DISUSUN OLEH:
1. Definisi
Menurut World Health Organisation (WHO), lansia adalah seseorang yang
telah memasuki usia 60 tahun keatas. Lansia merupakan kelompok umur pada
manusia yang telah memasuki tahapan akhir dari fase kehidupannya. Kelompok yang
dikategorikan lansia ini akan terjadi suatu proses yang disebut Aging Process atau
proses penuaan. Proses penuaan adalah siklus kehidupan yang ditandai dengan
tahapantahapan menurunnya berbagai fungsi organ tubuh, yang ditandai dengan
semakin rentannya tubuh terhadap berbagai serangan penyakit yang dapat
menyebabkan kematian misalnya pada sistem kardiovaskuler dan pembuluh darah,
pernafasan, pencernaan, endokrin dan lain sebagainya.
Hal tersebut disebabkan seiring meningkatnya usia sehingga terjadi perubahan
dalam struktur dan fungsi sel, jaringan, serta sistem organ. Perubahan tersebut pada
umumnya mengaruh pada kemunduran kesehatan fisik dan psikis yang pada akhirnya
akan berpengaruh pada ekonomi dan sosial lansia. Sehingga secara umum akan
berpengaruh pada activity of daily living (Fatmah, 2010).
2. Batasan Lansia
Batasan umur pada usia lanjut dari waktu ke waktu berbeda. Menurut World
Health Organitation (WHO) lansia meliputi:
a. Usia pertengahan (middle age) antara usia 45 sampai 59 tahun
b. Lanjut usia (elderly) antara usia 60 sampai 74 tahun
c. Lanjut usia tua (old) antara usia 75 sampai 90 tahun
d. Usia sangat tua (very old) diatas usia 90 tahun
Berbeda dengan WHO, menurut Departemen Kesehatan RI (2013)
pengelompokkan lansia menjadi:
a. Virilitas (prasenium) yaitu masa persiapan usia lanjut yang menampakkan
kematangan jiwa (usia 55-59 tahun)
b. Usia lanjut dini (senescen) yaitu kelompok yang mulai memasuki masa usia lanjut
dini (usia 60-64 tahun)
c. Lansia berisiko tinggi untuk menderita berbagai penyakit degeneratif (usia >65
tahun)
3. Karakteristik Lansia
Beberapa karakteristik lansia yang perlu diketahui untuk mengetahui
keberadaan masalah kesehatan lansia adalah:
a. Jenis kelamin
Lansia lebih banyak pada wanita. Terdapat perbedaan kebutuhan dan masalah
kesehatan yang berbeda antara lansia laki-laki dan perempuan. Misalnya lansia
laki-laki sibuk dengan hipertropi prostat, maka perempuan mungkin menghadapi
osteoporosis.
b. Status perkawinan
Status masih pasangan lengkap atau sudah hidup janda atau duda akan
mempengaruhi keadaan kesehatan lansia baik fisik maupun psikologis.
c. Living arrangement:
Misalnya keadaan pasangan, tinggal sendiri atau bersama instri, anak atau
kekuarga lainnya.
d. Kondisi kesehatan
1) Kondisi umum: Kemampuan umum untuk tidak tergantung kepada orang lain
dalam kegiatan sehari-hari seperti mandi, buang air besar dan kecil.
2) Frekuensi sakit: Frekuensi sakit yang tinggi menyebabkan menjadi tidak
produktif lagi bahkan mulai tergantung kepada orang lain.
e. Keadaan ekonomi
1) Sumber pendapatan resmi: Pensiunan ditambah sumber pendapatan lain kalau
masih bisa aktif.
2) Sumber pendapatan keluarga: Ada bahkan tidaknya bantuan keuangan dari anak
atau keluarga lainnya atau bahkan masih ada anggota keluarga yang tergantung
padanya.
