STATISTIK KESEHATAN
DOSEN PENGAMPU :
Arvida Bar ,SPd.MKM
DI SUSUN OLEH
Dian Apdal
NIM : PO71201180007
Abstract: School is one of the educational institutions that serve as targets Behavior Clean and Healthy
Lifestyle ( PHBs ). This is because the amount of data a disease that occurs in school-age children (ages
6-10 ) such as intestinal worms ( 60–80 % ) , and dental caries ( 74 % ) . This study aimsto describe
of PHBS students at 42elementary school Korong Gadang Kuranji District of Padang in 2014. This
research is descriptive. Thepopulation was all students grades 4–6 elementary school who are 71
and all the population sampled. Univariatble descriptive analysis to describe the characteristics of
the respondent. The results showed that the knowledge was lowest for the use of sanitary latrines and
healthier, which amounted to 67.6 % , amounting to 56.3 % of students did not accept to be a healthy
snack in the cafeteria sekolahdan as much as 100 % of students do not carry healthy snacks in the school
cafeteria. This study suggests that schools can optimize the PHBs by activating the UKS program at
the school. This study suggests that schools can optimize the PHBs by activating the program of School
Health Unit
Abstrak: Sekolah adalah salah satu institusi pendidikan yang dijadikan sebagai sasaran PHBS.
Hal ini dikarenakan banyaknya data penyakit yang terjadi pada anak usia sekolah (usia 6–10)
seperti cacingan (60-80%), dan karies gigi (74%). Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui
gambaran PHBS siswa di SDN 42 Korong Gadang Kecamatan Kuranji Padang tahun 2014.
Jenis penilitian ini adalah deskriptif. Populasi penelitian adalah seluruh siswa kelas 4–6 SD
yang berjumlah 71 orang dan semua populasi dijadikan sampel. Analisis data menggunakan
deskriptif univariabel untuk mendeskripsikan karakteristik responden. Hasil penelitian
menunjukkan bahwa pengetahuan terendah terdapat pada penggunaan jamban bersih dan sehat,
yaitu sebesar 67,6%, sebesar 56,3% siswa bersikap tidak menerima untuk jajan sehat di kantin
sekolahdan sebanyak 100% siswa tidak melaksanakan jajan sehat di kantin sekolah. Penelitian
ini menyarankan agar sekolah dapat mengoptimalkan PHBS dengan mengaktifkan program
UKS di sekolah.
Kata kunci: perilaku, siswa, SDN 42 Korong Gadang
92
Henico Putri Lina, Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS) … 93
mendasar bagi individu. Hak ini berlaku bagi dan kesehatan. Kesehatan adalah syarat
semua orang tanpa membedakan asal-usul, utama dalam memperoleh keberhasilan
agama, ras, politik dan tingkat ekonomi. upaya pendidikan, sedangkan pendidikan
Derajat kesehatan yang tinggi tersebut dapat merupakan salah satu faktor untuk
diperoleh apabila setiap orang memiliki tercapainya status kesehatan yang tinggi dari
perilaku yang memperhatikan kesehatan. setiap individu (Maryunani, dkk, 2012).
Konsep perilaku yang dikembangkan Untuk menciptakan SDM yang
Becker, merupakan konsep yang didasarkan berkualitas dan mampu bersaing, perlu
pada konsep perilaku sehat Bloom. adanya tindakan pengawasan terhadap
Becker menjabarkan bahwa perilaku sehat kesehatan. Pengawasan tersebut dapat
tersebut terbagi menjadi tiga domain, yaitu dimulai dari usia dini, yaitu usia anak
pengetahuan terhadap kesehatan (health sekolah. Mulai dari tingkat pra sekolah,
knowledge), sikap untuk merespon tindakan SD, SMP, dan SMA. Pada usia ini, anak
kesehatan (health attitude) dan praktik akan belajar langsung dari lingkungannya.
atau tindakan kesehatan (health practice). Lingkungan disini dapat diartikan sebagai
Domain ini bermanfaat untuk mengetahui orang tua, guru, dan teman sepermainan.
seberapa besar tingkat perilaku sehat setiap Mereka dapat mempelajari bagaimana harus
individu (Notoatmodjo, 2010). bertingkah laku yang sesuai dan tidak sesuai
Becker membagi perilaku sehat menjadi dengan aturan.
tiga bagian pertama, pengetahuan tentang Program PHBS dapat dikelompokkan
kesehatan, yaitu apa saja yang diketahui kedalam 5 tatanan lingkungan kehidupan,
oleh individu tentang cara meningkatkan yaitu PHBS di lingkungan sekolah, PHBS
dan memelihara kesehatan. Kedua, sikap di lingkungan rumah tangga, PHBS di
untuk merespon tindakan kesehatan, lingkungan institusi kesehatan, PHBS
yaitu penilaian individu atas hal-hal yang di lingkungan tempat umum, dan PHBS
berhubungan dengan cara memelihara di lingkungan tempat kerja (Maryunani,
kesehatan. Ketiga, praktik atau tindakan dkk, 2012). PHBS di lingkungan sekolah
kesehatan yang merupakan tindakan mempunyai delapan indikator, yaitu
langsung yang terdiri dari semua kegiatan mencuci tangan menggunakan air mengalir
untuk memperoleh kehidupan yang sehat. dan memakai sabun, mengkonsumsi jajanan
(Notoatmodjo, 2010). sehat di kantin sekolah, menggunakan
Berdasarkan visi Indonesia sehat 2010, fasilitas jamban bersih dan sehat,
terdapat paradiga sehat yang terdiri dari tiga melaksanakan olahraga secara teratur,
pilar, yaitu lingkungan sehat, perilaku sehat memberantas jentik nyamuk di sekolah,
dan pelayanan kesehatan yang bermutu, adil tidak merokok di lingkungan sekolah,
dan merata. Perilaku sehat ini merupakan mengkur berat badan dan tinggi badan, serta
perilaku yang digunakan untuk memelihara membuang sampah pada tempat yang telah
, meningkatkan kesehatan, menghindari atau disediakan. Kedelapan indikator ini harus
mencegah terjadinya penyakit, melindungi dilakukan dengan baik agar tercipta perilaku
diri dari berbagai macam penyakit, dan sehat di lingkungan sekolah.
