net/publication/322591609
CITATIONS READS
2 6,966
2 authors, including:
Trias Mahmudiono
Airlangga University
100 PUBLICATIONS 304 CITATIONS
SEE PROFILE
Some of the authors of this publication are also working on these related projects:
All content following this page was uploaded by Trias Mahmudiono on 19 January 2018.
ABSTRAK
Obesitas anak merupakan salah satu masalah kesehatan masyarakat yang paling serius pada abad ke-21.
Kebiasaan makan yang tidak baik seperti kelebihan makan tinggi lemak, gula, dan kalori serta kurangnya
aktivitas fisik menjadi penyebab overweight atau obesitas pada anak. Penelitian ini bertujuan untuk
menganalisis hubungan pola konsumsi makanan jajanan dengan kejadian overweight/obesitas. Penelitian
dilakukan di SDN Ploso I-172 Kecamatan Tambaksari Surabaya pada bulan Mei- Juli 2017 dengan desain
case control. Metode pengumpulan data dilakukan dengan cara wawancara dan pengukuran anthropometri.
Besar sampel sebanyak 112 responden, sampel kasus sebanyak 56 dan 56 sampel kontrol. Analisis data
menggunakan uji regresi linier dan regresi logistik. Hasil penelitian menunjukkan makanan jajanan yang
banyak dikonsumsi anak sekolah adalah sirup buah, minuman perisa, cokelat, papeda, gorengan, otak-otak dan
sosis, pentol, sirup, saus, dan topping. Ada hubungan yang signifikan antara pola konsumsi makanan jajanan
frekuensi harian meliputi sirup buah (p = 0,004; OR = 8,000), minuman perisa (p = 0,02; OR = 13,412),
cokelat (p = 0,013; OR = 6,333), gorengan (p = 0,015; OR = 14,786), otak-otak dan sosis (p = 0,004; OR =
8,750), pentol (p = 0,039; OR = 4,044), sirup, saus, dan topping (p = 0,023; OR = 4,643) dengan kejadian
overweight/obesitas. Anak yang mengkonsumsi jajanan dalam frekuensi harian lebih beresiko mengalami
overweight/obesitas dibandingkan anak yang mengkonsumsi makanan jajanan dalam frekuensi
mingguan/bulanan. Kesimpulan dalam penelitian ini adalah ada hubungan pola konsumsi makanan jajanan
dengan kejadian overweight/obesitas pada anak sekolah. Saran penelitian, orang tua dan sekolah perlu
memperhatikan pemilihan makanan jajanan yang baik dan bergizi untuk mencegah kejadian overweight dan
obesitas pada anak.
ABSTRACT
Childhood obesity is one of the most serious public health problems in the 21st century. Unhealthy eating
habits are believed to be the cause of overweight/obesity in children. This study aimed to analyze the
relationship between the consumption patterns of snack foods and the incidence of overweight/obesity. This
research was conducted at the SDN Ploso I-172, Tambaksari Surabaya in May-July 2017 with a case control
study design. Data were obtained from interview and anthropometric measurement. The samples size was 112
respondents with 56 case samples, and 56 control samples. Data were analyzed using linear regression test
and logistic regression. The results showed that snack foods consumed by schoolchildren were fruit syrup,
perisa beverage, chocolate, papeda, fried foods, fishcake and sausages, pentol, syrup, sauce, and toppings.
There was a significant correlation between daily consumption of food snack, including fruit syrup (p =
0.004; OR = 8.000), perisa beverage (p = 0.02; OR = 13.412), chocolate (p = 0.013; OR = 6.333), fried food
(p = 0.015; OR = 14.786), fishcake and sausages (p = 0.004; OR = 8.750), pentol (p = 0.039; OR = 4.044),
syrup, sauce, and topping (p = 0.023; OR = 4.643) with overweight/obesity incidence. In conclusion this
research revealed correlation between the pattern of snacking and overweight/obesity incidence among
school children. It is suggested to the parents and schools to be more vigilant ensuring the healthy snack
consumption to prevent overweight dan obesity among school children.
Received 23 August 2017, received in revised form 14 September 2017, Accepted 14 September 2017, Published online: 24 December 2017
312 Jurnal Berkala Epidemiologi, Volume 5 Nomor 3, September 2017, hlm. 311-324
HASIL
Tabel 1. Karakteristik Anak Berdasarkan Umur, Jenis Kelamin, Pekerjaan dan Pendapatan Orang Tua
Karakteristik responden dalam penelitian ini pada kelompok kontrol yaitu swasta sebanyak 34,
yaitu umur, jenis kelamin, pekerjaan ayah dan ibu, dengan persentase sebesar 30,4%. Sedangkan ibu
serta pendapatan orang tua. Berdasarkan hasil responden pada kelompok kasus sebagian besar
penelitian pada Tabel 1 menunjukkan bahwa tidak bekerja sebanyak 27 orang, dengan
responden kelompok kasus sebagian besar persentase sebesar 24,1%. Begitu juga dengan
berumur 10 tahun sebanyak 24 anak, dengan kelompok kontrol bahwa sebagian besar ibu tidak
persentase sebesar 21,4%, sedangkan responden bekerja sebanyak 35 orang, dengan persentase
kelompok kontrol sebagian besar berumur 11 sebesar 31,3%. Sebagian besar pendapatan orang
tahun sebanyak 23 anak, dengan persentase tua kasus yaitu terletak pada Rp. 600.000 – Rp.
sebesar 20,5%. Sebagian besar kelompok kasus 2.000.000 sebanyak 16, dengan persentase sebesar
berjenis kelamin perempuan dengan jumlah 29 14,3 %, sedangkan pendapatan orang tua
anak (25,9%), dan sebagian besar kelompok kelompok kontrol sebagian besar terletak pada Rp.
kontrol berjenis kelamin laki-laki dengan jumlah 2.781.000 – Rp. 3.500.000 sebanyak 17, dengan
29 anak (25,9%). Sebagian besar pekerjaan ayah persentase sebesar 15,2%.
