Anda di halaman 1dari 6

PRAKTEK KLINIK KEPERAWATAN KEGAWATDARURATAN

SISTEMATIKA PROSEDUR KHUSUS PEMASANGAN KATETER


DI IGD RSUD TIDAR KOTA MAGELANG

Disusun Oleh:
AYU DIAH PRASTIWI
NIM. P1337420921136

PRODI PROFESI NERS JURUSAN KEPERAWATAN


POLTEKES KEMENKES SEMARANG
2022
PROSEDURE KHUSUS PEMASANGAN KATETER

A. Pengertian Prosedur
Pemasangan Kateter Urine merupakan salah satu dari sekian banyak
kompetensi yang harus dikuasai oleh seorang Perawat. Pemasangan kateter atau
kateter urine adalah suatu tindakan keperawatan memasukan kateter kedalam kandung
kemih melalui uretra. Pemasangan kateter ini seringkali digunakan pada pasien-pasien
yang tidak mampu untuk membuang air kecil sendiri dengan normal – semisal pada
pasien-pasien dengan pembesaran prostat, sehingga memerlukan alat bantuan kateter.
B. Indikasi Prosedur
Indikasi pemasangan kateter terbagi menjadi dua, yang pertama indikasi diagnostik
untuk keperluan penegakan diagnosa, dan indikasi terpi atau untuk pengobatan.
1. Indikasi Diagnostik Pemasangan Kateter :
a. Mengambil spesimen urin tanpa terkontaminasi
b. Monitoring dari produksi urin (urine output), sebagai indikator status cairan
dan menilai perfusi renal (terutama pada pasien kritis)
c. Pemeriksaan radiologi pada saluran kemih
d. Diagnosis dari perdarahan saluran kemih, atau obstruksi saluran kemih
(misalnya striktur atau hipertropi prostat) yang ditandai dengan kesulitan
memasukkan kateter
2. Indikasi Terapi Pemasangan kateter :
Kateterisasi uretra digunakan sebagai terapi pada kondisi berikut:
a. Retensi urin akut (misalnya pada benign prostatic hyperplasia, bekuan darah,
gangguan neurogenik)
b. Obstruksi kronik yang menyebabkan hidronefrosis, serta tidak dapat diperbaiki
dengan obat atau tindakan bedah
c. Inkontinensia urin yang tidak tertangani dengan terapi lainnya, yang juga dapat
menyebabkan iritasi pada kulit sekitar kemaluan
d. Inisiasi irigasi kandung kemih berkelanjutan
e. Dekompresi intermiten pada gangguan kandung kemih neurogenik
f. Pemeliharaan kondisi higiene atau sebagai terapi paliatif (pasien terminal)
pada kondisi pasien yang memerlukan istirahat (bedrest) dalam waktu lama
3. Kontraindikasi Pemasangan Kateter
Kateterisasi uretra dikontraindikasikan pada pasien dengan gejala trauma pada
traktus urinarius bagian bawah, misalnya terjadi robekan pada uretra. Kondisi ini
dapat ditemukan pada pasien laki-laki yang mengalami trauma pelvis atau
straddle-type injury.
C. Alat dan Bahan Prosedur
1. Non Steril
a. Perlak dan pengalas
b. Selimur
c. Tempat sampah
d. Xilocain gel
e. Plester
f. Gunting plester
g. Aquadest steril 2 flacon
h. Kateter
i. Urine bag
j. Sarung tangan steril
k. Spuit 20 cc steril
2. Steril
a. Nierbekken
b. Kapas sublimat 5 buah
c. Pinset anatomis 2 buah
d. Kom kecil 1 buah
D. Sistematika Prosedur
1. Tahap Pra Interaksi
a. Lakukan pengkajian pada pasien untuk pelaksanaan tindakan pemasangan
kateter/sesuai order.
b. Cuci tangan
c. Siapkan alat-alat
2. Tahap Orientasi
a. Berikan salam, panggila pasien dengan namanya dan periksa gelang identitas
pasien
b. Jelaskan prosedure, tujuan, dan lamanya tindakan pada pasien/keluarga
c. Pastikan pasien dan keluarga sudah menanda tangani surat persetujuan
pemasangan kateter.
3. Tahap Kerja
a. Berikan kesempatan pasien bertanya sebelum kegiatan dilakukan
b. Menanyakan keluhan utama
c. Jaga privacy pasien
d. Perawat cuci tangan
e. Posisikan pasien pada posisi dorsal recumben dan tutupi klien dengan slimut
f. Letakkan nierbekken diantara tungkai pasien
g. Letakkan pengalas
h. Buka set steril