3) kemampuan pendapatan: Lansia memerlukan biaya yang lebih tinggi, sementara
pendapatan semakin menurun. Status ekonomi sangat terancam, sehinga cukup
beralasan untuk melakukann berbagai perubahan besar dalam kehidupan,
menentukan kondisi hidup yang dengan perubahan status ekonomi dan kondisi
fisik. (Depkes, 2013).
4. Proses Menua
Proses menua tidak selalu mengakibatkan ketergantungan dan
ketidakmampuan, sebagaian besar lansia tetap mandiri secara fungsional walaupun
menderita penyakit kronis. Aspek fisik dan psikososial pada proses penuaan memiliki
keterkaitan yang erat, lansia erat kaitannya dengan kemampuan merespon stres,
pengalaman kehilangan berkali kali dan perubahan fisik normal pada penuaan
menempatkan mereka pada risiko untuk terkena penyakit dan burukanya fungsional,
walaupun interaksi antar faktor ini bisa menjadi berat, tetapi tidak semua tanda dan
gejala tersebut tampak. (Perry & Potter, 2015).
a. Teori Menua
(Aging) merupakan proses yang harus terjadi secara umum pada seluruh
spesies secara progresif seiring waktu yang menghasilkan perubahan yang
menyebabkan disfungsi organ dan menyebabkan kegagalan suatu organ atau sistem
tubuh tertentu.Beberapa teori penuaan menurut (Fatmah, 2010) antara lain di
jelaskan dalam beberapa paragraf berikut ini:
1) Teori System organ dan Teori kekebalan tubuh
Teori system organ didasarkan atas dugaan adanya hambatan dari organ
tertentu dalam tubuh yang akan menyebabkan terjadinya proses penuaan.Organ
tersebut adalah system endokrin dan system imun. Pada prosesnya penuaan,
kelenjar timus mengecil dan menurunkan fungsi imun. Penurunan system imun
menimbulkan peningkatan usia berhubung dengan peningkatan insidensi
penyakit sedangkan teori kekebalan tubuh memandang proses penuaan terjadi
akibat adanya penurunan system secara bertahap, sehingga tubuh tidak dapat
mempertahankan diri terhadap luka, penyakit, sel mutan, ataupun sel asing.
2) Teori Adaptasi stress, Teori Psikososial dan Teori Kontinuitas.
Teori adaptasi stress menjelaskan proses menua sebagai akibat adaptasi
terhadap stres. Stres dapat berasal dari dalam maupun dari luar, juga dapat
bersifat fisik, psikologik maupun sosial.
Teori Psikososial mengatakan bahwa semakin lanjut usia seseorang,
maka ia semakin lebih memperhatikan dirinya dan arti hidupnya dan kurang
memperhatikan peristiwa atau isu-isu yang terjadi.
Terori Kontiunitas adalah teori antara Gabungan antara teori pelepasan
ikatan dan teori aktivitas. Perubahan diri lansia di pengaruhi oleh tipe
kepribadiannya. Seseorang yang belum sukses, pada usia lanjut akan tetap
berinteraksi dengan lingkungan serta tetap memelihara identitas dan kekuatan
egonya karena memiliki tipe kepribadian yang aktif dalam kegiatan sosial.
3) Teori Sosiologik, Teori pelepasan ikatan (disengnagement theory) dan Teori
Aktivitas Teori
Perubahan social atau teori sosiologik yang menerangkan menurunnya
sumber daya dan meningkatkan ketergantungan, mengakibatkan keadaan sosial
yang tidak merata dan menurunya sistem penunjang sosial.
Menurut teori pelepasan ikatan (disengnagement theory) menjelaskan
bahwa pada usia lanjut terjadi penurunan partisipasi ke dalam masyarakat
karena terjadi proses pelepasan ikatan atau penarikan diri secara pelan pelan dari
kehidupan sosial.
