Anda di halaman 1dari 8

TUGAS

Mata Kuliah : Ilmu Sosial dan Perilaku Kesehatan


Dosen : Dr. KAMALIA

PERILAKU HIDUP BERSIH DAN SEHAT (PHBS)


PADA TATANAN RUMAH TANGGA

OLEH KELOMPOK 5:

ASTUTI WIDYASNINGRUM M201701038


HABARUDDIN LASAIMA M201701043
JAMES S. PAONGANAN M201701048
SEPTIADI RASYID M201701063
NUGRAHENI DIANA SUHESTI M201701053
PASKALIS LUKIMON M201701058
PUTU SURI SARASWATI M201701070

PROGRAM STUDI KESEHATAN MASYARAKAT


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN
MANDALA WALUYA
KENDARI
2017
PENDAHULUAN

Pembangunan kesehatan bertujuan meningkatkan kesadaran,


kemampuan dan kemauan hidup sehat bagi setiap penduduk agar dapat mewujudkan
derajat kesehatan yang setinggi-tingginya.Masyarakat diharapkan mampu berperan
sebagai pelaku pembangunan kesehatan dalam menjaga, memelihara dan
meningkatkan derajat kesehatannya sendiri serta berperan aktif dalam mewujudkan
kesehatan masyarakat.Harapan tersebut dapat terwujud apabila masyarakat
diberdayakan sepenuhnya dengan sumber daya dimilikinya untuk dapat menerapkan
PHBS dalam kehidupannya sehari-hari, baik di rumah, di sekolah, di tempat kerja.
Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS) yang harus dilakukan oleh setiap
individu/keluarga/kelompok sangat banyak, dimulai dari bangun tidur sampai dengan
tidur kembali. Perilaku Hidup Bersih dan Sehat adalah sekumpulan perilaku yang
dipraktekkan atas dasar kesadaran sebagai hasil pembelajaran yang menjadikan
individu/keluarga/kelompok dapat menolong dirinya sendiri dalam bidang kesehatan
dan berperan aktif dalam mewujudkan derajat kesehatan masyarakat. Perilaku Hidup
Bersih dan Sehat merupakan salah satu pilar kesehatan yang menjadi salah satu
program dari puskesmas.
Kesehatan merupakan hak dasar manusia dan faktor yang sangat
menentukan kualitas sumber daya manusia. Teori Blum dalam Notoatmodjo (2007)
menyebutkan derajat kesehatan seseorang atau masyarakat dipengaruhi oleh empat
faktor utama yaitu faktor lingkungan, perilaku, keturunan, dan pelayanan kesehatan.
Faktor perilaku merupakan faktor yang paling sukar dirubah karena perilaku merupakan
hal yang kompleks dan mempunyai bentangan yang luas.
Perilaku kesehatan khususnya perilaku hidup bersih dan sehat (PHBS)
merupakan faktor penting yang sangat mempengaruhi derajat kesehatan seseorang
atau masyarakat untuk itu, pemerintah melalui KEPMENKES RI
No.1193/MENKES/X/2004 menetapkan visi perilaku hidup bersih dan sehat 2010.
PHBS merupakan sekumpulan perilaku yang dipraktikkan atas dasar kesadaran
sebagai hasil pembelajaran yang menjadikan seseorang atau keluarga dapat menolong
diri sendiri di bidang kesehatan dan berperan aktif dalam mewujudkan kesehatan
