Anda di halaman 1dari 42

APLIKASI TERAPI WARM COMPRESS UNTUK

MENGURANGI INTENSITAS NYERI PADA PASIEN


DENGAN LOW BACK PAIN

KARYA TULIS ILMIAH


Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Persyaratan Mencapai
Gelar Ahli Madya Keperawatan Pada Prodi D3 Keperawatan

Disusun Oleh :
Herlambang Setiaji
17.0601.0017

PROGRAM STUDI D3 KEPERAWATAN


FAKULTAS ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MAGELANG
2020

HALAMAN JUDUL
HALAMAN PERSETUJUAN

ii Universitas Muhammadiyah Magelang


HALAMAN PENGESAHAN

iii Universitas Muhammadiyah Magelang


KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan kehadiran Allah SWT yang telah melimpahkan
rahmat, taufik, dan hidayah-Nya kepada kita semua, sehingga penulis dapat
menyelesaikan Karya Tulis Ilmiah tentang “Aplikasi Terapi Warm Compress
Untuk Mengurangi Intensitas Nyeri Pada Pasien Dengan Low Back Pain” pada waktu
yang telah ditentukan. Tujuan penyusunan Karya Tulis Ilmiah ini untuk memenuhi salah
satu Persyaratan mencapai Gelar Ahli Madya Keperawatan pada program Studi D3
Keperawatan.
Berkat bantuan beberapa pihak, baik secara langsung maupun tidak langsung,
maka Karya Tulis Ilmiah ini dapat terselesaikan. Oleh karena itu, penulis
mengucapkan terimakasih kepada :
1. Puguh Widiyanto, S.Kp, M.Kep., selaku Dekan Fakultas Ilmu Kesehatan
Universitas Muhammadiyah Magelang, sekaligus selaku pembimbing satu
dalam penyusunan Karya Tulis Ilmiah yang senantiasa memberikan bimbingan
dan pengarahan yang sangat berguna bagi penyusunan Karya Tulis Ilmiah.
2. Ns. Retna Tri Astusti, M. Kep., selaku Wakil Dekan Fakultas Ilmu Kesehatan
Universitas Muhammadiyah Magelang.
3. Ns. Reni Mareta, M.Kep., selaku Ketua Program Studi D3 Keperawatan
Fakultas Ilmu Kesehatan Universitas Muhammadiyah Magelang.
4. Ns. Estrin Handayani, MAN., selaku pembimbing dua dalam penyusunan
Proposal Karya Tulis Ilmiah ini yang senantiasa memberikan bimbingan dan
pengarahan yang sangat berguna bagi penyusunan Karya Tulis Ilmiah.
5. Semua Dosen Fakultas Ilmu Kesehatan Program Studi Keperawatan
Universitas Muhammadiyah Magelang yang telah memberikan bekal ilmu
kepada penulis.
6. Karyawan Fakultas Ilmu Kesehatan Universitas Muhammadiyah Magelang
yang telah membantu memperlancar proses penyelesaian Karya Tulis Ilmiah
ini.

iv Universitas Muhammadiyah Magelang


DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ........................................................................................................... i


HALAMAN PERSETUJUAN............................................................................................ ii
HALAMAN PENGESAHAN............................................................................................ iii
KATA PENGANTAR ....................................................................................................... iv
DAFTAR ISI....................................................................................................................... v
DAFTAR GAMBAR ......................................................................................................... vi
BAB 1 PENDAHULUAN .................................................................................................. 1
1.1 Latar Belakang .................................................................................................... 1
1.2 Rumusan Masalah ............................................................................................... 4
1.3 Tujuan Karya Tulis Ilmiah .................................................................................. 4
1.4 Manfaat Karya Tulis Ilmiah ................................................................................ 5
BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA ......................................................................................... 6
2.1 Konsep Low Back Pain ....................................................................................... 6
2.2 Konsep Inovasi Warm Compress ...................................................................... 18
2.3 Pengukuran Intensitas Nyeri dengan Numerical Rating Scale.......................... 19
2.4 Konsep Asuhan Keperawatan ........................................................................... 20
2.5 Pathways ........................................................................................................... 24
BAB 3 METODE STUDI KASUS ................................................................................... 25
3.1 Desain Studi Kasus ........................................................................................... 25
3.2 Subyek Studi Kasus .......................................................................................... 25
3.3 Fokus Studi ....................................................................................................... 26
3.4 Definisi Operasional Fokus Studi ..................................................................... 26
3.5 Intrumen Studi Kasus ........................................................................................ 27
3.6 Metode Pengumpulan Data ............................................................................... 27
3.7 Lokasi dan Waktu Studi Kasus ......................................................................... 28
3.8 Analisa Data dan Penyajian Data ...................................................................... 28
3.9 Etika Studi Kasus .............................................................................................. 28
BAB 5 KESIMPULAN DAN SARAN ............................................................................ 53
5.1 Kesimpulan ....................................................................................................... 53
5.2 Saran ................................................................................................................. 55
DAFTAR PUSTAKA ....................................................................................................... 56

v Universitas Muhammadiyah Magelang


DAFTAR GAMBAR

Gambar 2.1 Kolumna Vertebra ....................................................................... 8


Gambar 2.2 Vertebra Lumbal ......................................................................... 10
Gambar 2.3 Numeric Rating Scale .................................................................. 20

vi Universitas Muhammadiyah Magelang


BAB 1
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Manusia memiliki segudang kebutuhan yang harus terpenuhi. Salah satu
kebutuhan dasar manusia yakni melakukan aktivitas atau kegiatan. Melalui
aktivitas, manusia berusaha untuk mendapatkan kebutuhan lain yang manusia
inginkan. Tak dapat dipungkiri pula aktivitas juga menyebabkan gerak pada tubuh
kita. Hampir seluruh organ saling berhubungan dan saling mempengaruhi dalam
hal beraktivitas. Tak terkecuali otot dan tulang atau yang kita kenal dalam istilah
ilmiah dengan sebutan musculoskeletal. Tanpa organ ini manusia bagai pohon
tanpa akar yang mana tidak akan dapat memenuhi kebutuhan dasar hidupnya bila
mana organ ini mengalami gangguan atau masalah.

Masalah dalam fungsi musculoskeletal tanpa disadari dapat disebabkan oleh ulah
manusia itu sendiri yang tidak memperhatikan pentingnya menjaga kesehatan
pada organ ini. Bekerja terlalu keras dan sikap atau posisi tubuh yang salah tanpa
disadari akan menimbulkan ketidaknyamanan saat bekerja dan jika kebiasaan ini
terus dibiarkan maka akan mengakibatkan chronic injuries pada otot, tendon,
ligament, saraf dan pembuluh darah. Cedera jenis ini lebih dikenal dengan istilah
musculoskeletal disorders (MSDs) (Sulaeman & Kunaefi, 2015).

MSDs terjadi karena penumpukan cidera atau kerusakan kecil pada sistem
musculoskeletal akibat trauma berulang yang tidak sembuh secara sempurna.
Jenis MSDs yang terkait dengan punggung disebut dengan low back pain (LBP).
Low Back Pain (LBP) merupakan salah satu masalah kesehatan yang berupa nyeri
akut maupun kronik yang dirasakan di daerah punggung bawah dan biasanya
merupakan nyeri lokal maupun nyeri radikular atau keduanya di daerah
lumbosacral yang dapat disebabkan oleh inflamasi, degeneratif, kelainan
ginekologi, trauma dan gangguan metabolik. Gangguan ini paling banyak
ditemukan di tempat kerja, terutama pada mereka yang beraktivitas dengan posisi
tubuh yang salah (Sulaeman & Kunaefi, 2015).

1
Universitas Muhammadiyah Magelang
2

Dari hasil survey yang pernah dilakukan di Amerika Serikat oleh NHIS
Occupational Health Supplement (NHIS-OHS) pada tahun 2015 didapatkan
prevalensi yang menunjukkan tingginya jumlah pekerja yang mengalami MSDs
khususnya low back pain yakni beberapa di antaranya sebanyak 6.700.000 orang
yang berprofesi dibidang konstruksi, 1.072.000 orang yang berprofesi di sektor
pertanian, dan sebanyak 17.343.000 orang yang beprofesi dibidang administrasi
dan perkantoran. Data tersebut menunjukkan bahwa penderita low back pain
sebagian besar berasal dari kalangan pekerja.

Berdasarkan penelitian yang dilakukan terhadap 9.482 pekerja di 12 kabupaten


atau kota di Indonesia, umumnya berupa penyakit Musculoskeletal Disorder
MSDs (16%), kardiovaskuler (8%), gangguan saraf (3%) dan gangguan Telinga
Hidung Tenggorokan (THT) (1,5%). MSDs juga di temukan pada pengrajin batik
tulis di Tamansari Yogyakarta yaitu pekerja mengeluh pada bagian punggung
sebanyak 12 orang (60%), leher sebanyak 16 orang (80%), dan pinggang 17 orang
(85%) (Djuniarto, 2014 dalam Veronica et al., 2016). Dari prevalensi data tersebut
menunjukkan bahwa resiko terjadinya MSDs lebih banyak dibandingkan
gangguan yang terjadi pada anatomi tubuh yang lain.

Perlu kita akui bahwa negara kita ini dipadati oleh penduduk dengan beragam
profesi yang mana mungkin memiliki tingkat resiko tinggi terjadinya MSDs
khususnya LBP. Petani yang mana merupakan salah satu profesi terbesar yang
mendiami negara agraris ini tak lepas pula dari kemungkinan terjadinya LBP.
Jumlah penduduk Indonesia yang mana semakin meningkat setiap tahun juga
menuntut profesi ini untuk meningkatkan kualitas dan kuantitas produksinya. Data
yang diperoleh dari Badan Survei Angkatan Kerja Nasional mengatakan bahwa
petani nasional pada tahun 2009 mencapai 39.113.954 orang, yang bekerja
berdasarkan kurun waktu 35 jam per minggu sebesar 48,25%, sedangkan pada
tahun 2010 mencapai 40.491.275 orang. Yang bekerja berdasarkan kurun waktu
35 jam per minggu sebesar 49,25% (Nugroho,dkk,2013 dalam Kusuma Dewi et
al., 2017).

