Dosen Pembimbing
Disusun Oleh:
ANITA SUGIARTANTI
Nim : 2021.04.168
BANYUWANGI
2022
1
LEMBAR PENGESAHAN
Menyetujui,
Pembimbing
2
KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas semua berkat dan
hidayat-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan “Laporan
AsuhanKeperawatan Keluarga Pada Balita Stunting Dusun Ngadirejo Desa
Bulurejo Kecamatan Purwoharjo Kabupaten Banyuwangi Tahun 2022”,
sebagai salah satu tugas pada stase komunitas program studi Profesi Ners Sekolah
Tinggi Ilmu Kesehatan Banyuwangi.
Dalam hal ini penulis banyak mendapatkan bantuan dari berbagai pihak,
karena itu pada kesempatan kali ini penulis mengucapkan banyak terimakasih
kepada:
Semoga Tuhan Yang Maha Esa memberikan balasan atas segala amal baik
yang telah diberikan. Penulis menyadari bahwa laporan asuhan keperawatan
komunitas ini masih banyak kekurangan dalam penulisan, penyusunan ataupun
penyajian materi. Untuk itu penulis mengharapkan kritik dan saran dari pembaca
sebagai bahan penyempurna penyusunan laporan berikutnya dan semoga laporan
ini bermanfaat bagi semua pihak.
Penulis
3
BAB 1
PENDAHULUAN
Stunting adalah keadaan paling umum dari bentuk kekurangan gizi (PE / mikronutrien),
yang mempengaruhi bayi sebelum lahir dan awal setelah lahir, terkait dengan ukuran ibu,
gizi selama ibu hamil, dan pertumbuhan janin. Menurut Sudiman dalam Ngaisyah,
stunting pada anak balita merupakan salah satu indikator status gizi kronis yang dapat
memberikan gambaran gangguan keadaan sosial ekonomi secara keseluruhan di masa
lampau dan pada 2 tahun awal kehidupan anak dapat memberikan dampak yang sulit
diperbaiki. Salah satu faktor sosial ekonomi yang mempengaruhi stunting yaitu status
ekonomi orang tua dan ketahanan pangan keluarga.
Status ekonomi orang tua dapat dilihat berdasarkan pendapatan orang tua. Pendapatan
keluarga merupakan pendapatan total keluarga yang diperoleh dari berbagai sumber, yaitu
hasil kepala keluarga, hasil istri, hasil pemberian, hasil pinjaman, dan hasil usaha
sampingan per bulan.3 Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Ngaisyah pada tahun
2015 menunjukkan bahwa pada kelompok stunting lebih banyak pendapatannya adalah
dibawah UMR yakni sebanyak 67 responden (35,8%) , sedangkan yang memiliki
pendapatan diatas UMR hanya sedikit yakni sebanyak 45 orang (22%). Hasil penelitian
lain yang dilakukan oleh Lestari et all. tahun 2014 menunjukkan bahwa pendapatan
keluarga yang rendah merupakan faktor resiko kejadian stunting pada balita 6- 24 bulan.
Anak dengan pendapatan keluarga yang rendah memiliki resiko menjadi stunting sebesar
8,5 kali dibandingkan pada anak dengan pendapatan tinggi. Rendahnya tingkat
pendapatan secara tidak langsung akan menyebabkan terjadinya stunting hal ini
dikarenankan menurunnya daya beli pangan baik secara kuantitas maupun kualitas atau
terjadinya ketidaktahanan pangan dalam keluarga.
Menurut Peraturan Pemerintah No 68 Tahun 2002 dan UU Pangan No 18 Tahun 2012
tentang Ketahanan Pangan, maka ketahanan pangan merupakan kondisi terpenuhinya
pangan bagi rumah tangga yang tercermin dari ketersediaan pangan yang cukup, baik
jumlah, maupun mutunya, aman, merata, dan konsumsi pangan yang cukup merupakan
syarat mutlak terwujudnya ketahanan pangan rumah tangga. Ketidaktahanan pangan
4
dapat digambarkan dari perubahan konsumsi pangan yang mengarah pada penurunan
kuantitas dan kualitas termasuk perubahan frekuensi konsumsi makanan pokok.
Ketahanan pangan keluarga erat hubungannya dengan ketersediaan pangan yang
merupakan salah satu faktor atau penyebab tidak langsung yang berpengaruh pada status
gizi anak. Gizi buruk menyebabkan terhambatnya pertumbuhan pada balita, sehingga
tinggi badan anak tidak sesuai dengan umurnya atau disebut dengan balita pendek atau
stunting.
Berdasarkan hasil RISKESDAS pada tahun 2018 proporsi stunting atau balita pendek
sebanyak 37,2% dan ditahun 2018 menjadi 30,8%.
1.2 Tujuan
1.2.1 Tujuan Umum
Mahasiswa mampu mengaplikasikan konsep dan teori keperawatan keluarga yang
telah diperoleh pada tahap akademik secara nyata dalam memberikan Asuhan
Keperawatan keluarga wilayah Dusun Ngadirejo, Desa Bulurejo, Kecamatan
Purwoharjo, Kabupaten Banyuwangi Tahun 2022.
1.2.2 Tujuan Khusus
1) Mahasiswa mampu melakukan pengkajian keluarga pada masyarakat di
Dusun Ngadirejo, Desa Bulurejo, Kecamatan Purwoharjo, Kabupaten
Banyuwangi Tahun 2022.
2) Mahasiswa mampu menetapkan diagnosa yang tepat pada keluarga dengan
balita stunting di Dusun Ngadirejo, Desa Bulurejo, Kecamatan Purwoharjo,
Kabupaten Banyuwangi Tahun 2022.
3) Mahasiswa mampu merencanakan tindakan keperawatan (intervensi) yang
tepat pada keluarga dengan balita stunting di Dusun Ngadirejo, Desa
Bulurejo, Kecamatan Purwoharjo, Kabupaten Banyuwangi Tahun 2022.
4) Mahasiswa mampu melakukan tindakan keperawatan (implementasi) yang
tepat pada keluarga dengan balita stunting di Dusun Ngadirejo, Desa
Bulurejo, Kecamatan Purwoharjo, Kabupaten Banyuwangi Tahun 2022.
5) Mahasiswa mampu melakukan evaluasi dari tindakan keperawatan yang
sudah dilakukan pada keluarga dengan balita stunting di Dusun Ngadirejo,
Desa Bulurejo, Kecamatan Purwoharjo, Kabupaten Banyuwangi Tahun
2022
5
1.3 Manfaat
1.3.1 Bagi Mahasiswa
Salah satu media untuk mengaplikasikan konsep asuhan keperawatan keluarga
secara nyata, meningkatkan kemampuan berfikir kritis, analitis, dan bijaksana
dalam menghadapi dinamika keluarga dan meningkatkan keterampilan
komunikasi, kemandirian, dan hubungan interpersonal.
1.3.2 Bagi Institusi Pendidikan
Sebagai salah satu bahan pertimbangan dalam pengembangan model praktik
keperawatan keluarga selanjutnya.
1.3.3 Bagi Masyarakat Dusun Ngadirejo, Desa Bulurejo, KecamatanPurwoharjo,
Kabupaten Banyuwangi
Masyarakat DusunNgadirejo, Desa Bulurejo, Kecamatan Purwoharjo, Kabupaten
Banyuwangi dapat menyelesaikan masalah kesehatannya secara mandiri
sehingga mampu meningkatkan status kesehatan individu, keluarga di
Dusun.Ngadirejo, Desa Bulurejo, Kecamatan Purwoharjo, Kabupaten
Banyuwangi
1.3.4 Bagi Pemerintah Desa Bulurejo
Pemerintah Desa Bulurejo dapat mengetahui masalah kesehatan yang terjadi pada
keluarga dengan balita stunting DusunNgadirejo, Desa Bulurejo, Kecamatan
Purwoharjo, Kabupaten Banyuwangi dapat ikut serta dalam penyelesaian masalah
kesehatan keluarga dengan balita stunting yang terjadi di Dusun Ngadirejo, Desa
Bulurejo, Kecamatan Purwoharjo, Kabupaten Banyuwangi
6
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Keluarga terdiri suami dan istri (tanpa anak) yang hidup bersama
dalam suatu rumah.
d. Keluarga Adopsi
7
Keluarga adopsi adalah keluarga yang mengambil tanggung jawab
dalam secara sah dari orang tua kandung ke keluarga yang
menginginkan anak.
Keluarga yang terdiri dari tiga generasi yang hidup bersama dalam satu
rumah, seperti nuclear familiy disertai paman, tante, orang tua (kakek-
nenek), keponakan, dan lain-lain.
Kedua orang tua bekerja di kota yang berbeda, tetapi salah satu kota
tersebut sebagai tempat tinggal dan orang tua yang bekerja di luar kota
bisa berkumpul dengan anggota keluarga pada saat “weekends” atau
pada waktu-waktu tertentu.
h. Multigeneration Family
i. Kin-Network Family
Beberapa keluarga inti yang tinggal dalam satu rumah atau saling
berdekatan dan saling menggunakan barang-barang dan pelayanan
yang sama. Contoh: dapur, kamar mandi, televisi, telepon, dan lain-
lain.
8
Keluarga yang terdiri dari orang dewasa yang hidup sendiri karena
pilihan atau perpisahan (separasi), seperti perceraian atau ditinggal
mati.
l. Keluarga Binuklir
9
3) Dalam ikatan ini, garis depannya adalah masing-masing klien yang
dilihat sebagai unit yang terpisah dari unit yang berinteraksi.
Tingkat III : subsistem keluarga sebagai klien
1) Keluarga dipandang sebagai klien atau sebagai fokus utama pengkajian atau
asuhan.
2) Keluarga menjadi bagian depan dan anggota keluarga secara individu
sebagai latar belakang atau konteks.
3) Keluarga dipandang sebagai sistem yang saling berinteraksi.
4) Fokus hubungan dan dinamika keluarga secara internal, fungsi, dan struktur
keluarag sama baik dalam berhubungan dengan subsistem keluarga dalam
keseluruhan dan dengan lingkungan luarnya.
5) Sistem keperewatan keluarga menggunakan pengkajian klinik lanjut
(advanced) dan keterampilan intervensi berdasarkan integrasi keperawatan,
terapi keluarga, dan teori sistem.
Tingkat V : keluarga sebagai komponen sosial
Pada tingkatan ini, keluarga digambarkan sebagai salah satu bagian (subsistem)
dari sistem yang lebih besar, yaitu komunitas (sosial). Keluarga di pandang
sebagai salah satu lembaga dasar dimasyarakat, seperti lembaga pendidikan,
kesejahteraan, atau agama.
2.1.4 Struktur Keluarga
Salah satu pendekatan dalam keluarga adalah pendekatan struktural
fungsional. Struktus keluarga menyatakan bagaimana keluarga disusun atau
bagaimana unit-unit ditata dan saling terkait satu sama lain. Beberapa ahli
meletakan strutur pada bentu/tipe keluarga, namun ada juga yang memandang
struktur keluarga menggambarkan subsistemsubsistemnya sebagai dimensi.
10
Struktur keluaraga menurut Friedman (2003)
1. Pola dan proses komunikasi
Komunikasi keluarga merupakan suatu proses simbolik, transaksional
untuk menciptakan dan ngungkapkan pengertian dalam keluarga.
Komunikasi yang jelas dan fungsional dalam keluarga merupakan sarana
penting untuk mengembangkan makna diri. Komunikasi dalam keluarga
ada yang berfungsi dan ada yang tidak, hal ini bisa disebabkan oleh
beberapa faktor yang ada dalam komponen komunikasi, seperti : sender,
channel-media, massage, environment, dan receinver.
Komunikasi didalam keluarga berfungsi adalah:
a. Pengirim yang tidak berfungsi adalah :
- Diskualifikasi
- Kurang memvalidasi
d. Komunikasi fungsional
11
Komunikasi fungsional dipandang sebagai kunci keberhasilan
keluarga. Komunikasi yang jelas dan fungsional dalam keluarga
merupakan proses dua arah yang dinamis sehingga tercipta interaksi
fungsional.
- Kurang empati
- Komunikasi tertutup
- Bersifat negatif
- Mengembangkan gosip
12
4) Fungsi ekonomi : keluarga memberikan finansial untuk anggota keluarga
dan kepentingan di masyarakat.
5) Fungsi pemeliharaan kesehatan : keluarga memberikan keamanan dan
kenyamanan lingkungan yang dibutuhkan untuk pertumbungan,
perkebangan, dan istirahat juga penyembuhan dari sakit.
2.1.6 Stres dan koping keluarga
Secara terus menerus, keluarga dihadapkan pada perubaha. Stimulus untuk
perubahan ini datang dari luar dan dalam. Stimulus ini disebut dengan stresor.
Stresor merupakan agen pencetus stres atau penyebab yang mengaktifkan
stres, seperti kejadian-kejadian dalam hidup yang cukup serius (lingkungan,
ekonomi, sosial budaya) yang menimbulkan perubahan dalam sistem keluarga
(Hill dalam Friedman, 2003).Ada tiga strategi untuk adaptasi menurut White
dalam Friedman (2003), yaitu :
1) Mekanisme pertahanan
2) Strategi koping
3) Penguasaan
13
berikutnya dengan berhasil. Setiap tahap perkembangan keluarga pun punya
tugas-tugas perkembangan yang spesifik. Tugas perkembangan keluarga
merupakan tanggung jawab yang harus dicapai oleh keluarga selama setiap
tahap perkembangan sehingga dapat memenuhi: 1)Kebutuhan biologis
keluarga2)Imperatif budaya keluarga3)Aspirasi serta nilai-nilai keluarga.
Tahap ini dimulai saat kelahiran anak pertama berusia 2,5 tahun dan
berakhir saat anak usia 5 tahun. Pada tahap ini, keluarga tumbuh dengan
baik dalam jumlah serta kompleksitas fungsi dan permasalahan. Tugas
perkembangan pada tahap anak prasekolah yaitu:
14
d) Memepertahankan hubungan yang sehat baik didalam maupun
diluar keluarga (keluarga lain dan lingkungan sekitar).
e) Pembagian waktu untuk individu, pasangan dan anak.
15
c) Memperthankan komunikasi terbuka antara anak dan orang tua,
menghindari perdebatan, permusuhan, dan kecurigaan.
d) Perubahan sistem peran dan peraturan untuk tumbuh kembang
keluarga.
6) Tahap VI : keluarga dengan anak dewasa (pelepasan)
Tahap ini dimulai pada saat terakhir kali meninggalkan rumah dan
berakhir pada saat anak terakhir. Lamanya tahap ini tergantung pada
jumlah anak dalam keluarga atau jika anak yang belom berkeluaga tetap
tinggal bersama orang tua. Tahap utama pada tahap ini adalah
mengorganisasian kembali keluarga melepas anak untuk hidup sendiri.
