Anda di halaman 1dari 15

KEBUTUHAN ELIMINASI

A. KATETERISASI URIN

DEFINISI

Kateterisasi urin adalah pemasukan selang yang terbuat dari plastik atau karet melalui urethra menuju
kandung kemih (Vesika urinaria).

TUJUAN

Kateterisasi urin bertujuan:

- Melancarkan pengeluaran urin pada klien yang tidak dapat mengontrol miksi atau mengalami
obstruksi pada saluran kemih
- Memantau pengeluaran urin pada klien yang mengalami gangguan hemodinamik

Karena kateterisai urin meresiko bagi klien untukk mengalami Urinaria Tractus Infection (UTI) atau
infeksi Saluran Kemih (ISK) dan menyebabkan trauma pada urethra, maka kateterisasi lebih dianjurkan
untuk pemasangan sementara.

TIPE KATETER
Jenis kateter terdiri dari 2 bentuk yaitu kateter tetap dan kateter sementara
- Dengan kateter sementara menggunakan kateter satu lumen dan hanya memerlukan waktu 5-
10 menit sampai kandung kemih. Pengunaan kateter sementara dapat diulangi penggunaannya
tetapi penggunaan yang terus menerus akan meningkatkan resiko infeksi dan trauma pada
urethra.
- Pemasangan kateter atau kateter tetap dalam jangka waktu yang lama dapat digunakan sesuai
dengan kebutuhan. Akan lebih baik jika kateter diganti secara teratur sesuai dengan batas waktu
pemasangan dari setiap jenis kateter. Kateter tetap ada yang mempunyai 2 atau 3 lumen.
Lumen pertama dalah untuk pengeluaran urin. Lumen kedua untuk memasukkan cairan steril
untuk fiksasi kateter. Lumen ketiga adalah untuk memasukkan cairan atau obat kedalam vesika
urinaria.

Penggunaan kateter tergantung dari kebutuhan dan indikasi.

JENIS KATETER
1. Kateter plastik: digunakan sementara karena mudah rusak dan tidak fleksibel.
2. Kateter latex/karet: digunakan untuk penggunaan/ pemakaian dalam jangka waktu sedang
(kurang dari 3 minggu)
3. Kateter silicon murni/teflon: untuk penggunaan jangka waktu lama 2-3 bulan karena bahan lebih
lentur pada meatus urethra.
4. Kateter PVC: sangat mahal untuk penggunaan 4-6 minggu, bahannya lembut, tidak panas dan
nyaman bagi urethra
5. Kateter logam: digunakan untuk pemakaian sementara, biasanya pada pengosongan kandung
kemih pada ibu yang melahirkan
UKURAN KATETER
1. Anak : 8-10 French (Fr)
2. Wanita : 14-16 Fr
3. Laki-laki : 16-18 Fr

INDIKASI

Modul KDM 1

Page 1
Kateter diindikasikan untuk beberapa alasan. Pemasangan kateter dalam jangka waktu yang pendek
akan meminimalkan infeksi, metode pemasangan kateter sementara adalah metode yang paling baik.
1. Kateter sementara:
- Mengurangi ketidaknyamanan pada distensi vesica urinaria
- Pengambilan urin residu setelah pengosongan vesica urinaria
2. Kateter tetap jangka pendek
- Obstruksi saluran kemih (pembesaran kelenjar prostat)
- Pembedahan untuk memperbaiki organ perkemihan, seperti vesica urinaria, uretrhra dan
organ sekitarnya
- Preventif pada obstruksi urethra dari perdarahan
- Untuk memantau output urin
- Irigasi/ vesica urinaria
3. Kateter tetap jangka panjang
- Retensi urin pada penyembuhan penyakit ISK/UTI
- Skin rash, ulcer dan luka yang iritatif apabila kontak dengan urin
- Klien dengan penyakit terminal

