Anda di halaman 1dari 22

ANALISA JURNAL KEPERAWATAN ANAK DENGAN METODE PICO :

PEMBERIAN NUTRISI PADA BAYI PREMATUR


Disusun untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Keperawatan Anak
Dosen Pengampu: Ns. Yayuk Setyowati, M.Kep., Sp.Kep.An

Disusun Oleh :
Kelompok 7

1. Afninda Nafariska P1337420617081


2. Ayu Diah Prastiwi P1337420717007
3. Citraningrum Putri P1337420617058
4. Erika Rahmawati P1337420620056
5. Hadania Madhita P1337420617010
6. Riki P1337420921017
7. Septi Maulina P1337420619095
8. Sitti Juniar Wulandari P1337420921026
9. Sukma Miranda P1337420717006

PROGRAM STUDI PROFESI NERS SEMARANG


JURUSAN KEPERAWATAN
POLTEKKES KEMENKES SEMARANG
2021
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa. Atas rahmat
dan hidayah-Nya, penulis bisa menyelesaikan Makalah yang berjudul “Analisa
Jurnal Keperawatan Anak dengan Metode PICO : Pemberian Nutrisi pada
Bayi Prematur”. Tak lupa penulis mengucapkan terima kasih kepada Ibu Yayuk
selaku dosen mata kuliah keperawatan anak yang telah membantu penulis dalam
mengerjakan makalah ini. Penulis juga mengucapkan terima kasih kepada teman-
teman yang telah berkontribusi dalam pembuatan makalah ini.
Makalah ini bertujuan untuk memberikan pengetahuan kebada pembaca
agar dapat mengetahui definisi bayi prematur, faktor-faktor penyebab bayi
prematur, peawatan pada bayi lahir premature, dan pemberian nutrisi yang tepat
pada bayi prematur. Penulis menyadari ada kekurangan pada makalah ini. Oleh
sebab itu, saran dan kritik senantiasa diharapkan demi perbaikan makalah. Penulis
juga berharap semoga makalah ini mampu menambah pengetahuan kepada
pembaca tentang analisa jurnal keperawatan anak dengan metode PICO dan
definisi bayi prematur, faktor-faktor penyebab bayi prematur, peawatan pada bayi
lahir premature, dan pemberian nutrisi yang tepat pada bayi prematur.

Semarang, 19 Agustus 2021


Penulis

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR..............................................................................................i
DAFTAR ISI...........................................................................................................ii
BAB I PENDAHULUAN.......................................................................................1
A. Latar Belakang..............................................................................................1
B. Rumusan Masalah.........................................................................................2
C. Tujuan...........................................................................................................2
BAB II ISI...............................................................................................................3
A. Definisi Bayi Prematur.................................................................................3
B. Penyebab Bayi Prematur...............................................................................3
C. Perawatan Bayi Prematur..............................................................................4
D. Pemberian Nutrisi Pada Bayi Prematur........................................................7
E. Analisa PICO................................................................................................9
BAB III PENUTUP..............................................................................................18
A. Kesimpulan.................................................................................................18
B. Saran...........................................................................................................18
DAFTAR PUSTAKA...........................................................................................19

ii
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Bayi prematur didefinisikan sebagai bayi yang lahir sebelum usia
kehamilan 37 minggu. Lebih dari 80% kelahiran prematur terjadi antara usia
kehamilan 32 hingga 37 minggu. Kelahiran prematur merupakan penyebab
utama kematian bayi dan merupakan penyebab kematian kedua setelah
pneumonia pada anak di bawah lima tahun. Berdasarkan temuan terbaru
yang diterbitkan oleh The Lancet, komplikasi pada kelahiran prematur
menyumbang hampir 1,1 juta kematian dari 6,3 juta kematian balita. Dalam
penelitian tersebut disebutkan bahwa komplikasi langsung dari kelahiran
prematur menyumbang 965.000 kematian selama 28 hari pertama kehidupan
anak, dan 125.000 kematian antara usia satu bulan hingga lima tahun (UN
News Centre, 2014).
Indonesia merupakan negara dengan jumlah kelahiran bayi prematur
kelima terbanyak setelah India, Cina, Nigeria, dan Pakistan. Hal tersebut
dapat dilihat berdasarkan jumlah penduduk Indonesia sekitar 255 juta jiwa,
dengan presentase angka kelahiran bayi prematur yang mencapai sebanyak
675.700 kasus per tahunnya dari sekitar 4,5 juta kelahiran bayi per tahun.
Angka kematian bayi di Indonesia ditargetkan sebesar 23 kematian per 1000
kelahiran hidup di tahun 2015. Namun, hasil SDKI 2012 menunjukkan
bahwa kematian bayi di Indonesia baru mencapai 32 kematian per 1000
kelahiran hidup. Dilihat dari jumlah kematiannya, Indonesia berada pada
peringkat 7 dari 10 negara dengan jumlah kematian balita prematur yang
tinggi, yaitu sebesar 25.800 kematian.

