Terapi Bermain Mewarnai Gambar An. A Usia 7 Tahun dengan Hemofilia di Ruang
Perawatan Lontara 4 Atas Belakang RSWS
Oleh :
Yulinar Syam
Leni Dirgahayu
Irna Satriani
Ika Julianty. A
Indah Gita Cahyani
CI LAHAN CI INSTITUSI
[ ] [ ]
B. Fungsi Bermain
1. Perkembangan Sensori Motorik : yaitu membantu perkembangan gerak dengan
memainkan suatu obyek, misalnya : meraih pensil.
2. Perkembangan Kognitif : yaitu membantu mengenali benda disekitar misalnya :
logo, balok (bongkar pasang mainan).
3. Perkembangan social : yaitu anak belajar berinteraksi dengan orang lain dan
mempelajari peran dalam kelompok misalnya : dapat diperolah dari orang tua, guru,
orang lain disekitar bermain, maka anak akan bertingkah laku sesuai/diterima oleh
teman, anak akan menyesuaikan diri dengan aturan-aturan, jujur terhadap orang lain.
4. Terapi : bermain akan memeberi kesempatan pada anak untuk mengekspresikan
perasaan yang tidak enak misalnya, marah, depresi, benci, takut.
5. Sebagai alat komunikasi : bermain merupakan komunikasi terutama pada anak
yang belum menyatakan perasaan secara verbal, misalnya : melukis, menggambar,
bermain peran.
C. Tujuan Bermain
Selain fungsi bermain bagi anak, bermain juga mempunyai tujuan antara lain:
1. Dapat melanjut pertumbuhan dan perkembangan yang normal.
2. Dapat mengekspresikan keinginan, perasaan dan fantasi melalui permainan
3. Dapat mengembangkan kreativitas melalui pengalaman berain yang tepat.
4. Dapat beradaptasi lebih efektif terhadap stress karena sakit dan dirawat di rumah sakit
dan mendapatkan kesenangan.
D. Faktor Yang Mempengaruhi Bermain
1. Tahap Perkembangan : setiap tahap perkembangan memunyai potensi/keterbatasan.
2. Status kesehatan : anak yang sakit makan kemampuan kognitif atau psikomotornya
terganggu.
3. Jenis Kelamin : sangat dipengarhi oleh usia terutama perminan yang digunakan.
4. Lingkungan : lokasi, kultur, negara.
5. Alat Permainan Yang cocok : alat permainan yang sesuai tahap perkembangan maka
anak akan menggunakan dan merasa senang.
E. Klasifikasi Bermain
1. Menurut Isi :
a. “Social Play” : belajar memberi respon, misalnya orang dewasa
berbicara/memanjakan anak, maka anak akan merasa senang dengan respon
mengeluarkan suara tersenyum.
b. “Sense Of Pleasure Play” : dengan bermain akan memperoleh kesenangan dsri
suatu objek disekelilingnya, misalnya : bermain pasir, air.
c. “Skill Play” dengan bermain anak dapat memperoleh ketrampilan sehingga anak
akan memperoleh berulang-ulang.
d. “Dramatik Play atau Role Play” dengan bermain anak akan dapat melakukan
peran, misalnya : sebagai perawat, dokter, guru, ibu, ayah dan anak akan
membuat fantasi dari permainan tersebut.
2. Menurut Karakterisitik Sosial :
a. “Solitery Play” bermain sendiri walaupun ada orang lain didekatnya (1–3).
b. “Paralel Play”, bermain sejenis , anak bermain dalam suatu kelompok, masing-
masing mempunyai mainan yang sama, tetapi tidak ada interaksi diantara
mereka : tidak tergantung (interaksi tetapi belum bersosialisasi) Todler,
Preschool.
c. “Associative Play” bermain dalam kelompok. Anak bermain dalam suatu aktivitas
yang sama tetapi belum terorganisasi. Tidak ada pembagian tugas, mereka
bermain sesuai keinginannya.
d. “Cooperative” pelayanan bermain dalam kelompok. Permainan terorganisir,
terencana, ada tujuan, ada aturan-aturan misalnya : main kartu, balap sepeda.
e. “Unlocker play” (pengamat). Anak melihat anak bermain hal ini sduah
merupakan bermain, menurunkan stress.
