Anda di halaman 1dari 10

RESUME TINDAKAN PRAKTIK KLINIK KMB

PERAWATAN KATETER
DI RUANG ANGGREK RSU BLUD KOTA
BANJAR
Untuk Memenuhi Tugas Praktik Klinik Mata Kuliah Keperawatan Medikal Bedah

Disusun Oleh :

Alysha Nur Azyza


P20620122003
2A D3 Keperawatan

PROGRAM STUDI DIII KEPERAWATAN POLITEKNIK KESEHATAN


POLTEKKES KEMENKES TASIKMALAYA 2023/2024
A. PENGERTIAN TINDAKAN PERAWATAN KATETER
Katerisasi dalam pemasangan dan perawatan menjadi hal yang harus terus
menerus mengalami perkembangan baik karena pengaruh device yang terus update
berdasarkan kebutuhan, ataupun upaya penurunan efek samping dari prosedur
pemasangan dan perawatan kateter (APSIC, 2022).
Perubahan cepat ini menjadi tantangan perawat dan tenaga Kesehatan untuk
terus menerus memahami update terkait pemasangan juga perawatan kateter (Nhs,
2023).
Katerisasi urin adalah salah satu intervensi yang dilakukan oleh perawat untuk
membantu pengosongan kandung kemih. (Guidelines And Standard Operating
Procedures The Management Of Urinary Catheterization (Adults),2021).
Pemasangan kateterusasi urin adalah suatu tindakan invasive dengan cara
memasukkan selang kateter ke dalam kandung kemih untuk membantu proses
pengeluaran urin dalam tubuh. (Nababan, 2020 dalam jurnal 4). Perawatan kateter
adalah serangkaian prosedur perawatan yang dilakukan pada pasien dengan indikasi
kateterisasi dimulai dengan dari pemasangan, perawatan, pelepasan dan rehabilitasi
pasca pemasangan.

