Kriteria klinis:
Retraksi hebat, sianosis dan frekuensi nafas >60x/menit dan merintih
Apnue
dan
Intubasi Endotrakea
Intubasi pipa endotrakea untuk ventilasi mekanik adalah melalui nares anterior
(intubasi nasotrakeal). Ukuran pipa endotrakea dan jarak dari nares anterior ke
pertengahan trakea tergantung dari berat badan bayi tersebut.
Ukuran pipa endotrakea dan jarak dari nares ke mid trakea
Berat Badan
5.
500 750 g
2,5
7,5
750 1250 g
2,5 3,0
8,5
1250 2000 g
3,0 3,5
9,5
2000 2500 g
3,5
10,5
2500 4000 g
3,5 4,0
11,0 12,0
sudah siap digunakan. Bila ventilator sudah terpasang, maka komponen parameter
ventilator yang dapat diatur adalah:
5.1. Konsentrasi oksigen
Tombol pengatur Fi O2 mengatur konsentrasi oksigen yang diberikan pada
pasien. FiO2 berkisar antara 21% - 100%
5.2. Tekanan Inspirasi puncak ( Peak Inspiratory Pressure = PIP).
Besarnya PIP tergantung pada berat bayi, jenis dan beratnya penyakit.
Digunakan istilah PIP rendah bila masih dibawah 20 cm H2O. Makin tinggi
PIP makin besar kemungkinan pecahnya alveoli / barotrauma. Bila mulai
memasang ventilator, berikan PIP terendah sekadar dada tampak naik turun,
denyut jantung normal, dan sianosis berkurang. Umumnya pada bayi dengan
paru normal PIP dimulai berkisar antara 12 18 cm H2O. Sedangkan pada
bayi dengan kelainan pada paru PIP dimulai berkisar antara 18 25 cm H2O.
Perubahan selanjutnya tergantung pada hasil pemeriksaan
sebagai berikut:
5.5.2. Menurunkan Pa O2
Turunkan FiO2
Turunkan PIP
Turunkan PEEP
Tingkatkan PIP
Penyapihan Ventilator
Setelah tercapai gambaran gas darah normal, pertahankanlah pengaturan tersebut
dan periksalah gas darah tiap 4 6 jam, sambil menunggu perbaikan penyakit
dasarnya.
tinggi, kemungkinan tiba saatnya untuk mulai menyapih bayi dari ventilator.
Lakukan tahap-tahap penyapihan ventilator sebagai berikut:
6.1. Mulailah dengan menurunkan FiO2 tiap 3-6% selama 10-15 menit. Setelah
penurunan FiO2 10% dan saturasi tetap baik, turunkan PIP 2-3 cmH2O. Nilai
kira-kira 15 menit kemudian, bila SaO2 tetap baik, turunkan PEEP 1 cmH2O.
Setelah 30 menit periksa gas darah. Bila hasilnya baik selanjutnya, kurangi
ketiga parameter ini perlahan-lahan dengan memantau keadaan umum,
dimulai dengan FiO2, PIP kemudian PEEP dan periksalah gas darah berkala
tiap 2 4 jam.
6.2. Setelah FiO2 mencapai 50% dan PEEP mecapai 3-4 cmH2O tibalah waktunya
mengurangi pernafasan. Perhatikan pernapasan spontan bayi, usaha napas
harus memadai. Kurangi frekuensi napas 5 10 x/menit tiap 30 60 menit,
tergantung dari kadar PaO2 dan PaCO2 serta usaha nafas spontan.
Bila
frekuensi telah mencapai 10 x/menit FiO2 , 40% dan PIP < 15 cmH2O dapat
diekstubasi.
6.3. Pada penderita paska operasi, bila telah sadar penuh dan klinis baik,
penyapihan dilakukan secara cepat saja (dalam 1-2 jam setelah stabil) sudah
diekstubasi.
