Anda di halaman 1dari 9

Sport and Nutrition Journal

Vol 2 No 1 - Maret 2020 (1-9)


https://journal.unnes.ac.id/sju/index.php/spnj/

HUBUNGAN KONSUMSI BUAH DAN SAYUR SERTA AKTIVITAS


SEDENTARI TERHADAP KEBUGARAN JASMANI
KELOMPOK USIA DEWASA MUDA
Dwi Hartanti*, Dinda Rima Mutmainah Mawarni
Program Studi Gizi, Fakultas Psikologi dan Kesehatan, Universitas Islam Negeri Walisongo,
Semarang, Jawa Tengah
gizi@walisongo.ac.id

ABSTRAK
Kebugaran jasmani dapat mempengaruhi produktivitas kerja dan daya tahan tubuh terhadap penyakit
serta dapat menentukan kualitas hidup individu. Kebugaran jasmani dipengaruhi faktor konsumsi zat gizi
dan aktivitas fisik. Buah dan sayur adalah bahan pangan sumber vitamin dan mineral yang memiliki peran
dalam metabolisme energi dan kebugaran fisik. Aktivitas sedentari merupakan gaya hidup dengan aktivitas
fisik rendah dan berdampak pada penurunan kebugaran jasmani. Tujuan penelitian ini untuk mengetahui
hubungan pola konsumsi buah dan sayur serta aktivitas sedentari terhadap kebugaran jasmani kelompok
usia dewasa muda. Desain penelitian adalah studi cross sectional dengan populasi Mahasiswa Fakultas
Psikologi dan kesehatan UIN Walisongo Semarang. Subjek terdiri dari 87 sampel yang dipilih dengan
cluster random sampling. Pola Konsumsi Buah dan sayur diketahui melalui form semi quantitative food
frequency questionnaire (FFQ) dan food record 3 x 24 jam. Aktivitas sedentari ditentukan dengan Adolescent
Sedentary Activity Questionnaire (ASAQ) yang telah dimodifikasi dan pengisian activity record 5 x 24 jam.
Kebugaran jasmani ditentukan dengan uji Harvard Step Test. Analisis bivariat menggunakan uji Chi Square
untuk mengetahui ada atau tidaknya hubungan antara masing-masing variabel. Hasil penelitian ini, terdapat
hubungan yang signifikan antara pola konsumsi buah dengan kebugaran jasmani. Dapat disimpulkan
bahwa pola konsumsi buah dan sayur dari sampel tergolong kategori rendah. Sebanyak 96,6% sampel
memiliki tingkat aktivitas sedentari tinggi. Pola konsumsi buah berhubungan dengan kebugaran jasmani.

Kata Kunci : pola konsumsi sayur; buah; aktivitas sedentari; kebugaran jasmani.

ABSTRACT
Physical fitness can affect work productivity and body resistance to disease and determine the quality
of life. Physical fitness is influenced by nutrition consumption and physical activity. Fruits and vegetables
are food sources of vitamins and minerals which have a role in energy metabolism and physical fitness.
Sedentari activity is a lifestyle with low physical activity and has an impact on decreasing physical fitness.The
aim of this study is to analyze correlation between fruit and vegetable consumption and sedentary activities
on physical fitness of the young adult age group. The study design was cross sectional. The population is
college student of the Psychology and Health Faculty at UIN Walisongo Semarang. As much as 87 students
selected by cluster random sampling based on class in 2016. The pattern of fruit and vegetables consumption
was counted using form semi quantitative food frequency questionnaire (FFQ) and food record 3 x 24 hour.
Sedentary activity is determined by using the modification Adolescent Sedentary Activity Questionnaire
(ASAQ) and filling the form of a 5 x 24 hour activity recor. Physical fitness is determined by the Harvard
Step Test. Bivariate analysis using the Chi Square test to determine whether or not there is a relationship
between each variable. There is a significant relationship between fruit consumption with physical fitness (p
value = 0,001). So the fruit and vegetables consumption of sample is classified as low category. About 96.6%
sample had a high level of sedentary activity. The pattern of fruit consumption is related to physical fitness.

Key words : consumption pattern of vegetable; fruit; sedentary activities; physical fitness.