1
Bayi prematur umumnya memiliki berat badan lahir rendah (<2500
gram) dan berat badan sangat rendah (<1500 gram). Sebagian besar bayi
prematur dapat hidup dan tumbuh dengan baik jika mendapat perawatan
yang baik, terutama dari segi nutrisi. Peran nutrisi sangat penting untuk
mendukung pertumbuhan dan perkembangan bayi. Kejadian hambatan
pertumbuhan pasca kelahiran bayi kurang berat badan (BKB) masih cukup
tinggi. Oleh karena itu, manajemen nutrisi pada BKB sangat penting untuk
mencegah terjadinya gagal tumbuh pada BKB.

B. Rumusan Masalah
1. Apa yang dimaksud dengan bayi prematur?
2. Apa saja factor-faktor yang mempengaruhi terjadinya bayi prematur?
3. Bagaimanakah perawatan pada bayi prematur?
4. Bagaimana pemberian nutrisi pada bayi prematur?
5. Bagaimanakah analisa PICO pada jurnal yang berhubungan dengan
pemberian nutrisi pada bayi prematur?

C. Tujuan
1. Diharapkan mahasiswa dapat mengetahui definisi bayi prematur.
2. Diharapkan mahasiswa dapat memahami faktor – faktor penyebab bayi
prematur.
3. Diharapkan mahasiswa dapat memahami perawatan pada bayi lahir
prematur.
4. Diharapkan mahasiswa dapat memahami pemberian nutrisi yang tepat
pada bayi prematur.
5. Diharapkan mahasiswa dapat memahami analisa PICO pada jurnal yang
berhubungan dengan pemberian nutrisi pada bayi prematur.

2
BAB II
ISI

A. Definisi Bayi Prematur


Menurut definisi WHO, bayi prematur adalah bayi lahir hidup
sebelum usia kehamilan minggu ke 37 (dihitung dari hari pertama haid
terakhir). Bayi prematur atau bayi preterm adalah bayi yang berumur
kehamilan 37 minggu tanpa memperhatikan berat badan, sebagian besar
bayi prematur lahir dengan berat badan kurang 2500 gram (Surasmi, dkk,
2003). Prematur juga sering digunakan untuk menunjukkan imaturitas. Bayi
dengan berat badan lahir sangat rendah (BBLSR) yaitu kurang dari
1000gram juga disebut sebagai neonatus imatur. Secara historis, bayi
dengan berat badan lahir 2500gram atau kurang disebut bayi premature.
Umumnya kehamilan disebut cukup bulan bila berlangsung antara 37-41
minggu dihitung dari hari pertama siklus haid terakhir pada siklus 28 hari.
Sedangkan persalinan yang terjadi sebelum usia kandungan mencapai 37
minggu disebut dengan persalinan prematur (Sulistiarini & Berliana, 2016).

B. Penyebab Bayi Prematur


Penyebab kelahiran prematur disebabkan oleh penyakit saat
kehamilan, yaitu PEB, perdarahan ante partum, KPD, impending eklampsi,
CHF, kondiloma akuminata, dan sindrom HELLP. Kelahiran kurang bulan
disebabkan oleh berbagai macam faktor dan melibatkan interaksi kompleks
antara faktor janin, plasenta, uterus, dan ibu. (W. Carlo, 2016)
1. Faktor Ibu:
Faktor ibu merupakan hal dominan dalam mempengaruhi kejadian
prematur, faktor-faktor tersebut di antaranya adalah:
a. Toksemia gravidarum (preeklampsia dan eklampsia).
b. Riwayat kelahiran prematur sebelumnya, perdarahan antepartum,
malnutrisi dan anemia sel sabit.
c. Kelainan bentuk uterus (misal: uterus bikurnis, inkompeten
serviks).

