PENDAHULUHAN
1
akan dilalui oleh individu tersebut adalah masa lanjut usia atau lansia (Hurlock,
1999).
Perilaku hidup bersih dan sehat (PHBS) adalah upaya untuk memberikan
pengalaman belajar atau menciptakan suatu kondisi bagi perorangan, keluarga,
kelompok, dan masyarakat, dengan membuka jalan komunikasi, memberikan
informasi dan melakukan edukasi, untuk meningkatkan pengetahuan, sikap dan
perilaku, melalui pendekatan pempinan, bina suasana dan pemberdayaan
masyarakat sebagai suatu upaya untuk membantu masyarakat mengenali dan
mengatasi masalahnya sendiri, dalam tatanan masing-masing, agar dapat menera
pkan cara-cara dan hidup sehat, dalam rangka menjaga, memelihara dan
meningkatkan kesehatan (Dinkes, 2010).
Perilaku hidup bersih dan sehat (PHBS) ini telah diluncurkan sejak tahun
1966 oleh pusat penyuluhan kesehatan masyarakat, yang sekarang dinamakan
pusat promosi kesehatan. Kondisi pendidikan kelompok lanjut usia masih sangat
memprihatinkan, bahwa 60% dari penduduk lansia tidak pernah memperoleh
pendidikan formal (Depkes, 2008).
Menurut Departemen Sosial Republik Indonesia dalam Hardywinoto dan
Setyabudi (2005), penurunan fisik, peran sosial, dan psikis dapat mempengaruhi
kemandirian lansia. Lansia yang mengalami penurunan fisik, sekaligus mengalami
penurunan peran sosial dan psikis sehingga lebih tergantung kepada orang lain ,
dengan kata lain lansia tidak dapat mandiri yang akan menimbulkan dampak yang
akan menimbulkan dampak yang negatif.
Lansia merupakan proses yang terjadi secara alami pada setiap individu
dimana dalam setiap proses ini terjadi perubahan fisik maupun mental yang akan
berpengaruh pada berbagai fungsi dan kemampuan tubuh yang pernah
dimilikinya. Kecepatan proses menua setiap individu pada organ tubuhnya
berbeda-beda, ada yang mengatakan itu disebabkan oleh hormon setiap individu.
Orang beranggapan lansia sebagai semacam penyakit hal itu tidak benar karena
menua bukanlah suatu penyakit tetapi merupakan proses berkurangnya daya tahan
tubuh dalam menghadapi rangsangan dari luar maupun dari dalam tubuh. Pada
proses menua lansia mengalami perubahan-perubahan baik perubahan fisik pada
sistem-sistem tubuh dan juga pada mental maupun psikologis (Nugroho, 2010).
2
Hasil Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) tahun 2007, menunjukkan bahwa
praktik PHBS di Indonesia masih rendah yaitu 38,7%, dibandingkan dengan target
Nasional sampai tahun 2010 sebesar 65,0%. Data Riskesdas menunjukkan
sebanyak 22 provinsi mempunyai prevalensi PHBS di bawah prevalensi nasional,
diantaranya yaitu Provinsi Sumatera Barat, Riau, Jambi, Sumatera Selatan,
Bengkulu, Lampung, Kepulauan Riau, dan Provinsi Nanggroe Aceh Darussalam
yang paling rendah pencapaiannya, yaitu sebesar 36,8% (Depkes, 2008).
Berdasarkan uraian diatas, maka penelitian bertujuan menggambaran perilaku
hidup bersih dan sehat pada kehidupan sehari-hari lansia.
3
2. Bagi Masyarakat, sebagai bahan pertimbangan lansia agar lebih
memerhatikan pentingnya Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS)
kesehatannya sendiri dengan bertambahnya usia.
3. Bagi Puskesmas, hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan
informasi yang berguna tentang perilaku hidup bersih dan sehat pada
lansia di Puskesmas Rawat Inap Air Molek, sehingga tujuan akhir program
dapat tercapai.
4
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Perilaku
2.1.1 Pengertian perilaku
Perilaku adalah tindakan atau aktivitas dari manusia itu sendiri yang
mempunyai bentangan yang sangat luas antara lain: berjalan, berbicara, menangis,
tertawa, bekerja, kuliah, menulis, membaca, dan sebagainya. Dari uraian ini dapat
disimpulkan bahwa yang dimaksud perilaku manusia adalah semua kegiatan atau
aktivitas manusia, baik yang diamati langsung maupun yang tidak dapat diamati
oleh pihak luar (Notoatmodjo, 2003).