responden kasus adalah swasta sebanyak 41
(36,6%) dan begitu juga dengan pekerjaan ayah
Aulia Jauharun Nisak., Trias Mahmudiono., Pola Konsumsi Makanan Jajanan... 315
Tabel 2. Hubungan Pola Konsumsi Makanan Jajanan dengan Kejadian Overweight/Obesitas Menggunakan
Uji Regresi Linier
Makanan Jajanan N Mean Median SD R2 Persamaan p-value
Biskuit 112 21,24 8 26,315 0,035 Y= 0,776 + 0,009 X1 0,041
Sirup buah 112 17,23 10 20,284 0,086 Y= 0,657 + 0,019 X1 0,002
Cokelat 112 17,65 8 19,603 0,039 Y= 0,794 + 0,013 X1 0,038
Susu Kental Manis 112 18,93 12 20,163 0,041 Y= 0,732 + 0,013 X1 0,032
Gorengan 112 20,93 16 21,102 0,089 Y= 0,597 + 0,018 X1 0,001
Otak-otak, Sosis 112 14,21 8 17,27 0,055 Y= 0,729 + 0,018 X1 0,013
Snack Bar 112 15,23 8 18,813 0,047 Y= 0,752 + 0,015 X1 0,022
Gula 112 23,66 16 23,612 0,045 Y= 0,705 + 0,012 X1 0,025
Hasil penelitian pada Tabel 2 dapat diketahui Nilai tengah (median) frekuensi pola konsumsi
nilai tengah (median) pola konsumsi biskuit yaitu gorengan yaitu 16 kali dalam sebulan. Hasil
8 kali dalam sebulan. Hasil analisis menggunakan analisis uji regresi linier menunjukkan bahwa ada
uji regresi linier diperoleh hasil p = 0,041, berarti hubungan pola konsumsi gorengan dengan
bahwa ada hubungan pola konsumsi biskuit kajadian overweight/obesitas (p = 0,001). Hasil
dengan kejadian overweight/obesitas. Hasil perhitungan diperoleh hasil nilai R2 = 0,089. Hal
perhitungan nilai R2 = 0,035, sehingga ada berarti bahwa pengaruh pola konsumsi gorengan
pengaruh pola konsumsi biskuit terhadap kejadian terhadap kejadian overweight/obesitas sebesar
overweight/obesitas sebesar 3,5%, sedangkan 8,9%, sedangkan sisanya dipengaruhi oleh variabel
sisanya dipengaruhi oleh variabel lain. lain.
Nilai tengah (median) frekuensi pola konsumsi Nilai tengah (median) frekuensi pola konsumsi
sirup buah yaitu 10 kali dalam sebulan. Hasil otak-otak dan sosis adalah 8. Hasil uji regresi
analisis menggunakan uji regresi linier diperoleh linier menunjukkan bahwa ada hubungan pola
hasil p = 0,002, berarti bahwa ada hubungan pola konsumsi otak-otak dan sosis dengan kejadian
konsumsi sirup buah dengan kejadian overweight/obesitas (p = 0,013). Hasil perhitungan
overweight/obesitas. Hasil perhitungan diperoleh nilai R2 = 0,055. Hal ini berarti bahwa
menghasilkan R2 = 0,086. Hal ini berarti bahwa pengaruh pola konsumsi otak-otak dan sosis
pengaruh pola konsumsi sirup buah terhadap terhadap kejadian overweight/obesitas adalah
kejadian overweight/obesitas sebesar 8,6%, sebesar 5,5%, sedangkan sisanya dipengaruhi oleh
sedangkan sisanya dipengaruhi oleh variabel lain. variabel lain.
Nilai tengah (median) frekuensi pola konsumsi Nilai tengah (median) frekuensi pola konsumsi
cokelat yaitu 8. Hasil uji regresi linier snack bar adalah 8. Hasil analisis menggunakan uji
mendapatkan hasil p = 0,038, sehingga ada regresi linier menunjukkan bahwa ada hubungan
hubungan pola konsumsi cokelat dengan kejadian pola konsumsi snack bar dengan kejadian
overweight/obesitas. Hasil perhitungan diperoleh overweight/obesitas (p = 0,022). Hasil perhitungan
nilai R2 = 0,039. Hal ini berarti bahwa pengaruh diperoleh nilai R2 = 0,047. Hal ini berarti bahwa
pola konsumsi cokelat terhadap kejadian pengaruh pola konsumsi snack bar terhadap
overweight/obesitas adalah sebesar 3,9%, kejadian overweight/obesitas sebesar 4,7%,
sedangkan sisanya dipengaruhi oleh variabel lain. sedangkan sisanya dipengaruhi oleh variabel lain.
Nilai tengah (median) frekuensi pola konsumsi Nilai tengah (median) frekuensi pola konsumsi
susu kental manis yaitu 12 kali dalam sebulan. gula adalah 16 kali dalam sebula). Hasil analisis
Hasil analisis menggunakan uji regresi linier menggunakan uji regresi linier diperoleh nilai p =
mendapatkan hasil p = 0,032, sehingga ada 0,025. Hal ini berarti bahwa ada hubungan pola
hubungan pola konsumsi susu kental manis dengan konsumsi gula dengan kejadian
kejadian overweight/obesitas. Nilai R2 yang overweight/obesitas pada anak sekolah. Hasil
diperoleh yaitu 0,041. Hal ini berarti bahwa perhitungan diperoleh nilai R2 = 0,045. Hal ini
pengaruh pola konsumsi susu kental manis berarti bahwa pengaruh pola konsumsi gula
terhadap kejadian overweight/obesitas sebesar terhadap kejadian overweight/obesitas sebesar
4,1%, sedangkan sisanya dipengaruhi oleh variabel 4,5%, sedangkan sisanya dipengaruhi oleh variabel
lain. lain.
