DISUSUN OLEH :
JAKARTA
2019
1
KATA PENGANTAR
Segala puji hanya milik Allah SWT. Shalawat dan salam selalu
tercurahkan kepada Rasulullah-SAW. Berkat limpahan dan rahmat-Nya
penyusun mampu menyelesaikan tugas makalah ini guna memenuhi tugas mata
kuliah Sistem Gerontik.
Dalam penyusunan tugas atau materi ini, tidak sedikit hambatan yang
penulis hadapi. Namun penulis menyadari bahwa kelancaran dalam penyusunan
materi ini tidak lain berkat bantuan, dorongan, dan bimbingan orang tua, sehingga
kendala-kendala yang penulis hadapi teratasi.
Semoga makalah ini dapat memberikan wawasan yang lebih luas dan
menjadi sumbangan pemikiran kepada pembaca khususnya para mahasiswa. Saya
sadar bahwa makalah ini masih banyak kekurangan dan jauh dari sempurna.
Untuk itu, kepada dosen kami meminta masukannya demi perbaikan
pembuatan makalah kami di masa yang akan datang dan mengharapkan kritik
dan saran dari para pembaca.
Penulis
2
BAB I
PENDAHALUAN
A. Latar Belakang
Dampak kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi (IPTEK),
terutama dibidang kedokteran, termasuk penemuan obat-abatan seperti
antibiotika yang mampu “melenyapkan” berbagai penyakit infeksi, berhasil
menurunkan angka kematian bayi dan anak, memperlambat kematian,
memperbaiki gizi dan sanitasi sehingga kualitas dan umur harapan hidup
meningkat. Akibatnya, jumlah penduduk lanjut usia semakin bertambah
banyak, bahkan cenderung lebih cepat dan pesat (Nugroho,2012).
Saat ini, diseluruh dunia jumlah orang lanjut usia diperkirakan ada
500 juta dengan usia rata-rata 60 tahun dan diperkirakan pada tahun dan
diperkirakan pada tahun 2025 akan mencapai 1,2 milyar. Di Negara maju
seperti amerika serikat pertambahan orang lanjut usia diperkirakan 1000
orang per hari pada tahun1985 dan diperkirakan 50% dari penduduk berusia
di atas 50 tahun sehingga istilah baby boom pada masa lalu berganti menjadi
“ledakan penduduk lanjut usia” (lansia) (Padila, 2013).
Sering kali keberadaan lanjut usia dipersepsikan secara negative,
dianggap sebagai beban keluarga dan masyarakat sekitarnya.kenyataan
mendorong semakin berkembangnya anggapan bahwa menjadi tua itu identik
dengan semakin banyaknya masalah kesehatan yang dialami oleh lanjut usia.
Lanjut usia cenderung dipandang masyarakat tidak lebih dari sekelompok
orang yang sakit-sakitan. Banyak pula lanjut usia yang justru berperan aktif,
tidak saja dalam keluarganya, tetpi juga dalam masyarakat sekitarnya
(Nugroho, 2012).
Permasalahan pada lansia dalam pemeliharaan kesehatan: hanya 5%
yang di urus oleh institusi, 25% dari semua resep obat-obatan adalah untuk
lanjut usia, penyakit-penyakit mungkin ganda dan kronis hampir 40%
melibatkan lebih dari satu penyakit (komplikasi sering erjadi), akiba-akibat
dari ketidakmampuan akan lebih dari satu penyakit (komplikasi sering
terjadi), akibat-akiba dari ketidakmampuan akan lebih dari satu penyakit
3
(komplikasi sering terjadi), akbat-akibat dan ketidakmampuan akan lebih
cepat terjadi apabila lanju usia lebih rendah karena proses ketuaan sehingga
seorang lanjut usia lebih mudah terkena penyakit, lanjut usia kurang tahan
terhadap tekanan mental lingkungan dan fisik, pemeliharaan kesehatan yang
buruk umumnya terjadi: kurang dari 1/3 tidak dilakukan check up kesehatan
tahunan, banyak terlihat pemeliharaan kesehatan sebagai pelayanan yang
digunakan hanya selama krisis hidup, banyak terlihat lebih dari satu orang
dokter yang melihat secara terpisah. Ketakutan-ketakutan yang dialami oleh
lanjut usia meliputi: Ketergantungan fisik dan ekonomi, sakit-sakitan yang
kronis misalnya (Arthritis 44%, hipertensi 39%, berkurangnya pendengaran
atau tuli 28%, dan penyakit jantung 27%), kesepian, kebosanan yang
disebabkan rasa tidak diperlukan (Padila,2013).
Perubahan yang wajar dalam usia lanjut dalam proses berfikir,
mengingat serta dalam proses menangkap maupun merespon sesuatu sudah
mulai mengalami penurunan secara berkala. Proses menua secara individu
mengakibatkan beberapa masalah baik masalah secara fisik, biologis, mental
maupun social ekonominya. Hal ini dapat dilihat terkait dengan masalah
kesehatan yang paling banyak dialami adalah penyakit tidak menular salah
satu diantaranya penyakit kronis, salah satu penyakit kronis yang paling
banyak menyerang pada lanjut usia adalah asam urat (Diantri dan Candra,
2013).