Menurut Skinner, seperti yang dikutip oleh Notoatmodjo (2003),
merumuskan bahwa perilaku merupakan respon atau reaksi seseorang terhadap
stimulus atau rangsangan dari luar. Oleh karena perilaku ini terjadi melalui proses
adanya stimulus terhadap organisme, dan kemudian organisme tersebut
merespons, maka teori Skinner ini disebut teori “S-O-R” atau Stimulus
Organisme – Respon.
Berdasarkan kedua defenisi tersebut dapat disimpulkan bahwa yang
dimaksud perilaku (manusia) adalah semua kegiatan atau aktifitas manusia, baik
yang dapat diamati langsung, maupun yang tidak dapat diamati oleh pihak luar.
Dilihat dari bentuk respon terhadap stimulus ini, maka perilaku dapat dibedakan
menjadi dua (Notoatmodjo, 2003) :
1. Perilaku tertutup (convert behavior)
Perilaku tertutup adalah respon seseorang terhadap stimulus dalam bentuk
terselubung atau tertutup (convert). Respon atau reaksi terhadap stimulus ini
masih terbatas pada perhatian, persepsi, pengetahuan, kesadaran, dan sikap yang
terjadi pada orang yang menerima stimulus tersebut, dan belum dapat diamati
secara jelas oleh orang lain.
5
2. Perilaku terbuka (overt behavior)
Respon seseorang terhadap stimulus dalam bentuk tindakan nyata atau
terbuka. Respon terhadap stimulus tersebut sudah jelas dalam bentuk tindakan
atau praktek, yang dengan mudah dapat diamati atau dilihat oleh orang lain.
Menurut WHO, yang dikutip oleh Notoatmodjo (1993), perubahan perilaku
dikelompokkan menjadi 3 (tiga), yaitu :
a. Perubahan alamiah (natural change), ialah perubahan yang dikarenakan
perubahan pada lingkungan fisik, sosial, budaya ataupun ekonomi dimana dia
hidup dan beraktifitas.
b. Perubahan terencana (planned change), ialah perubahan ini terjadi karena
memang direncanakan sendiri oleh subjek.
c. Perubahan dari hal kesediaannya untuk berubah (readiness to change), ialah
perubahan yang terjadi apabila terdapat suatu inovasi atau program-program baru,
maka yang terjadi adalah sebagian orang cepat mengalami perubahan perilaku dan
sebagian lagi lamban. Hal ini disebabkan setiap orang mempunyai kesediaan
untuk berubah yang berbeda-beda. Tim ahli WHO (1984), menganalisis bahwa
yang menyebabkan seseorang itu berperilaku ada empat alasan pokok, yaitu :
1. Pemikiran dan perasaan
Bentuk pemikiran dan perasaan ini adalah pengetahuan, kepercayaan, sikap dan
lain-lain.
2. Orang penting sebagai referensi
Apabila seseorang itu penting bagi kita, maka apapun yang ia katakan dan
lakukan cenderung untuk kita contoh. Orang inilah yang dianggap kelompok
referensi seperti: guru, kepala suku dan lain-lain.
3. Sumber-sumber daya
Sumber daya yang termasuk adalah fasilitas-fasilitas misalnya: waktu, uang,
tenaga kerja, ketrampilan dan pelayanan. Pengaruh sumber daya terhadap perilaku
dapat bersifat positif maupun negatif.
4. Kebudayaan
Perilaku normal, kebiasaan, nilai-nilai dan pengadaan sumber daya di dalam suatu
masyarakat akan menghasilkan suatu pola hidup yang disebut kebudayaan.
Perilaku yang normal adalah salah satu aspek dari kebudayaan dan selanjutnya
6
kebudayaan mempunyai pengaruh yang dalam terhadap perilaku. Perilaku dapat
dibatasi sebagai jiwa (berpendapat, berfikir, bersikap dan sebagainya) Untuk
membe rikan respon terhadap situasi di luar objek tersebut. Respon ini dapat
bersifat pasif atau tanpa tindakan (Notoatmodjo, 1999).