316 Jurnal Berkala Epidemiologi, Volume 5 Nomor 3, September 2017, hlm. 311-324
Tabel 3. Hubungan Antara Pola Konsumsi Makanan Jajanan dengan Kejadian Overweight/Obesitas
Menggunakan Uji Regresi Logistik
Kasus Kontrol
Makanan Jajanan OR 95% CI p-value
n % n %
Biskuit Harian 18 16,1 14 12,5 0,735 0,18-3,02 0,669
Mingguan 31 27,7 38 33,9 0,466 0,13-1,74 0,256
Bulanan* 7 6,3 4 3,6
Sirup buah Harian 16 14,3 7 6,3 8 1,93-33,18 0,004
Mingguan 36 32,1 35 31,3 3,6 1,08-12,00 0,037
Bulanan* 4 3,6 14 12,5
Minuman Harian 38 33,9 17 15,2 13,412 1,50-120,18 0,02
Perisa Mingguan 17 15,2 33 29,5 3,091 0,34-27,79 0,314
Bulanan* 1 0,9 6 5,4
Cokelat Harian 19 17 12 10,7 6,333 1,48-27,19 0,013
Mingguan 34 30,4 32 28,6 4,25 1,09-16,46 0,036
Bulanan* 3 2,7 12 10,7
Papeda Harian 25 22,3 14 12,5 5,804 1,59-21,25 0,008
Mingguan 27 24,1 29 25,9 3,026 0,88-10,43 0,079
Bulanan* 4 3,6 13 11,6
Susu Kental Harian 18 16,1 13 11,6 0,692 0,11-4,36 0,695
Manis Mingguan 34 30,4 41 36,6 0,415 0,07-2,40 0,326
Bulanan* 4 3,6 2 1,8
Gorengan Harian 23 20,5 14 12,5 14,786 1,69-129,52 0,015
Mingguan 32 28,6 33 29,5 8,727 1,05-72,89 0,045
Bulanan* 1 0,9 9 8
Otak-otak, Harian 14 12,5 6 5,4 8,75 2,03-37,67 0,004
Sosis Mingguan 38 33,9 35 31,3 4,071 1,23-13,45 0,021
Bulanan* 4 3,6 15 13,4
Pentol dan Harian 13 11,6 9 8 4,044 1,07-15,27 0,039
Pentol goreng Mingguan 38 33,9 33 29,5 3,224 1,05-9,90 0,041
Bulanan* 5 4,5 14 12,5
Snack Bar Harian 15 13,4 6 5,4 3,5 0,79-15,49 0,099
Mingguan 36 32,1 43 38,4 1,172 0,34-4,01 0,8
Bulanan* 5 4,5 7 6,3
Gula Harian 28 25 12 10,7 4,667 0,75-29,00 0,098
Mingguan 26 23,2 40 35,7 1,3 0,22-7,61 0,771
Bulanan* 2 1,8 4 3,6
Sirup, saus, Harian 13 11,6 7 6,3 4,643 1,24-17,37 0,023
topping Mingguan 37 33 34 30,4 2,721 0,095-7,81 0,063
Bulanan* 6 5,4 15 13,4
(*Reference)
Hasil perhitungan rata-rata asupan energi anak 30% dari asupan energi total perhari anak. Hasil
dalam penelitian ini yaitu 1955 kkal, dan rata-rata penelitian pada Tabel 3 menunjukkan bahwa anak
asupan energi dari jajanan yaitu 599,05 kkal. Hal yang mengkonsumsi makanan jajanan biskuit
ini berarti bahwa makanan jajanan berkontribusi dengan frekuensi harian lebih banyak pada
Aulia Jauharun Nisak., Trias Mahmudiono., Pola Konsumsi Makanan Jajanan... 317
kelompok kasus (16,1%) dibandingkan dengan kelompok kasus (33,9%) dibandingkan kelompok
kelompok kontrol (12,5%), sedangkan anak yang kontrol (15,2%), dan anak yang mengkonsumsi
mengkonsumsi makanan jajanan biskuit frekuensi makanan jajanan minuman perisa dalam frekuensi
mingguan lebih banyak pada kelompok kontrol mingguan lebih banyak pada kelompok kontrol
(33,9%) dibandingkan dengan kelompok kasus (29,5%) dibandingkan dengan kelompok kasus
(27,7%). Selain itu anak yang mengkonsumsi (15,2%). Begitu juga dengan anak yang
makanan jajanan biskuit dalam frekuensi bulanan mengkonsumsi makanan jajanan minuman perisa
lebih banyak pada kelompok kasus (6,3%) dalam frekuensi bulanan lebih banyak pada
dibandingkan dengan kelompok kontrol (3,6%). kelompok kontrol (5,4%) dibandingkan dengan
Hasil uji statistik menggunakan uji regresi logistik kelompok kasus (0,9%). Hasil uji statistika
mendapatkan hasil p = 0,669 dalam kelompok mendapatkan hasil p = 0,02 pada frekuensi harian,
frekuensi harian artinya bahwa tidak ada hubungan ini berarti bahwa ada hubungan antara pola
antara pola konsumsi makanan biskuit dalam konsumsi makanan jajanan minuman perisa dalam
frekuensi harian dengan kejadian harian dengan kejadian overweight/obesitas. Hasil
overweight/obesitas. Pada kelompok frekuensi perhitungan diperoleh nilai OR = 13,412 (95% C1
mingguan mendapatkan hasil p = 0,256 berarti = 1,50-120,18). Hal ini berarti bahwa anak yang
bahwa tidak ada hubungan antara pola konsumsi mengkonsumsi minuman perisa dalam frekuensi
makanan biskuit dalam frekuensi mingguan harian 13,412 kali lebih beresiko mengalami
dengan kejadian overweight/obesitas. overweight/obesitas dibandingkan dengan anak
Anak yang mengkonsumsi sirup buah dengan yang mengkonsumsi minuman perisa dalam
frekuensi harian lebih banyak pada kelompok frekuensi bulanan.