Nama : An. N
Usia : 1 Tahun 6 Bulan
Diagnosa Medis : CAP
Tingkat Perkembangan :
a. Personal Sosial
Teori : Pada usia 1 tahun 6 bulan anak sudah mampu mencuci tangan dan
mengeringkannya sendiri, sikat gigi dengan bantuan, serta menyuapi
boneka, menggunakan sendok garpu
Kondisi Klien : klien sudah mampu menyuapi boneka, namun klien belum terlalu
terampil menggunakan sendok dan garpu. Klien belum mampu
mencuci tangan dan mengeringkannya sendiri namun klien sudah
mampu sikat gigi dengan bantuan
b. Motorik Kasar
Teori : Anak telah mampu melempar bola di atas bahu, melompat,
menendang bola ke depan, menaiki tangga dan berlari
Kondisi Klien : Dalam kondisi sehat, perkembangan motorik kasar anak normal
dan sesuai teori. Namun saat ini kondisi umum klien yang lemah
sehingga dalam melakukan aktivitas harus dibantu.
c. Motorik Halus
Teori : Anak pada usia ini telah mampu membuat menara 6 kubus, 4
kubus, dan 2 kubus, mengambil manik-manik dengan petunjuk,
mencoret-coret, dan memasukkan kubus ke cangkir.
Kondisi Klien : dalam kondisi ini anak belum mampu membuat menara 6 kubus,
namun anak sudah mampu membuat menara 4 kubus dan 2 kubus.
Anak juga telah mampu mencoret-coret, dan memasukkan kubus ke
cangkir. Anak belum mampu mengambil manik-manik dengan
petunjuk karena takut untuk memegang manik-manik yang
disediakan.
d. Bahasa
Teori : Pada usia ini anak telah mampu menyebut 6 bagian tubuh,
menyebut 1 gambar, menunjuk 2 gambar, berbicara 6 kata, 3 kata,
dan 2 kata
Kondisi Klien : Dalam kondisi saat ini, anak hanya mampu mengucapkan kata
“mama” dan “papa”,
Tujuan Permainan : Terapi bermain diberikan dengan tujuan untuk beradaptasi lebih efektif
terhadap stress karena sakit dan dirawat di rumah sakit serta mendapatkan kesenangan. An.N
memiliki reaksi hospitalisasi berupa kecemasan. An. N selalu menangis jika melihat sosok
perawat memasuki ruangan walaupun perawat tersebut tidak ingin melakukan intervensi pada
An. N. Terapi bermain oleh kelompok dilakukan dengan tujuan menurunkan reaksi
hospitalisasi pada An. N dan untuk melatih perkembangan motorik halus anak berupa
memindahkan manik-manik dengan petunjuk
Aturan permainan :
1. Tahap Pra Interaksi
a. Mempersiapkan tempat dan alat permainan yang akan dilakukan ( bila ada alatnya )
b. Mengecek kesiapan anak ( tidak mengantuk, tidak rewel, kondisi yang
memungkinkan )
2. Tahap Interaksi
a. Membina BHSP dengan anak (sapa anak dengan ramah dan mengajak anak untuk
bermain)
b. Melakukan kontrak (tempat, waktu, dan jenis permainan yang akan dilakukan)
kepada orang tua
c. Menjelaskan tujuan permainan dan prosedur permainan kepada orang tua dan anak.
3. Tahap Kerja
a. Memberi petunjuk pada anak tentang cara bermain (mencoret dan memindahkan
manik-manik)
b. Mengajak anak untuk bermain (ibu atau keluarga dan perawat dapat membantu anak
bermain)
c. Memberikan stimulasi kepada anak untuk mencoret kertas kosong terlebih dahulu
lalu dilanjutkan dengan terapi bermain memindahkan manik-manik.
d. Memberi pujian-pujian pada anak bila dapat melakukan dengan cara memberi tepuk
tangan (mewarnai gambar)
e. Mengobservasi emosi, hubungan interpersonal, psikomotor anak saat bermain
4. Tahap Terminasi
a. Melakukan evaluasi sesuai tujuan
b. Melihat perasaan dan pendapat keluarga tentang permainan.
c. Melihat perasaan anak setelah bermain.
d. Mengakhiri permainan
e. Mencatat jenis permainan dan respon pasien serta keluarga di dalam catatan
keperawatan dan kemampuan hasil bermain.