masyarakatnya (Pusat Promosi Kesehatan, Depkes RI 2006).
Menurut Niven (2002), sikap seseorang merupakan komponen yang
sangat penting dalam perilaku kesehatannya. Sikap belum merupakan suatu tindakan
tetapi merupakan predisposisi tindakan atau perilaku. Data Susenas 2016 tentang
Perilaku Hidup Bersih dan Sehat, menunjukkan bahwa hampir seluruh penduduk
berumur 15 tahun ke atas (99%) kurang mengkonsumsi sayur dan buah, 54%
penduduk Indonesia terpapar. 3 faktor risiko (merokok, kurang konsumsi sayur dan
buah, serta kurang aktifitas fisik). Sekitar 1 % penduduk Indonesia dewasa diperkirakan
sudah mempunyai kebiasaan minum minuman keras (Notoatmodjo, 2007). Perilaku
merokok kelompok penduduk >15 tahun cenderung meningkat dari 32,0% menjadi
33,4% (Riskesdas, 2007). Secara nasional, prevalensi makanan berisiko yang paling
banyak dikonsumsi oleh penduduk umur > 10 tahun adalah Penyedap (77,8%), Manis
(68,1%), dan Kafein (36,5%) (Riskesdas, 2007).
Kebiasaan membuang sampah sembarangan dilakukan hampir di semua
kalangan masyarakat, tidak hanya warga miskin, bahkan mereka yang berpendidikan
tinggi pun melakukannya (Binawan, Al Andang L, 2009).
Hasil Riset Kesehatan Dasar tahun 2007 menyebutkan diare masih
menjadi masalah kesehatan utama di Indonesia. Angka morbiditas diare di Indonesia
mencapai 423 per 1.000 penduduk. Prevalensi tifoid di Indonesia masih cukup tinggi,
yaitu 1,6 persen atau sektiar 600 ribu - 1,5 juta kasus setiap tahunnya dan menempati
urutan 15 dari penyakit yang menyebabkan kematian di Indonesia. Pencegahan
terhadap penyakit- penyakit yang bermula dari faktor kebersihan tangan dengan
memeliharan kebiasaan mencuci dan membersihkan tangan, dapat menghindari tertular
kuman penyakit dari luar, sekaligus mencegah penularan dari diri kita kepada orang
lain.
Institusi pendidikan, khususnya Perguruan Tinggi merupakan masyarakat
ilmiah yang harus mampu membentuk masyarakat yang jujur dan cerdas (Santoso,
2005). Calon tenaga kesehatan yang masih menuntut ilmu di institusi atau sekolah-
sekolah kesehatan, diharapkan memiliki sikap yang positif terhadap kesehatan
khususnya PHBS, sehingga dapat mengimplementasikan PHBS dalam kehidupan
sehari-hari serta dapat mempromosikan PHBS kepada masyarakat.
Perilaku Hidup Bersih dan Sehat 2010 atau PHBS 2010 adalah keadaan
dimana individu- individu dalam suatu institusi telah melaksanakan perilaku hidup bersih
dan sehat (PHBS) dalam rangka mencegah timbulnya penyakit dalam masalah-
masalah kesehatan lain, menanggulangi penyakit dan masalah-masalah kesehatan
lain, dalam rangka meningkatkan derajat kesehatan, memanfaatkan pelayanan
kesehatan, serta mengembangkan dan menyelenggarakan upaya kesehatan
bersumber masyarakat.
PEMBAHASAN

