Anda di halaman 1dari 5

REFLEKSI TINDAKAN

NAMA : KASMA YULIANI


NIM : R014172035

Tindakan keperawatan yang dilakukan : Melakukan pemasangan kateter urine


A. Nama klien : Ny. P
B. Diagnosa Medis : Spinal cord injury
C. Tanggal dilakukan : 27 Maret 2018
D. Diagnosa keperawatan : Risiko infeksi (Domain 11: Keamanan/perlindugan,
Kelas 1: Infeksi-00004)
E. Tujuan Tindakan :
Tujuan dilakukannya pemasangan kateter urine adalah sebagai berikut (Tim
Keperawatan Dasar PSIK Unhas, 2018) :
1. Mengosongkan kandung kemih agar pasien merasa nyaman
2. Mencegah timbulnya gangguan pada sistem urinari
3. Membantu klien dalam memenuhi kebutuhan eliminasi
F. Prinsip dan rasional tindakan:
Tim Keperawatan Dasar PSIK Unhas (2018) menyebutkan bahwa ada 3 prinsip yang
harus diperhatikan dalam melakukan pemasangan kateter urine yakni:
1. Perhatikan sterilitas
Rasional: untuk menghindari terjadinya infeksi silang
2. Pastikan balon fiksasi sudah berada di kandung kemih sebelum disi air
Rasional: untuk mencegah terjadinya ruptur uretra
3. Jangan memaksakan masuknya kateter jika ada tahanan saat memasukkannya
Rasional: untuk menghindari terjadinya trauma atau kerusakan pada uretra
Adapun prosedur tindakan dalam melakukan pemasangan kateter pada pasien
khususnya perempuan Menurut Houghton (2017) adalah sebagai berikut:
1. Jelaskan dan diskusikan prosedur dengan pasien serta meminta persetujuan pasien
(pastikan persetujuan tersebut didokumentasikan). Pastikan bahwa apakah pernah
dipasangi kateter urin sebelumnya, jika pernah tanyakan apakah ada masalah pada
pemasangan kateter sebelumnya, misalnya terdapat alergi pada lateks atau jelly
Lidocaine (gel anestesi).
Rasional: untuk memastikan bahwa pasien mengerti dengan prosedur yang akan
dilakukan dan pasien memberikan persetujuan yang sah atau valid.
2. Membantu pasien untuk merubah posisi menjadi terlentang/supine dengan lutut
dan pinggul ditekuk serta kedua kaki diregangkan sekitar 60 cm atau posisi dorsal
recumbent. Jangan mengekspos bagian privasi pasien selama prosedur.
Rasional: untuk memungkinkan akses yang aman ke daerah genital pasien selama
prosedur serta untuk menjaga martabat pasien dan memberikan kenyamanan.
3. Pastikan bahwa pencahayaan yang baik tersedia.
Rasional: untuk memastikan area genital terlihat jelas selama prosedur.
4. Mencuci tangan dengan air dan sabun atau alkohol menggunakan prinsip mencuci
tangan yang baik dan benar.
Rasional: untuk mengurangi resiko infeksi silang
5. Menggunakan celemek sekali pakai/dispossible.
Rasional: untuk mengurangi resiko infeksi silang dari mikroorganisme pada
pakaian.
6. Siapkan peralatan di dekat tempat tidur pasien. Pastikan pilihan kateter benar dan
cek kadaluarsa alat. Pastikan permukaan kerja (meja/troli) yang digunakan untuk
menempatkan peralatan yang dibutuhkan selama prosedur telah bersih dan bebas
dari mikroorganisme.
Rasional: untuk meminimalkan kontaminasi udara. Untuk memastikan kateter
yang digunakan benar. Untuk dekontaminasi permukaan kerja sehingga
mengurangi risiko infeksi.
7. Menggunakan teknik aseptik.
Rasional: untuk memastikan item tetap steril.
8. Dekontaminasi tangan menggunakan sabun dan air atau menggunakan alkohol
pembersih tangan.
Rasional: tangan mungkin saja bisa terkontaminasi oleh peralatan yang tidak
steril, dan lain-lain.
9. Menggunakan sarung tangan atau handglove steril.
Rasional: untuk mengurangi resiko infeksi silang.
10. Lepaskan penutup (baju/celana) yang menjaga privasi pasien. Pasang
perlak/pengalas sekali pakai di bawah bokong pasien.
Rasional: pastikan area yang dibuka tadi tidak terpajan terlalu lama untuk menjaga
agar pasien tetap merasa privasinya aman. Untuk memastikan urin tidak bocor ke
seprai.
11. Gunakan penyeka untuk memisahkan labia minora sehingga meatus uretra terlihat.
Gunakan satu tangan untuk mempertahankan pemisahan labial sampai kateterisasi
selesai.
Rasional: agar akses ke lubang uretra lebih baik dan jelas.
12. Bersihkan uretra dengan Nacl 0,9% dari arah depan ke belakang.
Rasional: untuk mengurangi resiko infeksi silang.
13. Ganti saring tangan atau handglove dan bersihkan tangan dengan air dan sabun
atau alkohol.
Rasional: untuk mengurangi resiko infeksi silang.
14. Kenakan sarung tangan steril.
Rasional: untuk mengurangi resiko infeksi silang.
15. Berikan jelly anestesi sebagai pelumas ke dalam uretra. Biarkan 5 menit untuk