PEMASANGAN KATETER
1. Pemasangan kateter dilakukan atas program dari dokter
2. Prinsip pemasangan kateter menggunakan teknik aseptik/ steril
3. Kateter tetap dan sementara menggunakan prinsip yang sama, perbedaannya adalah pada
kateter tetap difiksasi dengan balon
4. Setelah pemasangan kateter perawat menjaga sistem drainase untuk meminimalkan resiko
infeksi
5. Urin bag terbuat dari plastik yang dapat menampung 1000 - 1.500 ml urin. Urin bag harus
digantung pada tepi tempat tidur atau kursi roda tanpa menyentuh lantai. Jangan pernah
menggantungkan urin bag pada posisi lebih tinggi dari abdomen. Jika klien berjalan, klien atau
perawat membawa urin bag dibawah lutut klien. Hal ini karena urin didalam kantong dapat
menjadi medium bagi hidupnya mikroorganisme dan infeksi dapat terjadi apabila urin dapat
kembali (refluk) ke vesica urinaria. Sebagian urin bag dirancang menjadi antirefluk untukk
menjaga kembalinya urin pada vesica urinaria.
6. Karena urin dapat menjadi media bagi tumbuhnya mikroorganisme, maka pengosongan urin bag
dilakukan setiap 6 – 8 jam sekali.

PERAWATAN KATETER
Klien yang terpasang kateter memerlukan perawatan khusus, yang ditujukan terutama untuk mencegah
infeksi daan mempertahankan agar aliran urin tetap lancar (mencegah obstruksi).
Sekresi yang banyak dan timbulnya kerak di sekitar katetermerupakan sumber timbulnya iritasi dan
infeksi. Mempertahankan sistem drainase urin tertutup sangat penting untuk mengontrol infeksi.
Kerusakan sistem pemasangan kateter dapat meningkatkan masuknya mikroorganisme kedalam tubuh.
Tempat-tempat yang beresiko untuk masuknya mikroorganisme:
1. Site of chateter insertion
2. Drainage bag/urin bag
3. Spigot
4. Tube juction
5. The junction of the tube and the bag

Program perawatan kateter dilakukan 2-3 kali sehari dan setelah defekasi untuk meminimilkan
ketidaknyaman dan infeksi.
Petunjuk perawatan kateter:
1. Lakukan cuci tangan sebelum dan sesudah perawatan kateter
2. Jangan biarkan spigot/klep pada sistem drainage tersentuh area yang terkontaminasi
3. Jangan biarkan hubungan sistem drainage terbuka/terputus

Modul KDM 1

Page 2
4. Jika selang pada sistem drainage terputus, jangan sentuh bagian ujung kateter atau selang.
Usapkan antimikrobial solution sebelum selang atau ujung kateter dihubungkan kembali
5. Cegah terjadinya refluk urin kebladder (letakkan kantong urin dibawah bladder, jika melakukan
transfer klien klem selang kateter terlebih dahulu, sebelum melakukan latihan atau ambulasi
lakukan pengosongan urin yang ada selang)
6. Kosongkan kantong urin setiap 8 jam, atau jika sudah penuh
7. Ganti kateter sesuai rencana keperawatan/3-4 hari sekali
8. Lakukan perineal hygiene secara rutin sesuai dengan kebijakan RS dan setelah defekasi

Modul KDM 1

Page 3
STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR
KATETER URINE

Nama Mahasiswa :....................................................


NIM :....................................................

