Anda di halaman 1dari 14

MAKALAH ILMU PERILAKU

TEORI PERUBAHAN PERILAKU PADA BIDANG KESEHATAN


Dosen Pengampu :
Menik Sri Daryanti, S.ST., M.Kes.

Disusun Oleh :
Alya Nursyifa Perwata
( 1810106004 )

PROGRAM STUDI SARJANA DAN PENDIDIKAN PROFESI BIDAN

FAKULTAS ILMU KESEHATAN

UNIVERSITAS ‘AISYIYAH YOGYAKARTA

2020/2021
KATA PENGANTAR

Segala puji syukur bagi ALLAH SWT yang telah memberikan saya kemudahan
sehingga saya dapat menyelesaikan makalah ini dengan tepat waktu. Tanpa
pertolongan-Nya tentunya saya tidak akan sanggup untuk menyelesaikan makalah
ini dengan baik. Shalawat serta salam semoga terlimpah kepada baginda tercinta
kita yaitu Nabi Muhammad SAW yang kita nanti-nantikan syafa’atnya di akhirat
nanti.
Penulis mengucapkan syukur kepada ALLAH SWT atas segala limpahan
nikmat sehat-Nya baik itu secara fisik maupun akal fikiran, sehingga penulis
mampu untuk menyelesaikan pembuatan makalah dengan judul “ Teori Perubahan
Perilaku Pada Bidang Kesehatan”.
Penulis menyadari tentu bahawa makalah ini masih jauh dari kata sempurna
dan masih banyak terdapat kesalahan serat kekurangan didalamnya. Untuk itu,
penulis mengharapkan kritik dan saran dari pembaca untuk makalah ini, agar
makalah ini nantinya dapat menjadi lebih baik lagi. Demikian, dan apabila terdapat
banyak kesalahan pada makalah ini penulis memohon maaf yang sebesar- besarnya.

