DISUSUN OLEH:
2020/2021
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Media cetak atau dengan kata lain melalui tulisan adalah salah satu
media yang banyak digunakan untuk menyebarluaskan hasil pemikiran, baik
konseptual maupun yang disertai bukti empiris. Makin efektif tulisan yang
dibuat, makin tinggi kemungkinan tulisan dipahami oleh pembaca.
Untuk menghasilkan tulisan yang efektif, salah satu hal yang perlu
diperhatikan adalah mengenai paragraf. Paragraf adalah seperangkat kalimat
yang membicarakan suatu gagasan atau topik. Seluruh isi paragraf
memperbincangkan satu masalah atau sekurang-kurangnya bertalian erat
dengan masalah itu. Hal ini menjadi penting agar yang membaca tulisan
tersebut dapat menangakap ide yang disampaikan dengan benar.
Selain pemahaman mengenai apa itu paragraf/alinea kita juga
diharuskan memahami hal-halyang berkaitan dengan paragraf/alinea itu
sendiri.
B. Rumusan Masalah
1. Apa itu paragraf atau alinea?
2. Apa saja fungsi paragraf atau alinea?
3. Apa saja syarat-syarat paragraf atau alinea?
4. Bagaimana pembagian paragraf atau alinea menurut jenisnya?
5. Apa tanda paragraf atau alinea?
6. Bagaimana rangka/struktur paragraf atau alinea?
7. Bagaimana posisi kalimat topik paragraf atau alinea?
8. Bagaimana pengembangan paragraf menurut teknik pemaparannya?
9. Bagaimana contoh penulisan paragraf yang benar?
C. Tujuan Penulisan
1. Untuk mengetahui mengenai paragraf atau alinea secara umum yang
sering digunakan dalam kegiatan karya tulis.
2. Untuk mengetahui hal-hal yang berkaitan dengan paragraf atau alinea
itu sendiri, mulai Dari syarat sebuah paragraf atau hingga berbagai
macam bentuk paragraf atau alinea berdasarkan jenis atau teknik
pemaparannya.
BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengertian Paragraf/Alinea
Paragraf disebut juga alinea. Kata tersebut merupakan serapan dari
bahasa Inggris paragraph. Kata Inggris “paragraf” terbentuk dari kata Yunani
para yang berarti “sebelum” dan grafein “menulis atau menggores”.
Sedangkan kata alinea dari bahasa Belanda dengan ejaan yang sama. Alinea
berarti “mulai dari baris baru” (Adjad Sakri,1992). Paragraf atau alinea tidak
dapat dipisah-pisahkan seperti sekarang, tetapi disambung menjadi satu.
Menurut Lamuddin Finoza, paragraf adalah satuan bentuk bahasa yang
biasanya merupakan gabungan beberapa kalimat, sedangkan dalam bahasa
Yunani, sebuah paragraf (paragraphos, “menulis di samping” atau “tertulis di
samping”) adalah suatu jenis tulisan yang memiliki tujuan atau ide. Jadi,
paragraf atau alinea adalah suatu bagian dari bab pada sebuah karangan yang
mana cara penulisannya harus dimulai dengan baris baru dan kalimat yang
membentuk paragraf atau alinea harus memperlihatkan kesatuan pikiran.
Selain itu, kalimat-kalimat dalam sebuah paragraf atau alinea harus saling
berkaitan dan hanya membicarakan satu gagasan. Bila dalam sebuah paragraf
atau alinea terdapat lebih dari satu gagasan, paragraf atau alinea itu tidak baik
dan perlu dipecah menjadi lebih dari satu paragraf atau alinea.
B. Syarat Pembentukan Paragraf/Alinea
Suatu paragraf/alinea dianggap bermutu dan efektif mengkomunikasikan
gagasan yang didukungnya apabila paragraf/alinea itu lengkap, artinya
mngandung pikiran utama dan pikiran-pikiran penjelas. Di samping itu sama
halnya dengan kalimat, paragraf/alinea harus memenuhi persyaratan tertentu.