i. Buka kemasan kateter urine dan kantong urine serta sambungkan keduanya
j. Kenakan sarung tangan steril
k. Bersihkan labia minora dengan menggunakan jari telunjuk dan ibu jari
tangan kiri dan tarik sedikit ke atas
l. Bersihkan labia kiri dan kanan bagian terakhir bagian meatus
m. Ambil kateter dan oleskan xilocain jelly di ujung kateter 4-5cm
n. Masukkan kateter secara perlahan ke dalam uretra 5-7 cm atau sampai urine
keluar
o. Jika pada saat memasukkan kateter terasa ada tahanan tidak boleh dilanjutkan
p. Selama pemasangan kateter anjurkan pasien untuk menarik napas dalam.
q. Bila sudah keluar semua masukkan aquadest 30 cc (sesuai rekomendasi
kateter) kemudian hubungkan kateter urine dengan bag
r. Fiksasi kateter dengan menggunakan plester pada paha klien
s. Gantung urine bag harus lebih rendah dari posisi kandung kemih pada sisi
tempat tidur
t. Pastikan kateter tidak terlipat
u. Beri label tanggal pemasangan di kateter
v. Rapikan pasien dan berikan posisi pasien dengan nyaman pada pasien
w. Menginformasikan kepada pasien bahwa tindakan telah selesai
x. Alat-alat dibereskan
y. Cuci tangan dengan air dan sabun
4. Tahap Terminasi
a. Evaluasi hasil kegiatan
b. Catat kondisi meatus uretra
c. Observasi jumlah, warna, dan bau urine
d. Lakukan palpasi kandung kemih
e. Observasi reaksi pasien setelah pemasangan
f. Lakukan kontrak untuk kegiaran selanjutnya
g. Akhiri kegiatan
h. Lepas sarung tangan
i. Cuci tangan
5. Dokumentasi
Catat tindakan yang telah dilakukan di lembar Catatan Perkembangan Pasien
Terintgrasi (CPPT)
E. Hasil Pelaksanaan Prosedur
Setelah dilakukan pemasangan kateter urin pada pasien, maka diharapkan pasien :
1. Mampu mengeluarkan urine
2. Menghilangkan ketidaknyamanan karena distensi kandung kemih
3. Mendapatkan urine steril untuk spesimen
4. Pengkajian residue urine
5. Penatalaksanaan klien yang dirawat karena trauma medulla spinalis, kandungan
neuro muskuler atau inkompeten kandung kemih, serta pasca operasi besar
6. Mengatasi obstruksi aliran urine
7. Mengatasi retensi perkemihan
F. Hal-hal yang harus diperhatikan
Apabila terjadi komplikasi pada pasien pasca pemasangan kateter, dapat dilakukan
antisipasi dengan beberapa hal berikut:
1. Obstruksi
Material yang dapat menyumbat kateter biasanya mengandung bakteri,
glikokaliks, protein hingga endapan kristal. Pasien yang mengalami obstruksi,
akan mengekskresikan kalsium, protein dan musin dalam jumlah yang lebih
banyak. Irigasi dapat mencegah terjadinya obstruksi berulang. Apabila tetap
terjadi obstruksi meski irigasi dilakukan, kateter yang mengalami obstruksi harus
diganti dengan yang baru.
2. Kebocoran Urin
Spasme kandung kemih, adalah penyebab yang sering kali menimbulkan
kebocoran. Hal ini disebabkan karena tekanan yang dihasilkan oleh spasme
kandung kemih akan mengurangi kapasitas irigasi melalui kateter, sehingga
menimbulkan kebocoran.
Kebocoran yang disebabkan oleh spasme tidak boleh diatasi dengan
menggunakan kateter dengan diameter yang lebih besar. Pemberian antispasmodik
dapat secara efektif mengatasi spasme yang terjadi sehingga mengembalikan
fungsi otot detrusor yang terganggu
3. Kolonisasi dan Infeksi
Kateterisasi jangka panjang, dapat menimbulkan kolonisasi bakteri dalam
jangka waktu 6 minggu pemasangan. Kejadian bakteriuria tidak memerlukan
pemberian antibiotik karena profilaksis antibiotik justru dapat meningkatkan
risiko terjadinya resistensi.
Terapi antibiotik sebaiknya hanya diberikan pada pasien yang menunjukan
gejala infeksi saluran kemih. Lama pemberian terapi antibiotik dilakukan paling
sedikit 10 hari pengobatan.

Anda mungkin juga menyukai