Anda di halaman 1dari 49

PROPOSAL KARYA TULIS ILMIAH

ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN GANGGUAN JIWA DENGAN


MASALAH ISOLASI SOSIAL DI RUMAH SAKIT JIWA DAERAH
PROVINSI LAMPUNG TAHUN 2022

Oleh :

ANIS SETIYAWATI

2019205201006

PROGRAM STUDI D III KEPERAWATAN

FAKULTAS KESEHATAN UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH

PRINGSEWU LAMPUNG

TAHUN 2022
PROPOSAL KARYA TULIS ILMIAH

ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN GANGGUAN JIWA DENGAN


MASALAH ISOLASI SOSIAL DI RUMAH SAKIT JIWA DAERAH
PROVINSI LAMPUNG TAHUN 2022

Diajukan sebagai salah satu syarat mendapatkan gelar Ahli Madya


Keperawatan (A.Md.Kep) Pada Program Studi Diploma Tiga Keperawatan

Oleh :

ANIS SETIYAWATI

NIM ; 2019205201006

PROGRAM STUDI D III KEPERAWATAN


FAKULTAS KESEHATAN UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH
PRINGSEWU LAMPUNG TAHUN 2022

i
Fakultas Kesehatan Universitas Muhammadiyah Pringsewu
ii
Fakultas Kesehatan Universitas Muhammadiyah Pringsewu
PERSETUJUAN SEMINAR PROPOSAL

ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN GANGGUAN JIWA DENGAN


MASALAH ISOLASI SOSIAL DI RUMAH SAKIT JIWA DAERAH
PROVINSI LAMPUNG TAHUN 2022

Disusun oleh :

ANIS SETIYAWATI
NIM. 2019205201006

Telah diperiksa dan disetujui oleh pembimbing untuk ujian seminar proposal di

Pringsewu, …………………..

PembimbingI PembimbingII

Ns. Nuria Muliani, M.Kep.Sp.Kep.J Ns. Arena Lestari, M.Kep.,Sp.Kep.J


NBM. 1152420 NBM. 965246

iii
Fakultas Kesehatan Universitas Muhammadiyah Pringsewu
KATA PENGANTAR

Assalamu’alaikum Wr.Wb

Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT, karena atas rahmat dan
karunia-Nya penulis telah diberikan kekuatan dan kemampuan untuk
menyelesaikan Proposal Karya Tulis dengan judul : “Asuhan Keperawatan Pada
Pasien Gangguan Jiwa Dengan Masalah Isolasi Sosial Di Rumah Sakit Jiwa
Daerah Provinsi Lampung Tahun 2022”.

Oleh karena itu dengan kerendahan hati penulis mengucapkan terimakasih


kepada:

1. Drs. Wanawir AM., MM.,M.Pd, selaku Rektor Universitas


Muhammadiyah Pringsewu Lampung
2. Elmi Nuryati, M.Epid., selaku Dekan Fakultas Kesehatan Universitas
Muhammadiyah Pringsewu Lampung
3. Nur Fadhilah, M.Kes., selaku Ketua Prodi D III Keperawatan
4. Ns. Nuria Muliani, M.Kep.Sp.Kep.J, selaku Pembimbing I
5. Ns. Arena Lestari, M.Kep.,Sp.Kep.J, selaku Pembimbing II
6. Kedua Orang Tua yang selalu mensuportku hingga sampai ketahap ini.

Penulis menyadari bahwa dalam pembuatan dan penulisan Proposal Karya Tulis
Ilmiah ini belum sempurna.Semoga Proposal ini dapat bermanfaat bagi penulis
dan pembaca pada umumnya dan profesi keperawatan khususnya.

Wassalamu’alaikum Wr. Wb

Pringsewu, April 2022

Penulis

iv
Fakultas Kesehatan Universitas Muhammadiyah Pringsewu
DAFTAR ISI

Halaman
HALAMAN JUDUL.......................................................................................

HALAMAN SAMPUL................................................................................... i

LEMBAR PERSETUJUAN........................................................................... ii

KATA PENGANTAR.................................................................................... iii

DAFTAR ISI................................................................................................... iv

DAFTAR TABEL........................................................................................... vi

DAFTAR BAGAN.......................................................................................... vii

DAFTAR LAMPIRAN................................................................................... viii

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah....................................................................... 1


B. Batasan Masalah................................................................................... 7
C. Rumusan Masalah................................................................................. 8
D. Tujuan................................................................................................... 8
E. Manfaat Penulisan ............................................................................... 9

BAB II TINJAUAN TEORI

A. Konsep Dasar Isolasi Sosial.................................................................. 10


B. Konsep Asuhan Keperawatan Gangguan Hubungan Sosial :
Isolasi Sosial......................................................................................... 20

BAB III METODE PENELITIAN

A. Desain penelitian.................................................................................. 28
B. Batasan istilah (Definisi Operasional).................................................. 28

v
Fakultas Kesehatan Universitas Muhammadiyah Pringsewu
C. Partisipan.............................................................................................. 29
D. Lokasi dan waktu penelitian................................................................. 29
E. Pengumpulan data................................................................................. 29
F. Analisa data.......................................................................................... 30
G. Etik penelitian ...................................................................................... 31

DAFTAR PUSTAKA

LAMPIRAN-LAMPIRAN

vi
Fakultas Kesehatan Universitas Muhammadiyah Pringsewu
DAFTAR TABEL

Halaman
Tabel 2.1 Rencana Asuhan Keperawatan......................................................... 29
Tabel 3.1 Batasan Istilah................................................................................... 28

vii
Fakultas Kesehatan Universitas Muhammadiyah Pringsewu
DAFTAR BAGAN

Halaman
Bagan 2.1 Rentang Respons Sosial.................................................................. 17

viii
Fakultas Kesehatan Universitas Muhammadiyah Pringsewu
DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1 Surat Izin Pra Survey


Lampiran 2 Surat Balasan Izin Pra Survey
Lampiran 3 Lembar Konsul

ix
Fakultas Kesehatan Universitas Muhammadiyah Pringsewu
BAB 1

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Menurut WHO kesehatan adalah kondisi seseorang yang sejahtera baik fisik,

mental, social, dan spiritual tidak hanya terbebas dari penyakit maupun

kecacatan (Health is state of complete physical, mental, social and spiritual

wellbeing and not merely the absence of disease or infirmity). Empat aspek

kesehatan yang terdiri dari mental, sosial, dan spiritual merupakan aspek yang

dinamis dan terintregasi. Individu tidak akan dikatakan sehat jika hanya fisik

saja dan sebaliknya, akan tetapi juga harus disertai dengan kesehatan jiwa

(Wuryaningsih et al., 2020).

Kesehatan jiwa adalah bagian integral dari kesehatan, sehat jiwa tidak hanya

terbatas dari gangguan jiwa, tetapi merupakan suatu hal yang dibutuhkan oleh

semua orang. Menurut Undang – Undang RI No. 18 Tahun 2014 tentang

kesehatan jiwa, yang dimaksud kesehatan jiwa adalah kondisi dimana

individu dapat berkembang secara fisik, mental, spiritual dan sosial sehingga

individu tersebut mampu menyadari kemampuan sendiri, dapat mengatasi

tekanan, dapat bekerja secara produktif, mampu memberikan kontribusi untuk

komunitasnya (Wuryaningsih et al., 2020). Seseorang yang mengalami

Fakultas Kesehatan Universitas Muhammadiyah Pringsewu


2

masalah fisik, mental, sosial, pertumbuhan, dan perkembangan dan atau

kualitas hidup memiliki resiko mengalami gangguan jiwa.