© 2020 Universitas Negeri Semarang

1
Sport and Nutrition Journal, Vol. 2,
1, No. 1,
2, Maret 2020:2019:
November 1-9 40-47

PENDAHULUAN peningkatan angka penduduk usia di atas 5 tahun


dengan asupan buah dan sayur yang kurang
Kebugaran jasmani berasal dari kata
yaitu sebesar 95,5 %. Sehubungan dengan
physical fitness yang merupakan salah satu
pentingnya konsumsi buah dan sayur, organisasi
aspek dari “kebugaran“ yang menyeluruh (Total
pangan dan pertanian dunia Food and Agriculture
Fitness). Kebugaran jasmani menurut Shomoro
Organization (FAO) merekomendasikan warga
dan Mondal (2014) merupakan kemampuan
dunia untuk makan buah dan sayur secara teratur
pada tubuh seseorang untuk melakukan aktivitas
sebanyak 75 kg/kapita/tahun. Badan kesehatan
sehari-hari dengan tidak menimbulkan kelelahan
dunia World Health Organization (WHO) juga
yang berarti. Kebugaran jasmani adalah keadaan
merekomendasikan konsumsi buah dan sayur
kemampuan jasmani yang dapat menyesuaikan
sebanyak 400 gram setiap hari, terdiri dari 250
fungsi alat – alat tubuhnya terhadap tugas
gram sayur dan 150 gram buah (Dewi, 2013).
jasmani tertentu dan/atau terhadap keadaan
Di Indonesia, pola konsumsi buah dan sayur
lingkungan yang harus diatasi dengan cara
tertuang dalam Peraturan Menteri Kesehatan
yang efisien, tanpa kelelahan yang berlebihan
nomer 41 Tahun 2014 tentang Pedoman Gizi
dan telah pulih sempurna sebelum datang tugas
Seimbang.
yang sama berikutnya. Kebugaran jasmani
dapat mempengaruhi produktivitas kerja dan Menurut Joanne L. Slavin and Beate
daya tahan tubuh terhadap penyakit serta dapat Lloyd, buah dan sayur juga merupakan makanan
menentukan kualitas hidup individu. Kebugaran yang penting dalam konsumsi makanan dan
jasmani dipengaruhi oleh banyak faktor antara minuman sehari-hari dari setiap individu untuk
lain usia, jenis kelamin, aktivitas fisik, asupan hidup sehat. Dari hasil analisis lanjut ini diperoleh
gizi, dan status gizi (Sharkey, 2011). bahwa sebanyak 97,1% penduduk Indonesia
pada semua kelompok umur, konsumsi buah
Asupan makanan dengan gizi seimbang
dan sayur masih rendah bila dibandingkan
yang cukup dari segi kualitas dan kuantitas dapat
dengan anjuran konsumsi buah dan sayur
memenuhi kebutuhan energi dan zat gizi individu.
dalam pedoman gizi seimbang 2014. Proporsi
Dengan terpenuhinya energi dan zat gizi akan
penduduk terbanyak yang kurang mengonsumsi
bermanfaat pada kesehatan dan kebugaran
buah dan sayur adalah pada kelompok remaja
tubuh. Makanan dan zat gizi merupakan faktor
(13- 18 tahun) yaitu sebesar 98,4%. Demikian
penentu kualitas kinerja fisik dan kebugaran
juga pada kelompok umur dewasa (96,9%) dan
jasmani seseorang. Sayur dan buah merupakan
lansia (97,2%). Rerata konsumsi buah dan sayur
sumber zat gizi mikro yaitu vitamin dan mineral
penduduk Indonesia hanya sebanyak 108,8
yang diperlukan untuk proses metabolisme
gram/orang tiap harinya. Artinya kecukupan
energi. Apabila tubuh kekurangan asupan
konsumsi buah dan sayur penduduk indonesia
vitamin dan mineral akan berpengaruh pada
masih dalam kategori sangat rendah (Hermina
terganggunya metabolisme dan pembentukan
dan Prihartini, 2016).
energi sehingga berdampak pada penurunan
kebugaran jasmani (Irianto, 2006). Selain faktor asupan ada faktor lain yang
mempengaruhi kebugaran jasmani yaitu aktivitas
Menurut data Riskesdas (2013) bahwa
fisik. Aktivitas fisik yang baik untuk meningkatkan
sebanyak 93,5 % orang Indonesia kurang
kebugaran jasmani adalah olahraga. Olahraga
konsumsi buah dan sayur terutama di kalangan
yang ideal yaitu olahraga yang meningkatkan
usia ≥ 10 tahun. Hal ini tidak tampak berbeda dari
ketahanan jantung dan paru-paru, selain itu juga
data tahun 2007 yaitu sebesar 93,6% (Infodatin
melatih ketahanan dan kekuatan otot. Tingkat
2018). Data Riskesdas 2018 menunjukkan