No ASPEK YANG DI NILAI Dilakukan


Ya Tidak
A. Fase Pre Interaksi
1 Mengecek program terapi medic
Mempersiapkan alat
2 - Sarung tangan steril dan bersih
3 - Jelly (xylocain)
4 - Set steril (bengkok, 3 duk, 1 pinset anatomis)
5 - Syringe 10 cc yang berisi aquades/aquabidest
6 - Kateter urine sesuai ukuran
7 - Urine bag
8 - Kom berisi kapas sublimat
9 - Bengkok bersih
10 - Kassa seperlunya
11 - Kassa gulung
12 - Alas bokong
13 - Plester
14 - Gunting plester
15 - Selimut mandi
16 - Sampiran

B. Fase Interaksi
17 Mengucapkan salam terapeutik
18 Melakukan evaluasi/validasi
19 Melakukan kontrak (waktu, tempat, topik)
20 Menjelaskan tujuan dan langkah-langkah tindakan

C. Fase Kerja
21 Cuci tangan
22 Gunakan handscoon
23 Pasang sampiran/tutup jendela (privacy klien)
24 Meletakkan alas tahan air bawah bokong klien
25 Menutup area pinggang kecuali area perineal dengan selimut mandi
26 Memposisikan klien:
- Wanita posisi dorsal recumbent dengann lutut flexi dan kedua kaki
direntangkan
- Laki-laki posisi supine dengan kaki abduksi
27 Menggunakan sarung tangan disposible. Melakukan vulva atau perineal hygiene dengan
sublimate dan mengeringkan dengan kasa kering
28 Membereskan peralatan vulva/perineal hygiene
29 Melepas sarung tangan bersih
30 Membuka set steril dan meletakkan ditempat yang aman
31 Memakai sarung tangan steril
32 Memasang duk steril
33 Dekatkan bengkok steril di antara dua kaki pasien
34 Membuka bungkus kateter urine ditempatkan dialas steril
35 Menggunakan sarung tangan steril untuk membuka bungkusan set kateter steril. Mencek
apakah balon berkembang sempurna dengan memasukkan cairan dan menarik semua
cairan kembali kedalam spuit
36 Memberikan jelly diujung kateter dengan tetap mempertahankan teknik steril
37 Tangan dominan menggunakan pinset atau hanya handscoon memasukkan kateter
kedalam uretra sampai urine mengalir, sedang tangan non dominan memegangi
penis/vulva dengan dilapisi kassa. Untuk klien laki-laki posisikan penis tegak lurus 90 0
dengan tubuh saat memasukkan kateter sepanjang ±5 - 7,5 cm untuk klien wanita
dewasa, ± 22,5 cm untuk klien laki-laki dewasa. Tidak memaksakan mendorong kateter
bila ditemukan tahanan
38 Letakkan pangkal kateter di atas bengkok
39 Memindahkan tangan non dominan dari labia atau penis jika urine mengalir keselang
kateter. Memegang selang kateter 2 cm dari muara meatus uretra agar kateter tidak
keluar
40 Setelah urine keluar, mauskkan lagi kateter ±5 cm, kemudian masukkan aqua kedalam
balon kateter sesuai ukuran dan menarik kembali kateter untuk meyakinkan bahwa
kateter tidak terlepas

Modul KDM 1

Page 4
41 Menghubungkan kateter dengan urine bag
42 Melepas sarung tangan. Melakukan fiksasi luar kateter urine dengan plester dan
menggantung urine bag pada tempat yang sesuai
43 Merapikan klien dan membantu mengatur posisi klien agar nyaman
44 Membersihkan dan merapikan alat

D. Fase Terminasi
45 Mengevaluasi respons klien
46 Merencanakan tindak lanjut
47 Melakukan kontrak yang akan datang
48 Melakukan dokumentasi tindakan dan hasil jumlah urine, warna

Ket : YA = dilakukan, TIDAK = Tidak Dilakukan Pringsewu,...................................................2019

I NILAI = Jumlah YA X 2,08 Penguji,

............. X 2,08 =

....................................................

Keterangan:

Ya : dilakukan
Tidak : tidak dilakukan

Modul KDM 1

Page 5
STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR
PERAWATAN KATETER URINE

Nama Mahasiswa :....................................................


NIM :....................................................