keikutsertaan dalam meningkatkan kualitas Sekolah merupakan institusi pendidikan
kesehatan (Depkes RI, 2013). Program yang menjadi target PHBS, sehingga
perbaikan tidak hanya sebatas pada penerapan perilaku tersebut menjadi lebih
lingkungan sehat dan pelayanan kesehatan, baik. Hal ini disebabkan karena terdapatnya
tetapi juga memperhatikan faktor perilaku, banyak data yang menampilkan bahwa
hal ini disebabkan faktor perilaku dapat sebagian besar penyakit yang sering diderita
menjadi faktor terjadinya berbagai penyakit, anak usia sekolah (usia 6–10) ternyata
baik penyakit menular maupun penyakit berkaitan dengan PHBS. Selain itu, masih
tidak menular (Marlina, 2011). kurangnya pelaksanaan PHBS di lingkungan
Kualitas dari setiap sumber daya sekolah dapat menyebabkan dampak lain,
manusia (SDM) ditentukan oleh dua faktor yaitu kurang nyamannya suasana belajar
yang saling berhubungan dan berkaitan. akibat lingkungan kelas yang kotor,
Faktor tersebut terdiri dari pendidikan menurunnya prestasi dan semangat belajar
94 Jurnal Promkes, Vol. 4, No. 1 Juli 2016: 92–103
siswa, serta dapat membuat citra sekolah tingginya agar menjadi SDM yang
menjadi buruk. Oleh sebab itu, sangat perlu berkualitas.
pemberian pemahaman tentang nilai- nilai Menurut WHO, sebanyak 100.000 anak
PHBS sejak dini di sekolah melalui Indonesia meninggal dunia karena penyakit
program Usaha Kesehatan sekolah (UKS) diare setiap tahunnya, sedangkan data
(Proverawati, dkk, 2012). Departemen Kesehatan menunjukkan bahwa
UKS adalah bagian dari program dari 1.000 penduduk, terdapat sebanyak
kesehatan anak usia sekolah. Kegiatan ini 300 orang yang menderita penyakit diare
merupakan salah satu upaya terpadu antara sepanjang tahun (Profil Kesehatan Indonesia
lintas program dan lintas sektor. UKS dapat Tahun 2011). Selain itu juga masih terdapat
dijadikan sebagai tempat pelaksanaan sebanyak 40-60% anak usia sekolah yang
pendidikan dan kesehatan secara bersamaan, menderita penyakit cacingan (Lubis, 2013).
terencana dan bertanggung jawab dalam Profil Kesehatan Indonesia tahun 2009
menciptakan, mengembangkan serta menyajikan data bahwa, terdapat
melaksanakan kegiatan hidup bersih dan sebanyak 64,41% sarana yang telah
sehat. Kegiatan ini dapat dilakukan oleh dibina lingkungannya untuk menerapkan
siswa, guru, dan masyarakat lingkungan kehidupan bersih dan sehat. Sarana tersebut
sekolah (Depkes RI, 2010). terdiri dari institusi pendidikan sebanyak
Pembinaan PHBS di sekolah dapat 67,52%, tempat kerja sebanyak 59,15%,
diberikan pada tiga kelompok sasaran dan lingkungan lainnya sebanyak 62,26%
PHBS, sasaran primer, sasaran sekunder, (Depker RI, 2010). Kehidupan bersih dan
dan sasaran tersier. Sasaran primer pada sehat di tatanan pendidikan, lingkungan
pembinaan PHBS di sekolah adalah siswa tempat kerja, dan lingkungan fasilitas
SD, dimana mereka diharapkan dapat untuk kesehatan belum berjalan sesuai dengan
mengetahui dan melaksanakan PHBS. yang diinginkan, oleh sebab itu diperlukan
Sasarn sekunder adalah orang-orang pendekatan yang peripurna (komprehensif),
yang mempunyai pengaruh pada sasaran lintas program dan lintas sektor, serta
primer dalam mengambil keputusan untuk mobilisasi sumber daya yang luar biasa
melaksanakan PHBS. Pada PHBS di sekolah di semua tingkat administrasi pemerintah
yang menjadi sasaran sekunder adalah guru, (Syukriyah, 2011).
dimana seorang guru adalah panutan dari Laporan Riset Kesehatan Dasar
para siswa. Sasaran tersier adalah orang (Riskesdas) Nasional tahun 2013
yang berfungsi untuk mengambil keputusan menyatakan bahwa, kesehatan dipengaruhi
formal, seperti komite sekolah, kepala desa, oleh perilaku yang mejunjung tinggi
lurah, camat, dinas pendidikan, puskesmas keadaan kebersihan. Akibat kurangnya
dan sebagainya. Mereka dapat memberikan perhatian terhadap kebersihan ini, maka
dukungan dalam menentukan kebijakan, masih banyak penyakit yang timbul seperti
pendanaan dalam proses Pembinaan PHBS diare, kecacingan, filariasis, demam berdarah
yang akan diberikan kepada siswa sekolah dan muntaber. Masalah kebersihan yang
(Pedoman Pembinaan PHBS Kemenkes RI, masih banyak dialami oleh siswa SD yaitu,
2011). masalah pada gigi sebanyak 86%, tidak
Undang-Undang RI No.36 tahun bisa potong kuku sebanyak 53%, tidak bisa
2009 bab VI pasal 79 Ayat, tentang Upaya menggosok gigi sebanyak 42% dan tidak
Kesehatan menjelaskan bahwa upaya mencuci tangan sebelum makan sebanyak
pembinaan kesehatan di lingkungan 8%. Sedangkan penyakit yang banyak
sekolah diselenggarakan dengan tujuan diderita oleh siswa SD yaitu penyakit
untuk meningkatkan dan mengembangkan cacingan sebesar 60-80%, dan caries gigi
kemampuan hidup yang lebih sehat sebanyak 74,4%. Oleh sebab itu, untuk
oleh siswa. Kemampuan tersebut harus mengatasi masalah tersebut perlu adanya
diterapkan dalam lingkungan kehidupan upaya secara komprehensif dari berbagai
yang sehat, sehingga anak usia sekolah sektor (Kementrian Kesehatan RI, 2013).
dapat belajar, tumbuh, berkembang dan Penelitian Diva (2013), tentang
memperoleh derajat kesehatan setinggi- gambaran perilaku hidup bersih dan sehat
Henico Putri Lina, Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS) … 95
di SDN 29 Ulak Karang Padang didapatkan, siswa tentang PHBS di SDN 42 Korong
bahwa pengetahuan siswa tentang PHBS Gadang Kecamatan Kuranji Padang.
masih rendah yaitu 53,35%, sikap siswa
yang negatif terhadap PHBS sebesar 40%
METODE
dan 46,7% siswa belum mampu bertindak
sesuai indikator PHBS dengan baik. Penelitian ini merupakan penelitian
Menurut data Dinas Kesehatan Kota Padang deskriptif yang digunakan untuk
tahun 2012, wilayah kerja Puskesmas yang mendeskripsikan mengenai perilaku siswa
memiliki presentase rumah tangga ber- tentang PHBS. Penelitian ini dilakukan di
PHBS tinggi adalah Puskesmas Ambacang SDN 42 Korong Gadang Kecamatan Kuranji
sebesar 73,3%, sedangkan wilayah kerja Padang tanggal 22 Maret 2014. Populasi
Puskesmas yang memiliki presentase rumah dalam penelitian ini adalah siswa kelas
tangga ber-PHBS rendah adalah Puskesmas 4, 5 dan 6 SDN 42 Korong Gadang yang
Kuranji dengan presentase sebesar 7,1% berjumlah 71 orang (kelas 4 sebanyak 22
(DKK Padang, 2012). Kurangnya PHBS orang, kelas 5 sebanyak 31 orang dan kelas
pada tatanan rumah tangga di wilayah 6 sebanyak 18 orang). Jumlah sampel pada
kuranji dapat mempengaruhi PHBS anak- penelitian ini menggunakan total populasi,
anak yang ada dalam lingkungan keluarga, sehinga jumlah sampel adalah 71 orang.