3
d. Tumor (misal: mioma uteri, eistoma).
e. Ibu yang menderita penyakit seperti penyakit akut dengan gejala
panas tinggi (misal: thypus abdominalis, dan malaria) dan penyakit
kronis (misal: TBC, penyakit jantung, hipertensi, penyakit ginjal).
f. Trauma pada masa kehamilan, antara lain jatuh.
g. Kebiasaan ibu (ketergantungan obat narkotik, rokok dan alkohol).
h. Usia ibu pada waktu hamil kurang dari 20 tahun atau lebih dari 35
tahun.
i. Bekerja yang terlalu berat
j. Jarak hamil dan bersalin terlalu dekat
2. Faktor Plasenta :
a. Infark
b. Previa solusio
c. Malformasi anatomi
3. Faktor Janin :
a. Biasanya simetris, BB, PB, dan LK lahir semuanya rendah.
b. Infeksi bawaan (TORCH)
c. Kelainan kromosom
d. Kelainan kongenital (sindrom dismorfik dan kelainan kongenital
lainnya, diabetes mellitus janin, faktor keturunan, dan kehamilan
ganda).

C. Perawatan Bayi Prematur


Menurut Rukiyah & Yulianti (2012 dalam Kamila Jasmine, 2017),
beberapa penatalaksanaan atau penanganan yang dapat diberikan pada bayi
prematur adalah sebagai berikut:
1. Mempertahankan suhu tubuh dengan ketat. Bayi prematur mudah
mengalami hipotermi, oleh sebab itu suhu tubuhnya harus
dipertahankan dengan ketat.
2. Mencegah infeksi dengan ketat. Bayi prematur sangat rentan dengan
infeksi, perhatikan prinsip-prinsip pencegahan infeksi termasuk
mencuci tangan sebelum memegang bayi.

4
3. Pengawasan nutrisi. Reflek menelan bayi prematur belum sempurna,
oleh sebab itu pemberian nutrisi harus dilakukan dengan cermat.
4. Penimbangan ketat. Perubahan berat badan mencerminkan kondisi
gizi/nutrisi bayi dan erat kaitannya dengan daya tahan tubuh, oleh sebab
itu penimbangan berat badan harus dilakukan dengan ketat.
5. Kain yang basah secepatnya diganti dengan kain yang kering dan bersih
serta pertahankan suhu tetap hangat.
6. Kepala bayi ditutup topi dan beri oksigen bila perlu.
7. Tali pusat dalam keadaan bersih.
8. Beri minum dengan sonde/tetes dengan pemberian ASI.
Sedangkan menurut Proverawati & Sulistyorini (2010 dalam Kamila
Jasmine, 2017), ada beberapa penatalaksanaan umum yang dapat dilakukan
pada bayi prematur dan berat badan lahir rendah, yaitu sebagai berikut:
1. Mempertahankan suhu tubuh bayi
Bayi prematur akan cepat mengalami kehilangan panas badan dan
menjadi hipotermia, karena pusat pengaturan panas badannya belum
berfungsi dengan baik, metabolismenya juga masih rendah, dan
permukaan badan yang relatif luas. Oleh karena itu, bayi prematur harus
dirawat dalam inkubator sehingga panas tubuhnya dapat sama atau
mendekati dengan panas dalam rahim. Jika tidak ada inkubator, bayi
dapat dibungkus dengan kain dan disampingnya ditaruh botol yang
berisi air panas atau menggunakan metode kangguru.
2. Pengaturan dan pengawasan intake nutrisi
Pengaturan dan pengawasan intake nutrisi dalam hal ini adalah
menentukan pilihan susu, cara pemberian, dan jadwal pemberian yang
sesuai dengan kebutuhan bayi.

5
3. Pencegahan infeksi
Bayi prematur sangat mudah terserang infeksi, terutama
disebabkan oleh infeksi nosokomial. Hal ini karena kadar
immunoglobulin serum 27 bayi prematur masih rendah, aktivitas
bakterisidal neotrofil dan efek sitotoksik limfosit juga masih rendah
serta fungsi imun yang belum berpengalaman. Oleh karena itu bayi
prematur tidak boleh kontak dengan penderita infeksi dalam bentuk
apapun.
4. Penimbangan berat badan
Perubahan berat badan mencerminkan kondisi gizi atau
nutrisi bayi dan erat kaitannya dengan daya tahan tubuh, oleh sebab itu
penimbangan berat badan harus dilakukan dengan ketat.
5. Pemberian oksigen
Ekspansi paru yang buruk merupakan masalah serius bagi bayi
prematur dan BBLR akibat tidak adanya alveoli dan surfaktan.
Konsentrasi O2 yang diberikan sekitar 30%-35% dengan menggunakan
head box, karena konsentrasi O2 yang tinggi dalam waktu lama akan
menyebabkan kerusakan pada jaringan retina bayi dan dapat
menimbulkan kebutaan.
6. Pengawasan jalan nafas
Terhambatnya jalan nafas dapat mengakibatkan asfiksia dan
hipoksia yang akan berakhir dengan kematian. Bayi prematur dapat
berisiko mengalami serangan apneu dan defisiensi surfaktan, sehingga
tidak dapat memperoleh oksigen yang cukup yang sebelumnya
diperoleh dari plasenta. Oleh karena itu, perlu pembersihan jalan nafas
segera setelah bayi lahir.

