Anda di halaman 1dari 13

Pengaruh Terapi Bermain Vegetable Eating Motivation (VEM)

Terhadap Perilaku Makan Sayuran pada Anak


Prasekolah

Malisa Zahyani1, Emulyani2


1
Mahasiswa Program Studi Ilmu Keperawatan STIKes Payung Negeri Pekanbaru
2
Staf Pengajar Program Studi Ilmu Keperawatan STIKes Payung Negeri Pekanbaru

ABSTRAK
Masalah makan umumnya terjadi pada anak, termasuk masalah konsumsi sayur.
Konsumsi sayur diperlukan tubuh sebagai sumber vitamin, mineral dan serat
dalam mencapai pola makan sehat dengan gizi seimbang untuk kesehatan yang
optimal. Penanaman kebiasaan hidup sehat, temasuk kebiasaan makan yang baik
seharusnya dilakukan untuk anak saat usia prasekolah. Usia prasekolah (3-5)
tahun merupakan kebutuhan yang krusial untuk pertumbuhan dan perkembangan
yang optimal. Terapi bermain merupakan rangkaian kegiatan yang dilakukan
dengan cara bermain untuk memberikan stimulus yang dapat meningkatkan
perilaku asertif pada anak. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui
pengaruh terapi bermain Vegetable Eating Motivation (VEM) terhadap perilaku
makan sayuran pada anak prasekolah. Jenis penelitian yang digunakan kuantitatif
dengan desain penelitian quasi-experiment dengan pendekatan pre and post test
without control yang mana peneliti akan melakukan intervensi pada satu
kelompok tanpa pembanding (kontrol). Efektifitas perlakuan dinilai dengan cara
membandingkan nilai pre test dengan post test. Pengambilan sampel dilakukan
menggunakan teknik purposive dan sampel penelitian berjumlah 18 orang.
Analisa yang digunakan yaitu dependent T-test. Hasil uji statistik didapatkan nilai
rata-rata konsumsi sayur sebelum diberikan intervensi yaitu 38,22 dengan standar
deviasi (SD) 18,236 dan setelah diberikan intervensi yaitu 68,11 dengan standar
deviasi (SD) 18.304. Hasil analisa diperoleh p value sebesar 0,000 < α (0,05),
maka dapat disimpulkan terjadi peningkatan konsumsi sayuran pada anak
prasekolah setelah diberikan terapi bermain Vegetable Eating Motivation (VEM).
Bagi peneliti selanjutnya diharapkan dapat melakukan penelitian yang lebih lanjut
tentang pengaruh terapi bermain Vegetable Eating Motivation (VEM) dengan
tindakan yang lebih tepat kepada responden agar tidak menimbulkan bias dalam
penelitian dan menggunakan alat ukur penelitian yang lebih sesuai agar dapat
mendapatkan hasil yang lebih optimal kedepannya sehingga dapat menjadikan
terapi bermain Vegetable Eating Motivation (VEM) ini lebih optimal.
Kata Kunci : Konsumsi sayur, Anak prasekolah, Terapi bermain
Effect Of Play Therapy Vegetable Eating Motivation (VEM)
Against Behavioral Vegetables In Children
Preschools
Malisa Zahyani1, Emulyani2
1
Program Study of Nursing STIKes Payung Negeri Pekanbaru
2
Staff Program Study of Nursing STIKes Payung Negeri Pekanbaru