kasus (14,3%) dibandingkan dengan kelonpok Anak yang mengkonsumsi makanan jajanan
kontrol (6,3%). Begitu juga dengan anak yang cokelat dalam frekuensi harian lebih banyak pada
mengkonsumsi sirup buah frekuensi mingguan kelompok kasus (17%) dibandingkan dengan
lebih banyak pada kelompok kasus (32,1%) kelompok kontrol (10,7%), dan anak yang
dibandingkan kelompok kontrol (31,3%). mengkonsumsi makanan jajanan cokelat dalam
Sedangkan anak yang mengkonsumsi sirup buah frekuensi mingguan lebih banyak pada kelompok
dengan frekuensi bulanan lebih banyak pada kasus (30,4%) dibandingkan kelompok kontrol
kelompok kontrol (12,5%) dibandingkan (28,6%), sedangkan anak yang mengkonsumsi
kelompok kasus (3,6%). Hasil uji statistik makanan jajanan cokelat dalam frekuensi bulanan
didapatkan hasil p = 0,004 dalam kelompok lebih banyak pada kelompok kontrol (10,7%)
frekuensi harian, hal ini berarti bahwa ada dibandingkan kelompok kasus (2,75). Hasil uji
hubungan pola konsumsi sirup buah frekuensi statistik mendapatkan hasil p = 0,013 pada
harian dengan kejadian overweight/obesitas. Hasil frekuensi harian, berarti bahwa ada hubungan
perhitungan diperoleh nilai OR = 8,000 (95% CI ; antara pola konsumsi makanan jajanan cokelat
1,93-33,18) yang berarti bahwa anak yang dalam frekuensi harian dengan kejadian
mengkonsumsi sirup buah dengan frekuensi harian overweight/obesitas. Hasil perhitungan diperoleh
beresiko 8,000 kali lebih besar mengalami nilai OR = 6,333 (95% CI = 1,48-27,19) berarti
overweight/obesitas dibandingkan dengan anak bahwa anak yang mengkonsumsi cokelat dalam
yang mengkonsumsi dengan frekuensi bulanan. frekuensi harian 6,333 kali lebih beresiko
Pada kelompok frekuensi mingguan mendapatkan mengalami overweight/obesitas dibandingkan anak
hasil p = 0,037 berarti bahwa ada hubungan pola yang mengkonsumsi cokelat dalam frekuensi
konsumsi sirup buah dalam frekuensi mingguan bulanan. Begitu juga dengan hasil uji statistik pada
dengan kejadian overweight/obesitas. Nilai OR konsumsi cokelat dalam frekuensi mingguan
yang dihasilkan yaitu OR = 3,600 (95% CI = 1,08- mendapatkan hasil p = 0,036 yang berarti bahwa
12,00) berarti bahwa anak yang mengkonsumsi ada hubungan antara pola konsumsi makanan
makanan jajanan sirup buah dalam frekuensi jajanan cokelat dalam frekuensi mingguan dengan
mingguan beresiko 3,6 kali lebih besar mengalami kejadian overweight/obesitas. Hasil perhitungan
overweight/obesitas dibandingkan anak yang diperoleh nilai OR = 4,25 (95% CI = 1,09-16,46)
mengkonsumsi dengan frekuensi bulanan. Nilai yang berarti bahwa anak yang mengkonsumsi
OR untuk frekuensi harian dan mingguan lebih cokelat dalam frekuensi mingguan 4,25 kali lebih
besar pada frekuensi harian. beresiko mengalami overweight/obesitas
Hasil penelitian pada Tabel 3 menunjukkan dibandingkan dengan anak yang mengkonsumsi
bahwa anak yang mengkonsumsi minuman perisa cokelat dalam frekuensi bulanan. Nilai OR untuk
dalam frekuensi harian lebih banyak pada
318 Jurnal Berkala Epidemiologi, Volume 5 Nomor 3, September 2017, hlm. 311-324
frekuensi harian dan mingguan lebih besar pada dalam frekuensi bulanan. Nilai OR diantara
frekuensi harian. frekuensi harian dan mingguan lebih besar pada
Hasil penelitian pada Tabel 3 menunjukkan frekuensi harian. Hal tersebut berarti bahwa
bahwa anak yang mengkonsumsi makanan jajanan konsumsi gorengan dalam frekuensi harian lebih
papeda dalam frekuensi harian lebih banyak pada beresiko untuk mengalami overweight/obesitas.
kelompok kasus (22,3%) dibandingkan kelompok Frekuensi pola konsumsi makanan jajanan anak
kontrol (12,5%). Sedangkan anak yang sekolah dihitung dalam kurun waktu secara harian,
mengkonsumsi papeda dalam frekuensi mingguan mingguan dan bulanan. Konsumsi makanan
lebih banyak pada kelompok kontrol (25,9%) meliputi sirup buah, minuman perisa, cokelat,
dibandingkan dengan kelompok kasus (24,1%), papeda, gorengan, otak-otak dan sosis, pentol.
dan anak yang mengkonsumsi papeda dalam Persentase frekuensi pola konsumsi ini bervariasi
frekuensi bulanan lebih banyak pada kelompok baik dalam harian, mingguan maupun bulanan.
kontrol (11,6%) dibandingkan kelompok kasus Persentase pola konsumsi makanan jajanan anak
(3,6%). Hasil uji statistik pada frekuensi harian sekolah dapat ditunjukkan pada diagram batang
menunjukkan hasil p = 0,008 yang berarti bahwa berikut ini:
ada hubungan antara pola konsumsi papeda pada
frekuensi harian dengan kejadian
overweight/obesitas. Hasil perhitungan nilai OR =
5,804 (95% CI;1,59-21,25) yang berarti bahwa
anak yang mengkonsumsi papeda dalam frekuensi
harian 5,804 kali lebih beresiko mengalami
overweight/obesitas dibandingkan dengan anak
yang mengkonsumsi bulanan.
Anak yang mengkonsumsi makanan jajanan
gorengan dalam frekuensi harian lebih banyak
pada kelompok kasus (20,5%) dibandingkan
kelompok kontrol (12,5%), dan anak yang
mengkonsumsi gorengan dalam frekuensi
mingguan lebih banyak pada kelompok kontrol
(29,5%) dibandingkan dengan kelompok kasus
(28,6%). Begitu juga dengan anak yang
mengkonsumsi gorengan dalam frekuensi bulanan Gambar 2. Persentase Frekuensi Pola Konsumsi
lebih banyak pada kelompok kontrol (8%) Makanan Jajanan Anak Sekolah
dibandingkan kelompok kasus (0,9%). Hasil
analisis dengan uji regresi logistik pada frekuensi Anak yang mengkonsumsi otak-otak dan sosis
harian mendapatkan hasil p = 0,015 yang berarti dalam frekuensi harian lebih banyak pada
bahwa ada hubungan antara konsumsi gorengan kelompok kasus (12,5%) dibandingkan dengan
dalam frekuensi harian dengan kejadian kelompok kontrol (5,4%), dan anak yang
overweight/obesitas pada anak. Hasil perhitungan mengkonsumsi otak-otak dan sosis dalam
diperoleh nilai OR = 14,786 (95% CI = 1,69- frekuensi mingguan lebih banyak pada kelompok
129,52) yang berarti bahwa anak yang kasus (33,9%) dibandingkan kelompok kontrol
mengkonsumsi gorengan dalam frekuensi harian (31,3%), sedangkan anak yang mengkonsumsi
14,786 kali lebih beresiko mengalami otak-otak dan sosis dalam frekuensi bulanan lebih
overweight/obesitas dibandingkan anak yang banyak pada kelompok kontrol (13,4%)
mengkonsumsi gorengan dalam frekuensi bulanan. dibandingkan dengan kelompok kasus (3,6%).