Adapun syarat-syarat tersebut antara lain.
1. Kesatuan
Yang dimaksud dengan kesatuan adalah bahwa
paragraf/alinea tersebut harus memperlihatkan dengan jelas suatu maksud
atau sebuah tema tertentu.
Jadi kesatuan di sini bukan berarti satu atau singkat kalimatnya,
melainkan berarti kalimat-kalimat yang ada dalam paragraf/alinea
tersebut menyatu untuk mendukung pikiran utama sehingga merupakan
satu kesatuan yang utuh.
Contoh paragraf/alinea yang memenuhi persyaratan kesatuan.
Masalah mahasiswa di Indonesia umum sekali. Mereka kebanyakan
sulit untuk sepenuhnya memusatkan perhatian pada studi mereka.
Kebanyakan dari mereka adalah pemuda-pemuda dari keluarga biasa
yang kurang mampu. Para mahasiswa itu pun mencari pekerjaan. Oleh
karena itu selama belajar mereka kadang-kadang terganggu oleh keadaan
ekonomi.
Apabila paragraf/alinea di atas kita analisis, akan kita temukan.
Pikiran utama : masalah umum dalam dunia mahasiswa
Pikiran penjelas : sulit memusatkan perhatian
berasal dari keluarga biasa
terganggu oleh ekonomi
Unsur-unsur penunjang pada paragraf/alinea di atas benar-benar
mendukung gagasan utama. Dengan perkataan lain, unsur-unsur
penunjang paragraf/alinea tersebut membentuk kesatuan ide.
2. Kepaduan (Koherensi)
Kepaduan (koherensi) adalah kekompakan hubungan antara suatu
kalimat dan kalimat yang lain yang membentuk suatu paragraf kepaduan
yang baik tetapi apabila hubungan timbal balik antar kalimat yang
membangun paragraf itu baik, wajar, dan mudah dipahami. Kepaduan
sebuah paragraf dibangun dengan memperhatikan beberapa hal, seperti
pengulangan kata kunci, penggunaan kata ganti, penggunaan transisi, dan
kesejajaran(paralelisme).
Contoh paragraf/alinea menggunakan transisi yang benar.
Perkuliahan bahasa Indonesia sering dapat membosankan,
sehingga tidak dapat perhatian sama sekali dari mahasiswa. Hal ini
disebabkan bahwa kuliah yang disajikan dosen sebenarnya merupakan
masalah yang sudah diketahui mahasiswa, atau merupakan masalah yang
tidak diperlukan mahasiswa. Di samping itu mahasiswa yang sudah
mempelajari bahasa Indonesia sejak mereka duduk di bangku sekolah
dasar atau sekurang-kurangnya sudah mempelajari bahasa Indonesia
selama dua belas tahun, merasa sudah mampu menggunakan bahasa
Indonesia. Akibatnya memilih atau menentukan bahan kuliah yang akan
diberikan kepada mahasiswa merupakan kesulitan tersendiri bagi para
pengajar.
Perhatikan kata atau frase transisi yang digunakan
(digarisbawahi) menatakan hubungan kalimat. Tanpa menggunakan frase
transisi ini tulisan di atas akan terpotong-potong dan hubungan antar
kalimat tidak jelas.
3. Kejelasan
Suatu paragraf/alinea dikatakan lengkap, apabila kalimat topik
ditunjang oleh sejumlah kalimat penjelas. Tentang kalimat-kalimat
penjelas ini sudah dibicarakan di bagian awal tulisan ini, yaitu pada
unsur-unsur paragraf. Kalimat-kalimt penjelas penunjang utama atau
penunjang kedua harus benar-benar menjelaskan pikiran utama. Cara
mengembangkan pikiran utama menjadi paragraf serta hubungan antar
kalimat utama dengan kalimat penjelas (detil-detil penunjang) dapat
dilihat dari urutan rinciannya. Rincian itu dapat diurut secara urutan
waktu (kronologis), urutan logis, terdiri atas sebab-akibat, akibat-sebab,
umum-khusus, khusus-umum, urutan ruang (spasial), urutan proses,
contoh-contoh dan dnegan detail fakta.