sehingga akan dapat mempengaruhi perilaku Kriteria menjadi sampel adalah bersedia
anak-anak disekolah. menjadi responden, serta merupakan murid
Berdasarkan data yang diperoleh dari kelas 4, 5 dan 6 SDN 42 Korong Gadang
Puskesmas Kuranji, Puskesmas ini membina Kecamatan Kuranji dan berada ditempat
program UKS di semua SDN yang termasuk atau hadir waktu diadakan penelitian.
ke dalam wilayah kerja. Salah satu SD yang
dibiana yaitu SDN 42 Korong Gadang.
Studi awal dilakukan melalui observasi
dan wawancara. Dari informasi yang di
didapatkan dari kepala sekolah SDN 42
Korong Gadang pada tanggal 22 Januari
2014, SDN tersebut tidak mempunyai
kantin sekolah sehingga semua siswa jajan
di luar sekolah. Untuk tempat mencuci
tangan, siswa hanya mencuci tangan di
kamar mandi, hal ini disebabkan karena
belum adanya fasilitas untuk mencuci
tangan. Untuk kegiatan olahraga, sekolah
memiliki jadwal pelajaran penjaskes sekali
seminggu dan senam pagi 3 kali seminggu
yang dilaksanakan pada hari Selasa, Rabu
dan Kamis. Kegiatan gotong-royong dan
memberantas jentik jamuk, sekolah tidak
mempunyai jadwal yang khusus. Dari 10
siswa yang diwawancarai, terdapat 5 siswa
yang menyatakan tidak mencuci tangan
sebelum makan dan jajanan di sekolah.
Selain itu terdapat 4 orang siswa yang tidak
menyiram toilet setelah BAB/BAK. Untuk
kebiasaan membuang sampah, masih terlihat
siswa yang membuang sampah tidak pada
tempat yang telah disediakan oleh pihak
sekolah. Berdasarkan data tersebut, perlu
dilakukannya upaya untuk untuk mengetahui
tentang pengetahuan, sikap, dan tindakan
96 Jurnal Promkes, Vol. 4, No. 1 Juli 2016: 92–103
perilaku yang terdiri dari pengetahuan
tentang PHBS
, sikap terhadap PHBS dan tindakan PHBS
HASIL PENELITIAN siswa dengan menggunakan kuesioner.
Setelah penelitian dan Berdasarkan Tabel 1, diketahui bahwa
pengambilan data selesai usia responden yang terbanyak adalah usia
dilakukan, maka diperoleh hasil anak kelas 5 SD, yaitu usia 11 tahun dengan
data. Data yang diperoleh meliputi presentase 33,8%.
dasar, sangat penting untuk memperoleh tetap bersih, sehat, dan tidak mencemari
pengawasan dari orang yang lebih tua sumber air yang ada di sekitarnya. Selain
darinya, termasuk dalam hal pengawasan itu juga dapat menghindari datangnya
kesehatan. Hal ini disebabkan karena pada organisme yang dapat menjadi penyebab
sekolah dasar anak-anak berada pada tahap penularan penyakit. Pengetahuan
prose tumbuh kembang yang sangat pesat. mengukur BB dan TB secara teratur juga
Saat usia ini, anak akan sering mengalami harus diberikan kepada siswa, sehingga
dan menghadapi berbagai macam kondisi mereka tahu bahwa mengukur berat badan
yang ada di lingkungannya yang dapat dan tinggi badan dilakukan setiap bulan.
menjadi sumber munculnya berbagai macam Mereka harus diberikan pemahaman,
penyakit (Zaviera, 2008). bahwa kegiatan ini bertujuan untuk
Menurut teori Erikson, anak yang mengetahui tumbuh kembang dan deteksi
berada pada usia pra-sekolah merupakan dini terhadap kekurangan atau kelebihan
anak yang berada pada fase inisiatif dan gizi. Pengetahuan merokok sangat penting
rasa bersalah. Pada tahap ini, rasa ingin tahu diberikan kepada siswa, hal ini disebabkan
dan daya imaginasi anak berkembang, oleh karena rokok mengandung zat-zat kimia
sebab itu anak akan banyak mempunyai yang dapat membahayakan kesehatan.
pertanyaan tentang berbagai hal di Seluruh masyarakat yang ada di lingkungan
lingkungannya yang tidak dia ketahui. Pada sekolah tidak diperbolehkan untuk merokok.
usia ini anak juga akan mencoba untuk Keinginan merokok ini timbul karena
meniru tingkah laku atau perilaku orang siswa mencontoh perilaku yang ada di
dewasa yang ada disekitarnya (Nursalam, lingkungannya dan mereka beranggapan
2008). bahwa merokok sebagai lambing
Berdasarkan tabel 2, didapatkan hasil kedewasaan. (Pusat Promkes Depkes RI).
penelitian, dimana terdapat sebanyak 42 Pengetahuan merupakan hasil tahu
orang (59,2%) responden berjenis kelamin setiap individu terhadap objek yang
laki-laki, sedangkan siswa berjenis kelamin didapatkannya melalui alat indra yang
perempuan sebanyak 29 orang (40,8%). dimilki. Dari hasil indra tersebut, individu
Siswa laki-laki maupun siswa perempuan dapat menghasilkan pengetahuan yang
mempunyai hak yang sama untuk melakukan dipengaruhi oleh seberapa sering individu
perilaku sehat, hal ini dikarenakan PHBS tersebut memperhatikan suatu objek
tersebut berlaku bagi semua orang untuk (Notoatmodjo, 2010).
meningkatkan kesehatannya. Hal ini sesuai Pengetahuan yang cukup dalam kognitif
dengan penelitian yang dilakukan oleh mempunyai 6 tingkat, yaitu tahu (Know),
Utami (2009) di SDN 013 Sunter Agung memahami (Comprehension), aplikasi
Jakarta Utara, yang menyatakan bahwa tidak (Aplication), analisis (Analysis), sintesis
ada hubungan antara jenis kelamin dengan (Synthesis), dan evaluasi (Evaluation)
penerapan PHBS. (Notoatmodjo, 2013). Tahu merupakan
daya ingat terhadap sesuatu yang telah
Pengetahuan dipelajari atau mengingat kembali (recall).
