com
https://journal.unnes.ac.id/sju/index.php/jhealthedu
Annisa Khaerani-, Laras Sitoayu, Vitria Melani, Nazhif Gifari, Rachmanida Nuzrina
Program Studi Ilmu Gizi Fakultas Ilmu Kesehatan Universitas Esa Unggul
dan adopsi pola makan. Hal ini sering terjadi karena masih kurang, sehingga masih diperlukan promosi kesehatan dan pendidikan gizi pada
kei nginan untuk meliukkan badan (body image) yang remaja. Pendidikan gizi seimbang pada anak usia sekolah dapat membentuk pola makan dan memperbaiki
mengakibatkan perubahan pola makan sehari-hari dampak negatif yang muncul saat dewasa selain itu dapat membentuk pola makan yang sehat pada masa
(Purnamasari, 2017). kanak-kanak sehingga dapat tumbuh dengan baik Bong Nguyen & Mary W
(2017). KEM-KOMINFO bekerjasama dengan UNICEF pada tahun 2014 melakukan kajian
Diet terdiri dari jumlah, jenis dan frekuensi pemanfaatan internet bagi anak dan remaja, kepemilikan handphone di Indonesia mencapai 84%
makan. Frekuensi makan dikatakan baik jika dari total penduduk di 12 provinsi dengan rentang usia 10-19 tahun, Hasilnya 80% dari 400
frekuensi makan setiap hari adalah tiga kali makan responden pernah menggunakan internet dengan persentase tertinggi 27% pada anak usia 14-15
utama atau dua kali makan utama dengan satu kali tahun, dan sebanyak 52% responden mengakses internet melalui handphone dengan 65%
snack, dan dikatakan tidak cukup jika frekuensi menggunakan internet untuk menunjang kegiatan pembelajaran. Penelitian yang dilakukan
makan setiap hari adalah dua kali makan utama Perdana et al pada Mei 2017, menunjukkan perubahan perilaku gizi seimbang sebelum dan
atau kurang. Komposisi makanan meliputi jenis sesudah intervensi diukur menggunakan kuesioner. Sebelum intervensi, terdapat 72,9% anak
dan jumlah atau porsi makanan yang akan dengan tingkat pengetahuan baik, 78,5% anak dengan sikap positif, 54,9% anak dengan praktik
dikonsumsi (Walalangi, Sahelangi, & Widodo, gizi seimbang yang baik. Setelah intervensi, pengetahuan baik, sikap positif, dan praktik gizi
2015). Pola makan remaja di Indonesia masih seimbang yang baik meningkat masing-masing sebesar 11,8%, 5,5%, dan 15,9%. Media edukasi
kurang baik, hal ini diperkuat dengan hasil gizi berbasis android lebih baik dari media lainnya. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui peran
penelitian Kementerian Kesehatan (2014) rata-rata pemberian media aplikasi terhadap perubahan pengetahuan, sikap, perilaku dan pola makan. Penelitian
tingkat kecukupan energi pada remaja usia 13-18 yang dilakukan Perdana et al pada Mei 2017, menunjukkan perubahan perilaku gizi seimbang sebelum dan
tahun sebesar 72,3% dengan proporsi yang sesudah intervensi diukur menggunakan kuesioner. Sebelum
mengkonsumsi <70% AKE dari 52% dari total intervensi, terdapat 72,9% anak dengan tingkat pengetahuan baik, 78,5% anak dengan sikap positif, 54,9%
populasi. pemuda secara nasional (Kemenkes, anak dengan praktik gizi seimbang yang baik. Setelah intervensi, pengetahuan baik,
2014). sikap positif, dan praktik gizi seimbang yang baik meningkat masing-masing sebesar 11,8%, 5,5%, dan
Status gizi normal menunjukkan bahwa kualitas dan Setelah intervensi, pengetahuan baik, sikap positif, dan praktik gizi seimbang yang baik
kuantitas makanan telah memenuhi kebutuhan tubuh. meningkat masing-masing sebesar 11,8%, 5,5%, dan 15,9%. Media edukasi gizi berbasis android
Seseorang dengan berat badan di bawah normal berisiko lebih baik dari media lainnya. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui peran pemberian media