ABSTRACT

Consumption of vegetables the body needs vitamins, minerals and fiber in


achieving a healthy diet with balanced nutrition for optimal health. Planting
healthy habits, including the good eating habits should be done to children during
the preschool years. Preschool (3-5) in a crucial requirement for optimal growth
and development. Play therapy is a series of activities carried out by way of play
to give a stimulus to improve assertive behavior in children. The purpose of this
study was to determine the effect of play therapy Vegetable Eating Motivation
(VEM) on feeding behavior in preschool children vegetables. Type of research is
quantitative with quasi-experimental research design with pre-post and post-test
approach without control Which one Researchers will intervene in a comparison
group without (control). Effectiveness of the treatment was assessed by
comparing the value of the pre-test to post-test, Sampling was conducted using
purposive and sample amounted to 18 people. The analysis used is dependent T-
test. Statistical test results obtained average value of the consumption of
vegetables before the given intervention is 38.22 with a standard deviation (SD)
18.236 and after a given intervention is 68.11 with a standard deviation (SD) 18
304. The results of the analysis, the p value of 0.000 <α (0.05), it can be
concluded there was an increase of vegetable consumption in preschool children
after therapy plays Vegetable Eating Motivation (VEM). For further research is
expected to conduct further studies on the effect of play therapy Vegetable Eating
Motivation (VEM) with action that is more appropriate to the respondent in order
to avoid bias in research and using a measuring instrument research more
appropriate in order to obtain a more optimal results in the future so that can make
play therapy Vegetable Eating Motivation (VEM) is more optimal.
Keywords : Consumption of vegetables, preschooler, play therapy
PENDAHULUAN berserat sangat baik karena dapat
membantu memperlancar proses
Masa prasekolah disebut usia pencernaan didalam tubuh,
keemasan (The golden age) yang mempengaruhi peningkatan ukuran,
hanya datang sekali dan tidak dapat berat, dan melunakkan feses.
diulangi lagi, yang sangat menentukan Konsumsi sayur pada anak masih
untuk pengembangan kualitas manusia sangat minim dan masih banyak yang
Anak prasekolah adalah anak yang belum sesuai dengan rekomendasi.
berusia tiga sampai lima tahun yang Rekomendasi kecukupan konsumsi
mempunyai berbagai macam potensi. sayur untuk anak prasekolahadalah
Potensi-potensi itu di rangsang dan 100 gram (setara dengan 1 porsi atau 1
dikembangkan agar pribadi anak gelas sayur). Berdasarkan data terakhir
tersebut berkembang secara optimal yang dikeluarkan (Food Agriculture
(Supartini,2012). Organization) FAO pada tahun 2010,
Masa prasekolah terdapat berbagai tingkat konsumsi sayur pada anak di
tugas perkembangan yang harus Indonesia 35 kilogram per kapita per
dikuasai anak sebelum dia mencapai tahun. Angka itu jauh lebih rendah
tahap perkembangan selanjutnya. Pada dengan angka konsumsi sayuran yang
masa tumbuh kembang anak nutrisi dianjurkan 75 kilogram per kapita per
sangat diperlukan, karena anak-anak tahun.
tidak memperoleh gizi yang seimbang