Menurut RISKESDES 2013 pravlensi penyakit sendi pada usia 55-64
tahun 45,05%, usia 67-74 tahun 51,9%, usia >75 tahun 54,8%. Penyakit sendi
yang sering dialami oleh golongan lanjut usia yaitu penyakit arthritis gout,
osteoritis, dan remothoid arthritis. Sedangkan dari hasil pengumpulan data
penulis di desa percut kecamatan percut sei tuan kabupaten deli serdang pada
bulan desember 2015 terdapat 1,90% penduduk yang menderita gout arthritis.
Banyak masalah yang akan terjadi pada lansia, baik dalam fisik
maupun dalam psikososialnya. Maka masalah yang akan terjadi pada lansia
harus dicegah melalui hal-hal yang berkaitan dengan lingkungan seperti
latihan fisik melatih pergerakan, modifikasi lingkungan untuk mencegah
terjadinya cidera pada lansia dan melatih kebiasaan pasien.
4
Hasil pendataan jumlah lansia yang telah dilakukan pada tanggal 04
November 2019 di Panti Sosial Tresna Werdha Budhi Mulia 1 Cipayung
Wisma Cempaka yaitu berjumlah 39 WBS. Lansia awal 46-55 tahun sekitar
orang dengan persentase %, lansia akhir 56-65 tahun sekitar orang dengan
persentase % sedangkan lansia manula sekitar orang dengan persentase %.
Berdasarkan data di atas dan untuk mengaplikasikan mata kuliah
Keperawatan Gerontik penulis melakukan pengkajian di Panti Sosial Tresna
Werdha Budhi Mulia 1 Cipayung Wisma Flamboyan. Dengan kewajiban
mengambil 1 kasus, membawa kasus resume yang dibahas dari BAB 1- BAB
5 yang penulis angkat yaitu Asuhan Keperawatan Gerontik dengan Gout
Arthritis Pada Opa G Wisma Flamboyan.
B. Tujuan Penulisan
1. Tujuan Umum
Mahasiswa mampu untuk melakuakan asuhan keperawatan gerontik
dengan gout arthritis pada Tn. G di Wisma Flamboyan.
2. Tujuan Khusus
a. Mahasiswa mampu melakukan pengkajian keperawatan gerontik
dengan gout arthritis pada Tn. G.
b. Mahasiswa mampu menegakkan diagnosa keperawatan dengan gout
arthritis pada Tn. G.
c. Mahasiswa mampu membuat rencana keperawatan gerontik dengan
gout arthritis pada Tn. G.
d. Mahasiswa mampu melakukan implementasi keperawatan gerontik
dengan gout arthritis pada Tn. G.
e. Mahasiswa mampu melakukan evaluasi pada Tn. G dengan gout
arthritis.
5
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Definisi
Menurut Mutia Sari (2010) asam urat adalah akibat tingginya kadar asam urat
di tubuh. Silvia S. (2009 : 10) berpendapat bahwa asam urat adalah asam yang
berbentuk kristal yang merupakan hasil akhir dari metabolisme purin (bentuk
turunan nukeloprotein) yaitu salah satu komponen asam nukleat yang terdapat
pada inti sel-sel tubuh.
B. Penyebab
Kelainan metabolisme dalam tubuh yaitu reaksi peradangan jaringan terhadap
pembentukan kristal monosodium urat monohidrat yang berhubungan dengan
hiperurisemia (pengeluaran asam urat melalui urin yang berlebihan).
Beberapa faktor yang menyebabkan kadar asam urat tinggi adalah:
1. Faktor keturunan
2. Penyakit Diabetes Melitus
3. Adanya gangguan ginjal dan hipertensi
4. Tingginya asupan makanan yang mengandung purin
5. Kebiasaan hidup yang tidak baik seperti merokok dan alkohol
6. Berat badan yang berlebih (obesitas)
7. Penggunaan obat-obatan kimia yang bersifat diuretik/analgetik dalam waktu
lama.
6
C. Tanda dan Gejala
Menurut Mutia Sari (2010) biasanya asam urat mengenai sendi ibu jari, tetapi
bisa juga pada tumit, pergelangan kaki dan tangan atau sikut. Kebanyakan
asam urat muncul sebagai serangan kambuhan. Penyakit ini timbul dari kondisi
hiperurikemi, yaitu keadaan di mana kadar asam urat dalam darah di atas
normal.
Kadar asam urat normal pada pria berkisar 3,5 - 7 mg/dL, sedangkan pada
wanita 2,6 - 6 mg/dL. Serangan asam urat biasanya timbul secara
mendadak/akut, kebanyakan menyerang pada malam hari. Jika asam urat
menyerang, sendi-sendi yang terserang tampak merah, mengkilat, bengkak,
kulit diatasnya terasa panas disertai rasa nyeri yang sangat hebat, dan
persendian sulit digerakan. Serangan pertama asam urat pada umumnya berupa
serangan akut yang terjadi pada pangkal ibu jari kaki, dan seringkali hanya satu
sendi yang diserang. Namun, gejala-gejala tersebut dapat juga terjadi pada
sendi lain seperti pada tumit, lutut, siku dan lain-lain.
Asam urat yang berlebih kemudian akan terkumpul pada persendian sehingga
menyebabkan rasa nyeri atau bengkak. Kadang-kadang, kita pun sering merasa
nyeri atau pegal-pegal dan sejenisnya. Anda bisa memastikan apakah Anda
terkena asam urat atau tidak dengan cara mengetahui gejala-gejala asam urat.