7
4. Analisis (analysis)
Analisis adalah kemampuan seseorang untuk menjabarkan dan memisahkan,
kemudian mencari hubungan antar komponen-komponen yang terdapat dalam
suatu masalah atau objek yang diketahui. Indikasi bahwa pengetahuan seseorang
itu sudah sampai pada tingkat analisis adalah apabila orang tersebut telah dapat
membedakan, atau memisahkan, mengelompokkan, membuat diagram(bagan)
terhadap pengetahuan atas objek tersebut.
5. Sintesis (synthesis)
Sintesis menunjukkan suatu kemampuan seseorang untuk merangkum atau
meletakkan dalam satu hubungan yang logis dari komponen-komponen
pengetahuan yang dimiliki. Dengan kata lain sintesis adalah suatu kemampuan
untuk menyusun formulasi baru dari formulasi-formulasi yang telah ada.
6. Evaluasi (evaluation)
Evaluasi berkaitan dengan kemampuan seseorang untuk melakukan justifikasi
atau penilaian terhadap suatu objek tertentu. Penilaian ini dengan sendirinya
didasarkan pada suatu kriteria yang ditentukan sendiri atau norma-norma yang
berlaku dimasyarakat ( Notoatmojo, 2007).
8
A. Menurut Notoatmodjo Sikap ini terdiri dari 4 (empat) tingkatan
yaitu :
1. Menerima (Receiving)
Menerima diartikan bahwa orang (subjek) mau dan memperhatikan
stimulus yang diberikan (objek). Misalnya: Sikap orang terhadap
lingkungan dapat dilihat dari kesediaan dan perhatian orang itu terhadap
ceramah-ceramah tentang lingkungan.
2. Merespon (Responding)
Memberikan jawaban, apabila ditanya, mengerjakan dan menyelesaikan
tugas yang diberikan adalah suatu indikasi dari sikap. Karena dengan suatu
usaha untuk menjawab pertanyaan atau mengerjakan tugas yang diberikan,
terlepas dari pekerjaan itu benar atau salah adalah berarti bahwa orang
menerima ide tersebut.
3. Menghargai (Valuing)
Mengajak orang lain untuk mengerjakan atau mendiskusikan suatu
masalah adalah suatu indikasi sikap tingkat tiga. Misalnya: seorang ibu
yang mengajak ibu yang lain untuk pergi menimbangkan anaknya ke
posyandu atau mendiskusikan tentang gizi adalah suatu bukti bahwa si ibu
tersebut telah mempunyai sikappositif terhadap gizi anak.
4. Bertanggung jawab (Responsible)
Bertanggung jawab atas segala sesuatu yang telah dipilihnya dengan
segala resiko merupakan sikap yang paling tinggi.
9
3. Sikap tidak berdiri sendiri, tetapi senantiasa mempunyai hubungan
tertentu terhadap suatu objek, dengan kata lain sikap itu terbentuk,
dipelajari atau berubah senantiasa.
4. Objek sikap itu dapat merupakan satu hal tertentu tetapi dapat juga
merupakan kumpulan dari hal-hal tersebut.
5. Sikap mempunyai segi motivasi dan segi-segi perasaan. Sifat inilah
yang membedakan sikap dari kecakapan-kecakapan atau pengetahuan-
pengetahuan yang dimiliki orang.
10
4. Sebagai pernyataan kepribadian. Sikap sering mencerminkan pribadi
seseorang. Ini sebabnya karena sikap tidak pernah terpisah dari pribadi
yang mendukungnya. Oleh karena itu, dengan melihat sikap-sikap pada
objektertentu, sedikit banyak orang bisa mengetahui pribadi orang
tersebut. Jadi,sikap sebagai pernyataan pribadi. Apabila kita akan
mengubah sikap seseorang, maka kita harus mengetahui keadaan
sesungguhnya dari sikap orang tersebut dan dengan mengetahui keadaan
sikap itu maka kita akan mengetahui pula mungkin tidaknya sikap tersebut
diubah dan bagaimana cara mengubah sikap tersebut (Purwanto,1999).