Gangguan jiwa merupakan perubahan perilaku seseorang yang terjadi karena

stres atau kehilangan mental dan bisa merubah pola psikologis. Sedangkan

menurut penelitian Levia dan Maryatun (2020), bahwa gangguan jiwa

merupakan suatu sindrom atau pola psikologis yang terjadi pada seseorang

dan dikaitkan dengan adanya distress seperti gejala nyeri atau disabilitas

(yaitu kerusakan pada satu atau lebih area fungsi pada tubuh yang penting)

atau disertai peningkatan risiko kematian yang menyakitkan, nyeri,

disabilitas, atau sangat kehilangan kebebasan (Levia & Maryatun, 2020).

Gangguan jiwa juga dapat diartikan gangguan dalam hal cara berpikir

(cognitive), kemauan (volition), emosi (affective), tindakan (psychomotor)

(Hartanto, 2014).

Kasus gangguan jiwa di Indonesia berdasarkan hasil Riset Kesehatan Dasar

(Riskesdas) meningkat, dari 1,7% di tahun 2013 menjadi 7% di tahun 2018.

Peningkatan ini terlihat dari kenaikan prevalensi rumah tangga yang memiliki

ODGJ di Indonesia. Gangguan jiwa pada umumnya dicirikan oleh kombinasi

pikiran abnormal, persepsi, emosi, perilaku dan hubungan dengan orang lain.

Masalah gangguan jiwa mencapai 13% dari penyakit secara keseluruhan dan

Fakultas Kesehatan Universitas Muhammadiyah Pringsewu


3

kemungkinan akan bertambah luas menjadi 25% pada tahun 2030, gangguan

jiwa juga berhubungan dengan bunuh diri, ada hampir 800.000 kematian

akibat bunuh diri diseluruh dunia akibat gangguan jiwa (WHO, 2018).

Gangguan jiwa bisa ditemukan pada semua negara, pada perempuan maupun

laki-laki, pada semua tahap kehidupan, orang yang miskin ataupun kaya baik

yang tinggal di perkotaan maupun yang tinggal di pedesaan mulai dari ringan

hingga berat. Diperkirakan di Indonesia lebih dari 450 juta orang dewasa

secara global mengalami gangguan jiwa (Depkes RI, 2014). Gangguan jiwa

meliputi: depresi, gangguan afektif bipolar, demensia, cacat intelektual,

gangguan perkembangan termasuk autisme dan skizofrenia (WHO, 2018).

Skizofrenia merupakan gangguan kacaunya proses berfikir seperti persepsi,

emosi, kontrol diri, motivasi, perilaku dan fungsi interpersonal. Gangguan

skizofrenia menyebabkan terjadinya penurunan pada fungsi kognitif, yaitu

atensi, memori, dan kecepatan memproses informasi (Riskiyani, 2021).

Sedangakan menurut Simanjuntak (2013), Skizofrenia adalah sekelompok

reaksi psikotis dengan ciri-ciri pengunduran diri dari kehidupan sosial

gangguan emosional, dan afektif. Di dunia ini, terdapat sangat banyak

penderita skizofrenia. Dengan jumlah sekitar 1% dari seluruh penduduk

dunia dan diperkirakan sekitar 50% dari seluruh jumlah tempat tidur di rumah

sakit jiwa dihuni oleh penderita skizofrenia (Simanjuntak, 2013).

Fakultas Kesehatan Universitas Muhammadiyah Pringsewu


4

Hasil prasurvey yang di dapat dari Rekam Medik Rumah Sakit Jiwa Provinsi

Lampung di dapatkan bahwa dalam 10 daftar penyakit terbanyak di RSJ

Prov. Lampung tahun 2021 yaitu Skizofrenia paranoid yang menduduki

peringkat pertama dengan jumlah 503 pasien dari 573 pasien rawat inap dan

12.558 pasien dari 19.841 pasien rawat jalan. Pada tahun 2022, skizofrenia

masih menduduki peringkat pertama kunjungan rawat inap triwulan 1 dengan

jumlah 143 pasien dati total 160 pasien.

Penderita skizofrenia dapat dikenali dari gejala-gejala yang ditampilkan.

Hawari (2012), mengemukakan bahwa gejala-gejala skizofrenia dapat dibagi

dalam dua kelompok, yaitu gejala positif dan gejala negatif. Gejala positif

berupa delusi (keyakinan yang salah), halusinasi (persepsi tanpa ada rangsang

panca indera), kekacauan alam pikir dimana orang lain tidak dapat mengerti

alur berpikirnya, gaduh, gelisah, tidak dapat diam, sering mondar-mandir,

pikirannya penuh dengan kecurigaan, dan menyimpan rasa permusuhan.

Sedangkan gejala negatif dapat terlihat dari wajah penderita yang tidak

menunjukkan ekspresi (alam perasaan/afek tumpul), suka melamun, sulit

melakukan kontak emosional, pasif dan apatis, kehilangan dorongan

Fakultas Kesehatan Universitas Muhammadiyah Pringsewu


5

kehendak, malas, bersifat monoton, tidak adanya spontanitas, dan dapat

munculnya prilaku isolasi sosial (menarik diri) (Sovitriana, 2019).

Berdasarkan hasil prasurvey yang dilakukan di Rumah Sakit Jiwa Provinsi

Lampung tahun 2022 di Ruang Melati didapatkan presentase pasien yang

dirawat dibulan februari – juni 2021 pasien yang mengalami halusinasi

mencapai 55,1 %, RPK (resiko prilaku kekerasan) sebanyak 24,1%, isolasi

sosial 20,6%, HDR (harga diri rendah sebanyak 3,4%, DPD (deficit

perawatan diri) sebanyak 10% dari keseluruhan 29 pasien yang menjalani

rawat inap.

Isolasi social sebagai salah satu respon prilaku negatif yang muncul pada

klien skizofrenia. Munculnya isolasi sosial dapat disebabkan dari kegagalan

yang terjadi secara terus menerus dalam menghadapi stressor dan terjadinya

penolakan dari lingkungannya. Hal tersebut juga dapat mengakibatkan

ketidakmampuan individu dalam berfikir logis dimana individu tersebut akan

berfikir bahwa dirinya tidak akan mampu atau merasa gagal dalam

menjalankan fungsi dan perannya sesuai tumbuh kembangnya.

Ketidakmampuan berfikir logis tersebut juga dapat menyebabkan terjadinya

harga diri rendah sehingga menimbulkan rasa malu, tidak percaya diri, dan

Fakultas Kesehatan Universitas Muhammadiyah Pringsewu


6

merasa tidak berguna pada diri individu yang dimanifestasikan melalui

perilaku isolasi social (Sari, 2021).