Adapun gejala-gejalanya, yaitu:
1. Kesemutan dan linu.
2. Nyeri terutama malam hari atau pagi hari saat bangun tidur.
3. Sendi yang terkena asam urat akan terlihat bengkak, kemerahan,
panas, dan nyeri luar biasa pada malam dan pagi.
4. Terasa nyeri pada sendi terjadi berulang-ulang kali.
5. Yang diserang biasanya sendi jari kaki, jari tangan, dengkul, tumit,
pergelangan tangan serta siku.
6. Pada kejadian kasus yang parah, persendian terasa sangat sakit saat akan
bergerak.
7. Selain nyeri sendi, asam urat yang tinggi dapat menyebabkan batu ginjal
serta dalam jangka waktu lama, akan merusak ginjal secara permanen
hingga diperlukan cuci darah seumur hidup. Kadar asam urat yang tinggi
7
ternyata juga berhubungan dengan kejadian diabetes mellitus (kencing
manis) dan hipertensi.
8. Selain itu, gejala asam urat juga bisa terlihat dari keadaan tubuh tidak sehat
seperti demam, menggigil, dan rasa tidak enak badan. Gejala asam urat lain
seperti denyut jantung yang sangat cepat bisa juga terjadi. Gejala asam urat
umumnya akan muncul pada usia pertengahan untuk pria, sedangkan pada
wanita gejala asam urat akan mulai muncul setelah menopause. Serangan
asam urat berupa gejala awal yang terasa pada persendian biasanya akan
berlangsung selama beberapa hari dan kemudian menghilang sampai
dengan serangan berikutnya. Gejala asam urat harus benar-benar
diwaspadai untuk menghindari serangan asam urat yang lebih parah.
8
D. Klasifikasi
Menurut (Ahmad, 2011) jenis asam urat yaitu :
Gout primer
Pada gout primer, 99% penyebabnya belum diketahui (idiopatik).
Gout sekunder
Pada gout sekunder disebabkan antara antara lain karena meningkatnya produksi
asam urat karena nutrisi, yaitu mengonsumsi makanan dengan kadar purin tinggi.
9
Nyeri b.d inflamasi
- Atritis Gangguan citra tubuh b.d ekskresi asam urat oleh ginjal
akut adanya trofi
- Tofi
10
Membentuk kristal asam urat - Proteinuria
Gangguan mobilitas fisik - Hipertensi
Destruksi sendi dan jaringan lunak ringan
b.d disfungsi persendian
Batu ginjal asam urat
Kurangnya pengetahuan
Disfungsi persendian
mengenai penyakit b.d tidak
Resiko cidera
11
F. PEMERIKSAAN PENUNJANG
1. Pemeriksaan Laboratorium
Ditemukan kadar asam urat meningkat dalam darah (> 6 mg %)
2. Pemeriksaan kadar asam urat yang enzimatik.
3. Didapatkan leukositosis ringan
4. LED meninggi sedikit
5. Pemeriksaan urin
6. Ditemukan kadar asam urat tinggi (500 mg % / liter per 24 jam)
7. Pemeriksaan cairan tofi
8. Melihat respon dari gejala-gejala pada sendi terhadap pemberian Cholasin.
Cholasin adalah obat yang menghambat aktifitas fagositik dari leukosit
sehingga memberikan perubahan sehingga memberikan perubahan yang
dramatis dan cepat meredakan gejala-gejala.
12
Kondisi berat badan yang berlebih (gemuk) dapat menyebabkan asam urat. Hal ini
disebabkan lemak yang banyak terdapat pada tubuh orang gemuk menghambat
pengeluaran asam urat melalui urin.
5. Obat tertentu
Jenis obat tertentu yang dikonsumsi dalam jangka panjang ternyata dapat
meningkatkan kadar asam urat dalam tubuh, seperti diuretik (peluruh air kencing)
dan aspirin (pencegah serangan jantung).
6. Gangguan Fungsi Ginjal
Asam urat dikeluarkan bersama urin melalui ginjal. Jika terjadi gangguan pada
ginjal, pengeluaran asam urat juga terganggu.
7. Usia
Penyakit asam urat lebih sering menyerang pria di atas 30 tahun. Hal ini
disebabkan pria mempunyai kandungan asam urat dalam darah lebih tinggi
dibanding wanita. Kandungan asam urat pada wanita baru meningkat selelah
menopause.
8. Penyakit degeneratif (hipertensi, jantung, diabetes melitus)
Beberapa ahli menyatakan bahwa pada dasarnya asam urat bukan penyakit pokok.
Ia menjadi penyerta dari penyakit degeneratif. Jika kadar asam urat tinggi, perlu
dicurigai adanya penyakit degeneratif.
9. Kurang minum
Kurang minum memicu pengendapan asam urat dan menghambat pengeluaran
asam urat.
13
juga bisa meningkatkan kadar asam urat karena adanya badan keton yang akan
mengurangi pengeluaran asam urat melalui urine.
3. Tinggi karbohidrat : Karbohidrat kompleks seperti nasi, singkong, roti dan ubi
sangat baik dikonsumsi oleh penderita gangguan asam urat karena akan
meningkatkan pengeluaran asam urat melalui urine.
4. Rendah protein : Protein terutama yang berasal dari hewan dapat meningkatkan
kadar asam urat dalam darah. Sumber makanan yang mengandung protein hewani
dalam jumlah yang tinggi, misalnya hati, ginjal, otak, paru dan limpa.