terkena penyakit infeksi, sedangkan seseorang dengan aplikasi terhadap perubahan pengetahuan, sikap, perilaku dan pola makan. 9% anak dengan tingkat
berat badan di atas normal berisiko tinggi terkena pengetahuan baik, 78,5% anak dengan sikap positif, 54,9% anak dengan praktik gizi seimbang yang
penyakit degeneratif. Oleh karena itu, diharapkan baik. Setelah intervensi, pengetahuan baik, sikap positif, dan praktik gizi
seimbang yang baik meningkat masing-masing sebesar 11,8%, 5,5%, dan 15,9%. Media edukasi gizi berbasis android lebih baik dari media
30
Annisa Khaerani dkk / Jurnal Kesehatan 5 (1) (2020)
31
Annisa Khaerani dkk / Jurnal Kesehatan 5 (1) (2020)
32
Annisa Khaerani dkk / Jurnal Kesehatan 5 (1) (2020)
Vaus (2005) dalam Arimurti, (2012) pemberian jarak dapat dilihat dari selisih kedua kelompok pada setiap tes yang dilakukan yaitu perubahan nilai rata-rata
antara pretest dan intervensi tidak boleh terlalu sikap kelompok perlakuan dan kelompok kontrol. Edukasi gizi dengan aplikasi Remind Me tidak dapat
panjang. Hal ini dilakukan untuk meminimalkan memberikan perubahan yang signifikan terhadap perubahan sikap gizi seimbang pada responden. Hal ini
pengaruh luar sebelum intervensi. Namun, jarak karena sikap manusia merupakan prediktor utama perilaku (tindakan)
yang terlalu dekat antara pretest dan intervensi sehari-hari, walaupun ada faktor lain yaitu lingkungan dan keyakinan seseorang. Artinya
juga dapat mempengaruhi tingkat kepekaan terkadang sikap dapat menentukan tindakan seseorang, namun terkadang sikap tidak berubah
memori kelompok perlakuan terhadap intervensi menjadi tindakan. Pertimbangan semua dampak positif dan negatif dari suatu tindakan juga
yang akan diberikan. Oleh karena itu jarak antara menentukan namun dapat dilihat dari perbedaan antara kedua kelompok pada setiap pengujian
pretest dan intervensi dalam penelitian ini adalah yang dilakukan i terjadi perubahan nilai rata-rata sikap kelompok perlakuan dan kelompok
tujuh hari dengan waktu pretest 45 menit (Arimurti, kontrol. Edukasi gizi dengan aplikasi Remind Me tidak dapat memberikan perubahan yang
2012). signifikan terhadap perubahan sikap gizi seimbang pada responden. Hal ini karena sikap
Didukung dengan penelitian Siagian et al manusia merupakan prediktor utama perilaku (tindakan) sehari-hari, walaupun ada faktor lain
(2010) yang menguji pengaruh media visual poster yaitu lingkungan dan keyakinan seseorang. Artinya terkadang sikap dapat menentukan tindakan
dan leaflet makanan sehat terhadap perilaku dan seseorang, namun terkadang sikap tidak berubah menjadi tindakan. Pertimbangan semua
pengetahuan pemilihan jajanan siswa di sekolah dampak positif dan negatif dari suatu tindakan juga menentukan namun dapat dilihat dari
mendapatkan skor rata-rata sebelum intervensi perbedaan antara kedua kelompok pada setiap pengujian yang dilakukan i terjadi perubahan
dengan membagikan leaflet sebesar 1,99 dan nilai rata-rata sikap kelompok perlakuan dan kelompok kontrol. Edukasi gizi dengan aplikasi
setelah intervensi skor meningkat menjadi 3,00. Remind Me tidak dapat memberikan perubahan yang signifikan terhadap perubahan sikap gizi
Hasil angket setelah pemberian leaflet seimbang pada responden. Hal ini karena sikap manusia merupakan prediktor utama perilaku
menunjukkan peningkatan pengetahuan secara (tindakan) sehari-hari, walaupun ada faktor lain yaitu lingkungan dan keyakinan seseorang.