Berdasarkan tabel 3, diketahui bahwa Tahu merupakan bagian dari pengetahuan
masih terdapat responden yang masih yang paling rendah. Memahami merupakan
berpengetahuan rendah tentang PHBS di kemampuan untuk menjelaskan kembali
sekolah. Pengetahuan terendah terdapat tentang apa yang telah diketahui dan dapat
pada penggunaan jamban bersih dan sehat, diinterpretasikan. Aplikasi merupakan
pengukuran BB dan TB secara teratur, dan bagaimana seseorang menerapkan sesuatu
tidak merokok di sekolah. Pengetahuan yang telah diketahui dan dipahaminya dalam
tertinggi terdapat pada indikator mencuci kehidupan sehari-hari.
tangan menggunakan air mengalir dan Analisis merupakan kemampuan
memakai sabun. seseorang dalam menjabarkan suatu
Pengetahuan penggunaan jamban bersih hal kemudian mencari hubungan antara
dan sehat harus diberikan kepada siswa, hal suatu hal yang telah diketahui, sehingga
ini bertujuan agar lingkungan di sekolah ia dapat membedakan, mengelompokkan
Henico Putri Lina, Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS) … 99
dilaksanakan dalam bentuk tindakan. jadwal yang teratur dari pihak sekolah untuk
Tindakan yang dilakukan adalah mengadakan dan melaksankan kegiatan
mengembangkan kebijakan kesehatan tersebut.
sebagai upaya untuk menetapkan kebijakan Tindakan merupakan hasil penilaian
yang dapat memperhatikan dampaknya terhadap rangsangan yang telah diketahui.
terhadap kesehatan masyarakat. Selanjutnya Penilaian tersebut selanjutnya dapat di
adalah menciptakan lingkungan yang laksanakan dan di praktekkan dalam suatu
mendukung, sehingga semua sector dapat bentuk tindakan. Faktor yang mendukung
melaksanakan kegiatan untuk menciptakan atau kondisi yang memungkinkan untuk
lingkungan yang sehat baik fisik maupun terwujudnya suatu tindakan antara lain
non fisik. Mengembangkan kemampuan adalah karena adanya fasilitas. Tersedianya
individu dilakukan untuk mengupayakan fasilitas yang mereka miliki akan
agar individu tahu, mau dan mampu untuk berpengaruh terhadap tindakan para siswa
memelihara dan mewujudkan kesehatannya untuk melaksanakan tindakan yang baik
melalui pendidikan dan pelatiah (Pedoman atau positif. Tindakan terdiri dari beberapa
Pembinaan PHBS Kemenkes RI, 2011). tingkat, yaitu presepsi, respon terpimpin,
Perlunya memberikan pemahaman mekanisme dan adopsi (Notoatmodjo,
akan pentingnya berperilaku hidup bersih 2010).
dan sehat diharapkan dapat merubah sikap Desak (2009), menyatakan bahwa,
negatif siswa. Hal ini diharapkan agar faktor perilaku memiliki pengaruh sebesar
siswa mau menerima perilaku tersebut dan 30-35% terhadap kualitas kesehatan. Oleh
mau melaksanakannya dalam kehidupan karena itu diperlukan berbagai macam
sehari-hari. Untuk itu diperlukan peran guru, upaya untuk mengubah perilaku yang
masyarakat sekolah lainnya, dan petugas tidak sehat menjadi perilaku yang sehat,
kesehatan sebagai pendidik (educator). sehingga kehidupan sehat dan sejahtera
Petugas kesehatan diharapkan mampu dapat terlaksana dengan baik. Memberikan
bekerja sama dengan pihak sekolah, orang berbagai macam informasi tentang PHBS,
tua, dan masyarakat dalam mengadakan serta memberikan contoh langsung dalam
kegiatan yang dapat meningkatkan kemauan bentuk tindakan nyata, diharapkan para
siswa untuk menerima dan mempraktekkan siswa dapat memperaktekkannya secara
PHBS, salah satunya dengan mengaktifkan terus-menerus. Selain itu untuk mendukung
kegiatan UKS di sekolah. Dengan adanya proses tersebut diperlukan sarana dan
UKS, diharapkan kegiatan promosi prasarana yang memadai, sehingga perilaku
kesehatan di sekolah semakin efektif hidup sehat (healthy life style) dapat
untuk membudayakan berperilaku hidup dilaksanakan dalam kehidupan sehari-hari
bersih dan sehat sehingga siswa dapat dan (Notoatmodjo, 2003).
mampu menciptakan pertumbuhan dan Penelitian yang dilakukan oleh Febryna
perkembangan yang optimal (Pusat Promkes Diva (2013) di SDN 29 Ulak karang,
Kemenkes RI, 2011). diperoleh hasil bahwa sebanyak 46,7%
siswa masih bertindak kurang baik terhadap
Tindakan PHBS. Siswa yang masih tidak mau
Berdasarkan tabel 5, diketahui bahwa melakukan perilaku sehat ini dikarenakan
terdapat responden yang masih belum mau tidak lengkapnya sarana yang disediakan
melakukan PHBS di sekolah. Indikator oleh sekolah. Selain itu informasi yang
yang paling banyak tidak dilakukan adalah diberikan tentang PHBS juga masih belum
jajan sehat di kantin sekolah. Semua siswa efektif, sehingga mereka belum memahami
tidak jajan di kantin sekolah disebabkan dengan baik manfaat melaksakan perilaku
karena tidak adanya fasilitas kantin di sehat.
sekolah ini. Selain itu perilaku yang masih Sekolah harus menyediakan fasilitas
kurang dilakukan adalah pengukuran berat yang lengkap dan memenuhi syarat untuk
badan dan tinggi badan secara teratur, dan mendukung terlaksananya kegiatan PHBS.
memberantas jentik nyamuk di sekolah. Apabila fasilitas ini tersedia, maka siswa
Hal ini disebabkan karena belum adanya akan terdorong untuk melaksankan PHBS.
102 Jurnal Promkes, Vol. 4, No. 1 Juli 2016: 92–103
Jika fasilitas sekolah tidak lengkap, maka budaya hidup bersih dan sehat akan terbawa
akan mempengaruhi penerapan dan sampai besar dan pada saat dewasa budaya
pelaksanaan Perilaku sehat oleh siswa. tersebut tidak akan berubah lagi (Maryunani,
Siswa merasa malas melaksankan indikator 2013).
PHBS karena kurangnya fasilitas yang Masa anak-anak ini sangat tepat
disediakan oleh sekolah, contohnya tidak untuk menanamkan nilai-nilai positif dan
jajan di kantin sekolah (Pedoman Pembinaan kesehatan, sehingga dapat terbiasa dan
PHBS Kemenkes RI, 2011). terbawa sampai usia dewasa nantinya.
