DOSEN PENGAMPU :
DISUSUN OLEH :
KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadirat Allah SWT, karena berkat rahmat dan karunia-Nya sehingga penulis
dapat menyelesaikan tugas tersebut.
Penulisan tugas ini tentang Asuhan Kebidanan Kegawatdaruratan Maternal Neonatal yang
berjudul Penanganan Kasus Kegawatdaruratan Pada BBL dan Neonatus merupakan salah satu
mata kuliah atau kurikulum yang harus dilalui dalam proses pendidikan D-IV kebidanan. Dalam
penyusunan tugas ini penulis banyak mendapat bantuan, bimbingan serta pengarahan dari
berbagai pihak. Oleh karena itu dalam kesempatan ini penulis ingin mengucapkan terima kasih
yang sebesar-besarnya kepada :
1. Ibu Evrina Solvia Soleh, M.Keb selaku dosen pengampu mata kuliah Asuhan Kebidanan
Kegawatdaruratan Maternal Neonatal jurusan Kebidanan Poltekkes Kemenkes Jambi.
2. Kakak kakak bidan dan Teman-teman serta rekan rekan yang telah memberi banyak
masukan dalam penyusunan makalah ini sehingga makalah ini dapat diselesaikan dengan
baik.
Penulis menyadari sepenuhnya bahwa tugas ini masih jauh dari kesempurnaan dengan
demikian penulis sangat mengharapkan petunjuk dan saran serta kritik dari dosen pengampu.
Akhir kata semoga tugas ini memberikan manfaat yang berguna bagi yang membutuhkannya.
Penulis
DAFTAR ISI
Kata Pengantar..............................................................................................................................i
Daftar isi........................................................................................................................................ii
BAB I
PENDAHULUAN
PEMBAHASAN
PENUTUP
1. Kesimpulan ......................................................................................................................
Daftar Pustaka
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Pada saat ini angka kematian ibu dan angka kematian perinatal di Indonesia
masih sangat tinggi. Menusut survei demografi dan kesehatan indonesia (SDKI) tahun
2011 Angka Kematian Ibu (AKI) masih cukup tinggi, yaitu 228 per 100.000 kelahiran
hidup, dan Angka Kematian Balita di Indonesia tahun 2007 sebesar 44/10.000
Kelahiran Hidup. Jika dibandingkan dengan negara-negara lain, maka angka kematian
ibu di Indonesia adalah 15 kali angka kematian ibu di Malaysia, 10 kali lebih tinggi dari
pada thailan atau 5 kali lebih tinggi dari pada Filipina.
Penyebab kematian yang paling cepat pada neonatus adalah asfiksia dan
perdarahan. Asfiksia perinatal merupakan penyebab mortalitas dan morbiditas yang
penting. Akibat jangka panjang, asfiksia perinatal dapat diperbaiki secara bermakna
jika gangguan ini diketahui sebelum kelahiran (mis; pada keadaan gawat janin)
sehingga dapat diusahakan memperbaiki sirkulasi/ oksigenasi janin intrauterine atau
segera melahirkan janin untuk mempersingkat masa hipoksemia janin yang terjadi
Dari berbagai faktor yang berperan pada kematian ibu dan bayi, kemampuan
kinerja petugas kesehatan berdampak langsung pada peningkatan kualitas pelayanan
kesehatan maternal dan neonatal terutama kemampuan dalam mengatasi masalah yang
bersifat kegawatdaruratan. Semua penyulit kehamilan atau komplikasi yang terjadi
dapat dihindari apabila kehamilan dan persalinan direncanakan, diasuh dan dikelola
secara benar. Untuk dapat memberikan asuhan kehamilan dan persalinan yang cepat
tepat dan benar diperlukan tenaga kesehatan yang terampil dan profesional dalam
menanganan kondisi kegawatdaruratan.