11
berperan aktif dalam mewujudkan kesehatan masyarakatnya. kondisi sehat dapat
dicapai dengan mengubah perilaku dari yang tidak sehat dan menciptakan
lingkungan sehat di rumah tangga oleh karena itu kesehatan perlu dijaga,
dipelihara, dan ditingkatkan oleh setiap rumah tangga serta diperjuangkan oleh
semua pihak. Rumah tangga sehat berarti mampu menjaga, meningkatkan, dan
melindungi kesehatan setiap anggota rumah tangga dari gangguan ancaman
penyakit dan lingkungan yang kurang kondusif untuk hidup sehat (depkes, 2007).
Perilaku hidup bersih dan sehat adalah salah satu strategi yang dapat
ditempuh untuk menghasilkan kemandirian di bidang kesehatan baik pada
masyarakat maupun pada keluarga, yang artinya harus ada komunikasi antar
keluarga/masyarakat untuk memberikan informasi dan melakukan pendidikan
kesehatan. Ini menjadi tanggung jawab pemerintah kabupaten/kota beserta jajaran
sektor terkait untuk memfasilitasi kegiatan PHBS di keluarga agar dijalankan
secara efektif (Machfoedz, 2005).
12
Menurut Becker, (1979) yang dikutip oleh Notoatmodjo, (2007) membuat
klasifikasi tentang perilaku hidup sehat ini yaitu sebagai berikut:
1. Makan dengan menu seimbang (appropriate diet). Menu seimbang disini dalam
arti kualitas (mengandung zat-zat yang diperlukan tubuh) dan kuantitas dalam arti
jumlahnya cukup untuk memenuhi kebutuhan tubuh (tidak kurang, tetapi juga
tidak lebih).
2. Olah raga yang teratur mencakup kualitas (gerakan) dan kuantitas dalam arti
frekuensi dan waktu yang digunakan untuk olah raga. Dengan sendirinya kedua
aspek ini akan tergantung dari usia, dan status kesehatan yang bersangkutan.
3. Tidak merokok. Merokok adalah kebiasaan jelek yang mengakibatkan berbagai
macam penyakit. Namun kenyataannya, kebiasaan merokok ini khususnya di
Indonesia seolah sudah membudaya hampir 50% penduduk Indonesia usia dewasa
merokok. Bahkan dari hasil penelitian, sekitar 15% remaja telah merokok.
4. Istirahat yang cukup. Dengan meningkatnya kebutuhan hidup akibat tuntutan
akibat penyesuaian dengan lingkungan modern, mengharuskan orang untuk
bekerja keras dan berlebihan, sehingga waktu istirahat jadi berkurang. Hal ini juga
membahayakan kesehatan.
5. Mengendalikan stres. Stres akan terjadi pada siapa saja, lebih sebagai akibat
tuntutan hidup yang keras seperti diatas. Kecenderungan stres meningkat pada
setiap orang. Stres tidak dapat kita hindari, yang penting dijaga agar stres tidak
menyebabkan gangguan kesehatan. Kita harus dapat mengendalikan stres atau
mengelola stres dengan kegiatan-kegiatan yang positip.
6. Perilaku atau gaya hidup yang positip bagi kesehatan. Misalnya, tidak berganti
ganti pasangan dalam hubungan seks, penyesuaian diri kita dengan lingkungan
dan sebagainya.
13
Alasan dipilihnya ke tiga indikator tersebut berdasarkan issue global dan
regional, seperti merokok telah menjadi issue global, karena selain mengakibatkan
penyakit seperti jantung, kanker paru-paru juga. Pola makan yang buruk akan
berakibat buruk pada semua golongan umur, Kurang aktifitas fisik dan olah raga
mengakibatkan metabolisme tubuh terganggu, apabila berlangsung lama akan
menyebabkan berbagai penyakit, seperti jantung, paru-paru, dan lain-lain (Depkes
RI, 2002).
14
2.2.6 Sasaran PHBS
Dalam program PHBS ini diarahkan pada sasaran utama sasaran utama
yaitu PHBS Tatanan Rumah Tangga yaitu seluruh anggota keluarga yaitu
Pasangan Usia Subur (PUS), bumil, buteki, anak, remaja, lansia, dan pengasuh
anak yang selanjutnya diharapkan akan berkembang ke arah Desa/Kelurahan, Kec
amatan/Puskesmas dan Kabupaten/Kota sehat. (Depkes RI, 2006).
