Anda di halaman 1dari 3

Pemasangan Kateter Urin

Oleh Arinta Dwi Komala, 1706038790, PKMB-D

I. Definisi dan Tujuan


Terdapat dua jenis kateter, yaitu kateter urin dan kateter kondom.

Kateter urin adalah memasukkan kateter ke dalam kandung kemih lewat


uretra dengan menggunakan teknik aseptic yang bertujuan untuk
mengosongkan kandung kemih. Terdapat 2 jenis kateter urin:
a. Kateter intermiten
Tujuan:
- Menghilangkan distensi kandung kemih
- Untuk menilai sisa urin pasca pengosongan kandung kemih
- Mendapatkan bahan pemeriksaan steril.
- Mengosongkan kandung kemih sebelum proses melahirkan atau operasi
abdomen.
b. Kateterisasi menetap (Indwelling)
Tujuan:
- Memudahkan pengeluaran urin pada pasien inkontinensia.
- Memudahkan drainase kandung kemih kontinyu pasca trauma/operasi pada
saluran kemih atau operasi besar lainnya.
- Untuk membidai uretra untuk mempercepat pemulihan pasca operasi urologi.
- Meredakan retensi urin akut atau kronis
- Mencegah kontak urine dengan insisi pasca-operasi perineum.

Kateter kondom adalah memasang sebuah sarung kondom tipis pada penis
untuk drainase urine tanpa memasukkan kateter dalam uretra. Indikasi
pemasangan adalah pra inkontinensia yang masih mampu buang air kecil
secara spontan dan tuntas.

Tujuan:

1
- Untuk mendrainase urin pada pasien pasca inkontinensia.
- Memungkinkan pasien melakukan aktivitas fisik normalnya
tanpa takut merasa malu karena inkontinensianya.

II. Perangkat alat pemasangan kateter urin

Sebuah nampan berisi:


1. Senter/lampu gantung
2. Baskom berisi air hangat, sabun, waslap, pispot, handuk.
3. Sarung tangan sekali pakai
4. Nampan ginjal/piala ginjal
5. Larutan antiseptic
6. NaCl steril
7. Plester dan gunting
8. Wadah penampung bahan
9. Pelumas yang larut dalam air

Sebuah nampan berisi:

1. Sarung tangan steril


2. Mangkuk kecil
3. Kapas usap
4. Kateter (indwelling)
5. Spuit steril

III. Prosedur Pemasangan Kateter Urin

2
No. Tindakan Keperawatan Rasionalisasi
1. Periksa instruksi dokter dan rencana Membantu mengidentifikasi alasan
asuhan keperawatan pemasangan kateter.
2. Identifikasi pasien dan periksa waktu Pemeriksaan yang benar membantu
terakhir pasien berkemih, tingkat mengidentifikasi kemampuan pasien untuk
kesadaran, mobilitas, keterbatasan fisik, bekerjasama selama prosedur dilakukan dan
dan kondisi patologis, mis; pembesaran kemungkinan obstruksi saat pemasukan
prostat, distensi kandung kemih, dll kateter.
3. Jelaskan prosedur pada pasien dengan Mengurangi kecemasan dan mendapatkan
penekanan apa yang harus dilakukan kerjasama yang memastikan kateter
pasien untuk dapat bekerjasama. dimasukkan dengan mulus.
4. Minta bantuan bila dibutuhkan untuk Menjaga keamanan dan posisi tubuh yang
menjaga posisi pasien. baik
5. Berikan privasi Memberi rasa nyaman dan mengurangi rasa
malu
6. Cuci tangan Mengurangi resiko transmisi mikro-

Referensi: organisme
7. Naikkan ranjang pada ketinggian yang Menjaga posisi posisi tubuh yang baik
Jaccob, A., Rekha, Tarachand J. (2014). Buku ajar: Clinical Nursing Procedure. Jakarta: Binarupa
sesuai untuk Aksara
bekerja. Berdiri pada sisi
Publisher.
kanan pasien dan geser psien dekat anda.
8. Posisikan pasien:
a. Wanita: telentang dengan lutut Memaparkan posisi perineum dengan baik.
ditekuk, dan paha dalam posisi Mencegah ketegangan pada otot-otot
rotasi eksternal. panggul.
b. Pria: posisi telentang dengan paha
sedikit diabduksi.
9. Cuci area perineum / alat kelamin dengan Mengurangi jumlah mikroorganisme di
sabun dan air sekitar meautus uretra dan kemungkinan
menempelnya mikroorganisme pada kateter.
10. Atur cahaya lampu / senter untk melihat
area meatus dengan jelas.
11. Buka nampan steril , tuangkan larutan Mempersiapkan semua peralatan untuk
antiseptic ke dalam mangkuk, buka digunakan agar menghemat waktu dan
pembungkus luar kateter dan letakkan mencegah kemungkinan kontaminasi.
diatas nampan bila masih dibungkus.
12. Buka pelumas, pencet dan buang tetesan Tetesan pertama pelumas mungkin sudah
pertama dan tuangkan yang berikutnya di terkontaminasi
atas kasa steril yang terletak diatas
nampan.
13. Pakai sarung tangan steril Membantu mencegah penyebaran
mikroorganisme
14. Tutupi area perineum
15. Letakkan nampan steril diatas kain
3 Memudahkan pengambilan alat
penutup diantara kedua paha pasien.
16. Pada saat melakukan kateterisasi retensi, Memudahkan pengambilan alat, memeriksa
isi spuit dengan air steril bila belum diisi balon membantu mengidentifikasi

Anda mungkin juga menyukai