7) Tahap VII : keluarga usia pertengahan
Tahap ini dimulai pada saat anak terakhir kali meninggalkan rumah dan
berakhir pada saat pensiun atau salah satu pasangan meninggal. Pada
beberapa pasangan fase ini dirasakan sulit karena masalah lanjut usia,
perpisahan dengan anak, dan perasaan gagal menjadi orang tua. Tugas
perkembangan keluarga dengan usia pertengahan :
a)Mempertahankan kesehatan
b) Mempertahankan hubungan yang memuaskan dengan teman sebaya
dan anak-anak
c) Meningkatkan keakraban pasangan
8) Tahap VIII : keluarga usia lanjut
Tahap terakhir perkembangan keluarga lanjut ini dimulai saat salah satu
pasangan pensiun, berlanjut saat salah satu pasangan meninggal sampai
keduanya meninggal. Proses lanjut usia dan pensiun merupakan realitas
yang tidak dapat dihindari karena berbagai stresor dan kehilangan yang
dialami keluarga. Stresor tersebut adalah berkurangnya pendapatan,
kehilangan berbagai hubungan sosial, kehilangan pekerjaan, serta
perasaan menurunnya produktivitas dan fungsi kesehatan. Tugas
perkembangan keluarga dengan usia lanjut
a) Mempertahankan suasana rumah yang menyenangkan.
b) Adaptasi dengan perubahan kehilangan pasangan, teman, kekuatan
fisik, dan pendapatan.
c) Mempertahankan keakraban suami istri dan saling merawat.
16
d) Mempertahankan hubungan dengan anak dan masyarakat
sosial.
2.2 Konsep Stunting
2.2.1 Pengertian
Stunting adalah status gizi yang didasarkan pada indeks PB/U atau TB/U
dimana dalam standar antropometri penilaian status gizi anak, hasil
pengukuran tersebut berada pada ambang batas (Z-Score) <-2 SD sampai
dengan -3 SD (pendek) dan <-3 SD (sangat pendek).Stunting yang telah
tejadi bila tidak diimbangi dengan catch-up growth (tumbuh kejar)
mengakibatkan menurunnya pertumbuhan. (Kinanti rahmadhita. 2020, the
stunting problems and prevention).
Stunting adalah kondisi gagal tumbuh pada anak balita akibat dari
kekurangan gizi kronis sehingga anak lebih pendek untuk usianya.
(kekurangan gizi terjadi sejak bayi dalam kandungan dan pada masa awal
kehidupan setelah lahir, tetapibaru nampak setelah anak berusia2 tahun).
(dr KiranaPritasar.2018, MQIH ; Kebijakan Kesehatan Masyarakat
Dalamupaya Penurunan Stunting DirektoratJenderal
KesehatanMasyarakat Kementerian Kesehatan RI)
Pemeriksaan antropometri adalah penimbangan berat badan, pengukuran
panjang atau tinggi badan, dan pengukuran lingkar lengan atas, untuk
menilai status gizi anak.(Permenkes RI, Nomor 29 Tahun 2019 Tentang
Penanggulangan Masalah Gizi Bagi Anak Akibat Penyakit)
2.2.2 Penyebab
Stunting disebabkan oleh faktor multi dimensi dan tidak hanya disebabkan
oleh faktor gizi buruk yang dialami oleh ibu hamil maupun anak balita.
Beberapa faktor yang menjadi penyebab stunting adalah:
1) Praktek pengasuhan yang kurang baik, termasuk kurangnya pengetahuan
ibu mengenai kesehatan dan gizi sebelum dan pada masa kehamilan, serta
setelah ibu melahirkan.
2) Masih terbatasnya layanan kesehatan termasuk layanan ANC-Ante Natal
Care (pelayanan kesehatan untuk ibu selama masa kehamilan) Post Natal
Care dan pembelajaran dini yang berkualitas.
3) Kondisi kesehatan dan gizi ibu: Kondisi kesehatan ibu sebelum dan saat
kehamilan serta setelah persalinan, Jarak kehamilan yang terlalu dekat, ibu
17
yang terlalu muda, terlalu tua, terlalu sering melahirkan, Postur tubuh ibu
(pendek), Asupan nutrisi yang kurang pada saat kehamilan, Tidak
terlaksananya inisiasi menyusui dini (IMD), Gagalnya pemberian air susu
ibu (ASI) ekslusif.
4) Proses penyapihan dini
Kuantitas, kualitas, dan kemanan pangan MPASI yang diberikan dapat
menjadi salah satu faktor terjadinya stunting (Situasi Balita Pendek
(Stunting) di Indonesia, 2018).Masih kurangnya akses rumah
tangga/keluarga terhadap makanan bergizi.
5) Kondisi sosial ekonomi
Kondisi ekonomi erat kaitanya dengan kemampuan dalam memenuhi
asupan yang bergizi dan pelayanan kesehatan untuk ibu hamil dan balita.
6) Sanitasi tempat tinggal juga berkaitan dengan terjadinya stunting.
Kurangnya akses ke air bersih dan sanitasi. (Kemiskinan, 2017). Sanitasi
dan keamanan pangan dapat meningkatkan risiko terjadinya penyakit
infeksi. Penyakit infeksi yang disebabkan oleh hygiene dan sanitasi yang
buruk (misalnya diare dan kecacingan) dapat menganggu penyerapan
nutrisi pada proses pencernaan.
7) Beberapa penyakit infeksi yang diderita bayi dapat menyebabkan berat
badan bayi turun. Jika Kondisi ini terjadi dalam waktu yang cukup lama dan
tidak disertai dengan pemberian asupan yang cukup untuk proses
penyembuhan maka dapat mengakibatkan stunting(Situasi Balita Pendek
(Stunting) di Indonesia, 2018). (Rini Archda Saputri.2019, Jeki Tumangger,
Jpi : Journal Of Political IssuesVolume 1, Hulu Hilir Penanggulangan
Stunting Di Indonesia)
2.2.3 Tanda Dan Gejala
1. Anak berbadan lebih pendek dari anak seusianya
2. Proporsi tubuh cenderung normal tetapi anak tampak lebih mudah/kecil
untuk usianya
3. Berat badan rendah untuk anak seusianya
4. Pertumbuhan tulang tertunda
2.2.4 Patofisiologi
Stunting merupakan bentuk kegagalan pertumbuhan akibat akumulasi
ketidakcukupan nutrisi yang berlangsung lama mulai dari kehamilan sampai
18
usia 24 bulan. Keadaan ini diperparah dengan tidak terimbanginya kejar
tumbuh (catch up growth) yang memadai (Mitra, 2015).
Masalah stunting terjadi karena adanya adaptasi fisiologi pertumbuhan atau
non patologis, karena penyebab secara langsung adalah masalah pada
asupan makanan dan tingginya penyakit infeksi kronis terutama ISPA dan
diare, sehingga memberi dampak terhadap proses pertumbuhan balita
(Sudiman, 2018).
Tidak terpenuhinya asupan gizi dan adanya riwayat penyakit infeksi
berulang menjadi faktor utama kejadian kurang gizi. Faktor sosial ekonomi,
12 pemberian ASI dan MP-ASI yang kurag tepat, pendidikan orang tua,
serta pelayanan kesehatan yang tidak memadai akan mempengaruhi pada
kecukupan gizi. Kejadian kurang gizi yang terus berlanjut dan karena
kegagalan dalam perbaikan gizi akan menyebabkan pada kejadian stunting
atau kurang gizi kronis. Hal ini terjadi karena rendahnya pendapatan
sehingga tidak mampu memenuhi kecukupan gizi yang sesuai (Maryunani,
2016).
Pada balita dengan kekurangan gizi akan menyebabkan berkurangnya
lapisan lemak di bawah kulit hal ini terjadi karena kurangnya asupan gizi
sehingga tubuh memanfaatkan cadangan lemak yang ada, selain itu
imunitas dan produksi albumin juga ikut menurun sehingga balita akan
mudah terserang infeksi dan mengalami perlambatan pertumbuhan dan
perkembangan. Balita dengan gizi kurang akan mengalami peningkatan
kadar asam basa pada saluran cerna yang akan menimbulkan diare
(Maryunani, 2016)
2.2.5 Dampak Stunting
Adapun dampak yang ditimbukan stunting dapat dibagi menjadi dampak
jangka pendek dan jangka panjang. (Rini Archda Saputri,Jpi.2019 : Journal
Of Political Issues Volume 1,: Hulu Hilir Penanggulangan Stunting Di
Indonesia)
1. Dampak jangka pendek
Peningkatan kejadian kesakitan dan kematian, Peningkatan biaya kesehatan,
Terkait dengan intelektualitas dan kemampuan kognitif yang rendah,
Perkembangan kognitif, motorik (halus dan kasar), verbal/ bahasa dan
personal sosial pada anak tidak optimal.
19
2. Dampak jangka panjang
Postur tubuh yang tidak optimal saat dewasa (lebih pendek dibandingkan pada
umumnya), Meningkatnya resiko obesitas dan penyakit lainnya, Menurunnya
kesehatan reproduksi.Kapasitas belajar dan performa yang kurang optimal saat
masa sekolah, Produktivitas dan kapasitas kerja yang tidak optimal.
2.2.6 Klasifikasi Dan Pengukuran Stunting
Penilaian status gizi pada anak biasanya menggunakan pengukuran
antropometri, secara umum pengukuran antopometri berhubungan dengan
pengukuran dimensi tubuh. (SDIDTK, 2016). Indeks antopometri yang
digunakan biasanya berat badan berdasar umur (BB/U), tinggi badan
berdasar umur (TB/U) dan berat badan berdasar tinggi badan (BB/TB) yang
dinyatakan dengan standar deviasi (SD).
Keadaan stunting dapat diketahui berdasarkan pengukuran TB/U lalu
dibandingkan dengan standar. Secara fisik balita stunting akan tampak lebih
pendek dari balita seusianya. Klasifikasi status gizi stunting berdasarkan
indikator tinggi badan per umur (TB/U) (SDIDTK, 2016).
Tabel Status Gizi Anak berdasarkan Indeks PB/U.
Kategori Status Gizi Ambang Batas
Sangat Pendek Z Score <-3,0
Pendek Z Score ≥-3,0 sampai dengan Z Score
<-2,0
Normal Z Score ≥-2,0
Sumber: Stimulasi, Deteksi dan lntervensi Dini Tumbuh Kembang Anak,
2016
2.2.7 Pemeriksaan Penunjang
Menurut Khoeroh dan Indriyanti, 2017 beberapa cara yang dapat dilakukan
untuk mengatasi stunting yaitu:
1. Penilaian status gizi yang dapat dilakukan melalui kegiatan posyandu setiap
bulan.
2. Pemberian makanan tambahan pada balita
3. Pemberian vitamin A
4. Memberi konseling oleh tenaga gizi tentang kecukupan gizi balita
20
5. Pemberian ASI eksklusif selama 6 bulan dan dilanjutkan sampai usia 2
tahun dengan ditambah asupan MP-ASI
6. Pemberian suplemen menggunakan makanan penyediaan makanan dan
minuman menggunakan bahan makanan yang sudah umum dapat
meningkatkan asupan energi dan zat gizi yang besar bagi banyak pasien
7. Pemberian suplemen menggunakan suplemen gizi khusus peroral siapguna
yang dapat digunakan bersama makanan untuk memenuhi kekurangan gizi
2.2.8 Penatalaksanaan Anak Stunting
Intervensi gizi memang harus dimulai sejak dini, tetapi bukan berarti ketika
anak sudah menderita stunting dan usianya sudah lebih dari dua tahun,
lantas intervensi gizi dihentikan ?Menurut dr Utami Roesli, SpA, anak yang
menderita stunting masih bisa dipulihkan meski ia sudah berusia di atas 2
tahun. Artinya, perkembangan otak dan tinggi tubuhnya akan lebih tinggi
dibandingkan anak stunting yang tidak mendapat intervensi gizi. Hanya
saja, jika dibandingkan anak yang normal, tinggi tubuhnya akan tetap lebih
pendek dan kecerdasannya lebih rendah. Dengan kata lain, pertumbuhan
anak yang menderita stunting masih dapat dikejar, meskipun tidak optimal.
Namun, ini tentu akan jauh lebih baik karena kelak dari segi produktivitas
mereka akan jauh lebih baik dibandingkan anak stuntingyang tidak diatasi.
Perbaikan gizi agar tumbuh kembang anak stunting dapat dikejar dikenal
dengan catch up growth. Biasanya, catch up growth akan terus dilakukan
hingga pertumbuhan anak berhenti saat remaja.
Berikut catch up growth yang bisa dilakukan pada anak stunting, yakni :
1)Terapkan gizi seimbang.
Anak yang sudah mengalami stunting, harus diperhatikan kebutuhan
nutrisinya dengan mengatur pola makan .gizi seimbang .Dalam pola makan
yang seimbang, generasi bersih dan sehat (Genbest) harus memasukkan
protein, karbohidrat, lemak, vitamin serta mineral dalam proporsi yang
benar.Protein hewani, seperti daging ayam, ikan, perlu dimasukkan dalam
menu anak bersama dengan sayuran dan makanan kaya mineral, seperti
kalsium, kalium dan seng.Diet seimbang tidak hanya menyediakan
nutrisiyang tepat untuk menambah tinggi badan anak, tetapi juga akan
membuat daya tahan tubuh penderita stunting lebih kuat. Konsep gizi
seimbang meliputi makanan yang dikonsumsi memenuhi unsur-unsur zat
21
gizi yang lengkap (karbohidrat, protein, lemak, vitamin, mineral, air dan
serat) dalam jumlah cukup tidak berlebihan dan tidak kekurangan, dan sesuai
untuk kebutuhan tubuh.
Praktik gizi seimbang dalam keluarga : Frekuensi makan 3 kali sehari,
Makanan yang disajikan memenuhi kelengkapan zat gizi dalam jumlah
cukup dan sesuai dengan kebutuhan keluarga, Makanan yang disajikan
bervariasi, Tidak jajan di luar setiap hari, Olahraga cukup.
Salah satu praktik penyajian gizi berimbang adalah dengan konsep
“Isi Piringku” yang memenuhi kaidah gizi seimbang. Berikut penyajian “Isi
Piringku”:Setengah dari piring makan berupa sayur dan buah beraneka jenis
dan warna, Seperempat berupa protein baik hewani (telur/ayam/ikan/daging)
maupun nabati (kacang-kacangan), batasi konsumsi produk olahan,
Seperempat berupa karbohidrat kompleks (biji-bijian/beras), artinya
membatasi karbohidrat simpleks (gula, tepung-tepungan dan produk turunan
dari tepung), Konsumsi minyak secukupnya, sebisa mungkin bukan berasal
dari gorengan, Minum air putih sesuai kebutuhan. Hindari minuman
kemasan dengan kadar gula yang tinggi.
Dalam praktik gizi seimbang untuk anak-anak bisa dimulai dengan
mengonsumsi beraneka ragam makanan, kenalkan semua jenis makanan.
Kurangi makanan yang manis/berasal dari tepungtepungan dan
turunannya dan makanan yang terlalu asin/gurih.Biasakan untuk makan
sayur dan buah beraneka ragam.Untuk menunjang pertumbuhan perhatikan
asupan kalsium dan vitamin D. Jangan lupa aktivitas fisik yang cukup serta
hindari stress.(Generasi bersih dan sehat, 29 November 2020).
Jumlah asupan protein yang dianjurkan 1,1 gram protein per KgBB.
Makanan hewani yang dimaksud diantaranya daging sapi, ayam, telur, ikan,
susu, dan bahan makanan yang lain yang berasal dari hewan. Makanan
hewani tersebut memang kaya akan protein, asam lemak essensial dan
berbagi mikronutrien yang dapat berguna untuk tumbuh kembang anak dan
mencegah stunting. (The American Journal of Agricultural Economics
seperti dilansir dari WebMD, Helth.Grid.id. cdn.ampp, 2 Januari 2020).