2
Isra Iyyah,
DwiNatalia Desy
Hartanti, Putriningtyas,
Dinda Siti Wahyuningsih
Rima Mutmainah / Perbedaan
Mawarni / Hubungan Yogurtbuah
Konsumsi Kacang
danMerah
Sayur ...

aktivitas fisik yang baik sangat berpengaruh kelas pada angkatan 2016. Selanjutnya untuk
terhadap kebugaran jasmani (Suharjana, 2008). mengetahui jumlah sampel di 4 kelas dilakukan
Menurut data Riskesdas tahun 2018 jumlah perhitungan menggunakan proportional random
penduduk Indonesia di atas 10 tahun yang sampling dimana pengambilan sampel dilakukan
memiliki kategori tingkat aktivitas fisik kurang secara acak sederhana, kemudian dilakukan
yaitu sebesar 33,5%. Kategori tingkat aktivitas pemilahan sampel secara acak dengan undian.
fisik kurang adalah kegiatan kumulatif olahraga Kriteria inklusi meliputi usia 19 – 23 tahun,
kurang dari 150 menit seminggu. sehat jasmani dan tidak sedang menderita
sakit, tidak memiliki cacat fisik, tidak menderita
Dewasa ini perkembangan teknologi
penyakit atau gangguan pada system respirasi
memicu terjadinya perubahan pola aktivitas
dan system kardiovaskuler (asma, jantung dan
fisik di semua kalangan. Gaya hidup modern
TBC), dan bersedia menyetujui form informed
berdampak pada berkurangnya aktivitas fisik.
concent. Kriteria eksklusi yaitu mengkonsumsi
Aktifitas yang menggunakan tenaga otot akan
obat yang termasuk ke dalam kategori depresan
banyak dikurangi akibat dari ketersediaan fasilitas
(obat yang mengurangi kegiatan saraf sehingga
dari kemajuan teknologi sehingga membatasi
menurunkan aktivitas pemakainya) serta
gerak dan tingkat aktifitas seseorang (Hamam
mengkonsumsi obat yang termasuk ke dalam
Hadi, 2005). Hal ini menyebabkan aktivitas
kategori stimulan (obat yang menstimulasi sistem
sedentari menjadi semakin meningkat. Aktivitas
saraf simpatik melalui hipotalamus sehingga
sedentari digunakan untuk menggambarkan
meningkatkan kerja dengan cara meningkatkan
perilaku yang dianggap tidak memenuhi tingkat
denyut jantung dan tekanan darah).
pengeluaran energi setara dengan intensitas
aktivitas fisik sedang. Aktivitas sedentari Didapatkan total sampel penelitian
dicirikan oleh gerakan yang minimal dan tingkat sejumlah 87 orang. Setelah terpilih sampel
pengeluaran energi yang sangat rendah < 1,5 penelitian, dilakukan pengambilan data mengenai
MET (metabolic equivalent of turnover) setara pola konsumsi buah dan sayur serta aktivitas
dengan energi yang diperlukan untuk duduk sedentari yang merupakan variabel bebas
diam (Ottevaere, 2011). dalam penelitian ini. Pola konsumsi buah adalah
asupan jenis buah-buahan yang dikonsumsi oleh
Berdasarkan uraian tersebut perlu
sampel dalam satu hari dalam bentuk gram/porsi
untuk dilakukan penelitian terkait hubungan
per hari. Data pola konsumsi buah dikategorikan
antara konsumsi buah dan sayur serta aktivitas
menjadi kurang jika konsumsi buah per hari < 1 ½
sedentari dengan kebugaran jasmani.
porsi ( < 150 gram) dan baik jika konsumsi buah
BAHAN DAN METODE per hari ≥ 1 ½ porsi ( ≥ 150 gram). Pola konsumsi
sayur adalah asupan jenis sayur-sayuran
Penelitian ini merupakan penelitian
yang dikonsumsi oleh sampel dalam satu hari
dengan rancangan cross sectional. Penelitian
dalam bentuk gram/porsi per hari. Data pola
dilakukan di Fakultas Psikologi dan Kesehatan
konsumsi sayur dikategorikan menjadi kurang
UIN Walisongo Semarang. Sampel adalah
jika konsumsi sayur per hari < 2 ½ porsi ( < 250
mahasiswa usia 19 – 23 tahun. Teknik
gram) dan baik jika konsumsi buah per hari ≥ 2 ½
pengambilan sampel dilakukan secara stratified
porsi ( ≥ 250 gram). Konsumsi sayur dihitung dari
random sampling dengan membagi sampel
kondisi sayur matang tiris. Data pola konsumsi
menjadi 4 strata/stratum berdasarkan kelas
konsumsi buah dan sayur didapatkan dengan
di Fakultas Psikologi dan Kesehatan UIN
metode wawancara menggunakan Form Semi
Walisongo Semarang yang terbagi dalam 4
Quantitative Food Frequency Questionnaire