Hasil uji statistik pada frekuensi mingguan juga Hasil analisis uji regresi logistik pada frekuensi
mendapatkan hasil p = 0,045 yang berarti bahwa harian mendapatkan hasil p = 0,004 dengan hasil
ada hubungan antara pola konsumsi gorengan perhitungan nilai OR = 8,75 (95% CI;2,03-37,67)
dalam frekuensi mingguan dengan kejadian berarti bahwa ada hubungan antara pola konsumsi
overweight/obesitas. Hasil perhitungan diperoleh harian otak-otak dan sosis dengan kejadian
pula nilai OR = 8,727 (95% CI = 1,05-72,89) yang overweight atau obesitas pada anak, dan anak yang
berarti bahwa anak yang mengkonsumsi gorengan mengkonsumsi otak-otak, sosis dalam frekuensi
dalam frekuensi mingguan 8,727 kali lebih harian 8,75 kali lebih beresiko mengalami
beresiko mengalami overweight/obesitas overweight atau obesitas dibandingkan anak yang
dibandingkan anak yang mengkonsumsi gorengan mengkonsumsi otak-otak dan sosis dalam
Aulia Jauharun Nisak., Trias Mahmudiono., Pola Konsumsi Makanan Jajanan... 319
frekuensi bulanan. Begitu juga dengan pola sedangkan anak yang mengkonsumsi sirup, saus,
konsumsi otak-otak dalam frekuensi mingguan, dan topping dalam frekuensi bulanan lebih banyak
menunjukkan hasil ada hubungan antara pola pada kelompok kontrol (13,4%) dibandingkan
konsumsi otak-otak dan sosis dalam frekuensi dengan kelompok kasus (5,4%). Berdasarkan hasil
mingguan dengan kejadian overweight atau uji statistik pada frekuensi harian mendapatkan
obesitas (p = 0,021). Hasil perhitungan yang hasil p = 0,023, yang berarti bahwa ada hubungan
diperoleh nilai OR = 4,071 (95% CI = 1,23-13,45) antara pola konsumsi harian pada sirup, saus, dan
yang berarti bahwa anak yang mengkonsumsi topping dengan kejadian overweight/obesitas pada
makanan jajanan otak-otak dan sosis dalam anak sekolah. Hasil perhitungan nilai OR = 4,643
frekuensi mingguan 4,071 kali lebih beresiko (95% CI = 1,24-17,37). Hal tersebut menunjukkan
mengalami overweight atau obesitas dibandingkan bahwa anak yang mengkonsumsi sirup, saus, dan
anak yang mengkonsumsi otak-otak dan sosis topping setiap hari atau dalam frekuensi harian
dalam frekuensi bulanan. 4,643 kali lebih beresiko mengalami
Hasil penelitian pada Tabel 3 menunjukkan overweight/obesitas dibandingkan anak yang
bahwa anak yang mengkonsumsi pentol dan pentol mengkonsumsi sirup, saus, dan topping dalam
goreng dalam frekuensi harian lebih banyak pada frekuensi bulanan.
kelompok kasus (11,6%) dibandingkan dengan
kelompok kontrol (8%), dan anak yang PEMBAHASAN
mengkonsumsi pentol dan pentol goreng dalam
Berdasarkan analisis inferensial dalam
frekuensi mingguan lebih banyak pada kelompok
penelitian ini menunjukkan bahwa ada hubungan
kasus (33,9%) dibandingkan kelompok kontrol
pola konsumsi makanan jajanan yang meliputi:
(29,5%), sedangkan anak yang mengkonsumsi
biskuit, sirup buah, cokelat, susu kental manis,
pentol dan pentol goreng dalam frekuensi bulanan
gorengan, otak-otak dan sosis, snack bar, dan gula
lebih banyak pada kelompok kontrol (12,5%)
dengan kejadian overweight/obesitas pada anak
dibandingkan dengan kelompok kasus (4,5%).
sekolah. Penelitian ini sejalan dengan penelitian
Hasil uji statistik yang dilakukan menggunakan uji
yang dilakukan Mariza dan Aryu (2012), dengan
regresi logistik pada frekuensi harian mendapatkan
hasil OR = 7,00 yang berarti bahwa anak yang
hasil p = 0,039, berarti bahwa ada hubungan antara
memiliki kebiasaan jajan berisiko 7 kali
pola konsumsi pentol dan pentol goreng dalam
mengalami overweight/obesitas dibandingkan anak
frekuensi harian dengan kejadian
yang tidak memiliki kebiasaan jajan. Pola
overweight/obesitas pada anak.
konsumsi makanan yang baik berpengaruh positif
Nilai OR yang diperoleh yaitu 4,044 (95% CI =
terhadap kesehatan tubuh seseorang seperti
1,07-15,27) yang berarti bahwa anak yang
mencegah atau membantu menyembuhkan
mengkonsumsi pentol dan pentol goreng dalam
penyakit. Namun, jika pola konsumsi tidak baik
frekuensi harian 4,044 kali lebih beresiko
seperti konsumsi makanan jajanan tinggi kalori,
mengalami overweight/obesitas dibandingkan anak
tinggi lemak, dan tinggi gula yang sering disebut
yang mengkonsumsi dalam frekuensi bulanan.
dengen energy dense akan berpengaruh terhadap
Hasil penelitian juga menunjukkan bahwa ada
kejadian overweight/obesitas (Murakumi, et al.,
hubungan antara pola konsumsi pentol dan pentol
2012).
goreng pada frekuensi mingguan dengan kejadian
Lingkungan sekolah merupakan salah satu
overweight/obesitas pada anak (p = 0,041) dengan
faktor yang mempengaruhi asupan makan anak
nilai OR = 3,224 (95% CI = 1,05-9,90) yang
yang diperoleh dari konsumsi makanan jajanan di
berarti bahwa anak yang mengkonsumsi pentol
sekolah (Martin, 2017). Ketersediaan makanan
dan pentol goreng dalam frekuensi mingguan
yang ada di sekolah menjadi peran penting yang
3,224 kali lebih beresiko mengalami
mempengaruhi asupan makan anak saat di sekolah.
overweight/obesitas dibandingkan dengan anak
Tersedianya makanan jajanan yang bersifat manis
yang mengkonsumsi pentol dan pentol goreng
seperti gulali, minuman bersoda, snack yang padat
dalam frekuensi bulanan.