2) Memberikan pendidikan pengasuhan pada orang tua tentang pola asuh dan
pola makan.
22
Pola makan : “Isi Piringku” dengan gizi seimbang perluh
diperkenalkan dan dibiasakan dalam kehidupan sehari hari. Bagi anak dalam
masa pertumbuhan, memperbanyak sumber protein sangat dianjurkan , selain
tetap membiasakan konsumsi buah dan sayur .
Dalam satu porsi makan : setengah piring diisi oleh sayur dan buah, setengah
lagi dengan sumber protein (nabati/hewani), dengan proporsi lebih banyak
dari karbohidrat.
Pola asuh :aspek perilaku yang baik dalam praktek pemberian makan
bagi Bayi/ Balita. Pola Asuh dan status gizi sangat dipengaruhi oleh
pemahaman orangtua dalam mengatur kesehatan dan gizi keluarga,karena itu
edukasi diperluhkan agar dapat mengubah perilaku yang bisa mengarahkan
pada peningkatan kesehatan gizi ibu atau anak. (drg. Murti Utami, MPH, PLt
Kepala Biro komunikasi dan pelayanan Masyarakat. Sehat Negeriku! sehat
Bangasaku, Kemkes.go.id, April 2018). (Rini Archda Saputri,Jpi : Journal
Of Political Issues Volume 1:
Hulu Hilir Penanggulangan Stunting Di Indonesia, 2019).
3) Anak tidur cukup
Salah satu cara mendorong hormon pertumbuhan anak adalah dengan
istirahat yang cukup di malam hari. Tidur anak yang berkualitas ikut
membantu merangsang produksi hormon pertumbuhan (growth hormon) dari
situlah kemudian bisa membantu anak menjadi tinggi.
23
Hasil pemeriksaan kesehatan dan riwayat pengobatan anak yang sering
sakit, misalkan diare, Kecacingan, Batuk bukan Pneumonia dan Pneumonia,
Demam dll, dapat terpantau.
6) Lakukan kunjungan rumah oleh tenaga kesehatan dengan pendekatan
multidisiplin ilmu untuk konseling Pemberian Makan Bayi dan Anak
(PMBA) sesuai usia dan pemantauan pola makan dan pola asuh serta
pelaksanaan asuhan keperawatan pada keluarga.
Konseling PMBA- menu MP-ASI dengan 4 bintang yaitu : Menu MP-
ASI 4 bintang adalah menu makan MP-ASI dengan 4 unsur yaitu
karbohidrat, protein nabati, protein hewani, sayur dan buah. Komposisinya
sebagai berikut : Bintang 1 (30% sumber karbohidrat) : nasi, roti, ubi,
singkong, kentang, jagung, talas, dll. Bintang 2 (10 % sumber protein
nabati) : tahu, tempe, segala jenis kacang kacangan merah, kacang hijauh.
Bintang 3 (30% sumber hewani : daging ayam, daging sapi, ikan, putih telur
(sumber protein hewani), tahu, tempe, segala jenis kacang kacangan merah,
kacang hijauh (sumber protein nabati). Bintang 4 (25 % sayur dan buah) :
sawi, bayam, kangkung, wortel, jeruk, pisang, papaya, alpukat dan
sebagainya. Plus minum air putih.
ZINK, Kalsium, Protein, Vitamin C, Ferum ...Faktor Fakror yang
mempenaruhi petumbuhan tinggi badan, Batas usia stop tumbuh TB, Usia
Pubertas, materi pertumbuhan tulang. Manfaat daun kelor sebagai salah satu
alternative tumbuhan yg kaya akan zat gizi dan banaayk ditemukan di
masyarakat.
Zink . Sumber utama zink adalah daging, unggas, telur, ikan, susu,
keju, hati, gandum, ragi, selada, roti, dan kacangkacangan. Sedangkan
fungsi zink di antaranya adalah untuk meningkatkan keaktifan enzim dan
meningkatkan laju pertumbuhan. Zink berperan dalam sintesis protein dan
merupakan komponen enzim tertentu sehingga defisiensi zink dapat
menyebabkan kekerdilan (stunted) dan mempengaruhi perkemabngan
seksual serta gangguan kesembuhan luka.Gizi seimbang menjadi kebutuhan
mendasar bagi kehidupanmanusia. Bukan hanya untuk orang dewasa namun
juga bagi pertumbuhan anak-anak. Mereka semua membutuhkan
tersedianya gizi seimbang dan memadai baik itu protein, karbohidrat,
maupun lemak. Untuk memenuhi tidak harus mengkonsumsi makanan
24
berharga mahal, yangpenting adalah gizi seimbang untuk hidup sehat
(newsletter Andalas. novella, 2012).Gizi seimbang adalah susunan makanan
sehari-hari yang mengandung zat gizi dalam jenis dan jumlah yang sesuai
dengan kebutuhan tubuh, denganmemerhatikan prinsip keanekaragaman
atau variasi makanan, aktivitas fisik, kebersihan, dan berat badan (BB)
ideal. Jika seseorang mengalami kekurangan gizi, yang terjadi akibat
asupan gizi di bawah kebutuhan, maka ia akan lebih rentan terkena penyakit
dan kurang produktif. Sebaliknya, jika memiliki kelebihan gizi akibat
asupan gizi yang melebihi kebutuhan, serta pola makan yang padat energi
(kalori) maka ia akan beresiko terkena berbagai penyakit seperti diabetes,
tekanan darah tinggi, penyakit jantung dan sebagainya.Kegiatan yang
bertujuan untuk membantu setiap orang memilih makanan dengan jenis dan
jumlah yang tepat telah lama dilakukan oleh pemerintah melalui salah satu
program yaitu Posyandu, kebutuhan asupan gizi divisualisasikan dalam
bentuk Tumpeng Gizi Seimbang (TGS), yang terdiri atas potongan-
potongan tumpeng. Luasnya potongan menunjukkan porsi yang harus
dikonsumsi setiap hari. TGS dialasi air putih, artinya air putih merupakan
bagian terbesar dari zat gizi esensial bagi kehidupan untuk hidup sehat dan
aktif.
2.2.9 Peran Perawat Keluarga
1. Dalam melakukan asuhan keperawatan keluarga, perawat keluarga
perlu memperhatikan prinsip-prinsip berikut :
a. Melakukan kerja bersama keluarga secara kolektif
b. Memulai pekerjaan dari hal yang sesuai dengan kemampuan keluarga
c. Menyesuaikan rencana asuhan keperawatan dengan tahap perkembangan
keluarga
d. Menerima dan mengakui struktur keluarga
e. Menekankanpada kemampuankeluarga (sudiharto, 2007).
2. Peran perawat keluarga menurut Sudiharto (2007), adalah sebagai
berikut :
a. Sebagai Pendidik
Perawat bertanggung jawab memberikan pendidikan kesehatan kepada
keluarga, terutama untuk memandirikan keluarga. Terutama pada
25
keluarga dengan gizi kurang, perawat memberikan pendidikan tentang
pengertian gizi kurang, penyebab, tanda dan gejala, akibat yang
ditimbulkan dan cara mendeteksi dini balita agar tidak terjadi gizi
kurang.
b. Sebagai Koordinator Pelaksana Pelayanan Keperawatan Perawat
bertanggung jawab memberikan pelayanan keperawatan yang
komprehensif. Pelayanan keperawatan yang berkesinambungan
diberikan untuk menghindari kesenjangan. Kemampuan mengkoordinir
pelaksana pelayanan kesehatan dengan baik mengakibatkan keluarga
dapat terintervensi dengan baik sehingga angka gizi kurang berkurang.
c. Sebagai Pelaksana Pelayanan Perawatan
Pelayanan keperawatan dapat diberikan kepada keluarga melalui
kontak pertama dengan anggota keluarga yang sakit yang memiliki
masalah kesehatan. Dengan demikian, anggota keluarga yang sakit
dapat menjadi “entry point” bagi perawat untuk memberikan asuhan
keperawatan keluarga secara komprehensif. Memberikan pelayanan
yang maksimal untuk keluarga dengan gizi kurang sehingga dapat
mengurangi angka kejadian gizi kurang.
d. Sebagai Supervisor Pelayanan Keperawatan
Perawat melakukan supervisi ataupun pembinaan terhadap keluarga
melalui kunjungan rumah secara literatur, baik terhadap keluarga
malalui kunjungan rumah secara teratur, baik terhadap keluarga
berisiko tinggi maupun yang tidak. Kunjungan rumah tersebut dapat
direncanakan terlebih dahulu atau secara mendadak. Terutama pada
keluarga yang mempunyai balita dengan gizi kurang karena banyak
orang tua yang tidak mau membawa anaknya ke posyandu untuk
penimbangan BB tiap bulan.
e. Sebagai Pembela (Advokat)
Perawat berperan sebagai advokat keluarga untuk melindungi hak hak
keluarga sebagai klien. Perawat diharapkan mampu mengetahui
harapan serta memodifikasi sistem pada perawatan yang diberikan
untukmemenuhi hak dan kebutuhan keluarga. Pemahaman yang baik
oleh keluarga terhadap hak dan kewajiban mereka sebagai klien
mempermudah perawat untuk memandirikan keluarga. Hak bagi
26
keluarga dengan gizi kurang adalah mendapatkan pelayanan yang baik
dari tenaga kesehatan sedangkan kewajiban dari keluarga dengan gizi
kurang adalah mendeteksi dini tumbuh kembang anak ke tenaga
kesehatan.
f. Sebagai Fasilitator
Perawat dapat menjadi tempat bertanya individu, keluarga, dan
masyarakat untuk memecahkan masalah kesehatan dan keperawatan
yang mereka hadapi seharihari serta dapat membantu memberikan
jalan keluar dalam mengatasi masalah. Keluarga dengan gizi kurang
dapat bertanya pada perawat tentang perkembangan balitanya.
g. Sebagai Peneliti
Perawat keluarga melatih keluarga untuk dapat memahami masalah
masalah kesehatan yang dialami oleh anggota keluarga. Masalah
kesehatan yang muncul di dalam keluarga biasanya terjadi menurut
siklus atau budaya yang dipraktikkan keluarga. Begitu juga dengan
keluarga dengan gizi kurang, karena kebiasaan atau budaya keluarga
tidak pernah memperhatikan pola makan anak sehingga anak tidak
terpantau asupan gizi yang dikonsumsinya setiap hari dan anak jatuh
pada gizi kurang.
2.2.10 Tujuan Keperawatan Keluarga
Kerangka tingkat pencegahan ini digunakan untuk menjelaskan tujuan
keperawatan keluarga. Tingkat pencegahan mencakup keseluruhan
spektrum isu sehat dan sakit, serta tujuan yang sesuai untuk setiap
tingkatan.
Menurut Friedman (2010), ketiga tingkatan itu adalah :
a. Pencegahan primer
Melibatkan promosi kesehatan dan tindakan pencegahan spesifik atau
tindakan perlindungan kesehatan yang dirancang untuk menjaga individu
bebas dari penyakit atau cedera. Tindakan pencegahan spesifik atau
perilaku yang melindungi kesehatan juga disebut pemeliharaan kesehatan.
Pencegahan primer pada keluarga dengan stunting adalah dengan
memberikan pendidikan kesehatan tentang penting gizi bagi balita
b. Pencegahan sekunder
27
Terdiri atas deteksi dini, diagnosis dan terapi. Pada keluarga dengan
stunting pencegahan sekunder yang dilakukan adalah mendeteksi dini
tumbuh kembang balita.
c. Pencegahan tersier
Mencakup tahap pemulihan dan rehabilitasi, dirancang untuk
meminimalkan disabilitas klien dan memaksimalkan tingkat fungsi
dirinya. Pencegahan tersier pada keluarga dengan stunting adalah memberi
kesempatan pada balita untuk pemulihan terhadap kondisi fisik yang lalu.
2.3 Konsep Nutrisi
2.3.1. Pengertian
Nutrisi adalah suatu proses organisme menggunakan makanan yang
dikonsumsi secara normal melalui proses digesti, absorpsi, transportasi,
penyimpanan, motabolisme dan pengeluaran zat-zat yang tidak digunakan
untuk mempertahankan kehidupan, pertumbuhan dan fungsi normal dari
organ-organ, serta menghasilkan energi (Supariasa, 2012)
2.3.2. Faktor – Faktor Yang Mempengaruhi Nutrisi
Masalah nutrisi erat kaitannya dengan intake makanan dan metabolisme
tubuh serta faktor-faktor yang mempengaruhinya. Secara umum faktor yang
mempengaruhi kebutuhan nutrisi adalah faktor fisiologis untuk kebutuhan
metabolisme basal, faktor patofisiologi seperti adanya penyakit tertentu
yang mengganggu pencernaan atau meningkatkan kebutuhan nutrisi, faktor
sosioekonomi seperti adanya kemampuan individu dalam memenuhi
kebutuhan nutrisi (Herdman, 2018).
2.3.3. Komponen – Komponen Nutrisi
1. Kalori
Balita memerlukan asupan kalori sekitar 1500 kalori/ hari ini
dikarenakan gerakan balita yang cukup aktif sehingga memerlukan
kalori yang cukup. Kalori dapat diperoleh dari makanan yang
mengandung protein, lemak dan gula (Rusilanti dkk, 2015).
2. Protein
Protein merupakan molekul ysng kompleks, besar dan tersusun atas unit
pembangun yang disebut asam amino. Protein dibutuhkan dalam
pertumbuhan dan perkembangan yang normal. Protein dalam tubuh
akan dipecah menjadi energi ketika kadar karbohidrat dan lemak tidak
28
mencukupi. Protein disimpan dalam otot, tulang, darah, kartilago dan
limfe (Rusilanti dkk, 2015).
3. Lemak
Balita memerlukan lemak lebih banyak dibandingkan orang dewasa
karena mereka menggunakan energi yang lebih selama masa
pertumbuhan dan perkembangan, selain itu lemak juga berfungsi
sebagai pelarut vitamin A,D,E,dan K yang hanya larut dengan lemak
(Rusilanti dkk, 2015).
4. Karbohidrat
Karbohidrat merupakan sumber energi utama bagi anak serta
bermanfaat bagi perkembangan otak, setengah dari kebutuhan energi
anak sebaiknya berasal dari karbohidrat. Anjuran konsumsi karbohidrat
sehari untuk anak 1 tahun keatas antara 50-60% (Rusilanti dkk, 2015).
5. Serat
Serat merupakan bagian dari karbohidrat dan protein nabati yang tidak
dipecah dalam usus kecil dan berguna untuk mencegah sembelit. Serat
akan 18 memberikan dampak perut terasa cepat penuh dan kenyang,
sehingga akan memberi ruang bagi makanan lainnya (Rusilanti dkk,
2015).
6. Vitamin dan mineral
Vitamin merupakan zat organik kompleks yang dibutuhkan dalam
jumlah sangat kecil. Mineral adalah zat organik yang dibutuhkan tubuh
untuk berbagai fungsi. Pemberian makanan yang bervariasi akan
memberikan vitamin dan mineral yang bervariasi juga sehingga akan
memenuhi jumlah yang cukup dari semua zat gizi yang diperlukan
(Rusilanti dkk, 2015).
7. Zat besi
Balita sangat memerlukan zat besi terutama untuk membantu
perkembangan otaknya. Jika kebutuhan zat besi tidak terpenuhi
kemungkinan akan mengalami kelambanan dalam fungsi otak. Makanan
yang mengandung vitamin C merupakan salah satu makanan yang
bermanfaat dalam penyerapan zat besi (Rusilanti dkk, 2015).
