Anda di halaman 1dari 10

See discussions, stats, and author profiles for this publication at: https://www.researchgate.

net/publication/336947628

EDUKASI SEBAYA TERHADAP PRAKTIK GIZI DAN INDEKS MASSA TUBUH


ANAK USIA SEKOLAH YANG MENGALAMI GIZI LEBIH

Article · October 2019


DOI: 10.22487/j25020749.2019.v5.i3.14058

CITATIONS READS

0 6

3 authors, including:

Sigit Mulyono
University of Indonesia
17 PUBLICATIONS   3 CITATIONS   

SEE PROFILE

Some of the authors of this publication are also working on these related projects:

Keamanan makanan View project

All content following this page was uploaded by Sigit Mulyono on 13 November 2019.

The user has requested enhancement of the downloaded file.


Healthy Tadulako Journal (Jurnal Kesehatan Tadulako)
Vol. 5 No. 3, September 2019 : 1-80
P-ISSN : 2407-8441/℮-ISSN : 2502-0749

EDUKASI SEBAYA TERHADAP PRAKTIK GIZI DAN INDEKS MASSA TUBUH


ANAK USIA SEKOLAH YANG MENGALAMI GIZI LEBIH

Andi Saifah1* , Sigit Mulyono2, Henny Permatasari2


1Prodi D-III Keperawatan, Fakultas Kedokteran Universitas Tadulako
2
Fakultas Ilmu Keperawatan, Universitas Indonesia
*
e-mail: Saifah90@yahoo.co.id

ABSTRAK
Prevalensi gizi lebih (overweight dan obesitas) pada anak mengalami peningkatan dan menjadi
ancaman kesehatan. Teman sebaya merupakan salah satu faktor penguat yang dapat mempengaruhi
perilaku anak usia sekolah. Tujuan penelitian ini adalah menganalisis pengaruh edukasi sebaya
terhadap praktik gizi dan indeks massa tubuh (IMT) anak usia sekolah yang mengalami gizi lebih.
Desain penelitian yang digunakan adalah adalah quasi-experimental one group pretest-postest design.
Populasi adalah semua anak yang mengalami gizi lebih di SD Pasir Gunung Selatan 3 sebanyak 33
anak dan semua dijadikan sampel penelitian. Sampel akhir yang dianalisis adalah responden yang
mengikuti semua proses intervensi selama delapan minggu sebanyak 24 responden. Instrument yang
digunakan untuk mengukur praktik gizi adalah lembar observasi food recall 1 x 24 jam selama 7 hari
dan diary aktivitas fisik, lembar observasi hasil pengukuran berat badan dan tinggi badan serta standar
antropometri untuk IMT. Edukasi sebaya berupa penyuluhan gizi seimbang, kampanye makan sayur
dan buah, senam SRIBU di sekolah. Uji hipotesis menggunakan uji t berpasangan dan uji Wilcoxon,
didapatkan nilai ρ < 0,001, sehingga dapat diambil kesimpulan yaitu terdapat pengaruh edukasi sebaya
terhadap peningkatan praktik gizi sehat, penurunan IMT anak usia sekolah yang mengalami gizi lebih
di SD Pasir Gunung Selatan. Hasil tersebut menurunkan prevalensi gizi lebih dan meningkatkan status
gizi normal anak usia sekolah.

Kata kunci : Edukasi sebaya, praktik gizi, indeks massa tubuh, anak usia sekolah, gizi lebih

ABSTRACT
The prevalence of over nutrition (overweight and obesity) on children has increased and become a
health threat. Peer is one of the reinforcing factors that can influence the behavior of school-age
children. The purpose of this research is to analyze the effect of peer education on nutrition practices
and body mass index of school-aged children who experience over nutrition. The research design used
was a quasi-experimental one-group pretest-posttest design. The population was all 33 children who
experienced over nutrition at SD Pasir Gunung Selatan and all were used as research samples. The
final sample analyzed was respondents who participated in all the eight-week intervention processes
with 24 respondents. The instrument used to measure nutritional practices is a 1 x 24-hour food recall
observation sheet for 7 days and a physical activity diary, an observation sheet of weight and height
measurements and an anthropometric standard for Body Mass Index. Peer education in the form of
counseling for balanced nutrition, a campaign to eat vegetables and fruit, SRIBU gymnastics at school.
Hypothesis testing using paired t-test and Wilcoxon test obtained p-value <0.001, so it can be
concluded that there is an influence of peer education on improving healthy nutrition practices,
decreasing Body Mass Index of school-age children who experience over nutrition at SD Pasir Gunung
Selatan. These results reduce the prevalence of nutrition and improve the normal nutritional status of
school-aged children.