6
D. Pemberian Nutrisi Pada Bayi Prematur
Pemberian nutrisi pada bayi prematur dapat dilakukan dengan berbagai
macam cara, antara lain adalah sebagai berikut:
1. Menyusu Langsung
Bayi yang reflek mengisap dan menelannya tampak aktif dengan
baik dapat minum dengan cara langsung menyusu pada ibunya. Apabila
ASI belum ada atau tidak ada, bayi sebaiknya tidak menyusu pada ibu
karena bayi akan frustasi dan menolak untuk menyusu. Bayi dapat
dicoba menyusu pada ibunya jika berat badan bayi minimal 2000 gram,
suhu tubuh bayi dapat stabil jika di luar inkubator, reflek mengisap dan
menelan baik, tidak sianosis, tidak menunjukkan adanya gangguan
pernapasan selama menyusu (Surasmi, dkk, 2003 dalam Kamila
Jasmine, 2017).

2. Minum Melalui Botol


Bayi yang belum atau tidak dapat menyusu pada ibu dapat diberi
minum melalui botol. Dot yang digunakan sebaiknya relatif kuat dan
stabil. Lubang dot harus memberi tetesan atau aliran susu yang lancar
tetapi tidak deras. Saat pemberian minum kepala bayi 30° lebih tinggi
dari pada badannya. Bayi prematur dan BBLR minum lebih lambat dan
membutuhkan istirahat yang sering. Jika bayi membutuhkan waktu
lebih dari 20 menit untuk menghabiskan jatah satu kali minum, maka
pemberian minumnya diperlukan pertimbangan karena bayi belum
cukup kuat untuk minum melalui botol (Surasmi, dkk, 2003 dalam
Kamila Jasmine, 2017).

7
3. Pemberian Minum Melalui Pipa atau Sonde
Bayi dengan masa gestasi 32 minggu atau kurang atau bayi yang
berat badannya kurang dari 1500gram terlalu lemah untuk mengisap
dan 41 menelan secara efektif. Dalam kondisi tersebut pemberian
nutrisi diberikan melalui pipa atau sonde lambung yang dipasang
melalui hidung atau mulut. Pipa lambung yang dimasukkan melalui
hidung lebih mudah untuk difiksasi dari pada melalui mulut. Ketika
memasukkan nutrisi melalui pipa lambung, aliran susu harus mengikuti
gaya gravitasi. Aliran yang terlalu cepat atau disemprotkan akan
membuat perut bayi menjadi buncit, terjadi regurgitasi, aspirasi, dan
muntah. Setiap akan memberikan nutrisi atau susu, cairan lambung
harus diaspirasi terlebih dahulu. Apabila yang keluar melebihi 10% dari
jumlah nutrisi yang dimasukkan sebelumnya, maka jumlah nutrisi yang
akan dimasukkan dikurangi sesuai dengan julah cairan aspirat.
Contohnya jika pemberian minum sebanyak 30 cc dan cairan aspiratnya
5 cc, maka cairan aspirat dimasukkan kembali dan ditambah 25 cc dari
jumlah yang direncanakan sehingga mencapai 30 cc (Surasmi, dkk,
2003 dalam Kamila Jasmine, 2017).

4. Cara Pemberian Secara Parenteral


Terdapat dua macam teknik pemberian nutrisi parenteral total
(NPT) yang sudah dikenal luas, yaitu rute perifer dan rute sentral,
namun pada bayi ada satu rute lagi yang bisa diberikan yaitu rute arteri
umbilikalis. Pada pemberian melalui rute perifer, bisa digunakan vena
di tungkai atau di kepala. Jalur ini dipilih bila pemberian dalam waktu
singkat atau kurang dari 2 minggu. Osmolalitas cairan yang diberikan
tidak tinggi dan tidak ada pembatasan pemberian cairan. Pada bayi
dengan pemberian nutrisi melalui rute perifer sulit untuk memenuhi
kebutuhan kalori karena cairan dibatasi tidak melebihi 130
ml/kgbb/hari, 42 konsentrasi dekstrosa kurang atau sama dengan
12,5%, sehingga kalori yang dapat diberikan adalah 80 kkal/kgbb/hari.