Isolasi sosial menurut NANDA-T (2018) (North American Nursing Diagnosis

Association-Intemational 2018) juga diartikan sebagai suatu keadaan individu

mengalami kesendirian yang ditimbulkan karena orang lain sebagai suatu

keadaan negatif dan mengancam (Herdman & Kamitsuru, 2018 ; Keliat, dkk.,

2020). Mencermati pengertian tersebut, dapat dikatakan bahwa kondisi isolasi

social ini identik dengan menarik diri, namun disebabkan oleh aspek dari luar

diri individu tersebut. Oleh karena itu pada banyak referensi gangguan

hubungan sosial menarik diri disebut dengan isolasi sosial (Paula et al.,

2021); klien menggunakan isolasi sosial sebagai cara untuk menghindar dari

orang lain yang bertujuan agar pengalaman yang tidak menyenangkan dalam

berhubungan dengan orang lain tidak terulang lagi (Sari, 2021).

Hasil observasi yang dilakukan pada klien dengan gangguan isolasi sosial

akan ditemukan tanda gejala dengan data objektif yaitu apatis (acuh terhadap

lingkugan) kurang spontan terhadap masalah yang ada, tidak ada kontak mata

atau kontak mata kurang, ekspresi wajah kurang berseri (ekspresi bersedih),

menghindar dari orang lain, klien lebih sering menunduk, efek tumpul,

Fakultas Kesehatan Universitas Muhammadiyah Pringsewu


7

berdiam diri dalam kamar, dan tidak mampu merawat dan memperhatikan

kebersihan diri (Alfajar, 2020).

Menurut Dermawan dan Rusdi (2013) tanda dan gejala yang muncul pada

klien dengan isolasi sosial meliputi 2 gejala yakni gejala subjektif dan gejala

objektif. Gejala subjektif meliputi klien merasa tidak aman berada disekitar

orang yang tidak dikenal (orang lain), klien menceritakan perasaan kesepian

atau ditolak oleh orang lain, klien mengatakan hubungan yang tidak berarti

dengan orang lain, respon verbal kurang atau singkat, klien merasa bosan dan

lambat (menghabiskan banyak waktu), klien tidak mampu dalam

berkonsentrasi dan membuat keputusan, klien tidak yakin dapat

melangsungkan hidup, klien merasa ditolak dan klien merasa tidak berguna.

Gejala objektif meliputi klien menyediri dan tidak mau berinteraksi dengan

orang yang terdekat, banyak berdiam diri di kamar, klien tidak mau berbicara,

tidak mengikuti kegiatan, ekspresi wajah kurang berseri dan dangkal, klien

tampak sedih, kurang spontan, kontak mata kurang, ekspresi wajah kurang

berseri, tidak merawat diri dan tidak memerhatikan kebersihan diri,

mengisolasi diri, tidak atau kurang sadr dengan lingkungn sekitarnya, apatis

(acuh terhadap lingkungan), kebutuhan nurtisi terganggu, retensi urine dan

feses, kurang energi (tenaga), aktifitas menurun, rendah diri, dan postur tubuh

berubah.

Fakultas Kesehatan Universitas Muhammadiyah Pringsewu


8

Selain itu terdapat beberapa tanda dan gejala lain yaitu komunikasi verbal

menurun bahkan sama sekali tidak ada, klien tidak bercakap-cakap dengan

klien lain atau perawat (mengisolasi diri sendiri/menyendiri), menolak

hubungan dengan orang lain dengan memutuskan percakapan atau pergi bila

diajak bercakap-cakap, pasien tampak memisahkan diri dari orang lain

misalnya, pada saat makan, terjadi gangguan pada pemasukan makanan dan

minuman sehingga terjadi retensi urine dan feses, Pasien mengalami

gangguan aktifitas atau aktifitas menurun dan pasien tampak kurang energik

sehingga pasien mengalami gangguan harga diri (Surya, dkk, 2012). Dari

tanda dan gejala tersebut, maka diperlukan penanganan yang baik agar tidak

berkelanjutan, berupa asuhan keperawatan.

Asuhan keperawatan mencakup strategi tindakan yang dilakukan perawat

dalam mengurangi resiko masalah yang terjadi pada kasus isolasi sosial

menurut Afandi (2014) antara lain : menarik diri salah satunya dengan

strategi pelaksanaan pasien dan keluarga, strategi pelaksanaan merupakan

pendekatan yang bersifat membina hubungan saling percaya antara klien

dengan perawat, dampak yang terjadi jika tidak diberikan strategi

pelaksanaan maka akan berdampak resiko terjadinya kasus yang

berkepanjangan sehingga dapat mengakibatkan perubahan persepsi sensori

Fakultas Kesehatan Universitas Muhammadiyah Pringsewu


9

halusinasi. Selain tindakan Strategi diatas tindakan lain yaitu social skill

training dan terapi aktivitas kelompok yang mana pasien diberikan

kemampuan untuk bersosialisasi dan melakukan suatu kegiatan dengan orang

lain. yang dapat meningkatkan kemampuan pasien dalam bersosialisasi, baik

secara individu ataupun kelompok. Pasien dapat mengungkapkan masalah

yang dimilikinya dan mampu berkomunikasi dengan baik. Selain dari

tindakan diatas dapat juga dilakukan pengobatan farmakologi seperti

Clozapin dan Nonfarmakologi yang berupa ECT, psikologis dan dukungan

keluarga (Sukaeti, 2018).

Dari latar belakang tersebut, isolasi sosial menduduki peringkat ke tiga

terbanyak di ruang melati maka penulis tertarik untuk melakukan penelitian

dengan judul “Asuhan keperawatan pada pasien gangguan jiwa dengan

masalah isolasi sosial di Rumah Sakit Jiwa Daerah provinsi Lampung”.

B. Batasan Masalah

Asuhan keperawatan yang dapat diangkat dalam masalah studi kasus ini

adalah : Asuhan keperawatan pada pasien gangguan jiwa dengan masalah

isolasi sosial di Rumah Sakit Jiwa Daerah provinsi Lampung.

Fakultas Kesehatan Universitas Muhammadiyah Pringsewu


10

C. Rumusan Masalah

Bagaimana pelaksanaan asuhan keperawatan jiwa dengan masalah isolasi

sosial di Rumah Sakit Jiwa Daerah Provinsi Lampung.

D. Tujuan

a. Tujuan Utama

Tujuan penulisan proposal metodologi keperawatan ini adalah supaya

mahasiswa dapat memahami dan mampu melaksanakan asuhan

keperawatan kepada klien dengan gangguan isolasi sosial di Rumah Sakit

Jiwa Daerah provinsi Lampung.

b. Tujuan Khusus

1. Melakukan pengkajian keperawatan jiwa dengan gangguan isolasi

sosial di Rumah Sakit Jiwa Daerah Provinsi Lampung.

2. Melakukan diagnosa keperawatan jiwa dengan gangguan isolasi

sosial di Rumah Sakit Jiwa Daerah Provinsi Lampung.

3. Melakukan perencanaan keperawatan jiwa dengan gangguan isolasi

sosial di Rumah Sakit Jiwa Daerah Provinsi Lampung.

4. Melakukan tindakan keperawatan jiwa dengan gangguan isolasi

sosial di Rumah Sakit Jiwa Daerah Provinsi Lampung.

5. Melakukan evaluasi keperawatan jiwa dengan gangguan isolasi sosial

di Rumah Sakit Jiwa Daerah Provinsi Lampung.

