi giri/ nutrisi bayi dan erat dengan
daya tahan tubuh.

C. Penanganan Bayi dengan hypo/hypertermi


Thermoregulasi atau pengaturan suhu pada BBL merupakan aspek yang sangat penting
dan mennatang dalam perawatan BBL. Suhu tubuh normal dihasilkan dari
keseimbangan antara produksi dan kehilangan panas tubuh. Salah satu masalah khusus
padabayi terutama BBLR adalah ketidakmampuannya untuk mempertahankan suhu
tubuh yang nomal yang biasa disebut dengan hypothermia.

A. Hipotermi sedang
Gejala:
 Suhu 32-36°C
 Gangguan nafas
 Denyut jantung kurang dari 100×/menit
 Malas minum
 Letarel

B. Hipotermi berat
Gejala:
 Tanda hipotermia sedang
 Kulit teraba keras
 Nafas pelan dan dalam

a. Asuhan Neonatus dengan Hipothermia Berat


 Segera hangatkan bayi di bawah pemancar panas yang telah dinyalakan
sebelumnya bila mugkin. Gunakan incubator atau ruangan hangat bila perlu
 Ganti baju yang dingin dan basah bila perlu. Berikan pakaian yang hangat,
pakai topi dan selimut hangat
 Hindari paparan panas yang berlebihan dan posisi bayi sering diubah
 Bila bayi dengan gangguan nafas (frekuensi nafas > 60 X/menit atau < 30
X/menit, tarikan dinding dada, merintih saat respirasi), lakukan management
gangguann nafas.
 Berikan infus sesuai dosis rumatan dibawah pemancar panas untuk
menghangatkan cairan
 Periksa kadar glucose darah, bila < 45 mg/dl (2,6 mmoI/L tangani
hipoglikemia
 Nilai tanda-tanda kegawatan pada bayi (misalnya gangguan nafas, kejang atau
tidak sadar) setiap jam dan nilai juga kemampuan minum setiap 4 jam sampai
suhu tubuh kembali dalam batas normal.
 Ambil sampel darah dan berikan antibiotika sesuai program terapi untuk
penangan kemungkinan bayi sepsis
 Anjurkan ibu menyusui segera setelah siap:
 Bila bayi tidak dapat minum ASI, peras dengan menggunakan salah satu
alternatif cara pemberian minum
 Bila bayi tidak menyusu sama sekali, pasang pipa lambung dan beri ASI peras
begitu suhu mencapai 35°C
 Periksa suhu setiap jam, bila suhu naik paling tdak 0,5o C/jam, berarti upaya
menghangatkan berhasil, kemudian lanjutkan dengan memeriksa suhu bayi
setiap 2 jam
 Periksa juga suhu alat yang dipakai untuk menghangatkan dan suhu ruangan
setiap jam
 Setelah suhu normal :
 Lakukan perawatan lanjutan untuk bayi
 Pantau bayi selama 12 jam kemudian ukur suhu setiap 3 jam
 Pantau selama 24 jam setelah penghentian antibiotika, bila suhu tetap dalam
batas normal dan bayi dapat minum dengan baik serta tidak ada masalah yang
lain untuk perawatan di rumah sakit, bayi dipulangkan dan nasehati ibu
bagaimana cara menjaga agar bayi tetap hangat selama di rumah.

b. Asuhan Neonatus dengan Hipothermia Sedang


 Ganti pakaian yang dingin dan basah dengan pakaian yang hangat , memakai
topi dan selimut hangat
 Bila ada ibu/pengganti ibu, anjurkan menghangatkan bayi dengan melakukan
kontak kulit atau perawatan bayi lekat (Perawatan Metode Kangguru/PMK)
 Bila ibu tidak ada :
 Periksa suhu alat penghangat dan suhu ruangan, beri ASI peras
denganmenggunakan salah satu alternative cara pemberian minum dan
sesuaikan pengatur suhu
 Hindari paparan panas yang berlebihan dan posisi bayi lebih sering diubah
 Anjurkan ibu untuk menyusui lebih sering, bila bayi tidak menyusu, berikan
ASI peras menggunakan salah satu alternative cara pemberian minum
 Mintalah ibu untuk mengamati tanda kegawatan (misalnya gangguan nafas,
kejang, tidak sadar) dan segera mencari pertolongan bila hal itu terjadi
 Periksa kadar glukosa darah, bila < 45 mg/dl (2,6 mmoI/L tangani
hipoglikemia
 Nilai tanda kegawatan, midsalnya gangguan nafas, bila ada tangani gangguan
nafasnya
 Periksa suhu setiap jam, bila suhu naik paling tdak 0,5o C/jam, berarti upaya
menghangatkan berhasil, kemudian lanjutkan dengan memeriksa suhu bayi
setiap 2 jam
 Bila suhu tidak naik atau naik terlalu pelan, kurang 0,5o C/jam, cari tanda
sepsis
 Setelah suhu normal :
 Lakukan perawatan lanjutan untuk bayi
 Pantau bayi selama 12 jam kemudian ukur suhu setiap 3 jam
 Bila suhu tetap dalam batas normal dan bayi dapat minum dengan baik serta
tidak ada masalah yang lain untuk perawatan di rumah sakit, bayi dipulangkan
dan nasehati ibu bagaimana cara menjaga agar bayi tetap hangat selama di
rumah.