No ASPEK YANG DI NILAI Dilakukan


Ya Tidak
E. Fase Pre Interaksi
1 Mengecek program terapi medic dan kaji pasien
Mempersiapkan alat
2 - Sarung tangan bersih
3 - Bola kapas atau swab/kapas sublimat.
4 - Handuk dan lap badan yang bersih
5 - Sabun dan air hangat
6 - Salep antibiotik
7 - Kom berisi kapas sublimat
8 - Bengkok bersih
9 - Alas bokong
10 - Selimut mandi
11 - Sampiran

F. Fase Interaksi
12 Mengucapkan salam terapeutik
13 Melakukan evaluasi/validasi
14 Melakukan kontrak (waktu, tempat, topik)
15 Menjelaskan tujuan dan langkah-langkah tindakan

G. Fase Kerja
16 Pasang sampiran/tutup jendela (privacy klien)
17 Cuci tangan
18 Memposisikan klien:
- Wanita posisi dorsal recumbent
- Laki-laki posisi supine/terlentang
19 Meletakkan alas tahan air bawah bokong klien
20 Menutup area pinggang kecuali area perineal dengan selimut mandi
21 Gunakan handscoon/sarung tangan
22 Dengan tangan yang tidak dominan :
 Wanita : retraksi labia dengan perlahan untuk memperlihatkan
seluruh meatus uretra dan tempat isersi kateter, pertahankan
posisi tangan selama prosedur.
 Pria : retraksi prepusium, jika tidak disirkumsisi dan pegang
batang penis tepat dibawah glans penis, pertahankan posisi
tersebut selama prosedur.
23 Kaji meatus uretra dan jaringan disekelilingnya untuk melihat adanya
inflamasi, pembengkakan dan rabas. Catat jumlah, warna, bau, dan
konsistensi rabas. Tanyakan mengenai rasa tidak nyaman atau sensasi
terbakar yang dirasakan oleh klien.
24 Bersihkan jaringan perineum:
 Wanita : gunakan lap bersih, sabun, dan air. Bersihkan kearah
anus. Ulangi proses untuk membersihkan labia minora dan
kemudian bersihkan didaerah sekitar meatus uretra dengan
gerakan kearah kateter. Pastikan membersihkan setiap sisi
meatus. Keringkan daerah tersebut dengan baik.
 Pria : sambil melebarkan meatus uretra, bersihkan daerah
disekitar kateter terlebih dahulu dan kemudian bersihkan

Modul KDM 1

Page 6
dengan gerakan sirkular di sekitar meatus dan glans.
25 Kaji kembali meatus uretra untuk melihat adanya rabas.
26 Dengan menggunakan handuk, sabun dan air, bersihkan dengan gerakan
sirkular disepanjang selang kateter, sepanjang 10 cm.
27 Oleskan salep antibiotik pada meatus uretra dan pada kateter sepanjang
2,5 cm jika diprogramkan.
28 Merapikan klien dan membantu mengatur posisi klien agar nyaman
29 Membersihkan dan merapikan alat
H. Fase Terminasi
30 Mengevaluasi respons klien
31 Merencanakan tindak lanjut
32 Melakukan kontrak yang akan datang
33 Melakukan dokumentasi tindakan dan hasil jumlah urine, warna

Modul KDM 1

Page 7
MEMASANG DIAPERS

PENGERTIAN

Memasang /mengganti popok yang baru pada pasien yan mengalami penurunan kesadaran atau
yang tidak bisa buang air besar di toilet.

TUJUAN

Untuk pemantauan pola eliminasi.

PERSIAPAN ALAT

1. Popok/Diapers.
2. Pengalas
3. Tisu basah/washlap
4. Air bersih dalam tempatnya.
5. Sarung tangan.
6. Tempat sampah.

STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR


PEMASANGAN DIAPERS

Nama Mahasiswa :....................................................


NIM :....................................................