5. Rendah lemak : Lemak dapat menghambat ekskresi asam urat melalui urin.
Makanan yang digoreng, bersantan, serta margarine dan mentega sebaiknya
dihindari. Konsumsi lemak sebaiknya sebanyak 15 persen dari total kalori.
6. Tinggi cairan : Selain dari minuman, cairan bisa diperoleh melalui buah-buahan
segar yang mengandung banyak air. Buah-buahan yang disarankan adalah
semangka, melon, blewah, nanas, belimbing manis, dan jambu air. Selain buah-
buahan tersebut, buah-buahan yang lain juga boleh dikonsumsi karena buah-
buahan sangat sedikit mengandung purin. Buah-buahan yang sebaiknya dihindari
adalah alpukat dan durian, karena keduanya mempunyai kandungan lemak yang
tinggi.
7. Tanpa alkohol : Berdasarkan penelitian diketahui bahwa kadar asam urat mereka
yang mengonsumsi alkohol lebih tinggi dibandingkan mereka yang tidak
mengonsumsi alkohol. Hal ini adalah karena alkohol akan meningkatkan asam
laktat plasma. Asam laktat ini akan menghambat pengeluaran asam urat dari
tubuh.
8. Olahraga ringan : Olahraga yang teratur memperbaiki kondisi kekuatan dan
kelenturan sendi serta memperkecil risiko terjadinya kerusakan sendi akibat
radang sendi. Selain itu, olahraga memberi efek menghangatkan tubuh sehingga
mengurangi rasa sakit dan mencegah pengendapan asam urat pada ujung-ujung
tubuh yang dingin karena kurang pasokan darah. Jalan kaki, bersepeda, dan joging
bisa dijadikan alternatif olahraga untuk mengatasi rematik dan asam urat. Selain
itu, olahraga yang cukup dan teratur memperkuat sirkulasi darah dalam tubuh.
14
I. PENATALAKSANAAN
Penanganan gout biasanya dibagi menjadi penanganan serangan akut dan kronik.
Ada 3 tahapan dalam terapi penyakit ini:
1. Mengatasi serangan akut
2. Mengurangi kadar asam urat untuk mnecegah penimbunan kristal urat pada
jaringan, terutama persendian
3. Terapi pencegahan menggunakan terapi hipouresemik
Terapi non farmakologi
Terapi farmakologi
Serangan akut
Istirahat dan terapi cepat dnegan pemberian NSAID, misalnya indometasin 200
mg/hari atau diklofenak 159 mg/hari, merupakan terapi lini pertama dalam
menangani serangan akut gout, asalkan tidak ada kontraindikasi terhadap
NSAID. Aspirin harus dihindari karena ekskresi aspirin berkompetesi dengan
asam urat dan dapat memperparah serangan gout akut. Obat yang menurunkan
kadar asam urat serum (allopurinol dan obat urikosurik seperti probenesid dan
sulfinpirazon) tidak boleh digunakan pada serangan akut.
1. NSAID merupakan terapi lini pertama yang efektif untuk pasien yang
mengalami serangan gout akut. NSAID harus diberikan dengan dosis
sepenuhnya pada 24-48 jam pertama atau sampai rasa nyeri hilang. NSAID
yang umum digunakan untuk mengatasi episode gout akut adalah :
Naproxen- awal 750 mg, kemudian 250 mg 3 kali/hari
Piroxicam- awal 40 mg, kemudian 10-20 mg/hari
15
Diclofenac- awal 100 ,g, kemudian 50 mg 3x/hari
2. COX-2 inhibitor; Etoricoxib merupakan satu-satunya COX-2 yang
dilisensikan untuk mengatasi serangan akut gout. Obat ini efektif tapi cukup
mahal, dan bermanfaat terutama bagi pasien yang tidak tahan terhadap efek
gastrointestinal NSAID non selektif. COX-2 inhibitor mempunyai resiko efek
samping gastrointestinal bagian atas lebih rendah dibanding NSAID non
selektif.
3. Colchicine merupaka terapi spesifik dan efektif untuk serangan gout akut.
Namun dibanding NSAID kurang populer karena kerjanya lebih lambat dan
efek samping lebih sering dijumpai.
4. Steroid adalah strategi alternatif selain NSAID dan kolkisin. Cara ini dapat
meredakan serangan dengan cepat ketika hanya 1 atau 2 sendi yang terkena.
Namun, harus dipertimbangkan dengan cermat diferensial diagnosis antara
atrithis sepsis dan gout akut
Serangan kronik
J. MASALAH KEPERAWATAN
a. Nyeri b.d adanya proses inflamasi
b. Resiko cidera b.d
c. Defisiensi penetahuan b.d minimnya informasi penyakit.
16
BAB III
TINJAUAN KASUS
1.1. PENGKAJIAN
Nama Perawat : Nurul Arizna Sitorus
A. DATA BIOGRAFI
Klien bernama Tn. Pagiri tempat tanggal lahir Tangerang, 03 Maret 1952. Usia
sekarang 67 tahun. Pendidikan terakhir SMP, Beragama Islam Suku Jawa. Klien
mengatakan sudah pernah menikah. Tinggi badan 169cm dan BB 60 kg. Saat
Dikaji : Penampilan klien terlihat bersih, rapih, badan berisi, kulit sawo matang,
rambut putih. Klien mengatkan hobinya suka membaca buku & Olah Raga,
Klien mengatakan setiap tahun Panti Werdha tempat Klien menetap mengadakan
Liburan sebanyak 2 kali.