Universitas Muhammadiyah Magelang


3

LBP dapat diderita oleh semua kalangan dari yang muda hingga yang telah
menginjak lanjut usia dengan berbagai faktor penyebab misalnya pekerjaan atau
aktifitas yang dilakukan dengan tidak benar, seperti aktifitas mengangkat barang
yang berat, pekerjaan yang menuntut pekerjanya untuk duduk dalam waktu yang
lama maupun dikarenakan penurunan kemampuan otot yang tidak lagi dapat
menahan tekanan dari pekerjaan atau aktivitas yang berat (Nurlis et al., 2012).
Nyeri punggung (low back pain) tidak hanya akan menyebabkan nyeri dan
ketidaknyamanan yang berkepanjangan bahkan sampai dapat mengakibatkan
cacat seumur hidup seperti kifosis apabila tidak ditangani dengan tepat (Mujianto,
2013 dalam Halawa et al., 2017). Dalam dunia keperawatan dikenal tindakan
farmakologi dan nonfarmakologi sebagai tindakan penanganan masalah yang
dialami pasien.

Pengendalian nyeri punggung secara farmakologi memang lebih efektif


dibandingkan dengan metode nonfarmakologis, namun demikian farmakologi
lebih mahal dan berpotensi mempunyai efek samping. Sementara itu metode non
farmakologi dapat dilakukan melalui kegiatan tanpa obat yang pastinya lebih
murah, simple, efektif dan tanpa efek yang merugikan (Richard, 2017).

Terdapat banyak tindakan terapi nonfarmakologi yang dapat dilakukan untuk


kasus low back pain. Beberapa di antaranya yakni dengan teknik distraksi,
hipnosis diri, mengurangi persepsi nyeri, dan stimulasi masase, mandi air hangat,
kompres panas atau dingin (Saudia & Sari, 2018). Salah satu terapi
nonfarmakologi yang aman dan efektif untuk diterapkan dalam penanganan low
back pain yaitu kompres hangat (warm compress) (Brunner & Suddarth,2013).

Sejalan dengan hasil penelitian yang dilakukan oleh Mahmud Ady Yuwanto dan
Kustin (2014) dalam jurnalnya yaitu “Perbedaan Tingkat Nyeri Low Back Pain
Sebelum Dan Setelah Di Lakukan Kompres Hangat Pada Pekerja Perkebunan Di
Afdeling Gunung Pasang Perusahaan Daerah Perkebunan Kabupaten
Bondowoso” yang mana menunjukkan keefektifan pemberian kompres hangat
pada pasien low back pain. Maka dalam karya tulis ini penulis hendak
menerapkan terapi warm compress atau kompres hangat pada pasien dengan

Universitas Muhammadiyah Magelang


4

masalah yang sama. Penerapan terapi ini sebagai bentuk intervensi terhadap
pasien low back pain untuk membantu pasien mengurangi nyeri yang
dikeluhkannya.

1.2 Rumusan Masalah


Berdasarkan latar belakang yang telah dipaparkan di atas penulis hendak
merumuskan masalah tentang bagaimana mengaplikasikan terapi warm compress
serta pengaruhnya dalam mengurangi intensitas nyeri pada pasien dengan low
back pain?

1.3 Tujuan Karya Tulis Ilmiah


1.3.1 Tujuan Umum
Tujuan dari penyusunan karya tulis ilmiah ini yakni agar penulis dan mahasiswa
keperawatan pada khususnya dan masyarakat pada umumnya dapat
mengaplikasikan terapi sederhana warm compress guna mengurangi intensitas
nyeri pada pasien dengan low back pain.
1.3.2 Tujuan Khusus
1.3.2.1 Mampu mengidentifikasi pengkajian pada pasien dengan low back
pain menggunakan 13 domain NANDA.
1.3.2.2 Mampu merumuskan diagnosa keperawatan pada pasien low back pain.
1.3.2.3 Mampu merumuskan intervensi keperawatan dengan mengaplikasikan
terapi warm compress pada pasien dengan low back pain.
1.3.2.4 Mampu melakukan implementasi keperawatan dengan
mengaplikasikan terapi warm compress pada pasien dengan low back
pain.
1.3.2.5 Mampu melakukan evaluasi keperawatan setelah mengaplikasikan
terapi warm compress pada pasien dengan low back pain.
1.3.2.6 Melakukan dokumentasi tindakan keperawatan dalam
mengaplikasikan terapi warm compress pada pasien dengan low back
pain.

Universitas Muhammadiyah Magelang


5

1.4 Manfaat Karya Tulis Ilmiah


Karya tulis ilmiah ini diharapkan dapat memberikan manfaat bagi:
1.4.1 Pelayanan Kesehatan
Warm compress sebagai salah satu metode terapi yang mudah dan sederhana yang
dapat diterapkan dalam memberikan pelayanan kesehatan kepada masyarakat.
1.4.2 Institusi Pendidikan
Terapi warm compress yang telah melalui penelitian serta pengaplikasian
terhadap pasien dengan low back pain dapat menjadi salah satu skill atau
keterampilan asuhan keperawatan yang dapat diterapkan dalam institusi
pendidikan.
1.4.3 Masyarakat
Hasil studi kasus yang tertuang dalam karya tulis ini dapat menambah
pengetahuan serta menjadi salah satu tindakan terapi sederhana yang dapat
dilakukan masyarakat umum guna mengurangi rasa nyeri pada penderita low back
pain.
1.4.4 Penulis
Penulis dapat menambah pengetahuan dan keterampilannya serta mampu
menerapkan tindakan asuhan keperawatan dalam masyarakat. Selanjutnya
diharapkan dapat mengembangkan inovasi dalam tindakan pengurang rasa nyeri.

Universitas Muhammadiyah Magelang


BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Konsep Low Back Pain


2.1.1 Definisi Low Back Pain
LBP atau nyeri punggung belakang adalah suatu sindroma nyeri yang terjadi pada
regio punggung bagian bawah yang merupakan akibat dari berbagai sebab
(kelainan tulang punggung/spine sejak lahir, trauma, perubahan jaringan,
pengaruh gaya berat) (Vira, 2009 dalam Kusuma Dewi et al., 2017).

Low Back Pain (LBP) merupakan salah satu masalah kesehatan yang berupa nyeri
akut maupun kronik yang dirasakan di daerah punggung bawah dan biasanya
merupakan nyeri lokal maupun nyeri radikular atau keduanya di daerah
lumbosacral yang dapat disebabkan oleh inflamasi, degeneratif, kelainan
ginekologi, trauma dan gangguan metabolik (Mahadewa dan Maliawan, 2009
dalam Sulaeman & Kunaefi, 2015).

Kirthika (2017) menyatakan bahwa menurut Len karats nyeri punggung bawah
adalah nyeri di daerah punggung bawah yang terkait dengan masalah dengan
tulang belakang lumbar, cakram antara tulang belakang, ligamen di sekitar tulang
belakang, sumsum tulang belakang, akar saraf, otot-otot punggung bawah, organ
dalam panggul dan perut atau kulit yang menutupi area lumbar. Nyeri ini terasa
diantara sudut iga terbawah dan lipat bokong bawah yaitu di daerah lumbal atau
lumbal-sakral dan sering disertai dengan penjalaran nyeri ke arah tungkai dan kaki
(Nurlis et al., 2012).

Nyeri ini berhubungan dengan stress/strain otot-otot punggung, tendon dan


ligamen yang biasanya ada bila melakukan aktivitas sehari-hari berlebihan, duduk
atau berdiri yang terlalu lama juga mengangkat benda berat. Nyeri tidak disertai
hipestesi, parestesi, kelemahan atau defisit neurologi (Pasha, 2015).
2.1.2 Klasifikasi
Menurut Rahmadhani & Wahyudati (2015) berdasarkan etiologinya, LBP
mekanik dibagi menjadi 2 kategori, yaitu :

6
Universitas Muhammadiyah Magelang
7

2.1.2.1 Mekanik Statik


LBP mekanik statik terjadi apabila postur tubuh dalam keadaan posisi statis
(duduk atau berdiri) sehingga menyebabkan peningkatan pada sudut lumbosakral
(sudut antara segmen vertebra L5 dan S1 yang sudut normalnya 30° - 40°) dan
menyebabkan pergeseran titik pusat berat badan. Peningkatan sudut lumbosakral
dan pergeseran titik pusat berat badan tersebut akan menyebabkan peregangan
pada ligamen dan kontraksi otot-otot yang berusaha untuk mempertahankan
postur tubuh yang normal sehingga dapat terjadi strain atau sprain pada ligamen
dan otot-otot di daerah punggung bawah yang menimbulkan nyeri.
2.1.2.2 Mekanik Dinamik
LBP mekanik dinamik dapat terjadi akibat beban mekanik abnormal pada struktur
jaringan (ligamen dan otot) di daerah punggung bawah saat melakukan gerakan.
Beban mekanik tersebut melebihi kapasitas fisiologik dan toleransi otot atau
ligamen di daerah punggung bawah. Gerakan-gerakan yang tidak mengikuti
mekanisme normal dapat menimbulkan LBP mekanik, seperti gerakan kombinasi
(terutama fleksi dan rotasi) dan repetitif, terutama disertai dengan beban yang
berat.

Berdasarkan perjalanan klinisnya, LBP dibagi menjadi 2 kategori, yaitu:


2.1.2.3 Low back pain akut
Keluhan pada fase akut awal terjadi <2minggu dan pada fase akut akhir terjadi
antara 2-6 minggu, rasa nyeri yang menyerang secara tiba-tiba namun dapat
hilang sesaat kemudian.
2.1.2.4 Low back pain sub akut
Keluhan pada fase akut berlangsung antara 6-12 minggu
2.1.2.5 Low back pain kronik
Keluhan pada fase kronik terjadi >12minggu atau rasa nyeri yang berulang. Gejala
yang muncul cukup signifikan untuk mempengaruhi kualitas hidup penderitanya
dan sembuh pada waktu yang lama (Goertz et al., 2012).
2.1.3 Anatomi Fisiologi
2.1.3.1 Anatomi verterbrae
Tulang belakang manusia adalah pilar atau tiang yang berfungsi sebagai

Universitas Muhammadiyah Magelang


8

penyangga tubuh. Tulang belakang terdiri dari 33 ruas tulang belakang tersusun
secara segmental. Terdiri dari: 7 ruas tulang servikal, 12 ruas tulang torakal, 5
ruas tulang lumbal, 5 ruas tulang sakral yang menyatu, dan 4 ruas tulang ekor.