Yogyakarta, 05 November 2020


Penyusun
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Perubahan perilaku dan gaya hidup masyarakat saat ini dipengaruhi oleh
globalisasi di segala bidang, perkembangan teknologi, dan industri. Dengan
adanya globalisasi seluruh informasi semakin mudah diperoleh dan negara-
negara berkembang dapat segera meniru pola hidup modern yang dianggap
sebagai kebiasaan negara barat. Pola dan gaya hidup masyarakat terutama di
daerah perkotaan mengalami perubahan dengan adanya urbanisasi dan
modernisasi. Salah satu perubahan pola dan gaya hidup yang dapat kita lihat
adalah banyaknya tempat makan cepat saji yang menjual “Junk Food”. Junk
food merupakan makanan yang mengandung lemak jenuh (saturated fat), gula,
garam, serta bermacam-macam additive dengan kadar tinggi. Makanan ini
hampir tidak mengandung serat, vitamin, dan protein yang sangat dibutuhkan
oleh tubuh serta memiliki kadar nutrisi yang sangat rendah.
Salah satu akibat yang ditimbulkan dari perubahan pola dan gaya hidup
ini adalah obesitas. Obesitas didefinisikan sebagai keabnormalan akumulasi
lemak yang merugikan bagi kesehatan. Berdasarkan data WHO terdapat 1,6
miliar orang dewasa yang memiliki berat badan berlebih (overweight) dan
400 juta diantaranya mengalami obesitas atau kegemukan. Pada tahun 2011
terdapat 12 juta (16,3%) anak di Amerika yang berumur 2-19 tahun sebagai
penyandang obese. Sekitar satu pertiga (32,9%) atau 72 juta orang dewasa
warga negara Amerika Serikat adalah obese.
Menurut data Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) pada tahun 2007
prevalensi nasional obesitas umum pada penduduk berusia ≥ 15 tahun di
Indonesia adalah 10,3% (laki-laki 13,9%, perempuan 23,8%) (Depkes RI,
2009). Pravelensi obesitas di Jawa Tengah berdasarkan data Dinas Kesehatan
Jawa Tengah ialah sekitar 18,4% (Dinkes Jateng, 2007). Obesitas dapat
diukur melalui pemeriksaan antropometri. Antropometri berasal dari kata
anthropos dan metros yang artinya ukuran dari tubuh (Nelson et al., 2009).
Indeks massa tubuh (IMT) adalah salah satu indikator penghitungan untuk
antropometri yang berkaitan dengan lemak tubuh orang dewasa, yaitu berat
badan seseorang (dalam kg) dibagi dengan kuadrat nya tinggi (dalam meter).
Seseorang dengan IMT/BMI 30 atau lebih umumnya dianggap obesitas.
Seseorang dengan IMT/BMI sama dengan atau lebih dari 25 dianggap
kelebihan berat badan. Beberapa penelitian telah membuktikan bahwa pria
dan wanita dari berbagai kelompok umur mengalami kenaikan kadar
kolesterol total dan kolesterol LDL dengan meningkatnya IMT/BMI.
BMI/IMT berlebih atau obesitas menandakan cukup banyak lemak yang
tersimpan dalam tubuh serta dapat dipastikan juga akan ada lemak yang
tersimpan di dalam darah. Berat badan berlebih dapat menyebabkan
kolesterol tinggi, penyakit jantung, diabetes dan penyakit serius lainnya.
Obesitas merupakan keabnormalan jumlah lipid dalam darah, salah satunya
adalah peningkatan kolesterol. Peningkatan kolesterol total dalam darah >240
mg/dl disebut sebagai hiperkolesterolemia.
Prevalensi peningkatan total kolesterol tertinggi di WHO Wilayah Eropa
(54% untuk kedua jenis kelamin), diikuti oleh WHO Wilayah Amerika (48%
untuk kedua jenis kelamin) (WHO, 2008). Di Indonesia angka kejadian
hiperkolesterolemia penelitian MONICA I (Multinational Monitoring of
Trends Determinants in Cardiovascular Diseases) sebesar 13.4 % untuk
wanita dan 11,4 % untuk pria. Pada MONICA II didapatkan meningkat
menjadi 16,2 % untuk wanita dan 14 % pria. Prevalensi hiperkolesterolemia
masyarakat pedesaan mencapai 200-248 mg/dL atau mencapai 10,9 persen
dari total populasi pada tahun 2004. Penderita pada generasi muda yakni usia
25-34 tahun mencapai 9,3 persen. Wanita menjadi kelompok paling banyak
menderita masalah ini yakni 14,5 persen atau hampir dua kali lipat kelompok
laki-laki.
Menurut Survei Kesehatan Rumah Tangga (SKRT) tahun 2004
prevalensi hiperkolesterolemia di Indonesia pada usia 25 hingga 34 tahun
sebesar 9,3 % sementara pada usia 55 hingga 64 tahun sekitar 15,5 %. Kadar
kolesterol dalam tubuh adalah satu faktor terpenting untuk menentukan risiko
seseorang untuk menderita penyakit pembuluh darah jantung. Ada beberapa
faktor yang terbukti melalui penelitian dapat mempengaruhi kadar kolesterol
dalam darah antara lain usia, berat badan, pola makan, aktifitas fisik, merokok,
stres dan faktor keturunan. Pada tahun 2006 Dinas Kesehatan Propinsi Jawa
Tengah mendapatkan prevalensi hiperkolesterolemia sebesar 25,9 % pada
perempuan dan 26,1 % pada laki laki.
B. Rumusan Masalah
1. Apa itu perubahan perilaku ?
2. Definisi perilaku pada bidang kesehatan ?
3. Bagaimana cara pembentukan perilaku pada bidang kesehatan ?
4. Faktor-faktor yang mempengaruhi perubahan perilaku pada bidang
kesehatan ?
5. Contoh perubahan perilaku dalam bidang kesehatan ?

C. Tujuan
1. Untuk mengetahui apa itu perubahan perilaku.
2. Untuk mengetahui definisi perilaku pada bidang kesehatan.
3. Untuk mengetahui cara pembentukan perilaku pada bidang kesehatan.
4. Untuk mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi perubahan
perilaku pada bidang kesehatan.
5. Untuk mengetahui contoh nya.
BAB II

TINJAUAN TEORI

Perilaku dari pandangan biologis merupakan suatu kegiatan atau aktivitas


organisme yang bersangkutan. Perilaku dan gejala perilaku yang tampak pada
kegiatan organisme tersebut dipengaruhi baik oleh faktor genetik (keturunan) dan
lingkungan. Secara umum dapat dikatakan bahwa faktor genetik dan lingkungan
merupakan penentu dari perilaku makhluk hidup termasuk perilaku manusia.
Hereditas atau faktor keturunan adalah konsepsi dasar atau modal untuk
perkembangan perilaku makhluk hidup untuk selanjutnya. Sedangkan lingkungan
adalah kondisi atau lahan untuk perkembangan perilaku tersebut (Notoatmodjo,
2007).

