Anda di halaman 1dari 12

PANDUAN PENERAPAN

BUNDLE HAIs

PEMERINTAH KABUPATEN KUTAI KARTANEGARA


DINAS KESEHATAN
UPTD. PUSKESMAS JONGGON JAYA
Jl Poros 1 Rt.XII Desa Jonggon Jaya , Kec.Loa Kulu
KATA PENGANTAR

Puji syukur kita panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa yang telah
memberikan bimbingan dan petunjuk kepada kita sehingga Panduan Penerapan
Bundle HAIs Puskesmas ini selesai dibuat.
Salah satu program PPI adalah mengidentifikasi proses pelayanan yang berisiko
infeksi. Bundle HAIs harus diterapkan/dilakukan di Puskesmas, sebab sebuah
Puskesmas tidak mungkin terhindar dari kegiatan-kegiatan yang berpotensi terjadinya
risiko infeksi terhadap pasien, petugas dan juga pengunjung.
Dengan dijalankannya program bundle hais di Puskesmas maka dampak dari
kegiatan yang bisa menjadi penyebab timbulnya HAIs dapat dicegah sehingga program
PPI dapat dijalankan secara efektif. Program Bundle HAIs harus dapat dilaksanakan
oleh semua staf yang berkompeten dalam proses renovasi dan pembangunan di
rumah sakit sehingga perlu adanya pemahaman yang benar.
Panduan Penerapan Bundle HAIs Puskesmas ini diharapkan dapat bermanfaat
untuk meningkatkan pemahaman dalam melaksanakan tugas. Kami menyadari
panduan ini masih memerlukan perbaikan, untuk itu kami mengharapkan kritik dan
saran untuk penyempurnaan Panduan Penerapan Bundle HAIs Puskesmas.
BAB I
DEFINISI

A. Pengertian

Bundles merupakan sekumpulan praktik berbasis bukti sahih yang menghasilkan


perbaikan keluaran proses pelayanan Kesehatan bila dilakukan secara kolektif dan
konsisten (Permenkes 27, 2017). Menurut Camporota, 2011 dan beberapa penelitian
lain, penerapan bundles dapat menurunkan angka HAIs, kematian, biaya perawatan
dan lama hari rawat jika dilaksanakan dengan konsisten. Penerapan bundles ini harus
didukung oleh kompetensi petugas pelayanan Kesehatan baik pengetahuan, sikap
dan keterampilannya (Sadli, 2017).

B. Tujuan

1. Mencegah dan mengontrol frekuensi dan dampak risiko infeksi dari paparan
kuman patogen melalui petugas, pasien dan pengunjung atau penularan
melalui tindakan/ prosedur medis yang dilakukan baik melalui peralatan, teknik
pemasangan, ataupun perawatan terhadap HAIs
2. Melakukan penilaian terhadap masalah yang ada agar dapat ditindaklanjuti
berdasarkan hasil penilaian skala prioritas.
BAB II
RUANG LINGKUP

Penerapan Bundles dilaksanakan pada Tindakan atau pelayanan di FKTP,


sebagai berikut :
1. Bundles HAIs infeksi saluran kemih (ISK)/ Catheter Urinary Tract Infection (CAUTI).

a. Pengertian : Praktik berbasis bukti sahihyang menghasilkan perbaikan keluaran


proses pelayanan kesehatan bila dilakukan secara kolektif dan konsisten pada
tindakan insersi, pemeliharaan kateter urine menetap (indweling catheter).
b. Tujuan : Untuk mencegah atau mengurangi risiko terjadinya infeksi saluran kemih
atau komplikasi lain pada pasien yang terpasang kateter urine menetap
(indweling chateter)
2. Peripheral Line Associated Bloodstream Infection (PLABSI).

a. Pengertian : Praktik berbukti sahih yang menghasilkan perbaikan keluaran


proses pelayanan kesehatan bila dilakukan secara kolektif dan konsisten pada
tindakan insersi, pemeliharaan (maintenance) pada pemasangan alat peripheral
intravenous line (pemasangan infus pembuluh darah vena perifer).
b. Tujuan : Untuk mencegah terjadinya infeksi aliran darah pada pasienyang
terpasang peripheral intavenous line dan risiko lainnya seperti plebitis, emboli,
dan lain-lain.
3. Infeksi Daerah Operasi (IDO)

a. Pengertian : Penerapan praktik yang baik berbasis bukti sahih dalam


penatalaksanaan operasi bedah minor atau Superficial Incision Surgical Site
Infection (pre, intra dan pasca operasi) yang merupakan operasi minor yang
sering dilakukan di FKTP yang sesuai prinsip PPI.
b. Tujuan : Bertujuan untuk mencegah terjadinya infeksi daerah operasi pada tindakan