Keywords : peer education, nutrition practices, body mass index, school-aged children, over
nutrition

Andi Saifah, Sigit Mulyono, Henny Permatasari :55-63 55


Healthy Tadulako Journal (Jurnal Kesehatan Tadulako)

PENDAHULUAN perilaku leissure (santai) dan sedantary


Gizi lebih (overweight dan obesitas) (kegiatan kurang gerak)13,14.
merupakan masalah utama pada anak-anak di Obesitas dapat menyebabkan berbagai
Amerika dan mengalami peningkatan di masalah kesehatan fisik maupun psikososial.
berbagai negara1, termasuk di Indonesia, Obesitas pada anak atau orang dewasa
bahkan menjadi ancaman bagi anak2. Kasus merupakan faktor risiko penyakit
obesitas meningkat tiga kali lipat pada anak pra kardiovaskuler dan diabetes, hipertensi, sleep
sekolah dan remaja, empat kali pada anak usia apnea, masalah orthopedi, resistensi insulin,
6 – 11 tahun di USA3. Gizi lebih pada anak usia hyperlipidemia3,12. Dampak psikologis anak
sekolah dinilai berdasarkan Indeks Massa usia sekolah dengan gizi lebih yaitu menjadi
Tubuh (IMT) menurut umur dan jenis kelamin4. bahan lelucon oleh orang lain sehingga anak
Sekitar 10% kejadian gizi lebih pada anak dapat mengalami gangguan gambaran tubuh
usia sekolah di Indonesia tahun 2006. Hasil dan harga diri rendah. Hal itu dapat
Riset Kesehatan Dasar tahun 2007 ditemukan mengakibatkan isolasi diri sehingga
15,5% dan 9,2% pada tahun 20105. Survey berpengaruh terhadap perkembangan anak12.
pada 1387 anak SD di Jakarta, 13% mengalami Obesitas pada usia anak dapat menjadi
gizi lebih6. Penelitian terhadap 174 responden obesitas pada usia dewasa dan cenderung lebih
yang dipilih secara acak pada lima SD, parah jika kelebihan berat badan dimulai sejak
ditemukan 29,9% gizi lebih7. Hasil penjaringan anak-anak10. 70% overweight atau obesitas usia
status gizi 331 siswa di SDN Pasir Gunung dewasa karena overweight saat anak dan
Selatan 3 pada bulan Maret tahun 2018, remaja3,15.
didapatkan hasil 9,97% gizi lebih dan 5,1% gizi Kejadian gizi lebih pada anak usia sekolah
kurang. Prevalensi gizi lebih yang diperoleh perlu upaya penanggulangan dan pencegahan
melebihi prevalensi gizi lebih tingkat nasional sedini mungkin melalui pendidikan kesehatan
dan Kota Depok tahun 2011 yaitu sebesar dengan metode yang menyenangkan bagi anak.
5,63%8. Salah satu strategi pendidikan kesehatan untuk
Di Indonesia berdasarkan data Riskesdas anak usia sekolah adalah pemberdayaan teman
tahun 2013 menunjukkan bahwa berdasarkan sebaya melalui peer education16, selanjutnya
indikator lingkar perut, prevalensi obesitas Green & Kreuter (2005) bahwa teman sebaya
sentral adalah 26,6%, lebih tinggi dari merupakan salah satu factor penguat yang
prevalensi pada tahun 2007 (18,8%)9. dapat mempengaruhi perilaku anak usia
Penyebab utama gizi lebih adalah ketidak sekolah17, termasuk perilaku makan14.
seimbangan energy yang masuk dan energy Penelitian Hayati (2009) menunjukkan bahwa
yang dikeluarkan3,10,11,12. Anak usia sekolah edukasi sebaya dapat meningkatkan skor
cenderung memilih makanan tidak sehat seperti pengetahuan, sikap dan perilaku jajan yang
makanan yang mengandung tinggi lemak dan sehat pada anak usia sekolah di Aceh (ρ <
gula, konsumsi soft drink tinggi; kurang 0,001)18.
mengonsumsi sayur dan buah3,12. 59,62% tidak Peneliti banyak menemukan riset tentang
mengonsumsi buah secara rutin dan 25,85% edukasi sebaya pada remaja, namun belum
tidak mengonsumsi sayur secara rutin pada menemukan penelitian tentang edukasi sebaya
anak dengan gizi lebih di Palu7. terhadap anak usia sekolah dengan gizi lebih.
Penyebab lain dari gizi lebih pada anak Tujuan penelitian adalah menganalisis
adalah kurang beraktivitas fisik10, 12. termasuk pengaruh edukasi sebaya terhadap praktik gizi