Perilaku kesehatan pada dasarnya adalah suatu respons seseorang (organisme)


terhadap stimulus yang berkaitan dengan sakit dan penyakit, sistem pelayanan
kesehatan, makanan, serta lingkungan. Batasan ini mempunyai dua unsur pokok,
yakni respons dan stimulus atau rangsangan. Respons atau reaksi manusia, baik
bersifat pasif (pengetahuan, persepsi, dan sikap), maupun bersifat aktif (tindakan
yang nyata atau praktis). Sedangkan stimulus atau rangsangan di sini terdiri 4 unsur
pokok, yakni: sakit dan penyakit, sistem pelayanan kesehatan dan lingkungan.
BAB III

ISI

A. Perubahan Perilaku
Perubahan perilaku adalah merupakan suatu paradigm bahwa manusia
akan berubah sesuai denganapa yangmereka pelajari baik dari keluarga,
teman, sahabat ataupun ataupun belajar dari diri mereka sendiri,
prosespembelajaran diri inilah yang nantinya akan membentuk seseorang
tersebut, sedangakan pembentukantersebutsangat disesuaikan dengan
kondisi dan kebutuhan orang tersebut baik dalam kesehariannya
ataupundalamkeadaan tertentu.
Perubahan perilaku pada orang yang menderita demensia sangat umum
terjadi. Ini dapat menimbulkan tekanan berat bagi keluarga dan para
perawatnya. Ini bisa sangat menyedihkan jika seseorang yang sebelumnya
lemah-lembut dan penuh kasih menjadi bertingkah-laku aneh atau agresif.
Perubahan perilaku adalah merupakan suatu paradigm bahwa manusia
akan berubah sesuai denganapa yangmereka pelajari baik dari keluarga,
teman, sahabat ataupun ataupun belajar dari diri mereka sendiri,
prosespembelajaran diri inilah yang nantinya akan membentuk seseorang
tersebut, sedangakan pembentukantersebutsangat disesuaikan dengan
kondisi dan kebutuhan orang tersebut baik dalam kesehariannya
ataupundalamkeadaan tertentu.

B. Perubahan Perilaku Pada Bidang Kesehatan


Perilaku merupakan hasil daripada segala macam pengalaman serta
interaksi manusia dengan lingkungannya yang terwujud dalam bentuk
pengetahuan, sikap dan tindakan. perilaku merupakan respon/reaksi seorang
individu terhadap stimulus yang berasal dari luar maupun dari dalam dirinya
(Notoatmodjo, 2010).
Perilaku merupakan fungsi karakteristik individu dan lingkungan.
Karakteristik individu meliputi berbagai variabel seperti motif, nilai-nilai,
sifat, keperibadian, dan sikap yang saling berinteraksi satu sama lain dan
kemudian berinteraksi pula dengan faktor-faktor lingkungan dalam
menentukan perilaku. Faktor lingkungan memiliki kekuatan besar dalam
menentukan perilaku, bahkan kekuatannya lebih besar dari karakteristik
individu (Azwar, 2010).
Sementara pengertian perubahan perilaku menurut Emilia (2008),
ditentukan oleh konsep risiko, penentu respon individu untuk mengubah
perilaku adalah tingkat beratnya risiko atau penyakit secara umum, bila
seseorang mengetahui ada risiko terhadap kesehatan maka secara sadar
orang tersebut akan menghindari risiko.
Menurut Judge dan Bono ( 2001), teori perubahan perilaku self efficacy
yang menekankan adanya contoh dalam diri seseorang sehingga perilaku
seseorang dicontoh oleh masyarakat sekitar hingga menjadikan sebuah
budaya masyarakat. Teori perubahan perilaku ini biasa digunakan dalam
perubahan perilaku masyarakat khususnya kesehatan dengan memanfaatkan
tokoh masyarakat sekitar yang dianggap mempunyai peran penting dan
mempunyai suritauladan khususnya dibidang kesehatan. Pendekatan
perubahan perilaku masyarakat didasarkan pada tokoh masyarakat sekitar
yang mempunyai pengaruh lebih atau suritauladan dalam perilaku hidup
sehat.
Perilaku seseorang atau masyarakat ditentukan oleh pengetahuan, sikap,
kepercayaan, tradisi, dan sebagainya dari orang atau masyarakat yang
bersangkutan. Selain itu, ketersediaan fasilitas, sikap dan perilaku petugas
kesehatan terhadap kesehatan akan mendukung dan memperkuat
terbentuknya perilaku. Perubahan perilaku ditentukan oleh konsep risiko.
Penentu respon individu untuk mengubah perilaku adalah tingkat beratnya
risiko atau penyakit. Secara umum, bila seseorang mengetahui ada risiko
terhadap kesehatan maka secara sadar orang tersebut akan menghindari
risiko.