No ASPEK YANG DI NILAI Dilakukan


Ya Tidak
I. Fase Pre Interaksi
1 Mengecek program terapi medic dan kaji pasien
Mempersiapkan alat
2 Popok/Diapers.
3 Pengalas
4 Tisu basah/washlap
5 Air bersih dalam tempatnya.
6 Sarung tangan.
7 Tempat sampah

J. Fase Interaksi
8 Mengucapkan salam terapeutik
9 Melakukan evaluasi/validasi
10 Melakukan kontrak (waktu, tempat, topik)
11 Menjelaskan tujuan dan langkah-langkah tindakan

K. Fase Kerja
12 Pasang sampiran/tutup jendela (privacy klien)
13 Cuci tangan
14 Memakai sarung tangan
15 Meletakkan alas tahan air bawah bokong klien
16 Melepaskan rekatan diapers pada kedua sisi , kemudian menekan ujung
diapers depan klien ke bawah hingga kebawah genetalia . sementara sisi
samping diapers yang terjauh dengan perawat digulung ke bawah
hingga bagian samping bokong.
17 Membantu Mengatur posisi sim
18 Melepaskan popok/diapers dengan menekan dari daerah punggung
hingga ujung genetalia , usahakan semua kotoran masuk ke diapers dan
tidak terjatuh.

Modul KDM 1

Page 8
19 Masukan diapers ke kotak sampah
20 Bersihkan area bokong dengan tisu dan bila perlu dengan menggunakan
air bersih
21 Setelah bersih, memasang diapers yang baru dengan melekatkan bagian
sisi yang membelakangi pasien serta memasukan diantra lipatan pada
sisi paha depan diapers.
22 Membantu pasien kembali ke posisi supinasi/berbaring
23 Merapihkan sisi diapers yang berada disisi terjauh dengan perawat,
kemudian rapihkan seluruh posisi diapers dan rekatkan diapers.
24 Melepaskan sarung tangan

L. Fase Terminasi
25 Mengevaluasi respons klien
26 Merencanakan tindak lanjut
27 Melakukan kontrak yang akan datang
28 Melakukan dokumentasi tindakan dan hasil jumlah urine, warna

Modul KDM 1

Page 9
PEMASANGAN KATETER KONDOM

1. Pengertian
Kondom-kateter Alat drainase urine eksternal yang tepat untuk menggunakan dan aman untuk
mendrainase urine pada klien pria. Alat ini lembut, sarung karet yang lembut yang disarungkan
ke penis dan tersedia untuk klien inkontinensia atau koma yang mempunyai fungsi pengosongan
kandung kemih lengkap dan spontan.

2. Tujuan

a. Mengumpulkan urine dan mengontrol urine inkontinen


b. Klien dapat melakukan aktifitas fisik tanpa harus merasa malu karena adanya kebocoran
urine (ngompol)
c. c. Mencegah iritasi pada kulit akibat urine inkontinen

3. Persiapan

a. Persiapan klien

1) Mengucapkan salam terapeutik.


2) Memperkenalkan diri.
3) Menjelaskan pada klien dan keluarga tentang prosedur dan tujuan tindakan yang akan
dilaksanakan.
4) Penjelasan yang disampaikan dimengerti klien/keluarganya.
5) Selama komunikasi digunakan bahasa yang jelas, sistematis serta tidak mengancam.
6) Klien/keluarga diberi kesempatan bertanya untuk klarifikasi.
7) Privasi klien selama komunikasi dihargai.
8) Memperlihatkan kesabaran , penuh empati, sopan, dan perhatian serta respek selama
berkomunikasi dan melakukan tindakan
9) Membuat kontrak (waktu, tempat dan tindakan yang akan dilakukan)

Modul KDM 1

Page 10
STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR
PEMASANGAN KONDOM KATETER URINE

Nama Mahasiswa :....................................................


NIM :....................................................