Sikap terhadap PHBS adalah reaksi atau respon mahasiswa


berdasarkan unsur-unsur kognitif, afektif, dan konatif yang bersifat positif
maupun negatif terhadap: perilaku mencuci tangan, membuang sampah,
merokok, jamban sehat, jajanan sehat, konsumsi buah dan sayur, dan
aktivitas fisik atau olahraga. Hasil wawancara/kuesener menunjukkan bahwa
sebagian besar responden bersikap positif terhadap PHBS. Responden
merupakan mahasiswa Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Mandala Waluya
sehingga memiliki pengetahuan yang memadai tentang PHBS yang
berpengaruh pada sikap mereka.
Menurut Azwar (1995), lembaga pendidikan merupakan suatu
sistem yang mempunyai pengaruh dalam pembentukan sikap. Hal ini
dikarenakan lembaga pendidikan meletakkan dasar pengertian dalam diri
individu. Pemahaman akan baik dan buruk, garis pemisah antara sesuatu
yang boleh dan tidak boleh dilakukan, yang di peroleh dari pusat pendidikan.
Hal ini sesuai dengan yang dkemukakan oleh Notoatmodjo (2005) bahwa
salah satu faktor yang mempengaruhi sikap seseorang adalah pengalaman
atau pengetahuannya terhadap objek sikap tersebut.
Menurut Green dalam Notoatmodjo (2007) perilaku tentang
kesehatan di tentukan oleh pengetahuan, sikap, kepercayaan, tradisi dari
orang tersebut. Disamping itu, ketersediaan fasilitas atau sarana PHBS
seperti ketersediaan air bersih dan tempat sampah juga akan mendukung
dan memperkuat terbentuknya perilaku.
Hasil wawancara ini menunjukkan bahwa secara umum
pengetahuan mahasiswa mengenai PHBS sangat baik, tetapi ada juga
beberapa yang bersifat kurang baik. Hal ini dapat disebabkan oleh faktor-
faktor lain yang turut memegang peranan adalah faktor internal dalam diri
pribadi itu yaitu selektivitas sendiri, daya pilih sendiri atau minat perhatian
untuk menerima dan mengelola pengaruh-pengaruh yang datang dari luar
dirinya sendiri (Purwanto, 1999).
Selektivitas dilakukan untuk memenuhi kebutuhan. Kebutuhan
akan menyebabkan seseorang menginter-pretasikan stimulus secara
berbeda. Walaupun obyek sikap yang sama yakni PHBS pada mahasiswa,
namun karena kebutuhan masing-masing akan PHBS itu berbeda-beda
menyebabkan sikapnya pun berbeda. Sebagian besar responden memilki
sikap positif terhadap PHBS karena sesungguhnya PHBS bagi mereka
merupakan kebutuhan yang harus dipenuhi, sebaliknya responden yang
menunjukkan sikap negatif karena bagi mereka PBHS belum merupakan
kebutuhan yang harus di lakukan.
Minat responden untuk menerima dan mengolah informasi yang
diterima akan mempengaruhi pemahaman responden mengenai PHBS.
Responden juga memberikan penilaian berdasarkan bagaimana mereka
mencerna informasi yang diperoleh sehingga terbentuklah sikap positif
maupun negatif terhadap PHBS.
Sikap terhadap PHBS juga dipengaruhi oleh peran orang lain
yang dianggap penting oleh responden. Dikatakan oleh Ahmadi (1999)
bahwa orang yang dianggap penting dijadikan sebagai referensi untuk
berperilaku hidup bersih dan sehat sangat dipengaruhi oleh lingkungan.
Sikap yang dimiliki responden dipengaruhi oleh adanya
informasi mengenai pentingnya penerapan PHBS dalam hidup sehari-hari.
Responden memperoleh informasi dengan mudah baik melalui media cetak
seperti buku-buku pelajaran maupun media elektronik seperti televisi dan
internet. Penggunaan media cetak dan elektronik akan membantu dalam
proses penyebaran informasi kepada responden sehingga pada akhirnya
dapat meningkatkan pengetahuan responden mengenai PHBS. Purwanto
(1999) juga menyatakan bahwa media komunikasi merupakan salah satu
faktor ekstern yang mempengaruhi terbentuknya sikap.
KESIMPULAN DAN SARAN

A. Simpulan
Mahasiswa STIKES Mandala Waluya sebagian besar memiliki
pengetahuan yang baik tentang Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS)
namun berbanding terbalik dengan sikap dan perilaku.

B. Saran
Beberapa hal yang dapat menjadi masukan dari hasil kuesioner ini antara
lain:
(1) Bagi STIKES Mandala Waluya untuk terus-menerus memberikan
informasi atau kegiatan sosialisasi kepada mahasiswa sehingga sikap positif
yang sudah terbentuk terus berlanjut pada praktek PHBS dalam lingkungan
kampus.
(2) Bagi mahasiswa STIKES Mandala Waluya agar terus meningkatkan
kesadaran akan pentingnya PHBS dengan mempraktekannya dalam
kehidupan sehari-hari sehingga dapat menjadi contoh bagi
masyarakat umum disekitar demi terwujudnya derajat kesehatan yang
optimal.
(3) Bagi peneliti lainnya agar meneliti lebih lanjut faktor-faktor lain yang
berkaitan dengan PHBS pada institusi pendidikan tinggi Faktor pendukung
dan faktor pendorong lainnya seperti hubungan antara ketersediaan sarana
dan prasarana PHBS terhadap sikap.

Anda mungkin juga menyukai