Anda di halaman 1dari 15

PEMASANGAN KATETER URIN

Dyan Senja Rachmawati


NPM: 1406544614
Definisi
Kateterisasi urin adalah penempatan selang melalui uretra ke dalam kandung kemih untuk
mengeluarkan urin. Prosedur ini termasuk ke dalam prosedur invasif yang memerlukan
instruksi medis dan menggunakan teknik aseptik.
Terdapat beberapa jenis kateter, diantaranya yaitu:
1. Kateter Kondom: biasanya digunakan pada pasien laki-laki dengan indikasi cedera pada
spinal cord yang mengalami inkontenensia urin dan tidak terdapat lesi pada penis.
Kateter ini berbentuk seperti kondom yang digunakan sebagai alat kontrasepsi hanya
saja memiliki kerapatan yang lebih rapat daripada kondom alat kontrasepsi.
2. Kateter Dower/ Foley: Kateter jenis ini merupakan kateter yang paling sering
digunakan, berupa selang yang dilengkapi dengan balon yang dapat diisi air atau udara
sebagai penahan kateter. Kateter ini digunakan pada pasien yang mengalami obstruksi
bladder maupun mengalami retensi urin. Pemasangan kateter ini juga digunakan untuk
pengambilan spesimen urin guna pemeriksaan diagnostik, untuk memantau keluaran
urin dan untuk persiapan pembedahan. Adapun salah satu kontraindikasi penggunaan
kateter jenis ini yaitu pada pasien dengan trauma uretra. Pada pemasangan kateter untuk
laki-laki berbeda dengan perempuan. Pada laki-laki selang kateter dimasukan sekitar
22,5 cm atau seluruhnya, sedangkan pada wanita hanya sekitar 7,5 - 9 cm, karena
panjang uretra laki-laki sekitar 17,5 – 20 cm sedangkan pada wanita sekitar 3,5 – 5 cm.

Tujuan
1. Mengurangi atau menghilangkan ketidaknyamanan yang berkaitan dengan distensi kandung
kemih atau untuk dekompresi secara bertahap kandung kemih yang mengalami distensi
2. Menilai jumlah keluaran urin jika pengosongan kandung kemih tidak sempurna
3. Memperoleh spesimen urin yang steril
4. Mengosongkan kandung kemih secara sempurna sebelum pembedahan
5. Memfasilitasi penghitungan output urin yang akurat pada pasien yang mengalami sakit kritis
dan perlu dimonitor setiap jam
6. Menyediakan drainase atau irigasi kandung kemih terus menerus
7. Mencegah kontak antara urin dengan luka insisi setelah pembedahan perineal
Indikasi
- Pasien dengan gangguan atau tidak adanya kontrol berkemih.
- Pasien dengan retensi urin
- Pasien dengan inkontinensia urin
- Pasien dengan gangguan mobilitas fisik
- Pasien dengan masalah cairan untuk mengukur jumlah produksi urin oleh ginjal secara
akurat
- Memperoleh bahan urin steril
- Mengosongkan kandung kemih sebelum dan selama operasi dan sebelum pemeriksaan
diagnostik

Kontraindikasi
- Adanya lesi terbuka di saluran urin
- Perdarahan di meatus uretra
- Hematom pada perineal
- Mengalami cedera atau trauma uretra
- Pasien mengeluh nyeri pada area perineal

Peralatan
- Sarung tangan bersih - Urine bag
- Sarung tangan steril - Plester dan gunting
- Duk biasa dan duk bolong - Senter
- Lubrikan/pelumas (xylocaine) - Bengkok
- Larutan pembersih steril (aquabides atau - Spuit 10cc
normal saline) - Kom kecil
- Kateter - Kapas usap

Pengkajian
- Waktu terakhir klien berkemih
- Cek keseimbangan cairan
- Palpasi dan perkusi kandung kemih untuk mengecek penuh atau tidaknya kandung kemih
- Cek instruksi dokter dan catatan keperawatan
- Inspeksi ada atau tidaknya distensi kandung kemih
- Periksa adanya keluaran bau pada perineum
- Kondisi patologis pasien
- Mobilitas dan keterbatasan fisik pasien
- Alergi
- Tipe dan ukuran kateter yang akan digunakan