Sedangkan Teori Aktivitas berlawanan dengan teori pelepasan ikatan,
menurut teori aktivitas ini menjelaskan bahwa lansia yang sukses adalah yang
aktif dan ikut dalam banyak kegiatan sosial. Jika seseorang sebelumnya sangat
aktif, maka pada usia lanjut ia akan tetap memelihara keaktifan seperti peran
dalam keluarga dan masyarakat dalam berbagai kegiatan sosial keagamaan,
karena ia tetap merasa dirinya berarti dan puas di hari tuanya.
Dalam perspektif Teori penuaan yang di tinjau dari sudut biologis
terdapat beberapa teori yaitu:
a) Teori Error Catastrophe, Teori pesan yang berlebihan (redundant message)
dan Teori Teori imunologi Kesalahan susunan asam amino dalam protein
tubuh mempengaruhi sifat khusus enzim untuk sintesis protein, sehingga
terjadi kerusakan sel dan mempercepat kematian sel. Menurut Teori pesan
yang berlebihan (redundant message) manusia memiliki DNA yang berisi
pesan yang berulang ulang atau berlebih lebihan yang menimbulkan penuaan.
b) Teori Teori imunologi menekankan bahwa lansia mengalami pengurangan
kemampuan mengenali diri sendiri dan sel lasing atau sel pengganggu,
sehingga tubuh tidak dapat membedakan sel sel normal dan abnormal dan
akibatnya antibody menyerang kedua jenis sel tersebut sehingga muncul
penyakit penyakit degeneratif (Fatmah, 2010).
5. Permasalahan yang Terjadi pada Lansia
Berbagai permasalahan yang berkaitan dengan pencapaian kesejahteraan lanjut
usia, antara lain: (Setiabudhi,2011)
a. Permasalahan umum:
1) Makin besar jumlah lansia yang berada dibawah garis kemiskinan.
2) Makin melemahnya nilai kekerabatan sehingga anggota keluarga yang berusia
lanjut kurang diperhatikan , dihargai dan dihormati.
3) Lahirnya kelompok masyarakat industri.
4) Masih rendahnya kuantitas dan kulaitas tenaga profesional pelayanan lanjut
usia.
5) Belum membudaya dan melembaganya kegiatan pembinaan kesejahteraan
lansia.
b. Permasalahan khusus:
1) Berlangsungnya proses menua yang berakibat timbulnya masalah baik fisik,
mental maupun sosial.
2) Berkurangnya integrasi sosial lanjut usia.
3) Rendahnya produktifitas kerja lansia.
4) Banyaknya lansia yang miskin, terlantar dan cacat.
5) Berubahnya nilai sosial masyarakat yang mengarah pada tatanan masyarakat
individualistik.
6) Adanya dampak negatif dari proses pembangunan yang dapat mengganggu
kesehatan fisik lansia.
6. Perubahan pada Lansia
Semakin bertambahnya umur manusia, terjadi proses penuaan secara
degeneratif yang akan berdampak pada perubahan-perubahan pada diri manusia, tidak
hanya perubahan fisik, tetapi juga kognitif, perasaan, sosial dan sexual (Azizah,
2011).
a. Perubahan Fisik
1) Sistem Indra
Sistem pendengaran; Prebiakusis (gangguan pada pendengaran) oleh karena
hilangnya kemampuan (daya) pendengaran pada telinga dalam, terutama
terhadap bunyi suara atau nada-nada yang tinggi, suara yang tidak jelas, sulit
dimengerti kata-kata, 50% terjadi pada usia diatas 60 tahun.
2) Sistem Intergumen
Pada lansia kulit mengalami atropi, kendur, tidak elastis kering dan berkerut.
Kulit akan kekurangan cairan sehingga menjadi tipis dan berbercak. Kekeringan
kulit disebabkan atropi glandula sebasea dan glandula sudoritera, timbul pigmen
berwarna coklat pada kulit dikenal dengan liver spot.
3) Sistem Muskuloskeletal
Perubahan sistem muskuloskeletal pada lansia antara lain sebagai berikut:
Jaringan penghubung (kolagen dan elastin). Kolagen sebagai pendukung utama
kulit, tendon, tulang, kartilago dan jaringan pengikat mengalami perubahan
menjadi bentangan yang tidak teratur.
