Anda di halaman 1dari 21

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 LATAR BELAKANG


Blefaritis terbagi menjadi anterior (mempengaruhi tepi anterior dan
bulu mata) dan posterior (mempengaruhi kelenjar meibom). Blefaritis adalah
salah satu gangguan kelopak mata yang paling umum sering dikaitkan dengan
gangguan air mata. Hal ini lebih umum sering terjadi pada wanita muda.
Salah satu yang paling menyertai gejalanya madarosis yang terinfeksi. Infeksi
Staphylococcus dikaitkan dengan madarosis, poliosis dan trichiasis dari bulu
mata. Blefaritis ditandai dengan peradangan pada tepi kelopak mata. Hal itu
dapat menyebabkan mata merah, gatal, dan iritasi kelopak mata pada satu
atau kedua mata. Blefaritis juga dapat menyebabkan terjadinya konjungtivitis
dan sifatnya berulang.1
Blefaritis melibatkan kulit dan bulu mata sedangkan gangguan kelenjar
meibom diakibatkan seboroik, obstruktif atau campuran. Blefaritis terjadi
interaksi yang kompleks dari berbagai faktor, termasuk sekresi yang
abnormal, organisme atau mikroba dan kelainan film air mata. Blefaritis
dengan berbagai gejala dan tanda, dan berhubungan dengan kondisi
dermatologis seperti dermatitis seboroik, dan rosasea.2
Blefaritis kronik merupakan paling umum pada pasien saat
pemeriksaan klinis mata seperti iritasi. Berdasarkan gejala klinis yang paling
sering adalah blefaritis posterior 24%, mata kering 21% dan blefaritis anterior
12%. Hasil survei Amerika Serikat prevalensi gejala blefaritis selama 12
bulan terakhir adalah terasa gatal dan terbakar, iritasi setelah menggunakan
komputer selama lebih dari 3 jam, kelopak mata terasa berat dan bengkak,
serpihan bulu mata, mata kering atau iritasi, mata terasa berair terutama di
pagi hari dan mata merah. 79,3% melaporkan memiliki gejala paling sedikit
satu gejala selama 12 bulan dan 63% melaporkan memiliki gejala lebih dari
satu.3
Berdasarkan penelitian Werdich et al 2011 melaporkan survei pasien
blefaritis menunjukkan prevalensi yang sama tinggi masing-masing 86% dan

94%. Prevalensi temuan klinis sedikit lebih tinggi dibandingkan dengan


gejala yang dilaporkan sendiri. Empat belas persen dari total pasien
melaporkan tidak ada gejala dan enam persen tidak memiliki tanda-tanda
klinis blefaritis. Data normalisasi menunjukkan bahwa kebanyakan pasien
memlikiki penyakit ringan sampai sedang berdasarkan kedua gejala dan
temuan pemeriksaan klinis. Insidensi adalah 50% dan 36% untuk ringan, 32%
dan 50 % sedang, dan hanya 4% dan 8% untuk gejala yang parah dan tanda
blefaritis masing-masing. Secara demografis, kecenderungan lebih tinggi
penularan blefaritis ditemukan pada populasi kelas sosial ekonomi rendah,
dan penduduk yang tinggal di daerah perkotaan. 4

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1. EMBRIOLOGI MATA5


Mata berkembang dari tiga lapisan embrional primitif, yaitu:
ektoderm permukaan termasuk derivatnya crista neuralis, ektoderm neural,
dan mesoderm.
Ektoderm Permukaan
Membentuk lensa, kelenjar

lakrimalis, epitel

kornea,

konjungtiva, dan kelenjar-kelenjar adneksa, serta epidermis palpebra.


Crista Neuralis
Berasal dari ektoderm permukaan di daerah tepat di sebelah
plica neuralis (neural folds) ektoderm neural, berfungsi membentuk
keratosit kornea, endotel kornea dan anyaman trabekula, stroma iris
dan koroid, musculus cilliaris, fibroblas sklera, vitreus dan meninges
nervus optikus. Crista neuralis juga terlibat dalam pembentukan tulang
dan tulang rawan orbita, jaringan ikat dan saraf orbita, otot-otot

ekstraokular, dan lapisan-lapisan subepidermal palpebra.


Ektoderm Neural
Menghasilkan vesikel optik dan cawan optik sehingga
berfungsi membentuk retina dan epitel pigmen retina, lapisan-lapisan
berpigmen dan tidak berpigmen epitel siliaris, epitel posterior,
musculus dilator dan sphincter pupillae pada iris. Dan serat-serat

nervus optikus dan glia.