karena pola makan yang buruk Berdasarkan informasi pangan dan
(Soetjiningsih, 2012). gizi tahun 2014 dari Kementrian
Anak membutuhkan asupan Kesehatan RI mengatakan bahwa
nutrisi yang baik dan seimbang dalam terdapat perilaku yang kurang baik
proses pertumbuhan dan pada anak yaitu kurang mengkonsumsi
perkembangannya. Kebutuhan nutrisi sayuran dan anak jajan setiap hari.
merupakan kebutuhan yang sangat Berdasarkan data dari Prevention and
penting dalam membantu proses Population Health Branch,
pertumbuhan dan perkembangan anak Departement of Health (2015)
serta mencegah terjadinya berbagai mengatakan bahwa di Australia 22%
penyakit akibat kurang nutrisi dalam dari responden anak berusia 4-8 cukup
tubuh. Zat gizi merupakan unsur yang makan sayuran sedangkan sisanya
penting dalam nutrisi. Zat gizi tersebut sebanyak 78% tidak cukup makan
diantaranya adalah karbohidrat, lemak, sayuran. Padahal sayuran sangat
protein, vitamin, mineral dan air. bermanfaat dalam membantu proses
Beberapa dari nutrisi yang sangat perkembangan dan pertumbuhan
berguna tersebut terkandung di dalam manusia, khususnya pada anak usia
sayuran (Behrman, 2015). Sayur prasekolah. Di Indonesia juga
sangat penting dalam menu makanan diperoleh data bahwa konsumsi sayur
seimbang, yang merupakan sumber masyarakat masih relatif rendah,
vitamin dan mineral dan kaya akan padahal di Indonesia merupakan
serat. Mengkonsumsi makanan
negara agraris dengan komoditi sayur usia 4-6 tahun” menemukan bahwa,
lokal yang melimpah. melalui metode bermain permainan
Konstipasi menjadi salah satu cooking class dapat meningkatkan
penyakit yang akan dialami bila anak motivasi anak makan sayuran pada
kurang mengkonsumsi sayur. Jurnalis anak usia anak 4-6 tahun di RA AL-
et al (2013) mengatakan bahwa Muhajirin Rasau Jaya, Kabupaten
didapatkan prevalensi konstipasi pada Kubu Raya, Provinsi Kalimantan
anak sampai usia 1 tahun mencapai Barat.
29% dan meningkat pada tahun kedua, Studi pendahuluan kepada 20
yaitu sekitar 10,1 %. Eva (2015) orang anak prasekolah di TK Islam
mengatakan bahwa berdasarkan Akramunnas Pekanbaru, 18
penelitian yang pernah dilakukan pada diantaranya menolak untuk memakan
anak sekolah di taman kanak-kanak sayur, sisanya memakan sayur tetapi
diwilayah Senen, Jakarta, didapatkan tidak habis. Peneliti melakukan
prevalensi konstipasi yakni sebesar wawancara kepada 10 orang ibu dari
4,4%. anak prasekolah di beberapa TK di
Usia prasekolah merupakan masa- wilayah Pekanbaru, diantaranya TK
masanya bermain bagi anak sekaligus Islam Akramunnas, TK Al-insyirah,
anak mempersiapkan diri sebelum TK Al-Rasyid. TK Al-Insyirah 5 orang
memasuki belajar formal (Gunarsa, ibu mengatakan anaknya sulit jika
2014). Dravida (2013) mengatakan disuruh makan sayur, di TK Al-Rasyid
bahwa bermain secara tidak langsung 6 orang ibu mengatakan anaknya susah
akan membuat anak mengembangkan untuk makan sayuran, dan di TK Islam
kemampuan fisik, motorik, sosial, Akramunnas Pekanbaru 8 orang ibu
emosional, dan kognisinya. Oleh mengatakan anaknya susah untuk
karena itu memberikan stimulus makan sayuran. Melihat perilaku anak
kepada anak usia prasekolah prasekolah yang jarang sekali suka
merupakan hal yang sangat penting dengan sayuran dan hari-hari mereka
yang harus dilakukan. Diketahui dipenuhi dengan bermain, maka