Fakultas Kesehatan Universitas Muhammadiyah Pringsewu


11

E. Manfaat

a. Manfaat Teoritis

Dari hasil penelitian ini diharapkan dapat digunakan dalam upaya

meningkatkan ilmu pengetahuan bagi mahasiswa terhadap gangguan isolasi

sosial pada gangguan jiwa.

b. Teori Praktis

1. Bagi perawat

Hasil dari penelitian ini dapat dijadikan gambaran atau intervensi yang

dilakukan pada klien dengan gangguan isolasi sosial untuk

meningkatkan asuhan keperawatan.

2. Bagi Rumah Sakit

Hasil penelitian ini diharapkan dapat dijadikan sebagai bahan standar

referensi bagi tenaga keperawatan agar dapat lebih meningkatkan mutu

pelayanan khususnya dalam penerapan asuhan keperwatan.

3. Bagi Institusi Pendidikan

Hasil penelitian ini diharapkan dapat dijadikan sebagai bahan

dokumentasi atau referensi mahasiswa selanjutnya dalam penyusunan

karya tulis ilmiah.

4. Bagi Pasien

Fakultas Kesehatan Universitas Muhammadiyah Pringsewu


12

Klien dapat menerima asuhan keperawatan yang baik dan komprehensif

serta dapat berkenan dan dapat berinteraksi dengan lingkungan

sekitarnya.

Fakultas Kesehatan Universitas Muhammadiyah Pringsewu


BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Konsep Dasar Isolasi Sosial

1. Pengertian Isolasi Sosial

Isolasi sosial adalah keadaan dimana seseorang individu mengalami

penurunan atau bahkan sama sekali tidak mampu berinteraksi dengan orang

lain di sekitarmya. Pasien mungkin merasa ditolak, tidak diterima,

kesepian, dan tidak mampu membina hubungan yang berarti dengan orang

lain ( Damayanti et al., 2021).

Isolasi sosial merupakan suatu keadaan perubahan yang dialami klien

skizofrenia. Gejala sering dijumpai adalah terganggunya fungsi sosial dan

pekerjaan yang memengaruhi perilaku sehingga menyebabkan depresi pada

klien skizofrenia sehingga mengganggu konsep diri dan menjadikan

kurangnya penerimaan di lingkungan keluarga dan masyarakat terhadap

kondisi yang dialami klien mampu mengakibatkan klien mengalami isolasi

sosial. Isolasi sosial dalam panduan penegakan diagnosa keperawatan PPNI

(2016) merupakan kategori relasional, kategori interaksi sosial sedangkan

dalam panduan NANDA (2018), tergolong dalam domain kenyamanan

kelas 3 yaitu tentang kenyamanan sosial. Isolasi sosial adalah kesendirian

13

Fakultas Kesehatan Universitas Muhammadiyah Pringsewu


14

yang dialami oleh individu dan dianggap timbul karena orang lain serta

sebagai suatu keadaan negatif atau mengancam (NANDA-1, 2018)

( Wuryaningsih et al., 2020).

Isolasi sosial merupakan kondisi kesendirian yang di alami oleh individu

dan dipersepsikan disebabkan orang lain dan sebagai kondisi yang negatif

dan mengancam. Kondisi isolasi sosial seseorang merupakan

ketidakmampuan klien dalam mengungkapkan perasaan klien yang dapat

menimbulkan klien mengungkapkan perasaan klien dengan kekerasan.

Perilaku kekerasan merupakan respon destruktif individu terhadap stresor

(Stuart, 2013).

Isolasi sosial merupakan keadaan dimana seseorang individu mengalami

perilaku menarik diri, serta penurunan atau bahkan sama sekali tidak

mampu berinteraksi dengan orang lain, terutama untuk mengungkapkan

dan mengonfirmasi perasaan negatif dan positif yang dialaminya

(Istimewa, 2020).

Isolasi sosial adalah ketidakmampuan untuk membina hubungan yang erat,

hangat, terbuka, dan interpenden dengan orang lain (SDKI, 2017)

2. Proses Terjadinya Masalah

Fakultas Kesehatan Universitas Muhammadiyah Pringsewu


15

1. Keterlambatan perkembangan

2. Ketidakmampun menjalin hubungan yang memuaskan

3. Ketidaksesuaian minat dengan tahap perkembangan

4. Ketidakssuaian nilai-nilai dengan norma

5. Ketidaksesuian prilaku sosial dengan norma

6. Perubahan penampilan fisik

7. Perubahan status mental

8. Ketidakadekuatan sumber daya personal (mis. Disfungsi berduka,

pengendalian diri buruk) (SDKI, 2017).

Proses terjadinya isolasi sosial dapat dijelaskan dengan menggunakan

pendekatan psikodinamika model dimana pada model ini masalah

keperawatan dimulai dengan menganalisa faktor predisposisi, presipitasi,

penilaian terhadap stresor, sumber koping dan mekanisme koping yang

digunakan oleh seorang klien sehingga menghasilkan respon baik yang

bersifat konstruktif maupun destruktif dalam rentang adaptif sampai

maladaptif. Menurut Dermawan dan Rusdi (2013) beberapa faktor pada

isolasi sosial sebagai berikut :

Adapun faktor prespitasi adalah dibagi atas 2, yaitu:

1. Faktor Presipitasi

Fakultas Kesehatan Universitas Muhammadiyah Pringsewu


16

Adapun faktor pencetus terdiri dari 4 sumber utama yang dapat

menentukan alam perasaan adalah:

a. Kehilangan ketertarikan yang nyata atau yang dibayangkan, termasuk

kehilangan cinta seseorang. Fungsi fisik, kedudukan atau harga diri,

karena elemen aktual dan simbolik melibatkan konsep kehilangan,

maka konsep persepsi lain merupakan hal yang sangat penting.

b. Peristiwa besar dalam kehidupan, sering dilaporkan sebagai

pendahulu episode depresi dan mempunyai dampak terhadap

masalah-masalah yang dihadapi sekarang dan kemampuan

menyelesaikan masalah.

c. Peran dan ketegangan peran telah dilaporkan mempengaruhi depresi

terutama pada wanita.

d. Perubahan fisiologis di akibatkan oleh obat-obatan berbagai penyakit

fisik seperti infeksi, meoplasma dan gangguan keseimbangan

metabolik dapat mencetus gangguan alam perasaan. (Dermawan &

Rusdi, 2013)

2. Faktor predisposisi

ada berbagai faktor yang menjadi pendukung terjadinya perilaku isolasi

sosial.

a. Faktor perkembangan

Fakultas Kesehatan Universitas Muhammadiyah Pringsewu


17

Tiap gangguan dalam pencapaian tugas perkembangan dari masa

bayi sampai dewasa tua akan menjadi pencetus seseorang sehingga

mempunyai masalah respon sosial menarik diri. Sistem keluarga

yang terganggu juga dapat mempengaruhi terjadinya menarik diri.

Organisasi anggota keluarga bekerja sama dengan tenaga

profesional untuk mengembangkan gambaran yang lebih tepat

tentang hubungan antara kelainan jiwa dan stress keluarga.

Pendekatan kolaboratif dapat mengurangi masalah respon sosial

menarik diri.

b. Faktor biologis

Faktor genetik dapat menunjang terhadap respon sosial maladaptif.