8
Untuk mendapatkan masukan kalori yang tinggi harus digunakan
cairan infus dengan konsentrasi yang tinggi dengan risiko osmolalitas
yang tinggi atau lebih dari 1000 mmol osmol/l. Langkah tersebut dapat
dilakukan dengan jalur vena sentral. Untuk mencapai vena sentral dapat
dengan cara perkutan atau dengan cara pemotongan vena. Vena
jugularis dan vena subclavia adalah yang paling sering digunakan. Cara
jalur vena melalui vena subclavia tidak dianjurkan pada bayi karena
sering terjadi komplikasi. Perawatan yang teratur dan hati-hati sangat
penting pada pemakaian keteter vena sentral agar terhindar dari
komplikasi dan dapat digunakan dalam jangka panjang. Tidak
dibolehkan memberikan selain cairan nutrisi melalui keteter ini seperti
memberikan darah atau mengambil sampel darah (Retayasa, 2007
dalam Kamila Jasmine, 2017).

E. Analisa PICO
1. Analisa Jurnal 1
Judul Penelitian : “Penerapan ASI Eksklusif pada Ibu yang
Melahirkan Bayi Prematur di Jakarta Timur”
Peneliti : Okta Zenita Siti Fatimah, Dewi Suri damayanti,
Nani Hendriani
Ringkasan :
Menyusui eksklusif adalah proses pemberian air susu ibu (ASI)
kepada bayi sejak lahir sampai usia 6 bulan tanpa menambahkan dan
mengganti dengan makanan atau minuman lainnya. Namun sering ibu-
ibu tidak berhasil menyusui atau menghentikan menyusui lebih dini
karena diantaranya ibu yang melahirkan bayi prematur dimana usia
belum cukup umur membuat tubuh bayi prematur masih rentan, daya
hisap dan menelan pada bayi prematur juga belum baik sehingga bayi
mengalami kesulitan menyusu dan kondisi ini dapat membuat ibu stres.

9
Kondisi kejiwaan ibu yang stres juga akan menentukan banyaknya
air susu, karena ketika ibu berada dalam kondisi stres maka hal ini
dapat memicu hormon oksitosin tidak akan bekerja dan ASI akan tetap
tersimpan dalam payudara namun tidak mengalir yang membuat ibu
tidak semangat memberikan ASI kepada bayinya sehingga ibu mulai
berpikir untuk beralih menggunakan susu formula untuk memenuhi
kebutuhan bayinya.
Tujuan : Penelitian ini bertujuan menganalisis faktor-faktor yang
mempengaruhi penerapan ASI eksklusif pada ibu yang melahirkan bayi
prematur.
Kelebihan :
- Penelitian ini melibatkan banyak pihak, sebagai contoh keluarga
responden juga dilibatkan sehingga keluarga dapat ikut memahami
pentingnya pemberian ASI.
- Penelitian ini dilakukan dengan cara pendampingan langsung pada
responden sehingga dapat lebih jelas apabila ada keluhan atau yang
ingin ditanyakan.
Kekurangan :
- Pendampingan penelitian ini hanya dilakukan sebulan sekali.
Kata Kunci : ASI Eksklusif, Bayi Prematur.
Problem/Populasi (P) :
Penelitian ini kualitatif deskriptif dan pengambilan sampel dengan
purposive sampling. Informan pada penelitian ini terdiri dari informan
kunci, informan utama dan informan triangulasi. Informan kunci dalam
penelitian ini adalah bidan koordinator wilayah puskesmas Jakarta
Timur yang akan mengarahkan peneliti dalam memilih informan utama.
Informan utama yaitu ibu yang melahirkan bayi prematur yang
memiliki bayi usia maksimal 4 bulan dan hanya memberikan ASI saja
di Wilayah Jakarta Timur. Sedangkan informan triangulasi dalam
penelitian ini adalah keluarga yang paling dekat dengan ibu. Jumlah
informan utama sebanyak 2 orang ibu yang melahirkan bayi prematur
dan informan triangulasi adalah keluarga ibu sebanyak 2 orang.

10
Intervention (I) :
Penelitian ini memberikan perlakuan berupa pendampingan penerapan
ASI eksklusif pada ibu yang memiliki bayi usia maksimal 4 bulan dan
diketahui hanya memberikan ASI saja. Pendampingan dilakukan
sampai pemberian ASI eksklusif berakhir yaitu 6 bulan dengan
melakukan kunjungan kurang lebih 2 - 3 kali (1 kali/ bulan) untuk
setiap informan utama dengan lama wawancara ±40 menit pada setiap
pertemuan.
Comparison (C) : -
Outcome (C) :
Berdasarkan hasil penelitian yang sudah peneliti dapatkan dapat
disimpulkan ada 4 tema yang tersusun dalam penelitian ini yaitu
pengetahuan ibu tentang pentingnya ASI eksklusif, pandangan ibu
tentang tanggung jawab dalam memberikan ASI eksklusif yang
merupakan hak bayi, pandangan ibu terhadap susu formula terhadap
tumbuh kembang anak, masalah yang berkaitan dengan pemberian ASI
eksklusif terutama selama ibu yang memiliki bayi prematur apakah ada
pengaruhnya atau tidak.