56 Andi Saifah, Sigit Mulyono, Henny Permatasari :55-63


Healthy Tadulako Journal (Jurnal Kesehatan Tadulako)

dan IMT pada anak usia sekolah yang sarapan setiap pagi, kurangi jajan yang
mengalami gizi lebih. mengandung energy dan lemak tinggi. Analisa
food recall diskoring (nilai 4 apabila dilakukan
BAHAN DAN CARA selama 6-7 hari, nilai 3 jika dilakukan 4-5 hari,
Penelitian dilakukan pada bulan Maret nilai 2 jikadilakukan jika 2-3 hari, nilai 1 jika
– Mei 2012 di SDN Pasir Gunung Selatan 3 dilakukan hanya 1 hari). Pengukuran pertama
Kota Depok. Desain penelitian adalah quasi (pre intervensi) dilakukan oleh peneliti,
experimental one group pre-post test design. pengukuran kedua (post intervensi) dilakukan
Populasi adalah semua anak yang mengalami oleh edukator sebaya.
gizi lebih berdasarkan IMT/umur/jenis kelamin Instrument untuk mengukur aktivitas
yaitu sejumlah 33 anak. Semua populasi fisik adalah catatan harian (diary) selama 4
dijadikan sampel, namun terdapat sembilan minggu meliputi jenis aktivitas fisik, lama dan
anak yang tidak tuntas mengikuti semua frekuensi aktivitas fisik, lama nonton TV,
tahapan intervensi karena persiapan ujian game, internet atau aktivitas sedentary (kurang
nasional sehingga sampel terakhir yang gerak). Hasil ukur dengan standar: beraktivitas
dianalisa datanya sebesar 24 responden. fisik minimal tiga kali dalam seminggu selama
Sebelum pengumpulan data, terlebih satu jam, nonton TV atau aktivitas sedentary ≤
dahulu memilih edukator sebaya dibantu oleh 2 jam setiap hari, mengurangi ngemil ketika
guru UKS dan Wali Kelas dengan kriteria: aktivitas sedentary. Skore 4 (selalu) jika
kelas 4 dan 5, bersedia dan mendapat aktivitas fisik dilakukan secara teratur selama
persetujuan dari orang tua, pernah mengikuti satu bulan, skore 3 (sering) jika dilakukan
pelatihan dokter kecil, sehat jasmani, teratur selama 3 minggu, skore 2 (kadang-
penampilan rapih dan bersih cakap dan nilai kadang) jika aktivitas dilakukan tidak tertaur
akademik memuaskan, berbudi pekerti baik selama satu minggu, skore 1 jika aktivitas
dan suka menolong serta mudah dalam bergaul. dilakukan selama kurang dari satu minggu.
Pelatihan dilakukan selama 8 hari setelah Instrument untuk mengukur berat badan
belajar, mulai jam 14.00 s/d 16.00 di sekolah. dan tinggi badan adalah timbangan, meteran
Kegiatan meliputi pemberian materi, latihan tinggi badan, serta dicatat di lembar observasi,
penyuluhan, latihan monitoring perilaku makan selanjutnya menghitung IMT dan dibandingkan
dan aktivitas fisik, latihan senam SRIBU. dengan standar tabel menurut jenis kelamin dan
Peserta yang terpilih sebanyak 13 orang, umur (bulan) serta analisa status gizi dengan
namun 12 anak yang mengikuti sampai selesai. kategori normal, overweight dan obesitas oleh
Instrument untuk mengukur praktik gizi peneliti. Pengumpulan data dilakukan oleh
terdiri dari instrument perilaku makan dan edukator sebaya setiap hari sebelum belajar
aktivitas fisik. Instrument perilaku makan atau ketika istirahat untuk perilaku makan dan
adalah lembar observasi food recall 1x24 jam aktivitas fisik, untuk pengukuran berat badan
selama 7 hari tentang jenis makanan, frekuensi dan tinggi badan setiap bulan.
makan, porsi makan (ukuran rumah tangga), Intervensi dilakukan oleh edukator
kebiasaan jajan dan sarapan, selanjutnya sebaya selama delapan minggu meliputi
dianalisa oleh peneliti dengan mengacu dari penyuluhan secara peer group atau gabung
pedoman gizi seimbang yaitu makan makanan dengan siswa lain tentang pedoman gizi
bervariasi dari karbohidrat dan protein, tiga kali seimbang sebanyak 10 kali, dilakukan setelah
makanan pokok, makan sayur ≥ 3 kali sehari, pulang sekolah selama 20-30 menit di sekolah,
makan buah minimal 2 potong setiap hari, educator sebaya dan peserta makan dan shalat