Genetik merupakan salah satu factor pendukung gangguan jiwa.

Kelainan struktur otak, seperti atropi, pembesaran ventrikel,

penurunan berat dan volume otak serta perubahan limbik diduga

dapat menyebabkan skizofrenia.

c. Faktor sosiokultural

Isolasi sosial merupakan faktor dalam gangguan gangguan

berhubungan. Ini merupakan akibat dari norma yang tidak

mendukung pendekatan terhadap orang lain, atau tidak menghargai

anggota masyarakat yang tidak produktif, seperti lansia, orang

Fakultas Kesehatan Universitas Muhammadiyah Pringsewu


18

cacat dan berpenyakit kronik. Isolasi dapat terjadi karena

mengadopsi norma, perilaku dan sitem nilai yang berbeda dari yang

dimiliki budaya mayoritas. Harapan yang tidak realistis terhadap

hubungan merupakan faktor lain yang berkaitan dengan gangguan

ini (Dermawan & Rusdi, 2013)

3. Faktor Lain
a. Faktor genetik dianggap mempunyai transmin gangguan efektif

melalui riwayat keluarga atau keturunan.

b. Teori agresi menyerang kedalam menunjukkan bahwa depresi

terjadi karena perasaan marah yang ditujukan pada diri sendiri.

c. Teori kehilangan objek merasakan kepada perpisahan traumatik

individu dengar benda atau yang sampai sangat berarti.

d. Teori organisasi kepribadian mengenai bagian konsep yang negatif

dan harga diri rendah mempengaruhi system keyakinan penilaian

seseorang terhadap dirinya.

e. Metode kognitif menyatakan bahwa depresi merupakan masalah

kognitif yang di dominasi oleh evaluasi negatif seseorang terhadap

diri dunia seseorang di masa depan seseorang.

f. Metode ketidakberdayaan yang dipelajari menunjukkan bahwa

semata-mata trauma menyebabkan depresi tetapi keyakinan bahwa

Fakultas Kesehatan Universitas Muhammadiyah Pringsewu


19

seseorang tidak mampu mengendalikan terhadap hasil yang penting

dalam kehidupannya. Oleh karena itu dia menolak respon dan

adaktif.

g. Model perilaku berkembang dari kerangka teori belajar sosial yang

mengasumsikan keinginan penyebab depresi terlacak pada

kerangka keinginan positif dalam. berinteraksi dengan lingkungan.

h. Metode biologi menguraikan perubahan kimia dalam tubuh terjadi

selama masa depresi, termasuk depresi katakoloni, disfungsi

endoktrim dan variasi periodik serta irama biologis (Dermawan &

Rusdi, 2013).

3. Tanda dan Gejala

Mayor

a. Subjektif

1. Merasa ingin sendiri

2. Merasa tidak aman ditempat umum

b. Objektif

Fakultas Kesehatan Universitas Muhammadiyah Pringsewu


20

1) Menarik diri

2) Tidak berminat/menolak berinteraksi dengan orang lain atau

lingkungan

Minor

a. Subjektif

1. Klien merasa berbeda dengan orang lain

2. Klien merasa asyik dengan pikiran sendiri

3. Klien merasa tidak mempunyai pikiran yang jelas

b. Objektif

1. Afek datar

2. Afek sedih

3. Riwayat ditolak

4. Menunjukkan permusuhan

5. Tidakmampu memenuhi harapan orang lain

6. Kondisi difabel

7. Tindakan tidak berarti

8. Tidak ada kontak mata

9. Perkembangan terlambat

10. Tidak bergairah/lesu (SDKI, 2017).

Fakultas Kesehatan Universitas Muhammadiyah Pringsewu


21

4. Rentang Respons Sosial

Berdasarkan buku keperawatan jiwa dari Stuart (2013),

Bagan 2.1 rentang respon

Respon adaptif Respon Maladaptif

Menyendiri
Kesepian Manipulasi
Otonomi
Menarik diri Implusif
Kebersamaan
ketergantungan Narkisisme
Saling ketergantungan

(Sumber: Stuart, 2013 dalam Sutejo, 2021)

Keterangan:

a. Respons adaptif

Respons adaptif adalah respons individu menyelesaikan suatu hal dengan

cara yang dapat diterima oleh norma-norma masyarakat. Respons ini

meliputi:

1. Menyendiri (Solitude)

Respons yang dilakukan individu dalam merenungkan hal yang telah

terjadi atau dilakukan dengan tujuan mengevaluasi diri untuk

kemudian menentukan rencana-rencana.

Fakultas Kesehatan Universitas Muhammadiyah Pringsewu


22

2. Otonomi

Kemampuan individu dalam menyampaikan ide, pikiran, perasaan

dalam hubungan sosial. Individu mampu menetapkan diri untuk

interdependen dan pengaturan diri.

3. Kebersamaan (Mutualisme)

Kemampuan atau kondisi individu dalam hubungan interpersonal di

mana individu mampu untuk saling memberí dan menerima dalam

hubungan sosial.

4. Saling ketergantungan (interdependen)

Suatu hubungan saling bergantung antara satu individu dengan

individu lain dalam hubungan sosial atau (Sutejo, 2021)

b. Respons Maladaptif.

Respons maladaptif adalah respons individu dalam menyelesaikan masalah

dengan cara yang bertentangan dengan normaagama dan masyarakat.

Respons maladaptif tersebut antara lain:

a. Manipulasi

Gangguan sosial yang menyebabkan indvidu memperlakukan sebagai

objek, di mana hubungan terpusat pada pengendalian masalah orang

lain dan individu cenderung berorientasi pada diri sendiri. Sikap

Fakultas Kesehatan Universitas Muhammadiyah Pringsewu


23

mengontrol digunakan sebagai pertahanan terhadap kegagalan atau

frustasi yang dapat digunakan sebagai alat berkuasa atas orang lain.

b. Impulsif

Respons sosial yang ditandai dengan individu sebagai subjek yang

tidak dapat diduga, tidak dapat dipercaya, tidak mampu

merencanakan, tidak mampu untuk belajar dari pengalaman, dan tidak

dapat melakukan penilaian secara objektif.

c. Narsisisme

Respons sosial ditandai dengan individu memiliki tingkah laku

egosentris, harga diri rapuh, berusaha mendapatkan penghargaan, dan

mudah marah jika tidak mendapat dukungan dari orang lain (Sutejo,

2021).

5. Mekanisme Koping

Mekanisme koping digunakan kilen sebagai usaha mengatasi ansietas yang

merupakan suatu kesepian nyata yang mengancam dirinya. Mekanisme

koping yang sering digunakan adalah proyeksi, splitting (memisah), dan

isolasi. Proyeksi merupakan keinginan yang tidak mampu ditoleransi dan

klien mencurahkan emosi kepada orang lain karena kesalahan sendiri.

Splitting merupakan kegagalan individu dalam menginterpretasikan dirinya

Fakultas Kesehatan Universitas Muhammadiyah Pringsewu


24

dalam menilai baik buruk. Sementara itu, isolasi merupakan perilaku

mengasingkan diri dari orang lain maupun lingkungan (Sutejo, 2021).