C. Cara Pembentukan Perilaku Pada Bidang Kesehatan


Secara operasional perilaku dapat diartikan sebagai respon organisme
terhadap rangsangan tertentu dari luar subyek. Respon ini berbentuk dua
macam yaitu :
1) Bentuk pasif atau covert behaviour adalah respon internal yang
terjadi di dalam diri manusia dan tidak secara langsung bisa dilihat
orang lain, misalnya berpikir, tanggapan, sikap atau pengetahuan.
Misalnya seorang ibu yang tahu bahwa membawa anak untuk
diimunisasi dapat mencegah penyakit tertentu akan tetapi dia tidak
membawa anaknya ke puskesmas atau posyandu.
2) Bentuk aktif atau overt behaviour , apabila perilaku ini jelas bisa
dilihat. Misalnya pada contoh di atas si ibu membawa anaknya ke
posyandu atau puskesmas untuk diimunisasi.
Perilaku Kesehatan
Perilaku kesehatan pada dasarnya adalah suatu respon seseorang terhadap
stimulus yang berkaitan dengan sakit dan penyakit, sistem pelayanan
kesehatan, makanan, serta lingkungan. Secara lebih rinci perilaku kesehatan
mencakup :
1) Perilaku seseorang terhadap sakit dan penyakit yaitu bagaimana
manusia merespon baik secara pasif maupun aktif sehubungan
dengan sakit dan penyakit. Perilaku ini dengan sendirinya
berhubungan dengan tingkat pencegahan penyakit.
a) Perilaku sehubungan dengan peningkatan dan pemeliharaan
kesehatan misalnya makan makanan bergizi, dan olahraga.
b) Perilaku pencegahan penyakit misalnya memakai kelambu
untuk mencegah malaria, pemberian imunisasi. Termasuk
juga perilaku untuk tidak menularkan penyakit kepada orang
lain.
c) Perilaku sehubungan dengan pencarian pengobatan misalnya
usaha mengobati penyakitnya sendiri, pengobatan di fasilitas
kesehatan atau pengobatan ke fasilitas kesehatan tradisional.
d) Perilaku sehubungan dengan pemulihan kesehatan setelah
sembuh dari penyakit misalnya melakukan diet, melakukan
anjuran dokter selama masa pemulihan.
Hal yang penting di dalam perilaku kesehatan adalah masalah
pembentukan dan perubahan perilaku. Karena perubahan perilaku
merupakan tujuan dari pendidikan kesehatan atau penyuluhan kesehatan
sebagai penunjang program kesehatan lainnya. Perubahan yang dimaksud
bukan hanya sekedar covert behaviour tapi juga overt behaviour.
Di dalam program – program kesehatan, agar diperoleh perubahan
perilaku yang sesuai dengan norma – norma kesehatan diperlukan usaha –
usaha yang konkrit dan positip. Beberapa strategi untuk memperoleh
perubahan perilaku bisa dikelompokkan menjadi tiga bagian.
1) Menggunakan kekuatan / kekuasaan atau dorongan. Dalam hal ini
perubahan perilaku dipaksakan kepada sasaran sehingga ia mau
melakukan perilaku yang diharapkan. Misalnya dengan peraturan –
peraturan / undang – undang yang harus dipatuhi oleh masyarakat.
Cara ini menyebabkan perubahan yang cepat akan tetapi biasanya
tidak berlangsung lama karena perubahan terjadi bukan berdasarkan
kesadaran sendiri. Sebagai contoh adanya perubahan di masyarakat
untuk menata rumahnya dengan membuat pagar rumah pada saat
akan ada lomba desa tetapi begitu lomba / penilaian selesai banyak
pagar yang kurang terawat.
2) Pemberian informasi. Adanya informasi tentang cara mencapai
hidup sehat, pemeliharaan kesehatan , cara menghindari penyakit
dan sebagainya akan meningkatkan pengetahuan masyarakat.
Selanjutnya diharapkan pengetahuan tadi menimbulkan kesadaran
masyarakat yang pada akhirnya akan menyebabkan orang
berperilaku sesuai pengetahuan yang dimilikinya. Perubahan
semacam ini akan memakan waktu lama tapi perubahan yang dicapai
akan bersifat lebih langgeng.
3) Diskusi partisipatif. Cara ini merupakan pengembangan dari cara
kedua dimana penyampaian informasi kesehatan bukan hanya searah
tetapi dilakukan secara partisipatif. Hal ini berarti bahwa masyarakat
bukan hanya penerima yang pasif tapi juga ikut aktif berpartisipasi
di dalam diskusi tentang informasi yang diterimanya. Cara ini
memakan waktu yang lebih lama dibanding cara kedua ataupun
pertama akan tetapi pengetahuan kesehatan sebagai dasar perilaku
akan lebih mantap dan mendalam sehingga perilaku mereka juga
akan lebih mantap.
Apapun cara yang dilakukan harus jelas bahwa perubahan perilaku akan
terjadi ketika ada partisipasi sukarela dari masyarakat, pemaksaan, propaganda
politis yang mengancam akan tidak banyak berguna untuk mewujutkan
perubahan yang langgeng.

D. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Perubahan Perilaku Pada Bidang


Kesehatan
Perilaku kesehatan seperti halnya perilaku pada umumnya melibatkan
banyak faktor. Menurut Lawrence Green ( 1980 ) kesehatan seseorang atau
masyarakat dipengaruhi oleh dua hal pokok yaitu faktor perilaku dan di luar
perilaku. Selanjutnya perilaku itu sendiri dipengaruhi oleh 3 faktor yaitu :
1) Faktor pembawa ( predisposing factor ) didalamnya termasuk
pengetahuan, sikap, kepercayaan, keyakinan, nilai – nilai dan lain
sebagainya.
2) Faktor pendukung ( enabling factor ) yang terwujut dalam
lingkungan fisik, sumber daya, tersedia atau tidak tersedianya
fasilitas dan sarana kesehatan.
3) Faktor pendorong ( reinforcing factor ) yang terwujut di dalam sikap
dan perilaku petugas kesehatan maupun petugas lain , teman, tokoh
yang semuanya bisa menjadi kelompok referensi dari perilaku
masyarakat.
Dari faktor – faktor di atas dapat disimpulkan bahwa perilaku seseorang
atau masyarakat tentang kesehatan ditentukan oleh pengetahuan, sikap,
kepercayaan, tradisi dari orang yang bersangkutan. Disamping itu
ketersediaan fasilitas kesehatan dan perilaku petugas kesehatan juga
mendukung dan memperkuat terbentuknya perilaku.
Seseorang yang tidak mau mengimunisasikan anaknya , dapat
disebabkan karena dia memang belum tahu manfaat imunisasi
( predisposing factor ),.atau karena jarak posyandu dan puskesmas yang jauh
dari rumahnya ( enabling factor ) sebab lain bisa jadi karena tokoh
masyarakat di wilayahnya tidak mau mengimunisasikan anaknya
( reinforcing factor ).
Model di atas dengan jelas menggambarkan bahwa terjadinya perilaku
secara umum tergantung faktor intern ( dari dalam individu ) dan faktor
ekstern ( dari luar individu ) yang saling memperkuat . Maka sudah
selayaknya kalau kita ingin merubah perilaku kita harus memperhatikan
faktor – faktor tersebut di atas.