Mesoderm
Membentuk vitreous, otot-otot palpebra dan ekstraokular,
serta endotel vaskular orbita dan okular.

Palpebra dan Apparatus Lakrimalis


Palpebra berkembang dari mesenkim, kecuali epidermis kulit dan
epitel konjungtiva yang merupakan derivat ektoderm permukaan. Kuncupkuncup palpebra pertama kali terlihat pada janin 6 minggu, tumbuh di
depan mata, tempat mereka bertemu dan bersatu pada usia 8 minggu.
Mereka memisah saat bulan kelima. Bulu mata, kelenjar meibom, dan
3

kelenjar palpebra lainnya berkembang sebagai pertumbuhan epidermis ke


bawah.
Kelenjar lakrimal dan kelenjar larimal aksesorius berkembang dari
epitel konjungtiva. Sistem drainase lakrimal (kanalikuli, saccus lakrimalis,
dan duktus nasolakrimalis) juga merupakan derivat ektoderm permukaan,
yang berkembang dari korda epitel padat yang terbenam diantara prosesus
maksilaris dan nasalis struktur-struktur muka yang sedang berkembang.
Saluran korda ini terbentuk sesaat sebelum lahir.

Gambar 1. Embriologi Mata

2.2. ANATOMI DAN FUNGSI PALPEBRA5


Kelopak mata (palpebra) terdiri dari kelopak mata atas (superior)
dan baah (inferior). Palpebra superior berakhir pada alis mata, sedangkan
4

palpebra inferior menyatu dengan pipi. Palpebra terdiri atas lima lapis
jaringan utama yang bila diuraikan mulai dari lapisan terluar, meliputi:
1. Lapisan kulit
Kulit palpebral memiliki karakteristik yang berbeda dengan
kulit di bagian tubuh lainnya, yaitu: tipis, longgar, elastis dengan
sedikit folikel rambut tanpa lemak subkutan.
2. Muskulus Orbikularis Okuli
Serat-serat otot ini tersusun secara konsentris mengelilingi
fisura palpebra dan sedikit meluas sampai ke tepian orbita. Sebagian
serat berjalan ke pipi dan dahi. Bagian otot yang terdapat di dalam
palpebral dikenal sebagai bagian pratarsal, sedangkan bagian otot
yang letaknya diatas septum orbita disebut bagian praseptal. Segmen
otot yang terletak diluar palpebra dinamakan bagian orbita. Muskulus
orbikularis okuli diinervasi oleh Nervus Okulomotorius (Nervus
Kranial III). Otot ini berfungsi untuk menutup palpebra.
3. Jaringan Areolar
Jaringan alveolar submuskular yang terdapat dibaah muskulus
orbikularis okuli berhubungan dengan lapisan subaponeurotik dari
kulit kepala.
4. Tarsus
Tarsus adalah struktur penyokong utama dari palpebra yang
dibentuk oleh jaringan fibrosa padat dan sedikit jaringan elastis.
Struktur ini terdiri atas tarsus superior dan inferior, yang sudut lateral
dan medialnya tertambat pada tepian orbita oleh ligamen palpebra
lateralis dan medialis. Kedua tarsus juga tertambat pada tepian atas
maupun baah orbita melalui suatu fascia tipis yang disebut septum
orbita, yang berfungsi sebagai barier antara palpebra dan orbita.
5. Konjungtiva Palpebra
Berupa selapis membran mukosa bening yang melapisi
permukaan paling dalam dari palpebra. Tidak seperti perlekatan
lapisan ini pada bola mata (konjungtiva bulbi) perlekatan lapisan ini
pada tarsus diatasnya sangatlah erat.
Kelopak mata juga terdiri atas lapisan superfisial dan lapisan
profunda, yaitu:

Lapisan superfisial
o Lapisan kulit yang tipis
o Terdapat kelenjar keringat
o Disekitar folikel bulu mata terdapat:
Kelenjar keringat termodifikasi (kelenjar moll)
Kelenjar sebasea termodifikasi (kelenjar zeis)
o Terdapat m. Orbikularis oris untuk menutup mata (n.
Fasialis)
o Terdapat m. Levator palpebra untuk membuka mata (n.