B. RIWAYAT KELUARGA
Genogram:
Perempuan
Laki – laki
Klien
17
C. STATUS KESEHATAN
18
Aktivitas : Aktivitas klien di bantu oleh keluarga dalam hal makan
Persepsi Klien
Konsep Diri : Tn. G mengatakan suka dengan semua bagian tubuhnya
Emosi : Tn. G selalu marah ketika di tinggal sendirian
Adaptasi : Tn. G mengatakan senang keramaian dan maka dari itu
Tn. G kalau setiap sore selalu keluar dan berbincang
dengan temannya.
Mekanisme Pertahanan Diri : Klien mengatakan sangat senang di panti karena
klien mempunyai teman yang banyak dan
memiliki kekeluargaan yang tidak pernah
dimiliki sebelumnya.
E. TINJAUAN SISTEM
Keadaan umum : Baik
Tingkat kesadaran : Compos Metis
Skala koma glasgow : E: 4 M: 6 V: 5
Tanda-tanda vital : TD: 120/80 mmHg N: 90 x/mnt
RR: 20 x/mnt S: 360C
Pengkajian fisisk
1. Kepala : Bentuk kepala simetris, tidak terdapat
19
kemerahan.
2. Mata, telinga, hidung : mata simetris, konjungtiva anemis, hidung
simetris, tidak menggunakan pernapasan cuping hidung.
3. Leher : Tidak terdapat pembesaran kelenjar tiroid dan
tidak ada nyeri tekan.
4. Dada & punggung : Bentuk dada simetris
5. Sistem pencernaan : Tidak ada masalah
6. Ekstremitas atas & bawah: Atas: ROM ka/ki: 5/5 CRT: < 3 detik Akral:
Hangat Bawah: ROM ka/ki: 4/4 CRT: < 3 datik Akral: Hangat
7. Sistem imun : Tidak ada kelainan
8. Sistem genetalia : Tidak ada kelainan
9. Sistem reproduksi : Tidak ada kelainan
10. Sistem persyarafan : Tidak ada kelainan
11. Sistem pengecapan : Tidak ada kelainan
12. Sistem penciuman : Tidak ada kelainan
13. Tactil respon : Tidak ada kelainan
F. SISTEN KOGNITIF/AFEKTIF/SOSIAL
1. Short portable mental status questionnaire (SPMSQ): Fungsi Intelektual
utuh
2. Mental-mental state exam (MMSE): Tidak ada ganguan konitif
3. Investaris depresi beck:
4. Indeks KATZ: A ( kemandirian dalam hal makan, kontinen, berpindah, ke
kamar kecil, berpakaian dan mandi.
5. Indeks Barthel (IB) : 51
6. APGAR keluarga:
20
L. DATA PENUNJANG
1. Laboratorium: Tidak ada
2. Radiologi: Tidak ada
3. EKG: Tidak ada
4. USG: Tidak ada
5. CT-Scan: Tidak ada
6. Obat-Obatan: Amlodipin, Vitamin, Kals, Allopurinol.
21
SHORT PORTBALE MENTAL STATUS QUESTIONNSIRE (SPMSQ)
22
Pendidikan : SMA Tanggal : 16 september 1951
23
dengan tangan anda, lipatlah menjadi dua dan letakkan
di lantai”
9. Responden diminta membaca dan melakukan yang 1 1
dibacanya : “pejamkan mata anda”
10. Responden diminta menulis sebuah kalimat secara 1 1
spontan
Skor Total 30 30
Interprestasi nilai:
24
INVENTARIS DEPRESI BECK
Score Uraian
A. Kesedihan
3 Saya sangat sedih / tidak bahagia dimana saya tak dapat menghadapinya.
2 Saya galau / sedih sepanjang waktu dan say tidak dapat keluar darinya.
1 Saya merasa sedih atau galau.
0 Saya tidak merasa sedih.
B. Pesimisme
3 Saya merasa bahwa masa depan adalah sia-sia dan sesuatu tidak dapat
membaik.
2 Saya merasa tidak mempunyai apa-apa untuk memandang kedepan.
1 Saya merasa berkecil hati mengenai masa depan.
0 Saya tidak begitu pesimis atau kecil hati tentang masa depan.
C. Rasa kegagalan
3 Saya merasa benar-benar gagal sebagai orang tua. (suami/istri).
2 Bila melihat kehidupan kebelakang, semua yang dapat saya lihat hanya
kegagalan.
1 Saya merasa telah gagal melebihi orang pada umumnya.
0 Saya tidak merasa gagal.
D. Ketidak puasan
3 Saya tidak puas dengan segalanya.
2 Saya tidak lagi mendapatkan kepuasan dari apapun.
1 Saya tidak menyukai cara yang saya gunakan.
0 Saya tidak merasa tidak puas.
E. Rasa bersalah
3 Saya merasa seolah-olah sangat buruk atau tak berharga.
2 Saya merasa sangat bersalah.
1 Saya merasa buruk / tak berharga sebagai bagian dari waktu yang baik.
0 Saya tidak merasa benar-benar bersalah.
25
F. Tidak menyukai diri sendiri
3 Saya benci diri saya sendiri.
2 Saya muak dengan diri saya sendiri.
1 Saya tidak suka dengan diri saya sendiri.
0 Saya tidak merasa kecewa dengan diri sendiri.
G. Membahayakan diri sendiri
3 Saya akan membunuh diri saya sendiri jika saya mempunyai kesempatan.
2 Saya mempunyai rencana pasti tentang tujuan bunuh diri.
1 Saya merasa lebih baik mati.
0 Saya tidak mempunyai pikiran-pikiran mengenai membahayakan diri
sendiri.