efek anestesi.
Rasional: pelumasan membantu untuk mencegah trauma uretra dan infeksi, serta
meminimalkan ketidaknyamanan pasien.
16. Sambungkan selang kateter dengan kantong drainase urin.
Rasional: untuk menampung drainase urin setelah kateter dimasukkan.
17. Masukkan ujung kateter ke dalam lubang uretra dengan arah ke atas dan ke
belakang.
Rasional: arah penyisipan dan panjang kateter yang dimasukkan harus sesuai
dengan struktur anatomi pada lokasi tersebut.
18. Inflasi balon atau kembangkan balon setelah memastikan bahwa kateter telah
berada pada kandung kemih. Minta pasien untuk melaporkan rasa tidak nyaman.
Menarik sedikit kateter keluar.
Rasional: mencegah agar balon tidak terjebak dalam uretra. Inflasi yang tidak
disengaja pada balon yang berada dalam uretra dapat menyebabkan trauma uretra.
19. Tutup kembali daerah genital pasien. Pastikan bahwa area genital dibiarkan kering
dan bersih.
Rasional: untuk menjaga martabat dan kenyamanan pasien. Jika daerah yang
tersisa basah atau lembab, infeksi sekunder dan iritasi kulit dapat terjadi.
20. Pastikan urin mengalir ke kantong urin/urinal bag. Mengukur jumlah urin yang
digunakan.
Rasional: untuk memantau fungsi ginjal dan keseimbangan cairan.
21. Buang celemek yang digunakan, mencuci tangan atau menggunakan gel alkohol.
Rasional: untuk mencegah dekontaminasi lingkungan.
22. Dokumentasi (mencakup persetujuan yang diberikan, alasan untuk kateterisasi,
tanggal dan waktu kateterisasi, jenis kateter,panjang dan ukuran, nomor batch,
jumlah air yang ditanamkan ke dalam balon, produsen & nomor batch gel anestesi
yang digunakan, dan masalah yang dinegosiasikan selama prosedur.
Rasional: sebagai dasar atau perbandingan pada tindakan berikutnya.
G. Analisa tindakan yang dilakukan :
Pemasangan kateter pada umumnya bertujuan untuk mengosongkan kandung
kemih yang dilakukan pada pasien-pasien dengan gangguan ataupun hambatan dalam
memenuhi kebutuhan eliminasi. Pada pasien-pasien yang mengalami trauma kepala,
umumnya akan mengalami penurunan kesadaran karena terganggunya suplai nutrien
dalam bentuk glukosa dan oksigen ke otak sehingga akan menyebabkan iskemia pada
area tertentu didalam otak yang turut mempengaruhi kesadaran seseorang. Untuk itu
agar kebutuhan eliminasi pasien dapat tetap terpenuhi meskipun terdapat hambatan
pada fisik berupa terjadinya penurunan kesadaran maka dilakukanlah pemasangan
kateter urine. Sebagai perawat hal penting yang harus diperhatikan pada prosedur ini
adalah memastikan bahwa tehnik steril selama prosedur dilakukan tetap terjaga agar
tidak menimbulkan infeksi sekunder pada pasien dan fiksasi balon tepat sehingga
mencegah timbulnya cedera pada uretra atau sistem urinari pasien.
Berdasarkan pada Standar Operasional Prosedur (SOP) pada saat dilakukan
tindakan pemasangan kateter ini maka sebaiknya digunakan pengalas/perlak dibawah
bokong pasien untuk menghindari seprei tempat tidur pasien basah dan menyebabkan
ketidaknyamanan pada pasien, namun pada saat praktik dilapangan setiap kali
tindakan ini dilakukan hal tersebut sama sekali tidak menjadi perhatian, hal tersebut
kemungkinan disebabkan oleh keterbatasan alat/perlak di ruangan jika dibandingkan
dengan jumlah pasien yang harus dilakukan pemasangan kateter pada waktu yang
bersamaan. Kemudian, pengecekan terhadap balon fiksasi sebelum dimasukkan ke
dalam kandung kemih juga tidak dilakukan, sehingga bisa memungkinkan terjadinya
hal yang tidak diharapkan seperti kebocoran balon fiksasi ketika sudah dimasukkan ke
dalam kandung kemih. Hal tersebut tentunya sangat merugikan bagi pasien dan
keluarga. Selain itu, pada saat selang kateter akan dimasukkan sebaiknya pasien
diminta untuk menarik napas dalam untuk mengurangi rasa nyeri, namun demikian
anjuran untuk melakukan hal tersebut kepada pasien saat pemasangan kateter sangat
jarang dilakukan sehingga akan menambah ketidaknyamanan pada pasien yang pada
dasarnya kondisi fisiknya sudah tidak nyaman akibat kondisi penyakit yang diderita.

Daftar Pustaka
NANDA International. (2015). Nursing Diagnosis Definitions and Classification 2015-
2017. Jakarta: Perpustakaan Nasional RI.

Houghton, M. (2017). Urinary catheter care guidlines. Nursing Health Professional, 26-
28.
Tim Keperawatan Dasar PSIK Unhas. (2018). Pemasangan Kateter Urine. Makassar :
PSIK FKEP Unhas.

Anda mungkin juga menyukai