C. Pembagian Paragraf/Alinea menurut Jenisnya
Dalam sebuah karangan biasanya terdapat tiga macam paragraf jika dilihat
dari segi jenisnya.
1. Paragraf/Alinea Pembuka
Paragraf ini merupakan pembuka atau pengantar untuk sampai
pada segala pembicaraan yang akan menyusul kemudian. Paragraf
pembuka harus dapat menarik minat dan perhatian pembaca, serta
sanggup menghubungkan pikiran pembaca kepada masalah yang akan
disajikan selanjutnya. Salah satu cara untuk menerik perhatian ini ialah
dengna mengutip pertanyaan yang memberikan rangsangan dari para
orang terkemuka atau orang yang terkenal. Sebagai awal sebuah
karangan, paragraf pembuka harus mampu menjalankan fungsi
a. Menghantar pokok pembicaraan.
b. Menarik minat dan perhatian pembaca.
c. Menyiapkan atau menata pikiran pembaca untuk mengetahui isi
seluruh karangan.
2. Paragraf/Alinea Pengembangan
Paragraf pengembangan ialah paragraf yang terletak antara
paragraf pembuka dan paragraf yang terakhir sekali di dalam bab atau
anak bab. Paragraf ini mengembangkan pokok pembicaraan yang
dirancang. Paragraf pengembangna mengemukakan inti persoalan yang
akan dikemukakan. Satu paragraf dan paragraf lain harus
memperlihatkan hubungan dengan cara ekspositoris, dengan cara
deskriptif, dengan cara naratif, atau dengan cara argumentative yang
akan dibicarakan pada halaman-halaman selanjutnya.
Secara lebih rinci dapat dirumuskan bahwa fungsi paragraf
pengembang di dalam karangan adalah
a. Mengemukakan inti persoalan.
b. Mempersiapkan dasar atau landasan bagi kesimpulan.
c. Meringkas alinea sebelumnya.
d. Menjelaskan hal yang akan diuraikan pada paragraf berikutnya.
3. Paragraf/Alinea Penutup
Paragraf penutup adalah paragraf yang terdapat pada akhir
karangan atau pada akhir suatu kesatuan yang lebih kecil di dalam
karangan itu. Paragraf penutup berupa simpulan semua pembicaraan
yang telah dipaparkan pada bagian-bagian sebelumnya. Karena paragraf
ini dimaksudkan untuk mengakhiri karangan atau bagian karangan,
penyajiannya harus memperhatikan hal berikut ini.
a. Sebagai bagian penutup, paragraf ini tidak boleh terlalu panjang.
b. Isi paragraf harus benar-benar merupakan penutup atau
kesimpulan akhir sebagai cerminan inti seluruh uraian.
c. Sebagai bagian paling akhir yang dibaca, hendaknya paragraf ini
dapat menimbulkan kesan yang mendalam bagi pembacanya.
D. Tanda Paragraf/Alinea
Sebuah paragraf dapat ditandai dengan memulai kalimat pertama agak
menjorok ke dalam, kira-kira lima ketukan mesin ketik atau kira-kira dua
sentimeter. Agar para pembaca mudah dapat melihat permulaan tiap paragraf
sebab awal paragraf ditandai oleh kalimat permulaannya yang tidak ditulis
dengan sejajar dengan garis margin atau garis pias kiri. Penulis dapat pula
menambahkan tanda sebuah paragraf itu dengan memberikan jarak agak
renggang dari paragraf sebelumnya.
E. Rangka atau Struktur Paragraf
Paragraf terdiri atas kalimat topik atau kalimat pokok dan kalimat
penjelas atau kalimat pendukung. Kalimat topik merupakan kalimat
terpenting yang berisi ide pokok alinea. Sedangkan kalimat penjelas atau
kalimat pendukung berfungsi untuk menjelaskan atau mendukung ide utama.
Ciri kalimat topik dan kalimat penjelas adalah sebagai berikut.