4) Kartilago
Jaringan kartilago pada persendian lunak dan mengalami granulasi dan akhirnya
permukaan sendi menjadi rata, kemudian kemampuan kartilago untuk
regenerasi berkurang dan degenerasi yang terjadi cenderung kearah progresif,
konsekuensinya kartilago pada persendiaan menjadi rentan terhadap gesekan.
5) Tulang
Berkurangnya kepadatan tualng setelah di obserfasi adalah bagian dari penuaan
fisiologi akan mengakibatkan osteoporosis lebih lanjut mengakibatkan nyeri,
deformitas dan fraktur.
6) Otot
Perubahan struktur otot pada penuaan sangat berfariasi, penurunan jumlah dan
ukuran serabut otot, peningkatan jaringan penghubung dan jaringan lemak pada
otot mengakibatkan efek negatif.
7) Sendi
Pada lansia, jaringan ikat sekitar sendi seperti tendon, ligament dan fasia
mengalami penuaan elastisitas.
8) Sistem kardiovaskuler
Massa jantung bertambah, vertikel kiri mengalami hipertropi dan kemampuan
peregangan jantung berkurang karena perubahan pada jaringan ikat dan
penumpukan lipofusin dan klasifikasi Sa nude dan jaringan konduksi berubah
menjadi jaringan ikat.
9) Sistem respirasi
Pada penuaan terjadi perubahan jaringan ikat paru, kapasitas total paru tetap,
tetapi volume cadangan paru bertambah untuk mengompensasi kenaikan ruang
rugi paru, udara yang mengalir ke paru berkurang. Perubahan pada otot,
kartilago dan sendi torak mengakibatkan gerakan pernapasan terganggu dan
kemampuan peregangan toraks berkurang.
10) Pencernaan dan Metabolisme
Perubahan yang terjadi pada sistem pencernaan, seperti penurunan produksi
sebagai kemunduran fungsi yang nyata :
a) Kehilangan gigi,
b) Indra pengecap menurun,
c) Rasa lapar menurun (sensitifitas lapar menurun),
d) Liver (hati) makin mengecil dan menurunnya tempat penyimpanan,
berkurangnya aliran darah
11) Sistem perkemihan
Pada sistem perkemihan terjadi perubahan yang signifikan. Banyak fungsi yang
mengalami kemunduran, contohnya laju filtrasi, ekskresi, dan reabsorpsi oleh
ginjal.
12) Sistem saraf
Sistem susunan saraf mengalami perubahan anatomi dan atropi yang progresif
pada serabut saraf lansia. Lansia mengalami penurunan koordinasi dan
kemampuan dalam melakukan aktifitas sehari-hari.
13) Sistem reproduksi
Perubahan sistem reproduksi lansia ditandai dengan menciutnya ovary dan
uterus. Terjadi atropi payudara. Pada laki-laki testis masih dapat memproduksi
spermatozoa, meskipun adanya penurunan secara berangsur-angsur.
a) Perubahan Kognitif
(1) Memory (Daya ingat, Ingatan)
(2) IQ (Intellegent Quocient)
(3) Kemampuan Belajar (Learning)
(4) Kemampuan Pemahaman (Comprehension)
(5) Pemecahan Masalah (Problem Solving)
(6) Pengambilan Keputusan (Decission Making)
(7) Kebijaksanaan (Wisdom)
(8) Kinerja (Performance)
(9) Motivasi
b. Perubahan mental
Faktor-faktor yang mempengaruhi perubahan mental:
(1) Pertama- tama perubahan fisik, khsusnya organ perasa.
(2) Kesehatan umum
(3) Tingkat pendidikan
(4) Keturunan (hereditas)
(5) Lingkungan
(6) Gangguan syaraf panca indera, timbul kebutaan dan ketulian.
(7) Gangguan konsep diri akibat kehilangan kehilangan jabatan.