Superficial Incision Surgical Site Infection (pre, intra dan pasca operasi)
BAB III
TATALAKSANA

A. Penerapan Bundles ISK/ Catheter Urinary Tract Infection (CAUTI), terdiri dari :

1. Bundles Insersi

a. Kaji kebutuhan : pemasangan kateter hanya dilakukan jika betul - betul diperlukan
seperti pada retensi urine, obstruksi kemih, kandung kemih neurogenik, pasca
bedah urologi, untuk memonitor output yang ketat.
b. Pemasangan oleh petugas yang terlatih drngan mempertimbangkan, antara lain :
- Ukuran kateter sekecil mungkin dengan aliran adekuat untuk mengurangi trauma
uretra.
- Kembangkan balon dengan jumlah air yang direkomendasikan pabrik.
- Setelah terpasang harus difiksasi untuk mencegah pergerakan dan traksi uretra.

c. Kebersihan tangan, dilakukan sebagai berikut :


- Sebelum mempersiapkan peralatan.
- Sebelum memakai sarung tangan saat insersi.
- Setelah melepas sarung tangan setelah insersi.
- Setelah membersihkan seluruh peralatan.

d. Teknik steril

- Gunakan teknik aseptik saat pemasangan kateter (sarung tangan steril sekali
pakai).
- Gunakan jelly pelicin anestetik steril “single use”.
2. Bundles Pemeliharaan

a. Kebersihan tangan : lakukan kebersihan tangan sebelum dan sesudah


memanipulasi kateter urine atau perangkatnya.
b. Perawatan kateter, perawatan kateter sebagai berikut :

- “catheter-meatal junction” harus dibersihkan tiap hari dengan sabun dan air
bersih, tidak perl dibalut.
- Tidak menggunakan antibiotik/antiseptik topikal karena akan berisiko terjadi
koloni patogen resisten (pseudomonas spp).
- Pertahankan sistem aliran urine agar lancar, steril dan tertutup.
- Hubungan kateter dan pipa drainase tidak boleh dibuka kecuali atas indikasi.
- Tidak dianjurkan melakukan irigasi buli-buli, kecuali bila ada sumbatan bekuan
darah, misalnya pasca TUR (Trans Uretra Resection) prostat tetap pertahankan
teknik aseptik dan antiseptik, gunakan spuit steril ukuran besar dan larutan saline
steril. Bila penyebab sumbatan berasal dari kateter, segera ganti kateternya.
c. Pemeliharaaan kateter
- Kantong urine harus dikosongkan secara teratur dengan penampungan
berbeda untuk setiap pasien.
- Pakailah sarung tangan bersih, jika memanipulasi kateter atau pengosongan urine
bag.
- Urine bag harus selalu lebih rendah dari kandung kemih dan tidak boleh
menyentuh lantai atau roda tempat tidur.
- Bersihkan daerah genetalia dan kateter menggunakan sabun dan
dibilas dengan air mengalir/shower.
- Jangan gunakan antibiotik/antiseptik topikal untuk mencegah resistensi
antibiotik dan tidak boleh dibalut umtuk mencegah koloniase.
- Penggantian kateter, hanya bila terjadi infeksi, tidak ada jadwal rutin
penggantian kateter urine.
- Fiksasi kateter untuk mencegah gerakan dan trauma pada meatus uretra.
- Letakkan urine bag lebih rendah dari kandung kemih dan buang urine setiap
8 jam atau jika sudah penuh
- Tidak meletakkan urne bag dilantai.
- Periksa slang urine sesering mungkin jangan sampai terlipat (kingking) serta
menjaga sistem drainase agar tidak tertutup.
- Gunakan teknik aseptik untuk mendapatkan spesimen, pemeriksaan
mikrobiologi tidak dilakukan secara rutin, kecualiada indikasi.
d. Pelepasan kateter

- Kaji kebutuhan kateter setiap hari.


- Segera lepas jika tidak dibutuhkan atau tidak ada indikasi.