Andi Saifah, Sigit Mulyono, Henny Permatasari :55-63 57


Healthy Tadulako Journal (Jurnal Kesehatan Tadulako)

duhur terlebih dahulu, kegiatan diselingi dipimpin oleh edukator sebaya. Setiap edukator
dengan bernyanyi bersama, kuiz, main puzzle; sebaya bertanggung jawab memonitor terhadap
kampanye “gerakan makan sayur dan buah” 2-3 responden.
satu kali; senam SRIBU dilanjutkan olah raga Analisa data untuk praktik gizi
sesuai hoby (sepak bola, bersepeda, badminton, menggunakan Uji t-berpasangan dan Indeks
takraw) setiap hari Selasa dan Kamis (jam Massa Tubuh (IMT) menggunakan uji
16.00-17.00), dan hari Jumat senam SRIBU Wilcoxon19.
bersama seluruh siswa dan guru, senam

HASIL
Karakteristik Responden
Tabel.1 Distribusi Frekuensi Karakteristik Responden Menurut Jenis Kelamin, Kelas, dan Kategori
Gizi Lebih
Karakteristik Jumlah %
Jenis Kelamin
Perempuan 17 70,83
Laki-laki 7 29,17
Kelas
I 6 25
II 8 33,33
III 7 29,17
IV 4 16,67
Kategori
Overweight 13 54,17
Obesitas 11 45,83
Total 24 100

Pada tabel 1 didapatkan hasil bahwa sebanyak 29%, kelas 1 sebanyak 25% dan kelas
sebagian besar responden adalah berjenis 4 sebanyak 12,12% serta kategori overweight
kelamin perempuan yaitu sebanyak 70,83% 54,2% dan obesitas 45,8%
dan pada kelas 2 sebanyak 33,33%, kelas 3

Perbedaan Praktik Gizi Sebelum dan Sesudah Edukasi Sebaya


Tabel 2. Hasil Analisis Perbedaan Praktik Gizi Responden Sebelum dan Sesudah Edukasi Sebaya
Rerata (s.b) Selisih (s.b) IK 95% Nilai ρ
Praktik Gizi sebelum edukasi
sebaya (n=24) 21,83 (3,20) 9,95 (4,18) -7,78 s/d -11,31 < 0,001

Praktik Gizi sesudah edukasi


sebaya (n=24) 31,38 (2,89)
Uji t berpasangan; selisih antara sesudah dan sebelum

Berdasarkan tabel 2 menunjukkan hasil simpang baku sebesar 2,89. Nilai ρ < 0,001
analisis uji t berpasangan yaitu rerata skor yang berarti terdapat perbedaan bermakna
praktik gizi sebelum diberikan edukasi sebaya praktik gizi responden sesudah diberikan
sebesar 21,83 dengan simpang baku sebesar edukasi sebaya lebih baik dari sebelum diberi
3,20 dan rerata skor pengetahuan sesudah edukasi oleh teman sebaya tentang perilaku
diberikan edukasi sebaya sebesar 31,38 dengan makan yang sehat dan aktivitas fisik.

58 Andi Saifah, Sigit Mulyono, Henny Permatasari :55-63


Healthy Tadulako Journal (Jurnal Kesehatan Tadulako)

Perbedaan Nilai IMT Sebelum dan Sesudah Edukasi Sebaya


Tabel 3. Hasil Analisis Perbedaan Indeks Massa Tubuh (IMT) Responden Sebelum dan Sesudah
Edukasi Sebaya
Median (Min-Maks) Nilai ρ

IMT sebelum edukasi sebaya (n=24) 23,91 (22,78 – 25,68)


< 0,001
IMT sesudah edukasi sebaya (n=24)
22,50 (20,93 – 24,30)

Uji Wilcoxon, 21 subjek (87,5 %) IMT menurun, 1 tetap (4,17%), 2 meningkat (8,33%)