(8) Rangkaian dari kehilangan , yaitu kehilangan hubungan dengan teman
dan famili.
(9) Hilangnya kekuatan dan ketegapan fisik, perubahan terhadap gambaran
diri, perubahan konsep diri.
c. Perubahan spiritual
Agama atau kepercayaan makin terintegrasi dalam kehidupannya. Lansia
makin matur dalam kehidupan keagamaanya, hal ini terlihat dalam berfikir
dan bertindak dalam sehari-hari (Murray dan Zentner, 2011).
Kolesterol tidak dapat diangkat seutuhnya oleh lipoprotein menuju ke hati dari
aliran darah ke seluruh tubuh
Penumpukan kolesterol di pembuluh darah
Plak kolesterol
Hiperkolesterolemia
Defisit
Pengetahuan
2.3 KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN
Pengkajian
Pengumpulan data dan identitas didapatkan dari sumber klien (primer) maupun keluarga
(sekunder) dengan menggunakan 13 domain NANDA-I meliputi:
1. Health Promotion Meliputi: kesadaran kesehatan dan manajemen kesehatan tentang
hiperkolesterol.
2. Nutrition Meliputi: perbandingan antara intake sebelum dan sesudah menderita
hiperkolesterol.
3. Elimination Meliputi: frekuensi buang air besar dan buang air kecil sebelum dan
sesudah menderita hiperkolesterol. Menjelaskan karakteristik buang air besar dan
buang air kecil tersebut.
4. Activity Rest Meliputi: jam tidur sebelum dan sesudah menderita hiperkolesterol.
5. Perception/cognition Meliputi: cara pandang klien tentang hiperkolesterol ,apakah
klien memiliki pemahaman khusus tenteng hiperkolesterol.
6. Self perception Meliputi: apakah klien merasa cemas/ takut tentang penyakit
hiperkolesterol.
7. Role perception Meliputi: hubungan klien dengan perawat yang membantu dalam
menurunkan hiperkolesterol.
8. Sexuality Meliputi: gangguan atau kelainan seksualitas.
9. Coping/ Stress Tolerance Meliputi: bagaimana cara klien mengatasi stressor dalam
penyakit yang dideritanya.
10. Life Principles Meliputi: apakah klien tetap menjalankan sholat/ ibadah yang lain
selama perawatan, apa prinsip hidup yang dimiliki klien.
11. Safety/ Protection Meliputi: apakah klien merasa nyaman dengan proses perawatan,
bagaimana penampilan psikologis klien seperti tenang, bingung.
12. Growt/ Development Meliputi: apakah ada kenaikan/ penurunan berat badan sebelum
dan sesudah menderita hiperkolesterol. Pemeriksaan fisik mulai dari pengukuran
tanda vital sebagai berikut; tanda-tanda vital terjadi peningkatan tekanan darah, suhu
tubuh, dan disertai ada atau tidak ada peningkatan nadi, pernapasan. Pada penderita
hiperkolesterol yang tidak diimbangi dengan diet dan aktivitas fisik kemungkinan
besar akan terjadi atherosklerosis yang akan menjadikan beban berat pada kerja
jantung. Jika kerja jantung meningkat maka frekuensi/ irama jantung menjadi tidak
teratur dan muncul diagnosa resiko penurunan curah jantung, jantung tidak akan
bekerja dengan normal sehingga dalam pengangkutan O2 menuju otak menjadi
terganggu sehingga muncul diagnosa nyeri akut dan pola nafas tidak efektif.
13. Masalah keperawatan yang muncul:
Menurut NANDA-I (2018): a) Nyeri akut b) Resiko penurunan curah jantung c)
Hambatan rasa nyaman d) Intoleransi aktivitas.