keseluruhan yaitu 100% siswa menjawab Artinya terkadang sikap dapat menentukan tindakan seseorang, namun terkadang sikap tidak
pertanyaan tentang pengetahuan jajanan dengan berubah menjadi tindakan. Pertimbangan semua dampak positif dan negatif dari suatu tindakan
benar, durasi pretest dan posttest berbeda. Pada juga menentukan Edukasi gizi dengan aplikasi Remind Me tidak dapat memberikan perubahan
penelitian ini digunakan pre-post test selama dua yang signifikan terhadap perubahan sikap gizi seimbang pada responden. Hal ini karena sikap
minggu, sedangkan penelitian ini hanya tiga hari manusia merupakan prediktor utama perilaku (tindakan) sehari-hari, walaupun ada faktor lain
setelah intervensi dengan pemberian media yaitu lingkungan dan keyakinan seseorang. Artinya terkadang sikap dapat menentukan tindakan
aplikasi Remind me. Selain faktor lamanya seseorang, namun terkadang sikap tidak berubah menjadi tindakan. Pertimbangan semua
pemberian intervensi, faktor frekuensi pemberian dampak positif dan negatif dari suatu tindakan juga menentukan Edukasi gizi dengan aplikasi Remind Me
intervensi juga dapat mempengaruhi pengetahuan tidak dapat memberikan perubahan yang signifikan terhadap perubahan sikap gizi seimbang pada
seseorang, menurut Dewi & Aminah (2016) responden. Hal ini karena sikap manusia merupakan prediktor utama perilaku (tindakan) sehari-hari,
pemberian intervensi yang optimal cukup walaupun ada faktor lain yaitu lingkungan dan keyakinan seseorang. Artinya terkadang sikap dapat
dilakukan maksimal tiga kali karena jika diberikan menentukan tindakan seseorang, namun terkadang sikap tidak berubah menjadi tindakan. Pertimbangan
lebih dari dua kali dapat menimbulkan kebosanan. semua dampak positif dan negatif dari suatu tindakan
Sedangkan menurut juga menentukan Artinya terkadang sikap dapat menentukan tindakan seseorang, namun terkadang sikap tidak berubah menjadi tindaka
33
Annisa Khaerani dkk / Jurnal Kesehatan 5 (1) (2020)
apakah sikap seseorang menjadi tindakan nyata atau Namun, masih cukup banyak siswa (25-63,9%)
tidak. Dengan kata lain, selain sikap, faktor utama yang praktiknya termasuk dalam kategori sedang
lain yang mempengaruhi tindakan seseorang adalah dan rendah; Umumnya siswa sering membeli
norma sosial (Zuchdi, 1995). Sejalan dengan jajanan tidak sehat dan makan makanan instan.
penelitian yang dilakukan oleh Damayanti (2017) Intervensi pendidikan gizi meningkatkan praktik
pada anak sekolah dasar yang dilakukan selama dua gizi seimbang subjek. Setelah dilakukan
minggu dengan dua kali penyuluhan sambil bermain intervensi, terjadi peningkatan skor praktik
MOZ-IBANG mendapatkan nilai p (sig) = 1,16 > α 0,05 sebesar 5,1 poin (grup gabungan android &
sehingga dapat disimpulkan adanya tidak ada website) menjadi 11,6 poin (grup website), yang
pengaruh penyuluhan menggunakan media monopoli berbeda signifikan antar grup.
gizi seimbang. (MOZIBANG) tentang sikap gizi Ada beberapa faktor yang mempengaruhi
seimbang siswa. terjadinya hal tersebut, salah satunya karena
perilaku yang diamati oleh peneliti terbatas
Perilaku Gizi Seimbang Pre-test, Post- pada perilaku tertutup dimana pengukuran
test 1 dan Post-test 2 antara Kelompok perilaku dilakukan dengan menghitung skor
Perlakuan dan Kontrol jumlah jawaban responden terhadap pertanyaan
Perilaku merupakan hasil akhir dari yang diajukan. . Menurut Skinner (1993) dalam
peningkatan pengetahuan dan perubahan Notoatmodjo (2010) menyatakan bahwa perilaku
sikap seorang individu, berdasarkan penelitian tertutup (covert behavior), perilaku tertutup
dan analisis menggunakan uji Independent T- terjadi ketika respon terhadap stimulus tidak
test didapatkan nilai rata-rata peningkatan skor dapat diamati dengan jelas oleh orang lain (dari
perilaku pre-test kelompok perlaku akhir dan luar).