Pembinaan PHBS disekolah pada Anak belajar langsung dari lingkungannya
dasarnya terdiri dari 3 proses, yaitu mengenai bagaimana ia harus bertingkah
pemberdayaan, bina suasana, dan advokasi. laku untuk meningkatkan kualitas hidupnya
Pemberdayaan dapat dilaksanakan dalam dan mampu memperoleh derajat kesehatan
berbagai cara, seperti pemberian proses yang setinggi-tinnginya.
belajar dan mengajar, dalam kegiatan diluar Diawali dengan memberikan pengertian
proses belajar dan mengajar, dan juga tentang PHBS dan dilanjutkan dengan hal-
dapat dilakukan melalui penyelenggaraan hal mengenai kesehatan lainnya, maka
klinik konsultasi kesehatan yang dikelola diharapkan akan tumbuh minat dan kemauan
oleh sekolah dan bekerjasama dengan dari siswa untuk ikut dan aktif dalam
petugas kesehatan. Bina suasana dapat menerapkan program PHBS di sekolahnya
dilakukan oleh semua masyarakat sekolah maupun di tempat tinggalnya. Apabila hal
seperti pemuka masyarakat, pengurus ini terlaksana, maka tujuan yang diharapkan
organisasi anak didik, pengurus pramuka, akan tercapai dan pengetahuan siswa tentang
dan sebaginya, sehingga mereka dapat PHBS akan lebih meningkat.
menjadi panutan dalam pelaksanaan PHBS
di lingkungan sekolah. Bina suasana ini juga
SIMPULAN
dapat dilaksanakan dengan memanfaatkan
media yang ada, seperti pembuatan Berdasarkan hasil penelitian terhadap
majalah dinding (madding), poster, serta pengetahuan siswa tentang PHBS di SDN
penyelenggaraan seminar mengenai 42 Korong Gadang, maka dapat ditarik
kesehatan dan perilaku sehat. Sedangkan kesimpulan, bahwa masih terdapat siswa
advokasi dilakukan oleh fasilitator yang yang berpengetahuan rendah tentang
berasal dari kabupaten, kota, atau provinsi indikator PHBS di sekolah, terutama pada
terhadap pihak sekolah, sehingga pihak penggunaan jamban bersih dan sehat.
sekolah berperan aktif dalam menunjang Penelitian ini juga menjelaskan bahwa
kegiaatan pembinaan PHBS di sekolah siswa masih ada yang belum mau bersikap
(Pedoman Pembinaan PHBS Kemenkes RI, menerima dan tidak melaksanakan jajan
2011). sehat di kantin sekolah. Hal ini disebabkan
Anak usia sekolah sangat peka terhadap karena tidak adanya fasilitas kantin di
stimulus yang diberikan. Oleh sebab itu anak sekolah ini.
usia ini mudah untuk dibimbing, diarahkan,
dan ditanamkan kebiasaan untuk berperilaku
SARAN
hidup bersih dan sehat. Untuk itu sangat
diperlukan peran serta dari berbagai pihak Bagi pihak sekolah diharapkan agar
baik itu orang tua, guru, tenaga kesehatan, para guru lebih meningkatkan peran aktifnya
komite sekolah dan masyarakat. untuk menjelaskan penerapan perilaku sehat
Siswa sekolah pada hakekatnya pada siswanya dan mengaktifkan program
merupakan kelompok usia yang paling UKS sehingga siswa dapat meningkatkan
mudah dan cepat untuk menerima perubahan dan mempraktekkan perilaku hidup bersih
yang diberikan. Diharapkan dengan dan sehat secara optimal. Selain itu, sekolah
pemberian pemahaman tentang hidup juga harus melengkapi fasilitas untuk
bersih dan sehat pada anak sekolah ini dapat mendukung terlaksananya PHBS dengan
menimbulkan kebiasaan yang positif untuk baik dalam kehidupan sehari-sehari.
memelihara dan meningkatkan kesehatan,
Henico Putri Lina, Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS) … 103
Universitas Lampung
2
Bagian Ilmu Kedokteran Komunitas,
Fakultas Kedokteran, Universitas Lampung
3
Bagian Ilmu Kesehatan Masyarakat,
Fakultas Kedokteran, Universitas
Lampung
Abstrak
Sehat merupakan suatu kondisi yang ingin dimiliki oleh healthy life. Behaviour of clean and healthy life
setiap individunya. Sehat tidak hanya dalam keadaan (BCHL) can be affected by some factors, for example
fisik, namun juga mental dan sosial. Tidak hanya is knowledge , economic, and education. This research
meliputi kebebasan dari suatu penyakit, namun juga is using an observational analytic study with the
sehat meliputi keadaan psikis seseorang. Sehat householders as the sample in amount of 87
umumnya mempengaruhi perilaku manusia, begitupun householders in Pekonmon village. The analysis data
sebaliknya, perilaku seseorang juga dapat that used was chi square test with α (significance
mempengaruhi kesehatan. Perilaku yang baik dalam value) = 0.05 Based on researches that had been done,
menjaga kesehatan dapat meningkatkan kualitas hidup knowledge, economic, and education is affecting the
seseorang menjadi lebih baik dan sejahtera. Salah BCHL, but some of them said there is no affect. This
satunya adalah dengan melaksanakan perilaku hidup research have been done in a village named Pekonmon
bersih dan sehat. Perilaku hidup bersih dan sehat village Ngambur district Pesisir Barat Regency. The
(PHBS) dapat dipengaruhi oleh beberapa faktor, result of this research showed knowledge is affecting
diantaranya adalah faktor pengetahuan, faktor ekonomi, the BCHL to Pekonmon villagers with α = 0.008, while
dan faktor pendidikan. Penelitian ini adalah penelitian education and economic factor is not affecting the
analitik observasional dengan sampel kepala keluarga BCHL with the value of each α = 0.4 and α = 0.08.
pada Desa Pekonmon sebanyak 87 kepala keluarga.
Analisis data yang digunakan adalah uji statistik chi Keywords: BCHL, education factor, economic factor,
square dengan α (nilai kemaknaan) =0,05. Berdasarkan knowledge factor
penelitian yang telah dilakukan, pengetahuan, ekonomi
dan pendidikan berpengaruh terhadap PHBS, namun Korespondensi: Zaraz Obella N.A., Jl. Tirtayasa villa
beberapa penelitian mengatakan tidak terdapat marina blok b-3 Sukabumi B. Lampung, 08117915195,
pengaruh. Penelitian ini dilakukan di desa Pekonmon e-mail zarazobella@gmail.com
kecamatan Ngambur Kabupaten Pesisir Barat. Dari
hasil penelitian faktor pengetahuan mempengaruhi
PHBS dengan α=0,008, sedangkan faktor pendidikan
dan ekonomi tidak memiliki pengaruh terhadap PHBS
dengan nilai masing- masing α=0,4 dan α=0,08.