D. Penanganan Bayi dengan Hypoglikemia


Hipoglikemia yaitu konsentrasi darah bayi > rendah dibandingkan konsentrasi rata-rata
pada populasi bayi dengan umur dan BB sama cukup bulan < 30 mg% dan BBLR 20
mg%
Pada bayi atern konsentrasi glukosa plasma < 35 mg/dl dalam 72 jam menjadi 45 mg/dl
pada bayi BBLR< 25 mg/dl

Kelompok bayi resiko hipoglikemi


1. Ibu dengan DM
2. Bayi dengan BBLR
3. Bayi sangat imatur/sedang sakit
4. Bayi menderita penyakit genetic missal galaktosemia

a. Penanganan neonatus dengan hypoglikemia


Usaha neonatus melakukan adaptasi dapat juga menimbulkan Hypoglikemia. Cara
pengelolaan Neonatus dengan hypoglikemia dapat dilihat dibawah ini :
a) Bila kadar gula darah < 25 mg
 Pasang jalur IV bila belum terpasang
 Beri glukosa 10% 2 ml IV bolus pelan dalam 5 menit
b) Bila kadar darah 25-45 mg
 Lanjutkan infus
 Cek glukosa dalam per 3 jam hingga 45 mg/dl atau lebih
c) Kadar gula darah ≥ 45 mg
 Jika bayi mendapat cairan IV: cek per 12 jam
 Jika bayi tidak mendapat cairan IV cek per 12 jam 2 kali
 Jika turun: tangani
 Jika normal: hentikan pengukuran

E. Penanganan Bayi dengan Ikterus/Hyperbilirubin


Secara umum, setiap neonatus mengalami peningkatan konsentrasi bilirubin
serum, < 12 mg/dL pada hari III dipertimbangkan sebagai ikterus fisiologis.
 Kadar bilirubin serum total biasanya mencapai puncak pada hari ke 3 -5 kehidupan
dengan kadar 5-6 mg/dL,
 kemudian menurun kembali dalam minggu I setelah lahir.
 Kadang dapat muncul peningkatan kadar bilirubin sampai 12 mg/dL dengan
bilirubin terkonyugasi < 2 mg/dL.

a. Penanganan neonatus dengan ikterus


Masalah besar yang dapat mengancam kehidupan neonatus adalah ikterus yang
terjadi fisiologis/pathologis.
a) ikterus Fisiologik:
Bayi sehat, tanpa faktor risiko, tidak diterapi. yang sehat, dapat dilakukan
beberapa cara berikut:
 Minum ASI dini dan sering
 Terapi sinar, sesuai dengan panduan WHO
 Pada bayi yang pulang sebelum 48 jam, diperlukan pemeriksaan ulang dan
kontrol lebih cepat (terutama bila tampak kuning).
b) Ikterus Patologik
 Bila nilai bilirubin serum memenuhi kriteria untuk terapi sinar (Photo
therapy) /transfusi tukar:
 Bila ikterus telah terlihat sejak hari 1 dan hemoglobin < 13 g/dL
(hematokrit <40%) Ikterus menetap hingga 2 minggu pada neonatus
cukup bulan, dan 3 minggu pada neonatus <bulan
 Bayi dirujuk dengan persiapan Memberitahu keluarga Segera kirim bayi
ke rumah sakit
 tersier atau senter
 Beri surat rujukan

F. Penanganan Neonatus dengan Infeksi


a. Definisi
Infeksi perinatal adalah infeksi pada neonatus yang terjadi pada masa antenatal,
intranatal, dan postnatal.

b. Etiologi
Disebabkan oleh bakteri Escherichia coli, Pseudomonas pyocyaneus, Klebsielia,
Staphylococcus aureus dan Coccus gonococcus.