Paska ekstubasi masukkan bayi dalam head box atau berikan oksigen nasal
dengan FiO2 ditinggikan 5 10%, teruskan memantau adanya:
Sianosis
Gelisah, retraksi otot pernapasan, napas tidak teratur atau sesak kembali.
Bila terjadi hal diatas terutama timbulnya retraksi otot pernapasan, lakukan
foto rontgen dada untuk menyingkirkan kemungkinan atelektasis dan bila
perlu pasanglah ventilator kembali.
7.
Sedatif (morfin) dengan dosis 0,1 mg/kgBB/kali, dapat diulangi setiap 4-6 jam
bila perlu dan atau obat pelumpuh otot (pancuromium dengan dosis 0,02
mg/kgBB/kali dapat diulangi setiap 30 menit 8 jam, bila bayi bernafas
melawan ventilator, dengan akibat terjadinya episode hipoksia. Pemberian
sedatif pada permulaan pemakaian ventilator sering dibutuhkan dan
dihentikan setelah tenang dengan keadaan umum membaik.
7.4.
Antibiotika : pemasangan pipa endotrakea dan jalur-jalur arteri dan vena pada
yang sakit memerlukan perlindungan terhadap terjadinya infeksi. Antibiotika
yang diberikan adalah antibiotika polifragmasi (ampisilin dan gentamisin).
7.5.
7.6.
diagnosis PDA.
PERDARAHAN PARU
I.
Definisi
Perdarahan yang terlihat pada endotracheal tube. Biasanya terjadi pada bayi-bayi
BBLR dengan ventilasi mekanik.
II. Patogenesis
Prematuritas adalah faktor yang paling banyak berhubungan dengan perdarahan paru.
Walaupun patogenesisnya belum jelas, kemungkinan perdarahan paru akibat edema
paru dimana hematokrit lebih rendah dibandingkan darah dan konsentrasi protein
lebih kecil dibandingkan plasma.
Adanya hipoksia/hipervolemia tekanan intravaskular paru meningkat
perdarahan ke dalam area intertitial dan alveolar paru.
III. Etiologi
1. Hipoksia
2. Hipervolemia
3. Gagal jantung kongestif
4. Sindroma gawat nafas
5. Inkompatibilitas rhesus
6. Pneumonia
7. Penyakit perdarahan pada bayi baru lahir karena tidak diberikan vitamin K
8. Pertumbuhan janin terhambat
9. Hipotermia
10. Pemberian surfaktan
IV. Diagnosa
a. Pemeriksaan Fisik
Tentukan adanya perdarahan dari tempat lain, gejala pneumonia atau infeksi lain
atau adanya gagal jantung kongestif
b. Pemeriksaan laboratorium
ASIDOSIS METABOLIK
Asidosis metabolik berat (pH <7,2) dengan kadar bikarbonat serum (<15-16 mEq/L) atau
adanya defisit basa yang berat. Penyebab harus segera ditentukan dan ditangani.
Penyebab paling sering adalah :
1.
2.
3.
4.
5.