2.4 Diagnosa keperawatan
1. Nyeri Akut (D.0077) b/d Penumpukan Lemak di Arteri Koroner
2. Defisit Pengetahuan Tentang (Hiperkolesterol) (D.0111) b/d Kurang Informasi
tentang Penyakit
3. Intoleransi Aktivitas (D.0056) b/d Gangguan Metabolisme
2.5 Intervensi Keperawatan
No. Diagnosa Luaran Intervensi
1 Nyeri Akut (D.0077) Tingkat Nyeri (L.08066, SLKI Hal.145) Manajemen Nyeri (I.08238, SIKI Hal. 201-
b/d Penumpukan A.Definisi : Pengalaman sensorik atau emosionat yang 202)
Lemak di Arteri berkaltan deangan kenusakan jaringan aktual atau A. Definisi
Koroner fungsional, dendan onset mendadak alau lambat dan, Mengidentifikasi dan mengelola
ditandai dengan klien berintensitas tingan hingga berat dan konstan. pengalaman sensorik atau emosional yang
mengeluh nyeri dan B. Ekspetasi : Menurun berkaitan dengan kerusakan jaringan atau
berat didaerah tengkuk C. Kriteria hasil fungsional dengan onset mendadak atau
dan jari tangan. Indikator IR-ER lambat dan berintensitas ringan hingga
Kemampuan menuntaskan 1 2 3 4 5 berat dan konstan.
aktivitas B. Tindakan
Keluhan nyeri 1 2 3 4 5 Observasi
Meringis 1 2 3 4 5 1. Identifikasi lokasi, karakteristik,
Sikap protektif 1 2 3 4 5 durasi, frekuensi, kualitas, intensitas
Gelisah 1 2 3 4 5 nyeri
Kesulitan tidur 1 2 3 4 5 2. Identifikasi skala nyeri
Frekuensi nadi 1 2 3 4 5 3. Identifikasi respons nyeri non verbal
Pola napas 1 2 3 4 5 4. Identifikasi faktor yang memperberat
Tekanan darah 1 2 3 4 5 dan memperingan nyeri
Keterangan : 5. Identifikasi pengetahuan dan
Menurun : 1 keyaninan tentang nyeri
Cukup menurun : 2 6. Identifikasi pengaruh budaya terhadap
Sedang : 3 respon nyeri
Cukup meningkat : 4 7. Identifikasi pengaruh nyeri pada
Meningkat : 5 kualitas hidup
8. Monitor keberhasilan terapi
komplementer yang sudah diberikan
9. Monitor efek samping penggunaan
analgetik
Terapeutik
10. Berikan teknik nonfarmakologis untuk
mengurangi rasa nyeri (mis. TENS,
hipnosis, akupresur, terapi musik,
biofeedback, terapi pijat, aromaterapi,
teknik imajinasi terbimbing, kompres
hangat/dingin, terapi bermain)
11. Kontrol lingkungan yang memperberat
rasa nyeri (mis. suhu ruangan,
pencahayaan, kebisingan)
12. Fasilitasi Istirahat dan tidur
13. Pertimbangkan jenis dan sumber nyeri
dalam pemilihan strategi meredakan
nyeri
Edukasi
14. Jelaskan penyebab, periode, dan
pemicu nyeri
15. Jelaskan strategi meredakan nyeri
16. Anjurkan memonitor nyeri secara
mandiri
17. Anjurkan menggunakan analgetik
secara tepat
18. Ajarkan teknik nonfarmakologis untuk
mengurangi rasa nyeri
Kolaborasi
19. Kolaborasi pemberian analgetik, jika
perlu
2 Defisit Pengetahuan Tingkat Pengetahuan (L.12111) Edukasi Kesehatan (I.12383)
Tentang A.Definisi : Kecukupan informasi kognitif yang berkaitan A. Definisi
(Hiperkolesterol) dengan topik tertentu Mengajarkan pengelolaan faktor resiko
(D.0111) b/d Kurang B. Ekspetasi : Meningkat penyakit dan perilaku hidup bersih dan