E. Contoh Perubahan Perilaku Dalam Bidang Kesehatan


1) Menyadari.
Seorang mahasiswa yang belajar di bidang kesehatan sebelumnya tidak
peduli akan kebersihan diri dan perawatan dirinya. Setelah belajar
tentang pentingnya perawatan dan kebersihan diri serta penyakit yang
dapat ditimbulkan jika tidak adanya personal hygiene, maka siswa
tersebut mulai peduli dengan dirinya, kemudian dia akan
mengaplikasikan bagaimana cara merawat kesehatan dirinya.
2) Mengganti.
Sebelum diketahui betapa pentingnya Inisiasi Menyusu Dini dan
Bounding Attachment, ibu cenderung dipisahkan dengan bayinya pasca
kelahiran bayinya tersebut. Ini dimaksud agar sang bayi tidak
mengganggu istirahat ibu pasca persalinan yang melelahkan. Akan
tetapi, saat ini tidak lagi. Sebisa mungkin bidan atau tenaga kesehatan
lain yang menolong persalinan akan berusaha untuk terciptanya IMD
dan Bounding Attachment. Ini dilakukan karena sangat penting
terciptanya keterkaitan hubungan meosional ibu dan bayi segera setelah
persalinan dan juga mengingat betapa besarnya keuntungan IMD bagi
ibu dan bayinya.
3) Mengintropeksi.
Seorang ibu yang hamil anak keduanya, dia akan cenderung mengingat
pengalaman hamil sebelumnya. Dia akan mencoba memperbaiki
perilaku saat hamil agar kehamilannya kali ini sama dengan kehamilan
sebelumnya atau lebih baik dari sebelumnya. Contoh lainnya: jika
sebelumnya seorang ibu melahirkan bayi premature maka pada
kehamilannya yang selanjutnya dia mencari penyebabnya dan
memperbaiki pola perilakunya saat kehamilan ini agar anaknya lahir
dengan keadaan aterm.
BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan
Perilaku adalah respon individu terhadap suatu stimulus atau suatu
tindakan yang dapat diamati dan mempunyai frekuensi spesifik, durasi dan
tujuan dan baik disadari maupun tidak.
Menurut WHO (1947) Sehat itu sendiri dapat diartikan bahwa suatu
keadaan yang sempurna baik secara fisik, mental dan sosial serta tidak
hanya bebas dari penyakit atau kelemahan (WHO, 1947).
Menurut Becker. Konsep perilaku sehat ini merupakan pengembangan
dari konsep perilaku yang dikembangkan Bloom. Becker menguraikan
perilaku kesehatan menjadi tiga domain, yakni pengetahuan kesehatan
(health knowledge), sikap terhadap kesehatan (health attitude) dan praktek
kesehatan (health practice).
Hubungan kesehatan dengan perilaku sangatlah erat san saling
berkesinambungan, individu yang sehat akan tercermin dari perilaku yang
sehat pula. Sebaliknya juga begitu perilaku yang sehat akan mencerminkan
individu dengan kualitas hidup baik.

B. Saran
Hubungan kesehatan dengan perilaku sangatlah erat san saling
berkesinambungan, individu yang sehat akan tercermin dari perilaku yang
sehat pula. Sebaliknya juga begitu perilaku yang sehat akan mencerminkan
individu dengan kualitas hidup baik.
Manfaat dari hidup sehat yang paling penting adalah meningkatkan
produktivitas kita dengan segala kemampuan dan potensi diri kita. Untuk itu
konsep hidup sehat seperti tingkatkan PHBS (Perilaku Hidup Bersih dan
Sehat) harus dipupuk dari tiap individu untuk dapat meningkatkan kualitas
hidup yang sehat.
DAFTAR PUSTAKA

Bidan, W. (2017). MAKALAH KONSEP DASAR PERILAKU KESEHATAN. Retrieved from KTI
Kebidanan : http://warungbidan.blogspot.com/2017/08/makalah-konsep-dasar-
perilaku-kesehatan.html

dementia. (2015). Perubahan perilaku. indonesia, australia, indonesia.

kesmas. (2013, 03 15). Teori Perilaku Kesehatan. Retrieved from Indonesia Public Health:
http://www.indonesian-publichealth.com/teori-perilaku-kesehatan/

Nugroho.Arsad, R. (n.d.). PERILAKU KESEHATAN DAN PROSES PERUBAHANNYA. Retrieved from


wordpress: https://arali2008.files.wordpress.com/2008/08/perubahan-perilaku-dan-
proses-perubahannya.pdf

Rakhmat.Ramadhani. (2016, desember 15). PENJELASAN PERUBAHAN PERILAKU. Retrieved


from SCRIBD: https://id.scribd.com/doc/174736911/PENJELASAN-PERUBAHAN-
PERILAKU#:~:text=Perubahan%20perilaku%20adalah%20merupakan%20suatu,seseo
rang%20tersebut%2C%20sedangakan%20pembentukan%20tersebutsangat

windha.suardika. (2014, januari 9). Prinsip Perubahan Perilaku, PERUBAHAN PERILAKU ,Faktor
Yang Mempengaruhi Perilaku. Retrieved from slideshare:
https://www.slideshare.net/gexzwindhasuardika/prinsip-perubahan-perilaku

http://perpustakaan.poltekkes-malang.ac.id/assets/file/kti/1401100030/12._Bab_2_.pdf

https://diyamegawati94.wordpress.com/2015/06/01/konsep-perilaku-dan-perilaku-
kesehatan/

http://eprints.ums.ac.id/28099/2/BAB_I.pdf

Anda mungkin juga menyukai