3
Sport and Nutrition Journal, Vol. 2,
1, No. 1,
2, Maret 2020:2019:
November 1-9 40-47

(FFQ) dan Form Food Record selama 3 x 24 jam. (HST). Data kebugaran jasmani dikategorikan
menjadi cukup jika skor 0 – 89 dan kategori baik
Aktivitas sedentari adalah gaya hidup
jika skor ≥ 90.
dengan aktivitas fisik yang sangat minimal,
didominasi dengan duduk, bersandar, dan Analisis data meliputi analisis univariat
perilaku-perilaku sedentari seperti, menonton dan bivariat. Analisis bivariat dilakukan dengan
televisi, bermain video game penggunaan tujuan untuk mengetahui ada atau tidaknya
internet, bermain smartphone, dan lain-lain. hubungan antara masing-masing variabel
Data aktivitas sedentari digunakan instrument dengan uji Chi Square.
Adolescent Sedentary Activity Questionnaire
HASIL DAN PEMBAHASAN
(ASAQ) yang telah dimodifikasi dengan cara
record dan recall serta dilakukan pengisian 1. Karakteristik Sampel Penelitian
Form Activity Record selama 5 hari berurutan.
Berdasarkan usia sampel paling banyak
Aktivitas Sedentari yang didata adalah kegiatan-
berada pada usia 21 tahun yaitu sebesar 54,1%.
kegiatan di luar jam kuliah dan jam tidur malam.
Adapun hasil penelitian juga menunjukkan
Data aktivitas sedentari dikategorikan menjadi
mayoritas jenis kelamin sampel adalah
kategori tinggi jika aktivitas sedentari > 5 jam
perempuan sebesar 82,8%. Sebanyak 94,3%
( 300 menit ) per hari dan kategori cukup jika
sampel memiliki kategori asupan sayur kurang.
aktivitas sedentari ≤ 5 jam ( 300 menit ) per hari.
Mayoritas sampel tidak rutin mengkonsumsi
Variabel terikat adalah kebugaran sayur setiap harinya, hal ini dikarenakan
jasmani. Data kebugaran jasmani didapatkan sampel penelitian ini adalah mahasiswa yang
dengan metode Harvard Step Test (HST). Alat mempunyai pola hidup atau pola makan yang
yang diperlukan dalam Harvard Step Test adalah cenderung lebih menyukai konsumsi makanan
balok kayu setinggi 45 cm (laki-laki), tinggi 43 cepat saji atau fast food sehingga asupan sayur
cm (perempuan), stopwatch, metronome serta tiap harinya menjadi tidak optimal. Rerata asupan
alat tulis untuk mencatat hasil dari pengukuran sayur dari sampel adalah ½ porsi per hari (Tabel
denyut jantung / denyut nadi sampel dan form 1).
pengisian hasil hitungan Harvard Step Test

Tabel 1 Karakteristik Sampel Penelitian

4
Isra Iyyah,
DwiNatalia Desy
Hartanti, Putriningtyas,
Dinda Siti Wahyuningsih
Rima Mutmainah / Perbedaan
Mawarni / Hubungan Yogurtbuah
Konsumsi Kacang
danMerah
Sayur ...