8. Kalsium
29
Kalsium diperlukan balita sebagai bahan pembentuk tulang dan gigi.
Kalsium berguna dalam memperkuat masa tulang sehingga balita
dengan gerakan yang aktif bisa terhindar dari patah tulang. Kebutuhan
kalsium pada balita sekitar 500-650 mg/hari.kalsium dapat diperoleh
dari susu, keju, kacangkacangan dan ikan salmon (Rusilanti dkk, 2015).
30
2.4 Konsep Asuhan kepewatan keluarga
2.4.1 Pengkajian
Pengkajian adalah suatu tahapan dimana seorang perawat
mengambil informasi secara terus menerus. Terhadap anggota
keluarga yang dibinanya. Sumber informasi dapat menggunakan
metode:
a.wawancara keluarga
b. observasi fasilitas rumah
c. pemeriksaan fisik dari anggota keluarga (head to too)
d. data sekunder bisa di ambil dari data hasil laboratorium:X-ray
hal- hal yang perlu dilakukan pengkajian antara lain:
1. Data Umum
a. Pengkajian
Nama kepala keluarga (KK) sebagai penanggung jawab
keputusan keluarga, alamat dan nomer tlp: menentukan
demografis wilayah lingkungan dalam memudahkan
menghubungi keluarga dalam menggali informasi, pekerjaan
kepala keluarga: berhubungan dengan setatus sosial ekonomi
keluarga untuk menentukan kemampuan derajat kesehatan,
pendidikan kepala keluarga: untuk landasan komunikasi dan
tingkat pengetahuan dalam menerima pengetahuan kesehatan
serta pengetahuan untuk mengubah prilaku yang kurang sehat.
Komposisi keluarga: untuk mengetahui siapa saja orang yang
tinggal dalam keluarga dan sejauh mana masalah kesehatan
keluarga mempengaruhi komposisi keluarga dalam menambil
prioritas masalah kesehatan yang di hadapi dan yang perlu
diketahui: nama, jenis kelamin, hubungan dengan
keluarga,tingkat pendidikan,setatus imunisasi dan keterangan
b.Genogram
Untuk menentukan dari setatus keturunan dalam keluarga dan
resiko penyakit yang di hadapi adalah penyakit keturunan atau
menular.menjelaskan tentang siapa saja yang tinggal satu rumah
serta ada tidaknya pengaruh terhadap masalah yang di hadapi
31
keluarga. Tipe keluarga, menjelaskan mengenai jenis tipe
keluarga beserta kendala atau masalah masalah yang terjadi
dengan jenis tipe keluarga tersebut
b. Suku Bangsa
Mengkaji asal usul suku bangsa keluarga
tersebut.mengidentifikasi budaya suku bangsa keluarga tersebut
terkait dengan kesehatan.
c. Agama
Mengkaji agama yang di anut oleh keluarga serta kepercayaan
yang dapat mempengaruhi kesehatan.
d. Status Sosial Ekonomi Keluarga
Di tentukan oleh pendapatan baik dari keluarga maupun anggota
keluarga lainya.selain itu setatus sosial ekonomi keluarga
ditentukan pula oleh kebutuhan.kebutuhan yang di keluarkan ileh
keluarga serta barang barang yang di miliki keluarga.
e. Aktifitas Rekreasi Keluarga
Rekreasi keluarga tidak hanya di lihat kapan saja keluarga pergi
bersama sama untuk mengunjungi tempat tempat rekreasi
tertentu namun dengan menonto tv dan mendengar radio juga
merupakan aktivitas rekreasi.
2. Struktur Keluarga
1) Pola Komunikasi Keluarga
Menjelaskan mengenai cara berkomunikasi antar anggota
keluarga.
2) Struktur Kekuatan Keluarga
Kemampuan anggota keluarga mengendalikan dan
mempengaruhi orang lain untuk mengubah perilaku.
3) Struktur Peran
Menjelaskan peran dari masing – masing anggota keluarga
baik secara formal maupun informal.
4) Nilai atau Norma Keluarga
Menjelaskan mengenai nilai norma yang dianut keluarga, yang
berhubungan dengan kesehatan.
3. Fungsi Keluarga
32
1) Fungsi Afektif
Mengkaji gambaran diri anggota keluarga, perasaan
memiliki dan dimiliki keluarga, dukungan keluarga terhadap
anggota keluarga lainnya, kehangatan pada keluarga dan
keluarga mengembangkan sikap saling menghargai.
2) Fungsi Sosialisasi
Bagaimana interaksi atau hubungan dalam keluarga dan
sejauh mana anggota keluarga belajar disiplin, norma atau
budaya dan perilaku.
3) Fungsi Reproduksi
Hal yang perlu dikaji mengenai fungsi reproduksi keluarga
adalah Berapa jumlah anak,
a. Merencanakan jumlah anggota keluarga,
b. Metode apa yang digunakan keluarga dalam
mengendalikan jumlah anggota keluarga.
4) Fungsi Ekonomi
Hal yang perlu dikaji mengenai fungsi ekonomi keluarga :
- Sejauh mana keluarga memenuhi kebutuhan sandang,
pangan dan papan,
- Memanfaatkan sumber yang ada di masyarakat dalam
upaya meningkatkan status kesehatan keluarga.
6)Fungsi Perawatan Kesehatan
Sejauh mana pengetahuan keluarga mengenai sehat-sakit,
kesanggupan keluarga melakukan pemenuhan tugas
perawatan keluarga dapat dilihat dari kemempuan keluarga
melaksanakan 5 tugas keluarga yaitu, keluarga mampu
mengenal masalah kesehatan, mengambil keputusan,
melakukan tindakan, melakukan perawatan terhadap orang
sakit, menciptakan lingkungan yang dapat meningkatkan
kesehatan dan kealuarga mampu memanfaatkan fasilitas
kesehatan yang terdapat dilingkungan setempat.
4. Stress dan Koping Keluarga
1) Stressor jangka pendek yaitu yang dialami keluarga yang memerlukan
penyelesaian dalam waktu < 6 bulan
33
2) Stressor jangka panjang yaitu yang memerlukan penyelesaian > 6
bulan.
3) Kemampuan keluarga berespon terhadap situasi atau stressor. Mengkaji
sejauh mana keluarga berespon terhadap situasi atau stressor.
4) Strategi koping yang digunakan.
Strategi koping apa yang digunakan keluarga bila menghadapi
permasalahan.
5) Strategi adaptasi disfungsional.
Dijelaskan mengenai adaptasi disfungsional yang digunakan
keluarga bila menghadapi permasalahan.
5. .Pemeriksaan Fisik
Pemeriksaan fisik dilakukan pada semua anggota keluargaa.
Metode yang digunakan pada pemeriksaan, tidak berbeda dengan
pemeriksaan fisik di klinik.
2.4.2 .Diagnosa Keperawatan Keluarga
1. Kesiapan Peningkatan Koping Keluarga
Gejala dan Tanda Mayor
Subjektif:
1) Anggota keluarga menetapkan tujuan untuk meningkatkan gaya hidup
sehat
2) Anggota keluarga menetapkan sasaran untuk meningkatkan kesehatan
Objektif:
(tidak tersedia)
Gejala dan tanda minor
Subjektif:
a. Anggota keluarga mengidentifikasi pengalaman yang
mengoptimalkan kesejahteraan
b. Anggota keluarga berupaya menjelaskan dampak krisis
terhadap perkembangan
c. Anggota keluarga mengungkapkan minat dalam membuat
kontak dengan orang lain yang mengalami situasi yang sama
Objektif:
(tidak tersedia)
34
Kondisi Klinis Terkait
a. Kelainan genetik (mis. Sindrom down, fibrosis kistik)
b. Cedera traumatic (mis. Amputasi, cedera spinal)
c. Kondisi kronis (mis. Asma, AIDS, penyakit alzhaimer)
35
k. Perilaku sehat terganggu
l. Ketergantungan anggota keluarga meningkat
m.Realistis kesehatan anggota keluarga terganggu
Kondisi Klinis Terkait:
a. Penyakit Alzheimer
b. AIDS
c. Kelainan yang menyebabkan paralisis permanen
d. Kanker
e. Penyekit kronis (mis. Kanker, arthritis rheumatoid)
f. Penyalahgunaan zat
g. Krisis keluarga
h. Konflik keluarga yang belum terselesaikan
36
(tidak tersedia)
Objektif:
a. Gagal mencapai pengendalian yang
optimal
kondisi terkait
a. Kondisi baru terdiagnosis penyakit
b. Kondisi perubahan gaya hidup baru akibat penyakit
c. Tumor otak
d. Penyalahgunaan zat
e. Gangguan kepribadian dan psikotik
f. Depresi/psikosis pasca persalinan
4. Penurunan Koping
Keluarga
Penyebab:
1) Situasi penyerta yang mempengaruhi orang terdekat
2) Krisis perkembangan yang dihadapi orang terdekat
3) Kelelahan orang terdekat dalam memberikan dukungan
4) Disorganisasi keluarga
5) Perubahan peran keluarga
6) Tidak tersedianya informasi bagi orang terdekat
7) Kurangnya saling mendukung
8) Tidak cukupnya dukungan yang diberikan klien pada orang
terdekat
9) Orang terdekat kurang terpapar informasi
10) Salahnya/tidak pahamnya informasi yang didapatkan orang
terdekat
11) Orang terdekat terlalu fokus pada kondisi di luar keluarga
12) Penyakit kronis yang menghabiskan kemampuan dukungan
orang terdekat
13) Krisis situasional yang dialami orang terdekat
Gejala dan Tanda Mayor
Subjektif:
37
a. Klien mengeluh/khawatir tentang respon orang terdekat
pada masalah kesehatan
Objektif:
a. Orang terdekat menarik diri dari klien
b. Terbatasnya komunikasi orang terdekat dengan klien
Gejala dan Tanda Minor
Subjektif:
a. Orang terdekat menyatakan kurang terpapar informasi
tentang upaya mengatasi masalah klien
Objektif:
a. Bantuan yang dilakukan orang terdekat menunjukkan hasil
yang tidak memuaskan
b. Orang terdekat berperilaku protektif yang tidak sesuai
dengan kemampuan/kemandirian klien
Kondisi Terkait
a. Penyakit Alzheimer
b. AIDS
c. Kelainan yang menyebabkan paralisis permanen
d. Kanker
e. Penyekit kronis (mis. Kanker, arthritis rheumatoid)
f. Penyalahgunaan zat
g. Krisis keluarga
h. Konflik keluarga yang belum terselesaikan
5. Manajemen Kesehatan Keluarga Tidak
Efektif Penyebab:
1) Kompleksitas sistem pelayanan kesehatan
2) Kompleksitas program perawatan/pengobatan
3) Konflik pengambilan keputusan
4) Kesulitan ekonomi
5) Banyak tuntutan
6) Konflik keluarga
38
a. Mengungkapkan tidak memahami masalah kesehatan yang
diderita
b. Mengungkapkan kesulitan menjalankan perawatan yang
ditetapkan
Objektif:
a. Gejala penyakit anggota keluarga semakin memberat
b. Aktivitas keluarga untuk mengatasi masalah kesehatan tidak
tepat
39
Gejala dan Tanda Mayor
Subjektif: (tidak tersedia)
Objektif:
a. Keluarga tidak mampu beradaptasi terhadap situasi
b. Tidak mampu berkomunikasi secara terbuka diantara anggota
keluarga
Gejala dan Tanda Minor
Subjektif:
a. Keluarga tidak mampu mengungkapkan perasaan secara
leluasa
Objektif:
a. Keluarga tidak mampu memenuhi kebutuhan
fisik/emosional/spiritual anggota keluarga
b. Keluarga tidak mampu mencari atau menerima bantuan secara
tepat
Kondisi Terkait
a. Hospitalisasi
b. Kondisi penyakit kronis
c. Prosedur pembedahan
d. Cedera traumatis
e. Penyalahgunaan zat
f. Penyakit Alzheimer
g. Kehamilan
40
keluarga
Gejala dan Tanda Minor
Subjektif:
a. Anak atau anggota keluarga lainnya mengekspresikan kepuasan
dengan lingkungan rumah
b. Anak atau anggota keluarga mengungkapkan harapan yang
realistis Objektif:
a. Kebutuhan fisik dan emosi anak/anggota keluarga
terpenuhi
Kondisi Klinis Terkait:
Perilaku upaya peningkatan kesehatan
41
e. Hubungan dengan masyarakat terjalin positif
f. Keluarga beradaptasi dengan perubahan
Kondisi Klinis Terkait:
a. Kondisi kesehatan kronis (mis. Asma, diabetes melitus, lupus
sistemik, sklerosis multipel, AIDS)
b. Gangguan jiwa (mis. Gangguan afektif, gangguan
perhatian, sindrom down)
9. Ketegangan Peran Pemberi Asuhan
Penyebab:
1) Beratnya penyakit penerima asuhan
2) Kronisanya penyakit penerima asuhan
3) Pemberi asuhan kurang mendapatkan waktu istirahat dan
rekreasi
4) Persaingan komitmen peran pemberi asuhan
5) Ketidakadekuatan lingkungan fisik dalam pemberian asuhan
6) Keluarga atau pemberi asuhan jauh dari kerabat lain
7) Kompleksitas dan jumlah aktifitas pemberi asuhan
Gejala dan Tanda Mayor