kelompok kontrol adalah 11,81 ± 3.10 dan 12.67 Penelitian yang dilakukan oleh Fadhilah et al
± 2.56 dengan nilai p value 0.17. Rerata skor (2018) menyebutkan bahwa terdapat beberapa faktor
perilaku posttest 1 kelompok perlakuan adalah yang mempengaruhi perilaku makan seseorang
11,88 ± 2,52 dan pada kelompok kontrol 13,40 ± khususnya remaja SMP. Beberapa faktor tersebut
3,00 dengan nilai p hasil tes 0,01 sehingga dapat adalah ketersediaan sarana prasarana di rumah yang
dikatakan ada perbedaan yang signifikan antara masih kurang baik (54,3%), dan mayoritas melakukan
posttest perilaku skor 1 kelompok perlakuan dan aktivitas fisik ringan (58%), uang saku yang diberikan
kelompok kontrol. Rerata skor perilaku post-test sebagian besar digunakan untuk membeli makanan
dari 2 kelompok perlakuan adalah 12,38 ± 2,68 dan ringan dan minuman manis (84%). , faktor lingkungan
13,35 ± 2,67 pada kelompok kontrol dengan nilai p seperti peran guru yang masih buruk (50,6%), peran
0,09. orang tua yang belum mendukung responden dalam
Penelitian ini sejalan dengan penelitian makan enak (58% ), serta peran teman yang belum
yang dilakukan oleh Perdana (2017) tentang memberikan contoh yang baik kepada responden.
pengembangan media edukasi gizi seimbang pada perilaku makan (74,1%), beberapa faktor
berbasis android dan website yang menyatakan tersebut menghasilkan nilai p <0,05, sehingga dapat
bahwa semua kelompok perlakuan secara umum disimpulkan bahwa faktor tersebut berpengaruh
menunjukkan praktik gizi seimbang pada saat pre signifikan terhadap perubahan perilaku seseorang.
test cukup baik (skor rata-rata 80-86) dan tidak ada
perbedaan antara kelompok perlakuan.
34
Annisa Khaerani dkk / Jurnal Kesehatan 5 (1) (2020)
35
Annisa Khaerani dkk / Jurnal Kesehatan 5 (1) (2020)
36
Annisa Khaerani dkk / Jurnal Kesehatan 5 (1) (2020)
Mutiasari, D. (2013). Gambaran Praktek Pedoman (2013). Mobile Searching Objek Wisata
Gizi Seimbang (PGS) Pada Remaja di Pekanbaru Menggunakan Location Base
MT.s Pembangunan UIN . Jakarta: UIN Service (LBS) Berbasis Android. Jurnal
(SKRIP-SI). Politeknik Caltex Riau, 1.
Nadhiroh, SR, & Suryaputra, K. (2012, Juni). Renata, P., & Dewajanti, AM (2017). Hubungan
Perbedaan Pola Makan dan Aktivitas Fisik Pengetahuan, Sikap, dan Perilaku Tentang
antara Remaja Obesitas dan Non Gizi Seimbang dengan Status Gizi Siswa
Obesitas. Makara Kesehatan, 16(1). Kelas IV dan V di Sekolah Dasar Tarakanita
Nguyen, MB, & Mary, M. (2017). Sepulang sekolah Gading Serpong . J.Kedokt Meditek Jilid 23.
intervensi pendidikan gizi peka budaya
dan usia untuk anak sekolah dasar. Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas). (2010). Laporan
Jurnal Pendidikan dan Perilaku Gizi, 49. Nasional. Jakarta: Balitbang.
Risnita. (2012). Pengembangan Skala Model Likert.
Ningsih, TH (2018). Pedoman Edukasi Edu-Bio, 3, 86-98.