energi, tinggi lemak akan berpengaruh terhadap
Anak yang mengkonsumsi sirup, saus dan
asupan makan anak. Anak lebih sering konsumsi
topping dalam frekuensi harian lebih banyak pada
makanan tersebut dibandingkan makanan yang
kelompok kasus (11,6%) dibandingkan kelompok
bergizi termasuk sayur dan buah (Correa, et, al.,
kontrol (6,3%), dan anak yang mengkonsumsi
2015)
sirup, saus, dan topping dalam frekuensi mingguan
Konsumsi makanan jajanan yang berlebihan
lebih banyak pada kelompok kasus (33%)
juga dapat menyebabkan peningkatan berat badan
dibandingkan dengan kelompok kontrol (30,4%),
320 Jurnal Berkala Epidemiologi, Volume 5 Nomor 3, September 2017, hlm. 311-324
apabila pilihan jajanan berupa makanan yang tinggi dibandingkan anak yang tidak
tinggi kalori, lemak, gula, dan rendah zat gizi mengkonsumsi SSBs. Anak yang mengkonsumsi
(Steiner, et al., 2012). Makanan jajanan berefek ≥1 kali SSBs perhari 1,55 kali lebih beresiko
kepada kejadian overweight/obesitas disebabkan mengalami kejadian overweight/obesitas
oleh kandungan gizinya (Habsiyah, 2015). dibandingkan anak yang tidak mengkonsumsi
Contohnya yaitu makanan jajanan gorengan yang SSBs (Te Morenga, et al., 2013).
mengandung banyak lemak. Frekuensi kebiasaan Konsumsi makanan dan minuman yang manis
makan jajan yang berlemak dalam harian akan (SSBs) dapat menyebabkan anak mengurangi
berakibat terjadinya penumpukan lemak dalam makanan dan minuman yang bergizi, dan akan
tubuh dan beresiko untuk menaikkan berat badan, berdampak pada kondisi kekurangan sebagian zat
yang nantinya akan berakibat pada kejadian gizi yang penting seperti kalisum, zat besi, folat,
overweight/obesitas (Qi, Qibin, et al., 2014). dan vitamin A (Australian National Preventive
Hasil penelitian ini juga menunjukkan bahwa Health Agency, 2014). Selain itu, peningkatan
ada hubungan pola konsumsi makanan jajanan konsumsi SSBs juga dapat meningkatkan resiko
fastfood (otak-otak, dan sosis) dengan kejadian terkena caries gigi (Armfield, et al., 2013).
overweight/obesitas. Hasil penelitian ini sejalan Beberapa cara untuk mengurangi konsumsi SSBs
dengan penelitian yang dilakukan oleh Oktafiandi, dikalangan anak-anak yaitu dengan menggantikan
et al., (2016), yang menyatakan bahwa anak minuman SSBs dengan minuman air putih, jus
dengan pola konsumsi fast food sering beresiko buah, maupun susu dapat mengurangi konsumsi
5,133 kali lebih besar untuk mengalami kejadian kalori yang berlebih, dan mengurangi resiko
gizi lebih dibandingkan anak dengan pola overweight/obesitas (Tate, et al., 2012). Orang tua
konsumsi fastfood jarang. Konsumsi fastfood yang dapat menyediakan bekal air mineral untuk anak-
paling sering dikonsumsi anak sekolah yaitu sosis, anaknya, atau mengusahakan ketersediaan
dan otak-otak. Terjadinya overweight/obesitas minuman yang bergizi atau air mineral di rumah.
pada anak dikarenakan ukuran dan jumlah porsi Adanya kebijakan untuk membatasi penjualan
fastfood yang dimakan berlebihan. Ukuran porsi minuman atau makanan jajanan SSBs di
yang besar menyebabkan peningkatan berat badan lingkungan sekitar sekolah juga dapat mengurangi
(Bhat, 2016). konsumsi SSBs. Selain itu, perlu juga adanya
Hasil analisis menggunakan uji regresi logistik dukungan dari pemerintah seperti menteri
menunjukkan ada hubungan pola konsumsi pendidikan dan menteri kesehatan untuk
makanan jajanan meliputi: sirup buah, minuman mempromosikan sikap sehat untuk menghindari
perisa, cokelat, papeda, gorengan, otak-otak dan konsumsi SSBs yang berlebihan.
sosis, pentol dan pentol goreng, sirup, saus, dan Overweight/obesitas ini banyak terjadi di
topping dalam frekuensi harian dengan kejadian negara berpenghasilan rendah atau menengah
overweight/obesitas pada anak sekolah. Selain (Bayu, et al., 2013). Seperti yang terjadi pada
itu, ada hubungan pola konsumsi makanan jajanan penelitian ini (Tabel 1) yang menunjukkan bahwa
meliputi: sirup buah, cokelat, gorengan, otak-otak sebagian besar anak yang mengalami
dan sosis, pentol dan pentol goreng, dalam overweight/obesitas termasuk dalam keluarga
frekuensi mingguan dengan kejadian dengan penghasilan menengah ke bawah (Quintil
overweight/obesitas pada anak sekolah. 1= 600.000-2.000.000). Hasil peneitian ini sejalan
Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian dengan penelitian yang dilakukan Han and Powell
Grimes, et al., (2013), yang menunjukkan bahwa (2013) yang menunjukkan bahwa anak-anak yang
ada hubungan yang kuat antara peningkatan dengan orang tua memiliki tingkat pendidikan
konsumsi Sugar-Sweetened Baverages (SSBs) yang relatif rendah dan/atau dengan pendapatan
dengan overweight/obesitas. Sugar-Sweetened keluarga yang rendah mengkonsumsi lebih banyak
Baverages (SSBs) yang dimaksud disini yaitu SSBs.
sirup buah, minuman perisa, cokelat, sirup, saus, Keluarga yang berpendapatan rendah
dan topping (Ervin, et al., 2012). Setiap kenaikan kemungkinan tidak memiliki akses untuk membeli
1% konsumsi SSBs maka akan terjadi penambahan bahan makanan yang beragam, berkualitas baik,
4,8 kasus overweight per 100 orang, dan 2,3 kasus dan bergizi misalnya buah, susu rendah lemak
obesitas per 100 orang, terutama di negara (Bell, et al., 2013). Makanan yang beragam dan
berpenghasilan rendah dan menengah (Bayu, et al., bergizi lebih mahal dibandingkan dengan makanan
2013). Sebuah penelitian lain menunjukkan bahwa tinggi gula dan lemak yang beredar di lingkungan
anak yang mengkonsumsi ≥1 SSBs per hari akan masyarakat berpenghasilan menengah ke bawah
meningkatkan Body Mass Index (BMI) yang lebih (Aggarwal, et al., 2012). Jadi, masyarakat lebih
Aulia Jauharun Nisak., Trias Mahmudiono., Pola Konsumsi Makanan Jajanan... 321
memilih makanan yang padat energi supaya cepat usia. Hasil penelitian lain juga menyebutkan
kenyang dengan harga yang murah. Konsumsi bahwa makan makanan digoreng (gorengan) ada
makanan yang tinggi lemak, tinggi gula dan padat hubungannya dengan penambahan lingkar
energi akan berdampak oveweight/obesitas pada pinggang (Rouhani, et al., 2012). Makanan
anak dan beresiko terkena penyakit kronis pada gorengan merupakan makanan sumber lemak
saat dewasa (Perez-Escamilla, et al., 2012). jenuh atau lemak trans (Yusuf, et al., 2014).