Okulomotorius)
Lapisan profunda
o Terdapat
lempeng

tarsal

(tarsal

plate)

untuk

mempertahankan bentuk palpebra.


o Terdapat m. Tarsal, bagian dari m. Levator palpebra yang
masuk ke lempeng tarsal
o Terdapat konjungtiva palpebra
o Terdapat kelenjar sebasea (meibom/tarsal) yang membentuk
lapisan berminyak pada tear film, sehingga dapar mencegah
evaporasi.
Pada tepi palpebra anterior terdapat beberapa struktur penting, yaitu :
a. Bulu mata
b. Kelenjar Zeis, yang merupakan modifikasi kelenjar sebasea kecil dan
bermuara kedalam folikel rambut pada dasar bulu mata.
c. Kelenjar Moll, yang merupakan modifikasi kelenjar keringat yang
bermuara kedalam satu baris dekat bulu mata.
Sementara pada tepi palpebral posterior terdapat muara-muara kecil
dari kelenjar Meibom yang merupakan moodifikasi dari kelenjar sebasea.
Pada ujung medial dari tepi posterior palpebra terdapat elevasi kecil
dengan pusat yang disebut punctum lakrimalis. Punctum lakrimalis
superior dan inferior merupakan bagian dari sistem drainase lakrimal, yang
berfungsi menghantarkan air mata kedalam kanalikuli lakrimalis.
Fisura palpebra merupakan ruang elips diantara kedua palpebra
yang dibuka. Fisura ini berakhir di kanthus medialis dan lateralis. Pada
orang oriental terdapat sebuah lipatan kulit yang dikenal sebagai
epicanthus, yang terbentang antara ujung medial dari palpebra superior ke
ujung medial dari palpebra inferior, yang menutupi karunkula lakrimalis.

Retraktor palpebra dibentuk oleh kompleks muskulofasial dengan


komponen otot polos dan otot rangka yang berfungsi untuk membuka
palpebra. Di bagian palpebra superior, dikenal kompleks levator yang
terdiri dari muskulus levator palpebra superior sebagai otot rangka dan
muskulus Muller (muskulus tarsalis superior) sebagai komponen otot
polosnya. Pada palpebra inferior terdapat kompleks yang disebut fascia
capsulopalpebrae. Kompleks ini terdiri dari muskulus rektus inferior
sebagai komponen otot rangka, sedangkan bertindak sebagai komponen
otot polos dalam kompleks ini adalah muskulus tarsalis inferior. Unsur otot
polos dari retraktor palpebra diinervasi oleh serabut-serabut simpatis.
Sedangkan muskulus levator palpebra superior dan muskulus rektus
inferior diinervasi oleh Nervus Kranialis III. Sementara itu, persarafan
sensoris ke palpebra berasal dari cabang pertama (Opthalmikus/V1) dan
kedua (Maksilaris/V2) dari Nervus Trigeminus (Nervus Kranialis V).
Vaskularisasi palpebra berasal dari arteri lakrimalis dan opthalmika
melalui cabang-cabang palpebra lateral dan medialnya. Anastomosis antara
arteri palpebralis lateralis dan medialis membentuk arcade tarsal yang
terletak didalam jaringan areolar submuskular. Drainase vena dari palpebra
mengalir ke dalam vena opthalmika dan vena-vena yang mengangkut pergi
darah dari dahi dan temporal. Vena-vena tersebut tersusun dalam pleksus
vena pra dan pasca tarsal. Pembuluh limfe dari segmen lateral berjalan ke
dalam nodus pra aurikular dan parotis. Pembuluh limfe dari sisi medial
palpebra mencurahkan isinya ke dalam limfenodi submandibular.
Adapun fungsi dari kelopak mata meliputi:
1.
2.
3.
4.
5.

Memberikan proteksi mekanis pada bola mata anterior


Mensekresikan bagian berminyak dari lapisan film air mata
Menyebarkan film air mata ke konjungtiva dan kornea
Mencegah mata menjadi kering
Memiliki punctum lakrimal sebagai tempat air mata mengalir ke
sistem drainase lakrimal

Gambar 2. Anatomi Palpebra

2.3. DEFINISI
Blefaritis adalah peradangan menahun dari margo palpebra dengan
kemerahan, edema dan pembentukan skwama dan krusta. Radang bertukak
atau tidak pada tepi kelopak biasanya melibatkan folikel dan kelenjar
rambut6,7.
Blefaritis ditandai dengan pembentukan minyak berlebihan di
dalam kelenjar di dekat kelopak mata yang merupakan lingkungan yang
disukai oleh bakteri yang dalam keadaan normal ditemukan di kulit.
Blefaritis dapat disebabkan infeksi dan alergi yang biasanya berjalan
kronis dan progresif sehingga dapat membuat kerusakan pada mata secara
permeanen.5