Pengaruh Gizi Seimbang Terhadap S, TR, Ruhmawati, T., & Sukandar, D. (2013). Hubungan
Pengetahuan dan Sikap Remaja Putri Pendidikan dan Penghasilan dengan Perilaku
Kurus. Jurnal Ilmu Kebidanan, 2(2). Hidup Bersih dan Sehat. Jurnal Kesehatan
Notoatmodjo, S. (2010). Metodologi Penelitian Lingkungan Indonesia, 12(1).
Kes-ehatan. Jakarta: Rineka Cipta. Sabri, L., & Hastono, SP (2014). Statistik kesehatan.
Nugraha, TS (2014). Pengaruh Komik Gizi Seim- Jakarta: Rajawali Pers.
bang Terhadap Peningkatan Pengetahuan Gizi Safitri, NR, & Fitrianti, DY (2016). Pengaruh Pendidikan
Seimbang pada Siswa Kelas V SDN 01 Pondok kasi Gizi Dengan Ceramah dan Booklet
Cina dan MI Nurul Iman di Kota Depok. Terhadap Peningkatan Pengetahuan dan
Universitas Indonesia: Skripsi. Nurdin Sikap Gizi Remaja Kegemukan. Jurnal
Rahman, NU (2016, Maret). Faktor-faktor Perguruan Tinggi Nutrisi, 5(4), 374-380.
yang Berhubungan dengan Perilaku Salim, A. (2013). Gambaran perilaku Gizi Seimbang
Makan pada Remaja SMA Negeri 1 Palu. Terhadap Status Gizi Remaja Di Madrasah
Jurnal Preventif, 7(1). Aliyah Negeri Kabupaten Mamauju Tahun
Nurmasyita, Widjanarko, B., & Margawati, A. (2015, 2012. Jurnal Kesehatan Politeknik Kesehatan
Desember). Pengaruh intervensi pendidikan Kemenkes Mamuju, XV(1).
gizi terhadap peningkatan pengetahuan gizi, Saloso, I. (2011). Pengaruh media audio (lagu ana-
perubahan asupan zat gizi dan indeks massa kanak) dan media visual (kartu bergambar)
tubuh remaja kelebihan. Jurnal Gizi terhadap Pengetahuan Gizi (PUGS Dan
Indonesia, 4. PHBS) Serta Tingkat Penerimaannya Pada
Nuryanto, Pramono, A., Puruhita, N., & Muis, SF Anak Usia Sekolah dasar Negeri Di Kota
(2014). Pengaruh pendidikan gizi terhadap Bogor. Bogor: Skripsi IPB.
pengetahuan dan sikap tentang gizi. Schoenfeld, BJ, Aragon, AA, & Krieger, J. (2015).
Jurnal Gizi Indonesia. Efek frekuensi makan pada penurunan
Pahlevi, AE (2012). Penentu Status Gizi berat badan dan komposisi tubuh: meta-
Pada Anak Usia Sekolah. Jurnal Kesehatan analisis. Tinjauan Nutrisi, 73(2).
Masyarakat, 7(2). Laporan Ilmiah 2015. (2015). Panduan Diet-
Perdana, F., Madanijah, S., & Ekayanti, I. (2017, No- Komite Penasehat lini. USA: Kantor Pencegahan
vember). Pengembangan Media Edukasi Gizi Penyakit dan Promosi Kesehatan. Setyawati, VA,
Berbasis Android dan Website Serta & Setyowati., M. (2015). Karak-
Pengaruhnya Terhadap Perilaku Tentang ter Gizi Remaja Putri Perkotaan dan
Gizi Seimbang Siswa Sekolah Dasar. Jurnal Pedesaan di Provinsi Jawa Tengah. Jurnal
Gizi Pangan, 12(3). Kesehatan Masyarakat, 11(1), 43-52.
Pujiati, Arneliwati, & Rahmalia, S. (2015, Oktober). Siagian, A., Jumirah, & Tampubolon, F. (2010,
Hubungan antara perilaku makan dengan Juni). Media Visual Poster dan Leaflet
status gizi pada remaja putri. Jurnal Online Makanan Sehat serta Perilaku Konsumsi
Mahasiswa, 2(2). Makanan Jajanan Siswa Sekolah Lanjutan
Purnamasari, DU (2017). Panduan Gizi dan Atas Kabupaten Mandailing Natal. Jurnal
Kes-ehatan Anak Sekolah. Yogyakarta: ANDI. Kesehatan Masyarakat, 4(6), 262-268.