B. Rumusan masalah
1. Bagaimana cara penanganan neonatus dengan asfiksia?
2. Bagaimana cara penanganan neonatus dengan BBLR?
3. Bagaimana cara penanganan neonatus dengan hipotermia?
4. Bagaimana cara penanganan neonatus dengan hipoglikemia?
5. Bagaimana cara penanganan neonatus dengan hiperbilirubinemia?
6. Bagaimana cara penanganan neonatus dengan infeksi neonates?
7. Bagaimana cara penanganan neonatus dengan kejang?
8. Bagaimana cara penanganan neonatus dengan premature?
C. Tujuan
1. Untuk mengetahui penanganan neonatus dengan asfiksia
2. Untuk mengetahui penanganan neonatus dengan BBLR
3. Untuk mengetahui penanganan neonatus dengan hipotermia
4. Untuk mengetahui penanganan neonatus dengan hipoglikemia
5. Untuk mengetahui penanganan neonatus dengan hiperbilirubin
6. Untuk mengetahui penanganan neonatus dengan infeksi neonatus
7. Untuk mengetahui penanganan neonatus dengan kejang
8. Untuk mengetahui penanganan neonatus dengan prematur
BAB II
PEMBAHASAN
Asfiksia yang terdeteksi sesudah lahir, prosesnya berjalan dalam beberapa tahapan :
1. Janin bernapas megap-megap (gasping), diikuti :
2. Masa henti napas (fase henti napas primer).
3. Jika asfiksia berlanjut terus, timbul pernapasan megap-megap yang kedua
selama 4 – 5 menit (fase gasping kedua) diikuti masa hentinapas kedua (henti
napas sekunder
Nilai menit 1 untuk menentukan seberapa jauh diperlukan tindakan resusitasi. Nilai
ini berkaitan dengan keadaan asidosis dan kelangsungan hidup. Nilai pada menit
kelima untuk menilai prognosis neurologis.
Setelah melakukan penilaian keadaan bayi, hal penting selanjutnya yang perlu
Anda lakukan adalah melihat penilaian asfiksia dengan Penilaian APGAR Skor
seperti yang digambarkan pada Bagan 1.2 di bawah ini.
Keterangan Nilai Apgar:
Nilai 0-3 : Asfiksia berat
Nilai 4-6 : Asfiksia sedang
Nilai 7-10 : Normal
Ante /intrapartum
Bila ada kegawat janin utamanya sebelum aterm, yang terpikir penyakit membrane
hyalin (kematangan paru) pada bayi.
Penataksanaan :
Pertahankan kehamilan (kolaburasi medis) dengan pemberian tokolitik dan
antibiotik untuk mencegah infeksi.
- Kehamilan < 35 minggu, kehamilan tidak dapat dipertahankan untuk percepat
kematangan paru dengan kortikosteroid dosis tunggal.
RESUSITASI
Tentukan skor apgar 1 dan 5 menit (masing-masing untuk menentukan
diagnosa/ada tidaknya asfiksia dan berikutnya untuk menentukan prognosa bayi)
Lakukan resusitasi tahap 1-5 sesuai kondisi
PASCA RESUSITASI
1. Lakukan pemeriksaan fisik secara sistimatis dan lengkap
2. Tentukan masa gestasi berdasarkan skor Dubowitz/modifikasi
3. Lakukan perawatan tali pusat dengan antibiotika/antiseptik dengan kasa steril
4. Tetes mata/zalf mata untuk cegah Go
5. Vit K 1 mg im/ 1-2 mg/peroral
6. Beri identitas ibu dan bayi yang sama
7. Perawatan BBLR sesuai dengan masa gestasi
8. Perawatan 1/rawat gabung rooming in
9. Perawatan 2/perawatan khusus untuk observasi
10. Perawatan 3/perawatan intensive neonatus/neonatal intensive care unit
b. Klasifikasi
Dari pengertian tersebut bayi BBLR dapat dibagi menjadi dua golongan, yaitu:
a) Prematuritas Murni
Masa gestasinya kurang dari 37 minggu dan berat badannya sesuai dengan
berat badan untuk masa gestasi itu atau biasa disebut neonatus kurang bulan
sesuai masa kehamilan (NKB SMK).
b) Dismaturitas
Bayi lahir dengan berat badan kurang dari berat badan seharusnya untuk masa
gestasi itu. Berarti bayi mengalami retardasi pertumbuhan intrauterine dan
merupakan bayi yang kecil untuk masa kehamilannya.
1. Bayi Prematur
Berat lahir sama dengan atau kurang dari 2500 gram, panjang badan
kurang atau sama dengan 45 cm, lingkaran dada kurang dari 30 cm,
lingkungan kepala kurang dari 33 cm, umur kehamilan kurang dari 37
minggu. Kepala relatif lebih besar dari badannya, kulit tipis, transparan,
lanugo banyak, lemak subkutan kurang, sering tampak peristaltic usus,
tangisnya lemah dan jarang, pernapasan tidak teratur dan sering terjadi
apnea.