Gambar 3. Perbandingan blefaritis dan normal

2.4. EPIDEMIOLOGI8,9
Blepharitis adalah penyakit mata yang sering dijumpai. insidensi
kejadian ini masih belum sepenuhnya diketahui. pada sebuah studi kasus
pada 90 pasien didapatkan rata-rata pasien berusia diatas 50 tahun. apabila
dibandingkan dengan jenis lain dari blepharitis, didapatkan pasien yang
menderita blepharitis stapilokokal adalah lebih sering pada usia lebih
muda yakni dibawah 42 tahun dan lebih dominan pada wanita (80%).
Pada 5% dari total jumlah penyakit mata yang dilaporkan pada
rumah sakit (sekitar 2-5% berasal dari konsultasi pasien yang punya kaitan
dengan penyakit mata). Insidensi blefaritis menurut WHO: Blefaritis
staphylococcal sering terjadi pada wanita pada usia rata-rata 42 tahun dan
biasanya disertai dengan mata kering pada 50% kasus, blefaritis
seboroik umumnya terjadi pada pria dan wanita pada rata-rata usia 50
tahun dan disertai mata keringpada 33% kasus, sedangkan pada blefaritis
meibom juga umum terjadi pada pria dan wanitapada usia rata-rata 50
tahun, dan disertai syndrom mata kering sekitar 20-40%.
2.5. ETIOLOGI
Blefaritis dapat disebabkan infeksi dan alergi yang biasanya
berjalan kronis atau menahun. Blefaritis alergi dapat terjadi akibat debu,
asap, bahan kimia iritatif dan bahan kosmetik. Infeksi kelopak dapat
disebabkan kuman Streptococcus alfa atau beta, Pneumococcus dan
Pseudomonas. Demodex folliculorum selain dapat merupakan penyebab
dapat pula merupakan vektor untuk terjadinya infeksi Staphylococcus.
Dikenal bentuk blefaritis skuamosa, blefaritis ulseratif dan blefaritis
angularis. Blefaritis sering disertai dengan konjungtivitis dan keratitis.6
Blepharitis diklasifikasikan menurut anatomis nya menjadi dua
jenis, yaitu blepharitis anterior dan blepharitis posterior. Pada Blepharitis
anterior terjadi peradangan pada sekitar bulu mata dan sekitar folikel
rambut (pilosebasea). Sedangkan blephariis posterior mengenai kelenjar
meibom.1,2 Pada Blefaritis anterior, proses inflamasi terutama terjadi di
sekitar bulu mata dan folikel rambut (pilosebaseus), sedangkan blefaritirs
posterior mengenai kelenjar meibomian.8,10

Blepharitis anterior biasanya mengenai area disekitar basis bulu


mata. Berdasarkan etiologinya, blepharitis anterior dapat dibedakan
menjadi blepharitis staphyloccocal yang terutama disebabkan oleh bakteri
staphyloccocus aureus. Penyebab lainnya adalah bakteri staphyloccocus
epidermidis atau staphylococcus koagulase negatif. Jenis lain blepharitis
anterior adalah blepharitis seborrhoik yang disebabkan oleh bakteri
pytirosporum ovale. Kedua jenis blepharitis ini juga dapat muncul secara
bersamaan sebagai suatu blepharitis anterior tipe campuran.8,10

Gambar 4. Blefaritis anterior dan Blefaritis Posterior

2.6. FAKTOR RESIKO11


Berdasarkan American Optometric Association 2002, ada beberapa
hal faktor resiko blefaritis antara lain:
Penyakit sistemik yang mendasarinya
Dermatitis seboroik
Akne rosasea
Dermatitis atopik dan psoriasis
Sika keratokojuntivitis
2.7. PATOGENESIS5
Blefaritis anterior dapat disebabkan bakteri stafilokokk dan
seborreik. Peradangan pada blepharitis staphyloccocal diduga timbul
sebagai akibat dari adanya respon sel yang abnormal terhadap komponen
dinding sel bakteri Staphyloccocus aureus, yang sering ulseratif atau
Staphylococcus epdiermidis (stafilokok koagulase-negatif). Blepharitis
seborheik

(non-ulseratif)

umumnya

berkaitan

dengan

keberadaan

Pityrosporum ovale sering berhubungan dengan kelainan seborheik


general yang dapat mengenai lapisan kulit kepala, lipat nasolabial, bagian
belakang telinga dan juga sternum. Sering kali kedua jenis blefaritis ada
secara bersamaan (infeksi campur). Karena letak palpebra yang terlalu