c. Tanda dan gejala


 Bayi malas minum
 Gelisah dan mungkin juga terjadi letargi
 Frekuensi pernapasan meningkat
 BB menurun
 Pergerakan berkurang
 Muntah
 Diare
 Sklerema dan udema
 Perdarahan, ikterus dan kejang
 Suhu tubuh normal, hipotermi atau hipertermi

d. Penatalaksanaan
 Untuk mencegah infeksi, perawatan harus secara aseptik dan inkubator harus
aseptik pula.
 Ruangan tempat merawat bayi terpisah, bersih, dan tidak dibenarkan banyak
orang memasuki ruangan tersebut kecuali petugas, semua alat yang diperlukan
harus steril.
 Memberikan lingkungan yang optimal, suhu tubuh bayi harus dalam batas
normal (36.5-37oc) dan meletakkan bayi dalam inkubator
 Pemberian oksigen dilakukan dengan hati-hati karena terpengaruh kompleks
terhadap bayi prematur, pemberian oksigen terlalu banyak menimbulkan
komplikasi fibrosis paru, kerusakan retina dan lain-lain
 Pemberian cairan dan elektrolit sangat perlu untuk mempertahankan
hemeostasis dan menghindarkan dehidrasi. Permulaan diberikan glukosa 5-
10% dengan jumlah 60-125 ML/Kg BB/hari
 Pemberian antibiotik untuk mencegah infeksi sekunder. Penisilin dengan dosis
50.000-10.000 untuk/kg 88/hari/ampisilin 100 mg/kg BB/hari dengan atau
tanpa gentasimin 3-5 mg/kg 88/hari
 Kemajuan terakhir dalam pengobatan pasien PMH (Penyakit Membran Hallin
Jadalah pemberian surfaktan estrogen ( surfaktan dari luar).
G. Neonatus dengan Kejang

a. Definisi
Merupakan penyakit tetanus yang terjadi pada neonatus (bayi > yg di sebabkan
oleh clostridium tetani (kuman yg mengeluarkan toksin yg menyerang sistem
syaraf pusat).

b. Patofisiologi
spora clostridium tetani masuk ke dalam tali pusat yang belum puput, penyebab
AKB yg masih tunggi (80%)

c. Clinic tetanus neonatrum


1. Bayi yang semula dapat menetek tiba-tiba sulit menetek karena kejang otot
rahang dan faring (trismus)
2. Mulut bayi mencucu seperti mulut ikan (oportotunus)
3. Kejang terutama bila kena rangsang cahaya, suara, sentuhan mengeluarkan
toksin yang menyerang sistem syaraf
4. Kadang disertai sesak nafas dan muka membiru.

d. Epidemiologi:
 Angka kematian kasus tinggi
 Tetanus Neonatorum yang dirawat angka kematiannya mendekati 100%,
terutama dengan masa inkubasi
 Angka kematian tetanus neonatorum yang dirawat di RS di Indonesia
bervariasi dengan kisaran 10,8- 55%

e. Masa inkubasi
1. 3-28 hari dengan rata-rata 6 hari.
2. Apabila masa inkubasi <7 hari biasanya penyakit lebih parah dan angka
kematisnnya tinggi

f. Faktor Resiko
 Pemberian imunisasi TT pada ibu hamil tidak dilakukan atau tidak lengkap.
 Pemberian tidak sesuai dengan program.
 Pertolongan persalinan tidak memenuhi syarat-syarat 3 bersih (tempat,
alat,cara pertolongan)
 Perawatan tali pusat tidak memenuhi persyaratan kebersihan.

g. Penatalaksanaan di tempat rujukan dengan memperhatikan pengobatan kolaburasi :


 Penempatan pasien di ruang isolasi yang tenang dengan sedikit sinar untuk
mencegah rangsangan kejang.
 Mengatasi kejang dengan injeksi anti kejang
 Menjaga jalan nafas tetap bebas dan pasang spatel lidah agar tidak tergigit
 Mencari tempat masuknya kuman tetanus, biasanya di tali pusat atau di
telinga.
 Mengobati penyebab tetanus dengan anti tetanus serum dan antibotik.
 Perawatan adekuat : kebutuhan 02, makanan, cairan dan elektrolit.

neonatus dengan kejang yang terkait dengan kondisi lain, misalnya panas yang bisa
menimbulkan kejang. Kejang yang terjadi dapat menimbulkan kegawatan utama bila
kejang terjadi berulang.