Gambar 2.1 Kolumna Vertebra (Encyclopedia Britannica, Inc, 2013)

Setiap ruas tulang belakang terdiri dari korpus di depan, dan arkus neuralis di
belakang yang padanya terdapat sepasang pedikel di kanan dan kiri. Sepasang
lamina, dua sendi, satu processus spinosus, serta dua processus transversus.
Setiap ruas tulang belakang dihubungkan dengan jaringan tulang rawan yang
disebut dengan diskus intervertebralis.

Diskus intervertebralis berfungsi sebagai absorber, membatasi, dan menstabilkan


pergerakan badan vertebra. Setiap diskus terdiri dari lapisan- lapisan kartilago
yang konsentrik yang menutupi kavitas sentral yang mengandung solusi protein
mineral. Diskus intervertebralis memiliki sifat viscoelastik, yaitu bila ada
pembebanan, diskus akan berubah bentuk dan bila pembenanan dihilangkan,

Universitas Muhammadiyah Magelang


9

diskus akan kembali ke posisi semula. Bila terjadi traksi, cairan masuk ke dalam
diskus dan ruang diskus maka ruang diskus akan melebar.

Menginjak usia 30 tahun, diskus intervertebralis mengalami degenerasi yang


menimbulkan robekan dan jaringan parut, cairan berkurang, ruang diskus
mendangkal secara permanen dan segmen spinal kehilangan stabilitasnya. Hal ini
menyebabkan berkurangnya cairan nukleus yang menurunkan kemampuan
menahan tekanan bila terjadi pergerakan kompresif, tidak mengherankan bila LBP
biasanya terjadi pada usia produktif.

Tekanan terbesar di tulang belakang terutama di area lumbal atau punggung


bawah, yang harus menahan beban 40- 50% berat badan dan harus menanggung
posisi janggal serta pergerakan tubuh. Saat berdiri tegak, 80% berat badan
ditanggung oleh diskus intervertebralis dan 20% ditanggung faset gabungan. Hal
tersebut dapat menunjukkan bahwa diskus intervertebralis dibentuk untuk
menahan tekanan.

Tulang belakang di area lumbal merupakan tempat sering terjadinya LBP.


Vertebra lumbal merupakan ruas tulang pinggang yang terbesar. Badannya sangat
besar dibandingkan dengan badan vertebra lainnya dan berbentuk seperti ginjal.
Prosessus spinosusnya lebar dan berbentuk seperti kapak kecil. Prosessus
transversusnya panjang dan kecil. Pada ruas ke lima, vertebra lumbalis
membentuk sendi dengan tulang sakrum pada sendi lumbosakral.

Universitas Muhammadiyah Magelang


10

Gambar 2.2 Vertebra Lumbal (Netter, 2006)

Susunan tulang belakang tersebut memiliki struktur tulang dan otot yang berbeda
satu dengan yang lain. Perbedaan tersebut memberikan berbagai macam gerakan
yang dihasilkan oleh tulang belakang ( Susihono, W dan Prasetyo W, 2010).

2.1.4 Etiologi
Sebagian besar nyeri punggung bawah disebabkan oleh salah satu dari banyak
masalah musculoskeletal, termasuk ketegangan lumbosacral akut, ligament
lumbosacral yang tidak stabil dan otot yang lemah, osteoarthritis tulang belakang,
stenosis spinal, masalah diskus intervertebral, dan Panjang tungkai yang tidak
sama.

Universitas Muhammadiyah Magelang


11

Obesitas, masalah postur, masalah struktur, stress, peregangan berlebihan pada


penopang spinal, dan terkadang depresi dapat menyebabkan nyeri punggung
(Brunner & Suddarth, 2013).

Menurut Vira (2009) LBP atau nyeri punggung belakang terjadi pada regio
punggung bagian bawah yang merupakan akibat dari berbagai sebab (kelainan
tulang punggung atau spine sejak lahir, trauma, perubahan jaringan, pengaruh
gaya berat). Nyeri tersebut dapat disebabkan oleh postur yang buruk baik ketika
berdiri maupun duduk, membungkuk/memutar, mengangkat beban dengan salah,
beraktivitas dengan posisi tubuh yang salah, dan lain-lain.(Sulaeman & Kunaefi,
2015)

Selain itu, menurut Yulia dan Tresna (2015) dalam jurnalnya berjudul “Low Back
Pain (LBP) Pada Pekerja Di Divisi Minuman Tradisional (Studi Kasus CV.
Cihanjuang Inti Teknik)” juga dipaparkan mengenai faktor resiko lain yang dapat
mempengaruhi timbulnya LBP yakni antara lain :
2.1.4.1 Jenis kelamin
Pria terbiasa dengan beban kerja lebih berat dibandingkan dengan pekerja wanita
sehingga pekerja pria lebih berisiko terkena LBP.
2.1.4.2 Umur
Pekerja yang berumur ≥ 35 tahun memiliki peluang risiko untuk mengalami LBP
sebesar 4,318 kali dibandingkan pekerja yang berumur < 35 tahun.
2.1.4.3 Indeks masa tubuh (IMT)
Orang bertubuh kurus lebih berisiko mengalami LBP dibandingkan pekerja
bertubuh normal dan gemuk.
2.1.4.4 Postur tubuh saat beraktivitas
Hal ini dapat disebabkan karena postur kerja yang salah misalnya posisi duduk
yang salah dalam jangka waktu lama. Posisi duduk yang salah dan lama dapat
meningkatkan terjadinya LBP.
2.1.4.5 Masa kerja/aktivitas
Masa kerja memiliki hubungan yang kuat dengan keluhan otot sehingga dapat
meningkatkan risiko terjadinya LBP. Hal tersebut disebabkan karena dengan masa

Universitas Muhammadiyah Magelang


12

kerja yang lama berpengaruh terhadap pembebanan pada otot dan tulang. Masa
kerja merupakan akumulasi aktivitas kerja seseorang yang dilakukan dalam
jangka waktu yang panjang dan terus menerus sehingga dapat mengakibatkan
penurunan kinerja terutama pada otot. Semakin lama kerja seseorang dapat
menyebabkan terjadinya kejenuhan pada otot maupun tulang (Koesyanto, 2013).
Risiko mengalami LBP akan meningkat seiring dengan lamanya bekerja terutama
bekerja dalam posisi duduk statis.
2.1.4.6 Pengalaman kerja
Pengalaman kerja berkaitan dengan lama kerja seseorang dalam melakukan
aktivitas kerja. Semakin lama kerja seseorang dapat menimbulkan kejenuhan pada
otot maupun tulang (Koesyanto, 2013).
2.1.4.7 Kegiatan yang memiliki resiko cidera pada punggung
Postur kerja yang buruk seperti membungkuk, memutar atau menyamping,
mengangkat beban dengan salah, posisi duduk statis yang dilakukan pekerja.
Selain itu lama kerja pun mendukung timbulnya LBP karena apabila postur
janggal seperti yang telah disebutkan di atas berlangsung secara terus-menerus
maka akan terjadi pembebanan pada bagian lumbal.
2.1.4.8 Kebiasaan olahraga
Olahraga dapat memperkecil risiko terjadinya LBP. Kebiasaan olahraga dapat
meningkatkan kekuatan, keseimbangan dan fleksibelitas otot. Kekuatan otot akan
mengalami penurunan seiring dengan bertambahnya umur ditandai dengan
penurunan jumlah serabut otot. Kebiasaan olahraga secara rutin dapat menjaga
ukuran (jumlah serabut) otot dan juga merupakan salah satu pencegahan
terjadinya LBP (Minematsu, A., 2012).

2.1.5 Patofisiologi
Tubuh manusia merupakan bangunan peka nyeri mengandung reseptor nosiseptif
(nyeri) yang terangsang oleh berbagai stimulus lokal (mekanis, termal, kimiawi).
Stimulus ini akan direspon dengan pengeluaran berbagai mediator inflamasi yang
akan menimbulkan persepsi nyeri. Mekanisme nyeri merupakan proteksi yang
bertujuan untuk mencegah pergerakan sehingga proses penyembuhan

Universitas Muhammadiyah Magelang


13

dimungkinkan. Salah satu bentuk proteksi adalah spasme otot, yang selanjutnya
dapat menimbulkan iskemia.

Nyeri yang timbul dapat berupa nyeri inflamasi pada jaringan dengan terlibatnya
berbagai mediator inflamasi; atau nyeri neuropatik yang diakibatkan lesi primer
pada sistem saraf.

Iritasi neuropatik pada serabut saraf dapat menyebabkan 2 kemungkinan. Pertama,


penekanan hanya terjadi pada selaput pembungkus saraf yang kaya nosiseptor dari
nervi nevorum yang menimbulkan nyeri inflamasi. Nyeri dirasakan sepanjang
serabut saraf dan bertambah dengan peregangan serabut saraf misalnya karena
pergerakan. Kemungkinan kedua, penekanan mengenai serabut saraf. Pada
kondisi ini terjadi perubahan biomolekuler di mana terjadi akumulasi saluran ion
Na dan ion lainnya. Penumpukan ini menyebabkan timbulnya mechano-hot spot
yang sangat peka terhadap rangsang mekanikal dan termal.

Rangsangan nyeri dapat berupa rangsangan mekanik, termik atau suhu, kimiawi
dan campuran, diterima oleh reseptor yang terdiri dari akhiran saraf bebas yang
mempunyai spesifikasi. Di sini terjadi potensial aksi dan impuls ini diteruskan ke
pusat nyeri. Serabut saraf yang berasal dari reseptor ke ganglion masuk ke kornu
posterior dan berganti neuron. Di sini ada dua kelompok neuron, yaitu: (a) yang
berganti neuron di lamina I yang kemudian menyilang linea mediana membentuk
jaras anterolateral yang langsung ke talamus, sistem ini disebut sistem
neospinotalamik yang menghantarkan rangsangan nyeri secara cepat. Kelompok
(b) bersinapsis di lamina V kemudian menyilang linea mediana membentuk jaras
anterolateral dan bersinapsis di substantia retikularis batang otak dan di talamus.
Sistem ini disebut sistem paleospinotalamik yang mengantarkan perasaan nyeri
yang kronik dan yang kurang terlokalisasi.