2. Analisa Jurnal 2
Judul Penelitian : “Toleransi Minum Enteral Bayi Prematur
Menggunakan Spuit 20 ml dan Spuit 50 ml”
Peneliti : Elfira Awalia Rahmawati, Yeni Rustina, Defi Efendi

11
Ringkasan :
Bayi yang lahir dalam kondisi prematur memiliki kemampuan
yang kurang dalam koordinasi menghisap dan menelan yang
dibutuhkan untuk menyusu ke ibu atau minum melalui botol. Bayi
prematur masih memiliki sistem gastrointestinal yang belum matur
termasuk pengosongan lambung. Proses pengosongan lambung masih
bersifat imatur meskipun pada bayi yang lahir cukup bulan, sehingga
pada bayi prematur pengosongan lambung akan lebih lambat (Moore,
Pickler, 2017). Patofisiologi dari intoleransi pemberian minum
menunjukkan bahwa usus bayi prematur dan BBLR lebih pendek,
fungsi absorbsi dan motilitas usus belum sempurna dibandingkan bayi
aterm (Cresi et al., 2019).
Intervensi pemberian minum enteral pada bayi prematur sangat
penting untuk menstimulasi sistem gastrointestinal dan untuk
memenuhi kebutuhan nutrisi pada bayi tersebut (Moore, Pickler, 2017).
Pemberian nutrisi secara tepat diperlukan untuk proses maturasi dan
perkembangan saluran pencernaan, penyerapan, dan fungsi motorik
(Padila, Agustien, 2019). Nutrisi dapat diberikan menggunakan
orogastric tube (OGT) atau nasogastric tube (NGT) dengan teknik
gravitasi. Pemberian minum enteral secara gravitasi dapat mencegah
peningkatan tekanan dalam perut bayi sehingga menurunkan risiko
regurgitasi. Spuit yang digunakan dalam pemberian makan merupakan
salah satu yang berpengaruh terhadap kecepatan dan volume yang
diberikan.
Tujuan : Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui perbandingan
pemberian minum enteral dengan menggunakan spuit 20 ml dan 50 ml
terhadap toleransi minum pada bayi prematur.
Kelebihan :
- Penelitian ini sangat bermanfaat untuk membandingkan perbedaan
ukuran spuit dalam pemberian nutrisi dikarenakan ukuran spuit yang
besar kurang efektif pada bayi prematur yang dapat membuat bayi
muntah.

12
- Penelitian ini dijelaskan dengan sangat rinci pengaruh dari
perbandingan terhadap lama waktu pemberian, residu lambung dan
kejadian muntah.
Kekurangan :
- Tidak dijelaskan dalam penelitian ini apakah menggunakan ASI
atau susu formula
Kata Kunci : Bayi prematur, Minum Enteral,Toleransi Minum
Problem/Populasi (P) :
Desain yang digunakan dalam penelitian ini adalah menggunakan
pendekatan uji klinis acak terkontrol (randomized controlled trial)
dengan desain crossover (desain menyilang). Jumlah sampel minimal
yang diperlukan yaitu 25 bayi. Kriteria inklusi sampel yang digunakan
yaitu bayi dengan usia gestasi kurang dari 37 minggu, bayi prematur
yang mendapatkan nutrisi enteral melalui orogastric tube (OGT) dengan
metode gravitasi, bayi prematur yang mendapatkan nutrisi enteral lebih
dari 150 ml/kgbb/hari.
Kriteria eksklusi: Bayi dengan riwayat NEC, bayi dengan gangguan
kongenital pada sistem pencernaan. Ukuran OGT yang digunakan
adalah nomor 6 dengan panjang selang 100 cm
Intervention (I) :
Penelitian ini menerapkan dua intervensi yaitu intervensi pemberian
nutrisi enteral dengan menggunakan spuit 20 ml dan pemberian nutrisi
enteral dengan menggunakan spuit 50 ml pada bayi prematur. Semua
sampel dalam penelitian ini akan memperoleh kedua intervensi tersebut
pada waktu yang berbeda dan urutan intervensi dilakukan dengan
proses pengacakan (randomisasi). Randomisasi yang digunakan yaitu
metode acak sederhana (simple random sampling) dengan melempar
mata uang. Intervensi pemberian nutrisi enteral dengan menggunakan
spuit 20 ml dan 50 ml dilakukan selama 3 hari berturut-turut.