Definisi kejang
Adalah suatu kondisi pada anak yang disebabkan oleh demam. Kejang pada neonatus
bukanlah suatu penyakit, namun merupakan gejala penting akan adanya penyakit lain
sebagai penyebab kejang atau adanya kelainan susunan saraf pusat.

Penyebab utama kejang adalah kelainan bawaan diotak, sedangkan penyebab sekunder
adalah gangguan metabolik atau penyakit lain seperti penyakit infeksi.

Faktor penyebab:
1. kelainan metabolism
2. Komplikasi pada saat kehamilan dan kelahiran
a. Perdarahan pada saat kurang dari UK < 28 mgg
b. Gawat janin pada masa kehamilan dan persalinan
c. Alat-alat yang digunakan pada saat persalinan tidak steril
d. Persalinan dengan tindakan
e. Trauma pada janin

Risiko kejang sederhana menjadi kejang kompleks:


 Resiko kejang tidak banyak 2-3% menjadi epilepsi tapi tidak mempengaruhi
intelegensi
 Terbanyak pada kejang yang kompleks anak dapat mengalami kelainan saraf yang
nyata, dokter akan mempertimbang-kan pemberian pengobatan dengan anti kejang
jangka panjang selama 1-3 tahun.

PENATALAKSANAAN NEONATUS DENGAN KEJANG


 Ketika demam, miringkan posisi anak sehingga ia tidak tersedak air liurnya dan
jangan mencoba menahan gerak si anak.
 Turunkan demam dengan membuka baju dan menyeka anak dengan air yang
sedikit hangat.
 Setelah air menguap, demam akan turun.
 Jangan memberikan kompres dengan es atau alkohol karena anak akan menggigil
dan suhu tubuh justru meningkat, walaupun kulitnya terasa dingin.
 Untuk anak dengan berat badan kurang dari 10 kg dapat diberikan obat, umumnya
kejang demam akan berhenti dengan sendirinya sebelum lima menit.
Bila kejang berlangsung kurang dari lima menit, kemudian anak sadar dan menangis,
biasanya tidak perlu dirawat. Bila demam tinggi dan kejang berlangsung lebih dari 10-
15 menit atau kejang berulang, maka Anda harus harus membawanya ke dokter atau
rumah sakit.

H.  Bayi Prematur

Bayi prematur adalah bayi yang lahir pada usia kehamilan kurang atau sama
dengan 37 minggu, tanpa memperhatikan berat badan lahir. Bayi premature adalah bayi
yang lahir sebelum minggu ke 37, dihitung dari mulai hari pertama menstruasi terakhir,
dianggap sebagai periode kehamilan memendek.

Prematoritas dan berat lahir rendah biasanya terjadi secara bersamaan,


terutama diantara bayi dengan berat 1500 gr atau kurang saat lahir. Keduanya berkaitan
dengan terjadinya peningkatan morbilitas dan mortalitas neonatus.

Etiologi

a. Faktor Maternal
Toksenia, hipertensi, malnutrisi / penyakit kronik, misalnya diabetes mellitus
kelahiran premature ini berkaitan dengan adanya kondisi dimana uterus tidak
mampu untuk menahan fetus, misalnya pada pemisahan premature, pelepasan
plasenta dan infark dari plasenta.
b. Faktor Fetal
Kelainan Kromosomal (misalnya trisomi antosomal), fetus multi ganda,
cidera radiasi.

Patofisiologi
Persalinan preterm dapat diperkirakan dengan mencari faktor resiko
mayor atau minor. Faktor resiko minor ialah penyakit yang disertai demam,
perdarahan pervaginam pada kehamilan lebih dari 12 minggu, riwayat
pielonefritis, merokok lebih dari 10 batang perhari, riwayat abortus pada trimester
II, riwayat abortus pada trimester I lebih dari 2 kali.
Faktor resiko mayor adalah kehamilan multiple, hidramnion, anomali
uterus, serviks terbuka lebih dari 1 cm pada kehamilan 32 minggu, serviks
mendatar atau memendek kurang dari 1 cm pada kehamilan 32 minggu, riwayat
abortus pada trimester II lebih dari 1 kali, riwayat persalinan preterm sebelumnya,
operasi abdominal pada kehamilan preterm, riwayat operasi konisasi, dan
iritabilitas uterus.
Pasien tergolong resiko tinggi bila dijumpai 1 atau lebih faktor resiko mayor
atau bila ada 2 atau lebioh resiko minor atau bila ditemukan keduanya.
Karakteristik Bayi Prematur :
a. Ekstremitas tampak kurus dengan sedikit otot dan lemak sub kutan
b. Kepala dan badan disporposional
c. Kulit tipis dan keriput
d. Tampak pembuluh darah di abdomen dan kulit kepala
b. Lanugo pada extremitas, punggung dan bahu
c. Telinga lunak dengan tulang rawan min dan mudah terlipat
d. Labia dan clitoris tampak menonjol
e. Sedikit lipatan pada telapak tangan & kaki