Tabel 2. Hubungan Pola Konsumsi Sayur dan Buah serta Aktivitas Sedentari
terhadap Kebugaran Jasmani

2. Hubungan Pola Konsumsi Sayur terhadap Hasil uji statistik menyimpulkan bahwa
Kebugaran Jasmani tidak terdapat hubungan yang signifikan
antara aktivitas sedentari dengan kebugaran
Hasil penelitian menunjukkan bahwa
jasmani nilai p = 0.568 (p > 0,05). Sampel yang
tidak terdapat hubungan yang signifikan antara
memiliki aktivitas sedentari tinggi, sebanyak
pola konsumsi sayur dengan kebugaran
76,2% memiliki kebugaran jasmani cukup dan
jasmani yang dibuktikan dengan nilai p =
23,8% nya memiliki kebugaran jasmani baik.
0.088 (p>0,05). Sampel yang memiliki kategori
Sedangkan sampel yang memiliki aktivitas
konsumsi sayur yang kurang, sebanyak 78,0
sedentari cukup, sebanyak 75,9% nya memiliki
% memiliki kebugaran jasmani yang cukup
kebugaran jasmani cukup dan 24,1% nya
dan sebanyak 22,0 % memiliki kebugaran
memiliki kebugaran jasmani baik.
jasmani baik. Sedangkan sampel yang memiliki
kategori konsumsi sayur yang baik, sebanyak Pola konsumsi buah sampel lebih baik
40% memiliki kebugaran jasmani cukup dan jika dibandingkan dengan konsumsi sayur.
60% memiliki kebugaran jasmani baik (Tabel Hanya 5,7 % sampel yang memiliki pola
2). Berdasarkan Tabel 2 dapat pula dijelaskan konsumsi sayur kategori baik. Dilihat dari hasil
bahwa terdapat hubungan yang signifikan food record sampel mengkonsumsi sayur sangat
antara pola konsumsi buah dengan kebugaran jarang karena lebih menyukai makanan yang
jasmani. Dibuktikan dengan nilai p = 0.001 (p banyak mengandung lemak seperti gorengan,
< 0,05). Hal ini bermakna bahwa semakin baik makanan yang berkuah santan, bahkan sampel
pola konsumsi buah maka semakin baik pula mengonsumsi sayur hanya sekitar setengah
kebugaran jasmaninya. porsi atau sekitar 50 gram per harinya. Faktor
yang menyebabkan rendahnya asupan sayur
Pola konsumsi buah dari sampel
sebagian besar adalah karena ketidaktahuan
cenderung lebih baik dibandingkan dengan pola
sampel terhadap pentingnya kandungan zat
konsumsi sayur. Sampel yang masuk dalam
gizi yang terdapat dalam sayur yang dapat
kategori pola konsumsi buah yang baik memiliki
meningkatkan kebugaran jasmani.
kebugaran jasmani yang baik pula sedangkan
sampel yang masuk dalam kategori pola Pada penelitian ini tidak didapatkan
konsumsi buah yang kurang memiliki kebugaran hubungan antara pola konsumsi sayur dengan
jasmani cukup. kebugaran jasmani. Hasil penelitian ini sejalan

5
Sport and Nutrition Journal, Vol. 2,
1, No. 1,
2, Maret 2020:1-9
November 2019: 40-47

dengan penelitian Refiana (2015) yang yang memiliki kadar oksigen relatif lebih rendah.
menyatakan bahwa tidak ada hubungan yang Dengan demikian, hemoglobin mengambil
signifikan antara asupan zat gizi mikro dengan oksigen dalam paru-paru dan melepasnya ke
tingkat kebugaran jasmani. Kandungan terbesar jaringan yang aktif, seperti otot yang berkontraksi.
dari sayur adalah zat gizi mikro yaitu vitamin dan Kecepatan dan volume pemakaian oksigen
mineral. Hampir sebagian besar sampel memiliki maksimal dikenal dengan kapasitas VO2 maks
asupan sayur rendah yaitu kurang dari 2 ½ porsi (Guyton, 2014).
atau 250 gram per hari. Rata-rata sampel hanya
Faktor lain yang dapat menentukan
mengkonsumsi sayur 50 gram per hari.
nilai VO2 maks adalah kadar hemoglobin.
Pola konsumsi buah pada sampel Fungsi hemoglobin sebagai suatu sistem “buffer
berhubungan dengan kebugaran jasmani. oksigen” bertanggung jawab dalam pengaturan
Konsumsi buah sampel cenderung baik tekanan oksigen dalam jaringan, sehingga
dikarenakan buah lebih mudah didapatkan sangat menentukan pemakaian dan pelepasan
dan lebih mudah untuk dikonsumsi tanpa perlu oksigen dalam jaringan. Dengan demikian
melakukan tahapan pengolahan seperti sayur. diketahui bahwa asupan sayur dan buah
Konsumsi buah dianggap lebih praktis sehingga dapat mempengaruhi kadar hemoglobin yang
hal ini menjadi faktor pola konsumsi buah sampel berperan dalam menentukan kebugaran jasmani
lebih baik dibandingkan pola konsumsi sayur. seseorang (Guyton, 2014).