Percobaan-percobaan dekade terakhir menunjukkan adanya sistem nyeri yang


desenden, yang menghambat nyeri. Daerah periakuaduktus dan nucleus rafe
magnus merupakan bagian penting sistem ini. Rangsangan di tempat ini akan
menghambat nyeri (Harsono, 2009 dalam Huldani, 2012).

Universitas Muhammadiyah Magelang


14

2.1.6 Manifestasi Klinis


Tanda dan gejala LBP adalah ditemukannya nyeri otot yang dikenal sebagai nyeri
miogenik, yaitu nyeri yang tidak wajar yang tidak sesuai dengan distribusi saraf
serta dermatom dengan reaksi yang sering berlebihan. Nyeri tersebut ditandai
dengan adanya nyeri tekan pada daerah yang bersangkutan (triger point),
kehilangan ruang gerak kelompok otot yang bersangkutan (loss ofrange motion),
spasme otot punggung bawah. Adanya spasme otot daerah lumbosakral,
ketidakseimbangan otot stabilisator dan fiksator trunk, mobilitas lumbosakral
terbatas, sehingga mengalami penurunan aktivitas fungsional. Keluhan akan
hilang apabila kelompok otot lumbosakral diregangkan (Pramita, 2014 dalam
Veronica et al., 2016).

Menurut Brunner & Suddarth (2013), LBP ditandai dengan gejala sebagai berikut:
2.1.6.1 Nyeri punggung akut atau kronis (berlangsung lebih dari 3 bulan tanpa
perbaikan) dan keletihan.
2.1.6.2 Nyeri tungkai yang menjalar ke bawah (radikulopati, skiatika) gejala ini
menunjukkan adanya gangguan pada radiks saraf.
2.1.6.3 Gaya berjalan, mobilitas tulang belakang, refleks, panjang tungkai,
kekuatan motorik tungkai, dan persepsi sensori dapat pula terganggu.
2.1.6.4 Spasme otot paravertebral (peningkatan drastis tonus otot postural
punggung), hilangnya lengkung normal lumbal dan kemungkinan
deformitas.
2.1.6.5 Nyeri terjadi secara intermitten atau terputus-putus.
2.1.6.6 Membaik setelah istirahat dalam waktu yang cukup dan memburuk setelah
digunakan beraktivitas.
2.1.6.7 Tidak ditemukan tanda-tanda radang seperti panas, warna kemerahan atau
pun pembengkakan.
2.1.6.8 Terkadang nyeri menjalar ke bagian pantat atau paha.
2.1.6.9 Dapat terjadi morning stiffness atau kekakuan sendi pada pagi hari. Hal ini
dikarenakan kekakuan pada sendi setelah imobiliasasi fisik, misalnya
selepas tidur (Sentosa, 2018).

Universitas Muhammadiyah Magelang


15

2.1.6.10 Nyeri bertambah hebat bila bergerak ekstensi, fleksi, rotasi, berdiri,
berjalan maupun duduk.
2.1.6.11 Nyeri berkurang bila berbaring (Mckanzie, 2010).
2.1.7 Penatalaksanaan
Penatalaksanaan konservatif LBP biasanya diatasi dengan dua cara yaitu
farmakologis dan non farmakologis. Penatalaksanaan farmakologis dilakukan
dengan pemberian analgetik berupa obat anti inflamasi non steroid (NSAID)
sampai gejala menghilang. Namun pemakaian terapi farmakologis dalam waktu
yang panjang dan terus- menerus dapat menyebabkan efek samping yang
membahayakan terutama pada lambung dan saluran pencernaan, serta fungsi
ginjal dan hati (Mahadewa & Maliawan, 2009 dalam Kusuma Dewi et al., 2017)

Menurut Huldani (2012) terapi non farmakologis yang dapat dilakukan pada
pasien dengan low back pain antara lain :
2.1.7.1 Aktivitas: lakukan aktivitas normal atau melanjutkan kerja seperti
biasanya.
2.1.7.2 Tirah baring: tidak dianjurkan sebagai terapi, tetapi pada beberapa kasus
dapat dilakukan tirah baring 2-3 hari pertama untuk mengurangi nyeri.
2.1.7.3 Olahraga : harus dievaluasi lebih lanjut jika pasien tidak kembali ke
aktivitas sehari-harinya dalam 4-6 minggu.
2.1.7.4 Manipulasi: dipertimbangkan untuk kasus-kasus yang membutuhkan obat
penghilang nyeri ekstra dan belum dapat kembali bekerja dalam 1-2
minggu.
2.1.7.5 Menghindari gerakan memuntir, menekuk, mengangkat, dan meregangkan
punggung serta aktivitas lain yang menekan punggung.

Sedangkan terapi farmakologis menurut Huldani (2012) untuk mengurangi


intensitas nyeri low back pain, antara lain :
2.1.7.6 Asetaminofen
Penggunaan asetaminofen dosis penuh (2 sampai 4 gram per hari) sebagai terapi
lini pertama didukung oleh bukti-bukti yang kuat dan beberapa pedoman terapi
(rekomendasi A). Harus diketahui bahwa pada pasien dengan riwayat

Universitas Muhammadiyah Magelang


16

alkoholisme, sedang puasa, memiliki penyakit liver, mengonsumsi obat tertentu


(terutama antikonvulsan), atau orang tua yang lemah, toksisitas hati dapat terjadi
pada dosis yang direkomendasikan. Selanjutnya, toksisitas asetaminofen
meningkat secara substansial jika dikonsumsi bersamaan dengan dengan inhibitor
siklooksigenase-2 spesifik (COX-2) atau obat-obat anti-inflamasi (NSAID).
Asetaminofen termasuk golongan analgesik nonresep (tanpa resep) atau dijual
bebas contohnya Tylenol (Brunner & Suddarth, 2013).
2.1.7.7 NSAID
Ada bukti kuat keberhasilan penggunaan NSAID pada nyeri akut dan bukti
moderat pada nyeri kronis (rekomendasi A). NSAID direkomendasikan oleh
sebagian besar pedoman pengobatan. Semua NSAID tampaknya memiliki khasiat
yang sama. Mempertimbangkan manfaat dibandingkan efek samping, American
Geriatrics Society merekomendasikan COX-2 inhibitor sebagai terapi lini pertama
dibandingkan NSAID non spesifik. Salisilat non-asetil (kolin magnesium
trisalicylate, salsalat) terbukti efektif dan memiliki lebih sedikit efek samping
gastrointestinal dibandingkan NSAID non spesifik dengan biaya lebih rendah
daripada lebih agen selektif. Jika NSAID non spesifik yang dipilih, sitoproteksi
lambung harus dipertimbangkan berdasarkan profil risiko pasien. NSAID harus
dipertimbangkan ketika peradangan diyakini memainkan peran penting dalam
proses produksi nyeri. Contoh obat golongan NSAID yaitu Ibuprofen, motrin
(Brunner & Suddarth, 2013).
2.1.7.8 Relaksan Otot
Bukti yang mendukung penggunaan relaksan otot masih kurang jelas
(rekomendasi B). Sebuah tinjauan dari 14 percobaan acak terkontrol moderat
berkualitas menunjukkan bahwa cyclobenzaprine lebih efektif daripada plasebo
dalam pengelolaan nyeri leher dan punggung. Namun, efeknya minimal dengan
efek samping yang lebih besar. Efek tertinggi terjadi dalam 4 hari pertama terapi.
Kesimpulan serupa juga sama untuk obat lain yang sejenis. Baclofen dan
Tizanidine memiliki lebih sedikit potensi kecanduan daripada relaksan otot
lainnya. Relaksan otot tidak dianjurkan untuk WAD fase akut karena bukti
tentang manfaatnya masih belum jelas.

Universitas Muhammadiyah Magelang


17

2.1.7.9 Opioid
Sebuah badan literatur ekstensif melaporkan efektivitas jangka pendek opioid
dalam berbagai sindrom nyeri (rekomendasi A). Namun, tidak ada penelitian acak
berkualitas tinggi untuk menunjukkan manfaat dan keamanan opioid jangka
panjang untuk setiap indikasi pemberiannya. Kegunaan opioid pada nyeri leher
harus seimbang dengan efek samping yang ditimbulkan seperti sembelit, sedasi,
dan ketergantungan. Beberapa pihak mendukung penggunaan opioid dalam
berbagai sindrom nyeri ketika strategi lain tidak mengurangi rasa sakit secara
adekuat, dan ada bukti jelas bahwa obat ini tidak merugikan pasien dan
memberikan peningkatan yang signifikan dan berkelanjutan. Salah satu obat
peresa nyeri golongan opioid yaitu morfin (dr. Tjin, 2019).
2.1.7.10 Antidepresan ajuvan dan Antikonvulsan
Meskipun tidak ada penelitian acak berkualitas terkontrol untuk penggunaan agen
ini secara khusus pada nyeri leher, penggunaannya, terutama dalam nyeri kronis
dan neuropatik, secara didukung secara luas oleh berbagai literatur (rekomendasi
A). Juga harus dicatat bahwa dalam sindrom nyeri kronis, depresi sering terjadi
bersamaan, dan pengobatan depresi secara agresif sering memberikan bermanfaat.
2.1.7.11 Hipnotik sedatif
Tidak ada penelitian acak berkualitas terkontrol yang cukup panjang untuk
menunjukkan manfaat dan keamanan jangka panjang obat ini untuk mengobati
nyeri. Selain menghilangkan rasa sakit yang secara khusus disebabkan oleh
kejang otot, obat ini bukan penghilang rasa sakit yang efektif.
2.1.7.12 Steroid Injeksi
Steroid epidural adalah prosedur yang biasa dilakukan untuk nyeri leher radikuler
dan nyeri punggung bawah. Hasil uji coba dibagi antara hasil yang positif dan
negatif. Perbedaan hasil yang didapat merupakan akibat, setidaknya sebagian, dari
penyakit yang berbeda antar kelompok pasien dan perbedaan teknik. Uji coba
terakhir dengan pemilihan pasien yang lebih hati-hati dan teknik terstandar telah
menunjukkan hasil yang lebih positif. Oleh karena itu keputusan untuk
mempertimbangkan penggunaan steroid epidural pada setiap pasien merupakan
latihan dalam penilaian klinis. Tidak ada ada alasan yang jelas dalam penggunaan

Universitas Muhammadiyah Magelang


18

injeksi steroid epidural pada nyeri nonradicular. Penggunaan steroid untuk nyeri
radikuler harus jelas (rekomendasi B). Beberapa pihak merekomendasikan
penggunaan injeksi steroid epidural, sedangkan yang lain tidak. Percobaan
sederhana yang mempelajari manfaat klinis steroid sistemik masih belum
meyakinkan, dan uji klinis untuk membandingkan steroid oral dan epidural masih
belum ada. Injeksi steroid intraartikular belum terbukti dapat menghilangkan rasa
sakit jangka panjang yang efektif, dan penggunaan steroid tidak dianjurkan untuk
mengobati WAD kronis (Huldani, 2012).