B. DIAGNOSA KEPERAWATAN
1. Konstipasi
2. Gangguan eliminasi urin
3. Retensi urin

C. TUJUAN TINDAKAN PERAWATAN KATETER


1. Mencegah infeksi saluran kemih
2. Menjaga kebersihan dan kenyamanan pasien
3. Mencegah sumbatan dan memastikan aliran urin yang lancar
4. Mencegah komplikasi lain seperti perdarahan atau kerusakan pada saluran kemih
5. Memantau jumlah urin yang diproduksi, warna urin, dan kejernihan urin, yang
dapat memberikan petunjuk tentang kondisi Kesehatan pasien
D. INDIKASI TINDAKAN PERAWATAN KATETER
Pemasangan kateter dilakukan dengan indikasi salah satu dibawah ini (Nhs, 2023)
1. Acute urinary retention
2. Bypassing an obstruction
3. Chronic urinary retention bila ada gejala gangguan ginjal
4. Tujuan diagnostic seperti urodinamik
5. Pemberian obat seperti kemoterapi
6. Pemantauan fungsi ginjal
7. Perioperative
8. Diperlukan dalam perawatan yang lebih baik, seperti palliative care, disabilitas
9. Pengambilan specimen (Guidelines and standard operating procedures the
management of uurinary catheterisation (Adults), 2021
10. Pressure injury pada perineum atau sacrum yang mengalami inkontinensia.
(WCON, 2016 dalam Guidelines And Standard Operating Procedures The
Management Of Uninary Catheterisation (Adults),2021)
Terdapat berbagai kondisi pemasangan kateter tidak boleh diberikan pada
pasien , menurut guidelines and standard operating procedures the management of
uninary catheterization (adults) (2021) bahwa kontraindikasi pemasangan kateter
dilakukan pada pasien :
1. Pasca oprasi radikal prostat kurang dari 6 minggu
2. Riwayat komplikasi/penyulit saat pemasangan kateter
3. Tidak mendapatkan informed concent
4. Alat kelamin mengalami inflamasi
5. Perdarahan yang tidak diketahui penyebabnya
6. Riwayat tumor kandung kemih (kecuali atas persetujuan dokter spesialis
urologi)
7. Riwayat infeksi
8. Trauma uretra
9. Risiko kerusakan spingter internal dan eksternal
10. Operasi uretra
E. PRINSIP DAN RASIONAL TINDAKAN PERAWATAN KATETER
1. Teknik steril
Rasional : untuk menghindari terjadinya infeksi nosocomial
2. Pastikan balon fiksasi sudah berada di kandung kemih sebelum diisi air
Rasional : untuk menghindari atau mencegah terjadinya rupture uretra
3. Jangan memaksakan masuknya kateter jika ada tahanan saat akan memasukannya
Rasional : untuk menghindari terjadinya trauma atau kerusakan pada uretra
Adapun rasional tindakan dalam pemasangan kateter urin khususnya pada pasien
Perempuan menurut urinary catheter care guidelines tahun 2017,
a. Jelaskan dan diskusikan prosedur dengan pasien serta meminta persetujuan
pasien (pastikan persetujuan tersebut di dokumentasikan). Pastikan apakah
pernah dipasangi kateter urin sebelumnya, jika pernah tanyakan apakah ada
masalah pada pemasangan kateter sebelumnya, misalnya terdapat alergi pada
lateks atau jelly Lidocaine (gel anestesi).
Rasional: untuk memastikan bahwa pasien mengerti dengan prosedur yang
akandilakukan dan pasien memberikan persetujuan yang sah atau valid
b. Membantu pasien untuk merubah posisi menjadi terlentang/supine dengan
lutut dan pinggul ditekuk serta kedua kaki diregangkan sekitar 60 cm atau
posisi dorsal recumbent. Jangan mengekspos bagian privasi pasien selama
prosedur. Rasional: untuk memungkinkan akses yang aman ke daerah
genital pasien selama prosedur serta untuk menjaga martabat pasien dan
memberikan kenyamanan.
c. Pastikan bahwa pencahayaan yang baik tersedia.
Rasional: untuk memastikan area genital terlihat jelas selama prosedur.
d. Mencuci tangan dengan air dan sabun atau alkohol menggunakan prinsip
mencuci tangan yang baik dan benar.
Rasional: untuk mengurangi resikoinfeksi silang
e. menggunakan celemek sekali pakai/ dispossible
Rasional: untuk mengurangi resiko infeksi silang dari mikroorganisme pada
pakaian.
f. Siapkan peralatan di dekat tempat tidur pasien. Pastikan pilihan kateter benar
dan cek kadaluarsa alat. Pastikan permukaan kerja (meja/troli) yang digunakan
untuk menempatkan peralatan yang dibutuhkan selama prosedur telah bersih
dan bebas dari mikroorganisme.
Rasional: Untuk meminimalkan kontaminasi udara. Untuk memastikan kateter
yang digunakan benar. Untuk dekontaminasi permukaan kerja sehingga
mengurangi risiko infeksi.
g. Menggunakan teknik aseptik.
Rasional: untuk memastikan item tetap steril.
h. Dekontaminasi tangan menggunakan sabun dan air atau menggunakan alkohol
pembersih tangan.
Rasional: tangan mungkin saja bisaterkontaminasi oleh peralatan yang tidak
steril, dan lain-lain.
i. Menggunakan sarung tangan atau handglove steril.
Rasional: untuk mengurangi resiko infeksi silang.
j. Lepaskan penutup (baju/celana) yang menjaga privasi pasien. Pasang
perlak/pengalas sekali pakai di bawah bokong pasien.
Rasional: pastikan area yang dibuka tadi tidak terpajan terlalu lama untuk
menjaga agar pasien tetap merasa privasinya aman. Untuk memastikan urin
tidak bocor keseprai.
k. Gunakan penyeka untuk memisahkan labia minora sehingga meatus uretra
terlihat. Gunakan satu tangan untuk mempertahankan pemisahan labial sampai
kateterisasi selesai.
Rasional: agar akses ke lubang uretra lebih baik dan jelas.
l. Bersihkan uretra dengan Nacl 0,9% dari arah depan ke
belakang. Rasional: untuk mengurangi resiko infeksi silang.
m. Ganti sarung tangan atau handglove dan bersihkan tangan dengan air dan
sabun atau alkohol.
Rasional: untuk mengurangi resiko infeksi silang.
n. Kenakan sarung tangan steril.
Rasional: untuk mengurangi resiko infeksi silang.
o. Berikan jelly anestesi sebagai pelumas ke dalam uretra. Biarkan 5 menit untuk
efek anestesi.
Rasional: pelumasan membantu untuk mencegah trauma uretra dan infeksi,
serta meminimalkan ketidaknyamanan pasien.
p. Sambungkan selang kateter dengan kantong drainase urin.
Rasional: untuk menampung drainase urin setelah kateter dimasukkan.
q. Masukkan ujung kateter ke dalam lubang uretra dengan arah ke atas dan ke
belakang.
Rasional: arah penyisipan dan panjang kateter yang dimasukkan harus sesuai
dengan struktur anatomi pada lokasi tersebut.
r. Inflasi balon atau kembangkan balon setelah memastikan bahwa kateter telah
berada pada kandung kemih. Minta pasien untuk melaporkan rasa tidak
nyaman. Menarik sedikit kateter keluar.
Rasional: mencegah agar balon tidak terjebak dalam uretra. Inflasi yang tidak
disengaja pada balon yang berada dalam uretra dapat
menyebabkan trauma uretra.
s. Tutup kembali daerah genital pasien. Pastikan bahwa area genital dibiarkan
kering dan bersih.
Rasional: untuk menjaga martabat dan kenyamanan pasien. Jika daerah yang
tersisa basah atau lembab, infeksi sekunder daniritasi kulit dapat terjadi.
t. Pastikan urin mengalir ke kantong urin/urinal bag. Mengukur jumlah urin
yang digunakan.
Rasional: untuk memantau fungsi ginjal dan keseimbangan cairan.
u. Buang celemek yang digunakan, mencuci tangan atau menggunakan
gelalkohol. Rasional: untuk mencegah dekontaminasi lingkungan.
v. Dokumentasi (mencakup persetujuan yang diberikan, alasan untuk
kateterisasi, tanggal dan waktu kateterisasi, jenis kateter,panjang dan ukuran,
nomor batch, jumlah air yang ditanamkan ke dalam balon, produsen &
nomor batch gel anestesi yang digunakan, dan masalah yang dinegosiasikan
selama prosedur. Rasional: sebagai dasar atau perbandingan pada tindakan
berikutnya.