Abstract
Health is what everyone’s want. Health is not only
about physical, but also mental and social. Not only
being clear of any disease, but health is including
psychological condition of someone. In general way,
health affects a behavior of someone, so do behavior, it
affects the health of someone. Good behavior in
keeping the health can increase the quality of
someone’s life being better and more prosperous. For
example by doing some sanitary activities and keep
2. Bayi diberi ASI ekslusif, adalah bayi 9. Melakukan aktifitas fisik setiap hari,
termuda usia 0-6 bulan mendapat ASI saja adalah penduduk/anggota keluarga umur
sejak lahir sampai usia 6 bulan. 10 tahun keatas dalam 1 minggu terakhir
3. Mempunyai Jaminan Pemeliharaan melakukan aktifitas fisik (sedang maupun
Kesehatan, adalah anggota-anggota rumah berat) minimal 30 menit setiap hari.
tangga mempunyai pembiayaan praupaya 10. Makan buah dan sayur setiap hari, adalah
kesehatan seperti askes, kartu sehat, dana anggota keluarga umur 10 tahun keatas
sehat, Jamsostek dan lain sebagainya. yang mengkonsumsi minimal 3 porsi buah
4. Ketersediaan air bersih, adalah rumah dan 2 porsi sayuran atau sebaliknya setiap
tangga yang memiliki akses terhadap air hari dalam 1 minggu terakhir.5
bersih dan menggunakannya untuk
kebutuhan sehari-hari yang berasal dari air Metode
dalam kemasan, air ledeng, air sumur Metode penelitian yang digunakan
terlindung dan penampungan air hujan. adalah analitik observasional dengan metode
Sumber air pompa, sumur dan mata air pendekatan cross sectional. Dengan tujuan
terlindung berjarak minimal 10 meter dari untuk mengetahui faktor-faktor yang
tempat penampungan kotoran atau limbah. berhubungan dengan PHBS di Desa Pekonmon
5. Ketersediaan jamban sehat, adalah rumah Kecamatan Ngambur Kabupaten Pesisir Barat.
tangga yang memiliki atau menggunakan Penelitian ini berlokasi di Desa
jamban leher angsa dengan tangki septik Pekonmon Kecamatan Ngambur Kabupaten
atau lubang penampung kotoran sebagai Pesisir Barat. Penelitian ini dilakukan pada
pembuangan akhir. bulan September sampai dengan Desember
6. Kesesuaian luas lantai dengan jumlah 2015..
penghuni, adalah rumah tangga yang Adapun jumlah keseluruhan sampel yang
mempunyai luas lantai rumah yang diambil adalah 97 orang. Sampel yang
ditempati dan digunakan untuk keperluan digunakan dalam penelitian ini adalah seluruh
sehari-hari dibagi dengan jumlah masyarakat Desa Pekonmon Kecamatan
penghuni. Ngambur Kabupaten Pesisir Barat.
7. Lantai rumah bukan tanah, adalah rumah Persentase yang ditunjukkan adalah 79.31%
tangga yang mempunyai rumah dengan mengarah ke ekonomi rendah.
bawah atau dasar terbuat dari semen, Masyarakat yang memiliki pendidikan
papan ubin dan kayu. dasar yaitu sebanyak 85.06%. Tingkat
8. Tidak merokok dalam rumah, adalah pengetahuan responden yang paling banyak
penduduk/anggota keluarga umur 10 tahun adalah tingkat pengetahuan baik, yaitu dengan
keatas tidak merokok dalam rumah selama persentase 51.72%. Tingkat PHBS responden
ketika berada bersama anggota keluarga yang paling banyak adalah tingkat PHBS baik,
selama 1 bulan terakhir. yaitu dengan persentase 59.77%.
HASIL
Uji Univariat
n % N %
Ekonomi 0.080 2.6 0.875-7.729
a. kurang 30 43.48% 39 56.52%
b. cukup 12 66.67% 6 33.33%
Pengetahuan 0.008 3.329 1.357-8.168
a. kurang 23 65.71% 12 34.29%
baik
b. baik 19 36.54% 37.9 63.46%
Pendidikan 0.443 1.6 0.479-5.348
a. dasar 37 50% 37 50%
b. tinggi 5 38.46% 8 61.54%
*hasil bermakna apabila p=0,005
Dari hasil uji bivariat dengan hasil mengenai perilaku gosok gigi yang
menggunakan tiga variabel, hanya ada satu dilakukan oleh masyarakat desa Pekonmon
variabel yang memiliki pengaruh terhadap sudah baik dan rutin karena berdasarkan jawaban
PHBS. Hasil penelitian menunjukkan bahwa responden, sebanyak 86 responden menjawab
tingkat ekonomi dan tingkat pendidikan tidak menggosok gigi dua kali dalam sehari.
berpengaruh terhadap PHBS responden (p=0.08) Sedangkan untuk hasil jawaban yang paling
dan (p=0.44). sedangkanl penelitian rendah adalah pertanyaan mengenai kebiasaan
menunjukkan bahwa terdapat pengaruh antara merokok. Merokok masih menjadi hal yang
tingkat pengetahuan warga dengan PBHS biasa dan dianggap tidak berbahaya oleh
(p=0.008). masyarakat desa Pekonmon, terutama bagi kaum
laki-laki. Aktivitas merokok yang dilakukan
Pembahasan warga desa pekonmon tidak hanya sekedar
PHBS Responden merokok kalau ingin saja, sebanyak 49% dari
Dari hasil perhitungan jumlah jawaban responden mengaku bahwa mereka merokok
yang diberikan responden, maka didapatkan lebih dari dua batang sehari.