13
Comparison (C) :
Penelitian ini menerapkan dua intervensi yaitu intervensi pemberian
nutrisi enteral dengan menggunakan spuit 20 ml dan pemberian nutrisi
enteral dengan menggunakan spuit 50 ml pada bayi prematur.
Outcome (C) :
Terdapat perbedaan lama waktu yang signifikan pada kelompok
intervensi pemberian minum menggunakan spuit 20 ml dan spuit 50 ml
pada hari pertama dan kedua, tidak ada perbedaan yang signifikan pada
kelompok intervensi pemberian minum menggunakan spuit 20 ml dan
spuit 50 ml pada hari ketiga. Tidak terdapat perbedaan yang signifikan
residu lambung pada hari pertama, kedua dan ketiga pada kedua
kelompok intervensi. Kejadian muntah pada hari pertama, kedua dan
ketiga tidak terdapat perbedaan yang signifikan pada kelompok
intervensi pemberian minum menggunakan spuit 20 ml dan spuit 50 ml.

3. Analisa Jurnal 3
Judul Penelitian : “Peningkatan Pertumbuhan Bayi Kurang Bulan
dengan Pemberian Human Milk Fortifier”
Peneliti : Dian Emiria Tunggadewi, Adhie Nur Radityo, Gatot
Irawan Sarosa
Ringkasan :
Bayi kurang bulan (BKB) adalah bayi dengan kelahiran sebelum
usia kehamilan 37 minggu. Kemampuan penyediaan nutrisi BKB
terbatas, metabolisme yang belum matur, jalur penyerapan yang
belum sempurna, dan beberapa permasalahan yang berkaitan dengan
belum matangnya proses perkembangan fungsi oromotor sehingga
berisiko terjadi kekurangan gizi. Air susu ibu (ASI) merupakan nutrisi
terbaik untuk bayi baru lahir karena memiliki beberapa keunggulan
nutrisi dan imunologi, tetapi telah dibuktikan bahwa kandungan
protein dan mineral pada ASI tidak memadai untuk pertumbuhan
BKB.

14
Oleh karena itu, manajemen nutrisi pada BKB sangat penting
untuk mencegah terjadinya gagal tumbuh pada BKB. Untuk
memperbaiki kekurangan tersebut, tersedia ASI dengan human milk
fortifier (HMF) yang menyediakan tambahan protein, mineral, dan
vitamin. Pemberian HMF meningkatkan osmolalitas dan
menyebabkan pengurangan pengosongan lambung, dimulai ketika
pemberian enteral mencapai 100 ml/kg/hari saat lambung sudah dapat
mencerna dengan baik. Proses dilanjutkan hingga berat bayi mencapai
2 kg ketika bayi telah dapat menyusu dengan baik.
Tujuan : Menganalisis peningkatan pertumbuhan BKB sesuai masa
kehamilan (SMK) dan kecil masa kehamilan (KMK) dengan
pemberian HMF.
Kelebihan :
- Penelitian ini disusun secara jelas dan rinci dengan banyak
karakteristik sebagai pembanding.
- Penelitian ini menjelaskan parameter dalam pertumbuhan tidak
hanya dari panjang badan namun juga berat badan dan lingkar kepala.
Kekurangan :
- Jumlah responden pada penelitian ini kurang banyak dan tidak
merata yaitu dengan perbandingan 25 dibanding 18 responden.
Kata Kunci : bayi kurang bulan, human milk fortifier,
pertumbuhan

15
Problem/Populasi (P) :
Penelitian ini melibatkan 53 BKB yang diberi HMF (Human Milk
Fortifier) yang memenuhi kriteria inklusi dan eksklusi, terdiri dari 30
pada kelompok BKB SMK (sesuai masa kehamilan) dan 23 bayi pada
kelompok BKB KMK (kecil masa kehamilan). Total sampel drop out
sebanyak 10 (18,8%) bayi. Subyek penelitian diakhir penelitian
sejumlah 43 bayi dengan 25 pada kelompok SMK dan 18 pada
kelompok KMK. Kriteria inklusi adalah bayi yang lahir dengan berat
lahir <1500 gram yang pemberian enteral telah mencapai 100
ml/kg/hari, SMK atau KMK. Kriteria eksklusi adalah bila BKB
disertai dengan asfiksia/ gangguan nafas berat, enterokolitis
nekrotikan (EKN)/ kelainan anatomi saluran cerna, neonatal sepsis,
dan kelainan kongenital mayor.
Beberapa penelitian menunjukkan pertumbuhan yang lebih baik pada
BKB yang diberi HMF, tetapi belum ada yang melakukan penelitian
tentang pengaruh HMF pada BKB SMK dan KMK yang pemberian
enteral telah mencapai 100 ml/kg/hari terhadap peningkatan ukuran
antropometri.
Intervention (I) :
Kelompok BKB SMK dan KMK diberi HMF dengan pengenceran 1
saset HMF dicampurkan pada 25 ml ASI. Jumlah ml yang diberikan
dalam sekali minum menyesuaikan kemampuan minum bayi masing-
masing, diet diberikan tiap 3 jam selama 28 hari. Setiap kelompok
didata berat badan setelah 7, 14, 21, dan 28 hari diberi HMF, dan
panjang badan dan lingkar kepala setelah 28 hari diberi HMF.