No ASPEK YANG DI NILAI Dilakukan


Ya Tid
ak
A. Fase Pre Interaksi
1 Mengecek program terapi medic
2 Mempersiapkan alat
a) a. Selaput kondom kateter
b) b. Strip elastic
c) c. Kantung penampung urine dengan selang drainase
d) d. Baskom dengan air hangat dan sabun
e) e. Handuk dan waslap
f. Selimut mandi

g. Sarung tangan

f. Gunting

B. Fase Interaksi
3 Mengucapkan salam terapeutik
4 Melakukan evaluasi/validasi
5 Melakukan kontrak (waktu, tempat, topik)
6 Menjelaskan tujuan dan langkah-langkah tindakan
C. Fase Kerja
7 Cuci tangan

8 Gunakan handscoon
9 Pasang sampiran/tutup jendela (privacy klien)
10 Bantu klien pada posisi terlentang. Letakkan selimut diatas bagian tubuh
bagian atas dan tutup ekstremitas bawahnya dengan selimut mandi
sehingga hanya genitalia yang terpajan

11 Bersihkan genitalia dengan sabun dan air, keringkan secara menyeluruh

12 Siapkan drainase kantong urine dengan menggantungkannya ke rangka


tempat tidur.

13 Dengan tangan non dominan genggam penis klien dengan kuat sepanjang
batangnya. Dengan tangan dominan, pegang kantung kondom pada ujung
penis dan dengan perlahan pasangkan pada ujung penis

14 Sisakan 2,5 sampai 5 cm ruang antara glands penis dan ujung kondom

15 Lilitkan batang penis dengan perekat elastic.

16 Hubungkan selang drainase pada ujung kondom kateter.

17 Merapikan klien dan membantu mengatur posisi klien agar nyaman

18 Mencuci tangan

D. Fase Terminasi
19 Mengevaluasi respons klien
20 Merencanakan tindak lanjut
21 Melakukan kontrak yang akan datang
22 Melakukan dokumentasi tindakan , hasil ,respon, tanggal dan jam

MENOLONG BUANG AIR BESAR DENGAN MENGGUNAKAN PISPOT

Modul KDM 1

Page 11
Merupakan tindakan keperawatan yang dilakukan pada pasien yang tidak mampu buang
air besar secara sendiri di kamar kecil denan cara menggunakan pispot untun BAB
ditempat tidur dan memenuhi kebutuhan eliminasi fekal.

STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR MEMBANTU PASIEN BAB DI TEMPAT TIDUR KLIEN

No LANGKAH Dilakukan
YA Tidak
A. FASE PRE INTERAKSI
1 Mengecek program terapi
2  Alas/perlak
 Pispot
 Air bersih
 Tisu
 Sampiran
 Selimut mandi
 Sarung tangan

B. FASE INTERAKSI
3 Mengucapkan salam terapeutik.
4 Melakukan validasi
5 Melakukan kontrak
6 Menjelaskan tujuan & langkah tindakan
7 Jaga privacy klien
C. FASE KERJA
8 Cuci tangan
9 Jelaskan prosedur yang akan dilaksanakan
10 Pasang sampiran dan selimut mandi
11 Gunakan sarung tangan
12 Pasang pengalas dibawah glutea
13 Tempatkan pispot diantara pengalas tepat dibawah gluteal dengan posisi
bagiang lubang pispot tepat dibawah rektum.
14 Setelah pispot tepat dibawah gluteal tanyakan kepada pasien apakah
sudah nyaman atau belum, kalau belum atur sesuai kebutuhan
15 Anjurkan pasien untuk BAB pada pispot/urinal yang disediakan
16 Setelah selesai, siram dengan air hingga bersih dan keringkan dengan tisu.
17 Catat tanggal dan jam defekasi serta karakteristiknya
18 Cuci tangan.