Informasi tentang C. Kriteria hasil tertata sehat
Penyakit Indikator IR-ER B. Tindakan
Perilaku sesuai anjuran 1 2 3 4 5 Observasi
Kemampuan menjelaskan 1 2 3 4 5 1. Identifikasi kesiapan dan kemampuan
pengetahuan sesuai topik menerima informasi
Keterangan : 2. Identifikasi faktor-faktor yang dapat
Menurun : 1 meningkatkan dan menurunkan
Cukup menurun : 2 motivasi perilaku hidup bersih dan
Sedang : 3 sehat
Cukup meningkat : 4 Terapeutik
Meningkat : 5 3. Sediakan materi dan media pendidikan
Indikator IR-ER kesehatan
Pertanyaan tentang masalah 1 2 3 4 5 4. Jadwalkan pendidikan kesehatan sesuai
yang dihadapi kesepakatan
Persepsi yang keliru 1 2 3 4 5 5. Berikan kesempatan untuk bertanya
terhadap masalah Edukasi
Menjalani pemeriksaan 1 2 3 4 5 6. Jelaskan faktor resiko yang dapat
yang tidak tepat mempengaruhi kesehatan
Perilaku 1 2 3 4 5 7. Ajarkan perilaku hidup bersih dan
Keterangan : sehat
Menurun : 5 8. Ajarkan strategi yang dapat digunakan
Cukup menurun : 4 untuk meningkatkan perilaku hidup
Sedang : 3 bersih dan sehat
Cukup meningkat : 2
Meningkat : 1
3 Intoleransi Aktivitas Toleransi Aktivitas (L.05047, SLKI Hal.148) Terapi Aktivitas (SIKI I.05186)
(D.0056) b/d A.Definisi : Respon fisiologi terhadap aktivitas yang A. Definisi
Gangguan membutuhkan tenaga Menggunakan aktivitas fisik, kognitif,
B. Ekspetasi : Meningkat sosial dan spiritual tentu untuk
Metabolisme
C. Kriteria hasil memberlikan keterlibatan, frekuensi, atau
Indikator IR-ER durasi aktivitas individu atau kelompok.
Keluhan lelah 1 2 3 4 5 B. Tindakan
Perasaan lelah 1 2 3 4 5 Observasi
Aritmia saat aktivitas 1 2 3 4 5 1. Identifikasi defisit tingkat aktivitas
Aritmia setelah aktivitas 1 2 3 4 5 2. Identifikasi kemampuan berpartisipasi
Keterangan : dalam aktivitas tertentu
Meningkat : 1 3. Idenfitikasi sumber daya untuk
Cukup meningkat : 2 aktivitas yang diinginkan
Sedang : 3 4. Identifikasi strategi meningkatkan
Cukup menurun : 4 partisipasi dalam aktivitas
Menurun : 5 5. Identifikasi makna aktivitas rutin
(misal bekerja) dan waktu luang
Indikator IR-ER 6. Monitor respon emosional, fisik, sosial
Tekanan darah 1 2 3 4 5 dan spiritual terhadap aktivitas
Frekuensi napas 1 2 3 4 5 Terapeutik
Keterangan 7. Fasilitasi fokus pada kemampuan,
Memburuk : 1 bukan defisit yang dialami
Cukup memburuk : 2 8. Sepakati komitmen untuk
Sedang : 3 menningkatkan frekuensi dan rentang
Cukup membaik : 4 aktivitas
Membaik : 5 9. Fasilitasi memilih aktivitas dan
tetapkan tujuan aktivitas yang
konsisten sesuai kemampuan fisik,
biologis dan sosial
10. Koordinasikan pemilihan aktivitas
sesuai usia
11. Fasilitasi dan transportasi untuk
menghadiri aktivitas jika sesuai
12. Fasilitasi aktivitas pasien dan keluarga
dalam menyesuaikan lingkungan untuk
mengakomodasi aktivitas yang dipilih
13. Fasilitasi aktivitas fisik rutin (misal
ambulasi, mobilisasi, dan perawatan
diri), sesuai kebutuhan