2. Bayi dismatur
Terdapat perubahan ukuran panjang, berat dan lingkar kepala dan organ-
organ di dalam badan juga terjadi perubahan.
A. Hipotermi sedang
Gejala:
Suhu 32-36°C
Gangguan nafas
Denyut jantung kurang dari 100×/menit
Malas minum
Letarel
B. Hipotermi berat
Gejala:
Tanda hipotermia sedang
Kulit teraba keras
Nafas pelan dan dalam
b. Etiologi
Disebabkan oleh bakteri Escherichia coli, Pseudomonas pyocyaneus, Klebsielia,
Staphylococcus aureus dan Coccus gonococcus.
d. Penatalaksanaan
Untuk mencegah infeksi, perawatan harus secara aseptik dan inkubator harus
aseptik pula.
Ruangan tempat merawat bayi terpisah, bersih, dan tidak dibenarkan banyak
orang memasuki ruangan tersebut kecuali petugas, semua alat yang diperlukan
harus steril.
Memberikan lingkungan yang optimal, suhu tubuh bayi harus dalam batas
normal (36.5-37oc) dan meletakkan bayi dalam inkubator
Pemberian oksigen dilakukan dengan hati-hati karena terpengaruh kompleks
terhadap bayi prematur, pemberian oksigen terlalu banyak menimbulkan
komplikasi fibrosis paru, kerusakan retina dan lain-lain
Pemberian cairan dan elektrolit sangat perlu untuk mempertahankan
hemeostasis dan menghindarkan dehidrasi. Permulaan diberikan glukosa 5-
10% dengan jumlah 60-125 ML/Kg BB/hari
Pemberian antibiotik untuk mencegah infeksi sekunder. Penisilin dengan dosis
50.000-10.000 untuk/kg 88/hari/ampisilin 100 mg/kg BB/hari dengan atau
tanpa gentasimin 3-5 mg/kg 88/hari
Kemajuan terakhir dalam pengobatan pasien PMH (Penyakit Membran Hallin
Jadalah pemberian surfaktan estrogen ( surfaktan dari luar).
G. Neonatus dengan Kejang
a. Definisi
Merupakan penyakit tetanus yang terjadi pada neonatus (bayi > yg di sebabkan
oleh clostridium tetani (kuman yg mengeluarkan toksin yg menyerang sistem
syaraf pusat).
b. Patofisiologi
spora clostridium tetani masuk ke dalam tali pusat yang belum puput, penyebab
AKB yg masih tunggi (80%)
d. Epidemiologi:
Angka kematian kasus tinggi
Tetanus Neonatorum yang dirawat angka kematiannya mendekati 100%,
terutama dengan masa inkubasi
Angka kematian tetanus neonatorum yang dirawat di RS di Indonesia
bervariasi dengan kisaran 10,8- 55%
e. Masa inkubasi
1. 3-28 hari dengan rata-rata 6 hari.
2. Apabila masa inkubasi <7 hari biasanya penyakit lebih parah dan angka
kematisnnya tinggi
f. Faktor Resiko
Pemberian imunisasi TT pada ibu hamil tidak dilakukan atau tidak lengkap.
Pemberian tidak sesuai dengan program.
Pertolongan persalinan tidak memenuhi syarat-syarat 3 bersih (tempat,
alat,cara pertolongan)
Perawatan tali pusat tidak memenuhi persyaratan kebersihan.
neonatus dengan kejang yang terkait dengan kondisi lain, misalnya panas yang bisa
menimbulkan kejang. Kejang yang terjadi dapat menimbulkan kegawatan utama bila
kejang terjadi berulang.
Definisi kejang
Adalah suatu kondisi pada anak yang disebabkan oleh demam. Kejang pada neonatus
bukanlah suatu penyakit, namun merupakan gejala penting akan adanya penyakit lain
sebagai penyebab kejang atau adanya kelainan susunan saraf pusat.
Penyebab utama kejang adalah kelainan bawaan diotak, sedangkan penyebab sekunder
adalah gangguan metabolik atau penyakit lain seperti penyakit infeksi.