B. Penerapan Bundles Peripheral Line Associated Bloodstream Infection (PLABSI), terdiri


dari:

1. Bundle Insersi

a. Pastikan melakukan kebersihan tangan sebelum dan sesudah insersi, perawatan,


melepaskan kateter intra vena perifer.
b. Gunakan sarung tangan bersih saat melakukan pemasangan dan perawatan infus
dan hindari kontaminasi dengan lingkungan misalnya memegang tempat tidur,
tiang infus, meja, dll.
c. Gunakan troli tindaka sebagai tempat peralatan yang akan digunakan dan bak
instrumen bersih yang telat dibersihkan dengan alkohol swab 70%untuk
menempatkan peralatan steril (spuit berisi obat). Siapkan bengkok/penampungan
limbah, safety box untuk menempatkan limbah hasil kegiatan.
d. Pemilihan area/lokasi insersi dilakukan dengan mempertimbangkan risiko paling
rendah akibat dari pemasangan intra vena kateter.
e. Sebelum melakukan insersi pada area pemasangan inta vena kateter maka
lakukan disinfeksi permukaan kulit dengan alkohol swab 70% selanjutnya tunggu
mengering tanpa menyentuh area insersi kembali, jika terdapat darah disekitar
area insersi bersihkan dengan alkohol swab 70%.
f. Lakukan penutupan area insersi intra vena kateter menggunakan kasa steril atau
penutup transparan stering (dressing steril) jika memungkinkan.
g. Tidak melakukan penusukan para area plastik kolf infus sebagai cara memasukkan
obat.
h. Perangkat infus harus digantung dengan aman ditempat yang bersih dan hindari
pemindahan yang akan membawa mikroorganisme dari kulit kedalam aliran darah
misalnya : infus diletakkan di tempat tidur atau di meja.
i. Pastikan perangkat infus (administrasi set) dalam kondisi tertutup dan diberi
label tanggal pemasangan.
2. Bundle maintenan

a. Lakukan kebersihan tangan setiap sebelum dan sesudah melakukan


perawatan atau memanipulasi kateter intra vena perifer.
b. Gunakan APD sesuai iundikasi dan jenis paparan.

c. Setiap akan mengakses (membuka dan menutup) sambungan infus maka


lakukan desinfeksi dengan alkohol swab 70%.
d. Perhatikan penggunaan slang kateter yang elastin sehingga dapat terlipat
dengan baik dan tidak mudah terlipat dan rusak (kingking).
e. Gunakan balutan steril (dressing steril) dengan pemasangan yang aman
dan nyaman buat pasien.
f. Pastikan konektor dengan sistem tertutup.

g. Pastikan perangkat infus (administrasi set) dalam kondisi tertutup dan diberi
label tanggal pemasangan.
h. Penggantian administrasi set setiap 96 jam atau standart yang ditetapkan.

i. Perangkat administrasi set untuk darah (tranfusi set) dan komponen darah
harus diganti 24 jam kecuali dutemukan tand-tanda bekuan atau tidakl
mengalir.
j. Perangkat administrasi set untuk infus nutrisi parenteral harus diganti setiap 24
jam dan jika penggunaannya hanya mengandung glukosa infus dextrose maka
diganti maksimal dalam 72 jam.
k. Kaji kebutuhan kateter intra vena perifer setiap hari untuk memastikan apakah
masih diperlukan atau sudah dapat dilakukan pelepasan segera atau tidak ada
indikasi lagi.
C. Penerapan Bundles Infeksi Daerah Operasi (IDO), Langkah – langkahnya yaitu :

1. Langkah-langkah pencegahan Pra -Operasi

a. Pasein yang menjalanii pembedahan disarankan untuk mandiatau menjaga


personal hygiene sebelum tindakan operasi dengan menggunakan sabun
antiseptik
b. Pastikan ruang tindakan operasi bersih, tertata baik sirkulasi udara baik
(minimal menyerupai semi kamar bedah jika memungkinkan)
c. Pencukuran rambut harus dihindari kecuali jika rambut dapat menggangu
prosedur operasi dan penggunaan pisau cukur harus dihindari dan sebaliknya
gunakan Surgical Elektrical Clipper
d. Petugas tidak menggunakan assesoris ditangan(cincin, jam tangan, gelang, cat
kuku atau berkuku panjang)
e. Sebelum tindakan pembedahan harus melakukan kebersihan tangan (cuci
tangan pembedahan menggunakan sabun antiseptik)
f. APD sesuai indikasi dan jenis pajanan