D. FASE TERMINASI
19 Mengevaluasi respon pasien
20 Merencanakan tindak lanjut
21 Melakukan kontrak yang akan datang
22 Dokumentasikan

Modul KDM 1

Page 12
STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR MEMBANTU PASIEN BAK DI TEMPAT TIDUR KLIEN

No LANGKAH DILAKUKAN

ya Tidak
A. FASE PRE INTERAKSI
1 Mengecek program terapi
2  Alas/perlak
 Pispot
 Air bersih
 Tisu
 Sampiran
 Selimut mandi
 Sarung tangan
B. FASE INTERAKSI
3 Mengucapkan salam terapeutik.
4 Melakukan validasi
5 Melakukan kontrak
6 Menjelaskan tujuan & langkah tindakan
7 Jaga privacy klien
C. FASE KERJA
8 Cuci tangan
9 Jelaskan prosedur yang akandilaksnakan
10 Pasang sampiran dan selimut mandi
11 Gunakansarun g tangan
12 Pasang pengalas dibawah glutea
13 Tempatkan pispot diantara pengalas tepat dibawah gluteal dengan posisi
bagiang lubang pispot tepat dibawah rektum.
14 Setelah pispot tepat dibawah gluteal tanyakan kepada pasien apakah
sudah nyaman atau belum, kalau belum atur sesuai kebutuhan
15 Anjurkan pasien untuk BAK pada pispot/urinal yang disediakan
16 Setelah selesai, siram dengan air hingga bersih dan keringkan dengan tisu.
17 Catat tanggal dan jam miksi serta karakteristiknya
18 Cuci tangan.
D. FASE TERMINASI
19 Mengevaluasi respon pasien
20 Merencanakan tindak lanjut
21 Melakukan kontrak yang akan datang
22 Dokumentasikan

Modul KDM 1

Page 13
B. pemasangan Huknah
Merupakan tindakan keperawatan dengan cara memasukan cairan hangat kedalam
kolon desedendengan menggunakan kanula rekti melalui anus, bertujuan
mengosongkan usus .

STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR MEMBERIKAN GLISERIN DENGAN TINDAKAN HUKNAH


RENDAH/TINGGI KLIEN

No LANGKAH Dilakukan
YA TIDAK
A. FASE PRE INTERAKSI
1 Mengecek program terapi
2 a. Pengalas
b. Irigator lengkap dengan kanula rekti
c. Cairan hangat ± 700-1000 ml dengan suhu 40-43°c
d. Bengkok
e. Jeli
f. Pispot
g. Sampiran
h. Selimut mandi
i. Sarung tangan
j. Tisu

E. FASE INTERAKSI
3 Mengucapkan salam terapeutik.
4 Melakukan validasi
5 Melakukan kontrak
6 Menjelaskan tujuan & langkah tindakan
7 Jaga privacy klien
F. FASE KERJA
8 Cuci tangan
9 Jelaskan prosedur yang akandilaksnakan
10 Pasang sampiran dan selimut mandi
11 Atur posisi sim miring kkekiri.
12 Pasang pengalas dibawah glutea.
13 Irigator diisi cairan hangat sesuai dengan suhu badan dan
hubungkan kanula rekti, kemudian cek aliran dengan membuka
kanula dan keluarkan air ke bengkok serta berikan jeli pada ujung
kanula.
14 Gunakan sarung tangan dan masukan kanula kira-kira 15 cm
kedalam rektum kearah kolon deseden sambil pasien disuruh
bernafas panjang dan pegang irigator setinggi 50 cm dari tempat
tidur. Buka klemnya dan air dialirkan sampai pasien menunjukan
keinginan untuk BAB.
15 Anjurkan pasien untuk menahan sebentar bila mau BAB dan pasang
pispot atau anjurkan ketoliet. Jika pasien tidak mampu mobilisasi
jalan, bersihkan daerah anus hingga bersih.
16 Cuci tangan
17 Catat jumlah feses yang keluar, warna, konsistensi dan respon
pasien.
G. FASE TERMINASI
18 Mengevaluasi respon pasien
19 Merencanakan tindak lanjut
20 Melakukan kontrak yang akan datang
21 Dokumentasikan

Modul KDM 1

Page 14
Modul KDM 1

Page 15

Anda mungkin juga menyukai