Pada tabel 3 menyajikan hasil analisis uji sebesar 24,17. Nilai ρ < 0,001 menunjukkan
Wilcoxon adalah nilai median IMT sebelum terdapat perbedaan bermakna nilai IMT lebih
edukasi sebaya sebesar 23,91 dengan nilai rendah sesudah edukasi sebaya dari sebelum
minimum sebesar 22,78 dan nilai maksimum edukasi sebaya. Nilai IMT yang didapatkan
sebesar 25,68. Nilai median IMT sesudah sebelum dan sesudah edukasi sebaya dianalisa
edukasi sebaya yaitu 22,50 dengan nilai lanjut untuk mengkategorikan status gizi, dapat
minimum sebesar 20,93 dan nilai maksimum dilihat pada tabel 4 :

Tabel 4. Distribusi Frekuensi Kategori Status Gizi Responden Sebelum dan Sesudah Edukasi Sebaya
Sebelum Edukasi Sebaya Sesudah Edukasi Sebaya
Kategori Status Gizi
Jumlah % Jumlah %
Normal - - 10 41,67

Overweight 13 54,17 8 33,33

Obesitas 11 45,83 6 25,00

Total 24 100 24 100

PEMBAHASAN tipis14, sebagian besar berat badan perempuan


Berdasarkan distribusi frekuensi tabel 1 melebihi berat badan laki-laki menjelang akhir
diketahui bahwa responden sebagian besar usia sekolah21.
(70,83%) berjenis kelamin perempuan. Hasil penelitian ini tidak sejalan dengan
Temuan ini sejalan dengan penelitian banyak hasil penelitian yang menjelaskan
sebelumnya yaitu pada lima Sekolah Dasar di bahwa jenis kelamin laki-laki lebih banyak
Palu yang diambil secara acak menemukan mengalami gizi lebih dibandingkan jenis
dari 52 responden gizi lebih , terdapat 63,46% kelamin perempuan, antara lain ditemukan
jenis kelamin perempuan7. Penelitian juga kasus gizi lebih terdiri dari 9,5% jenis kelamin
memperoleh lebih dari sebagian (51,35%) jenis laki-laki dan 6,4% pada perempuan22 ; 16,7%/
kelamin perempuan menderita obesitas dari 12,8%23 ; 47,5%/39,8%24 ; 56,4%/43,6%25 ;
110 responden20. 60%/40%26. Hal tersebut terjadi karena anak
Teori menjelaskan bahwa persentase laki-laki cenderung lebih tinggi dan lebih berat
lemak tubuh perempuan mengalami dari pada anak perempuan pada periode usia
peningkatan lebih dini dan lebih tinggi dari sekolah21. Jenis kelamin dianggap tidak ada
laki-laki yang memiliki massa tubuh lebih hubungan bermakna dengan gizi lebih pada

Andi Saifah, Sigit Mulyono, Henny Permatasari :55-63 59


Healthy Tadulako Journal (Jurnal Kesehatan Tadulako)