Menurut Tarigan (2004), sasaran PHBS pada lansia yang kurang baik
akan menimbulkan berbagai penyakit. Dengan demikian untuk mengurangi
prevalensi dampak buruk tersebut, maka perlu diterapkan sasaran PHBS dengan
memperhatikan hal-hal sebagai berikut :
1. Kebersihan Kulit
Memelihara kebersihan kulit, harus memperhatikan kebiasaan berikut ini :
a. Mandi dua kali sehari
b. Mandi pakai sabun
c. Menjaga kebersihan pakaian
d. Menjaga kebersihan lingkungan
2. Kebersihan Rambut
Menurut Irianto (2009) untuk selalu memelihara rambut dan kulit kepala dan
kesan cantik serta tidak berbau apek, perlu diperhatikan hal-hal sebagai berikut :
a. Memberhatikan kebersihan rambut dengan mencuci rambut sekurang
kurangnnya dua kali seminggu
b. Mencuci rambut dengan shampo/bahan pencuci rambut lain
c. Sebaiknya menggunakan alat-alat pemeliharaan rambut sendiri
3. Kebersihan Gigi
Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam menjaga kebersihan gigi adalah
sebagai berikut:
a. Menggosok gigi secara benar dan teratur dianjurkan setiap habis makan
b. Memakai sikat gigi sendiri
c. Menghindari makanan yang merusak gigi
d. Membiasakan makan buah-buahan yang menyehatkan gigi
e. Memeriksakan gigi secara rutin
15
4. Kebersihan Tangan, kaki dan kuku
Menurut Odang (1995) yang dikutip oleh Hadijah 2007, menyatakan bahwa
dalam menghindari penyakit akibat kuku yang kotor maka perlu diperhatikan hal
berikut :
a. Membersihkan tangan sebelum makan
b. Memotong kuku secara teratur
c. Membersihkan lingkungan
d. Mencuci kaki sebelum tidur.
16
2.2.7 Tujuan PHBS
Tujuan Umum dari PHBS adalah meningkatnya ru mah tangga sehat di
Desa, kabupaten/kota diseluruh indonesia, dan tujuan khususnya untuk
meningkatkan pengetahuan, kemauan, dan kemampuan anggota rumah tangga
untuk melakukan PHBS serta berperan aktif dalam gerakan PHBS di masyarakat
(Depkes, 2007).
17
2.3.2 Batasan Lansia
Organisasi Kesehatan Dunia berpendapat bahwa lanjut usia meliputi usia
pertengahan yakni kelompok usia 46 – 59 tahun. Lanjut usia yakni antara usia 60-
74 tahun. Usia lanjut tua yaitu antara 75-90 tahun, Menurut Undang-Undang
No.13 1998 lanjut usia adalah seseorang yang mencapai usia 60 tahun keatas.
Sedangkan menurut Prof.Dr.Koesoemoto Setyonegara pengelompokan lanjut usia
sebagai berikut usia dewasa muda 18 atau 20-25 tahun. Usia dewasa penuh atau
maturitas 25-60 atau 65 tahun. Lanjut usia lebih dari 65 atau 70 tahun. Terbagi
untuk 75 -80 tahun, dan lebih dari 80 tahun.
18
c. Usia tua dinilai dengan kriteria yang berbeda
Arti usia tua itu sendiri kabur dan tidak jelas serta tidak dapat dibatasi
pada anak muda, maka individu cenderung menilai tua itu dalam hal penampilan
dan kegiatan fisik. Banyak individu lansia melakukan segala apa yang dapat
disembunyikan atau disamarkan menyangkut tanda-tanda penuaan fisik dengan
memakai pakaian yang biasa dipakai orang muda dan berpura-pura mempunyai
tenaga muda. Inilah cara lansia untuk menutupi dari dan membuat ilusi bahwa
lansia belum berusia lanjut.
d. Berbagai stereotipe lansia.