Subjektif:
a. Khawatir klien akan kembali dirawat di rumah sakit
b. Khawatir tentang kelanjutan perawatan klien
c. Khawatir tentang ketidakmampuan pemberi asuhan dalam
merawat klien
Objektif: (tidak tersedia)
Gejala dan Tanda Minor
Subjektif: (tidak tersedia)
Objektif:
a. Sulit melakukan dan/atau menyelesaikan tugas merawat klien
Kondisi Klinis Terkait:
a. Kondisi kronis (mis. Cedera kepala berat, cedera medula
spinalis, keterlambatan perkembangan)
b. Kondisi kelemahan progresif Alzheimer, PPOK tahap terminal,
gagal ginjal, dialysis ginjal)
c. Penyalahgunaan zat
42
d. Kondisi akhir hayat (menjelang ajal)
e. Kondisi psikiatrik (mis. Gangguan kepribadian, skizofrenia)
43
f. Sindrom keletihan kronis
g. Depresi mayor
11. Pencapaian Peran Menjadi Orang Tua
GejaladanTandaMayor
Subjektif:
(Tidaktersedia)
Objektif:
1. Boundingattacmentoptimal
2. Perilakupositifmenjadiorangtua
3. Salingberinteraksidalammerawatbayi
GejaladanTandaMinor
Subjektif:
a. Mengungkapkan kepuasan dengan bayi
Objektif:
a. Melakukanstimulasivisual,taktifataupendengaranterhadapbayi
KondisiKlinisTerkait:
a. Statuskesehatanibu
b. Statuskesehatanbayi
12. RisikoGangguanPerlekatan
Faktorrisiko:
1. Kekhawatiranmenjalankanperansebagaiorangtua
2. Perpisahanantaraibudananak/bayiakibathospitalisasi
3. Penghalangfisik (mis. Inkubator, babywarmer)
4. Ketidakmampuanorangtuamemenuhikebutuhananak/bayi
5. Perawatndalamruangisolasi
6. Prematuritas
7. Penyalahgunaanzat
8. Konflikhubunganantara orangtuadananak
9. Perilakubayitidakterkoordinasi
KondisiKlinisTerkait:
44
a. Hospitalisasi
b. Prematuritas
d. Retardasimental
e. Komplikasimaternal
f. Sakitselamaperiodehamildanmelahirkan
g. Postpartumblues
13. Risiko Proses Pengasuhan Tidak Efektif
Faktor Risiko:
1. Kekerasandalamrumahtangga
2. Kehamilantidakdiinginkan/direncanakan
3. Kurangterpaparinformasitentangpersalinan/pengasuhan
4. Ketidakberdayaanmaternal
5. Distrespsikologis
6. Penyalahgunaanobat
7. Ketidakadekuatanmanajemenketidaknyamananselamapersalinan
8. Akseslayanankesehatansulitdijangkau
9. Kurangnyaminat/proaktifdalamprosespersalinan
10. Ketidaksesuainkondisibayidenganharapan
11. Ketidaknyamanlingkunganuntukbayi
KondisiKlinisTerkait:
a. Gangguanpertumbuhanjanin
b. Gangguankesehatanfisikdanpsikologisibu
(PPNI,2018
45
46
2.4.3 Intervensi Keperawatan
47
bahaya yang
memungkinkan
individu melakukan
tindakan untuk
menghadapi ancaman
Ekspektasi: membaik Ekspektasi: membaik
Gejala dan Tanda Mayor KH: KH: a. Observasi a. Observasi
Subjektif: a. Perasaan diabaikan a. Pemenuhan kebutuhan - Identifikasi kesesuaian - Identifikasi pemahaman
a. Anggota keluarga b. Kekhawatiran anggota keluarga antara harapan pasien, keluarga terhadap masalah
menetapkan tujuan untuk tentang anggota b. Anggota keluarga saling keluarga, dan tenaga - Identifikasi mekanisme
meningkatkan gaya hidup keluarga mendukung kesehatan koping keluarga
sehat c. Perilakau mengabaikan c. Anggota keluarga - Idenfikasi respons b. Terapeutik
b. Anggota keluarga anggota keluarga menjalankan peran yang emosionalterhadap - Fasilitasi kunjungan
menetapkan sasaran untuk d. Kemampuan memenuhi diharapkan kondisi saat ini keluarga
meningkatkan kesehatan kebutuhan anggota d. Adaptasi terhadap b. Terapeutik
Objektif: keluarga masalah - Fasilitasi komunikasi
(tidak tersedia) - Dengarkan masalah, terbuka nalar setiap
e. Komitmen pada Ekspektasi: meningkat
Gejala dan Tanda Minor perasaan, dan anggota keluarga
perawatan/pengobatan a. Mendiskusikan makna
Subjektif: pertanyaan keluarga c. Edukasi
f. Komunikasi antara krisis
a. Anggota keluarga anggota keluarga b. Mempertahankan - Fasilitasi - Anjurkan anggota keluarga
mengidentifikasi g. Toleransi kebiasaan rutin pengungkapan mempertahankan
pengalaman yang keluarga perasaan antara pasien keharmonisan anggota
mengoptimalkan c. Dukungan kemandirian dan keluarga atau antar keluarga
kesejahteraan antar anggota keluarga anggota keluarga d. Kolaborasi
b. Anggota keluarga berupaya d. Verrbalisasi harapan c. Edukasi
- Rujuk untuk terapi
menjelaskan dampak krisis yang positif antar - Informasikan kemajuan keluarga, jika perlu
terhadap perkembangan anggota keluarga pasien secara berkala
c. Anggota keluarga e. Menggunakan strategi
48
mengungkapkan minat koping yang efektif - Informasikan fasilitas
dalam membuat kontak f. Verbalisasi perasaan perawatan kesehatan
dengan orang lain yang antar anggota keluarga yang tersedia
mengalami situasi yang g. Mencari dukungan d. Kolaborasi
sama emosional dari anggota - Rujuk untuk terapi
Objektif: keluarga lain keluarga, jika perlu
(tidak tersedia) h. Menganggap kesulitan
sebagai tantangan
Ekspektasi: menurun
a. Verbalisasi kebingunan
b. Verbalisasi khawatir
akibat kondisi yang
dihadapi
c. Perilaku gelisah
d. Perilaku tegang
e. Pola tidur
Diagnosis Ketidakmampuan Koping Status koping keluarga (L. a. Adaptasi disabilitas (L. a. Dukungan koping keluarga (I. a. Intervensi krisis (I. 09278)
(2) Keluarga (D. 0093) (Hal. 204) 09088) (Hal. 116) 05037) (Hal. 14) 09260) (Hal. 28) (Hal. 125)
Kategori Psikologis b. Dukungan keluarga (L. b. Mobilisasi keluarga (I. 13483)
Sub Integritas Ego 13112) (Hal. 21) (Hal. 234)
kategori c. Dukungan sosial (L.
13112) (Hal. 22)
d. Fungsi keluarga
(L.
13112) (Hal. 26)
e. Ketahanan keluarga (L.
09074) (Hal. 45)
f. Manajemen kesehatan
keluarga (L. 12105)
49
(Hal. 63)
g. Tingkat agitasi (L.
09092) (Hal. 130)
Definisi Perilaku orang terdekat Perilaku anggota keluarga a. Proses penyesuaian Memfasilitasi peningkatan a. Melakukan konseling jangka
(anggota keluarga atau orang dalam mendukung, memberi fungsional terhadap nilai-nilai, minat dan tujuan pendek untuk mengatasi
berarti) yang membatasi rasa nyaman, membantu dan tantangan keterbatasan dalam keluarga krisis dan mengembangkan
kemampuan dirinya dank lien memotivasi anggota fisik tingkat fungsi ke sebelum
untuk beradaptasi dengan keluarga lain yang sakit b. Ketersediaan sokongan krisis atau menjadi lebih baik
masalah kesehatan yang terhadap kemampuan anggota keluarga untuk b. Memanfaatkan kekuatan
dihadapi klien beradaptasi, mengelola dan memenuhi kebutuhan keluarga untuk
mengatasi masalah individu yang mempengaruhi kesehatan
kesehatan menjalani perawatan pasien secara positif
c. Ketersediaan sokongan
dari oran lain untuk
memenuhi kebutuhan
individu yang
menjalani perawatan
d. Kemampuan keluarga
memenuhi kebutuhan
anggota keluarga
selama proses
perkembangan
e. Kapasitas keluarga
untuk beradaptasi dan
berfungsi secara positif
setelah mengalami
kesulitan atau krisis
f. Kemampuan
50
menangani masalah
kesehatan keluarga
secara optimal untuk
memulihkan kondisi
kesehatan anggota
keluarga
g. Manifestasi fisiologis
dan perilaku akibat
stress atau pemicu
biokimia
Ekspektasi: membaik Ekspektasi: meningkat
Gejala dan tanda Mayor KH: KH: a. Observasi a. Observasi
Subjektif: a. Perasaan diabaikan a. Verbalisasi - Identifikasi respon - Identifikasi kekuatan dan
a. Merasa diabaikan Objektif: b. Kekhawatiran menyesuaikan diri emosional terhadap sumberdaya di dalam
a. Tidak memenuhi kebutuhan tentang anggota dengan disabilitas kondisi saat ini keluarga dan masyarakat
anggota keluarga b. Verbalisasi rekonsiliasi - Identifikai beban - Identifikasi kesiapan dan
keluarga c. Perilakau mengabaikan dengan disabilitas
prognosis secara kemampuan anggota
b. Tidak toleran anggota keluarga c. Adaptasi dengan
psikologis keluarga untuk belajar
c. Mengabaikan anggota d. Kemampuan memenuhi keterbatasan fisik
b. Terapeutik - Identifikasi keterbatasan,
keluarga kebutuhan anggota d. Modifikasi pola hidup
- Dengarkan masalah, kemajuan, dan implikasi
Gejala dan Tanda Minor keluarga sesuai kondisi
perasaan, dan pertanyaan perawatan
Subjektif: e. Komitmen pada disabilitas
keluarga b. Terapeutik
a. Terlalu khawatir dengan perawatan/pengobatan Ekspektasi: meningkat
anggota keluarga f. Komunikasi antara a. Anggota keluarga - Terima nilai-nilai keluarga - Jadilah pendengar yang
b. Merasa tertekan (depresi) anggota keluarga verbalisasi keinginan dengan cara yang tidak baik untuk anggota
Objektif: untuk mendukung menghakimi keluarga
g. Toleransi
a. Perilaku menyerang anggota keluarga yang - Fasilitasi pengungkapan - BHSP dengan anggota
sakit perasaan antara pasien keluarga
51
(agresi) b. Menanyakan dan keluarga atau antar - Dukung kegiatan anggota
b. Perilaku menghasut kondisi pasien anggota keluarga keluarga dalam
(agitasi) c. Mencari dukungan - Fasilitasi anggota keluarga mempromosikan
c. Tidak berkomitmen sosial bagi anggota dalam mengidentifikasi kesehatan atau pengelolaan
d. Menunjukkan gejala keluarga yang sakit dan menyelesaikan kondisi
psikosomatis d. Mencari dukungan konflik - Libatkan anggota keluarga
e. Perilaku menolak spiritual bagi anggota nilai untuk mengodentifikasi
f. Perawatan yang keluarga c. Edukasi layanan kesehatan dan
mengabaikan kebutuhan Ekspektasi: meningkat - Informasikan fasilitas sumber daya masyarakat
dasar klien a. Kemampuan meminta perawatan kesehatan c. Edukasi
g. Mengabaikan bantuan pada orang yang tersedia - Berikan informasi
perawatan/pengobatan lain d. Kolaboras kesehatan kepada
anggota keluarga b. Bantuan yang - Rujuk untuk terapi keluarga, sesuai
h. Perilaku bermusuhan ditawarkan oleh orang kelaurga, jika perlu kebutuhan
i. Perilaku individualistic lain d. Kolaborasi
j. Upaya membangun hidup c. Dukungan emosi yang
- Rujuk anggota keluarga
bermakna terganggu disediakan oleh orang pada dukungan kelompok,
k. Perilaku sehat terganggu lain jika perlu
l. Ketergantungan anggota Ekspektasi: membaik
keluarga meningkat a. Pemenuhan kebutuhan
m. Realistis kesehatan anggota anggota keluarga
keluarga terganggu b. Anggota keluarga saling
mendukung
c. Anggota keluarga
menjalankan peran
yang diharapkan
d. Adaptasi terhadap
Masalah
52
Ekspektasi: meningkat
a. Mendiskusikan makna
krisis
b. Mempertahankan
kebiasaan rutin
keluarga
c. Dukungan kemandirian
antar anggota keluarga
d. Verbalisasi harapan
yang positif antar
anggota keluarga
e. Menggunakan strategi
koping yang efektif
Ekspektasi: meningkat
a.Kemampuan
menjelaskan masalah
kesehatan yang dialami
b. Aktivitas keluarga
mengatasai masalah
kesehatan tepat
c. Verbalisasi
kesulitan
menjalankan perawatan
yang ditetapkan
Ekspektasi: menurun
a.Kegelisahan
b. Frustasi
c. Sifat lekas marah
d. Tidak mampu menahan
Diri
53
Diagnosis Perilaku Kesehatan Cenderung Perilaku kesehatan (L. a. Manajemen kesehatan Promosi perilaku upaya a. Identifikasi risiko (I. 14502)
(3) Berisiko (D. 0099) (Hal. 216) 12107) (Hal. 88) keluarga (L. 12105) kesehatan (I. 12472) (Hal. (Hal. 120)
Kategori Psikologis (Hal. 63) 380) b. Konseling (I. 10334) (Hal.