Faktor penyebab:
1. kelainan metabolism
2. Komplikasi pada saat kehamilan dan kelahiran
a. Perdarahan pada saat kurang dari UK < 28 mgg
b. Gawat janin pada masa kehamilan dan persalinan
c. Alat-alat yang digunakan pada saat persalinan tidak steril
d. Persalinan dengan tindakan
e. Trauma pada janin
H. Bayi Prematur
Bayi prematur adalah bayi yang lahir pada usia kehamilan kurang atau sama
dengan 37 minggu, tanpa memperhatikan berat badan lahir. Bayi premature adalah bayi
yang lahir sebelum minggu ke 37, dihitung dari mulai hari pertama menstruasi terakhir,
dianggap sebagai periode kehamilan memendek.
Etiologi
a. Faktor Maternal
Toksenia, hipertensi, malnutrisi / penyakit kronik, misalnya diabetes mellitus
kelahiran premature ini berkaitan dengan adanya kondisi dimana uterus tidak
mampu untuk menahan fetus, misalnya pada pemisahan premature, pelepasan
plasenta dan infark dari plasenta.
b. Faktor Fetal
Kelainan Kromosomal (misalnya trisomi antosomal), fetus multi ganda,
cidera radiasi.
Patofisiologi
Persalinan preterm dapat diperkirakan dengan mencari faktor resiko
mayor atau minor. Faktor resiko minor ialah penyakit yang disertai demam,
perdarahan pervaginam pada kehamilan lebih dari 12 minggu, riwayat
pielonefritis, merokok lebih dari 10 batang perhari, riwayat abortus pada trimester
II, riwayat abortus pada trimester I lebih dari 2 kali.
Faktor resiko mayor adalah kehamilan multiple, hidramnion, anomali
uterus, serviks terbuka lebih dari 1 cm pada kehamilan 32 minggu, serviks
mendatar atau memendek kurang dari 1 cm pada kehamilan 32 minggu, riwayat
abortus pada trimester II lebih dari 1 kali, riwayat persalinan preterm sebelumnya,
operasi abdominal pada kehamilan preterm, riwayat operasi konisasi, dan
iritabilitas uterus.
Pasien tergolong resiko tinggi bila dijumpai 1 atau lebih faktor resiko mayor
atau bila ada 2 atau lebioh resiko minor atau bila ditemukan keduanya.
Karakteristik Bayi Prematur :
a. Ekstremitas tampak kurus dengan sedikit otot dan lemak sub kutan
b. Kepala dan badan disporposional
c. Kulit tipis dan keriput
d. Tampak pembuluh darah di abdomen dan kulit kepala
b. Lanugo pada extremitas, punggung dan bahu
c. Telinga lunak dengan tulang rawan min dan mudah terlipat
d. Labia dan clitoris tampak menonjol
e. Sedikit lipatan pada telapak tangan & kaki
PENUTUP
A. Kesimpulan
Prematur adalah bayi yang sebelum waktunya, biasanya < 37 minggu dengan
berat badan antara 1000 – 2500 gram. Etiologi prematur yaitu faktor ibu yang
meliputi penyakit, usia, keadaan sosial ekonomi, faktor kehamilan, faktor janin,
faktor-faktor lain.
Penanganan yang perlu diperhatikan adalah pengaturan suhu lingkungan pemberian
makanan dan siap sedia dengan tabung o2 pada bayi prematur makin pendek masa
kehamilan, makin sulit persoalan yang dihadapi dan makin tinggi angka kematian
perinatal.
Suatu asuhan kebidanan dikatakan berhasil apabila selain ibunya juga bayi dan
keluarganya yang diberikan pelayanan berada dalam kondisi yang optimal.
Memberikan pertolongan dengan segera, aman dan bersih adalah bagian asensial dari
asuhan bayi baru lahir. Sebagian besar kesakitan dan kematian bayi baru lahir
disebabkan oleh asfiksia, hipotermi dan atau infeksi. Kesakitan dan kematian bayi
baru lahir dapat dicegah bila asfiksia segera dikenali dan ditatalaksana secara adekuat,
dibarengi pula dengan pencegahan hipotermi dan infeksi.
DAFTAR PUSTAKA
Elisabet Siwi Walyani. Konsep Dan Asuhan Kebidanan Mater nal dan Neonatal. Pustaka
baru press. Yogyakarta, 2015.