anak usia sekolah di SD Mardiyuana Depok, kecacingan sekolah di Belitung Timur (ρ <
ρ=0,39324. dan di dua Sekolah Dasar di Padang, 0,001)29.
ρ > 0,0526. Penelitian lain juga memperoleh hasil
Pada tabel.2 menunjukkan nilai rerata dari 174 responden (kelas 4 dan 5) tentang
praktik gizi mengalami peningkatan dari 21,83 peran teman sebaya dalam berperilaku gizi
menjadi 31,38 sesudah diberikan edukasi sehat yaitu 76,4% teman sebaya tidak mengajak
sebaya dan nilai ρ < 0,001. Hal ini menjelaskan jajan, 72,4% mencontoh teman sayur, 91,4%
bahwa edukasi sebaya dapat mempengaruhi sepakat untuk mebawa bekal ke sekolah, 85,6%
responden memperbaiki praktik gizi yang mengajak berolah raga secara teratur7.
kurang sehat menjadi lebih sehat. Teman sebaya merupakan agen
Praktik gizi responden yang berubah sosialisasi terpenting dalam kehidupan anak
lebih sehat adalah peningkatan kebiasaan usia sekolah21, dapat diberdayakan sebagai
makan sayur tiga kali sehari dari 43,8 % edukator karena mempunyai pengaruh lebih
menjadi 75%, kebiasaan makan buah minimal kuat daripada keluarga terhadap pemilihan
2 potong sehari dari 14,2% menjadi 50%, makanan30, dan pola makan anak14.
kebiasaan jajan makanan yang mengandung Factor pendukung terjadinya perubahan
energy atau lemak seperti gorengan, snack, perilaku gizi yang lebih baik pada responden
minuman manis menurun dari 78,6% menjadi setelah diberikan edukasi sebaya adalah
54,2%, kebiasaan sarapan sebesar 66,66%. edukator telah mengikuti pelatihan dokter kecil
Aktivitas fisik yang memenuhi kriteria sehingga punya keterampilan dasar sebagai
yaitu minimal 3 kali seminggu selama 1 jam edukator dan rasa percaya diri cukup baik,
dari 25% menjadi 90,6%. Penurunan perilaku menggunakan gaya dan bahasa sesuai dengan
sedentary nonton TV > 2 jam dari 60,7% anggota kelompoknya sehingga mudah
menjadi 50%. Kebiasaan ngemil sambil nonton dimengerti oleh anggota kelompok
TV dari 32,1% menjadi 25%. (responden). Tugas dokter kecil antara lain
Gizi lebih timbul akibat kelebihan adalah dapat menggerakkan sesama teman-
asupan makanan dan minuman kaya energy, teman siswa untuk bersama-sama menjalankan
kaya lemak jenuh, gula dan garam, tetapi usaha kesehatan terhadap dirinya masing-
kekurangan asupan pangan bergizi seperti masing, berperan aktif dalam rangka
sayuran dan buah-buahan serta kurang peningkatan kesehatan di sekolah31. Teman
melakukan aktivitas fisik12,13,14,27, hampir 80% sebaya dapat memberi pengamalan modeling
anak sekolah yang mengalami gizi lebih, karena sangat mirip dengan perilaku dan gaya
mengonsumsi sayur dan buah kurang dari lima anggota kelompoknya. Teman sebaya
porsi sehari3. mempunyai pengaruh lebih besar dalam
Hasil penelitian sejalan dengan hasil menyampaikan informasi sedangkan
penelitian lain bahwa edukasi sebaya selama professional sering tidak dapat melakukannya
enam bulan dapat memperbaiki perilaku makan karena teman sebaya lebih cepat masuk dan
makanan bervariasi dengan nilai rerata 2,78 adaptasi ke dalampopulasinya karena gaya
menjadi 3,60 dan nilai ρ < 0,001 pada bahasa dan penampilan serta keinginan
kelompok intervensi (n=101) di Ethiopia cenderung sama16.
Selatan28. Edukasi sebaya meningkatkan Edukasi sebaya diselingi dengan
pengetahuan, sikap dan keterampilan PHBS bernyanyi dan bermain (kuiz, puzzle, menonton
pada anak usia sekolah yang berisiko video) serta lingkungan yang kondusif.
Kegiatan lebih banyak dilakukan di mushollah

60 Andi Saifah, Sigit Mulyono, Henny Permatasari :55-63


Healthy Tadulako Journal (Jurnal Kesehatan Tadulako)