6. Sumber Koping

Sumber koping yang berhubungan dengan respon sosial maladaptif

termasuk keterlibatan dalam hubungan yang luas di dalam keluarga

maupun teman, menggunakan kreativitas untuk mengekspresikan stres

interpersonal seperti kesenian, musik, atau tulisan (Lelono, 2015).

B. Konsep Asuhan keperawatan Isolasi Sosial

1. Pengkajian

a. Faktor Predisposisi

Faktor-faktor predisposisi terjadinya gangguan hubungan sosial,

adalah:

1. Faktor Perkembangan

Pada setiap tahapan tumbuh kembang individu ada tugas

perkembangan yang harus dilalui individu dengan sukses agar tidak

terjadi gangguan dalam hubungan sosial. Tugas perkembangan

pada masing-masing tahap tumbuh kembang ini memiliki

karateristik tersendiri. Apabila tugas ini tidak terpenuhi, akan

Fakultas Kesehatan Universitas Muhammadiyah Pringsewu


25

mencetuskan seseorang sehingga mempunyai masalah respon sosial

maladaptif. Sistem keluarga yang terganggu dapat menunjang

perkembangan respon sosial maladaptif. Beberapa orang percaya

bahwa individu yang mempunyai masalah ini adalah orang yang

tidak berhasil memisahkan dirinya dan orang tua. Norma keluarga

yang tidak mendukung hubungan keluarga dengan pihak lain di

luar keluarga.

2. Faktor Biologis

Genetik merupakan salah satu faktor pendukung gangguan jiwa.

Berdasarkan hasil penelitian, pada penderita skizofrenia 8%

kelainan pada stuktur otak, seperti atrofi, pembesaran ventrikel,

penurunan berat dan volume otak serta perubahan stuktur limbik

diduga dapat menyebabkan skizofrenia.

3. Faktor Sosial Budaya

Isolasi sosial merupakan faktor dalam gangguan berhubungan. Ini

akibat dan norma yang tidak mendukung pendekatan terhadap

orang lain, atau tidak menghargai anggota masyarakat yang tidak

produktit, seperti lansia, orang cacat, dan penyakit kronik. Isolasi

dapat terjadi karena mengadopsi norma, prilaku, dan sistem nilai

yang berbeda dan kelompok budaya mayoritas. Harapan yang tidak

Fakultas Kesehatan Universitas Muhammadiyah Pringsewu


26

realistis terhadap hubungan merupakan faktor lain yang berkaitan

dengan gangguan ini.

4. Faktor Komunikasi Dalam Keluarga

Gangguan komunikasi dalam keluarga merupakan faktor

pendukung untuk terjadinya gangguan dalam berhubungan sosial.

Dalam teori ini termasuk masalah komunikasi yang tidak jelas

yaitu suatu keadaan di mana seseorang anggota keluarga menerima

pesan yang saling bertentangan dalam waktu bersamaan, ekspresi

emosi yang tinggi dalam keluarga yang menghambat untuk

berhubungan dengan lingkungan di luar keluarga.

b. Stressor Presipitasi

Stressor presipitasi pada umumnya mencakup kejadian kehidupan

yang penuh stres seperti kehilangan, yang mempengaruhi

kemampuan individu untuk berhubungan dengan orang lain dan

menyebabkan ansietas. Stressor presipitasi dapat dikelompokkan

dalam kategori:

1) Stressor sosial budaya

Stres dapat ditimbulkan oleh beberapa faktor antara faktor lain

dan factor keluarga seperti menurunnya stabilitas unit keluarga

Fakultas Kesehatan Universitas Muhammadiyah Pringsewu


27

dan berpisah dari orang yang berarti dalam kehidupannya,

misalnya dirawat di rumah sakit.

2) Stressor psikologis

Tingkat kecemasan yang berat akan menyebabkan menurunnya

kemampuan individu untuk berhubungan dengan orang lain.

Intensitas kecemasan yang ekstrim dan memanjang disertai

terbatasnya kemampuan individu mengatasi masalah diyakini

akan menimbulkan berbagai masalah gangguan berhubungan

(isolasi sosial).

a. Perilaku

Adapun perilaku yang biasa muncul pada isolasi sosial berupa: kurang

spontan, apatis (kurang acuh terhadap lingkungan), ekspresi wajah kurang

berseri (ekspresi sedih) afek tumpul. Tidak merawat dan memperhatikan

kebersihan diri, komunikasi verbal menurun atau tidak ada. Klien tidak

bercakap-cakap dengan klien lain atau perawat, mengisolasi diri

(menyendiri). Klien tampak memisahkan diri dan orang lain, tidak atau

kurang sadar terhadap lingkungan sekitar. Pemasukan makanan dan

minuman terganggu, retensi urine dan feses, aktivitas menurun, Kurang

energi (tenaga), harga diri rendah, posisi janin saat tidur, menolak

Fakultas Kesehatan Universitas Muhammadiyah Pringsewu


28

hubungan dengan orang lain. Klien memutuskan percakapan atau pergi

jika diajak bercakap-cakap.

b. Mekanisme Defensif

Mekanisme yang digunakan klien sebagai usaha mengatasi kecemasan

yang merupakan suatu kesepian nyata yang mengancam dirinya.

Mekanisme yang sering digunakan pada isolasi sosial adalah regresi,

represi, dan isolasi.

1) Regresi adalah mundur ke masa perkembangan yang telah lain.

2) Represi adalah perasaan-perasaan dan pikiran-pikiran yang tidak

dapat diterima, secara sadar dibendung supaya jangan tiba di

kesadaran.

3) Isolasi adalah mekanisme mental tidak sadar yang mengakibatkan

timbulnya kegagalan defensif dalam menghubungkan perilaku dengan

motivasi atau pertentangan antara sikap dan perilaku (Lelono, 2015).

2. Masalah keperawatan

a. Tidak efektif koping individu, koping defensive

b. Harga diri rendah

c. Isolai Sosial

Fakultas Kesehatan Universitas Muhammadiyah Pringsewu


29

d. Resiko gangguan sensori persepsi (Halusinasi)

3. Pohon masalah
Menurut Keliat dkk, 2010 dalam Lelono, (2015) pohon masalah isolasi

sosial adalah sebagai berikut :

Resiko gangguan sensori persepsi : Halusinasi

Isolasi sosial

Harga Diri Rendah

Tidak Efektif koping individu, Koping Defensif

(Satrio et al., 2015)

4. Diagnose keperawatan

Diagnosa keperawatan yang diangkat adalah :

a. Isolasi sosial

b. Harga diri rendah

c. Resiko gangguan sensori persepsi

Diagnose medis : skizofrenia (Satrio et al., 2015).