Tidak hanya kepala rumah tangga yang ekonomi yang cukup. Hasil penelitian ini sejalan
membiasakan diri untuk merokok, tetapi remaja- dengan penelitian yang dilakukan.6
remaja laki-laki di desa Pekonmon juga sudah Furwanto dkk menjelaskan bahwa tidak
merokok sejak dini. Hal ini dikarenakan budaya ada keterkaitannya status sosial ekonomi
yang sudah melekat, dan juga kebiasaan terhaadap penerapan PHBS pada tatanan rumah
mengikuti orang tua. Dengan melihat orang tua tangga. Namun hasil yang didapatkan tidak
mereka merokok maka timbul rasa pada diri sejalan dengan hasil penelitian sebelumnya yang
mereka untuk mencoba apa yang dilakukan menyatakan bahwa pendapatan seseorang akan
orang tua mereka, yang salah satunya yaitu mempengaruhi PHBS.7
perilaku merokok. Tidak hanya orang tua mereka Penelitian Amalia menunjukkan bahwa
yang berpengaruh dalam mempengaruhi remaja tingkat pendapatan seseorang akan
tersebut merokok namun masih banyak mempengaruhi PHBS. Sebagian besar warga
pengaruh-pengaruh dari aspek lingkungan yang bekerja di bidang pertanian. Penghasilan yang
lain salah satunya yaitu teman sekolah maupun diperoleh warga bergantung pada musim yang
teman sepermainan mereka.15 sedang berlangsung. Apabila musim yang sedang
Masyarakat desa Pekonmon memang berlangsung mendukung hasil tani warga, maka
masih kuat dengan etnik dan budayanya penghasilan mereka juga akan lebih besar
sehingga masih percaya pada mitos atau hal-hal dibanding apabila musim yang sedang
gaib yang tidak lazim terjadi. Keterbatasan akses berlangsung tidak sesuai dengan harapan
penghubung dengan pusat kota juga menjadikan mereka, contohnya musim kemarau. Penghasilan
masyarakat sulit untuk berkomunikasi dengan yang warga desa Pekonmon peroleh tidak
masyarakat perkotaan dan tenaga medis lainnya mempengaruhi PHBS mereka dikarenakan
sehingga sulit mendapatkan informasi terbaru penghasilan warga lebih banyak dihabiskan
atau terkini. untuk kebutuhan lain dibandingkan untuk
Menurut hasil wawancara peneliti, memperbaiki taraf hidup agar menjadi lebih
masyarakat desa Pekonmon tidak peduli jika sehat dan bersih. Pernyataan ini sesuai dengan
merokok berbahaya bagi kesehatan dan dapat Sumiarto (1993) bahwa penghasilan seseorang
menggangu fungsi organ tubuh, mereka akan dipengaruhi beberapa faktor, diantaranya
beranggapan dengan pernyataan “merokok atau jenis pekerjaan.8
tidak merokok sama-sama akan meninggal Banyak faktor lain dalam keluarga yang
dunia”, selain pernyataan tersebut juga mempengaruhi penerpan PHBS, salah satunya
masyarakat membantah dengan menambah adalah persepsi keluarga terhadap penerapan
pernyataan “banyak juga yang masih muda tidak PHBS tatanan rumah tangga. Persepsi
merokok malah meninggal dunia duluan mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap
dibandingkan kami yang sudah lanjut usia dan penerapan PHBS di Masyarakat.9
merokok tapi tetap bugar”. Menanggapi Pada masyarakat desa Pekonmon persepsi
pernyataan-pernyataan tersebut, peneliti sangat berpengaruh terhadap kehidupan
mencoba mengedukasikan bahaya merokok bagi masyarakat. Salah satu contohnya adalah
warga yang belum merokok agar menghindari persepsi mengenai lantai rumah. Bagi
kecanduan yang terjadi akibat merokok. masyarakat desa Pekonmon tidak ada bedanya
lantai rumah dengan ubin, tanah, maupun semen.
Pengaruh Ekonomi Terhadap PHBS pada Dana untuk memperbaiki lantai rumah lebih di
Responden alokasikan untuk hal-hal yang menurut
Widoyono mengatakan bahwa masyarakat lebih penting.
penghasilan seseorang memengaruhi tingkat
wawasan seseorang mengenai sanitasi, Pengaruh Tingkat Pendidikan Terhadap PHBS
lingkungan, dan perumahan. Anggaran rumah pada Responden
tangga juga dapat terpenuhi apabila memiliki Jenjang pendidikan memegang peranan
penting dalam kesehatan masyarakat. Pendidikan
masyarakat yang rendah menjadikan
Zaraz Obella Nur Adliyani, Dian Isti Angraini, & Tri Umiana Soleha | Pengaruh Pengetahuan, Pendidikan Dan Ekonomi Terhadap
Perilaku
Hidup Bersih Dan Sehat Pada Masyarakat Desa Pekonmon Kecamatan Ngambur Kabupaten Pesisir
mereka sulit diberitahu mengenai pentingnya sekolah dasar dan juga sekolah lanjutan, tidak
hygiene perorangan dan sanitasi lingkungan.10 akan memperbaiki taraf hidup mereka karena
Pendidikan merupakan salah satu usaha beranggapan yang beranggapan setelah dewasa
pengorganisasian masyarakat untuk semua warga akan berkebun.
meningkatkan kesehatan karena tingkat
pendidikan dapat mempengaruhi perilaku sehat Pengaruh Tingkat Pengetahuan Terhadap PHBS
keluarga dengan tingkat pendidikan yang kurang pada Responden
mendukung akan menyebabkan rendahnya Menurut Notoatmodjo, pengetahuan
kesadaran lingkungan, semakin baik tingkat merupakan domain yang sangat penting untuk
pendidikan formal sehingga akan mematangkan terbentuknya suatu tindakan seseorang. Apabila
pemahaman tentang pengetahuan kesehatan pengetahuan seseorang baik terhadap suatu hal,
lingkungan dan kesadaran menjaga kesehatan maka akan diikuti oleh perilakunya tersebut.1
lingkungan termasuk penerapan prinsip-prinsip Hasil yang didapatkan dari penelitian
PHBS.11 Namun, hasil penelitian yang dilakukan adalah terdapat pengaruh antara tingkat
tidak sejalan dengan teori tersebut dan penelitian pengetahuan terhadap PHBS responden, hal ini
yang sebelumnya dilakukan oleh Amalia pada sejalan dengan penelitian yang dilakukan
tahun 2009 bahwa semakin rendah pendidikan Habeahan bahwa pengetahuan yang baik
seseorang akan buruk pula PHBSnya.8 mengenai PHBS akan mempengaruhi PHBS
Penelitian yang dilakukan Kusumawati yang baik pula.4
juga menyatakan terdapat hubungan antara Namun hal ini tidak sejalan dengan
pendidikan dengan PHBS kepala Keluarga. Hal penelitian yang dilakukan Haniek dimana tidak
ini bertentangan dengan penelitian yang terdapat pengaruh antara tingkat pengetahuan
dilakukan, dimana tidak terdapat pengaruh antara dengan sikap PHBS. Kuesioner yang diberikan
tingkat pendidikan seseorang dengan PHBS pada adalah kuesioner yang berisikan pertanyaan-
masyarakat desa Pekonmon kecamatan Ngambur pertanyaan mengenai pegetahuan tentang PHBS
Kabupaten Pesisir Barat.12 Dikatakan oleh rumah tangga.14
Widoyono bahwa tingkat pendidikan Dari 22 pertanyaan pada kuesioner yang
berhubungan dengan kemampuan menerima diajukan, pengetahuan mengenai PHBS perilaku
informasi kesehatan dari media massa dan yang paling banyak diisi benar oleh responden
petugas kesehatan. Namun desa Pekonmon tidak yaitu pada pertanyaan “berapa kali sebaiknya
memiliki listrik sehingga media informasi sangat mandi dalam satu hari?” Sebanyak 86 responden
terbatas dan masyarakat tidak mampu mengakses menjawab dengan jawaban “dua kali sehari yaitu
informasi secara maksimal.13 pagi dan sore hari” sedangkan pertanyaan yang
Menurut hasil wawancara dengan lurah paling sedikit dijawab benar oleh responden
setempat, sebagian besar warga desa pekonmon adalah pada pertanyaan “mengapa lantai yang
adalah lulusan SD. Bagi masyarakat desa terbuat dari tanah (tidak diubin) berbahaya
Pekonmon, pendidikan tidaklah terlalu penting untuk kesehatan”. Sebanyak
dan tidak berpengaruh bagi hidup mereka 22 responden menjawab pertanyaan dengan
kedepannya. Letak geografis yang jauh membuat jawaban “sebagai sarana untuk penyakit masuk
akses untuk pendidikan juga susah dijangkau. ke tubuh kita”, sepuluh responden menjawab
Sekolah yang terdapat pada desa Pekonmon “tidak tahu”, dan sebanyak 55 responden
hanya sekolah tingkat dasar dan sekolah tingkat menjawab “lantai tanah dingin dan sulit
menengah. Keterbatasan ekonomi menjadikan dibersihkah”.