H. Menarik diri sendiri
3 Saya telah kehilangan semua minat saya pada orang lain dan tidak perduli
pada mereka semunya.
2 Saya telah kehilangan semua minat saya pada orang lain dan mempunyai
sedikit perasaan pada mereka.
1 Saya kurang berminat pada orang lain dari pada sebelumnya.
0 Saya tidak kehilangan minat pada orang lain.
I. Keragu-raguan
3 Saya tidak dapat membuat keputusan sama sekali.
2 Saya mempunyai banyak kesulitan dalam membuat keputusan.
1 Saya berusaha mengambil keputusan.
0 Saya membuat keputusan yang baik.
J. Perubahan gambaran diri
3 Saya merasa bahwa saya jelek atau tampak menjijikan.
2 Saya merasa bahwa ada perubahan-perubahan yang permanen dalam
penampilan saya dan ini membuat saya tak menarik.
1 Saya khawatir bahwa saya tampak tua atau tak menarik.
0 Saya tidak merasa bahwa saya tampak lebih buruk dari pada
sebelumnya.
K. Kesulitan kerja
26
3 Saya tidak melakukan pekerjaan sama sekali.
2 Saya telah mendorong diri saya sendiri dengan keras untuk
melakukan sesuatu.
1 Saya memerlukan upaya tambahan untuk mulai melakukan sesuatu.
0 Saya dapat bekerja kira-kira sebaik sebelumnya.
L. Keletihan
3 Saya sangat lelah untuk melakukan sesuatu.
2 Saya merasa lelah untuk melakukan sesuatu.
1 Saya merasa lelah dari yang biasanya.
0 Saya tidak merasa lebih lelah dari biasa.
M. Anoreksia
3 Saya tidak lagi mempunyai nafsu makan sama sekali.
2 Nafsu makan saya sangat memburuk sekarang.
1 Nafsu makan saya tidak sebaik sebelumnya.
0 Nafsu makan saya tidak buruk dari yang biasanya.
Penilaian
0-4 Depresi tidak ada atau minimal.
5–7 Depresi ringan.
8 – 15 Depresi sedang.
16 + Depresi berat.
27
INDEKS KATZ
Score Kriteria
A Kemandirian dalam hal makan, kontinen, berpindah, ke kamar kecil,
berpakaian dan mandi.
C Kemandirian dalam semua aktivitas hidup sehari-hari, kecuali mandi dan satu
fungsi tambahan.
Lain-Lain Tergantung pada sedikitnya dua fungsi, tetapi tidak dapat diklasifikasi
sebagai C,D,E atau F.
28
0 = tidak mampu
2 = mandiri
0 = tergantung orang lain 0
2 = kontinensia teratur
0 = tergantung bantuan orang lain 2
2 = mandiri
0 = tidak mampu 3
29
8. Transfer 1 = butuh bantuan untuk bisa duduk (2 orang)
3 = mandiri
0 = immobile (tidak mampu) 3
2 = mandiri
Interprestasi hasil:
30
APGAR KELUARGA
Alat skrining singkat yang dapat digunakan untuk mengkaji fungsi sosial
Selalu : skore 2
31
ANALISA DATA
- Klien mengatakan
persendiannya nyeri di sebelah
Keterbatasan gerak
32
kaki kanan
- Klien mengatakan kaki
kanannya ngilu
33
RENCANA KEPERAWATAN
Dengan Asam Urat keperawatan selama 3x24 1. Identidfikasi lokasi, karakteristik, 1. Untuk mengetahui lokasi, durasi,
jam diharapkan nutrisi durasi, frekuensi, kualitas, frekuensi, kualitas, intensitas nyeri.
dapat diatasi dengan intensitas nyeri. 2. Untuk mengetahui skala nyeri
kriteria hasil: 2. Identifikasi skala nyeri 3. Untuk mengetahui mimik wajah klien
3. Identifikasi respon nyeri non verbal. 4. Untuk mengetahui yang memperberat
1. Kesejahtaeraan fisik
4. Identifikasi faktor yang dan memperingan nyeri
2. Perawatan sesuai
memperberat dan memperingan 5. Tindakan ini memungkinan klien
kebutuhan
nyeri untuk mendapatkan rasa kontrol
3. Rileks
5. Monitor keberhasilan terapi terhadap nyeri
4. Kebisingan
komplementer yang sudah diberikan 6. Untuk mengetahui durasi selama
5. Keluhan sulit tidur
6. Fasilitas istirahat tidur istirahat klien
7. Kolaborasi pemberian analgetik 7. Memberikan penurunan nyeri/tidak
nyaman
2 Gangguan mobilitas fisik Setelah dilakukan Dukungan ambulasi 1. Untuk mengetahui kondisi fisik klien
34
Pada Tn. G Dengan keperawatan selama 3x24 Observasi belum latihan
Asam Urat jam diharapkan mobilitas 1. Identifikasi adanya nyeri atau 2. Untuk mencegah terjadinya hal yang
fisik klie dapat teratasi keluhan fisik lainnya tidak diinginkan
2. Identifikasi tolerasnsi fisik
dengan kriteria hasil: 3. Untuk mencegah terjadinya hal yang
melakukan ambulasi
3. Monitor tekanan darah sebelum tidak diinginkan selama latihan
1. Memposisikan
memulai ambulasi 4. Mempermudah klien untuk bantu jalan
penampilan tubuh
Terapeutik 5. Untuk memperkuat semnagat pasen yng
2. Ambulasi : berjalan
4. Fasilitasi aktivitas ambulasi dengan di berikan keluarga
3. Menggerakan otot
alat bantu (tongkat) 6. Mengetahui apa saja yang boleh
4. KekuatanOtot
5. libatkan keluarha untuk membantu dilakukan dan yang tidak boleh di
klien dalam meningkatkan ambulasi lakukan
6. Jelaskan tujuan dan prosedur 7. Untuk melakukan gerakan seminim
ambulasi mungkin
7. Anjurkan melakukan ambulasi dini 8. Untuk melatih klien agar bisa
8. Ajarkan ambulasi sederhana yang melakukan pergrakan yang bisa di
harus dilakukan. lakukan.