Masyarakat berpenghasilan rendah memiliki Penelitian yang dilakukan Saputra, et al., (2014),
ketersediaan tempat penjual makanan cepat saji juga menemukan bahwa asupan asam lemak trans
(fastfood) yang lebih banyak, terutama di dekat yang tinggi dan berlebihan dapat meningkatkan
sekolah atau di dekat lingkungan rumah (Hilmers resiko penambahan berat badan dan peningkatan
et al., 2012). Toko atau warung ini menyajikan kegemukan pada perut dibandingkan asam lemak
beberapa makanan padat energi dan makanan yang lainnya.
rendah kandungan gizinya dengan harga yang Gorengan mempunyai tekstur yang renyah,
relatif lebih murah, seperti gorengan. Di Indonesia, aromatik, dan gurih dan sangat enak karena kaya
harga gorengan diantara Rp.500.,sampai dengan akan lemak. Maka dari itu, sebagai
Rp.1000. Gorengan merupakan makanan yang konsekuensinya jika makan gorengan berlebihan
murah dan praktis untuk dibeli oleh masyarakat. maka akan kelebihan makanan dengan kepadatan
Berbeda dengan sayur dan buah yang memiliki energi tinggi (energy dense tinggi) dan indeks rasa
harga lebih mahal dan kurang praktis. kekenyangan (satiety index) rendah (L., Chambers,
Pada populasi umum, masyarakat memilih et al., 2015). Kandungan kalori dari satu buah
makanan berdasarkan rasa, biaya, kenyamanan, gorengan sebesar 280 kal. Gorengan merupakan
kesehatan, dan variasi menu. Namun, di antara termasuk makanan yang padat energi namun
rumah tangga berpendapatan rendah selera dan memiliki indeks satiety yang rendah dibandingkan
biaya merupakan faktor penentu utama pilihan buah dan sayur, sehingga perlu makan frekuensi
makanan (Darmon, N dan Adam, 2015). Keluarga banyak dan porsi besar untuk mencapai kenyang
berpenghasilan rendah yang mencoba (dimana apabila mengkonsumsi gorengan dengan
mempertahankan biaya makanan karena persentase jumlah >2/hari dapat melebihi kebutuhan kalori
pendapatan menurun akan tetap memilih makanan perhari (Fauziah, et al., 2013).
ke arah makanan padat energi dan proporsi Kelemahan penelitian ini yaitu tidak
makanan yang mengandung gula tambahan, dan mempertanyakan ukuran dan jumlah porsi
lemak tambahan lebih tinggi (Darmon, N dan makanan jajanan yang dikonsumsi, sehingga tidak
Adam, 2015). Konsumsi makanan cepat saji memperlihatkan seberapa banyak makanan jajanan
dikaitkan dengan diet tinggi kalori dan rendah yang dikonsumsi, sedangkan kelebihan dari
akan zat gizi, dan konsumsi yang berlebihan dan penelitian ini yaitu penelitian ini membahas dan
terus menerus dapat menyebabkan kenaikan berat menganalisis makanan jajanan yang banyak
badan (Powell dan Nguyen, 2013). ditemui dan dikonsumsi oleh anak SD di Surabaya,
Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa ada dan dikaitkan dengan overweight/obesitas.
hubungan pola konsumsi makanan gorengan dalam
frekuensi harian dan mingguan dengan kejadian SIMPULAN DAN SARAN
overweight/obesitas pada anak sekolah. Hasil
penelitian ini sejalan dengan penelitian yang Simpulan
dilakukan Saputra, et al. (2014) bahwa ada
Kesimpulan dari penelitian ini yaitu ada
hubungan antara frekuensi konsumsi gorengan
hubungan pola konsumsi makanan jajanan,
dengan obesitas sentral pada wanita usia 25-45
meliputi sirup buah, minuman perisa, cokelat,
tahun di Kelurahan Gedanganak Kecamatan
papeda, gorengan, otak-otak dan sosis, pentol dan
Ungaran Timur Kabupaten Semarang. Penelitian
pentol goreng, sirup, saus, dan topping dalam
lain menyebutkan bahwa frekuensi makan
frekuensi harian dengan kejadian
gorengan (>4/minggu) dapat menngkatkan resiko
overweight/obesitas. Sedangkan dalam frekuensi
overweight/obesitas (Innes, 2014).
mingguan, dapat disimpulkan bahwa ada
Konsumsi gorengan saat ini merupakan suatu
hubungan pola konsumsi jajanan, meliputi: sirup
hal yang biasa dikonsumsi setiap hari (≥6 kali
buah, cokelat, gorengan, otak-otak dan sosis,
seminggu) oleh suatu masyarakat dikarenakan
pentol dan pentol goreng dalam frekuensi
gorengan adalah jenis makanan yang harganya
mingguan dengan kejadian overweight/obesitas.
relatif murah, gurih, dan mudah didapat baik
Anak yang memiliki pola konsumsi makanan
dikalangan anak-anak hingga dewasa dan lanjut
322 Jurnal Berkala Epidemiologi, Volume 5 Nomor 3, September 2017, hlm. 311-324
Hilmers, A., Hilmers, D. C., Dave, J. 2012. Pérez-Escamilla, R., Obbagy, J E., Altman, J., M
Neighborhood disparities in access to Essery, E., V McGrane, M. M., Wong, Y., et
healthy foods and their effects on al. 2012. Dietary energy density and body
environmental justice. American Journal of weight in adults and children: a systematic
Public Health, 102(9): 1644-1654. review. Journal of the American Dietetic
Innes, E. 2014. Love chips? Better hope you've got Association, 112(5): 671-684.
good genes: Fried food causes more weight Powell, L M., Nguyen, BT. 2013. Fast-food and
gain in people with the 'fat gene'. full-service restaurant consumption among
http://www.dailymail.co.uk/health/article- children and adolescents: effect on energy,
2583598/Fried-food-causes-weight-gain- beverage, and nutrient intake. JAMA
people-fat- Pediatrics, 167(1): 14-20.
gene.html#ixzz4r4sUYgXX [Sitasi 29 Qi, Q., Audrey, Y C., Jae, H K., Jinyan, H., Lynda,
Agustus 2017]. M R., Majken, K J. 2014. Fried food
L., Chambers, Keri, M., Martin, R.Y. 2015. consumption, genetic risk, and body mass
Optimising foods for satiety. Trends in Food index: gene-diet interaction analysis in three
Science & Technology, 41:149-160. US cohort studies. BMJ.