2.2 Konsep Inovasi Warm Compress


Kompres panas juga biasa disebut dengan istilah thermotherapy yaitu pemberian
aplikasi panas pada tubuh untuk mengurangi gejala nyeri akut maupun kronis,
terapi ini juga efektif untuk mengurangi nyeri yang berhubungan dengan
ketegangan otot, sprain, dan strain (Arovah, 2010 dalam Aminudin, 2016).

Prinsip kerja kompres hangat yaitu dengan memanfaatkan panas yang terkonduksi
ke area nyeri guna menyingkirkan produk- produk inflamasi, seperti bradikinin,
histamin, dan prostaglandin yang akan menimbulkan nyeri lokal. Selain itu
kompres hangat juga menstimulasi reseptor nyeri (nociceptor) dengan cara
memblok reseptor nyeri tersebut sehingga transmisi impuls nyeri ke medulla
spinalis dan otak dapat dihambat (Haryanti & Juniarti, 2014). Panas yang terjadi
pada kulit dapat pula merangsang hipotalamus untuk menghasilkan endorphin
dalam menurukan nyeri (Nurlaila, 2017).
Selain itu, dampak fisiologis dari kompres hangat adalah pelunakan jaringan
fibrosa, membuat otot tubuh lebih rileks, menurunkan atau menghilangkan rasa
nyeri, dan memperlancar aliran darah. Sehingga mempengaruhi oksigenisasi
jaringan, dapat mencegah kekakuan otot, memvasodilatasikan dan memperlancar
aliran darah, sehingga dapat menurunkan atau menghilangkan rasa nyeri. Ketika
memberikan kompres hangat pada pasien, harus tetap diperhatikan suhu dari
kompres itu sendiri (Richard, 2017).

Lalu, prosedur pengaplikasian terapi ini dengan cara mempergunakan countainer


dari bahan karet atau WWZ (Warm Water Zak) yang disi air panas dengan suhu

Universitas Muhammadiyah Magelang


19

50°C-60°C ke kulit luar sendi yang nyeri dan akan melancarkan sirkulasi darah
dan menurunkan ketegangan otot sehingga dapat menurunkan nyeri. Pada suhu
tersebut kulit dapat mentoleransi sehingga tidak terjadi iritasi dan kemerahan pada
kulit yang dikompres. Pemberian kompres hangat ini dilakukan selama ≥15 menit
supaya pasien tetap merasa nyaman dan rileks (Sulistyarini et al., 2013).

Dalam karya tulis ini, penulis juga akan menerapkan tahapan prosedur yang
meliputi prestest dengan meminta pasien menyebutkan karakteristik dan skala
nyeri berdasarkan skala numerik. Lalu, dilanjutkan dengan pemberian kompres
hangat atau warm compress pada pasien dan diakhiri dengan tahap posttest yakni
melakukan pengukuran intensitas nyeri menggunakan skala penilaian numerik
(Haryanti & Juniarti, 2014).

2.3 Pengukuran Intensitas Nyeri dengan Numerical Rating Scale


Nyeri Intensitas nyeri adalah gambaran tentang seberapa parah nyeri dirasakan
oleh individu. Pengukuran intensitas nyeri bersifat sangat subjektif dan nyeri
dalam intensitas yang sama dirasakan berbeda oleh dua orang yang berbeda.
Pengukuran nyeri dengan pendekatan objektif yang paling mugkin adalah
menggunakan respon fisiologik tubuh terhadap nyeri itu sendiri, namun
pengukuran dengan pendekatan objektif juga tidak dapat memberikan gambaran
pasti tentang nyeri itu sendiri (Tamsuri, 2007 dalam Andarmoyo, 2013). Dalam
menerapkan tindakan terapi warm compress, penulis hendak mengaplikasikan
juga penggunaan skala numerik atau yang biasa dikenal dengan Numerical rating
scale (NRS).

Universitas Muhammadiyah Magelang


20

Gambar 2.3 Numeric Rating Scale (Pain Scale, 2017)

Skala penilaian numerik denga Numerical rating scale (NRS) lebih digunakan
sebagai pengganti alat pendeskripsi kata. Dalam hal ini, klien menilai nyeri
dengan menggunakan skala 0-10. Skala paling efektif digunakan saat mengkaji
intensitas nyeri sebelum dan setelah intervensi (Andarmoyo, 2013).

2.4 Konsep Asuhan Keperawatan


2.4.1 Pengkajian Keperawatan
Pengkajian mencakup pengumpulan data subjektif dan objektif yang diperoleh
dari sumber primer (pasien) dan sumber sekunder (keluarga) dengan mengacu
pada 13 Domain NANDA.
2.4.1.1 Health Promotion
Meliputi kesadaran pasien tentang kesehatan, keluhan utama, riwayat penyakit
dahulu, riwayat kesehatan sekarang, dan pengobatan yang pernah maupun yang
sedang dijalaninya yang berkaitan dengan low back pain.
2.4.1.2 Nutrition
Perbandingan antara status nutrisi pasien meliputi indeks massa tubuh (IMT),
intake dan output pasien sebelum dan setelah mengalami low back pain serta ada
atau tidak nya factor penyebab masalah nutrisi.
2.4.1.3 Elimination
Meliputi pola BAK dan BAB pasien serta mencari tahu adanya masalah/gangguan
pada pola eliminasi pasien.
2.4.1.4 Activity/Rest
Mengidentifikasi adanya hubungan sebab akibat antara pola istirahat dan aktivitas

Universitas Muhammadiyah Magelang


21

dengan masalah low back pain yang dialami pasien.


2.4.1.5 Perception/Cognition
Meliputi tingkat pengetahuan dan cara pandang pasien tentang low back pain.
2.4.1.6 Self Perception
Persepsi diri pasien mengenai low back pain dan ada atau tidaknya perasaan
cemas akibat masalah tersebut.
2.4.1.7 Role Perception
Meliputi status hubungan dan interaksi pasien dengan perawat serta orang terdekat
yang turut membantu menangani masalah low bak pain yang dialaminya.
2.4.1.8 Sexuality
Mengetahui adanya masalah maupun disfungsi seksual yang dialami pasien.
2.4.1.9 Coping/Stress Tolerance
Mengkaji kemampuan pasien dalam mengatasi masalah yang dialaminya dan
mengidentifikasi petunjuk nonverbal yang manampakkan kecemasan pasien.
2.4.1.10 Life Principles
Meliputi rutinitas pasien dalam beribadah serta ada atau tidaknya hambatan yang
dialami pasien setelah mengalami low back pain.
2.4.1.11 Safety/Protection
Ada atau tidaknya gangguan serta resiko yang mengancam keamanan pasien.
2.4.1.12 Comfort
Meliputi status kenyamanan pasien dan faktor penyebab ketidaknyamanan beserta
gejala yang menyertainya.
2.4.1.13 Growth/Development
Menunjukkan status pertumbuhan, perkembangan dan perbandingan berat badan
pasien sebelum dan setelah mengalami low back pain.

2.4.2 Diagnosa Keperawatan


Dalam tinjauan pustaka telah dijelaskan bahwa low back pain merupakan bentuk
respon tubuh akibat adanya stimulus berupa mediator inflamasi maupun
penekanan pada serabut saraf di tulang belakang sehingga nosiseptor merespon
berupa rasa nyeri (Harsono,2009). Berdasarkan data yang didapat maka diagnosa
yang muncul yaitu nyeri kronis. Nyeri kronis adalah pengalaman sensorik dan

Universitas Muhammadiyah Magelang


22

emosional tidak menyenangkan dengan kerusakan jaringan aktual atau potensial,


atau digambarkan sebagai suatu kerusakan; awitan yang tiba-tiba atau lambat
dengan intensitas ringan hingga berat, terjadi konstan atau berulang yang
berakhirnya tidak dapat diantisipasi atau diprediksi, dan berlangsungnya lebih dari
3 bulan (NANDA, 2018). Batasan karakteristiknya yaitu hambatan aktivitas,
perubahan pola tidur, anoreksia, ekspresi nyeri wajah, perilaku nyeri/perubahan
aktivitas, fokus pada diri sendiri, keluhan tentang intensitas dan karakteristik
nyeri. Faktor yang berhubungan antara lain perubahan pola tidur, distress emosi,
keletihan, peningkatan IMT, pola seksualitas tidak efektif, agen cedera,
malnutrisi, kerusakan sistem saraf, penggunaan komputer yang lama, mengangkat
beban berulang, isolasi sosial, dan vibrasi seluruh tubuh.

2.4.3 Rencana Keperawatan


Tujuan dan kriteria hasil (NOC) yang diharapkan setelah melakukan tindakan
keperawatan selama 14 hari yaitu nyeri yang dilaporkan pasien berkurang, pasien
tidak lagi mengerang menahan nyeri, tidak tampak ekspresi nyeri wajah, pasien
dapat mengantisipasi kapan nyeri dapat terasa kembali, pasien dapat
menggunakan sumber daya yang tersedia untuk mengurangi nyeri, dan dapat
mengontrol rasa nyeri (Moorhead et al,. 2016). Lalu, untuk intervensi (NIC) yang
diperlukan guna mengatasi masalah keperawatan nyeri kronis yaitu Manajemen
Nyeri (1400) berisi intsruksi antara lain lakukan pengkajian nyeri komprehensif,
observasi adanya petunjuk non verbal mengenai ketidaknyamanan, gali bersama
pasien faktor-faktor yang dapat menurunkan nyeri, bantu keluarga dalam mencari
dan menyediakan dukungan, berikan informasi mengenai nyeri, seperti penyebab,
berapa lama dan antisipasi dari ketidaknyamanan akibat prosedur, ajarkan
penggunaan teknik nonfarmakologi, dukung istirahat/tidur dan kolaborasi dengan
pasien, orang terdekat dan tim kesehatan untuk memilih tindakan penurun nyeri
nonfarmakologi (Bulechek et al., 2016).