bahwa terdapat hubungan bermain dibutuhkanlah sebuah terapi dengan
terhadap pembentukan perilaku anak. pendekatan bermain yang dapat
Aliyati (2012) mengatakan bahwa memotivasi dan meningkatkan
bermain dapat meningkatkan perilaku konsumsi sayuran pada anak
asertif anak. prasekolah.
Beberapa penelitian telah Vegetable Eating Motivation
dilakukan untuk melihat pengaruh (VEM) merupakan salah satu bentuk
terapi bermain untuk meningkatkan terapi bermain yang dirancang oleh
minat makan sayuran bagi anak usia peneliti dengan tujuan memberikan
prasekolah. Penelitian yang dilakukan motivasi dan edukasi kepada anak
oleh Wahyuni (2014) yang berjudul prasekolah dengan pendekatan
“Peningkatan motivasi anak makan bermain yang dilakukan dalam bentuk
sayuran melalui metode bermain rangkaian permainan dan dilakukan
permainan cooking classpada anak selama 2 hari, dengan tujuan untuk
meningkatkan perilaku makan sayuran menggunakan lembar observasi yang
pada anak prasekolah. memuat nomor responden, inisial
Vegetable Eating Motivation nama, umur, dan tabel observasi
(VEM) merupakan salah satu bentuk jumlah sayuran yang dikonsumsi.
terapi bermain yang bertujuan Data yang diambil dianalisa
memberikan motivasi dan edukasi dengan menggunakan analisis
kepada anak prasekolah dengan univariat dan bivariat dalam bentuk
pendekatan bermain untuk tabel.
meningkatan perilaku makan sayuran
pada anak prasekolah. Oleh karena itu, HASIL
peneliti tertarik untuk meneliti tentang 1. Analisa Univariat
“Pengaruh terapi bermain Vegetable
Eating Motivation terhadap perilaku Tabel 4.1: Gambaran karakteristik
makan sayuran pada anak responden berdasarkan umur
prasekolaah.
Tujuan penelitian ini adalah Karakteristik
untuk mengetahui pengaruh terapi Responden N %
bermain vegetable eating motivation Umur :
(VEM) terhadap perilaku anak makan a. 3 4 22
b. 4 8 44
sayuran pada anak prasekolah.
c. 5 18 100
Jumlah
METODE Jenis kelamin :
a. Perempuan 7 39
Jenis penelitian yang digunakan b. Laki-laki 11 61
kuantitatif dengan desain penelitian Jumlah 18 100
quasi-experiment dengan pendekatan
pre and post test without control yang Berdasarkan tabel 4.1 menunjukan
mana peneliti akan melakukan hasil dari penelitian yang dilakukan
intervensi pada satu kelompok tanpa pada 18 responden dengan hasil umur
pembanding (kontrol). Efektifitas responden terbanyak adalah 4 tahun
perlakuan dinilai dengan cara (44%). Pada karakteristik jenis
membandingkan nilai pre test dengan kelamin diperoleh sebagian besar
post test. Pengambilan sampel responden berjenis kelamin perempuan
dilakukan menggunakan teknik sebanyak 11 orang (100%).
purposive dan sampel penelitian
berjumlah 18 orang. Analisa yang
digunakan yaitu dependent T-test. Alat
yang digunakan peneliti adalah
timbangan dengan ukuran gram untuk
mengetahui perilaku makan sayur pada
anak prasekolah sebelum dan sesudah
diberikannya terapi bermain vegetable
eating motivation. Selain itu peneliti
Tabel 4.2: Gambaran karakteristik Tabel 4.4: Nilai rata-rata konsumsi
pengasuh responden dirumah sayuran pre test dan post test pada
pengasuh terapi bermain vegetable
Karakteristik eating motivation (VEM) pada anak
responden N %
prasekolah
Pengasuh :
a. Ibu 7 39 Konsumsi
b. ART 8 44 Sayuran Mean SD Min Max
c. Nenek 3 66 Pre test 38,22 18,236 0 80
Post test 58,11 18,304 20 85
Jumlah 18 100