Lubis, RR. 2015. Pola Makan Sehat. http://www.bmj.com/content/bmj/348/bmj.g
http://renyrahmawatilubisreanerel- 1610.full.pdf [Sitasi 29 Agustus 2017].
fkm12.web.unair.ac.id/artikel_detail- Rouhani, M H., Maryam, M., Nasrin, O., Ahmad,
139393-Umum- E., Leila, A. 2012. Fast Food Consumption,
POLA%20MAKAN%20SEHAT.html Quality of Diet, and Obesity among
[Sitasi 30 Agustus 2017]. Isfahanian Adolescent Girls. Journal of
Mariza, YY., Aryu, CK. 2012. Hubungan antara Obesity Volume 2012.
Kebiasaan Sarapan dan Kebiasaan Jajan S, Bo., De, Carli L., Venco, E., Fanzola,
dengan Status Gizi Anak Sekolah Dasar di I., Maiandi, M., De, Michieli, F. 2014.
Kecamatan Pedurungan Kota Semarang. Impact of snacking pattern on overweight
http://repository.poltekkesmajapahit.ac.id/in and obesity risk in a cohort of 11- to 13-
dex.php/PUB-KEB/article/viewFile/464/378 year-old adolescents. Journal Pediatr
[Sitasi 12 Agustus 2017]. Gastroenterol Nutrition, 59(4):465-71.
Martin, L. 2017. Evidence for environmental https://iris.unito.it/handle/2318/149769#.Wa
interventions to prevent childhood JrUigjHIU [Sitasi 27 Agustus 2017].
overweight and obesity within schools. NHS Saputra, Y D., Indri., Mulyasari., Meilita, DP.
Health Scotland. 2014. Hubungan Frekuensi Konsumsi
http://www.healthscotland.scot/media/1486/ Gorengan Dengan Obesitas Sentral Pada
evidence-for-environmental-interventions- Wanita Usia 25–45 Tahun Di Kelurahan
to-prevent-obesity-in-schools.pdf [Sitasi 28 Gedanganak Kecamatan Ungaran Timur
Agustus 2017]. Kabupaten Semarang. Artikel Penelitian.
Murakami, K., Yoshihiro, M., Sathosi, S., Keiko, Sekolah Tinggi Kesehatan Ngudi Waluyo
T., Masashi, A. 2012. An energy-dense diet Semarang.
is cross-sectionally associated with an Simona, Bo, De, Carli, L., Venco, E., Fanzola, I.,
increased risk of overweight in male Maiandi, M De, M F., et al. 2014. Impact of
children, but not in female children, male Snacking Pattern on Overweight and
adolescents, or female adolescents in Japan: Obesity Risk in a Cohort of 11- to 13-Year-
the Ryukyus Child Health Study. Nutrition Old Adolescents. Journal of Pediatric
Research, 32(7), pp.486–494. Gastroenterology & Nutrition, Volume 59
http://www.sciencedirect.com/science/articl (4):465–471.
e/pii/S0271531712001169 [Sitasi23 August, Steiner-Asiedu M., Jantuah, J E., Anderson, A K.
2017]. 2012. The Snacking Habits in Junior High
Oktafiandi, A., Agustiansyah, M. 2016. Beberapa School Students: The Nutritional
Faktor Yang Berhubungan Dengan Kejadian Implication-a Short Report. Asian J Med
Gizi Lebih Pada Siswa Di SD Sci., 4(1):42-6.
Muhammadiyah 2 Kota Pontianak. Naskah Tate, DF., Turner-McGrievy, G., Lyons, E.,
Publikasi. Universitas Muhammadiyah Stevens, J., Erickson, K., Polzien, K., et al.
Pontianak. 2012. Replacing caloric beverages with
water or diet beverages for weight loss in
324 Jurnal Berkala Epidemiologi, Volume 5 Nomor 3, September 2017, hlm. 311-324
adults: main results of the Choose Healthy WHO. 2016. Global Strategy on Diet, Physical
Options Consciously Everyday (CHOICE) Activity and Health: Childhood overweight
randomized clinical trial. The American and obesity.
Journal Of Clinical Nutrition, 95(3):555-63. http://www.who.int/dietphysicalactivity/chil
Te Morenga, L., Mallard, S., Mann, J. 2013. dhood/en/ (SItasi 11 Agustus 2017).
Dietary sugars and body weight: systematic Yaqin, M.K., Faridha., Nurhayati. 2014. Prevalensi
review and metaanalyses of randomised Obesitas Pada Anak Usia SD Menurut
controlled trials and cohort studies. BMJ. Imt/U Di SD Negeri Ploso I No 173
http://www.bmj.com/content/346/bmj.e7492 Surabaya. Jurnal Pendidikan Olahraga dan
[Sitasi 29 Agustus 2017]. Kesehatan, 2(1): pp.114 – 118.
Wansink, B., Mitsuru, S., Adam, B. 2013. Yusuf., Filahteria., Saifuddin, S., Ulfah, N. 2014.
Association of Nutrient-Dense Snack Analisis Kadar Asam Lemak Jenuh Dalam
Combinations With Calories and Vegetable Gorengan Dan Minyak Bekas Hasil
Intake. Pediatrics, 131 (1): pp. 22-29. Penggorengan Makanan Jajanan Di
WHO. 2012. A Comprehensive Global Monitoring Lingkungan Workshop Universitas
Framework, Including Indicators, And A Set Hasanuddin.
Of Voluntary Global Targets For The http://repository.unhas.ac.id/bitstream/handl
Prevention And Control Of e/123456789/5503/JURNAL.pdf [Sitasi 30
Noncommunicabale Diseases. REVISED Agustus 2017].
WHO Discussion Paper.
http://www.who.int/nmh/events/2012/discus
sion_paper3.pdf [Sitasi 27 Agustus 2012]