sekolah karena lingkungan bersih, lapang dan hidup untuk pencegahan gizi lebih; target
sejuk. Pembelajaran pada anak membutuhkan penurunan berat badan ideal33.
kombinasi berbagai metode antara lain games Pada tabel 3 menunjukkan terjadi
dan ciptakan suasana yang nyaman dan penurunan nilai median IMT dari 23,91
santai12. Adanya Gerakan Makan Sayur dan menjadi 22,50. Hasil uji Wilcoxon diperoleh
Buah (GERSABUH) dari sekolah menambah nilai ρ < 0,001, hal ini berarti edukasi sebaya
motivasi responden dalam praktik gizi sehat mempunyai pengaruh terhadap penurunan IMT
karena semua siswa dianjurkan untuk makan pada responden, dibuktikan dengan 87,5%
bersama setiap hari Jumat dengan membawa mengalami penurunan IMT. Pada tabel 4, hasil
makanan wajib ada sayur dan buah. Peer IMT dianalisis lanjut untuk mengkategorikan
educator berperan sebagai motivator dalam status gizi, didapatkan 41,67% menjadi status
kampanye GERSABUH. 96% orangtua setuju gizi normal, kategori overweight dari 54,17%
GERSABUH untuk dipertahankan atau menjadi 33,33% dan kategori obesitas dari
ditingkatkan. Perilaku anak usia sekolah masih 45,83% menjadi 25%.
dipengaruhi secara bermakna oleh keluarga dan Hasil penelitian ini didukung oleh
factor lingkungan12. penelitian lain bahwa edukasi sebaya selama
Terbentuk pula Club Senam Ceria enam minggu berpengaruh secara bermakna
(CSC) dengan instruktur para edukator sebaya memperbaiki nilai IMT dari kategori kurus
sehingga menimbulkan antusiasme pada menjadi kategori normal di Ethiopia Selatan
responden dan siswa lain untuk rutin dengan nilai ρ < 0,00128. Teman sebaya sangat
melakukan senam dan olahraga sesuai hobby baik untuk dijadikan sebagai edukator
masing-masing tiga kali seminggu. Penelitian kesehatan bagi kelompok sebayanya dalam
sebelumnya menemukan korelasi negative upaya promotif dan preventif16,17.
bahwa semakin tinggi aktivitas fisik lebih satu
jam sehari secara teratur, maka semakin KESIMPULAN DAN SARAN
menurun kejadian overweight dan obesitas Edukasi sebaya mempunyai pengaruh
pada anak usia sekolah di Pakistan (ρ < 0,001) terhadap meningkatnya praktik gizi seimbang
32
. (perilaku makan sehat danaktivitas fisik) dan
Perilaku makan yang lebih sehat dan menurunkan IMT pada anak usia sekolah yang
aktivitas fisik yang teratur dan terukur masih mengalami gizi lebih sehingga membuat status
perlu ditingkatkan serta aktivitas kurang gerak gizi anak menjadi normal, menurunkan
dikurangi. Upaya pola hidup sehat untuk prevalensi overweight dan obesitas di SDN
mencegah kegemukan adalah konsumsi buah Pasir Gunung Selatan 3 Kota Depok.
dan sayur lebih dari 5 porsi/hari; mengurangi Program edukasi sebaya dapat
makanan dan minuman manis; mengurangi dijadikan sebagai optimalisasi peran dokter
makanan berlemak dan gorengan; kurangi kecil untuk mencegah kasus gizi lebih atau
makan di luar; biasakan sarapan dan membawa masalah kesehatan lain di sekolah dan bagi
bekal ke sekolah; makan sesuai waktunya; peneliti penelitian selanjutnya untuk
membatasi menonton televise, bermain mengembangkan edukasi sebaya dengan kasus
computer, video game kurang dari 2 jam/hari; yang berbeda.
tidak menyediakan televisi di kamar anak;
tingkatkan aktivitas fisik minimal 1 jam/hari; UCAPAN TERIMA KASIH
melibatkan keluarga untuk perbaikan gaya Penulis mengucapkan terima kasih
kepada Kepala Sekolah, seluruh guru dan staf

Andi Saifah, Sigit Mulyono, Henny Permatasari :55-63 61


Healthy Tadulako Journal (Jurnal Kesehatan Tadulako)