Kondisi yang menimbulkan masalah bayi prematur :


a.       Sistem Pernapasan
 Otot-otot pernapasan susah berkembang
 Dinding dada tidak stabil
 Produksi surfaktan penurunan
 Pernafasan tidak teratur dengan periode apnea dan ajanosis
 Gag reflek dan batuk
b.      Sistem Pencernaan
 Ukuran Lambung Kecil
 Enzim penurunan
 Garam Empedu Kurang
 Keterbatasan mengubah glukosa menjadi glikogen
 Keterbatasan melepas insulin
 Kurang koordinasi reflek menghisap dan menelan
c.       Kestabilan Suhu
 Lemak subkutaneus sedikit, simpanan glikogen & lipid sedikit
 Kemampuan menggigil menurunan
 Aktivitas kurang
 Postur flaccid, permukaan terexpose meningkat
d.      Sistem Ginjal
 Ekskresi sodium meningkat
 Kemampuan mengkonsentrasi & mengeluarkan urin menurun
 Jumlah tubulus glomerulus tidak seimbang untuk protein, as. Amino &
sodium
e.       Sistem Syaraf
 Respon untuk stimulasi lambat
 Reflek gag, menghisap & menelan kurang
 Reflek batuk lemah
 Pusat kontrol pernafasan, suhu & vital lain belum berkabung
f.       Infeksi
 Pembentukan antibodi kurang
 Tidak ada munoglobulin M
 Kemotaksis terbatas
 Opsonization penurunan
 Hypo fungsi kel. Axrenal
g.      Fungsi Liver
 Kemampuan mengkonyugasi bill
 Penurunan Hb setelah lahir

Komplikasi Umum Pada Bayi Prematur


a. Sindrom Gawat Napas (RDS)
b. Tanda Klinisnya : Mendengkur, nafas cuping hidung, retraksi, sianosis,
peningkatan usaha nafas, hiperkarbia, asiobsis respiratorik, hipotensi dan
syok.
c. Displasin bronco pulmaner (BPD) dan Retinopati prematuritas
(ROP). Akibat terapi oksigen, seperti perporasi dan inflamasi nasal, trakea,
dan faring. 
d. Duktus Arteriosus Paten (PDA)
e. Necrotizing Enterocolitas (NEC) 
Pemeriksaan Diagnostik :
a. Jumlah darah lengkap : Hb/Ht
b. Kalsium serum
c. Elektrolit (Na , K , U) : gol darah (ABO)
d. Gas Darah Arteri (GDA) : Po2, Pco2
BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan
Prematur adalah bayi yang sebelum waktunya, biasanya < 37 minggu dengan
berat badan antara 1000 – 2500 gram. Etiologi prematur yaitu faktor ibu yang
meliputi penyakit, usia, keadaan sosial ekonomi, faktor kehamilan, faktor janin,
faktor-faktor lain.
Penanganan yang perlu diperhatikan adalah pengaturan suhu lingkungan pemberian
makanan dan siap sedia dengan tabung o2 pada bayi prematur makin pendek masa
kehamilan, makin sulit persoalan yang dihadapi dan makin tinggi angka kematian
perinatal.
Suatu asuhan kebidanan dikatakan berhasil apabila selain ibunya juga bayi dan
keluarganya yang diberikan pelayanan berada dalam kondisi yang optimal.
Memberikan pertolongan dengan segera, aman dan bersih adalah bagian asensial dari
asuhan bayi baru lahir. Sebagian besar kesakitan dan kematian bayi baru lahir
disebabkan oleh asfiksia, hipotermi dan atau infeksi. Kesakitan dan kematian bayi
baru lahir dapat dicegah bila asfiksia segera dikenali dan ditatalaksana secara adekuat,
dibarengi pula dengan pencegahan hipotermi dan infeksi.
DAFTAR PUSTAKA

Elisabet Siwi Walyani. Konsep Dan Asuhan Kebidanan Mater nal dan Neonatal. Pustaka
baru press. Yogyakarta, 2015.

Didien Ika. Suprapti. Asuhan Kebidanan Kegawatdaruratan Maternal Neonatal. Kementrian


Kesehatan Republik Indonesia. 2016.

Anda mungkin juga menyukai