16
Comparison (C) :
Penelitian ini membandingkan pemberian HMF pada kelompok bayi
dengan kurang berta badan yang sesuai masa kehamilan dengan
kelompok bayi dengan kurang berta badan yang kurang masa
kehamilan.
Outcome (C) :
Bayi kurang bulan yang SMK dan KMK yang diberi HMF secara
bermakna telah sesuai dengan target pencapaian peningkatan BB, PB,
dan LK. Bayi kurang bulan setelah diberi HMF yang telah sesuai
dengan target pencapaian peningkatan PB dan LK lebih banyak pada
kelompok SMK, yaitu sebesar 60% dan 80%, sedangkan ayi kurang
bulan yang telah sesuai dengan target pencapaian peningkatan BB
lebih banyak pada kelompok KMK, yaitu 73,9% pada hari ke-7
pemberian HMF. Pencapaian peningkatan pertumbuhan bayi kurang
bulan SMK dibandingkan KMK setelah diberi HMF tidak terdapat
perbedaan.

17
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
Bayi prematur didefinisikan sebagai bayi yang lahir sebelum usia
kehamilan 37 minggu. Lebih dari 80% kelahiran prematur terjadi antara usia
kehamilan 32 hingga 37 minggu. Kelahiran prematur merupakan penyebab
utama kematian bayi dan merupakan penyebab kematian kedua setelah
pneumonia pada anak di bawah lima tahun. Penyebab kelahiran prematur
disebabkan oleh penyakit saat kehamilan, yaitu PEB, perdarahan ante
partum, KPD, impending eklampsi, CHF, kondiloma akuminata, dan
sindrom HELLP. Penangan bayi prematur dan pemberian nutrisi pada bayi
prematur dapat dilakukan dengan berbagai macam cara, antara lain menyusu
langsung, pemberian minum melalui pipa atau sonde minum melalui botol
dan secara parenteral.

B. Saran
1. Orangtua
Bagi orangtua khususnya yang memiliki bayi prematur dapat
menerapkan beberapa cara pemenuhan nutrisi pada bayi prematur yang
telah disampaikan penulis. Sehingga bayi prematur dapat terpenuhi
kebutuhan nutrisinya dan terjaga kesehatannya.
2. Mahasiswa Keperawatan
Bagi mahasiswa keperawatan diharapkan makalah ini dapat
menambah pengetahuan dalam keperawatan anak, khususnya dalam
pemenuhan nutrisi pada bayi prematur.

18
DAFTAR ISI

Carlo, W. (2016). Prematurity and Intrauterine growth restriction. Dalam:


Kliegman RM, Stanton BF, III JWSG, Schor NF, Behrman RE, penyunting.
Nelson textbook of pediatrics. Philadelphia: Elsevier Inc.
Surasmi, A., dkk. 2003. Perawatan Bayi Resiko Tinggi. Jakarta: EGC.
Sulistriani, D., Berliana, S. M. (2016). Faktor-Faktor yang Memengaruhi
Kelahiran Prematur di Indonesia : Analisis Data Riskesdas 2013. E-Journal
WIDYA Kesehatan dan Lingkungan, 1(2), 109-11
Tunggadewi, D. E., Radityo, A. N., dan Sarosa G. I. (2021). Peningkatan
Pertumbuhan Bayi Kurang Bulan Dengan Pemberian Human Milk Fortifier.
Sari Pediatri, 23(1), 43. https://doi.org/10.14238/sp23.1.2021.43-50.
Zenita, O., Fatimah, S., dan Hendriani, N. (2020). Penerapan Asi Eksklusif Pada
Ibu Yang Melahirkan Bayi Prematur di Jakarta Timur. Jurnal Ilmiah
Kesehatan,12(2), 128-141.

19

Anda mungkin juga menyukai