Bila penyebab sudah dapat ditentukan, asidosis metabolik diterapi dengan pemberian
larutan Bikarbonat natrikus dengan dosis 2 mEq/kgBB atau 4 ml/kgBB dari pengenceran
4,2% (0,5 mEq/ml) dengan kecepatan pemberian tidak lebih cepat dari 1
mEq/kgBB/menit), 5-8 meq/kgBB/hari untuk defisit berat. Ventilasi yang adekuat harus
dipertahankan, bila tidak akan terjadi asidosis respiratorik
Petunjuk pemberian bikarbonat natrikus :
1. Harus ada ventilasi spontan atau bantuan ventilasi yang adekuat sebelum
pemberian bikarbonat natrikus
2. Kadar bikarbonat serum harus < 15-16 mEq/L (hampir mendekati defisit basa -5,0
atau lebih)
perubahan respiratorik (PaCO2) sebesar 12 mmHg atau metabolik (BE) sebesar 6 meq/L
atau kombinasi keduanya (dengan asumsi menggunakan nilai normal rata-rata pH 7,4;
PaCO2 40 mmHg; BE 0 mmHg/L
pH
Asam
PaCO2
Asam
Alkali
SBE
Interpretasi
Kompensasi
Alkali
Asidosis
respiratorik
kompensasi
Normal
Asidosis
respiratorik murni
Asam
Asidosis metabolik
kompensasi
10
Alkali
Alkali
Asam
pH
Asam
Alkali
PaCO2
Asam
Alkalosis
respiratorik
kompensasi
Normal
Alkalosis
respiratorik murni
Alkali
Alkalosis
metabolik
kompensasi
SBE
Interpretasi
Kompensasi
Asam
Asam
Asidosis campuran
Normal
Asam
Asidosis metabolik
murni
PaCO2 normal,
tidak ada
kompensasi
respiratorik
Alkali
Alkali
Alkalosis campuran
Normal
Alkali
Alkalosis metabolik
murni
PaCO2 normal,
tidak ada
kompensasi
respiratorik
TERAPI CAIRAN
1. RDS
Diberikan infus D 5% atau 10% dosis 60-80 mL/kgbb/hari. Pemantauan ketat
kadar glukosa darah, elektrolit, kalsium, fosfat, fungsi ginjal dan hidrasi
(ditentukan
dengan
berat
badan
dan
diuresis
untuk
mencegah
11
atau atas indikasi. Secara bertahap naikkan asupan cairan sebanyak 120-140
mL/kgbb/hari. Bayi berat lahir sangat rendah atau sangat kurang bulan
memerlukan asupan cairan yang lebih besar 200-300 mL/kgbb/hari atau lebih
karena kehilangan cairan yang tidak terlihat (IWL) terjadi lebih besar dibanding
luas permukaan tubuhnya.
Rumus pemberian kalsium gluconas :
Ca Glukonas = BB x 45 cc/hari
9
Ca Gluconas / kolf (500cc) =
500
x Ca Gluconas
kebutuhan cairan/hari
2. Syok
Bila penyebab syok belum jelas, mulailah dengan terapi empirik dengan ekspansi
volume dengan menggunakan koloid/kristaloid (larutan garam fisiologis atau
ringer laktat) dengan dosis 10 ml/kgbb IV diberikan dalam waktu 5-10 menit,
dapat diulang bolus 10 ml/kgbb bila perlu tergantung pada penyebab syok :
a. Bila menunjukkan respon yang baik pertimbangkan untuk melanjutkan
ekspansi volume cairan
b. Bila tidak terjadi respon, mungkin bayi memerlukan lebih banyak ekspansi
volume atau harus dimulai pemberian obat inotropik (dopamin)
c. Bila perlu berikan terapi pendukung pernapasan.
Manajemen khusus :
1. Syok hipovolemik
Ekspansi volume seperti tersebut diatas harus diberikan pertama kali
Resusitasi awal dengan 10-20 ml/kgbb volume ekspansi dapat
menggantikan dari volume darah. Jika insufisiensi sirkulasi tetap
meskipun kontroversial
2. Bila hamatokrit < 40% diberikan PRC 10 cc/kgb selama 30-40 menit, bila
hematokrit > 50% beri albumin 5%, plasma segar/FFP 10 cc/kgbb bila bayi
mengalami DIC atau sepsis, bila hematokrit 40-50% transfusi tukar dengan
PRC
3. Syok septik
12
ekspansi
volume
yang
berlebihan
akan
sangat
membahayakan
Hematokrit bukan merupakan indikasi pemberian transfusi secara
cepat
5. Syok neurogenik
Diterapi dengan ekspansi volume cairan
3. Post Operatif
Jumlah dan jenis cairan yang diberikan tergantung dari respon bayi terhadap
cairan pre-operatif, status hidrasi, keseimbangan elektrolit. Volume cairan
elektrolit sesuai dengan umur dan berat badan bayi. Banyaknya kebutuhan cairan
post operatif 1,5 2 x kebutuhan cairan atau lebih besar dari kebutuhan cairan
maintenance tiap hari
13