pemerintah desa tidak menambahkan sekolah Dari hasil perhitungan jumlah jawaban
lanjutan atas. Warga setempat tidak terlalu yang diberikan responden, maka didapatkan hasil
tertarik untuk melanjutkan pendidikan pada mengenai pengetahuan PHBS terhadap frekuensi
jenjang yang lebih tinggi dikarenakan anggapan mandi yang baik sudah bagus karena
yang masih tradisional. Mereka beranggapan berdasarkan jawaban responden, sebanyak 86
sama aja bila responden menjawab mandi dua kali sehari yaitu
pagi dan sore hari. Sedangkan untuk
jawaban paling rendah adalah pengetahuan Sebagian besar warga menerima penyataan
mengenai bahaya yang ditimbulkan akibat lantai peneliti, namun warga masih beranggapan bahwa
yang terbuat dari tanah atau tidak diubin. biaya yang digunakan untuk memperbaiki lantai
Sebanyak 10 orang dari responden tidak masih terlalu besar dan tidak sebanding dengan
mengetahui alasan mengapa lantai yang terbuat apa yang didapat. Warga desa Pekonmon
dari tanah atau tidak diubin berhaya bagi beranggapan selama ini mereka hidup baik-baik
kesehatan, dan lebih dari setengah responden saja dan tidak merasakan kesehatan mereka
beranggapan bahwa lantai yang terbuat dari terganggu walaupun lantai rumah terbuat dari
tanah atau tidak diubin berbahaya bagi kesehatan tanah.
karena lantai terasa dingin dan sulit dibersihkan.
Pengetahuan mengenai lantai tanah adalah Kesimpulan
sarana untuk masuknya sumber penyakit ke Berdasarkan hasil penelitian yang telah
tubuh sangat kurang. dilakukan pada warga desa Pekonmon
Masyarakat desa Pekonmon Kecamatan Kecamatan Ngambur Kabupaten Pesisir Barat
Ngambur Kabupaten Pesisir Barat beranggapan maka dapat ditarik beberapa kesimpulan sebagai
sama saja dan tidak ada beda antara rumah berikut:
dengan lantai yang tanah, berubin, disemen, dan 1. Tingkat pendidikan responden sebagian besar
dikeramik. Dari hasil suvei peneliti, sebagian memiliki tingkat pendidikan yang dasar.
besar rumah warga memiliki lantai yang terbuat 2. Tingkat pengetahuan responden lebih dari
dari tanah. Menurut hasil wawancara yang setengah masyarakat desa Pekonmon
diakukan kepada beberapa warga, masyarakat memiliki pengetahuan PHBS baik.
desa Pekonmon kurang tertarik untuk mengubin 3. Tingkat ekonomi responden sebagian besar
ataupun menyemen lantai rumah mereka dengan masyarakat memiliki tingkat ekonomi kurang.
alasan tidak penting dan juga menghabiskan 4. Tingkat penerapan PHBS lebih dari setengah
biaya yang cukup mahal. Bagi masyarakat desa, masyarakat desa Pekonmon memiliki PHBS
uang yang seharusnya dipergunakan untuk yang baik.
memperbaiki lantai rumah lebih baik di 5. Tidak ada pengaruh antara tingkat pendidikan
pergunakan untuk keperluan sehari-hari lainnya. terhadap PHBS pada masyarakat desa
Pendapatan yang kurang dari UMP Lampung Pekonmon Kecamatan Ngambur Kabupaten
menjadikan warga memperhitungkan segala Pesisir Barat.
biaya untuk memperbaiki rumah, termasuk lantai 6. Terdapat pengaruh antara tingkat pengetahuan
rumah. Masyarakat merasa lantai tanah sudah terhadap PHBS pada masyarakat desa
cukup layak untuk memenuhi kebutuhan fisik Pekonmon Kecamatan Ngambur Kabupaten
rumah mereka. Pesisir Barat.
Peneliti mencoba mengedukasikan kepada 7. Tidak ada pengaruh antara tingkat ekonomi
warga bahwa lantai yang terbuat dari tanah dan terhadap PHBS pada masyarakat desa
tidak diubin dapat menjadi sarana untuk penyakit Pekonmon Kecamatan Ngambur Kabupaten
masuk ke daam tubuh manusia. Pesisir Barat.
Daftar Pustaka
1. Notoajmodjo S. Promosi kesehatan, teori 3. Pemerintah Daerah Kabupaten pesisir
dan aplikasi. Jakarta: Rineka Cipta; 2007. selatan. Profil Pemerintah Kabupaten Pesisir
2. Soejoeti S. Konsep sehat, sakit dan penyakit Selatan.Padang;2015.
dalam konteks sosial budaya. Cermin Dunia 4. Habeahan J. Pengetahuan, sikap dan
Kedokteran. Pusat Penelitian Ekologi tindakan perilaku hidup bersih dan sehat
Kesehatan, Badan Penelitian dan anak-anak di yayasan panti asuhan rapha-el
Pengembangan Kesehatan Departemen simalingkar kecamatan medan tuntungan
Kesehatan RI, Jakarta; 2005. kota medan tahun 2009. Medan; 2010
Zaraz Obella Nur Adliyani, Dian Isti Angraini, & Tri Umiana Soleha | Pengaruh Pengetahuan, Pendidikan Dan Ekonomi Terhadap
Perilaku
Hidup Bersih Dan Sehat Pada Masyarakat Desa Pekonmon Kecamatan Ngambur Kabupaten Pesisir