14. Fasilitasi aktivitas pengganti saat
mengalami keterbatasan waktu, energi
atau gerak
15. Fasilitasi aktivitas motorik kasar untuk
pasien hiperaktif
16. Tingkatkan aktivitas fisik untuk
memelihara berat badan, jika sesuai
17. Fasilitasi aktivitas motorik untuk
merelaksasi otot
18. Fasilitasi aktivitas dengan komponen
memori implisit dan emosional (misal
kegiatan keagamaan khusus) untuk
pasien demensia, jika sesuai
19. Libatkan dalam permainan kelompok
yang tidak kompetitif, terstruktur dan
aktif
20. Libatkan keluarga dalam aktivitas, jika
perlu
21. Fasilitasi pengembangan motivasi dan
penguatan diri
22. Fasilitasi pasien dan keluarga
memantau kemajuannya sendiri untuk
mencapai tujuan
23. Jadwalkan aktivitas dalam rutinitas
sehari-hari
24. Berikan penguatan positif atas
partisipasi dalam aktivitas
Edukasi
25. Jelaskan metode aktivitas fisik sehari-
hari, jika perlu
26. Ajarkan cara melakukan aktivitas fisik
yang dipililh
27. Anjurkan melakukan aktivitas fisik,
sosial, spiritual dan kognitif dalam
menjaga fungsi dan kesehatan
28. Anjurkan terlibat dalam aktivitas
kelompok atau terapi, jika sesuai
29. Anjurkan keluarga untuk memberi
penguatan positif atas partisipasi dalma
aktivitas
Kolaborasi
30. Kolaborasi dengan terapi okupasi
dalam merencanakan dan memonitor
program aktivitas, jika sesuai
31. Rujuk pada pusat atau program
aktivitas komunitas, jika perlu
DAFTAR PUSTAKA
Erwinanto, Santoso, A., Putranto, J. N. eko, Pradana, T., Sukmawan, R., Suryawan, R., …
Kasiman, S. (2017). Panduan Tata Laksana Dislipidemia 2017
Heather, H., & Shigemi, K. (2018). Diagnosis Keperawatan, Definisi dan Klasifikasi (Jakarta:
E).
Iva, T., Djoko, W., & Dian, H. (2009). Pengaruh Pemberiann Diet Tinggi Karbohidrat
Dibandingkan Diet Tinggi Lemak Terhadap Kadar Trigliserida dan HDL Darah.
Pengaruh Pemberiann Diet Tinggi Karbohidrat Dibandingkan Diet Tinggi Lemak
Terhadap Kadar Trigliserida Dan HDL Darah, 22(8), 80–89.
Mamat. (2010). Faktor-faktor yang berhubungan dengan Kadar Kolesterol HDL di Indonesia
(Analisis Data Sekunder IFLS 2007/2008). Faktor-Faktor Yang Berhubungan Dengan
Kadar Kolesterol HDL Di Indonesia (Analisis Data Sekunder IFLS 2007/2008).
Mumpuni, dr yekti, & Ari, W. (2011). Cara Jitu Mengatasi Kolesterol (A. Maria, Ed.). C.V
ANDI OFFSET.
Pranadiva, mardana I. kadek riyandi, & Tjahya, A. (2009). Penilaian nyeri. Academia, 133–163.
Retrieved from http://www.academia.edu/download/49499859/pemeriksan-dan-
penilaiannyeri.pdf
Sari, D. K. (2014). Tanda gejala dan bahaya hiperkolesterolemia. Tanda Gejala Dan Bahaya
Hiperkolesterolemia, (1988), 1–8.
Tim Pokja SDKI DPP PPNI. (2016). Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia (1st ed.). DPP
PPNI
Tim Pokja SDKI DPP PPNI. (2016). Standar Luaran Keperawatan Indonesia (1st ed.). DPP
PPNI
Tim Pokja SDKI DPP PPNI. (2016). Standar Intervensi Keperawatan Indonesia (1st ed.). DPP
PPNI