Universitas Muhammadiyah Magelang


23

2.4.4 Implementasi Keperawatan


Implementasi keperawatan diawali dengan melakukan pengkajian nyeri
komprehensif dengan skala numerik, melakukan pemeriksaan tanda-tanda vital
pasien sebelum pemberian terapi, dilanjutkan dengan terapi pemberian terapi
warm compress yang diberikan selama 20 menit pada area lumbal. Terapi ini
diberikan pada pasien setiap 2 hari sekali atau sekitar 7x pertemuan dalam 14 hari.
Selain itu, pasien dianjurkan untuk istirahat di kasur yang keras yang tidak
melengkung (Brunner & Suddarth, 2013), mengajarkan pada keluarga agar dapat
memberikan terapi warm compress, mengedukasi pasien mengenai penyebab dan
pencegahan low back pain, perbaikan postur serta melakukan observasi kembali
status nyeri pasien setelah pemberian terapi warm massage.

2.4.5 Evaluasi Keperawatan


Evaluasi dilakukan di akhir pada setiap kali pertemuan dalam 14 hari. Dari hasil
evaluasi tindakan keperawatan akan didapatkan data Subjecitve ; yakni pasien
tidak lagi mengeluhkan nyeri pada bagian punggung bawah, mengetahui manfaat
dari pemberian terapi warm compress, dan dapat mencegah serta menghindari
faktor penyebab nyeri. Dari data Objective ; pasien dan keluarga dapat secara
mandiri mengaplikasikan terapi warm compress bila nyeri kambuh kembali, dan
pasien dapat melakukan perbaikan postur tubuh. Assessment ; berupa status
masalah disetiap akhir pertemuan dan Planning ; yakni intervensi atau rencana
tindakan yang perlu dilakukan atau dipertahankan agar masalah keperawatan
dapat teratasi.

Universitas Muhammadiyah Magelang


24

2.5 Pathways

Masalah muskuloskeletal, obesitas, postur tubuh buruk, posisi tubuh yang salah,
tekanan berlebihan pada otot secara terus-menerus, beban pada lumbal

Sirkulasi darah tidak lancar Reseptor nosiseptif

Mediator inflamasi
Metabolisme ↑

Talamus
Asam laktat ↑
Korteks serebri
Spasme otot
nyeri terlokalisasi

Tonus otot postural punggung ↑drastis


Nyeri kronik

Mobilitas fisik terganggu Jarang bergerak

Hambatan mobilitas fisik Struktur melemah

Penumpukkan lemak karena tubuh


kurang gerak

Berat badan berlebih

Gambar 2.4 Pathway Low Back Pain (Harsono,2009 dalam Huldani, 2012)

Universitas Muhammadiyah Magelang


BAB 3
METODE STUDI KASUS
3.1 Desain Studi Kasus
Studi kasus adalah suatu kegiatan mempelajari atau meneliti suatu peristiwa yang
terjadi di tengah-tengah masyarakat yang mana memiliki pengaruh sebab akibat
dalam lingkungan tersebut. Studi kasus digunakan untuk memberikan pemahaman
akan sesuatu yang menarik perhatian, proses sosial yang terjadi, peristiwa yang
benar adanya, atau pengalaman orang yang menjadi latar dari sebuah kasus
(Prihatsanti et al., 2018). Studi kasus yang akan dilakukan penulis yaitu studi
kasus deskriptif mengenai aplikasi terapi warm compress untuk mengurangi
intensitas nyeri pada pasien low back pain.
Media terapi warm compress yang akan penulis gunakan yaitu WWZ (Warm
Water Zag) yang telah terisi air bersuhu 500-600Cdengan suhu permukaannya
yakni ± 430C tanpa dilapisi kain. Terapi ini diberikan pada area punggung bawah
atau pinggang yang dirasa nyeri dan dilakukan selama 20 menit dengan tetap
memonitor suhu dari kompres hangat itu sendiri (Sulistyarini et al., 2013).
Sebelum menerapkan pada pasien, penulis sudah terlebih dahulu mencoba
penggunaan dari WWZ itu sendiri. Dari percobaan yang telah dilakukan
sebanyak tiga kali didapatkan hasil bahwa terjadi penurunan suhu menjadi 480C
pada 10 menit pertama. Jadi, dalam pengaplikasian WWZ ini perlu mengganti air
di dalamnya setiap 10 menit sekali. Penulis perlu juga menyiapkan air hangat
bersuhu ≥600C dalam termos panas atau botol vakum sebagai persediaan air
pengganti.

3.2 Subyek Studi Kasus


Subyek penelitian atau subyek studi kasus adalah individu, objek, atau organisme
yang digunakan sebagai sumber informasi yang diperlukan untuk mengumpulkan
data penelitian. Dalam studi kasus ini penulis menentukan batasan dalam memilih
subyek studi kasus yaitu dua individu dengan keluhan nyeri pada punggung
bawah maupun pinggang yang masih dirasakan dalam tiga hari terakhir. Nyeri
punggung yang hendak penulis berikan intervensi ialah nyeri punggung atau low

25
Universitas Muhammadiyah Magelang
26

back pain kronik yang mana nyeri yang dirasakan pasien bukan merupakan
trauma (low back pain akut) melainkan suatu masalah yang terjadi secara bertahap
akibat sikap tubuh yang salah ketika melakukan aktivitas atau pekerjaan selama
berulang kali.

3.3 Fokus Studi


Fokus studi identik dengan variabel penelitian yaitu perilaku atau karakteristik
yang memberikan nilai beda terhadap sesuatu (Nursalam, 2011). Fokus studi
kasus dalam karya tulis ini yakni untuk mengetahui tingkat intensitas nyeri yang
dialami pasien low back pain sebelum dan sesudah pemberian terapi warm
compress.

3.4 Definisi Operasional Fokus Studi


Definisi operasional merupakan penjelasan semua variable dan istilah yang akan
digunakan dalam penelitian secara operasional sehingga akhirnya mempermudah
pembaca dalam mengartikan makna penelitian (Setiadi, 2013). Variable atau
istilah penting dalam penyusunan karya tulis ini antara lain :
3.4.1 Asuhan Keperawatan
Asuhan keperawatan merupakan kegiatan terstruktur yang dilakukan perawat
dalam rangka memenuhi kebutuhan, mengenali serta mengatasi masalah pada
pasien.
3.4.2 Warm Compress atau Kompres Hangat
Kompres hangat atau warm compress yaitu pemberian aplikasi panas berupa
penggunaan WWZ (Warm Water Zag) yang diisi air bersuhu 500-600C dan
diletakkan pada bagian punggung atau pinggang yang terasa nyeri.
3.4.3 Intensitas Nyeri
Intensitas nyeri adalah gambaran tentang seberapa parah nyeri dirasakan oleh
individu yang diukur dengan menggunakan skala numerik atau Numeric Rating
Scale (NRS).
3.4.4 Low Back Pain
Low Back Pain atau nyeri punggung belakang adalah suatu sindroma nyeri yang
terjadi pada regio punggung bagian bawah atau pinggang yang terjadi akibat

Universitas Muhammadiyah Magelang


27

kebiasaan buruk berupa posisi tubuh yang salah ketika bekerja.

3.5 Intrumen Studi Kasus


Instrument adalah alat ukur atau alat pengumpul data yang dipergunakan pada
pretest dan biasanya digunakan lagi pada posttest (Notoadmodjo, 2010). Dalam
melakukan studi kasus ini penulis menggunakan instrumen berupa skala numerik
atau Numeric Rating Scale (NRS) dengan rentang antara 0 sampai 10 untuk
menentukan intensitas nyeri pasien. Perubahan berupa penurunan skor pada skala
numerik menunjukkan efektitifas pemberian kompres hangat dengan WWZ
(Warm Water Zag) berisi air dengan suhu 500-600C terhadap nyeri yang dirasakan
pasien low back pain. Skala numerik ini akan dipergunakan pada tahap pretest
dan posttest serta ditunjang pula dengan penggunaan pengkajian 13 Domain
NANDA guna mendapat data pasien secara komprehensif.

3.6 Metode Pengumpulan Data


3.6.1 Observasi
Observasi atau pengamatan pada penerapan warm compress dan respon pasien
sebelum dan sesudah diberikan intervensi tersebut. Respon nonverbal dari
ketidaknyamanan merupakan salah satu variable yang dapat diambil melalui
metode ini.
3.6.2 Wawancara atau Interview
Wawancara penulis lakukan dengan mengajukan beberapa pertanyaan disetiap
pertemuan meliputi pretest dan posttest yang terangkum dalam pengkajian 13
Domain NANDA. Intensitas nyeri menjadi data yang bisa didapat melalui metode
wawancara.
3.6.3 Pemeriksaan Fisik
Pemeriksaan fisik yang akan dilakukan oleh penulis yakni pemeriksaan fisik pada
punggung pasien guna mengetahui adakah kelainan atau perubahan postur tulang
belakang yang menyebabkan nyeri punggung.
3.6.4 Studi Pustaka
Studi pustaka, menurut Nazir (2013) teknik pengumpulan data dengan
mengadakan studi penelaah terhadap buku-buku, literatur-literatur, catatan-

Universitas Muhammadiyah Magelang


28

catatan, dan laporan-laporan yang ada hubungannya dengan masalah yang


dipecahkan.

3.7 Lokasi dan Waktu Studi Kasus


Kegiatan studi kasus akan dilakukan pada sebuah komunitas yang bertempat di
wilayah Kabupaten Magelang dalam waktu 14 hari dengan intensitas pertemuan
sebanyak tujuh kali.