Diagnosa Keperawatan
- Gangguan eliminasi urin
- Inkontinensia urin fungsional
- Inkontinensia urin overflow
- Inkontinensia urin stress
- Inkontinensia urin refleks
- Inkontinensia urin urge
- Risiko Inkontinensia urin urge

Outcome
1. Eliminasi urin pasien terpantau dengan urin input sama dengan urin output
2. Kandung kemih pasien tidak penuh
3. Kulit pasien tetap bersih, kering dan utuh tanpa iritasi atau gangguan
4. Pasien menyatakan secara verbal pemahaman tentang tujuan dan perawatan dari kateter

Planning
- Melakukan prosedur selama kurang lebih 15 menit
- Beberapa klien mungkin merasa kurang nyaman jika prosedur dilakukan oleh perawat
dengan lawan jenis, oleh karena itu perlu meminta persetujuan klien kembali untuk
melakukan prosedur apakah klien keberatan atau tidak jika prosedur dilakukan oleh perawat
dengan lawan jenis.

Implementasi dan Rasional


NO. LANGKAH-LANGKAH RASIONAL
1. Memeriksa rencana keperawatan pasien Memastikan bahwa pasien benar
terkait tindakan yang akan dilakukan yang akan mendapatkan
intervensi dan membantu
mencegah kesalahan
2. Melakukan salam terapeutik. Memberikan pemahaman pasien
Menginformasikan tindakan yang akan mengenai prosedur dan
dilakukan dan melakukan kontrak mendorong pasien untuk dapat
tindakan berpartisipasi dalam prosedur.
3. Menjaga privasi klien dengan Memastikan privasi pasien.
memasang sampiran
4. Melakukan hand hygiene dan Mencegah penyebaran
menggunakan alat pelindung diri, jika mikroorganisme. Alat pelindung
diindikasikan diri diperlukan sebagai tindakan
pencegahan transmisi
5. Atur posisi klien (wanita: posisi dorsal Posisi yang sesuai membantu
recumbent, pria: posisi supine dengan dalam melihat secara adekuat
kaki abduksi) meatus urinari.
6. Letakkan alas tahan air di bawah Alas tahan air akan melindungi
bokong klien linen tempat tidur dari
kelembaban
7. Tutup area pinggang kecuali area Malu, dingin dan tegang dapat
perineal dengan kain penutup/selimut mempengaruhi pemasukan
klien kateter, memasang sampiran akan
membantu pasien lebih nyaman
dan rileks.
8. Gunakan sarung tangan bersih, lakukan Sarung tangan mengurangi risiko
perawatan perineum terpapar dengan darah dan cairan
tubuh. Membersihkan perineal
membantu mengurangi
mikroorganisme di dekat meatus
uretra dan memudahkan dalam
melihat perineum sebelum
prosedur.
9. Buka set kateter urin dan alat-alat steril Menempatkan perlengkapan
lainnya, tempatkan di alas steril dekat tempat kerja meningkatkan
efisiensi. Teknik steril
melindungi pasien dan mencegah
transmisi mikroorganisme
10. Gunakan sarung tangan steril. Buka Penting untuk membuka semua
bungkusan kateter urin steril. Cek perlengkapan dan menyiapkan
apakah balon berkembang sempurna untuk semua prosedur ketika
dengan memasukkan cairan dan tarik kedua tangan steril. Urine bag
semua cairan kembali ke spuit. harus tertutup supaya cairan urin
Sambungkan kateter dengan urine bag tidak bocor dan langsung bisa
dan pastikan urine bag dalam posisi diukur jumlah outputnya.
tertutup
11. Pegang kateter dan berikan jelly di Memberikan jelly memfasilitasi
ujung kateter (dengan meminta bantuan dalam memasukkan kateter dan
atau dilakukan sendiri) dengan tetap mengurangi trauma jaringan
mempertahankan teknik steril
12. Masukkan kateter ke dalam uretra Panjang uretra perempuan 1,5-2,5
secara perlahan sampai urin mengalir inci (3,6-6,0 cm). sedangkan
keluar. Jangan paksakan jika ada panjang uretra laki-laki 20 cm
hambatan. Untuk pria posisikan penis
tegak lurus 90 derajat dengan tubuh saat
memasukkan kateter. Masukkan kateter
sepanjang 7,1-9 cm untuk wanita
dewasa atau 22,5 cm untuk laki-laki
dewasa
13. Pegang selang kateter 2 cm dari muara Kandung kemih atau kontraksi
meatus uretra agar kateter tidak spingter dapat mendorong kateter
terdorong ke luar lagi keluar.
14. Sambil tetap mempertahankan posisi Pemompaan balon yang tidak
kateter, minta bantuan atau lakukan sesuai dapat menyebabkan pasien
sendiri, masukkan aquades/NaCl tidak nyaman dan malposisi
steril/udara untuk memfiksasi balon. kateter
Tarik kateter perlahan untuk
memastikan balon kateter sudah
terfiksasi dengan baik di dalam kandung
kemih
15. Lepas sarung tangan. Lakukan fiksasi Memudahkan mobilisasi pasien
luar kateter urin dengan plester di dan memberikan kenyamanan
daerah paha untuk wanita dan di daerah pada pasien
perut untuk laki-laki
16. Gantungkan urine bag dengan posisi Memfasilitasi drainase utin dan
lebih rendah dari klien mencegah backflow urin
17. Rapikan alat dan cuci tangan Mengurangi risiko transmisi
infeksi dan kontaminasi serta
mencegah penyebaran
mikroorganisme
18. Terminasi tindakan (evaluasi dan Melakukan evalusi tindakan baik
tanggapi respon pasien serta rencana subjektif maupun objektif
tindak lanjut) dan lakukan dokumentasi