g. Batasi jumlah orang didalam ruangan atau kamar tindakan

2. Langkah-langkah pencegahan Intra Operasi

a. Antiseptik permukaan kulit dilakukan dengan menggunakan alkohol 70% atau


Iodine tincture 2% atau clorhexidine 2-4%(manfaat iodine atau clorhexidine dan
larutan alkohol adalah untuk memperpanjang aktivitas bakterisidal)
b. Pertahankan ruang pertahankan udara bersih dengan sirkulasi udara 12
kali/jam, temperatur 19-24℃ dengan kelembapan 40-60% dan dibersihkan
setiap selesai tindakan secara periodik (jika tidak memungkinkan maka
kendalikan lingkungan umtuk mencegah kontaminasi lingkungan terhadap
risiko infeksi)
c. Pertahankan suhu tubuh pasien dari kondisi normothermia perioperasi dengan
menggunakan alat penghangat jika diperlukan
d. Hindari penggunaan antimikroba untuk mengirigasi luka insisi sebelum
penutupan untuk menekan risiko IDO karena tidak terdapat cukup bukti untuk
menganjurkan penggunaan atau tidak menggunakan irigasi larutan garam steril
atau antiseptik terhadap luka insisi sebelum penutupan luka
e. Jangan memberikan bubuk vankomisin (antimikroba) ke daerah sayatan
pembedahan untuk mencegah infeksi daerah operasi
f. Gunakan APD sesuai indikasi dan risiko pajanan

g. Peralatan dipergunakan sesuai dengan kriteria alat kritikal, semi kritikal atau non
kritikal
3. Langkah-langkah pencegahan Pasca Operasi

a. Lakukan teknik aseptik saat melakukan pemasangan dressing dan


penatalaksanaan luka

b. Tidak menggunakan antimikroba topikaluntuk perawatan luka

c. Melepaskan dressing berdasarkan kebutuhan pasien dan kondisi luka,


misalnya tingkat eksudat, kedalaman luka, kebutuhan akan kenyamanan,
efikasi antimikroba, pengendalian bau, kemudahan melepaskan, keselamatan
dan kenyamanan pasien
BAB IV
DOKUMENTASI

A. Pendokumentasian Bundles HAIs terdiri dari :

1. SOP Bundles HAIs infeksi saluran kemih (ISK)/ Catheter Urinary Tract
Infection (CAUTI), SOP Peripheral Line Associated Bloodstream Infection
(PLABSI), SOP Infeksi Daerah Operasi (IDO) yang disusun oleh Tim PPI
Puskesmas.
a. Daftar tilik

b. Formulir survey harian

c. Laporan bulanan

d. Selanjutnya SOP, daftar tilik, formulir harian, dan laporan bulanan

e. dilaporkan kepada Kepala Puskesmas untuk mendapatkan persetujuan.


BAB V
PENUTUP

A. Kesimpulan

1. Penerapan Bundles HAIs dibuat agar menghasilkan perbaikan keluaran proses


pelayanan Kesehatan, menurunkan angka HAIs, kematian, biaya perawatan dan
lama hari rawat.
2. Pelaporan Bundles HAIs dibuat setiap bulan

3. Dengan Pelaporan Bundles HAIs diharapkan agar Tim Manajemen Puskesmas


memanfaatkan informasi tersebut untuk menerapkan strategi pengendalian
Infeksi di Puskesmas.

B. Saran

Hasil pelaksanaan surveilans merupakan dasar untuk melakukan perencanaan


lebih lanjut. Jika terjadi peningkatan infeksi yang signifikan yang dapat dikategorikan
kejadian luar biasa, maka perlu diupayakan penangulangan kejadian luar biasa.
DAFTAR PUSTAKA

Permenkes No 27 Tahun 2017 tentang Pedoman Pencegahan dan Pengendalian Infeksi


di Fasyankes.
Pedoman Teknis Pencegahan dan Pengendalian Infeksi di Fasilitas Pelayanan Kesehatan
Tingkat Pertama. Direktorat Mutu dan Akreditasi Pelayanan Kesehatan. Direktorat
Jenderal Pelayanan Kesehatan Kementerian Kesehatan RI tahun 2020.

Anda mungkin juga menyukai