3.8 Analisa Data dan Penyajian Data


Analisa data merupakan upaya mencari dan menyusun secara sistematis data yang
telah dikumpulkan dengan melakukan perbandingan data subjektif dan objektif
yang didapatkan dari berbagai sumber dengan berdasarkan standar nilai normal
yang kemudian diklasifikasi sehingga didapatkan konklusi atas permasalahan
pasien. Analisa data terdiri dari tahapan sebagai berikut :
3.8.1 Reduksi Data (Data Reduction)
Reduksi data adalah proses mengurangi maupun membuang data yang dianggap
tidak penting atau tidak dibutuhkan. Hal ini dapat disebabkan karena kurang
lengkapnya data maupun telah tercapainya target data yang dibutuhkan.
3.8.2 Penyajian Data (Data Display)
Penyajian data berupa perubahan intensitas nyeri yang dirasakan pasien oleh
penulis akan dituangkan dalam bentuk uraian singkat dan diilustrasikan dalam
diagram garis (line chart).
3.8.3 Kesimpulan (Conclusion Drawing)
Data yang telah diperoleh selama tujuh kali pertemuan, selanjutnya akan
dibandingkan perubahan intensitas nyerinya antara pasien pertama dengan pasien
kedua. Maka, dapat ditarik kesimpulan pula mengenai keefektifan pemberian
kompres hangat atau warm compress dalam mengurangi intensitas nyeri pada
pasien low back pain.

3.9 Etika Studi Kasus


Masalah etika penelitian keperawatan merupakan masalah yang sangat penting,
mengingat penelitian keperawatan berhubungan langsung dengan manusia

Universitas Muhammadiyah Magelang


29

(Alimul Hidayat, 2011). Etika penelitian adalah bentuk pertanggung jawaban


peneliti terhadap penelitian keperawatan yang dilakukan. Masalah etika
keperawatan merupakan masalah yang penting karena penelitian keperawatan
akan berhubungan langsung daengan manusia, maka etika harus benar-benar
diperhatikan. Etika yang mendasari dilaksankannya penelitian terdiri dari
informed consent (persetujuan sebelum melakukaan penelitian untuk dijadikan
responden), anonymity (tanpa nama), dan confidentiality (kerahasiaan).
3.9.1 Informed Concent (Persetujuan)
Informing adalah penyampaian ide dan isi penting peneliti kepada calon subyek.
Informed consent adalah peretujuan dari calon subjek untuk berperan serta dalam
penelitian. Tujuan informed concent adalah agar responden mengerti maksud dari
tujuan penelitian serta mengetahui dampaknya. Beberapa yang harus ada di dalam
informed concent adalah partisipan, tujuan dilakukan tindakan, jenis data yang
dibutuhkan, kerahasiaan, dan lain-lain.
3.9.2 Anonymity (Tanpa Nama)
Masalah etika keperawatan merupakan masalah yang memberikan jaminan
kepada responden untuk tidak memberikan atau mencantumkan identitas atau
nama responden pada lembar pengumpulan data atau hasil penelitian yang akan
disajikan (Nursalam, 2008 dalam Widyantoro, 2013).
3.9.3 Confidentiality (Kerahasiaan)
Salah satu dasar etika keperawatan adalah kerahasiaan. Tujuan kerahasiaan ini
adalah untuk memberikan jaminan kerahasiaan hasil dari penelitian, baik dari
informasi maupun data yang telah dikumpulkan peneliti.
3.9.4 Ethical clearance (Kelayakan Etik)
Ethical clearance atau kelayakan etik merupakan keterangan tertulis yang
diberikan oleh Komisi Etik Penelitian untuk riset yang melibatkan makhluk hidup
yang menyatakan bahwa suatu proposal riset layak dilaksanakan setelah
memenuhi persyaratan tertentu (Ardiansyah, 2019).

Universitas Muhammadiyah Magelang


BAB 5
KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan
Berdasarkan asuhan keperawatan yang telah penulis lakukan dengan
pengaplikasian terapi nonfarmakologi warm compress untuk menurunkan
intensitas nyeri pada Tn. N dan Tn. S dengan low back pain, maka penulis dapat
menarik kesimpulan :

5.1.1 Pengkajian
Pengkajian yang penulis lakukan pada Tn. N dan Tn. S menggunakan form
pengkajian 13 Domain NANDA dan skala NRS (Numerical Rating Scale) sebagai
instrument pengambilan data pasien dan diperoleh data kedua pasien sama-sama
mengeluhkan nyeri pada bagian pinggang bawah, menyatakan intensitas nyeri
dengan skala lima (sedang) pada Tn. N dan skala delapan (berat) pada Tn. S, ada
tanda nonverbal berupa ekspresi menahan nyeri, sikap memegangi area yang
nyeri, dan posisi tubuh ketika berjalan menjadi bungkuk. Tn. S juga mengalami
gangguan pola tidur akibat nyeri yang dialaminya.

5.1.2 Diagnosa Keperawatan


Masalah keperawatan yang muncul pada Tn. N dan Tn. S yaitu nyeri kronis
berhubungan dengan keletihan yang merupakan diagnosa prioritas yang penulis
angkat pada studi kasus ini.

5.1.3 Intervensi Keperawatan


Fokus rencana keperawatan yang penulis tetapkan yaitu pengaplikasian terapi
warm compress sebagai tindakan nonfarmakologi untuk menurunkan intensitas
nyeri yang dialami Tn. N dan Tn. S.

5.1.4 Implementasi Keperawatan


Implementasi keperawatan dilakukan selama tujuh kali pertemuan dalam rentang
waktu 14 hari. Tindakan yang dilakukan penulis antara lain melakukan pengkajian
nyeri komprehensif sebelum dan sesudah pemberian terapi warm compress,

53
Universitas Muhammadiyah Magelang
54

pemberian terapi warm compress menggunakan WWZ berisi air dengan suhu
60°C selama 20 menit pada area nyeri, memberikan informasi melalui pendkes
pada kedua pasien mengenai low back pain dan penyebabnya, tanda dan gejala,
serta cara mengatasi nyeri akibat low back pain. Selain itu penulis juga
menganjurkan istirahat dan menghindari aktivitas berat serta perbaikan postur
pada kedua pasien dengan meminta agar tidak berjalan membungkuk. Pasien juga
diminta untuk melakukan terapi nonfarmakologi sederhana yang dapat dilakukan
secara mandiri yaitu mandi dengan iar hangat dan melakukan relaksasi napas
dalam ketika merasakan nyeri.

5.1.5 Evaluasi Keperawatan


Tindakan keperawatan yang penulis lakukan sudah mencapi tujuan dan kriteria
hasil yang diinginkan terutama intensitas dari kedua pasien yakni Tn. N yang
awalnya mengeluhkan nyeri intensitas sedang skala lima mengalami penurunan ke
intensitas ringan dengan skala satu dan Tn. S juga mengalami penurunan
intensitas dari intensitas berat skala delapan berubah menjadi intensitas ringan
skala tiga setelah tujuh kali pertemuan dengan implementasi keperawatan yang
sama. Pola istirahat/tidur pasien juga kembali dengan normal, ekspresi menahan
nyeri juga tidak tampak, kedua pasien mengetahui mengenai sakit yang
dialaminya dan dapat menerapkan aplikasi nonfarmakologi secara mandiri. Hanya
saja pada pertemuan ketujuh masalah keperawatan nyeri kronis pada Tn. S belum
teratasi dikarenakan perubahan intensitas nyeri yang meningkat dibandingkan
pertemuan sebelumnya dan masih tampak tanda nonverbal ketidaknyamanan
pasien akibat nyeri yang dirasakan. Namun, walaupun begitu tetap dapat
disimpulkan bahwa terapi warm compress terbukti efektif menurunkan intensitas
nyeri pada pasien dengan low back pain. Rata-rata penurunan intensitas nyeri
tidaklah dapat diukur secara pasti karena sifatnya yang sangat subjektif dan
dipengaruhi oleh aktivitas yang dilakukan oleh pasien itu sendiri.

Universitas Muhammadiyah Magelang


55

5.2 Saran
5.2.1 Pelayanan Kesehatan
Penulis berharap karya tulis ini dapat menjadi bahan ataupun acuan bagi
pelayanan kesehatan dalam memberikan metode terapi yang mudah dan sederhana
bagi masyarakat.

5.2.2 Institusi Pendidikan


Penulis berharap dengan adanya karya tulis ini bisa menjadi referensi bagi
institusi pendidikan khususnya bagi mahasiswa keperawatan untuk menjadikan
warm compress ini sebagai salah satu skill dalam mengelola pasien dan dapat
mengembangkannya guna mengatasi masalah keperawatan nyeri akut maupun
kronis.

5.2.3 Masyarakat
Penulis berharap karya tulis ini dapat menambah wawasan serta menjadi salah
satu panduan dalam pemberian tindakan terapi sederhana yang dapat dilakukan
masyarakat umum dengan cara yang mudah, murah, dan pastinya aman untuk
diterapkan.

5.2.4 Penulis
Bagi penulis sendiri dapat menjadikan karya tulis ini sebagai tolok ukur
kemampuan dalam memberikan asuhan keperawatan kepada pasien serta menjadi
motivasi bagi diri penulis sendiri untuk mengembangkan inovasi maupun
menerapkan berbagai aplikasi tindakan keperawatan sebagai sarana menunjang
kesembuhan dan kesehatan pasien.

5.2.5 Pasien dan Keluarga


Penulis berharap dengan hasil karya tulis ini dapat membantu serta memberikan
manfaat kepada pasien dan keluarga dalam meningkatkan kemampuan perawatan
diri secara mandiri dengan cara yang mudah, murah, dan aman.

Universitas Muhammadiyah Magelang


DAFTAR PUSTAKA

Abdullah, Mujianto. 2013. Cara Cepat Mengatasi 10 Besar Kasus


Muskuloskeletal dalam Praktik Klinik Fisioterapi. Jakarta: Trans InfoMedia

Alimul Hidayat, Aziz. 2011. Metode Penelitian Kebidanan dan TeknikAnalisis


Data. Jakarta: Salemba Medika.

Aminudin, M. F. (2016). Pengaruh Pemberian Kompres Panas Dan Kompres


Dingin Terhadap Penurunan Nyeri Pada Low Back Pain Myogenic.

Andarmoyo, S. (2013). Konsep & Proses Keperawatan Nyeri. Jogjakarta: Ar-


Ruzz Herdman.

Ardiansyah ,Seno Aulia, M.Si., Apt. 2019. Ethical Clearance Dalam Penelitian
Farmasi diakses melalui https://www.stfi.ac.id/ethical-clearance-dalam-
penelitian-farmasi/ pada 14/02/2020, 08:51.