Evaluasi
1. Pemasangan kateter menggunakan teknik steril, urin mengalir dengan segera dan kandung
kemih tidak penuh
2. Pasien tidak mengalami trauma, sedikit atau tidak mengalami luka karena pemasangan dan
area perineal tetap bersih dan kering

Dokumentasi
- Hasil pemeriksaan kondisi serta respon klien sebelum, saat, dan setelah dilakukan prosedur
pemasangan kateter
- Waktu pemasangan kateter
- Tipe, ukuran dan jenis kateter, jumlah cairan yang digunakan untuk menggembungkan
balon, toleransi aktivitas pasien, karakteristik urin (jumlah, warna, bau)
- Catatan keseimbangan cairan

Pengetahuan lain yang diperlukan


1. Anatomi saluran perkemihan
2. Proses pembentukan urin
3. Keseimbangan cairan
4. Prinsip steril pada pemasangan kateter

REFERENSI
Berman, A., Snyder, S., & Frandsen, G. (2016). Kozier & Erb’s fundamentals of nursing;
concepts, process and practice, 10th edition. New Jersey: Pearson Education.
Lynn, P. (2011). Tylor’s handbook of clinical nursing skills. Philadelphia: Lippincott Willams
& Wilkins.
Potter, P. A., Perry, A. G., Stockert, P. A., & Hall, A. M. (2013). Fundamentals of nursing. 8th
edition. St. Louis Missouri: Elsevier.
Perry, A. G. & Potter, P. A. (2015). Mosby’s pocket guide to nursing skills and procedures. St.
Louis Missouri: Elsevier.
PEMASANGAN KANUL INTRAVENA
Dyan Senja Rachmawati
NPM: 1406544614
Definisi
Prosedur pemberian cairan secara langsung ke kompartemen cairan intravaskular untuk
menggantikan cairan elektrolit, pemberian nutrisi, atau sebagai jalur pemberian obat.