F. BAHAYA YANG MUNGKIN TERJADI DAN PENCEGAHAN PERAWATAN


KATETER
a. Infeksi Struktur uretra
b. Ruptur uretra
c. Perforasi buli-buli
d. Pendarahan.
e. Balon pecah atau tidak bisa dikempeskan
Pencegahan : lakukan pemasangan kateter uretra sesuai dengan prosedur tindakan
yang telah ditetapkan dengan memperhatikan prinsip tindakan,seperti pengecekan
balon kateter sebelum pemasangan, memperhatikan Teknik Steril, pemasangan
secara gentle, pemberian lubrikasi dan menggunakan kateter yang sesuai.

G. KONSEP KEBUTUHAN ELIMINASI URIN


Eliminasi adalah proses pembuangan sisa metabolism tubuh baik berupa urin
atau bowel (feses). Miksi adalah proses pengosongan kandung kemih bila kandung
kemih terisi. System tubuh yang berperan dalam terjadinya proses eliminasi urin
adalah ginjal, ureter, kandung kemih, dan uretra. Proses ini terjadi dari dua langkah
utama yaitu kandung kemih secara progresif terisi sampai tegangan di dindingnya
meningkat diatas nilai ambang, yang kemudian mencetuskan Langkah kedua yaitu
timbul refleks saraf yang disebut refleks miksi (refleks berkemih) yang berusaha
mengosongkan kandung kemih atau jika ini gagal, setidaknya menimbulkan
kesadaran akan keinginan untuk berkemih.

H. KONSEP GANGGUAN ELIMINASI URIN


Gangguan eliminasi urin adalah keadaan Dimana seorang individu mengalami
atau berisiko disfungsi eliminasi urin biasanya orang yang mengalami gangguan
eliminasi urin akan dilakukan katerisasi urin, yaitu tindakan memasukan selang
kateter ke dalam kandung kemih melalui uretra dengan tujuan mengeluarkan urin

Masalah-masalah dalam eliminasi urin:

a. Retęnsi, yaitų adanya penumpukan urine didalam Kandung kemih dan ketidak
sanggupan kandung kemih untuk mengosongkan diri.
b. Inkontinensi urine, yaitu ketidaksanggupan sęmentara atau permanen otot sfingter
eksterna untuk mengontrol keluarnya urine dari kandung kemih.
c. Enuresis, Sering, terjadi pada anak-anak, umumnya terjadi pạda malam.hari
(nocturnạl enuresis), dapat terjadi satu kali atau lebih dalam semalam
d. Urgency, adalah perasaan seseorang untuk berkemih.
e. Dysuria, adanya rasa sakit atau kesulitan dalam berkemih
f. Polyuria, Produksi urine abnormal dalam jumlah besar oleh ginjal,seperti 2.500
ml/hari, tanpa adanya peningkatan intake cairan.
g. Urinari suppresi, adalah berhenti mendadak produksi urine
I. PERAWATAN PASIEN DENGAN PEMASANGAN KATETER
Perawat dan tenaga Kesehatan harus memastikan bahwa kateter terkoneksi dengan
baik pada system dreainasenya. Selain itu tujuan perawatan kateter adalah agar
mengurangi risiko infeksi. Terdapat pedoman nasional untuk mengelola kateter yang
bertujuan untuk mengurangi risiko infeksi dan komplikasi lain yang terkait dengan
kateter. Pedoman Royal College of Nursing dan pedoman NICE merekomendasikan
hal-hal berikut ini:
1. Cuci tangannsebelum dan sesudah menyentuh kateter
2. Kenakan sarung tangan baru yang tidak steril
3. Kencangkan kantong drainase agar tidak menekan kateter
4. Posisikan kantong drainase di bawah ketinggian kandung kemih pasien –
pastikan tidak menyentuh lantai
5. Periksa apakah tabung kateter tidak memiliki lilitan atau kekusutan dan tidak
terhalang oleh pakaian yang ketat
6. Cuci kulit tempat kateter masuk ke dalam tubuh (meatus) setiap hari dengan
sabun dan air tanpa pewangi perempuan dengan kateter uretra harus menyeka
dari depan ke belakang dan laki-laki harus membersihkan di bawah kulup
7. Dukung orang tersebut untuk mandi mandi setiap setiap hari, dengan kantung
atau katup drainase terpasang
8. Bersihkan tabung kateter dari tubuh ke arah kantong atau katup
9. Pastikan kateter tetap bersih ketika orang tersebut buang air besar, terutama
jika mengalami inkontinensia usus
10. Hindari penggunaan bedak talk
11. Jangan melepas kantong drainase kecuali jika menggantinya dengan yang baru
12. Jangan mencuci kateter dengan larutan perawatan kandung kemih - hal ini
dapat meningkatkan risiko infeksi.

J. LANGKAH-LANGKAH PERAWATAN KATETER


1. Cuci tangan
2. Pasang sarung tangan bersih
3. Pasang perlak pengalas di bawah bokong klien
4. Ganti selimut klien dengan selimut mandi. Ekspose bagian perineal saja
5. Letakkan bengkok di samping klien
6. Buka kassa yang melindungi penis pria dengan menggunakan bantuan pinset bersih
(jika diperlukan). Jika pada wanita tidak terpasang kassa
7. Buka set steril dengan menggunakan Teknik aseptic
8. Isi kom dengan cairan NaCl 0,9% dan betadin 70%
9. Pasang sarung tangan steril
10. Pasang duk bolong di daerah perineum
11. Peras kassa atau depper steril. Pisahkan pinset untuk memeras dengan pinset
yang digunakan ke klien.
12. Bersihkan area perineal. Catat keadaan perineal (adakah tanda-tanda infeksi : warna,
bau, ada pembekakan, konsitensi cairan lendir) Pria : Pegang penis dengan mantap
arah 90 dan tarik preputium dengan menggunakan tangan non dominan. Bersihkan
penis dan arah meatus uretra ke erah gland penis dengan tangan dominan. wanita.
buka labia mayora dengan tangan dominan lalu bersihkan dengan tangan dominan
dari arah atas ke bawah. Lakukan hal ini sama pada labia minora dan meatus uretra.
Bersihkan selang kateter dari area meatus uretra (10cm) cengan cairan desinfektan.
Pasang kassa kering dibagian penis pria dengan posisi menyilang sehingga ujung
penis benar-benar tertutup. Pada wanita tidak perlu dilakukan
13. Fiksasi selang kateter pada posisi yang aman dan nyaman Pria : di abdomen Wanita :
di paha bagian atas
14. Periksa kepatenan selang kateter dan kantong urin (posisi kantong urin harus lebih
rendah dari vesika urinaria klien, kantong urin digantung disamping tempat tidur,
pastikan tidak dalam keadaan ter-klem kantong urin dikosongkan kembali jika terisi
penuh atau paling tidak tiap 8jam).
15. Angkat pengalas bokong
16. Pasang kembali selimut klien
17. Rapihkan alat dan klien
18. Lepaskan sarung tangan
19. cuci tangan
DAFTAR PUSTAKA

Ns. Hamka, M. R. (2023). Pemasangan dan Perawatan Kateter. Binangun Cilacap , Jawa
Tengah: PT MEDIKA PUSTAKA INDO.
Alimul. (2016). Buku Dasar Ilmu Keperawatan Dasar. Jakarta : Salemba Medika Eni
Kusyanti. (2014). Keterampilan & Prosedur Laboratorium Keperawatan
Dasar. Jakarta : EGC Perry & Potter. (2010). Fundamental Keperawatan. Buku
1 & 2. Jakarata Salemba Medika Rebeiro dkk. (2015). Manual Keterampilan
Klinis Keperawatan Dasar. Jakarta: Elseiver
Tim Pokja SDKI DPP PPNI (2016). Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia : Definisi dan
Indikator Diagnostik, Edisi 1. Jakarta : DPP PPNI.

Anda mungkin juga menyukai