Ciri kalimat topik:
a. Mengandung permasalahn yang potensial untuk dirinci dsn
diuraikan lebih lanjut.
b. Merupakan kalimat lengkap yang dapat berdiri sendiri.
c. Mempunyai arti yang cukup jelas tanpa harus dihubungkan dengan
kalimat lain dalam satu paragraf.
d. Dapat dibentuk tanpa bantuan kata sambung atau
penghubung/transisi.
Ciri kalimat penjelas:
a. Sering merupakan kalimat yang tidak dapat berdiri sendiri (dari
segi arti)
b. Arti kalimat ini kadang-kadang baru jelas setelah dihubungkan
dengan kalimat lain dalam satu paragraf.
c. Pembentukannya sering memerlukan bantuan kata sambung atau
frasa penghubung/transisi.
d. Isinya berupa rincian, keterangan, contoh dan data tambahan lain
yang bersifat memperjelas (mendukung) kalimat topik.
F. Posisi Kalimat Topik Paragraf atau Alinea
a. Pada Awal Paragraf (Deduktif)
Kalimat pokok ditempatkan pada bagian awal paragraf sehingga
paragraf bersifat deduktif, yaitu cara penguraian yang menjadikan pokok
permasalahan lebih dahulu, lalu menyusul uraian yang terinci mengenai
permasalahan atau gagasan paragraf (urutan umum-khusus).
b. Akhir Paragraf (Induktif)
Kalimat pokok yang ditempatkan pada akhir paragraf akan
membentuk paragraf induktif, yaitu cara penguraian yang menyajikan
penjelasan terlebih dahulu, barulah diakhiri dengan pokok pembicaraan
(urutan khusus-umum). Penyajian paragraf dengan cara ini lebih sulit jika
dibandingakan dengan paragraf deduktif, tetapi paragrafnya akan terasa
lebih argumentatif.
c. Pada awal dan akhir paragraf/alinea
Kalimat pokok ditempatkan pada bagian awal dan akhir paragraf/
alinea sehingga terbentuk paragraf/alinea campuran. Kalimat pada akhir
paragraf/alinea akan lebih bersifat pengulangan atau penegasan kembali
gagasan utama paragraf/alinea yang terdapat pada awal paragraf/alinea.
d. Pada seluruh paragraf/alinea
Seluruh kalimat yang membangun paragraf/alinea sama pentingnya
sehingga tidak satu pun kalimat khusus menjadi kalimat topik. Kondisi
demikian bisa terjadi akibat sulitnya menentukan kalimat topik karena
kalimat yang satu dengan yang lain sama-sama penting. Paragraf/alinea
semacam ini sering dijumpai dalam uraian-uraian yang bersifat deskriptif
dan naratif.
G. Pembagian Paragraf Menurut Teknik Pemaparannya
Paragraf menurut teknik pemaparannya dapat dibagi dalam empat
macam, yaitu deskriptif, ekspositoris, argumentatif, dan naratif.
a. Deskriptif
Paragraf deskriptif disebut juga paragraf melukiskan. Paragraf
ini melukiskan apa yang terlihat di depan pembicaranya dapa
berurutan dari atas ke bawah atau dari kiri ke kanan. Dengan kata lain,
deskriptif berurusan dengna hal-hal yang tertangkap oleh pancaindera.
Contoh sebuah paragaf deskriptif
Pasar Taman Wisma adalah sebuah pasar yang sempurna.
Semua barang ada disana. Di toko yang paling depan berderet toko
baju seragam dan sepatu. Di dalam terdapat penjual ikan-ikan yang
masih segar-segar dan berderet. Di samping kanan pasar terdapat
penjual sayur-sayuran, bumbu dapur dan peralatan masak. Di samping
kiri pasar terdapat penjual pakain dan obat-obatan. Pada bagian
belakang pasar kita dapat menemukan pedagang daging dan penjual es
cendol.
b. Ekspositoris
d. Naratif
https://khusnul05.wordpress.com/2013/11/19/makalah-bahasa-indonesia-
tentang-paragraf/