Tujuan
- Memberikan kebutuhan cairan saat klien tidak mampu mencukupi kebutuhan cairan
tubuhnya dengan mulut.
- Memberikan kebutuhan garam dan elektrolit untuk menjaga keseimbangan elektrolit.
- Memberikan kebutuhan glukosa (dekstrosa) untuk metabolisme
- Keperluan medikasi dan pemberian vitamin yang larut dalam air
- Sebagai jalur medikasi cepat

Indikasi
- Klien dengan masalah keseimbangan cairan
- Klien dengan gangguan nutrisi
- Klien yang membutuhkan transfusi darah
- Sebagai tindakan pencegahan sebelum prosedur bedah untuk terjadinya syok
- Klien yang membutuhkan pemberian obat secara terus menerus

Kontraindikasi
- Terdapat inflamasi atau infeksi di area penusukan
- Terdapat edema, luka, atau cedera di area pemasangan intravena.
- Cairan yang berpotensi sebagai zat iritan pembuluh darah vena yang alirannya lambat
seperti di kaki, contohnya cairan hipertonik

Peralatan
- Set Infus - Alcohol swab
- Cairan intravena - Kateter intravena
- Tiang infus - Balutan kassa steril atau balutan oklusif
- Plester perekat (Micropore) transparan
- Sarung tangan bersih - Perlak
- Tourniquet - Bengkok

Pengkajian
- Cek instruksi dokter dan catatan keperawatan terkait jumlah cairan infus, jenis, kecepatan
pemberian infus dan tujuan pemberian
- Cek data klinis terkait indikasi jenis ketidakseimbangan elektrolit dan cairan
- Kaji riwayat alergi klien
- Kaji pengalaman klien sebelumnya terkait terapi IV dan pilihan tempat pemasangan
- Kaji rencana operasi atau pemberian transfusi darah

Diagnosa Keperawatan
a. Risiko ketidakseimbangan elektrolit
b. Defisiensi volume cairan
c. Risiko defisit volume cairan
d. Risiko ketidakseimbangan volume cairan

Outcome dan Planning


- Pemasangan kateter menggunakan teknik steril di area penusukan, serta tidak ada tanda
komplikasi dari pemasangan intravena.
- Klien mengalami rasa kurang nyaman yang minimal
- Aliran cairan infus tidak ada hambatan

Implementasi dan Rasional


No. Tindakan Rasional

1. Verifikasi kebutuhan jenis cairan yang Memastikan keamanan dan


tertulis pada MAR (Medication keselamatan pasien dengan
memastikan kebenaran pemberian
Administration Record) dengan order. terapi dengan yang ada dalam rekam
Klarifikasi jika terdapat perbedaan. medis.

2. Periksa alergi pasien. Pastikan tidak ada Memastikan isi cairan masih dalam
peubahan warna, kebocoran, dan tanggal keadaan yang baik.
kadaluarsa cairan.

3. Persiapkan alat.

4. Mencuci tangan. Mempertahankan kebersihan tangan.

5. Identifikasi pasien dengan menyebutkan Memastikan kesesuaian antara pasien


minimal 2 identitas (nama lengkap dan dengan terapi yang diberikan.
tanggal lahir). Sesuaikan gelang identitas
pasien dengan yang tersedia pada RM.

6. Jaga privasi pasien dengan menutup gorden Memberikan kenyamanan pada


atau pintu ruangan pasien. pasien.

7. Jelaskan tujuan untuk melakukan tindakan. Pemasangan kateter intravena dapat


Jelaskan prosedur kepada klien.Anjurkan menimbulkan rasa tidak nyaman.
klien untuk melakukan teknik napas dalam Teknik relaksasi dapat mengurangi
saat perawat melakukan penusukan. Dan rasa tidak nyaman yang dirasakan.
jelaskan rasa tidak nyaman akan hilang saat
larutan sudah mengalir.

8. Tanya pasien mengenai alergi terhadap Mencegan terjadinya alergi akibat


obat, plester, atau antiseptik. pemasangan plester.

9. Berikan label pada kemasan cairan dengan Untuk mengetahui waktu


nama pasien, jenis cairan, tanggal dan penggantian berikutnya dan
waktu melakukan tindakan.Pertahankan menyesuaikan dengan kebutuhan
teknik aseptik saat membuka kemasan steril pasien.
dan cairan IV.