Berdasarkan tabel 4.4


Berdasarkan tabel 4.2 menunjukan menunjukan bahwa nilai rata-rata
hasil dari penelitian yang dilakukan konsumsi sayur sebelum diberikan
pada 18 responden dengan hasil intervensi adalah 38,22 dan nilai
pengasuh responden dirumah konsumsi sayur sesudah diberikan
terbanyak adalah ibu (39%). intervensi adalah 58,11. Selisih nilai
rata-rata konsumsi sayur sebelum dan
Tabel 4.3: Gambaran karakteristik sesudah diberikan intervensi adalah
berdasarkan suku responden sebesar 19,89.
Karakteristik Tabel 4.5: Nilai normalitas konsumsi
responden N %
sayuran pre test dan post test pada
Suku :
pengaruh terapi bermain vegetable
a. Minang 5 27
eating motivation (VEM) pada anak
b. Melayu 5 27 prasekolah
c. Jawa 7 39
d. Batak 1 5 Konsumsi
Sayuran N Mean P(value)
Jumlah 18 100
Pre test 18 38,22 0,385
Berdasarkan tabel 4.3 Post test 18 58,11 0,696
menunjukan hasil dari penelitian yang
dilakukan pada 18 responden dengan
Berdasarkan tabel 4.5 menunjukan
hasil suku responden terbanyak adalah
bahwa nilai signifikansi pre test adalah
jawa (39%).
0,385 dan nilai signifikansi post test
adalah 0,969. Hal ini menunjukan
bahwa nilai p (value)>α(0,05)
bermakna dan berdistribusi normal.
2. Hasil Analisis Bivariat perilaku makan sayuran pada anak
Analisa bivariat digunakan untuk prasekolah jika hasil ukur
melihat perbedaan nilai konsumsi menunjukkan nilai p value < α (0,05).
sayuran pada responden berdasarkan Penelitian ini menggunakan uji t
jumlah sayuran yang dikonsumsi, serta karena variabel yang di ujikan terdiri
melihat pengaruh terapi bermain VEM dari kategorik dan numerik.
terhadap perilaku makan sayuran pada
anak prasekolah. Pemberian terapi
VEM dikatakan efektif terhadap