serta semua siswa SDN Pasir Gunung Selatan 3 edition. St.Louis.Missouri: Mosby Inc.
Kota Depok yang telah mendukung penelitian 2010.
ini. 13. Kurniasih, D., Hilmansyah,H., Astuti,M.P
& Imam,S. Sehat dan bugar berkat gizi
DAFTAR PUSTAKA seimbang. Jakarta.PT Gramedia. 2010.
1. Centers for Disease Control and 14. Sulistyoningsih, H. Gizi untuk kesehatan
Prevention. Fast Stats, Obesity and ibu dan anak. Edisi pertama. Cetakan
Overweight page. 2010. pertama. Yogyakarata. Graha ilmu. 2011.
http://www.cdc.gov/nchs/fastats/overwt.ht 15. Stanhope,M & Lancaster,J. Foundations of
m. Accessed 2010. nursing in the community. Third edition. St.
2. Kementerian Kesehatan RI. Gizi lebih Louis. Missouri. Mosby Elsevier. 2010.
merupakan ancaman masa depan anak. 16. Gilbert, Sawyer, R.G., McNeil, E.B. Health
www. depkes.go.id. 2011. education: creating strategies for school and
3. Allender,J.A,.Rector,C.,Warner,K.D. community health. Third edition. United
Community health nursing: promoting & states of America. Jones and Barlet
protecting the publics health. China: Publishers. 2011.
wolters kluwer health. Lippincott Williams 17. Green,L.W & Kreuter,M.W. Health
& Wilkins. 2010;7. program planning an educational and
4. Kemenkes. Buku SK Antropometri 2010. ecological approach. Fourth edition. New
2011. www.depkes.go.id. Accessed 2010. York. The McGraw-Hill Companies,Inc.
5. Balitbangkes. Riskesdas. 2010. 2005.
www.depkes.go.id. Accessed 2010. 18. Hayati,M. Pengaruh peer edukator terhadap
6. Miharja. penanganan kegemukan pada anak perilaku jajan anak usia sekolah dasar di
SD di Kec.Menteng Jakarta Pusat melalui Lhouksemauwe Aceh. Universitas
UKS dan penyertaan orangtua. 2008. Indonesia. 2010.
www.litbang.depkes.go.id. Accessed 2008. 19. Dahlan, M.S. Statistic untuk Kedokteran
7. Saifah,A. Hubungan Peran keluarga, guru, dan Kesehatan: Metode MSD.
teman sebaya dan media massa dengan Epidemiologi Indonesia. Jakarta. 2015.
perilaku gizi anak usia sekolah dasar di 20. Lumoindong, A. Umboh,A et al.2012.
wilayah kerja Puskesmas Mabelopura Kota Hubungan obesitas dengan profil tekanan
Palu. Universitas Indonesia. 2011. darah pada usia 10-12 tahun di Kota
8. Dinas Kesehatan Kota Depok. Profil Manado. 2012.
Kesehatan Kota Depok tahun 2011 21. Hockemberry,M.J and Wilson,D. Wong’s
9. Sumarni. Hubungan Antara Lingkar essentials pediatric nursing. Eight edition.
Pinggang Dan Derajat Lemak Viseral St.Louis Missouri. Mosby Inc. 2009.
Dengan Resistensi Insulin Pada Dewasa 22. Depkes. Laporan Nasional Riskesdas tahun
Obes. Healthy Tadulako Journal (Jurnal 2010. 2010. www.depkes.go.id. Accessed
Kesehatan Tadulako). 2017;3(1):15-21. Maret 15, 2019.
http://jurnal.untad.ac.id/jurnal/index.php/H 23. Sartika, Ratna,A.D. Prevalensi dan
ealthyTadulako/article/view/8715. determinan kelebihan berat badan dan
Accessed September 10, 2019. kegemukan pada anak berusia 5-15 tahun.
10. Centers for Disease Control and Jurnal kesehatan masyarakat nasional.
Prevention. Childhood causes and 2011;5(6).
consequences. 2011. https//www.cdc.gov. 24. Swastika, M.I.V. Hubungan jenis kelamin,
Accessed Maret 15, 2019. karakteristik ibu dan factor lingkungan
11. Maglaya,A. Nursing practice in the dengan status gizi pada siswa SD
community. Fifth edition. Philipina. Mardiyuana Depok. 2012.
Argonautta Corporation. 2009. 25. Rostania,M. Pengaruh edukasi gizi
12. Edelman,C.L & Mandle,C.L. Health terhadap perubahan pengetahuan dan gaya
promotion throughout the life span. Sixth hidup sedentary pada anak gizi lebih di
SDN Sudirman I Makassar tahun 2013.

62 Andi Saifah, Sigit Mulyono, Henny Permatasari :55-63


Healthy Tadulako Journal (Jurnal Kesehatan Tadulako)

2013. http://jurnal.unhas.ac.id. Accessed 30. Moore,M.C. Nutritional assessment and


2013. care. Sixth edition. St.Louis. Missouri.
26. Hadi, R.F., Afriwadi., Dianne,Y. Gambaran Mosby. 2009.
obesitas pada siswa di SD Pertiwi dan SD 31. Dinas Pendidikan Provinsi Jawa Barat.
Negeri 03 Alai Padang. 2013. Pedoman pembinaan dan pengembangan
http://jurnal.f.k unand.ac.id. Accessed usaha Kesehatan Sekolah di Jawa Barat.
2013. Kegiatan peningkatan akses dan kualitas
27. Kemenkes R.I. Permenkes tentang layanan pendidikan TK dan SD di Jawa
Pedoman Gizi seimbang. 2014. Barat tahun 2010. 2010.
28. Dargie, F., Henry,C.J.,Hailemariam, H., 32. Mushtaq,M.A et al. Dietary behaviors,
Regassa, N. A peer-Led Pulse-based physical activity and sedentary lifestyle
nutrition education intervenstion improved associated with overweight and obesity,
school-aged children’s knowledge, practice and their socio-demografic correlates,
and nutritional status in Southhern among Pakistani primery school children.
Ethipoia. Journal of food Research. Int Journal of behavior nutrition Phys.Act.
2016;7(3). 2011. 25;8:130
29. Fitriani,D . Pengaruh edukasi sebaya 33. Hardinsyah dan Supariasa, D.N. Ilmu Gizi:
terhadap perilaku hidup bersih dan sehat teori dan aplikasi. Jakarta. EGC. 2016.
(PHBS) pada aggregat anak usia sekolah
yang berisiko kecacingan di desa Baru
Kecamatan Manggar Belitung Timur.
Universitas Indonesia. 2011.

Andi Saifah, Sigit Mulyono, Henny Permatasari :55-63 63

View publication stats

Anda mungkin juga menyukai