10. Keluarkan set infus dari kemasan, berikan Tetap menjaga sterilitas tutup selang.
label pada chamber yang berisi dengan
tanggal untuk penggantian berikutnya.
Dekatkan klem dengan set infus. Tutup
klem, dan biarkn ujung selang tetap tertutup
tutup plastic sampai infus dipasang.

11. Buka penutup pada kemasan cairan IV, Pada area penusukkan merupakan
jangan menyentuh akses cairan yang area yang digunakan untuk
terpapar. Buka penutup pada set infus, lalu menghubungkan cairan dengan
lakukan penusukan pada entry site di selang, maka harus tetap dijaga
kemasan cairan. kesterilannya agar tidak
terkontaminasi.

12. Gantungkan kemasan cairan pada tiang Tinggi ini dibutuhkan untuk
hingga wadah cairan tergantung sekitar 1 m memungkinkan gaya gravitasi
diatas kepala klien. Isi ½ chamber dengan melawan tekanan vena dan
cara mengalirkan cairan dengan memencet memfasilitasi aliran cairan kedalam
chamber. vena.

13. Buka penutup pada ujung set infus. Buka Mencegah udara yang masuk pada
klem dan alirkan cairan pada selang set pembuluh darah pasien.
infus. Pastikan tidak ada gelembung udara
pada sepanjang selang.

Klem kembali set infus.

Jaga kesterilan ujung set infus. Setelah


cairan keluar, kembali tutup ujung set infus.

14. Posisikan pasien pada posisi nyaman Mempertahankan kenyamanan pasien

15. Palpasi dan tentukan area penusukan pada Vena yang mengalami sclerosis
vena yang ditentukan (tidak bercabang, dapay mempersulit pemasangan dam
tidak mengalami sclerosis atau berkelok- pemeliharaan infus.
kelok, tidak ada lesi atau luka, hindari area
Fleksi sendi meningkatkan risiko
persendian, pertimbangkan panjang kateter
iritasi dinding vena oleh kateter.
untuk menghindari penusukan yang melalui
pergelangan tangan, jika tidak ada
kontraindikasi lakukan pada tangan non
dominan)

16. Gunakan sarung tangan Alat pelindung diri perawat untuk


mencegah terkena cairan tubuh pasien
(darah) karena merupakan tindakan
invasif.

17. Letakkan perlak dibawah lengan yang akan Perlak digunakan untuk melindungi
dilakukan penusukan dan dekatkan sprei.
bengkok.
Bengkok digunakan untuk
membuang alat yang sudah
digunakan.

18. Pasang tourniquet 15 – 20 cm diatas lokasi Untuk membendung aliran darah dan
penusukan vena. mendilatasi vena.

19. Anjurkan pasien untuk mengepal dan Mengontraksikan otot menekan vena
membuka telapak tangan. Kaji dan palpasi distal, dapat mendorong darah ke
vena yang sesuai. Apabila tidak dapat vena dan melebarkan vena.
ditemukan, gunakan teknik:
Massase atau menekan dapat
a. Tekan-tekan tangan pasien dari membantu mengisi dan melebarkan
proksimal menuju distal secara halus.
vena.
b. Lepas tourniquet dan pasangkan
kompres panas dan lembab 10 hingga 15
menit.
20. Desinfeksi lokasi penusukan dengan Mensterilkan area yang akan
menggunakan alcohol swab. Tunggu dilakukan penusukan dengan cara
hingga mengering. menjauhkan mikroorganisme dari
tempat penusukan.

21. Gunakan tangan non dominan untuk Dapat menstabilkan vena dan
menarik kulit. Hindari untuk menyentuh membuat kulit menegang untuk
area yang telah dipersiapkan untuk lokasi memungkinkan masuknya jarum.
penusukan.
22. Pegang kateter IV dengan tangan dominan, Anatomi pembuluh darah vena tidak
bevel mengarah keatas, dengan sudut 150 – terlalu dalam sehingga agar jarum
300. Lakukan penusukan pada daerah yang masuk pas kedalam pembuluh darah.
telah ditentukan. Akan ada sensasi yang
dirasakan saat jarum memasuki pembuluh
darah.