Banyak stereotipe lansia dan banyak pula kepercayaan tradisional tentang
kemampuan fisik dan mental. Stereotipe dan kepercayaan tradisional ini timbul
dari berbagai sumber, ada yang menggambarkan bahwa usia pada lansia sebagai
usia yang tidak menyenangkan, diberi tanda sebagai orang yang tidak
menyenangkan oleh berbagai media massa. Pendapat klise masyarakat tentang
lansia adalah pria dan wanita yang keadaan fisik dan mentalnya loyo sering pikun,
jalan membungkuk, dan sulit hidup bersama orang lain.
e. Sikap sosial terhadap lansia
Pendapat klise tentang lansia mempunyai pengaruh yang besar terhadap
sikap sosial terhadap lansia. kebanyakan pendapat klise lansia tersebut tidak
menyenangkan, sehingga sikap sosial tampaknya cenderung menjadi tidak
menyenangkan.
f. Lansia mempunyai status kelompok-minoritas
Status lansia dalam kelompok-minoritas adalah suatu yang dalam berapa
hal mengecualikan lansia untuk tidak berinteraksi dengan kelompok lainnya, dan
memberi sedikit kekuasaan atau bahkan tidak memperoleh kekuasaan apapun.
Status kelompok minoritas ini terutama terjadi sebagai akibat dari sikap sosial
yang tidak menyenangkan terhadap individu lansia dan pendapat klise yang tidak
menyenangkan tentang mereka.
g. Menua membutuhkan perubahan peran.
Pengaruh kebudayan dewasa ini, dimana efisiensi kekuatan, kecepatan dan
kemenarikan bentuk fisik sangat dihargai, mengakibatkan lansia sering dianggap
tidak ada gunanya lagi. Lansia tidak dapat bersaing dengan orang-orang yang
19
lebih muda dalam berbagai bidang tertentu, dan sikap sosial terhadap lansia tidak
menyenangkan.
h. Penyesuaian yang buruk merupakan ciri-ciri lanjut usia.
Karena sikap sosial yang tidak menyenangkan bagi individu lansia,
tampak dalam cara orang memperlakukan lansia, maka tidak heran lagi kalau
banyak individu lansia mengembangkan konsep diri yang tidak menyenangkan.
Hal ini cenderung diwujudkan dalam bentuk perilaku yang buruk. Lansia yang
pada masa lalunya sulit dalam menyesuaikan diri cenderung untuk semakin jahat
ketimbang mereka yang dalam menyesuaikan diri pada masa lalunya mudah dan
menyenangkan.
i. Keinginan menjadi muda kembali sangat kuat pada lansia.
Status kelompok minoritas yang dikenakan pada individu lansia secara
alami telah membangkit keinginan untuk tetap mudah selama mungkin dan ingin
dipermudah apabila tanda-tanda menua tampak. Berbagai cara-cara kuno, obat
yang manjur untuk segala penyakit, zat kimia, tukang sihir dan ilmu gaib
digunakan untuk mencapai tujuan tersebut. Kemudian timbul orang-orang yang
bisa membuat orang tetap awet muda, yang dipercaya mempunyai kekuatan magis
untuk mengubah lansia menjadi muda lagi.
20
BAB III
METODE PENELITIAN
diambil dari kuesioner yang dijawab oleh lansia, di wilayah Puskesmas Rawat
Pasir Penyu, Kabupaten Indragiri Hulu, dilakukan pada bulan Agustus 2018.
Puskesmas Rawat Inap Air Molek dan bertempat tinggal di wilayah kerja Puskesmas
21
3.5 Metode Pengumpulan Data
Metode pengumpulan data yang dilakukan dalam penelitan ini adalah
dengan menggunakan data primer. Data primer adalah data yang diambil langsung
dari responden dengan cara membagikan kuesioner kepada responden.