5. Rencana Asuhan Keperawatan

Tabel 2.1

Fakultas Kesehatan Universitas Muhammadiyah Pringsewu


30

Rencana Tindakan Keperawatan


(Lelono, 2015)
No Diagnosa Tujuan Intervensi
Keperawatan
1 Isolasi Sosial 1. Membina hubungan saling Sp. 1
percaya 1. Identifikasi penyebab
2. Dapat mengidentifikasi isolasi sosial : siapa yang
penyebab isolasi sosial: serumah, siapa yang deket
siapa yang serumah, siapa dan apa sebabnya
yang dekat, dan apa 2. Jelaskan keuntungan
sebabnya punya teman dan
3. Kepada klien keuntungan bercakap-cakap
punya teman dan bercakap 3. Jelaskan kerugian tidak
– cakap punya temen dan tidak
4. Dapat memberitahukan bercakap – cakap
kepada klien kerugian 4. Latihan cara berkenalan
tidak punya teman dan dengn pasien, perawat, dan
tidak bercakap – cakap tamu
5. Klien dapat berkenalan 5. Masukkan pada jadwal
dengan pasien, perawat, kegiatan untuk latihan
dan tamu berkenalan.
1. Klien dapat berbicara saat Sp 2
melakukan kegiatan harian 1. Evaluasi kegiatan
2. Klien dapat berkenalan berkenalan dengan
dengan dengan 2-3 orang beberapa orang Beri pujian
pasien, perawat, dan tamu 2. Latih cara berbicara saat
elakukan kegiatan harian
(latih 2 kegiatan)
3. Masukkan pada jadwal
kegiatan utuk melatih
berkenalan dengan 2 – 3
orang pasien, perawat dan
tmu, berbicara saat
melakukan kegiatan harian
1. Klien dapat berbicara saat Sp 3
melakukan kegiatan harian 1. Evaluasi kegiatan, latihan
2. Klien dapat berkenalam berkenalan (beberapa
dengan 4 – 5 orang, orang) dan bicara saat
berbicara saat melakukan 2 melakukan duan kegiatan
kegiatan harian harian. Berika pujian
2. Latih cara berbicara saat
melakukan kegiatan harian
(latih 2 kegiatan baru)
3. Masukkan dalam jadwal
kegiatan harian untuk
latihan berkenalan 4-5
orang, berbicara saat
melakukan 4 kegiatan
harian
1. Klien dapat berbicara Sp 4
sosial : meminta sesuatu, 1. Evaluasi kegiatan latihan
menjawab pertanyaan berkenalan, bicara saat
2. Klien dapat berkenalan melakukan empat kegiatan

Fakultas Kesehatan Universitas Muhammadiyah Pringsewu


31

dengan >5 orang, orang harian. Berikan pujian


baru, berbicara 2. Latih cara bicara sosial
meminta sesuatu,
menjawab pertanyaan
3. Masukkan pada jadwal
kegiatan untuk latihan
berkenalan >5 orang, orang
baru, berbicara saat
melakukan kegiatan harian
dan sosialisasi
1. Klien dapat mandiri dalam Sp 5 – 12
berkenalan, berbicara saat 1. Evaluasi kegiatan, latihan
melakukan kegiatan harian berkenalan, berbicara saat
dan sosialisasi melakukan kegiatan hrian
dan sosialisasi. Beri pujian
2. Latih kegiatan harian
3. Nilai kemampuan yang
telah mandiri
4. Nilai apakah isolasi sosial
teratasi.

6. Implementasi

Implementasi keperawatan adalah kegiatan yang dilakukan oleh perawat

untuk melakukan spektrum penuh tritmen meliputi psikoterapi, melibatkan

klien sebagai mitra dalam hubungan yang kuat dalam tritmen, kebutuhan

kilinis primer untuk merawat klien, psikoedukasi, keterlibatan keluarga,

dan pembatasan penggunaan obat (Stuart, 2016)

7. Evaluasi

Evaluasi adalah penilaian keberhasilan tindakan keperawatan yang sudah

diberikan dan fokusnya adalah pada kualitas hubungan teraupetik. Karena

hubungan adalah pusat perawatan yang efektif, jenis evaluasi harus

dilakukan pada dua tingkat. Tingkat evaluasi peratama berfokus pada

perawat dan pasrtisipasi perawat dalam hubungan. Tingkat evaluasi kedua

Fakultas Kesehatan Universitas Muhammadiyah Pringsewu


32

berfokus pada perilaku klien dan perubahan perilaku yang harus

difasilitasi perawat (Stuart, 2016)

Fakultas Kesehatan Universitas Muhammadiyah Pringsewu


BAB III

METODE PENELITIAN

A. Desain penelitian

Desain penelitian adalah pedoman atau prosedur serta teknik dalam

perencanaan penelitian yang digunakan peneliti untuk melakukan suatu

penelitian yang memberikan arah terhadap jalannya penelitian (Siyoto &

Sodik, 2015).

Studi kasus ini adalah studi yang mengeksplorasi masalah gambaran asuhan

keperawatan jiwa dengan masalah isolasi sosial di Ruang Melati Rumah Sakit

Jiwa Daerah Provinsi Lampung tahun 2022.

B. Batasan Masalah (Definisi Operasional)

Melakukan asuhan keperawatan terhadap klien dengan masalah Isolasi Sosial

di Rumah Sakit Jiwa Daerah Provinsi Lampung

Tabel 3.1 Batasan istilah

Variabel Batasan masalah Cara ukur


Isolasi Sosial ketidakmampuan untuk membina hubungan Wawancara,
pemeriksaan fisik,
observasi, partisipan
yang erat, hangat, terbuka, dan interpenden dan studi dokumentasi.

dengan orang lain (SDKI, 2017)

33

Fakultas Kesehatan Universitas Muhammadiyah Pringsewu


34

C. Partisipan

Partisipan yang digunakan dalam penelitian ini adalah 1 klien dengan

diagnosa keperawatan ganggguan isolasi sosial.

D. Lokasi dan Waktu Penelitian

1. Lokasi penelitian ini akan dilaksanakan di wilayah kerja Rumah Sakit

Jiwa Daerah Provinsi Lampung di Ruang Melati.

2. Waktu penelitian akan dilaksanakan pada bulan April dengan perawatan

pada pasien selama 3 hari.

E. Pengumpulan data

Metode pengumpulan data yang digunakan yaitu:

1. Pengkajian

Strategi pelaksanaan pengkajian dengan menggunakan format pengkajian,

setelah menemukan masalah-masalah yang ada pada klien kemudian

dikelompokan sesuai dengan diagnosa, lalu membuat pohon masalah,

melakukan intervensi, menerapkan implementasi, evaluasi dan

dokumentasi.

2. Wawancara

Fakultas Kesehatan Universitas Muhammadiyah Pringsewu


35

Tentang tanya jawab dengan pihak yang bersangkutan yaitu pasien

maupun tim kesehatan mengenai data pasien dengan masalah isolasi sosial,

wawancara dilakukan selama proses keperawatan berlangsung.

Menggunakan format pengkajian standar asuhan keperawatan.

3. Observasi partisipan.

Dengan melakukan pendekatan dan melaksanakan asuhan keperawatan

secara langsung pada pasien selama dirumah sakit.

4. Studi dokumentasi

Dokumentasi ini diambil dan dipelajari dari jurnal jurnal dan keperawatan

untuk mendapatkan data-data mengenai perawatan maupun pengobatan.

F. Analisa data

Urutan dalam analisa adalah sebagai berikut :

1. Pengumpulan data

Untuk mengumpulkan data hasil dari wawancara, observasi, dan

dokumentasi hasil.