Sub Integritas Ego 133)
kategori
Definisi Hambatan kemampuan dalam Kemampuan dalam Kemampuan menangani Meningkatkan perubahan a. Menemukan dan
mengubah gaya hidup/perilaku mengubah gaya masalah kesehatan perilaku penderita/klien agar menganalisis kemungkinan
untuk memperbaiki status hidup/perilaku untuk keluarga secara optimal memiliki kemauan dan faktor-faktor risiko yang
kesehatan memperbaiki status untuk memulihkan kondisi kemampuan yang kondusif dapat mengganggu
kesehatan kesehatan anggota bagi kesehatan secara kesehatan
keluarga menyeluruh baik bagi b. Memberikan bimbingan
lingkungan maupun untuk meningkatkan atau
masyarakat sekitarnya mendukung penganan,
pemecahan masalah dan
hubungan interpersonal
Ekspektasi: membaik Ekspektasi: meningkat
Gejala dan Tanda a. Penerimaan terhadap a. Kemampuan a. Observasi a. Observasi
Mayor Subjektif: (tidak perubahan status menjelaskan masalah - Identifikasi perilaku - Identifikasi perilaku
tersedia) Objektif: kesehatan kesehatan yang dialami upaya kesehatan yang keluarga yang
a. Menunjukkan penolakan b. Kamampuan melakukan b. Aktivitas keluarga dapat ditingkatkan mempengaruhi pasien
terhadap perubahan status tindakan pencegahan mengatasai masalah b. Terapeutik b. Terapeutik
kesehatan masalah kesehatan kesehatan tepat - Orientasi pelayanan - Bina hubungan dan
b. Gagal melakukan tindakan c. Kemampuan c. Verbalisasi kesehatan yang dapat terapeutik berdasarkan rasa
pencegahan masalah peningkatan kesehatan kesulitan dimanfaatkan pervaya dan
kesehatan menjalankan c. Edukasi penghargaan
c. Menunjukkan upaya perawatan yang
peningkatan status - Anjurkan menggunakan - Berikan empati,
ditetapkan
air bersih kehangatan, dan kejujuran
54
kesehatan yang minimal - Anjurkan mencuci - Fasilitasi untuk
Gejala dan Tanda Minor tangan dengan air bersih mengidentifikasi masalah
Subjektif: (tidak tersedia) dan sabun c. Edukasi
Objektif: - Anjurkan menggunakan - Anjurkan mengekspresikan
a. Gagal mencapai jamban sehat perasaan
pengendalian yang optimal
- Anjurkan makan sayur - Anjurkan mengganti
dan buah setiap hari kebiasaan maladaptif
- Anjurkan melakukan dengan adaptif
aktivitas fisik setiap hari
- Anjurkan tidak
merokok di dalam rumah
Diagnosis Penurunan Koping Keluarga Status koping keluarga (L. a. Fungsi keluarga (L. a. Dukungan koping keluarga Mobilisasi keluarga (I. 13483)
(4) (D. 0097) (Hal. 212) 09088) (Hal. 116) 13114) (Hal. 26) (I. 09260) (Hal. (Hal. 234)
Kategori Psikologis b. Ketahanan keluarga 28)
Sub Integritas Ego (L. 09074) (Hal. 45) b. Promosi koping (I. 09312)
kategori c. Tingkat ansietas (L. ( Hal. 375)
09093) (Hal. 132)
Definisi Ketidakadekuatan atau Perilaku anggota keluarga a. Kemampuan keluarga a. Memfasilitasi peningkatan Memanfaatkan kekuatan
ketidakefektifan dukungan, dalam mendukung, memberi memenuhi kebutuhan nilai-nilai, minat dan keluarga untuk mempengaruhi
rasa nyaman, bantuan dan rasa nyaman, membantu dan anggota keluarga tujuan dalam keluarga kesehatan pasien secara positif
motivasi orang terdekat memotivasi anggota selama proses b. Meningkatkan upaya
(anggota keluarga atau orang keluarga lain yang sakit perkembangan kognitif dan perilaku
berarti yang dibutuhkan klien terhadap kemampuan b. Kapasitas keluarga untuk menilai dan
untuk mengelola atau beradaptasi, mengelola dan untuk beradaptasi dan merespon stressor
mengatasi masalah mengatasi masalah berfungsi secara positif dan/atau kemampuan
55
kesehatannya. Kesehatan setelah mengalami menggunakan sumber-
kesulitan atau krisis sumber yang ada
c. Kondisi emosi dan
pengalaman subyek
terhadap subyek yang
tidak jelas dan spesifik
akibat antisipasi bahaya
yang
memungkinkan
individu melakukan
tindakan untuk
menghadapi ancaman
Ekspektasi: membaik Ekspektasi: membaik
Gejala dan Tanda Mayor KH: KH: a. Observasi a. Observasi
Subjektif: a. Perasaan diabaikan a. Pemenuhan kebutuhan - Identifikasi kesesuaian - Identifikasi kekuatan dan
a. Klien mengeluh/khawatir b. Kekhawatiran tentang anggota keluarga antara harapan pasien, sumberdaya di dalam
tentang respon orang terdekat anggota keluarga b. Anggota keluarga saling keluarga, dan tenaga keluarga dan masyarakat
pada masalah kesehatan c. Perilakau mengabaikan mendukung kesehatan - Identifikasi kesiapan dan
Objektif: anggota keluarga c. Anggota keluarga - Idenfikasi respons kemampuan anggota
a. Orang terdekat menarik d. Kemampuan memenuhi menjalankan peran yang
emosionalterhadap keluarga untuk belajar
diri dari klien kebutuhan anggota diharapkan
kondisi saat ini - Identifikasi keterbatasan,
b. Terbatasnya komunikasi keluarga d. Adaptasi terhadap b. Terapeutik kemajuan, dan implikasi
orang terdekat dengan e. Komitmen pada masalah
klien
- Dengarkan masalah, perawatan
perawatan/pengobatan Ekspektasi: meningkat
perasaan, dan b. Terapeutik
Gejala dan Tanda Minor f. Komunikasi antara a. Mendiskusikan makna
pertanyaan keluarga - Jadilah pendengar yang
Subjektif: anggota keluarga krisis
a. Orang terdekat menyatakan h. toleransi b. Mempertahankan - Fasilitasi pengungkapan baik untuk anggota
kebiasaan rutin perasaan antara keluarga
pasien dan
56
kurang terpapar informasi Keluarga keluarga atau antar - BHSP dengan anggota
tentang upaya mengatasi c. Dukungan kemandirian anggota keluarga keluarga
masalah klien Objektif: antar anggota keluarga c. Edukasi - Dukung kegiatan anggota
a. Bantuan yang dilakukan d. Verrbalisasi harapan - Informasikan kemajuan keluarga dalam
orang terdekat yang positif antar pasien secara berkala mempromosikan
menunjukkan hasil yang anggota keluarga - Informasikan fasilitas kesehatan atau
tidak memuaskan e. Menggunakan strategi perawatan kesehatan pengelolaan kondisi
b. Orang terdekat berperilaku koping yang efektif yang tersedia - Libatkan anggota keluarga
protektif yang tidak sesuai f. Verbalisasi perasaan d. Kolaborasi
untuk mengodentifikasi
dengan antar anggota keluarga
- Rujuk untuk terapi layanan kesehatan dan
kemampuan/kemandirian g. Mencari dukungan keluarga, jika perlu sumber daya masyarakat
klien emosional dari anggota
c. Edukasi
keluarga lain
h. Menganggap kesulitan - Berikan informasi
sebagai tantangan kesehatan kepada
Ekspektasi: menurun keluarga, sesuai
a. Verbalisasi kebingunan kebutuhan
b. Verbalisasi khawatir d. Kolaborasi
akibat kondisi yang - Rujuk anggota keluarga
dihadapi pada dukungan kelompok,
c. Perilaku gelisah jika perlu
d. Perilaku tegang
e. Pola tidur
Diagnosis Manajemen Kesehatan Manajemen kesehatan a. Ketahanan c. Dukungan keluarga Mobilisasi keluarga (I. 13483)
(5) Keluarga Tidak Efektif keluarga (L. 12105) (Hal. keluarga merencanakan perawatan (Hal. 234)
(D.0115) (Hal. 254) 63) (L. 09074) (Hal. 45) (I. 13477) (Hal. 26)
Kategori Perilaku b. Status kesehatan d. Koordinasi diskusi keluarga
keluarga (L. 12108)
Sub Penyuluhan dan Pembelajaran (Hal. 112) (I. 12482) (Hal. 140)
kategori
57
Definisi Pola penanganan masalah Kemampuan menangani a. Kapasitas keluarga c. Memfasilitasi perencanaan Memanfaatkan kekuatan
kesehatan dalam keluarga tidak masalah kesehatan keluarga untuk beradaptasi dan penatalaksanaan perawatan keluarga untuk mempengaruhi
memuaskan untuk memulihkan secara optimal untuk berfungsi secara positif kesehatan keluarga kesehatan pasien secara positif
kondisi kesehatan anggota memulihkan kondisi setelah mengalami d. Menyeimbangkan kegiatan
keluarga kesehatan anggota keluarga kesulitan atau krisis keluarga untuk mencapai
b. Kondisi kesejahteraan tujuan bersama anggota
fisik, mental dan sosial keluarga
keluarga
Ekspektasi: meningkat Ekspektasi: meningkat
Gejala dan Tanda Mayor KH: KH: a.Observasi a. Observasi
Subjektif: a. Kemampuan a. Mendiskusikan makna - Identifikasi kebutuhan - Identifikasi kekuatan dan
a. Mengungkapkan tidak menjelaskan masalah krisis dan harapan keluarga sumberdaya di dalam
memahami masalah kesehatan yang dialami b. Mempertahankan tentang kesehatan keluarga dan masyarakat
kesehatan yang diderita b. Aktivitas keluarga kebiasaan rutin - Identifikasi sumber- - Identifikasi kesiapan dan
b. Mengungkapkan kesulitan mengatasai masalah keluarga sumber yang dimiliki kemampuan anggota
menjalankan perawatan kesehatan tepat c. Dukungan kemandirian keluarga keluarga untuk belajar
yang ditetapkan Objektif: c. Verbalisasi kesulitan antar anggota keluarga
- Identifikasi - Identifikasi keterbatasan,
a. Gejala penyakit anggota menjalankan perawatan d. Verrbalisasi harapan
tindakan yang dapat kemajuan, dan implikasi
keluarga semakin yang ditetapkan yang positif antar
dilakukan keluarga perawatan
memberat anggota keluarga
b.Terapeutik b. Terapeutik
b. Aktivitas keluarga untuk e. Menggunakan strategi
mengatasi masalah koping yang efektif
- Motivasi pengembangan - Jadilah pendengar yang
kesehatan tidak tepat sikap dan emosi baik untuk anggota
f. Verbalisasi perasaan
Gejala dan Tanda Minor antar anggota keluarga yang mendukung keluarga
Subjektif: g. Mencari dukungan upaya
- BHSP dengan anggota
emosional dari anggota kesehatan
keluarga
58
(tidak ) lakukan tindakan keluarga lain c. - Gunakan sarana dan - Dukung kegiatan anggota
tersedia faktor h. Menganggap fasilitas yang ada keluarga dalam
Objektif: kesulitan sebagai dalam mempromosikan
a. Gagal memengurangi tantangan Ekspektasi: keluarga kesehatan atau
untuk
meningkat Edukasi pengelolaan kondisi
risiko
a. Kesehatan fisik anggota - Libatkan anggota
- Informasikan fasilitas
keluarga keluarga untuk
kesehatan yang ada di
b. Kesehatan mental mengodentifikasi layanan
lingkungan keluarga
anggota keluarga kesehatan dan sumber
- Ajarkan cara perawatan
yang bisa dilakukan daya masyarakat
keluarga c. Edukasi
-Berikan informasi
kesehatan kepada
keluarga, sesuai
kebutuhan
d. Kolaborasi
-Rujuk anggota keluarga
pada dukungan
kelompok, jika perlu
Diagnosis Gangguan Proses Keluarga Proses keluarga (L. 13123) Dukungan keluarga (L. a. Promosi proses efektif a. Pendampingan keluarga (I.
(6) (D.0120) (Hal. 266) (Hal. 98) 13112) (Hal. 21) keluarga (I. 13496) (Hal. 13486) (Hal. 287)
Kategori Relasional 383)
b. Terapi keluarga (I. 09322)
Sub Interaksi Sosial
(Hal. 425)
kategori
Definisi Perubahan dalam hubungan Kemampuan untuk berubah Ketersediaan sokongan a. Melakukan tindakan untuk Mendampingi keluarga dan atau
atau fungsi keluarga dalam hubungan aatau anggota keluarga untuk mempertahankan dan anggota keluarga dalam
fungsi keluarga memenuhi kebutuhan meningkatkan proses menjalani regimen pengobatan
59
individu yang menjalani b. dalam keluarga atau menghadapi masalah
perawatan Menggunakan anggota kesehatan
keluarga untuk
menggerakkan keluarga
melakukan cara hidup yang
lebih produktif
Ekspektasi: membaik Ekspektasi: meningkat
Gejala dan Tanda Mayor KH: KH: a. Observasi a. Observasi
Subjektif: (tidak a. Adaptasi keluarga a. Anggota keluarga - Identifikasi tipe proses - Identifikasi kebutuhan
tersedia) Objektif: terhadap situasi verbalisasi keinginan keluarga keluarga terkait masalah
a. Keluarga tidak mampu b. Kemampuan keluarga untuk mendukung kesehatan keluarga
- Identifikasi masalah atau
beradaptasi terhadap situasi berkomunikasi secara anggota keluarga yang
gangguan dalam proses - Identifikasi tugas
b. Tidak mampu terbuka diantara anggota sakit
keluarga Terapeutik kesehatan keluarga yang
berkomunikasi secara keluarga b. Menanyakan b.
- Pertahankan interaksi terhambat
terbuka diantara anggota kondisi pasien
yang berkelanjutan b. Terapeutik
keluarga c. Mencari dukungan sosial
Gejala dan Tanda Minor dengan anggota - BHSP dengan keluarga
bagi anggota keluarga
keluarga - Dengarkan keinginan dan
Subjektif: yang sakit
a. Keluarga tidak d. Mencari dukungan - Motivasi anggota perasaan keluarga
mampu mengungkapkan spiritual bagi anggota keluarga untuk - Dukungan mekanisme
perasaan keluarga melakukan aktivitas koping adaptif yang
secara leluasa Objektif: bersama seperti makan digunakan keluarga
a. Keluarga tidak mampu bersama, diskusi c. Edukasi
memenuhi kebutuhan bersama keluarga - Ajarkan mekanisme
fisik/emosional/spiritual Edukasi koping yang dapat
c.
anggota keluarga - Diskusikan dukungan dijalankan keluarga
b. Keluarga tidak mampu sosial dari sekitar
60
Diagnosis Kesiapan Peningkatan Menjadi Peran menjadi orang tua (L. a. Keamanan lingkungan c. Promosi antisipasi a. Promosi keutuhan keluarga (I.
(7) Orang Tua (D. 0122) (Hal. 13120) (Hal. 79) rumah (L. 14126) (hal. keluarga (I. 12466) (Hal. 13490) (Hal. 372)
270) 36) 357)
Kategori Relasional b. Penampilan peran (L.