Konsumsi buah sangatlah dianjurkan Rosecamp (2014) juga menjelaskan


oleh Badan Kesehatan Dunia karena buah bahwa dalam buah terdapat kandungan gula
banyak mengandung vitamin dan mineral yang memiliki peranan penting untuk seseorang
yang tinggi yang dapat dimanfaatkan sebagai dalam melakukan aktivitas fisik ataupun
antioksidan seperti Vitamin A, B (B1, B2, B3 olahraga. Untuk olahraga, energi berupa ATP
dan B6), C dan E, serta mineral seperti Zat Besi (adenosine triphospate) diambil dari karbohidrat
(Fe), Magnesium, Zink (Zn) dan Serat yang yang terdapat dalam tubuh berupa glukosa dan
mampu membantu menetralisir radikal bebas glikogen yang disimpan dalam otot dan hati.
yang berperan terhadap melindungi sel tubuh. Glikogen pada otot digunakan langsung oleh otot
Konsumsi mineral seperti magnesium, zat besi yang menghasilkan energi, sedangkan glikogen
dan zink dapat berpengaruh terhadap daya tahan hati berubah menjadi glukosa dan masuk
otot individu. Kesehatan dan kebugaran jasmani peredaran darah yang selanjutnya digunakan
yang menurun dapat menyebabkan kelelahan oleh otot.
serta sistem otot dalam keadaan lemah juga
Karbohidrat memiliki 4 kategori yaitu
dapat menyebabkan kecepatan dan daya tahan
monosakarida, disakarida, polisakarida, dan
otot rendah (Shintia, 2017).
oligosakarida yang semuanya dibedakan
Buah merupakan bahan pangan oleh nomor gula sederhana yang membentuk
sumber vitamin C. Sedangkan sayuran hijau molekulnya. Diantara 4 kategori tersebut,
adalah sumber zat besi (Fe). Vitamin C akan monosakarida merupakan bentuk gula yang
mereduksi Fe dari ferri menjadi ferro di dalam paling mudah diserap oleh tubuh. Contoh dari
saluran cerna, sehingga mudah diabsorbsi yang kategori monosakarida adalah glukosa, fruktosa
selanjutnya bergabung dengan protein globin dan galaktosa yang mana terdapat pada buah
membentuk hemoglobin. Hemoglobin berperan pisang, apel, dan mangga (Rosecamp, 2014).
dalam pengangkutan oksigen. Hemoglobin
Hubungan antara aktivitas sedentari
cenderung mengikat oksigen dalam lingkungan

6
Isra Iyyah,
DwiNatalia Desy
Hartanti, Putriningtyas,
Dinda Siti Wahyuningsih
Rima Mutmainah / Perbedaan
Mawarni / Hubungan Yogurtbuah
Konsumsi Kacang
danMerah
Sayur ...