Tabel 4.6
Perilaku makan sayuran sebelum dan sesudah diberikan terapi bermain
VEM
Variabel N Mean Std. Std. Error Selisih p(value)
Deviasi (SE) Rerata
(SD) Nilai
Pre Test 18 38,22 18,236 4,298 19,89 0,000 .
Post Test 18 58,11 18,304 4,314

Berdasarkan tabel 4.6 diatas, Usia prasekolah (3-5 tahun)


dari hasil uji statistik didapatkan merupakan masa perkembangan
nilai rata-rata konsumsi sayuran sosial, intelektual, dan emosional
anak prasekolah berdasarkan berat yang pesat bagi anak. Pada masa ini
sayur yang dikonsumsi sebelum anak mengalami penurunan nafsu
diberikan intervensi adalah 38,22 makan dan hanya mau makan
dan sesudah diberikan intervensi makanan yang disukai. Orang tua
adalah 58,11. Hasil analisa harus berusaha keras memaksa anak
diperoleh p (.000) < α (0,05), maka untuk mau makan sayuran sehingga
dapat disimpulkan terjadi membuat suasana makan tidak
peningkatan konsumsi sayuran nyaman dan anak menjadi rewel.
pada anak prasekolah saat post test. Sikap ini merupakan suatu kasus
PEMBAHASAN global dan merupakan suatu kesulitan
1. Karakteristik responden bagi orang tua untuk memberi anak
a. Umur dan jenis kelamin mereka makanan yang mengandung
Hasil penelitian yang dilakukan serat dan banyak vitamin yaitu sayur
pada 18 responden dengan hasil mayur (Asy’ariyah, 2015).
umur responden terbanyak adalah 4 Jenis kelamin merupakan faktor
tahun dengan presentase (44%). internal yang menentukan besar dan
Pada karakteristik jenis kelamin kecilnya kebutuhan gizi. Anak laki-
diperoleh sebagian besar responden laki membutuhkan energi yang lebih
berjenis kelamin perempuan besar dari pada anak perempuan
sebanyak 11 orang (100%). dikarenakan aktifitasnya, sehingga
lebih banyak makan (Kurniawaty, daging, sayur, dan buah. Jenis sayuran
2011). yang sering dikonsumsi suku minang
b. Pengasuh responden dirumah adalah mentimun, daun singkong, dan
Hasil dari penelitian yang buncis (Fitriani, 2012).
dilakukan pada orang tua dari 10 2. Nilai perilaku makan sayuran
responden dengan pengasuh berdasarkan pengukuran sayuran
responden dirumah terbanyak adalah yang dikonsumsi.
ibu (39%). Asy’ariyah (2015) Pada responden dilakukan pre test
mengatakan bahwa pada suatu dan diperoleh nlai rata rata perilaku
keluarga, biasanya ibu yang makan adalah 38,22% .
bertanggung jawab terhadap makanan Kelompok eksperimen selanjutnya
keluarga. Ibu berperan dalam mendapatkan terapi bermain VEM
merencanakan makanan dengan untuk meningkatkan perilaku
ragam dan kombinasi yang tepat makan sayuran, setelah 2 hari
sesuai dengan syarat-syarat gizi. Oleh responden di ukur kembali nilai
karena itu ibu membutuhkan metode perilaku makan sayuran dengan cara
yang efektif yang dapat diterapkan mengukur berat daun yang
untuk meningkatkan perilaku makan dikonsumsi. Penelitian ini
sayuran pada anak prasekolah. mendapatkan hasil post test nilai
c. Suku rata-rata perilaku makan sayuran
Hasil yang dilakukan penelitian yang dikonsumsi responden adalah
pada orang tua dari 10 responden 58,11%. Hal ini menunjukan pada
suku responden terbanyak adalah responden diperoleh selisih rata-rata
Jawa (39%). Hal ini dapat terjadi nilai sebesar 19,98. Pada responden,
dikarenakan lebih dari 50% warga hal ini menunjukkan bahwa terapi
yang berada disekitar lokasi bermain VEM secara langsung
penelitian bersuku jawa. memberikan pengaruh yang efektif
Pada suku terdapat budaya, tata terhadap peningkatan perilaku
nilai, sosial, termasuk juga kebiasaan makan sayur pada anak prasekolah.
makan. Kebiasaan makan merupakan Peneliti mengamati hal ini terjadi
istilah untuk menggambarkan akibat responden benar-benar
kebiasaan dan perilaku yang mengikuti rangkaian teerapi
berhubungan dengan makanan seperti bermain yang diberikan dimana
pola makan, frekuensi makan, apa pada usia prasekolah adalah usia
yang dimakan, kepercayaan tentang bermain, jadi nilai-nilai edukasi
makanan, dan cara pemilihan tentang betapa pentingnya makan
makanan ( Rejeki, 2014). sayuran dapat dilakukan melalui
Suku minang terkenal dengan terapi bermain.