Brunner & Suddarth. 2013. Keperawatan Medikal Bedah. Ed.12. Jakarta : EGC

Bulechek, G.M., Butcher H.K., Dotcherman J.M. 2016.Nursing Interventions


Classification (NIC)6th Indonesian Edition. Elsevier. Singapore.

Creswell, John W. 2014. Research design pendekatan kualitatif, kuantitatif, dan


mixed. Yogyakarta : Pustaka Pelajar.

Djuniarto, I. Sumekar, A. Sani, P. J. P. (2014). Faktor - Faktor yang


Mempengaruhi Keluhan Musculoskeletal Disorder (MSDs) pada Pekerja
Wanita Kerajinan Batik Tulis Dusun Karang Kulon Desa Wukirsari
Kecamatan Imogiri Kabupaten Bantul. Jurnal Kesehatan Masyarakat Vol 07
No.02/2014 293-305

Encyclopædia Britannica, Inc. 2013. Vertebral Column diakses melalui


https://www.britannica.com/science/vertebral-column pada 03/02/2020, 05:23
WIB

Erika. Bayhakki & Nurlis. (2012). Pengaruh terapi dingin ice massage terhadap
perubahan intensitas nyeri pada penderita Low back pain. Jurnal Ners
Indonesia, Vol. 2, No. 2

Goertz M, Thorson D, Bonsell J, Bonte B, Campbell R, Haake B, Et Al. 2012.


Health Care Guideline Adult Acute And Subacute Low Back Pain. Inst Clin
Syst Improv.

Halawa, A., Brillian, T., & Ardianto, M. (2017). Perbandingan Kompres Air

56
Universitas Muhammadiyah Magelang
57

Hangat Dengan Kompres Air Jahe. 20.


http://ejournal.stikeswilliambooth.ac.id/index.php/Kep/article/viewFile/273/
260.

Harsono. 2009. Kapita Selekta Neurologi. Edisi kedua. Yogyakarta: Gadjah Mada
University Press.

Haryanti, P., & Juniarti, G. (2014). Efektifitas Kompres Hangat Basah Dan
Kering Terhadap Nyeri Punggung Bawah Pada Lansia Di Wilayah Kerja
Puskesmas Telen Kutai Timur Kalimantan Timur. 5, 8–13.

Huldani, dr. (2012). Nyeri Punggung. Journal Universitas Lambung Mangkurat


Fakultas Kedokteran, 1–39. https://doi.org/61-17-002-0

Kirthika, Veena & Laxmi V, Raja & .s, Sudhakar & Bhuvaneshwaran, T &
Thaslim, K.Fousiya. (2017). Effect Of Combining Slump Stretching With
Conventional Physiotherapy In The Treatment Of Subacute Non-Radicular
Low Back Pain. International Journal of Physiotherapy & Occupational
Therapy. 2. 2455-1996.

Kilpikoski S. 2010. The Mckenzie Method In Assessing , Classifying And Treating


Non-Specific Low Back Pain In Adults With Special Reference To The
Centralization Phenomenon.

Koesyanto, H. (2013) : Masa Kerja dan Sikap Keja Duduk Terhadap Nyeri
Punggung. Jurnal Kesehatan Masyarakat, 9(1): 9-14.

Kusuma Dewi, N. P. P., Sutresna, I. N., & Susila, I. M. D. P. (2017). Pengaruh


Back Massage Terhadap Tingkat Nyeri Low Back Pain pada Kelompok
Tani Semangka Mertha Abadi di Desa Yeh Sumbul. Journal Center of
Research Publication in Midwifery and Nursing, 1(2), 13–21.
https://doi.org/10.36474/caring.v1i2.3

Mahadewa, T. G. B., dan Sri Maliawan. (2009) : Diagnosis dan Tatalaksana


Kegawatdaruratan Tulang Belakang. CV. Sagung Seto. Jakarta.

Marras, W. S. (2012). The Complex Spine: The Multidimensional System of Causal


Pathways for Low Back Disorders. Human Factors: The Journal of The Human
Factors and Ergonomic Society.

Moorhead, Sue., Johnson, Marion., Maas, Meridean L., Swanson, Elizabeth.2016.


Nursing OutcomesClassification (NOC)5th Indonesian Edition. Elsevier.
Singapore.

NANDA. (2018). NANDA-I Diagnosis Keperawatan : Definisi dan Klasifikasi


2018-2020. (T. H. Herdman & S. Kamitsuru, Eds.) (11th ed.). Jakarta: EGC

NANDA-I. (2013). Nursing Diagnosis Definition. Oxford: Wiley.

Universitas Muhammadiyah Magelang


58

Nazir, Moh. (2013). Metode Penelitian. Bogor: Ghalia Indonesia.

Netter, Frank MD. 2006. Atlas of Human Anatomy.Jakarta : Penerbit Buku


Kedokteran EGC.

NHIS-OHS. 2015.Low Back Pain (NHIS-OHS) Charts diakses melalui


https://wwwn.cdc.gov/NIOSH-WHC/chart/ohs-
lowback?OU=LBPWKREL_R&T=I&V=R2 pada tanggal 19/02/2020,
11:50

Nugroho, dkk. 2013. Hubungan Antara Beban Kerja Dengan Tingkat Kelelahan
Pada Petani Di Desa Curut Kecamatan Penawangan Kabupaten Grobogan
Tahun 2013.Universitas Dian Nuswantoro. November 13, 2015.
http://eprints.dinus.ac.id/6499/1/jurna l_12439.pdf

Nurlaila, R. (2017). Pengaruh Terapi Kompres Air Hangat Dengan Jahe


Terhadap Penurunan Skala Nyeri Sendi Pada Wanita Lanjut Usia Di Graha
Werdha Maria Joseph Pontianak Dan Graha Werdha Kasih Bapa
Kabupaten Kubu Raya. Naskah Publikasi Univeritas Tanjungpura
Pontianak, 14.

Nurlis, E., Bayhakki, & Erika. (2012). Pengaruh Terapi Dingin Ice Massage
Terhadap Perubahan Intensitas Nyeri Pada Penderita Low Back Pain. 2(2),
185–191.

Pain Scale. 2017. Numeric Rating Scale diakses melalui


https://www.painscale.com/article/numeric-rating-scale-nrs pada 10/02/2020,
07:58

Pasha MF. 2015. Penatalaksanaan fisioterapi pada kondisi Low Back Pain
Spondilosis Lumbal Dengan Modalitas Transcutaneus Electrical Nerve
Stimulation Dan William Flexi Exersice di RSUD Bendan Pekalongan. Ilmu
Pengetah dan Teknol.

Patricia A. Potter, A. G. (2005). Buku Ajar Fundamental Keperawatan : Konsep,


Proses, dan Praktik. Jakarta: EGC.
Pramita, I.(2014). Core Stability Exercise Lebih Baik Meningkatkan Aktifitas
Fungsional Dari Pada Williams Flexion Exercise Pada Pasien Nyeri
Punggung Bawah Miogenik. Available from
http://www.pps.unud.ac.id/thesis/jurnal.pdf diakses tanggal 09 sepetember
2015

Prihatsanti, Unika & Suryanto, Suryanto & Hendriani, Wiwin. (2018).


Menggunakan Studi Kasus sebagai Metode Ilmiah dalam Psikologi. Buletin
Psikologi. 26. 126. 10.22146/buletinpsikologi.38895.

Ramadhani Ae, Wahyudati S. 2015. Gambaran Gangguan Fungsional Dan

Universitas Muhammadiyah Magelang


59

Kualitas Hidup Pada Pasien Low Back Pain Mekanik. Media Med Muda;
Vol 4, No 4 Media Med Muda.

Richard, S. D. (2017). Tehnik Effleurage Dan Kompres Hangat Efektif


Menurunkan Nyeri Punggung Ibu Hamil. 1–10.

Santosa, Jessica. (2018). Osteoartritis. Pengalaman Belajar Lapangan. Fakultas


Kedokteran Universitas Udayana.

Saudia, B. E., & Sari, O. N. (2018). Perbedaan Efektivitas Endorphin Massage


Dengan Kompres Hangat Terhadap Penurunan Nyeri Punggung Ibu
Hamil Trimester Iii Di Puskesmas Wilayah Kerja Sekota Mataram. Jurnal
Kesehatan Prima.
Sulaeman, Y. A., & Kunaefi, T. D. (2015). Low Back Pain (Lbp) Pada Pekerja Di
Divisi Minuman Tradisional (Studi Kasus Cv. Cihanjuang Inti Teknik).
Jurnal Tehnik Lingkungan, 21(2), 201–211.
https://doi.org/10.5614/jtl.2015.21.2.10

Sulistyarini, T., Wahyuningsih, A., & Suprihatin. (2013). Kompres Hangat Dan
Gosok Punggung (Backrub) Efektif Menurunkan Nyeri Punggung Ibu Hamil
Trimester Iii Warm. Jurnal STIKES, 6, 12.

Susihono W, Prasetyo W. 2010. Perbaikan Postur Kerja Untuk Mengrurangi


Keluhan Muskuloskeletal Dengan Pedekatan Metode Owas.

Veronica, Arlien, & Desvitayani, M. A. I. (2016). Penambahan Icemassage Pada


Intervensi Back Exercise Mckenzie Lebih Baik Meningkatkan Fungsional
Lowbackpain Pada Pengrajin Batik Di Kecamatan Pandak. Pain
Management.https://pdfs.semanticscholar.org/cbad/18586c7b9e76f39407fb
487245d22c4589a4.pdf

Yuwanto, M. A., & Kustin. (2014). Perbedaan Tingkat Nyeri Low Back Pain
Sebelum Dan Setelah Di Lakukan Kompres Hangat Pada Pekerja
Perkebunan Di Afdeling Gunung Pasang Perusahaan Daerah Perkebunan
Kabupaten Bondowoso. Jurnal Keperawatan, 4(2), 234–240.

Vira, S. 2009. Pengaruh Ergonomi Terhadap Timbulnya Kejadian Low Back Pain
(LBP) pada Pekerja Komputer di Kelurahan Gedong Meneng Bandar
Lampung Tahun 2009. Skripsi. Bandar Lampung. Desember 2,
2015.juke.kedokteran.unila.ac.id/index.php /majority/article/download

Willy, dr. Tjin. 2019. Morfin diakses melalui http://www.alodokter.com/morfin


pada 11/02/2020, 21:34

Universitas Muhammadiyah Magelang

Anda mungkin juga menyukai