Sub Interaksi Sosial 13119) (hal. 75)
kategori
Definisi Pola pemberian lingkungan Kemampuan orang tua a. Pengaturan ruang dan Meningkatkan kesiapan Meningkatkan pengetahuan dan
bagi anak atau anggota memberi lingkungan bagi perabot untuk keluarga untuk mencegah kemampuan pasien untuk
keluarga yang cukup untuk anak atay anggota keluarga mencegah terjadinya perkembangan atau krisis menjaga dan meningkatkan
memfasilitasi pertumbuhan dan yang cukup, untuk cedera fisik di rumah situasi akibat masalah kerekatan dan keutuhan keluarga
perkembangan serta dapat memfasilitasi pertumbuhan b. Pola perilaku sesuai kesehatan
ditingkatkan dan perkembangan dengan harapan, norma
dan lingkungan
Ekspektasi: membaik Ekspektasi: meningkat
Gejala dan Tanda Mayor KH: KH: a. Observasi a. Observasi
Subjektif: a. Bounding attachment a. Pemeliharaan rumah - Identifikasi metode - Identifikasi pemahaman
a. Mengekspresikan b. Perilaku positif menjadi b. Pencahayaan pemecahan keluarga terhadap
keinginan untuk orang tua eksterior masalah yang masalah
meningkatkan peran c. Interaksi perawatan bayi c. Pencahayaan interior sering digunakan - Identifikasi adanya konflik
menjadi orang tua Objektif: Ekspektasi: membaik KH: keluarga prioritas antar anggota
a. Tampak adanya dukungan a. Verbalisasi b. Terapeutik keluarga
emosi dan pengertian pada harapan terpenuhi
- Fasilitasi dalam - Identifikasi mekanisme
anak atau anggota keluarga b. Verbalisasi
memutuskan koping keluarga
Gejala dan Tanda Minor harapan terpenuhi
Subjektif: strategi - Monitor hubungan antar
c. Verbalisasi
pemecahan anggota keluarga
kepuasan
masalah
Peran
yang dihadapi keluarga
- Libatkan seluruh
61
a. Anak atau anggota d. Adaptasi anggota keluarga dalam b. Terpeutik
keluarga lainnya peran yang upaya antisipasi - Fasilitasi
mengekspresikan kepuasan e. Strategi masalah kesehatan, jika kunjungan keluarga
dengan lingkungan rumah koping efektif memungkinkan
- Fasilitasi keluarga
b. Anak atau anggota c. Edukasi
melakukan pengambilan
keluarga mengungkapkan - Jelaskan perkembangan dan keputusan dan pemecahan
harapan yang realistis perilaku yang masalah
Objektif: normal kepada keluarga
a. Kebutuhan fisik dan emosi
- Fasilitasi komunikasi
d. Kolaborasi
terbuka nalar setiap
anak/anggota keluarga Kerjasama dengan tenaga
anggota keluarga
terpenuhi kesehatan terkait lainnya,
c. Edukasi
jika perlu
- Anjurkan anggota
keluarga mempertahankan
keharmonisan keluarga
d. Kolaborasi
- Rujuk untuk terapi, jika
perlu
Diagnosis Kesiapan peningkatan proses Proses Keluarga (L.13123) a. Dukungan Keluarga Promosi antisipasi Keluarga (I. a. Dukungan penampilan peran
(8) keluarga (D.0123) (Hal.98) (L. 13112) (Hal. 21) 12466) (Hal. 357) (1.13478) (Hal.33)
Kategori Relasional b. Kinerja Pe ngasuhan b. Edukasi keluarga
Sub Interaksi Sosial (L.13117) c. Edukasi nutrisi anak
Kategori c. Status kesehatan
Keluarga (L. 12108)
(Hal. 112)
d. Status Koping
Keluarga (L.09088)
(Hal. 116)
62
Definisi Pola fungsi keluarga yang Ketidakmampuan untuk a. Ketersediaan Meningkatkan kesiapan a. Memfasilitasi pasien dan
cukup untuk mendukung berubah dalam hubungan sokongan anggota keluarga untuk mencegah keluarga untuk
kesejahteraan anggota atau fungsi keluarga keluarga untuk perkembangan atau krisis mempernbaiki hubunga
keluarga dan dapat memenuhi kebutuhan situasi akibat masalah dengan mengklarifikasi dann
ditingkatkan individu yang kesehatan memenuhi perilaku
menjalani perawatan tertentu peran
b. Pola pemberian
lingkungan bagi anak
atau anggota keluarga
untuk mendukung dan
membangun aspek
fisik, emosi, dan sosial
c. Kondisi kesejahteraan
fisik, mental dan
sosial keluarga
d. Perilaku anggota
keluarga dalam
mendukung, memberi
rasa nyaman,
membantu dan
memotivasi anggota
keluarga lain yang
sakit terhadap
kemampuan
beradaptasi,
mengelola dan
mengatasi masalah
kesehatan
Ekspektasi: membaik Ekspektasi: Meningkat
Gejala dan Tanda Mayor KH: KH: a. Observasi Observasi:
63
Subjektif: a. Adaptasi keluarga a. Anggota keluarga - Identifikasi metode a. Identifikasi berbagai peran
a. Mengekspresikan terhadap situasi verbalisasi keinginan pemecahan masalah dan periode transisi sesua
keinginan untuk b. Kemampuan keluarga untuk mendukung yang sering digunakan tingkat perkembangan
meningkatkan dinamika berkomunikasi secara anggota keluarga yang keluarga b. Identifikasi peran yang ada
keluarga terbuka diantara sakit b. Terapeutik dalam keluarga
Objektif anggota keluarga b. Menanyakan - Fasilitasi dalam c. Identifikasi adanya peran
a. Menunjukkan fungsi kondisi pasien memutuskan strategi yang tidak terpenuhi
keluarga dalam memenuhi c. Mencari dukungan pemecahan Terapeutik
kebutuhan fisik, sosial, dan sosial bagi anggota masalah d. Fasilitasi adaptasi peran
psikologis anggota keluarga yang sakit yang dihadapi keluarga keluarag terhadap perubahan
keluarga d. Mencari dukungan peran yang tidak diinginkan
- Libatkan seluruh
b. Menunjukkan aktifitas spiritual bagi anggota e. „fasilitasi bermain peran
anggota keluarga dalam
untuk mendukung keluarga dalam mengantisipasi reaksi
upaya antisipasi
keselamatan dan Ekpektasi Meningkat: orang lain terhadap perilaku
masalah kesehatan, jika
pertumbuhan anggota a. Pemenuhan kebutuhan Edukasi
memungkinkan
keluarga fisik anak f. Diskusikan perilaku yang
c. Edukasi
c. Peran keluarga fleksibel b. Pemenuhan kebutuhan dibutuhkan untuk
dan tepat dengan tahap emosi anak - Jelaskan perkembangan pengembangan peran
c. Pemebuhan kebutuhan dan perilaku g. Diskusikan perubahan peran
perkembangan
Ekspektasi: meningkat yang
d. Terlihat adanya respek yang diperlukan akibat
a. Kesehatan fisik anggota normal kepada keluarga
dengan anggota keluarga penyakit atau
Gejala dan Tanda keluarga d. Kolaborasi
ketidakmampuan
Minor Subjektif b. Kesehatan - Kerjasama dengan Kolaborasi
(Tidak tersedia) mental anggota tenaga kesehatan terkait h. Rujuk dalam kelompok
Objektif keluarga Ekepektasi: lainnya, jika perlu untuk mempelajari peran
a. Keluarga menunjukkan minta Meningkat baru
melakukan aktivitas a. Perasaan diabaikan
b. Kekhawatiran
tentang anggota
keluarga
64
hidup sehari-hari c. Perilakau mengabaikan
yang positif anggota keluarga
b. Terlihat adanya kemampuan d. Kemampuan memenuhi
keluarga untuk pulih dari kebutuhan anggota
kondisi sulit keluarga
c. Tampak keseimbangan antara e. Komitmen pada
otonomi dan perawatan/pengobatan
kebersamaan f. Komunikasi
d. Batasan-batasan anggota antara anggota
keluarga dipertahankan keluarga
e. Hubungan dengan Toleransi
masyarakat terjalin positif
f. Keluarga beradaptasi
dengan perubahan
Diagnosis Ketegangan Peran Pemberi Peran Pemberi Asuhan a. Dukungan keluarga (L. Edukasi pada Pengasuh 1. Promosi perilaku upaya
(9) Asuhan (D.0124) (L.13121) (Hal.80) 13112) (Hal. 21) (1.12402) (Hal.77) kesehatan (I. 12472) (Hal.
Kategori Relasional b. Fungsi Keluarga (L. 380)
Sub Interaksi Sosial 13114) (Hal. 26) 2. Bimbingan sistem
Kategori c. Ketahanan pendukung
Personal 3. Dukungan kelompok
(L.09073) (Hal.44) 4. Dukungan keluarga
d. Ketahanan merencanakan
Keluarga
(L. 09074) (Hal. 45)
e. Kinerja Pengasuhan
(L.13117)
f. Penampilan Peran (L.
13119) (hal. 75)
g. Peran Menjadi Orang
Tua (L.13120) (Hal.79)
65
Definisi Kesulitan dalam melakukan Kemampuan berperan a. Ketersediaan sokongan Memberikan informasi dan e. Meningkatkan perubahan
peran pemberi asuhan dalam memberikan asuhan dalam anggota keluarga untuk dukungan untuk memfasilitasi perilaku penderita/klien agar
keluarga keluarga memenuhi kebutuhan pemberian perawatan oleh memiliki kemauan dan
individu yang pengasuh kemampuan yang kondusif
menjalani perawatan bagi kesehatan secara
b. Kemampuan keluarga menyeluruh baik bagi
memenuhi kebutuhan lingkungan maupun
anggota keluarga selama masyarakat sekitarnya
proses
perkembangan
c. Kapasistas untuk
beradaptasi dan
berfungsi secara positif
setelah mengalami
kesulitan atau krisis
d. Kapasitas keluarga
untuk beradaptasi dan
berfungsi secara positif
setelah mengalami
kesulitan atau krisis
e. Pola pemberian
lingkungan bagi anak
atau anggota keluarga
untuk mendukung dan
membangun aspek
fisik, emosi, dan sosial
f. Pola perilaku sesuai
dengan harapan, norma
66
dan lingkungan
g. Kemampuan orang tua
memberi lingkungan
bagi anak atau anggota
keluaraga yang cukup,
untuk memfasilitasi dan
perkembangan
Ekspektasi: membaik Ekspektasi: membaik
Gejala dan Tanda Mayor KH : KH: a. Observasi d. Observasi
Subjektif: a. Kemampuan a. Pemenuhan kebutuhan - Identifikasi pemahaman - Identifikasi perilaku upaya
a. Khawatir klien akan memberi asuhan anggota keluarga dan kesiapan peran kesehatan yang
kembali dirawat di rumah b. Kemampuan b. Anggota keluarga saling pengasuh dapat ditingkatkan
sakit merawat
mendukung - Identifikasi sumber e. Terapeutik
b. Khawatir tentang pasien
kelanjutan perawatan klien c. Anggota keluarga dukungan dan kebutuhan - Orientasi pelayanan
c. Kemampuan istirahat pengasuh
c. Khawatir tentang menjalankan peran kesehatan yang dapat
menyelesaikan tugas
ketidakmampuan pemberi yang diharapkan - Berikan dukungan pada dimanfaatkan
merawat pasien
asuhan dalam merawat d. Adaptasi terhadap pengasuh selama pasien f. Edukasi
klien Objektif: masalah mengalami kemunduran - Anjurkan menggunakan air
(tidak tersedia) Ekspektasi: membaik - Dukung keterbatasan bersih
Gejala dan Tanda Minor a. Mendiskusikan makna pengasuh dan diskusikan - Anjurkan mencuci tangan
Subjektif: (tidak krisis dengan dengan air bersih dan
tersedia) Objektif: b. Mempertahankan pasien sabun
Sulit melakukan dan/atau kebiasaan rutin Edukasi - Anjurkan menggunakan
menyelesaikan tugas merawat b.
keluarga Jelaskan dampak jamban sehat
c.
c. Dukungan kemandirian ketergantungan anak pada
- Anjurkan makan sayur dan
antar anggota keluarga pengasuh
buah setiap hari
d. Verrbalisasi Ajarkan pengasuh
harapan yang d. - Anjurkan melakukan
positif antar
67
Klien anggota keluarga meneksplorasi kekuatan Anjurkan
aktivitas
tidak fisik setiap
e. Menggunakan strategi dan kelmahannya dalam rumah hari di
koping yang efektif e. Ajarkan pengasuh cara merokok
f. Verbalisasi perasaan memberikan dukungan
antar anggota keluarga perawatan diri
g. Mencari dukungan
emosional dari anggota
keluarga lain
h. Menganggap kesulitan
sebagai tantangan
Ekspektasi: meningkat
a. Verbalisasi harapan
yang positif
b. Menggunakan strategi
koping yang efektif
c. Menunjukkan garfa diri
yang positif
d. Mengambil
tanggung jawab
Diagnosis Penampilan peran tidak efektif Penampilan Peran (L. a. Adaptasi Disabilitas Dukungan penampilan Peran a. Promosi perilaku upaya (I.
(10) (D.0125) 13119) (hal. 75) (L.05037) (Hal. 14) (L.13478) (Hal.33) kesehatan 12472) (Hal.
b. Fungsi Keluarga (L. 380)
Kategori Relasional 13114) (Hal. 26) b. Dukungan Kelompok rang
Sub Interaksi Sosial c. Interaksi Sosial c. Edukasi o Tua; fase
Kategori (L.13115) (Hal.34) bayi
d. Edukasi Orang Tua; Fase
Anak
68
Definisi Pola perilaku yang berubah Pola perilaku sesuai dengan a. Proses penyesuaian Memfasilitasi pasien dan d. Meningkatkan perubahan
atau tidak sesuai dengan harapan, norma dan fungsional terhadap keluarga untuk mempernbaiki perilaku penderita/klien agar
harapan, norma, dan lingkungan tantangan keterbatasan hubungan dengan memiliki kemauan dan
lingkungan fisik mengklarifikasi dan kemampuan yang kondusif
b. Kemampuan keluarga memenuhi perilaku peran bagi kesehatan secara
memenuhi kebutuhan tertentu menyeluruh baik bagi
anggota keluarga lingkungan maupun
selama proses masyarakat sekitarnya
perkembangan
c. Kuantitas dan/ atau
kualitas hubungan
sosial yang cukup
69
b. Merasa cemas Objektif: c. Dukungan kemandirian tidak diinginkan - Anjurkan menggunakan
d. Depresi antar anggota keluarga - fasilitasi bermain peran jamban sehat
e. Dukungan sosial kurang d. Verrbalisasi harapan dalam mengantisipasi - Anjurkan makan sayur
f. Kurang bertanggungjawab yang positif antar reaksi orang lain dan buah setiap hari
menjalankan peran anggota keluarga terhadap perilaku - Anjurkan melakukan
e. Menggunakan strategi c. Edukasi
aktivitas fisik setiap hari
koping yang efektif - Diskusikan perilaku
f. Verbalisasi perasaan - Anjurkan tidak merokok di
yang dibutuhkan untuk dalam rumah
antar anggota keluarga pengembangan peran
g. Mencari dukungan
- Diskusikan perubahan
emosional dari anggota
peran yang diperlukan
keluarga lain
akibat penyakit atau
h. Menganggap kesulitan
ketidakmampuan
sebagai tantangan
d. Kolaborasi
Ekspektasi: Meningkat
a. Perasaan nyaman - Rujuk dalam kelompok
dengan sitiasi sosial untuk mempelajari
b. Perasaan mudah peran baru
menerima atau
mengkomunikasikan
perasaan
c. Responsif pada orang
lain
Diagnosis Pencapaian peran menjadi orang Peran Menjadi Orang Tua a. Dukungan Keluarga Promosi Antisipasi Keluarga a. Dukungan penampilan
(11) Tua (D.0126) (L. 13120) (Hal. 79) (L. 13112) (Hal. 21) (I. 12466) (Hal. 357) Peran (L.13478) (Hal.33)
b. Dukungan Sosial (L. b. Edukasi Nutrisi Anak
Kategori Relasional 13113) (Hal. 22) c. Edukasi Nutrisi Bayi
70
d. Tingkat Pengetahuan
(L.12111) (Hal. 146)
Definisi Terjadinya proses interakti Kemampuan orang tua a. Ketersediaan Meningkatkan kesiapan a. Memfasilitasi pasien dan
antar an ggota
istri, keluarga (suami f memberi lingkungan bagi sokongan anggota keluarga untuk mencegah keluarga untuk
anggota keluarga - anak atay anggota keluarga keluarga untuk perkembangan atau mempernbaiki hubungan
bayi
bayi) yang ditunjukkan dengandan yang cukup, untuk memenuhi kebutuhan situasi akibat krisis dengan mengklarifikasi dan
perkembangan memfasilitasi pertumbuhan individu yang kesehatan masalah memenuhi perilaku peran
optimal yang dan perkembangan b. menjalani perawatan tertentu
Ketersediaan
sokongan dari oran
lain untuk memenuhi
kebutuhan individu
c. yang
menjalani perawatan
Kemampuan untuk
membina hubungan
yang erat, hangat,
terbuka, dan
d. independen dengan
orang lain
Kecukupan informasi
kognitif yang
berkaitan dengan topik
tertentu
Ekspektasi: membaik Ekspektasi: membaik
Gejala dan Tanda Mayor KH: KH: a. Observasi a. Observasi:
Subjektif: a. Bounding attachment a. Pemenuhan kebutuhan - Identifikasi metode - Identifikasi berbagai peran
a. (Tidak tersedia) b. Perilaku positif menjadi anggota keluarga pemecahan masalah dan periode transisi
71
Objektif: c. orang tua perawatan b. Anggota keluarga saling yang sering digunakan sesua tingkat
d. Bounding attacment Interaksi bayi mendukung keluarga b.Terapeutik perkembangan
optimal c. Anggota keluarga - Fasilitasi dalam - Identifikasi peran yang ada
e. Perilaku positif menjadi menjalankan peran memutuskan strategi dalam keluarga
orang tua yang diharapkan pemecahan - Identifikasi adanya peran
f. Saling berinteraksi dalam masalah
d. Adaptasi terhadap yang tidak terpenuhi
merawat bayi Gejala dan yang dihadapi keluarga b. Terapeutik
masalah
Tanda Minor Subjektif:
- Libatkan seluruh - Fasilitasi adaptasi peran
a. Mengungkapkan kepuasan
anggota keluarga dalam keluarag terhadap
dengan bayi Objektif:
upaya antisipasi perubahan peran yang
b. Melakukan stimulasi
masalah kesehatan, jika tidak diinginkan
visual, taktif atau memungkinkan
pendengaran terhadap bayi - „fasilitasi bermain peran
c. Edukasi
dalam mengantisipasi
- Jelaskan perkembangan reaksi orang lain terhadap
dan perilaku perilaku
yang c. Edukasi
normal kepada keluarga
- Diskusikan perilaku yang
d. Kolaborasi
dibutuhkan untuk
- Kerjasama dengan pengembangan peran
tenaga kesehatan terkait
- Diskusikan perubahan
lainnya, jika perlu
peran yang diperlukan
akibat penyakit atau
ketidakmampuan
d. Kolaborasi
- Rujuk dalam kelompok
untuk mempelajari peran
baru
72
Diagnosis Risiko gangguan perlekatan Perlekatan (L.13122) a. Dukungan Keluarga a. Promosi Antisipasi a. Dukungan Kelompok
(12) (D.0127) (Hal.92) (L. 13112) (Hal. 21) Keluarga (I. 12466) (Hal. b. Dukungan Penampilan
b. Kinerja Pengasuhan 357) Peran (L.13478) (Hal.33)
(L.13117) b. Promosi Perlekatan c. Dukungan Sibling
Kategori Relasional
c. Kontrol Risiko
Sub Interaksi Sosial (L.14128) (Hali.60)
Kategori d. Organisasi Perilaku
Bayi (L.05043) (Hal.