22
dan meningkatkan
kesehatan yang
terdiri dari :
1. Kebersihan
kulit
2. Kebersihan
rambut
3. Kebersihan
gigi
4. Kebersihan
tangan, kaki
dan kuku
5. Kebiasaan
berolahraga
6. Kebiasaan
tidur yang
cukup
7. Gizi dan menu
Seimbang
2. Koding (pengkodean), proses untuk memberikan kode pada variabel yang ada pada
23
3. Entry (memasukkan data), setelah data dikumpulkan kemudian data disimpan untuk
24
BAB IV
HASIL PENELITIAN
Penelitian ini dilakukan di Puskesmas Rawat Inap Air Molek yang terletak
di Jalan Jendral Sudirman, Kelurahan Air Molek II, Kecamatan Pasir Penyu,
Kabupaten Indragiri Hulu, Riau. Luas Wilayah Kerja Puskesmas Air Molek 122,7
km2. Jumlah desa yang dibina sebanyak delapan desa dan lima kelurahan yaitu
Petalongan, Pasir Keranji, Batu Gajah, Jatirejo, Lembah Dusun Gading,
Serumpun Jaya, Tanah Merah, Tanjung Gading, Air Molek I, Air Molek II, Candi
Rejo, Kembang Harum, dan Sekar Mawar. Adapun batas-batas wilayah
Puskesmas Air Molek yaitu:
1. Sebelah utara berbatasan dengan wilayah kerja Puskesmas Lirik.
2. Sebelah selatan berbatasan dengan wilayah kerja Puskesmas Lala.
3. Sebelah timur berbatasan dengan wilayah kerja Puskesmas Lirik.
4. Sebelah barat berbatasan dengan wilayah kerja Puskesmas Lala.
Dari hasil penelitian yang telah dilakukan di Puskesmas Rawat Inap Air
Molek yang pada bulan Agustus 2018 dengan responden 50 orang. Diperoleh
gambaran karakteristik responden dan data-data hasil pengamatan sebagai
berikut:
4.1.1 Deskripsi Data Demografi Responden
Hasil penelitian menunjukkan bahwa responden berada pada rentang umur
50-90 tahun, persentase tertinggi berada pada rentang umur 50-69 tahun sebanyak
39 orang (78%) sedangkan pada rentang 70-90 sebanyak 11 orang (22%).
Berdasarkan jenis kelamin responden berjenis kelamin laki-laki sebanyak 18
orang (36%), sedangkan perempuan sebanyak 32 orang (64%). Agama responden
adalah beragama Islam sebanyak 47 orang (94%), sedangkan yang beragama
Kristen sebanyak 3 orang (6 %). Suku responden terdiri dari suku Melayu adalah
suku tertinggi sebanyak 35 orang (70%), suku Batak sebanyak 4 orang (8%), suku
Minang sebanyak 3 orang (6%), sedangkan suku Jawa 8 orang (16%). Mayoritas
pendidikan terakhir responden Sekolah Menengah Umum (SMU) 28 orang (56%),
25
Perguruan Tinggi sebanyak 15 orang (30%), SD sebanyak 3 orang (6%), SMP
sebanyak 4 orang (8%). Pekerjaan responden wiraswasta sebanyak 21 orang (42
%), Ibu Rumah Tangga sebanyak 16 orang (32%), dan PNS/Pensiunan sebanyak
13 orang (26%). Hasil penelitian distribusi frekuensi dan persentase berdasarkan
data demografi responden dapat dilihat pada tabel 5.1 di bawah ini.
26
4.1.2 Pengetahuan
Gambaran pengetahuan responden dapat dilihat dari tabel berikut:
4.1.3 Sikap
Gambaran sikap responden dapat dilihat dari tabel berikut:
Berdasarkan tabel 4.3 dapat dilihat bahwa sikap responden paling banyak
berada pada kategori baik yaitu sebesar 76%, diikuti kategori cukup 18%, dan
kategori kurang sebesar 6%.
4.1.4 Tindakan
Gambaran tindakan responden dapat dilihat dari tabel berikut:
27
Berdasarkan tabel 4.4 dapat dilihat bahwa tindakan responden paling
banyak berada pada kategori baik yaitu sebesar 64%, diikuti kategori cukup 24%,
dan kategori kurang sebesar 8%.
Tabel 4.5 Distribusi Frekuensi Hasil PHBS pada Lansia di Puskesmas Rawat
Inap Air Molek
28
BAB V
PEMBAHASAN
5.1 Pembahasan
5.1.2 Pengetahuan
Menurut pendapat Notoatmojo (2007) bahwa pengetahuan merupakan
hasil penginderaan manusia terhadap objek melalui indera yang dimilikinya
(mata, hidung, telinga, dan sebagainya). Dari hasil penelitian yang dilakukan
dapat diketahui bahwa tingkat pengetahuan responden paling banyak berada pada
kategori baik yaitu sebesar 85%, diikuti kategori cukup 14%, dan kategori kurang
sebesar 2%. Sikap responden paling banyak berada pada kategori baik yaitu
sebesar 76%, diikuti kategori cukup 18%, dan kategori kurang sebesar 6%.