10

dekat dengan permukaan bola mata dapat memicu terjadinya peradangan


sekunder serta perubahan mekanis pada konjungtiva dan kornea.
Sedangkan blepharitis posterior diduga disebabkan oleh adanya
disfungsi kelenjar meibom dan perubahan sekresi kelenjar meibom. Enzim
Lipase yang dilepaskan oleh bakteri menyebabkan pembentukan asam
lemak. Keadaan ini menyebabkan peningkatan titik lebur meibom
sehingga menghambat pengeluarannya dari kelenjar. Hal ini berpengaruh
terhadap timbulnya iritasi permukaan okuler dan memungkinkan
terjadinya pertumbuhan bakteri terutama jenis Staphylococcus aureus.
Hilangnya komponen posfolipid film air mata yang seharusnya berperan
sebagai surfaktan mengakibatkan peningkatan osmolaritas dan penguapan
air mata dan ketidakstabilan air mata.
2.8. MANIFESTASI KLINIS
Gejala utamanya blefaritis anterior adalah iritasi, rasa terbakar dan
gatal pada tepi palpebra. Mata yang terkena bertepi merah. Banyak sisi
atau granulasi terlihat menggantung di bulu mata palpebra superior dan
inferior. Sedangakan blefaritis posterior bermanifestasi dalam aneka
macam gejala yang mengenai palpebra, air mata, konjungtiva dan kornea.
Perubahan kelenjar meibom mencakup peradangan muara meibom,
sumbatan muatan kelenjar oleh sekret yang kental, pelebaran kelenjar
meibom dalam lempeng tarsus dan keluarnya sekret abnormal lunak mirip
keju bila kelenjar itu dipencet. Tepi palpebra tampak hiperemis dan
telangiektasia. Palpebra juga membulat dan menggulung ke dalam sebagai
akibat parut pada konjungtiva tarsal, membentuk hubungan yang abnormal
antara film air mata prakornea dan muara-muara kelenjar meibom. Air
mata mungkin berbusa atau sangat berlemak.5
Tabel 1. Perbedaan Manifestasi Klinis Blefaritis Ulseratifa dan Non Ulseratifa

Blefaritis Ulseratifa
Penyebab: stafilokok aureus
Bulu mata jatuh, tidak diganti oleh

Blefaritis Non Ulseratifa


Penyebab: ptirosporum ovale
Bulu mata cepat jatuh, tetapi

yang baru, karena ada destruksi

diganti yang baru, karena tak ada

dari folikel rambut


Dipangkal rambut terdapat krusta.

destruksi dari folikel rambut


Dipangkal bulu mata, tak tampak

Bila krusta dilepaskan, tampak

krusta, tetapi skwama


11

ulkus kecil-kecil. Krusta warnanya

Blefaritis non ulseratif hampir

kuning, kering, melengketkan bulu

selalu berhubungan dengan adanya

mata.

ketombe di kepala, alis mata atau


telinga

2.9. KLASIFIKASI5-7, 11
Terdiri dari dua macam:
Blefaritis Ulseratif
Blefaritis Non Ulseratif
Menurut anatomisnya:

Blefaritis Anterior
Blefaritis Posterior
Tabel 2. Perbedaan gejala klinis blefaritis anterior dan posterior

Ciri-Ciri

Blefaritis Anterior
Staphilokokus

Blefaritis
Posterior
Disfungsi Kel.

Seboroik

Meibomian
Kehilangan

Sering

Jarang

(-)

bulu mata
Arah bulu Sering

Jarang

Mungkin

mata

yang

bila penyakit lama

salah
Kotoran di Kusut,
kelopak

sisik Berminya

keras

mata
Ulserasi

Dengan

kelopak

eksaserbasi berat

mata
Jaringan

Mungkin terjadi

parut

terjadi

Lipid yang banyak

dan discharge yang

(-)

berbusa
(-)

(-)

Mungkin

pada

terjadi

bila penyakit lama

kelopak
mata
Kalazion
Hordeolum
Konjungtiv

Jarang
Jarang
Mungkin terjadi (-)
injeksi Ringan Injeksi

kadang-kadang
(-)
injeksi
Ringan
12

sampai

sedang, ringan

fliktenular dapat
terjadi
Aquous tear Sering
Defisiensi
Kornea

epitel Inferior

konjungtiva tarsal
Sering
Inferior

pungtat, perifer / erosi epitel epitel


infiltrat

pungtat

marginal,
jaringan

sedang,

Reaksi papiler ke
Sering

Inferior

sampai

parut,

erotions
pungtat,

infiltrat

halus

superior

dan

inferior,

jaringan

neovaskularisasi

parut,

dan

neovaskularisasi

pannus,

penipisan,

dan panus, ulserasi

fliktenular
(biasanya di jam
Penyakit

10, 2, 4, 8)
Dermatitis atopi

dermatologi

Dermatitis

Rosasea

seboroik

Menurut penyebabnya:

Blefaritis Bakterial
Infeksi bakteri pada kelopak dapat ringan sampai sangat
berat. Diduga sebagian besar infeksi kulit superficial kelopak
diakibatkan Streptococcus. Bentuk infeksi kelopak dikenal sebagai
folikulitis, impetigo, dermatitis eskematoid.