dengan kebugaran jasmani dilakukan uji energi. Individu yang memiliki tingkat aktivitas
statistik menunjukkan hasil bahwa tidak terdapat fisik kurang dan cenderung memiliki tingkat
hubungan yang signifikan antara aktivitas aktivitas sedentari yang tinggi pada umumnya
sedentari dengan kebugaran jasmani. Pada akan banyak menimbun lemak pada komposisi
penelitian ini sebanyak 96,6% sampel memiliki tubuhnya. Sehingga komposisi persen lemak
aktivitas sedentari yang tinggi dan hanya 24,1,% tubuhnya semakin meningkat.
sampel yang memiliki aktivitas sedentari yang
Penurunan tingkat aktivitas fisik yang
cukup. Dilihat dari hasil food activity record
ditandai dengan peningkatan antivitas sedentari
sampel selama 5 hari, rata-rata sampel dalam
berdampak pada penurunan kebugaran fisik
sehari melakukan aktivitas sedentari selama 12
dan peningkatan komposisi lemak tubuh. Salah
jam dan dapat dikatakan bahwa setengah hari
satu faktor yang mempengaruhi kebugaran
aktivitas hanya digunakan untuk beraktivitas
jasmani adalah komposisi tubuh (Arena dan
sedentari seperti mendengarkan musik,
Cahalin, 2014). Komposisi lemak tubuh yang
menonton televisi, membaca novel, menonton
tinggi menurunkan tingkat kebugaran jasmani,
film, bermain game online, bermain media sosial,
sebaliknya peningkatan masa otot pada tubuh
mengerjakan tugas dengan duduk-duduk dan
berhubungan dengan peningkatan kebugaran
lain sebagainya.
jasmani. Peningkatan aktivitas fisik tidak hanya
Penelitian Arafah (2016) menyatakan menurunkan massa lemak tubuh tapi juga
bahwa pada kelompok usia 12 sampai 15 meningkatkan massa otot. Aktivitas fisik yang
tahun di Kota Semarang memiliki waktu teratur dapat meningkatkan kekuatan otot, daya
yang cukup tinggi untuk melakukan aktivitas tahan dan fleksibilitas tubuh sehingga dapat
sedentari. Lamanya waktu beraktivitas sedentari meningkatkan kebugaran fisik dan kesehatan
berhubungan dengan rendahnya aktivitas (Kim et al, 2018).
fisik dan tingginya indeks massa tubuh. Hal ini
Aktivitas fisik yang teratur dilaporkan
disebabkan karena aktivitas sedentari hanya
dapat memberi dampak positif pada kebugaran
membutuhkan pergerakan tubuh yang minim.
fisik. Terdapat peningkatan massa otot
Remaja melakukan kegiatan sedentari dengan
bagian atas dan bawah pada tubuh dengan
posisi duduk, sehingga energi yang dikeluarkan
dilakukannya aktivitas fisik berupa olahraga dan
semakin rendah. Apabila kondisi ini berlangsung
hal ini menyebabkan peningkatan kebugaran
terus menerus, maka dapat menyebabkan
fisik (Kim, 2015). Selain itu peningkatan massa,
obesitas. Oleh karena itu, remaja perlu melakukan
kekuatan dan fleksibilitas otot juga berhubungan
olahraga untuk menciptakan keseimbangan
dengan penignkatan kepadatan tulang.
energi dalam tubuh dan melancarkan proses
oksidasi lemak sehingga dapat memperkecil Menurut penelitian Schwanke et al 2016
peluang terkena obesitas (Ballard, 2009). menyatakan bahwa aktivitas fisik yang dilakukan
secara rutin dengan durasi tertentu mampu
Penelitian ini sejalan dengan penelitian
meningkatkan kebugaran dari kardiopulmonar
yang dilakukan oleh Steffen et al (2011) yang
tubuh. Aktivitas fisik ini dapat berupa olahraga
menyatakan bahwa perilaku sedentari pada
rutin dan teratur dalam bentuk aerobik. Aktivitas
remaja adalah faktor resiko yang kuat untuk
dalam bentuk olahraga rutin dengan durasi yang
remaja menderita kegemukan dan obesitas. Hal
sesuai dapat meningkatkan kebugaran jasmani
ini disebabkan gaya hidup yang kurang bergerak
melalui perbaikan bentuk tubuh, peningkatan
(aktivitas fisik rendah) menjadikan penumpukan
kekuatan dan fleksibilitas otot (Monyeki et al.,
lemak dalam tubuh dan tidak dikeluarkan sebagai
2012).