Berdasarkan hasil penelitian tersebut menunjukkan bahwa sebagian besar
responden mendapatkan informasi tentang kesehatan yang cukup baik dari
petugas kesehatan setempat, terbukti dengan jawaban mereka yang tersaji dalam
instrumen (kuesioner). Kemudian sebagian kecil lansia yaitu sebesar 6% memiliki
pengetahuan kurang. Hal tersebut seperti yang diungkapkan Nursalam (2003),
bahwa faktor-faktor yang mempengaruhi pengetahuan antara lain yaitu
pendidikan, usia, penyuluhan, pengalaman, media massa. Hal ini seperti yang
disampaikan Maryam (2008) perilaku sehat adalah pengetahuan, sikap, dan
29
tindakan proaktif untuk memelihara dan mencegah terjadinya resiko penyakit,
melindungi diri dari ancaman penyakit, serta berperan aktif dalam gerakan
kesehatan masyarakat. Hal tersebut karena sebuah perilaku berkaitan dengan
sebuah kebiasaan yang sudah menjadi bagian perilaku sehari-hari. Dan tentunya
untuk merubah sebuah kebiasaan tersebut dibutuhkan waktu yang tidak singkat.
Pada penelitian di Puskesmas Rawat Inap Air Molek didapatkan bahwa
tingkat pengetahuan responden paling banyak berada pada kategori baik, yaitu
sebesar 85%, diikuti kategori cukup 14%, dan kategori kurang sebesar 2%. Hal ini
disebabkan pengetahuan luas pada lansia di Puskesmas Rawat Inap Air Molek
karena mereka sering mengikuti penyuluhan lansia pada saat kegiatan puskesmas
keliling maupun kegiatan senam lansia di masing-masing kelurahan di wilayah
kerja Puskesmas Rawat Inap Air Molek.
5.1.3 Sikap
Sikap adalah merupakan reaksi atau respon seseorang yang masih tertutup
terhadap suatu stimulasi atau objek. Sikap tidak dapat langsung dilihat, tetapi
hanya dapat ditafsirkan terlebih dahulu dari perilaku yang tertutup. Sikap secara
nyata menunjukkan konotasi adanya kesesuaian reaksi terhadap stimulus tertentu
yang dalam kehidupan sehari-hari adalah merupakan reaksi yag bersifat emosional
terhadap stimulus sosial (Notoatmodjo,1993)
Sikap responden berada paling banyak pada kategori baik yaitu sebesar
76%, diikuti kategori cukup 18%, dan kategori kurang sebesar 6%. Hal ini
disebabkan karena mereka tidak hanya sekedar mengetahui tentang perilaku hidup
bersih dan sehat, tetapi mereka menerapkan dan mengaplikasikan dalam
kehidupan sehari-hari.
5.1.4 Tindakan
Suatu sikap belum tentu otomatis terwujud dalam suatu tindakan untuk
nyata diperlukan faktor pendukung/suatu kondisi terwujudnya sikap menjadi suatu
perubahan yang memungkinkan.
Berdasarkan hasil penelitian menunjukkan dapat dilihat bahwa tindakan
responden paling banyak berada pada kategori baik yaitu sebesar 64%, diikuti
kategori cukup 24%, dan kategori kurang sebesar 8%.
30
BAB VI
6.1 Kesimpulan
6.2 Saran
Dari seluruh proses penelitian yang telah dijalani oleh penulis dalam
menyelesaikan penelitian ini, maka dapat diungkapkan beberapa saran.
1. Bagi Puskesmas
Diharapkan promotif perilaku hidup bersih dan sehat pada lansia harus
ditingkatkan lagi agar seluruh lansia dapat menerapkan perilaku hidup
bersih dan sehat agar kehidupan lansia menjadi lebih sehat dan sejahtera.
31
2. Bagi Lansia
Perlu adanya sosialisasi terhadap lansia tentang perilaku hidup bersih dan
sehat. Lansia juga perlu mengikuti kegiatan sosial yang berhubungan
dengan kesehatan lansia.
32
DAFTAR PUSTAKA
33