makanannya yang memiliki rasa pedas Analisa dengan menggunakan
dan pemakaian santan yang kental. dependent t test didapatkan untuk p
Makanan pokok suku minang adalah value = 0,000 < α (0,05). Hasil ini
nasi, kemudian dimakan dengan dapat disimpulkan bahwa
berbagai lauk-pauk seperti ikan, pemberian terapi bermain Vegetable
Eating Motivation (VEM) Bagi institusi pendidikan
berpengaruh terhadap perilaku terutama pendidikan Anak Usia
makan sayuran pada anak Dini (PAUD) atau Taman
prasekolah. Kanak-Kanak (TK) terapi
bermain Vegetable Eating
KESIMPULAN Motivation (VEM) dapat menjadi
Berdasarkan hasil penelitian dan salah satu bahan mata ajar yang
pembahasan, maka dapat diambil digunakan bagi tenaga pendidik
kesimpulan sebagai berikut: untuk membantu meningkatkan
1. Hasil penelitian menunjukkan proses pertumbuhan dan
bahwa bahwa sebagian besar usia perkembangan anak usia
responden 4 tahun yaitu sebesar prasekolah.
44% . Pada karakteristik jenis 3. Bagi masyarakat
kelamin didapatkan hasil sebagian Bagi masyarakat khususnya
besar responden berjenis kelamin orang tua responden dapat
perempun sebesar 100%. menggunakan terapi bermain ini
2. Hasil analisa peningkatan ini sebagai cara untuk mengatasi
dengan menggunakan dependent t masalah anak usia prasekolah
test diperoleeh nilai p value= yang tidak suka makan sayur.
0,000<(α) baik berdasarkan 4. Bagi peneliti berikutnya
pengukuran pada berat daun Bagi peneliti selanjutnya
sayuran yang dikonsumsi. Hasil ini diharapkan dapat melakukan
membuktikan bahwa ada pengaruh penelitian yang lebih lanjut
pemberian terapi bermain Vegetable tentang pengaruh terapi bermain
Eating Motivation (VEM) di TK Vegetable Eating Motivation
terhadap perilaku makan sayuran (VEM) dengan tindakan yang
pada anak prasekolah. lebih tepat kepada responden
agar tidak menimbulkan bias
SARAN dalam penelitian, dan
Saran yang dapat peneliti sampaikan menggunakan alat ukur
dalam hal ini antara lain sebagai penelitian yang lebih sesuai agar
berikut: dapat mendapatkan hasil yang
1. Bagi perkembangan ilmu lebih optimal kedepannya
keperawatan sehingga dapat menjadikan terapi
Hasil penelitian ini agar dapat bermain Vegetable Eating
dijadikan sebagai salah satu literatur Motivation (VEM) ini lebih
untuk memberikan intervensi optimal.
kepada anak usia prasekolah yang
mengalami masalah tidak suka DAFTAR PUSTAKA
makan sayuran sehingga akan
meningkatkan kualitas pelayanan
Aliyati, (2012).Pengaruh pemberian
2. Bagi institusi pendidikan
metode bermain untuk
meningkatkan perilaku asertif Bayam. Jawa Pos National
anak. Diperoleh tanggal 10 Network (JPNN). Diperoleh
februari 2015 tanggal 22 Mei 2015 dari
www.JPNN.com
Asy’ariyah, N., Arief, Y.S., &
Erfandi.(2013). Pengetahuan faktor-
Krisnana, I. (Oktober 2015). Story
faktor yang mempengaruhi.
telling sebagai upaya
Diperoleh tanggal 3 maret 2013
meningkatkan konsumsi sayur.
Jurnal Pedia Maternal, 3.
Gunarsa, S.D. (2014). Psikologi anak
Diperoleh tanggal 1 juni 2015.
bermasalah. Jakarta: BPK Gunung
Mulia.
Behrman, R.E. dkk. 2015. Ilmu
Kesehatan Anak Nelson. volume 1.
Gusti, S. (2014). Pengetahuan faktor-
Diterjemahkan oleh A. Samik
faktor yang mempengaruhi.
Wahab. Jakarta: EGC.
Diperoleh tanggal 3 maret2016
Dharma, K.K. (2011). Metodologi
Penelitian Keperawatan: Hastono, S.P.(2014). Analisis data
panduan melaksanakan kesehatan. Jakarta: FKM UI.
dan menerapkan hasil
penelitian. Jakarta: TIM
Hidayat, A.A. (2010). Metode
Department of Health and Ageing, Penelitian dan Teknik Analisis
Department of Agriculture Fisheris Data. Jakarta: Salemba Medika
and Forestry, Australian Food and
Hidayat, A.A. (2014). Pengantar ilmu
Grocery Council. (2015).
kesehatan anak. Jakarta: Salemba
Australian National Children’s
Medika
Nutrition and phisycal activity
survey: Main finding. Canberra:
Hurlock, E. (2012), Psikologi
Commonwealth of Australia.
Perkembangan Suatu Pendekatan
Elisa, F.(2015). Manfaat Sehat Makan
Sepanjang Rentan Kehidupan. Notoatmodjo, S. (2012). Metodologi
Jakarta: Erlangga. Penelitian Kesehatan. Jakarta: Rineka
Cipta