Blefaritis Superfisial
Blefaritis Sebore
Blefaritis sebore biasanya terjadi pada laki-laki usia lanjut
(50 tahun) dengan keluhan mata kotor, panas, dan rasa kelilipan.
Gejalanya adalah sekret yang keluar dari kelenjar meibom, air mata
berbusa pada kantus lateral, hyperemia, hipertrofi papil pada
konjungtiva. Pada kelopak dapat terbentuk kalazion, hordeolum,

13

madarosis, poliosis, dan jaringan keropeng. Blefaritis sebore


merupakan peradangan menahun yang sukar penanganannya.

Gambar 5.

Blefaritis Seboroik

Blefaritis

campuran

(Staphylococcus

dan

seboroik)
Jenis

blefaritis

yang

jarang.

Ditandai

dengan

keratokonjungtivitis sekunder, hipertrofi papil dan folikel, injeksi

konjungtiva dan krusta.


Blefaritis seboroik meibomian
Ditandai dengan peningkatan sekresi kelenjar seboroik dan
meibomian tanpa proses inflamasi akut. Perubahan sekresi kelenjar

meibomian dapat menyebabkan injeksi bulbar.


Blefaritis seboroik dengan meibomianitis sekunder
Merupakan episode jarang infeksi pada kelenjar meibomian
yang menyebabkan sumbatan pada kelenjar meibomian dan
kelenjar seboroik anterior. Ini mengakibatkan terjadinya Unstable
Preocular Tear Film (UPTF)

Keratokonjungtivitis meibomian
Merupakan inflamasi kelopak mata yang paling berat.
Sering terjadi pada orangtua (usia > 50 tahun), pada daerah dengan
iklim dingin, dan sering berhubungan dengan rosasea. Terjadi
gangguan kelenjar sebaseus secara menyeluruh dengan sumbatan

pada kelenjar meibomian.


Blefaritis Skuamosa
Blefaritis skuamosa adalah blefaritis disertai terdapatnya
skuama atau krusta pada pangkal bulu mata yang bila dikupas tidak
mengakibatkan terjadinya luka kulit. Merupakan peradangan tepi
kelopak terutama yang mengenai kelenjar kulit di daerah akar bulu

14

mata dan sering terdapat pada orang dengan kulit berminyak.


Blefaritis ini berjalan bersama dengan dermatitis sebore.
Penyebab blefaritis skuamosa adalah kelainan metabolic
ataupun oleh jamur. Pasien dengan blefaritis skuamosa akan
merasa panas dan gatal. Pada blefaritis skuamosa terdapat sisik
berwarna halus-halus dan penebalan margo palpebra disertai
dengan madarosis. Sisik ini mudah dikupas dari dasarnya tanpa

mengakibatkan perdarahan.
Blefaritis Ulseratif
Merupakan peradangan tepi kelopak atau blefaritis dengan
tukak akibat infeksi Staphylococcus. Pada blefaritis ulseratif
terdapat keropeng berwarna kekuning-kuningan yang bila diangkat
akan terlihat ulkus yang kecil dan mengeluarkan darah disekitar
bulu mata. Pada blefaritis ulseratif skuama yang terbentuk bersifat
kering dan keras, yang bila diangkat akan luka dengan disertai
perdarahan. Penyakit ini bersifat infeksius. Ulserasi berjalan lanjut
dan

lebih

dalam

dan

merusak

folikel

rambut

sehingga

mengakibatkan rontok (madarosis).


Blefaritis Angularis
Blefaritis angularis merupakan infeksi Staphylococcus pada
tepi kelopak di sudut kelopak atau kantus. Blefaritis angularis yang
mengenai sudut kelopak mata (kantus eskternus dan internus)
sehingga dapat mengakibatkan gangguan pada fungsi pungtum
lakrimal. Blefaritis angularis disebabkan Staphylococcus aureus

atau Morax Axenfeld. Biasanya kelainan bersifat rekuren.


Blefaritis Virus
o Herpes Zoster
Virus herpes zoster dapat memberikan infeksi pada
ganglion gaseri saraf trigeminus. Biasanya herpes zoster
akan mengenai orang dengan usia lanjut. Bila yang terkena
ganglion cabang oftalmik maka akan terlihat gejala-gejala
herpes zoster pada mata dan kelopak mata atas.
Gejala tidak akan melampaui garis median kepala
dengan tanda-tanda yang terlihat pada mata adalah rasa

15

sakit pada daerah yang terkena dan badan terasa demam.


