Anda di halaman 1dari 30

Latar belakang

 Laporan tahunan 2017 dan laporan semester


1 tahun 2018 tentang perlu adanya :
1. Edukasi ulang penerapan bundles ISK
2. Ketersediaan sarana penunjang
pemasangan kateter sehingga bisa
mendukung penerapan tehnik aseptik apad
pemasangan kateter
 Masih ditemukan beberapa kejadian
perawatan kateter yang kurang tepat ( cara
fixasi, cara peletakan kateter dll )
POKOK BAHASAN :
A. Pokok bahasan 1 Infeksi Saluran Kemih

Sub pokok bahasan 1 : Pengertian & Diagnosis ISK


Sub pokok bahasan 2 : Faktor Resiko ISK
Sub pokok bahasan 3 : Komponen kateter

B. Pokok bahasan 2 Bundles Pencegahan ISK


C.Pokok bahasan 3 Prosedur pemasangan
kateter
 Infeksi Saluran Kemih (ISK) adalah kondisi
ketika organ yang termasuk dalam sistem
kemih, yaitu ginjal, ureter, kandung kemih,
dan uretra, mengalami infeksi. Umumnya,
ISK terjadi pada kandung kemih dan
uretra akibat dari pemasangan urine
kateter .
 Urine kateter terpasang ≥ 48 jam
 Gejala klinis : demam, sakit pada
suprapubik, dan nyeri pada sudut
costavertebra
 Kultur urine positif ≥ 105 coloni forming
unit ( CFU ) dengan 1 atau 2 jenis
mikroorganisme dan nitrit adan atu
leukosit esterase positif dengancarik celup
( dipstick)
 Diagnosa isk sulit dilakukan pada pasien
yang terpasang kateter lama ,karena
kuman sudah berkoloni.
 Tanda klinis pasien jadi acuan selain biakan
kuman dengan jumlah > 102 -103 CFU/ ml
dianggap sebagai indikasi infeksi
FAKTOR RESIKO ISK
 Lama pemasangan kateter > 6 -30 hari
 Wanita (Kecenderungan ini disebabkan perempuan memiliki
uretra lebih pendek dibanding laki-laki, sehingga akses perpindahan
bakteri ke kandung kemih menjadi lebih cepat)
 Diabetes melitus, malnutrisi, renal insuffisiency
 Monitoring output urine
 Possisi drainage kateter lebih rendah dari urine bag
 Kontaminasi pada saat pemasangan
 Inkontinensia fekal (kontaminasi E,coli pada wanita )
 Rusaknya sirkuit kateter
KOMPONEN KATETER URINE
 Materi kateter :
latex, silicone, silicone-elastomer, hydrogel-
coated, antimicrobial-coated, plastic
 Ukuran kateter : 14 – 18 french ( french
adalah skala kateter yang digunakan
dengan mengukur lingkar luar kateter)
 Balon kateter ; diisi cairan 30 CC
( aquabidest )
 Kasus retensi urine akut atau obstruksi
 Tindakan operasi tertentu
 Pasien bedrest dengan perawatan paliatif( jika tdk
memungkinkan menggunakan kondom/ diapers )
 Monitoring urine output
 Pasien immobilisasi dengan trauma atau operasi

Jika masih memungkinkan untuk kasus tertentu


hanya menggunakan kondom atau kateter
intermitent.
Segera lepas kateter jika sudah tidak
sesuai indikasi lagi.
 Lakukan kebersihan tangan 6 langkah
sesuai moment
 Tujuannya untuk :
1. Mencegah kontaminasi silang dari
tangan petugas saat melakukan
pemasangan kateter
2. Sebagai prosedur wajib sebelum
menggunakan handscun
 Menggunakan tehnik aseptik ( upaya yg dilakukan
untuk mencegah masuknya MO kedalam tubuh
yang kemungkinan bisa menyebabkan infeksi )
 Lingkungan terjaga kebersihanya
 Alat terjamin steril
 Alat yang digunakan sekali pakai sesuai ketentuan.
 Dilakukan dengan cara yang pelan dan tidak kasar.
 Pastikan jely tercukupi
 Dilakukan oleh petugas yang ahli
 Lakukan dengan tehnik aseptik
 Menggunakan sarung tangan steril
 Tidak boleh membuka kateter untuk
mengambil sampel.
 Tidak boleh mengambil sampel urine dari
urine bag.
 Pengambilan sampel urine dengan
indwelling kateter ( kateter menetap )
diambil jika ada indikasi klinis.
 Pertahankan selalu sistem drainase tertutup/
close system.
 Lakukan kebersihan tangan sebelum dan
sesudah memanipulasi kateter.
 Hindari tindakan buka tutup urine kateter
karena akan menjadi penyebab masuknya
bakteri/ port entry
 Hindari meletakan urine bag dilantai
 Kosongkan urine bag secara periodik (
pergantian shif/ jika penuh )
•Pastikan posisi urine bag lebih rendah dari kandung kemih

•Lakukan fixasi kateter dengan benar di atas paha pasien,


tidak boleh dibawah paha untuk menghindari tekukan /
king kin pada selang atau resiko kateter lepas.