3. Gangguan Pola Tidur Setelah dilakukan Dukungan Tidur
Pada Tn. G Dengan keperawatan selama 3x24 1. Identifikasi pola aktivitas tidur 1. Untuk p
35
fisik klie dapat teratasi (fisik/psikologi)
dengan kriteria hasil: 3. Modifikasi lingkungan (mis: pijat,
pengaturan posisi
1. Kesulitan Tidur
4. Fasilitasi menghilangkan stres
2. Keluhan sering terjaga sebelum tidur
36
CATATAN PERKEMBANGAN
NAMA :
UMUR :60 tahun
37
Dengan Asam klien terasa ngilu
Urat 2. Melibatkan orang
- Klien mengatakan
disekitar untuk
tidak bisa berjalan
membantu klien dalam
terlalu jauh
meningkatkan ambulasi
- Mengatakan tidak
3. menjelaskan tujuan dan
bia menanjak
prosedur ambulasi
terlalu tinggi
4. menganjurkan
melakukan ambulasi O :
dini - Klie tampak lelah ,
5. mengajarkan ambulasi kurang
sederhana yang harus bersemangat
dilakukan. - ROM ekstermitas
bawah kurang
sebanyak 7 derajat
- Perubahan gaya
jalan : lambat
- Jalan masih terlihat
lambat
A : Masalah belu teratasi
P : Intervensi Lanjtkan
- Intervensi 1,2,3, 4, 5
Gangguan Pola Dukungan Tidur S : - Klien mengatakan
Tidur Pada Tn. G 1. Mengidentifikasi pola
2.
Dengan Asam aktivitas tidur
38
menghilangkan stres
sebelum tidur
5. Menganjurkan menepati
kebiasaan tidur.
39
BAB IV
PEMBAHASAN
A. Pengkajian
Asam urat adalah produk akhir dari metabolisme purin yang dapat
mengendap dalam jaringan dan bisa menyebabkan peradangan yang
dikenal dengan gout. Gout merupakan salah satu penyakit metabolik yang
terjadi akibat tingginya kadar asam urat dalam darah. Kadar asam urat
sangat erat kaitannya dengan pola hidup yang dijalani, pola konsumsi
makanan yang salah, serta penyalahgunaan alkohol yang terjadi di
masyarakat secara meluas (Simon et al., 2001). Dari waktu ke waktu
jumlah penderita asam urat cenderung meningkat. Berdasarkan data dari
Rumah Sakit Umum Nasional Dr. Cipto Mangunkusumo menunjukkan
terjadi kenaikan penderita sekitar 9 orang dari tahun 1993 sampai 1994
dan sekitar 19 orang dari 1994 sampai 1995 (Utami, 2003). Pada tahun
2007, menurut data pasien yang berobat di klinik RS Cipto Mangun
Kusumo (RSCM) Jakarta, penderita asam urat sekitar 7% dari keseluruhan
pasien yang menderita penyakit rematik (Anonim a, 2010).
Menurut Mutia Sari (2010) ada beberapa faktor yang menyebabkan kadar
asam urat tinggi yaitu faktor keturunan, penyakit Diabetes Melitus,
40
adanya gangguan ginjal dan hipertensi, tingginya asupan makanan yang
mengandung purin, kebiasaan hidup yang tidak baik seperti tidak
berolahraga merokok dan alkohol, berat badan yang berlebih (obesitas).
Hal tersebut sesuai dengan penyebab asam urat yang dialami oleh Tn.G
Berdasarkan pengkajian yang penulis lakukan pada Tn.G senang
mengkonsumsi makanan yang mengandung tinggi purin seperti sayuran
hijau dan kacang-kacangan. Tn.G juga tidak pernah berolahraga karena
sibuk dengan usahanya. Penyebab asam urat yang dialami oleh Tn.G
termasuk dalam faktor yang dapat dimodifikasi.
A. Diagnosa Keperawatan
Diagnosa keperawatan adalah penilaian klinis tentang respons manusia
terhadap gangguan kesehatan/proses kehidupan, atau kerentanan respons
dari seorang individu, kelompok, atau komunitas (Herdman, 2015).