Purnell, JQ (2018). Definisi, Klasifikasi, dan Sigal Sofer, Aliza H Stark dan Zecharia Madar.
Epidemiologi Obesitas. NCBI. Purwantoro, (2015). Penargetan Nutrisi berdasarkan Pengaturan
S., Rahmawati, H., & Tharmizi, A. Waktu Makanan: Pendekatan Diet Terkait Waktu untuk
37
Annisa Khaerani dkk / Jurnal Kesehatan 5 (1) (2020)
Memerangi Obesitas dan Sindrom Metabolik. Zuchdi, D. (1995). Pendidikan Sikap. Cakrawala
Masyarakat Amerika untuk Nutrisi. Lanjut Nutr, Pendidikan, XIV(3), 51-63.
6, 214-223. Zulaekah. (2012). Pendidikan Gizi dengan Media
Siswanto, Susila, & Suryanto, d. (2013). Metodologi Buku Menentang Pengetahuan Gizi. Jurnal
Kedokteran dan Kesehatan. Yogyakarta: Kesehatan Masyarakat, 7(1), 127-133.
Bursa Ilmu.
Siwantoro, T. (2012, September). Analisis Pengaruh
Faktor Predisposing, Enabling dan
Reinforcing terhadap Kepatuhan Pengobatan
TB Paru di Kabupaten Bojonegoro. Jurnal
Administrasi Kebijakan Kesehatan, 10.
Soehardjo. (1986). Berbagai Cara Pendidikan Gizi.
Jakarta: Bumi Aksara.
Soekirman. (2011, September). Mengambil Indo-
sejarah gizi indonesia untuk melompat
menuju generasi masa depan yang lebih
baik: Penyusunan Pedoman Gizi
Indonesia. Jurnal Nutrisi Klinis Asia
Pasifik, 20(3), 447-451.
Soenarto. (2012). Metodologi Penelitian Pendidi-
kan. Jakarta: Sang Media.
Suiraoka, PI, & Suparasa, ID (2012). Pena Media-
didikan Kesehatan. Yogyakarta: Graha Ilmu.
Sulastri, D. (2012). Faktor Penentu Kejadian
Stunting Pada Anak Usia Sekolah
Dikecamatan Lubuk Kilangan Kota Padang.
Jurnal Majalah Kesehatan Andalas.
Sulihati, & Andriyani. (2016). Aplikasi Akademik
Online Berbasis Mobile Android Pada
Universitas Tama Jagakarsa. Junral Sains
dan Teknologi, XI(1), 15-26.
Sundari, S. (2005). Kesehatan Mental dalam Ke-
hidupan. Jakarta: Rineka Cipta.
Vilanty, N. (2014). faktor-faktor yang mempen-
garuhi pola konsumsi makanan pada remaja.
ejournal boga, 3, 47-50.
Wahyuni, IS (2009). Hubungan Antara Pengeta-
huan dan Sikap terhadap perilaku Gizi Seimbang
pada Lansia Panti Werda Pucang Gading
Semarang . Semarang: UNNES (Skripsi).
Walalangi, RG, Sahelangi, O., &Widodo, G. (2015). Pola
makan, asupan zat gizi dan status gizi anak balita
bawah garis merah di pesisir pantai desa
Tatengesan dan Makalu wilayah kerja puskesmas
pusomaen. Gizido, 7. Waspadji.
(2007). Penatalaksanaan Diabetes melitus
terpadu. Jakarta: Fakultas
Kedokteran Universitas Indonesia.
Witari, NS, Sudjana, IN, & Suarjana, I. (2015,
Agustus). perilaku konsumsi Gizi Seimbang
Mahasiswa Jurusan Gizi Politeknik Kesehatan
Denpasar. Jurnal Ilmu Gizi, 6, 75-89. Zakaria,
SR (2012). Pengaruh Konseling Gizi ter-
terhadap perubahan perilaku, Pola Makan
dan Berat Badan Remaja Gemuk di SMAN 2
Makassar. Media Gizi Pangan, XIV.
38