Evaluasi :
a. Evaluasi struktur
1. Kondisi lingkungan tenang, dilakukan ditempat tertutup (ruang perawatan) dan
memungkinkan klien untuk berkonsentrasi terhadap kegiatan
2. Posisi tempat di tempat tidur klien
3. Klien sepakat untuk mengikuti kegiatan
4. Alat yang digunakan dalam kondisi baik
b. Evaluasi proses
1. Mahasiswa dapat mengkoordinasi seluruh kegiatan dari awal hingga akhir
2. Mahasiswa mampu memimpin acara
3. Mahasiswa mampu memotivasi klien dalam kegiatan
4. Keluarga klien membantu mahasiswa melaksanakan kegiatan dan bertanggung
jawab dalam antisipasi masalah
5. Anak mengikuti kegiatan yang dilakukan dari awal hingga akhir
c. Evaluasi hasil
1. Anak tampak senang
2. Orang tua klien mengatakan senang dengan terapi bermain yang dilakukan
CI LAHAN CI INSTITUSI
[ ] [ ]
LAPORAN PELAKSANAAN TERAPI BERMAIN
Hasil Pelaksanaan :
Terapi bermain yang diberikan pada An. N dengan diagnosa medis CAP yaitu mencoret-
coret dan memindahkan manik-manik dengan petunjuk. Terapi bermain berlangsung kurang
lebih selama 1 jam. Alat yang digunakan adalah kertas kosong, pulpen, dan manik-manik
berwarna. Dalam proses pelaksanaan terapi bermain sudah sesuai dengan rencana kerja. Pertama
mahasiswa membina hubungan saling percaya dengan An. N. Terapi bermain dilanjutkan dengan
mengajak An. N untuk bermain mencoret-coret lalu dilanjutkan dengan memindahkan manik-
mencontohkan terlebih dahulu cara memegang pulpen lalu mencoretnya di kertas kosong.
Setelah mahasiswa mencontohkan cara mencoret, mahasiswa kemudian mengajak An.N untuk
melakukan sendiri. An.N tampak tertawa dan senang dengan terapi bermain yang dilakukan.
Terapi bermain yang selanjutnya dilakukan adalah memindahkan manik-manik dengan petunjuk.
Pertama mahasiswa memperkenalkan manik-manik yang digunakan lalu mengajak An.N untuk
memindahkan manik-manik tersebut sesuai dengan petunjuk. Awalnya An.N tidak ingin
mengikuti mahasiswa karena takut dengan manik-manik yang digunakan, namun mahasiswa
tetap mencoba untuk memperkenalkan manik-manik tersebut. Akhirnya An.N mengikuti arahan
mahasiswa dan memindahkan manik-manik sesuai dengan petunjuk mahasiswa. An.N tampak
lebih rileks setelah berani memegang manik-manik tersebut dan mampu memindahkannya sesuai
dengan arahan mahasiswa. Setelah melakukan terapi bermain, anak diberi motivas dengan cara
Evaluasi :
a. Evaluasi struktur
1. Kondisi lingkungan: terapi bermain dilakukan diruang perawatan An. N. Saat dilakukan
terapi bermain, kondisi ruangan cukup tenang
2. Posisi tempat di atas dan disamping tempat tidur klien
3. Klien sepakat untuk mengikuti kegiatan walaupun awalnya klien tidak ingin bertemu
dengan mahasiswa
4. Alat yang digunakan dalam kondisi baik.
b. Evaluasi proses
1. Mahasiswa dapat mengkoordinasi seluruh kegiatan dari awal hingga akhir
2. Mahasiswa mampu memimpin acara
3. Mahasiswa mampu memotivasi klien dalam kegiatan
4. Keluarga klien mampu membantu mahasiswa melaksanakan kegiatan dan bertanggung
jawab dalam antisipasi masalah
5. Anak mengikuti kegiatan yang dilakukan dari awal hingga akhir
c. Evaluasi hasil
1. Anak tampak senang selama proses permainan hingga selesai
2. Orang tua klien mengatakan senang dengan terapi bermain yang dilakukan karena An.N
sudah tidak takut lagi pada sosok perawatan.
DOKUMENTASI