41
mengatakan tidak mengetahui pengertian asam urat, Tn.G mengatakan
tidak mengetahui penyebab asam urat, Tn.G mengatakan tidak
mengetahui tanda dan gejala asam urat, Tn.G mengatakan tidak
mengetahui akibat lanjut asam urat, Tn.G mengatakan tidak
mengetahui cara perawatan asam urat, Tn.G mengatakan tidak
mengetahui pencegahan asam urat, Tn.G mengatakan tidak membatasi
makanan, suka makan sayuran dan tahu tempe juga jeroan, Tn.G
mengatakan tidak pernah kontrol pemeriksaan rutin, Tn.G mengatakan
jarang berolahraga. Diagnosa ini juga didukung oleh data objektif yaitu
keluarga tidak pernah melakukan pemeriksaan rutin, Klien tidak
mampu melakukan perawatan asam urat.
B. Intervensi Keperawatan
42
B. Implementasi Keperawatan
Implementasi adalah pelaksanaan dari rencana intervensi untuk mencapai
tujuan yang spesifik. Tahap implementasi dimulai setelah rencana
intervensi disusun dan ditujukan pada nursing orders untuk membantu
klien mencapai tujuan yang diharapkan (Nursalam, 2011). Adapun
kegiatan yang ada dalam tahap ini meliputi: pengkajian ulang,
memperbarui data dasar, meninjau dan merevensi rencana asuhan yang
telah dibuat, dan melaksanakan intervensi keperawatan yang telah
direncanakan (Deswana, 2009). Implementasi pada keluarga Tn.E
khususnya Ny.N dapat dilakukan kelompok sesuai rencana tindakan
keperawatan yang ada. Saat melakukan tindakan keperawatan, kelompok
tidak mengalami kesulitan karena pasien kooperatif.
C. Evaluasi Keperawatan
Evaluasi proses (formatif) adalah aktivitas dari proses keperawatan dan
hasil kualitas pelayanan asuhan keperawatan. Evaluasi proses harus
dilaksanakan segera setelah perencanaan keperawatan di implementasikan
untuk membantu menilai efektivitas intervensi tersebut. evaluasi
keperawatan dilakukan dengan cara pendekatan pada SOAP yaitu S
(Subjektif) : data subjektif yaitu data yang diutarakan pasien dan
pandangannya terhadap data tersebut, O (Objektif) : data objektif yaitu
data yang didapat dari hasil observasi perawat, termasuk tanda-tanda klinik
dan fakta yang berhubungan dengan penyakit pasien, A (Analisis) : analisa
atau kesimpulan dari data subjektif dan data objektif, P (Perencanaan) :
yaitu pengembangan rencana segera atau yang akan datang untuk
43
mencapai status kesehatan pasien yang optimal. Hal ini dapat dilakukan
dengan melihat respon klien terhadap asuhan keperawatan yang diberikan
sehingga perawat dapat mengambil keputusan (Nursalam, 2011).
44
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
Dari pelaksanaan asuhan keperawatan yang dilakukan pada keluarga Tn.G
khususnya dengan Asam Urat, maka penulis mengemukakan hal-hal yang
diperoleh pada waktu melakukan asuhan keperawatan dengan membuat
kesimpulan dan saran.
Pada Tn. G Dengan Asam Urat, dan Gangguan Pola Tidur Pada Tn.
45
B. Saran
1. Bagi mahasiswa
Makalah ini diharapkan dapat menjadi sumber bacaan dan referensi
bagi mahasiswa dalam meningkatkan ilmu pengetahuan dan
keterampilan dalam melakukan proses asuhan keperawatan dengan
asam urat.
2. Bagi institusi pendidikan
Menjadi bahan pembelajaran untuk penerapan asuhan keperawatan
komunitas dengan masalah asam urat.
3. Bagi lahan praktek
Dalam memberikan asuhan keperawatan dengan asam urat, hendaknya
menggunakan pendekatan proses keperawatan secara komprehensif
dengan melibatkan peran serta aktif keluarga sehingga dapat mencapai
hasil yang maksimal.
46
DAFTAR PUSTAKA
Black & Hawk. 2014. Medikal Surgical Nursing Clinical Management for
Positive outcomes (Ed. 7). St. Louis : Missouri Elsevier Saunders.
Brunner & Suddarth. 2015. Keperawatan Medikal Bedah Edisi 12. Jakarta : ECG.
Brunner & Suddarth. 2017. Keperawatan Medikal Bedah Edisi 12. Jakarta : ECG.
Dion,Y & Betan,Y. 2013. Asuhan Keperawatan Keluarga Konsep Dan Praktik.
Yogyakarta: Nuha Medika
PPNI (2018). Standar Luaran Keperawatan Indonesia: Definisi dan Kriteria Hasil
Keperawatan, Edisi 1. Jakarta. DPP PPNI.
47
Riskesdas, 2018, Laporan Hasil Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) Nasional
Tahun 2018, Departemen Kesehatan RI, Jakarta
Saraswati S., 2009. Diet Sehat untuk Penyakit Asam Urat, Diabetes, Hipertensi
dan Stroke, Cetakan 1, Jogjakarta : A Plus Books
Stanley, Mickey dan Patricia Gauntlett Beare. (2006). Buku Ajar Keperawatan
Gerontik, Edisi 2., Jakarta: EGC.
Sari M. 2010. Sehat dan Bugar tanpa Asam Urat, cetakan 1. Nopember, Araska
Publisher
Smeltzer, SC & Bare, BG, 2002, Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah Brunner
& Suddarth, Edisi 8 Vol 2, EGC, Jakarta.
48