Pada kelopak mata terlihat vesikel dan infiltrate pada
kornea bila mata terkena. Lesi vesikel pada cabang oftalmik
saraf trigeminus superficial merupakan gejala yang khusus
pada infeksi herpes zoster mata.
o Herpes Simpleks
Vesikel kecil dikelilingi eritema yang dapat disertai
dengan keadaan yang sama pada bibir merupakan tanda
herpes simpleks kronik. Dikenal bentuk blefaritis simpleks
yang merupakan radang tepi kelopak ringan dengan
terbentuknya krusta kuning basah pada tepi bulu mata, yang
mengakibatkan kedua kelopak lengket.

Blefaritis Jamur
o Infeksi Superfisial
o Infeksi Jamur Dalam

Blefaritis Pedikulosis
Kadang-kadang pada penderita dengan hygiene yang buruk
akan dapat bersarang tuma atau kutu pada pangkal silia didaerah
margo palpebra.

gambar 6. blefaritis pedikulosis

Demodikosis
Reaksi

inflamasi

akibat

infestasi

parasit

Demodex

folliculorum (pada folikel rambut dan bulu mata serta Demodex


brevis (pada kelenjar meibomian dan sebaeus).

16

Alergi
o Dermatitis Kontak
Dermatitis kontak penyebabnya adalah bahan yang
berkontak pada kelopak, maka dengan berjalannya waktu
gejala akan berkurang.
o Blefaritis Urtikaria
Urtikaria pada kelopak terjadi akibat masuknya obat
atau makanan pada pasien yang rentan.

Gambar 7. Blefaritis Atopi

2.10. DIAGNOSIS5
Diagnosis ditegakkan berdasarkan gejala dan hasil pemeriksaan
kelopak mata.

Banyak

kasus

blefaritis

dapat

didiagnosa

dengan

menanyakan tentang tanda, dan melakukan pemeriksaan mata serta


memeriksa adakah penyakit yang bisa mendukung seperti dermatitis
seboroik dan rosea
Tabel 3. Gejala dan Tanda

Kondisi

Gejala

Staphylococcal
Blepharitis

Gatal
Sensasi benda
asing
alis bengkak

Blepharitis seboroik

Kadang tanpa
gejala
Rasa gatal, nyeri,
dan panas

Blepharitis
campuran

Inflamasi pada
alis derajat

Tanda
Alis bengkak
Eritema pada marjin
alis
Pewarnaan, erosi,
dan infiltrat pada
1/3 bawah kornea
Hiperemis dari
bagian anteror dari
eyelid
Sisik yang lengket
dan berminyal
Hipertrofi papillar
dan folikular

Komplikasi
Bacterial conjungtivitis
Hordeolum
Chlazion
Ectropion
Enteropion
Instabilitas glandula
lacrimalis, periode
eksaserbasi

Kertokonjungtivitis
sekunder

17

ringan sampai
sedang

Blepharitis seboroik
meiboman

Gatal, mata
berair, sensasi
terbakar

Blepharitis seboroik
dengan
meibomanitis
sekunder

Gejala mata
kering (Dry eye
symptom)

Keratokonjungtiviti
s meibomian

Inflamasi berat
dari eye lid

Blepharitis angular

Inflamasi pada
kelompak mata
bagian luar

Demodikosis

Sering tanpa
gejala
Mungkin panas,
gatal
Kehilangan bulu
mata

Injeksi konjungtiva
Injeksi konjungtiva,
air mata berbusa
Dilatasi pembukaan
dari kelenjar
meibom karena
inflamasi akut
Inflamasi kelenjar
meibom
Pengeluaran sekresi
seperti pasta
Sumbatan
menyeluruh pada
kelenjar meiboman
Kelopak kering dan
bersisik atau
terdapat discharge
putih berbusa
Terdapat gambaran
mikroskopis dari
mites

Instabilitas glandula
lacrimalis

Anterior seboroik

Acne rossea

Instabilitas glandula
lacrimalis

Granoloma pada
kelopak mata

2.11. PENATALAKSANAAN5-7, 11
Pemberian terapi dalam penanganan blepharitis dapat dibagi
menjadi 2 bagian, yaitu penanganan farmakologik dan non farmakologik.
Penanganan non farmakologik bisa dengan :
Margo palpebra harus sering dibersihkan dengan kapas basah,
krusta dan skuama dibuang dengan memakan AgNO3 1%-2%

disamping sulfa, antibiotik dan kortikosteroid.