Izzaty, R. E. (2013). Peran Aktivitas Nugraheni, M. 2014. Pengetahuan


Pengasuhan pada Pembentukan Bahan Pangan Nabati.
Perilaku Anak sejak Usia Dini ; Yogyakarata: Universitas Negeri
Kajian Psikologis berdasarkan Yogyakarta
Teori Sistem Ekologis, 1–14.
Nursalam.(2012). Pendekatan praktis
mettodologi riset keperawatan.
Jurnalis, D.Y, Sarmen, S, & Sayoeti,
Jakarta : CV.Sagung Seto.
Y. (2013) Konstipasi pada anak.
Diperoleh tanggal 28 februari 2015 Papalia, Diane E, Etc. 2013. Human
development (Psikologi
Kemenkes RI, (2014). Pedoman gizi
perkembangan, terjemahan A. K.
seimbang. Jakarta: Kementrian
Anwar). Jakarta: Kencana Prenada
Kesehatan RI
Media Grup.

Kurniawati, S. (2011). Faktor-faktor


Patmonodewo, S. (2013).Pendidikan
yang berhubungan dengan
anak prasekolah. Jakarta:
kebiasaan makan anak usia
PT Rineka Cipta.
prasekolah di TK Almanah
Kecamatan Sindang Jaya
Rejeki. (2014). Kebiasaan makan
Kabupaten Tanggerang. Juni,
sayuran pada remaja
2011. Program Studi Kesehatan
puteri. Februari, 2014.
Masyarakat, Fakultas Kedokteran
Institut Pertanian Bogor,
dan Ilmu Kesehatan, Universitas
Fakultas Pertanian,
Islam Negeri Syarif Hidayatullah.
Jurusan Gizi Masyarakat
dan Sumber Daya penelitian klinis. Edisi 3.
Keluarga. Jakarta: Sagung Seto.

Restianti, H. (2015). Menerapkan Sekartini, R. (2013). Optimalkan


budaya hidup sehat: Pola makan tumbuh kembang si kecil sejak
dan keseimbangan gizi, Bandung: dini.Diperoleh tanggal 20 maret
Puri Pustaka. 2015

Riskesdas. 2013. Riset Kesehatan


Soetjiningsih, Tumbuh kembang
Dasar. Jakarta: Bakti Husada.
anak.Ranuh E. Penyunting.
Tumbuh kembang anak Cetakan I.
Rosidi, A. (2012). Peran Pendidikan
Jakarta: EGC, 2012 : 1-31
Dan Pekerjaan Ibu Dalam
Konsumsi Sayur Anak Prasekolah,
Sugiyono.(2010). Statiska untuk
(November), 1–8.
penelitian. Bandung: Alfa beta.
Ruslan, R. (2013). Metode penelitian
publik relations dan komunikasi. Sumoprastowo, R.M. (2012). Memilih
Jakarta: PT Raja Grafindo Persada. dan menyimpan sayur dan bahan
makanan. Bogor: Bumi Aksara.
Santoso.(2013). Kesehatan dan gizi.
Jakarta: PT. Rineka Cipta
Supartini.(2012). Buku ajar konsep
dan PT. Bina Adi aksara.
dasar keperawatan anak. Jakarta:
EGC.
Santrock, John W. (2010).
Perkembangan
Umayah. (2013). Resep cara membuat
anak.Jakarta: Erlangga.
sayur bayam bening. Resep
nasional. Diperoleh tanggal 1 Juni
Sastroasmoro, S & Ismail, S (2010).
2015
Dasar-dasar metodologi
USDA.(2011). National nutrient data Yuliarti, N. (2010). hidup sehat
base for standart refrence. dengan sayuran. Yogyakarta:
Diperoleh tanggal 23 maret 2015 Cakrawala.

Wahyuni, T. (2014). Peningkatan


motivasi anak makan sayuran
melalui metode bermain
permainan cooking class pada
anak usia 5-6 tahun. Jurnal
Pendidikan dan Pembelajaran
Vol. 3, No.8. Diperoleh tanggal
15 februari 2015

Windratie, T. (2015). Enam alasan


kenapa tidak boleh melewat kan
bayam. Cables Necus Network
(CNN) Indonesia.Diperoleh
tanggal 17 juli 2015

Wong, D., L., Hockenberry, M.,


Wilson, D., Winkelstein, M.L., &
Schwartz, P. (2012).Buku Ajar
Keperawatan Pediatrik Edisi 6
vol 1.Jakarta: EGC.

Wong, et al. (2012). Buku ajar


keperawatan pediatric (Egi Komara
Yudha, Esty Wahyuni ningsih, Devi
Yulianti, Nike Budhi Subekti). Jakarta
: EGC.

Anda mungkin juga menyukai