2. Mereduksi data

Data hasil wawancara yang terkumpul dalam bentuk hasil pengkajian,

penelitian mengelompokkan menjadi data subyektif dan obyektif dianalisis

Fakultas Kesehatan Universitas Muhammadiyah Pringsewu


36

berdasarkan hasil pengelompokan kemudian dibandingkan dan dilakukan

pembahasan

3. Penyajian data

Untuk menyajikan data dalam bentuk tabel, gambar, bagan, maupun teks

naratif. Kerahasiaan dari klien dijamin dengan jalan mengaburkan identitas

dari klien.

4. Kesimpulan

Dari data yang disajikan peneliti, kemudian data dibahas dan dibandingkan

dengan hasil-hasil penelitian terdahulu dan secara teoritis dengan perilaku

kesehatan. Penarikan kesimpulan dilakukan dengan metode induksi. Data

yang terkumpul terkait dengan data pengkajian, diagnosa, perencanaan,

tindakan, dan evaluasi.

G. Etik Penelitian

Etika yang mendasari penelitian ini adalah :

1. Informed consent (Persetujuan Menjadi Pasien)

Merupakan bentuk persetujuan antara peneliti dengan responden peneliti

dengan memberikan lembar persetujuan. Informed consent diberikan

Fakultas Kesehatan Universitas Muhammadiyah Pringsewu


37

sebelum penelitian dilakukan dengan memberikan lembar persetujuan

untuk menjadi responden. Tujuan informed consent adalah agar subjek

mengerti maksud dan tujuan penelitian serta mengetahui dampaknya.

2. Anonimity (Tanpa Nama)

Peneliti tidak akan menampilkan informasi atau identitas apapun seperti

nama dan alamat asal responden dalam kuesioner maupun alat ukur

apapun untuk menjaga anonimitas dan kerahasiaan identitas subyek.

3. Confidentially (Kerahasiaan)

Peneliti menjaga kerahasiaan mengenai data subyek selama pengumpulan

data dan selama melakukan asuhan keperawatan, dan memberikan asuhan

keperawatan kepada responden bahwa informasi yang terkait dengan

responden akan dijamin kerahasiaannya, dan hanya digunakan untuk

kepentingan penelitian (Nursalam, 2013).

4. Beneficience (berbuat baik)

Prinsip berbuat baik menyangkut kewajiban membantu orang lain,

dilakukan dengan mengupayakan manfaat maksimal dengan kelebihan

minimal, jika orang tidak dapat melakukan hal-hal yang bermanfaat

setidaknya jangan merugikan orang lain.

Fakultas Kesehatan Universitas Muhammadiyah Pringsewu


DAFTAR PUSTAKA

Alfajar, P. A. T. R. I. (2020). Asuhan Keperawatan Jiwa pada Klien Skizofrenia


Dengan Masalah Keperawatan Isolasi Sosial Di RSJD Dr. RM Soedjarwadi
Provinsi Jawa Tengah. Stikes Muhammadiyah Klaten.
Affiroh, A. A. A. (2021). Asuhan Keperawatan Jiwa pada Pasien dengan Isolasi
Sosial Di Ruang Nakula Rs dr Arif Zaenudin Surakarta. Uniersitas Kusuma
Husada Surakarta.
Undang - undang No. 18 tahun 2014 pasal 1. Dikutip tahun 2021.
Riskesdas, (2018). Laporan Hasil Riset Kesehatan Dasar tahun 2018. badan
penelitian dan pengembangan Kesehatan Kementrian Kesehatan RI.
Dermawan, Deden, S.K., Ns., & Rusdi, S.K., Ns. ( 2013). Keperawatan
Jiwa ;Konsep dan Kerangka Kerja Asuhan Keperawatan Jiwa. Yogyakarta,
penerbit Gosyen Publisshing.
Sovitriana, R., P. M. S. P. (n.d.). Dinamika Psikologis Kasus Penderita
Skizofrenia. Uwais Inspirasi Indonesia. https://books.google.co.id/books?
id=sYKGDwAAQBAJ
Sari, E. P. (2021). Asuhan Keperawatan Jiwa Pada Pasien Isolasi Sosial.
universitas kusuma husada surakarta.
Hartanto, D. (2014). Gambaran sikap dan dukungan keluarga terhadap penderita
gangguan jiwa di Kecamatan Kartasura. Universitas Muhammadiyah
Surakarta.
Istimewa, D. (2020). Aplikasi Asuhan Keperawatan Jiwa Pada Tn . A Dengan
Masalah Isolasi Sosial Di Yayasan Pemenang Jiwa Sumatera Andika
Rahmat Harefa.
Kusumo K.L.S, Damayanti R, Ardinata (2015) Buku Ajar Keperawan Jiwa,
Bandar lampung, LP2M Institusi Agama Islam Negeri Raden Intan
Lampung.
Levia, D. E. A. S., & Maryatun, S. (2020). Pengaruh Terapi Psikoreligius Untuk
Mengontrol Halusinasi Pada Pasien Halusinasi Pendengaran. Sriwijaya
University.
Wuryaningsih, E. W., M. K. S. K. J., Dr. Heni Dwi Windarwati, M. K. N. S. K. J.,
Ns. Erti Ikhtiarini Dewi, M. K. S. K. J., Ns. Fitrio Deviantony, M. K., Ns.
Enggal hadi, M. K., D, N. W., Fahriza, R., Rokhim, F., & Dr. M. Fathul
Mubin, S. K. N. M. K. S. K. J. (2020). Buku Ajar Keperawatan Kesehatan
Jiwa 1. UPT Percetakan & Penerbitan, Universitas Jember.
https://books.google.co.id/books?id=PFnYDwAAQBAJ

Fakultas Kesehatan Universitas Muhammadiyah Pringsewu


Ns. Sutejo, M.K., S.K.J,. (2021) Keperawatan Jiwa. Yogyakarta, Penerbit PT.
Pustaka Baru.
Nursalam, A. (2015) :Metodologi Penelitian Ilmu Keperawatan. Jakarta :
Selemba Medika
Paula, V., Trisnadewi, N. W., Oktaviani, N. P. W., Hadiansyah, T., Mukhoirotin,
M., Widodo, D., Florensa, M. V. A., Nasution, R. A., Marliana, T., &
Watrianthos, R. (2021). Keperawatan Jiwa Lanjutan. Yayasan Kita Menulis.
https://books.google.co.id/books?id=de0sEAAAQBAJ
PPNI. (2017) Standar Diagnosa Keperawatan Indonesia (SDKI). Jakarta.
Simanjuntak, J. (2013). Konseling Gangguan Jiwa & Okultisme. Gramedia
Pustaka Utama. https://books.google.co.id/books?id=EVdjDwAAQBAJ
Siyoto, S., & Sodik, M. A. (2015) .Dasar metodologi penelitian. 98. Yogyakarta :
Literasi Media Publishing
Stuart, D. W. (2016).Buku saku keperawatan jiwa. Edisi 4. Jakarta: EGC
Sutejo.(2019). Buku ajaran Keperawatan Jiwa.Yogyakarta : Pustaka Belajar
Riskiyani, W. R. R. (2021). Asuhan Keperawatan Pada Gangguan Jiwa Dengan
Pasien Isolasi Sosial. Universitas Kusuma Husada Surakarta.

Fakultas Kesehatan Universitas Muhammadiyah Pringsewu

Anda mungkin juga menyukai