Jaga kebersihan kelopak mata dan kelenjar meibomian dengan
menggunakan shampoo bayi, sodium bicarbonate solution, atau

larutan pembersih kelopak mata (lid scrub).


Kompres hangat untuk menghilangkan krusta. Kompres hangat dan
higienitas palpebra seperti halnya pada blepharitis anterior, kecuali
tindakan pemijatan kelenjar meibom untuk mengeluarkan secret

18

yang tertahan dianggap kurang bermanfaat. Kompres hangat


berguna untuk mencairkan secret yang mengeras, sehingga lebih
mudah terdrainasi, sehingga mengurangi jumlah sekret yang
mengiritasi kelenjar
Sedangkan untuk terapi farmakologiknya sendiri dengan menggunakan :
Terapi dermatitis seboroik dan dandruff dengan shampoo yang

mengandung selenium sulfida atau ketokonazol


Diet suplemen omega 3 kapsul 1000 mg 3x1 untuk meningkatkan

produksi dan stabilitas air mata


Antiinflamasi topikal (ex: siklosporin, loteprednol etabonate dan

fluoromethalone)
Antibiotik lokal (ex: eritromisin solution, azitromisin solution,

kloramfenikol) 2 kali sehari.


Antibiotic sistemik:
Golongan tetrasiklin: oxytetrasiklin, doksisiklin, minosiklin
Golongan makrolida: eritomisin dan azitromisin
Golongan fluoroquinolon: ciprofloxasin, moxifloxasin, gatifloxacin
Penggunaan antibiotika golongan tetrasiklin

didasarkan pada

kemampuan agen ini dalam menghambat pembentukan produk lipase


stafilokokus. Namun agen ini tidak boleh digunakan pada anak-anak
dibaah umur 12 tahun dan wanita hamil maupun menyusui, karena agen
ini terakumulasi di tulang dan gigi (akibat terikat oleh kalsium) sehingga
sangat mungkin menyebakan perubahan warna gigi dan hipoplasia gigi.
Eritromisin atau azitromisin digunakan sebagai pengganti golongan
tetrasiklin

apabila

terdapat

kontraindikasi

penggunaan,

namun

efektifitasnya tidak sebaik golongan tetrasiklin.


2.12. KOMPLIKASI6,7
- Hordeolum
- Konjungtivitis
- Keratitis superfisial (1/3 bagian bawah)
- Kehilangan bulu mata (madarosis)
- Bulu mata yang tumbuh kemudian melengkung ke dalam (trikiasis)
- Karena blefaritis merupakan proses menahun, menimbulkan hipertropi
dari margo palpebra dan palpebra menjadi berat. Bi;a terjadi di margo
palpebra superior, maka oleh karena beratnya, palpebra superior seolaholah jatuh dan memberi kesan mengantuk (tilosis)

19

Bila terjadi di margo palpebra inferior, margo palpebbra ini dapat


membelok keluar, dan menyebabkan ektropion

2.13. PROGNOSIS5,7
Prognosis baik meskipun perjalanan klinis gangguan tersebut adalah
seringkali sangat berkepanjangan. Blepharitis akut paling sering merespon
pengobatan tetapi bias kambuh, dan berkembang menjadi blepharitis
kronis, atau keduanya dan menimbulkan kerusakan pada kornea karena
terbentuknya trikiasis.
BAB III
KESIMPULAN

Blefaritis adalah peradangan menahun dari margo palpebra dengan


kemerahan, edema dan pembentukan skwama dan krusta. Radang bertukak atau
tidak pada tepi kelopak biasanya melibatkan folikel dan kelenjar rambut. Blefaritis
dapat disebabkan infeksi dan alergi yang biasanya berjalan kronis atau menahun.
Gejala utamanya blefaritis anterior adalah iritasi, rasa terbakar dan gatal pada tepi
palpebra. Mata yang terkena bertepi merah. Banyak sisi atau granulasi
menggantung di bulu mata palpebra superior dan inferior. Blefaritis posterior
adalah pelebaran kelenjar meibom dalam lempeng tarsus dan keluarnya sekret
abnormal lunak mirip keju bila kelenjar itu dipencet. Tepi palpebra tampak
hiperemis dan telangiektasia. Palpebra juga membulat dan menggulung ke dalam,
air mata mungkin berbusa atau sangat berlemak. Penyakit ini dapat menimbulkan
komplikasi jika tidak diobati. Perawatan yang dapat diberikan adalah
membersihkan mata, menjaga higienitas, antibiotik, anti inflamasi, shampoo.

20

21

Anda mungkin juga menyukai