7
Sport and Nutrition Journal, Vol. 2,
1, No. 1,
2, Maret 2020:2019:
November 1-9 40-47

PENUTUP Masyarakat

Pola konsumsi buah dan sayur dari Irianto, Djoko Pekik. 2006. Panduan Gizi Lengkap
sampel tergolong kategori rendah. Sebanyak Keluarga dan Olahraga. Yogyakarta :
96,6% sampel memiliki tingkat aktivitas sedentari Penerbit Andi.
tinggi. Tidak ada hubungan antara pola konsumsi
Joanne L. Slavin and Beate Lloyd. Health
sayur dan aktivitas sedentari dengan kebugaran
Benefits of Fruits and Vegetables.
jasmani. Ada hubungan yang signifikan antara
American Society for Nutrition. Adv.
konsumsi buah dengan kebugaran jasmani.
Nutr. 3: 506– 516, 2012; doi:10.3945/
Adapun saran terkait penelitian ini yaitu perlu
an.112.002154. 2012. [cited: 2016
adanya pendidikan gizi terkait pentingnya
August 8]. Available from: https://www.
konsumsi sayur dan buah serta aktivitas fisik
Advances. nutrition.org/ content/3/4/506.
untuk masyarakat. Perlu dikaji lebih dalam
full.
terkait hubungan komposisi tubuh dan status gizi
dengan kebugaran jasmani. Kementrian Kesehatan Republik Indonesia. 2013.
Riset Kesehatan Dasar; RISKESDAS.
UCAPAN TERIMA KASIH
Jakarta: Balitbang Kemenkes RI.
Terima kasih kepada seluruh pihak yang
Kementrian Kesehatan Republik Indonesia. 2018.
telah terlibat dan berpartisipasi dalam penelitian
Riset Kesehatan Dasar; RISKESDAS.
ini.
Jakarta: Balitbang Kemenkes RI.
DAFTAR PUSTAKA
Kementrian Kesehatan Republik Indonesia.
Arena R, Cahalin LP. Evaluation of 2018. Infodatin Konsumsi Makanan
cardiorespiratory fitness and respiratory Penduduk Indonesia. Jakarta : Pusat Data
muscle function in the obese population. dan Informasi Kementrian Kesehatan RI.
Prog Cardiovasc Dis. 2014;56:457–464.
Kim et al. (2018). Effect of circuit training on
Guyton AC, Hall JE. 2014. Text Book of Medical body composition, physical fitness, and
Physiology. 10th ed. Singapore: WB metabolic syndrome risk factors in obese
Saunders Company. female college students. Journal of
Exercise Rehabilitation 2018; 14(3): 460-
Hamam Hadi. Beban Ganda Masalah Gizi
465.
dan Implikasinya terhadap Kebijakan
Pembangunan Kesehatan Monyeki MA, Neetens R, Moss SJ, Twisk J. (
Nasional. Dalam : Pidato Pengukuhan 2012). The relationship between body
Jabatan Guru Besar pada Fakultas composition and physical fitness in 14
Kedokteran Universitas Gadjah Mada year old adolescents re¬siding within the
Yogyakarta: UGM; 2005. Tlokwe local municipality, South Africa:
the PAHL study. BMC Public Health
Hermina dan Prihartini. 2016. Gambaran
;12:374
Konsumsi Sayur dan Buah Penduduk
Indonesia dalam Konteks Gizi Ottevaere C., Huybrechts I., Benser J.,
Seimbang: Analisis Lanjut Survei Bourdeaudhuij I.D., Garcia M.C.,
Konsumsi Makanan Individu (SKMI) Dallongeville J., Zaccaria M., Gottrand
2014. Jakarta : Pusat Penelitian dan F., Kersting M., Rey-López J.P., Manios
Pengembangan Upaya Kesehatan Y., Molnár D., Moreno L.A., Smpokos E.,

8
Isra Iyyah,
DwiNatalia Desy
Hartanti, Putriningtyas,
Dinda Siti Wahyuningsih
Rima Mutmainah / Perbedaan
Mawarni / Hubungan Yogurtbuah
Konsumsi Kacang
danMerah
Sayur ...

Widhalm K., Henauw S.D. 2011. Shomoro, Degele dan Mondal. 2014. Spectrum
Clustering patterns of physical activity, International Journal of Humanities
and dietary behavior among European Comparative Relationships of Selected
adolescents: The HELENA study. BioMed Physical Fitness Variables among
Central Public Health. 11:328. Different College. Vol : (1), No.II ISSN
2321-6808.
Refiana, Putri S. 2015. Hubungan Asupan Zat
Gizi Mikro dan Komposisi Lemak Tubuh Steffen, Tremblay MS, Marshall SJ, Hume C.
dengan Tingkat Kebugaran Mahasiswa Di 2011. Health Risks, Correlaates, and
UKM Sepakbola UNY. Skripsi. Surakarta Interventions to Reduce Sedentary
: Universitas Muhammadiyah Surakarta. Behavior in Young People. Am J Prev
Med. Vol.41(2):197-206.
Roscamp, R. Santos MG. 2014. Effects of
Carbohydrates Supplementation and Suharjana. 2008. Pendidikan Kebugaran
Physical Exercise. Journal of Nutrition Jasmani. Pedoman Kuliah. Yogyakarta.
and Health Sciences. Vol. 2, No. 3. FIK UNY.

Sharkey, Brian J. 2011. Kebugaran dan


Kesehatan. Jakarta: PT. Raja Grafindo
Persada.

Shintia, D. M.V. 2017. Hubungan antara


Asupan Magnesium, Kalsium, dan Zat
Besi dengan Daya Tahan Otot pada
Atlet Bulutangkis Usia 13-18 Tahun
di Persatuan Bulutangkis Ekstra dan
Bintang Junior. Skripsi. Semarang:
Universitas Ngudi Waluyo.

Anda mungkin juga menyukai