23. Saat darah mulai naik pada kateter IV, Memasukkan hanya kateter saja tanpa
kurangi sudut kateter sampai hampir sejajar jarum ke dalam pembuluh darah
dengan kulit. Tarik jarum hingga setengah untuk menghindari ruptur pembuluh
kateter sambil mendorong kateter ke dalam darah.
pembuluh darah hingga ujung.

24. Lepaskan tourniquet. Dengan cepat Mencegah darah memancar keluar


lepaskan penutup pada set infus dan sehingga harus segera dihubungkan
hubungkan dengan kateter IV. Stabilkan dengan set infus.
dengan menggunakan tangan non dominan.

25. Alirkan cairan dengan cara membuka klem Untuk memastikan darah memasuki
pada set infus. Kaji area penusukan jika pembuluh darah dan tidak ada rupture
terdapat pembengkakan. Dan diakhiri pembuluh darah.
dengan mengklem kembali selang infus.

26. Fiksasi kateter dengan menggunakan Menjaga kepatenan posisi penusukan


micropore pada tiga sisi yaitu pada setiap vena.
wing dan dibawah pusat kateter. Jika
tersedia. Lakukan dressing dengan
menggunakan hypafix.

27. Beri label pada balutan dengan tanggal Mengetahui waktu penggantian
pemasangan. waktu pemasangan, lokasi, balutan selanjutnya.
tipe, dan ukuran kateter IV yang digunakan.

28. Buka klem, dan alirkan larutan. Atur Mengatur cairan yang masuk sesuai
kecepatan aliran sesuai dengan order. dengan kebutuhan pasien.
29. Lepaskan sarung tangan dan rapikan alat.

30. Kembalikan pasien pada posisi nyaman. Memberikan kenyamanan pada


pasien

31. Mencuci tangan Mencegah infeksi

32. Terminasi Mengevaluasi klien secara subjektif


dan objektif

33. Observasi ketepatan kecepatan aliran infus Memantau kondisi infus.


dan lokasi IV 30 menit setelah pemasangan
paling lambat 1 jam. Anjurkan klien untuk
melaporkan jika mengalami
ketidaknyamanan.

Evaluasi
3. Memantau kondisi klien setiap 1-2 jam setelah dilakukan prosedur terkait kepatenan IV dan
jumlah cairan
4. Lakukan peantauan kondisi kulit klien terutama pada area penusukkan setiap 4 jam (suhu,
nyeri, kemerahan, atau bengkak), status balutan, kemampuan aktivitas klien setelah
pemasangan IV

Dokumentasi
- Tanggal dan waktu, ukuran jarum, dan kateter serta area penusukan IV dan balutan yang
digunakan
- Jenis cairan IV dan volume cairan yang masuk
- Tempelkan label waktu pemberian cairan pada kantung IV
- Catat respon klien terhadap cairan IV serta kelancaran dan kepatenan infus berdasarkan
ketentuan
- Jumlah input dan output cairan

Pengetahuan lain yang diperlukan


- Perhatikan tanda-tanda komplikasi pemasangan intravena, yaitu hematoma, infiltrasi,
tromboflebitis, dan emboli udara
- Penghitungan keseimbangan cairan dan elektrolit

Referensi
Berman, A., Snyder, S., & Frandsen, G. (2016). Kozier & Erb’s fundamentals of nursing;
concepts, process and practice, 10th edition. New Jersey: Pearson Education.
Departemen Keperawatan Medikal Bedah. (2014). Buku Kerja Praktikum III:. Cairan, Nutrisi,
Eliminasi, Istirahat dan Tidur. Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia.
Lynn, P. (2018). Taylor’s Clinical Nursing Skills: A nursing process approach. Philadelphia:
Wolters Kluwer Health.
Potter, P. A., Perry, A. G., Stockert, P. A., & Hall, A. M. (2013). Fundamentals of nursing. 8th
edition. St. Louis Missouri: Elsevier.

Anda mungkin juga menyukai