•Lakukan pemeliharaan meatus secara rutin , sehari dua


kali pada saat pasien dilakukan personal hygiene.

•Segera lakukan pergantian apabila ada kebocoran atau


kerusakan kateter, dengan memperhatikan tehnik aseptik
 Keluarkan cairan dari balon terlebih
dahulu
 Pastikan balon sudah kempes, cairan
sudah keluar semua sebelum ditarik untuk
mencegah trauma.
 Tunggu 30 detik dan biarkan cairan
mengalir mengikuti gaya gravitasi sebelum
menarik kateter.
 Menggunakan sarung tangan steril
 Antiseptik non toxic
 Swab atau cotton wool
 Handuk kertas steril atau duk steril
 Gel lubrikasi anatesi ( mahal tapi nyaman )
 Urine bag
 Kateter urine sesuai ukuran yang dibutuhkan
 Syringe spuit dengan cairan aquabidest
 Lakukan kersihan tangan
KESIMPULAN
 Kateter urine sebaiknya dilakukan jika ada indikasi
klinis karena penggunaan kateter menimbulkan
resiko terjadinya infeksi saluran kemih.
 Penggunaan metode close system telah terbukti
nyata mengurangi resiko kejadian infeksi
 Tehnik aseptik dengan benar sangat penting dalam
proses pem,asangan dan perawtan urine kateter
 Kebersihan tangan merupakan metode
pertahanan utama terhadap kontaminasi bakteri
 Sitem gravitasi perlu diperhatikan dalam sistem
drainage untuk mencegah aliran balik urine
REKOMENDASI CDC UNTUK
PENCEGAHAN ISK YANG SUDAH DI
PAKAI DI BUKU PEDOMAN PPI RSI
WONOSOBO
Personil

 Pemasangan kateter hanya dilakukan oleh


personil yang trampil dan memahami dan
tehnik pemasangan kateter secara aseptik
dan perawatan kateter yang benar.
 Tenaga yang memberikan asuhan
keperawatan pasien dengan kateter urin
sudah mendapatkan pelatihan secara berkala
dengan tehnik yang benar mengenai
prosedur pemasangan kateter urin dan
kompilaksi potensi yang mungkin terjadi pada
kateter urin.
Penggunaan Kateter

 Pemasangan kateter urin dilakukan hanya


kalau diperlukan saja dan segera dilepasbila
tidak diperlukan lagi. Alasan pemasangan
kateter bukan karena untuk mempermudah
personil dalam memberikan asuhan pada
pasien.
 Segera dilepas jika tidak perlu lagi
 Untuk pasein –pasien tertentu dapat
digunakan alternatif dari kateter
menetap,seperti: drainase dengan kondom
kateter, kateter supra pubik, kateter selang
seling
Kebersihan tangan

 Kebersihan tangan harus dilakukan


sebelum dan sesudah manipulasi lokasi
kateter atau peralatannya.
Pemasangan Kateter

 Pemasangan kateter harus menggunaka tehnik


aseptik dan peralatan steril.
 Untuk membersihkan daerah sekitar uretra harus
menggunakan sarung tangan ,kapas dan larutan
antiseptik yang sesuai dan pakai jelly pelumas
sekali pakai.
 Gunakan kateter sekecil mungkin dengan laju
drainase yang konsisten untuk meminimalkan
trauma uretra.
 Kateter menetap harus terpasang dengan baik dan
menempel pada badan untuk mencegah
pergerakan dan tegangan pada uretra
Drainase sistem tertutup dan
steril
 Sistem drainase yang tertutup dan steril
harus dipertahankan
 Kateter dan selang / tube drainase tidak
boleh dielepas sambungannya kecuali bila
kateter akan dilakukan irigasi
 Bila tehnik aseptik terganggu, sambungan
terlepas atau terjadi kebocoran, sistem
penampungan harus diganti dengan sistem
tehnik aseptic setelah sambungan antara
kateter dan pipa didesinfeksi
 Tidak ada kontak antara urine bag dengan
lantai
Laju Aliran Urine

 Laju aliran yang tidak terhambat harus


dipertahankan.
 Untuk memperoleh aliran lancar :
 Jaga kateter dan pipa drainase dari lekukan
 Kantong drainase harus dikosongkan secara
teratur dengan menggunakan kontainer terpisah
untuk setiap pasien (jangan ada kontak antara
lubang pengosong pada kantong penampung
dengan kontainer non steril
 Kateter yang berfungsi kurang baik atau
tersumbat harus dirigasi atau kalau perlu diganti.
 Kantong penampung diletakkan lebih rendah dari
kantong kemih
Perawatan Meatus

 Bersihkan dua kali sehari dengan


antiseptik dan setiap hari bersihkan
dengansabun dan air
Monitoring bakteriologi

 Monitoring rutin bakteriologi pada pasien


dengan kateter urine tidak dianjurkan
TERIMA KASIH

PPI BUKAN IPCN


PPI ADALAH KITA
KOMITE PPI

#SalamInfectionControl

Anda mungkin juga menyukai