70)
e. Tingkat Pengetahuan
(L.12111) (Hal. 146)
Definisi Beresiko mengalami gangguan Kemampuan berinteraksi a. Ketersediaan sokongan Meningkatkan kesiapan a. Memfasilitasi pasien dan
interaksi antara orangtua atau antara orang tua atau orang anggota keluarga untuk keluarga untuk mencegah keluarga untuk
orang terdekat dengan bayi/ terdekat dengan bayi/ anak memenuhi kebutuhan perkembangan atau krisis mempernbaiki hubungan
anak yang dapat mempengaruhi yang dapat mempengaruhi individu yang situasi akibat masalah dengan mengklarifikasi dan
proses asah, asih, dan asuh proses asah, asih, dan asuh menjalani perawatan kesehatan memenuhi perilaku peran
b. Pola pemberian tertentu
lingkungan bagi anak
atau anggota keluarga
untuk mendukung dan
membangun aspek
fisik, emosi, dan sosial
c. Kemampuan untuk
mengerti, mencegah,
mengeliminasi, atau
mengirangi ancaman
kesehatan yang dapat
Dimodifikasi
73
d. Kemampuan integrasi
respon fisiologis dan
neurobehavior bayi
terhadap lingkungan
e. Kecukupan informasi
kognitif yang berkaitan
dengan topik tertentu
74
Sensorik normal kepada keluarga c. Edukasi
d. Kolaborasi - Diskusikan perilaku yang
- Kerjasama dengan tenaga dibutuhkan untuk
kesehatan terkait pengembangan peran
lainnya, jika perlu
- Diskusikan perubahan
peran yang diperlukan
akibat penyakit atau
ketidakmampuan
d. Kolaborasi
- Rujuk dalam kelompok
untuk mempelajari peran
Baru
Diagnosis Risiko proses pengasuhan Proses Pengasuhan a. Dukungan Keluarga (L. a. Promosi Keutuhan c. Dukungan kelompok
(13) tidak efektif (D.0128) (L.13124) (Hal. 99) 13112) (Hal. 21) Keluarga d. Dukungan Keluarga
b. Kinerja Pengasuhan b. Promosi perilaku upaya e. Dukungan
Kategori Relasional (L.13117) kesehatan (I. 12472) (Hal. Pemeliharaan
Sub Interaksi Sosial c. Peran Menjadi Orang 380) Rumah
Kategori Tua (L. 13120) (Hal. f. Dukungan
79) Penampilan
d. Tingkat Pengetahuan Peran (L.13478) (Hal.33)
(L.12111) (Hal. 146)
Definisi Beresiko mengalami proses Kemampuan menerima g. Ketersediaan sokongan Meningkatkan perubahan Memfasilitasi pasien dan
kehamilan, persalinan, dan proses kehamilan, anggota keluarga untuk perilaku penderita/klien agar keluarga untuk mempernbaiki
setelah melahirkan termasuk persalinan, dan setalah memenuhi kebutuhan memiliki kemauan dan hubungan dengan
perawatan bayi baru lahir yang melahirkan termasuk individu yang kemampuan yang kondusif mengklarifikasi dan memenuhi
tidak sesuai dengan konteks perawatan bayi baru lahir menjalani perawatan bagi kesehatan secara perilaku peran tertentu
norma dan harapan yang sesuai dengan konteks h. Pola pemberian menyeluruh baik bagi
norma dan harapan lingkungan bagi anak lingkungan maupun
75
atau anggota keluarga masyarakat sekitarnya
untuk mendukung dan
membangun aspek
fisik, emosi, dan sosial
e. Kemampuan orang tua
memberi lingkungan
bagi anak atay anggota
keluarga yang cukup,
untuk memfasilitasi
f. Kecukupan
informasi
kognitif yang berkaitan
dengan topik tertentu
Ekspektasi: membaik Ekspektasi: membaik
KH: KH: a. Observasi a. Observasi:
a. Terpapar informasi a. Pemenuhan kebutuhan - Identifikasi perilaku - Identifikasi berbagai peran
tentang proses anggota keluarga upaya kesehatan yang dan periode transisi
persalinan/ pengasuhan b. Anggota keluarga saling dapat ditingkatkan sesua tingkat
b. Keadkuatan manjemen mendukung b. Terapeutik perkembangan
ketidaknyamanan
c. Anggota keluarga - Orientasi pelayanan - Identifikasi peran yang ada
selama persalinan
menjalankan peran kesehatan yang dapat dalam keluarga
adekuat dimanfaatkan
yang diharapkan - Identifikasi adanya peran
c. Edukasi yang tidak terpenuhi
d. Adaptasi terhadap
masalah - Anjurkan menggunakan b. Terapeutik
Ekspektasi: meningkat KH: air bersih - Fasilitasi adaptasi peran
a. Kemampuan - Anjurkan mencuci keluarag terhadap
mencari tangan dengan air perubahan peran yang
inforamsi tentang risiko bersih dan sabun tidak diinginkan
b. Kemampaun
76
DAFTAR PUSTAKA
LANJUTAN
N Nama Penampilan Status Kesehatan Riwayat Penyakit/ Analisis Masalah
o Umum Saat ini Alergi Kesehatan INDIVIDU
1 Tn L Sehat - -
2 Ny. s Sehat - -
3 An D Stunting - Susah makan, jajan
sembarangan
DATA PENGKAJIAN INDIVIDU YANG SAKIT
Nama Individu yang sakit : Diagnosa Medik :
Sumber Dana Kesehatan : Rujukan Dokter/ Rumah Sakit :
Keadaan Umum Sirkulasi/ Cairan Perkemihan Pernapasan
Kesadaran : Edema Bunyi jantung: ..... Pola BAK Sianosis
GCS : Asites Akral dingin …x/hr,vol ..ml/hr Sekret / Slym
TD : mm/Hg Tanda Perdarahan: Hematuri Irama ireguler
P : x/ menit purpura/ hematom/ Poliuria Wheezing
S : 0
C petekie/ hematemesis/ Oliguria Ronki........................
N : x/ menit melena/ epistaksis* Disuria ......
Takikardia Tanda Anemia : Pucat/ Inkontinensia Otot bantu
Bradikardia Konjungtiva pucat/ Lidah Retensi napas .............
Tubuh teraba hangat pucat/ Bibir pucat/ Nyeri saat BAK Alat bantu
Menggigil Akral pucat* KemampuanBAK : nafas..............
Tanda Dehidrasi: Mandiri/ Bantu Dispnea
mata cekung/ turgor kulit sebagian/tergantung Sesak
berkurang/ bibir kering * * Stridor
Pusing Kesemutan Alat bantu: Krepirasi
Berkeringat Rasa Haus Tidak/Ya*………
MENGETAHUI :
Nama Tanggal/ 14/10/2022
Koordinator Tandatangan
Perkesmas
Perkemihan Pola BAK Tn L sekitar 8- Pola BAK Ny. S sekitar Pola BAK AN. D sekitar 8-9 kali
9 kali perhari. Tidak nyeri 8-9 kali perhari. Tidak perhari. Tidak nyeri saat BAK,
saat BAK, kemampuan nyeri saat BAK, kemampuan BAK dan BAB secara
BAK dan BAB secara kemampuan BAK dan mandiri, tidak mengguanakan alat
mandiri, tidak BAB secara mandiri, bantu dan tidak menggunakan
mengguanakan alat bantu tidak mengguanakan alat obat.
dan tidak menggunakan bantu dan tidak
obat. menggunakan obat.
Pernafasan Tn L tidak menggunakan Ny. S tidak An. D tidak menggunakan alat
alat bantu pernafasan, menggunakan alat bantu bantu pernafasan, tidak ada otot
tidak ada otot bantu nafas pernafasan, tidak ada otot bantu nafas dan pasien tidak sesak.
dan pasien tidak sesak. bantu nafas dan pasien
tidak sesak.
Pencernaan Nafsu makan tidak Nafsu makan tidak Nafsu makan berkurang, tidak
berkurang, tidak berkurang, tidak mengalami kesulitan menelan,
mengalami kesulitan mengalami kesulitan tidak diare, An D Makan dan
menelan, tidak diare, Tn L menelan, tidak diare, Ny. minum dilakukan mandiri. Slalu
Makan dan minum S Makan dan minum minum susu formula dan jajan
dilakukan mandiri. Tn L dilakukan mandiri. Ny. S diwarungAn. D tidak memiliki
tidak memiliki alergi tidak memiliki alergi alergi makanan atau minuman.
makanan atau minuman. makanan atau minuman.
Muskuloskeletal Tn L mampu Ny. S mampu An. D mampu menggerakkan
menggerakkan semua menggerakkan semua semua anggota tubuh
anggota tubuh anggota tubuh 5 5
5 5 5 5 5 5
5 5 5 5
Neurosensori - Fungsi penglihatan baik - Fungsi penglihatan - Fungsi penglihatan baik
- Fungsi perabahan Tn baik - Fungsi perabahan An Dbaik
Lbaik - Fungsi perabahan Ny. - Fungsi pendengaran jelas
- Fungsi pendengaran Sbaik - Fungsi perasa dan fungsi
jelas - Fungsi pendengaran penciuman An D tidak ada
- Fungsi perasa dan jelas gangguan.
fungsi penciuman Tn L - Fungsi perasa dan
tidak ada gangguan. fungsi penciuman Ny.
S tidak ada gangguan.
Kulit Keadaan kulit Tn L terlihat Keadaan kulit Ny. S Keadaan kulit Sdr G terlihat baik,
baik, tidak terdapat terlihat baik, tidak tidak terdapat jaringan parut,
jaringan parut, memar, pus terdapat jaringan parut, memar, pus ataupun luka bakar.
ataupun luka bakar. memar, pus ataupun luka
bakar.
Tidur dan Tn L tidak ada gangguan Ny. S tidak ada An D tidak ada gangguan tidur,
Istirahat tidur, waktu tidurnya gangguan tidur, waktu waktu tidurnya sekitar 7-8 jam, dan
sekitar 7-8 jam, dan tidak tidurnya sekitar 7-8 jam, tidak memerlukan bantuan obat.
memerlukan bantuan obat. dan tidak memerlukan
bantuan obat.
Mental Tn L pernah cemas Ny. S pernah cemas An. D pernah cemas mengenai
mengenai penyakinya yang mengenai penyakinya penyakinya yang tidak kunjung
tidak kunjung sembuh. yang tidak kunjung sembuh.
sembuh.
Komunikasi dan Dalam Keluarga Tn Dalam Keluarga Ny.s Dalam Keluarga An. Dkomunikasi
Budaya Lkomunikasi komunikasi menggunakan komunikasi bahasa
menggunakan komunikasi menggunakan Jawa. Ketika terdapat
bahasa Jawa. Ketika komunikasi bahasa Jawa. permasalahan dalam keluarga, An
terdapat permasalahan Ketika terdapat D seringkali cuwek, sehingga
dalam keluarga, Tn Lslalu permasalahan dalam sering terjadi miss komunikasi
berunding dengan istri dan keluarga, Ny. Sslalu
meminta pendapat berunding dengan istri
dan meminta pendapat
Kebersihan Diri Gigi, mata, kulit, hidung Gigi, mata, kulit, hidung Gigi, mata, kulit, hidung dan
dan rambut kepala Tn L dan rambut kepala Ny. S rambut kepala An D tampak bersih.
tampak bersih. tampak bersih.
Perawatan Diri Tn L melakukan mandi, Ny S melakukan mandi, An Dmelakukan mandi, berpakaian
Sehari-Hari berpakaian dan menyisir berpakaian dan menyisir dan menyisir rambut secara
rambut secara mandiri. rambut secara mandiri. mandiri.
PERENCANAAN KEPERAWATAN
P :Lanjutkan
intervensi
16/10/222 Defisit Nutrisi b.d 7) Melakukan BHSP dengan S :
1 factor psikologis dd klien keluarga
IMT dibawah nilai 8) Identifikasi status nutrisi megatakan
normal 9) Monitoring BB sedikit mengerti
10) Sajikan makanan secara tentang bahaya
menarik mungkin stunting
11) Anjurkan makan sedikit tapi An D sudah
sering mulai makan
12) Memberikan HE tentang : tapi sedikit tapi
k) Pengertian Stunting sering
dengan menggunakan
bahasa yang dipahami O :
oleh klien (yaitu bahasa Kesadaran :Com
jawa) posmentis
l) Penyebab Stunting GCS :4,5,6
dengan menggunakan RR :20 x/
bahasa yang dipahami menit
oleh klien (yaitu bahasa S :36,6 0C
jawa) N : 80 x/
m) Dampak negative menit
Stunting menggunakan BB: 10
bahasa yang dipahami TB: 83
oleh klien (yaitu bahasa IMT; 14,87
jawa) - An D
n) Cara penanganan Nampak
stunting menggunakan mau makan
bahasa yang dipahami makanan 4
oleh klien (yaitu bahasa sehat 5
jawa) sempurna
o) Melakukan - An D makan
evaluasi/pertanyaan sehari 2 kali
terhadap An. D dan makan nasi
keluarga tentang dan lauk pau
stunting, dilakukan sebanyak 3
dirumah yang sendok
sebelumnya telah -
disampaikan oleh A : Masalah
mahasiswa belum teratasi.
P :Lanjutkan
intervensi
P :Lanjutkan
intervensi
P :Lanjutkan
intervensi
P :Lanjutkan
intervensi
19/10/222 Defisit Nutrisi b.d 6) Melakukan BHSP dengan S :
1 factor psikologis dd klien keluarga
IMT dibawah nilai 7) Identifikasi status nutrisi megatakan
normal 8) Monitoring BB sudah mengerti
9) Sajikan makanan secara tentang bahaya
menarik mungkin stunting
10) Anjurkan makan sedikit tapi An D sudah
sering mulai makan
11) Memberikan HE tentang : tapi sedikit tapi
f) Pengertian Stunting sering
dengan menggunakan
bahasa yang dipahami O :
oleh klien (yaitu bahasa Kesadaran :Com
jawa) posmentis
g) Penyebab Stunting GCS :4,5,6
dengan menggunakan RR :20 x/
bahasa yang dipahami menit
oleh klien (yaitu bahasa S :36,6 0C
jawa) N : 80 x/
h) Dampak negative menit
Stunting menggunakan BB: 10
bahasa yang dipahami TB: 83
oleh klien (yaitu bahasa IMT; 14,87
jawa) - An D
i) Cara penanganan Nampak
stunting menggunakan mau makan
bahasa yang dipahami makanan 4
oleh klien (yaitu bahasa sehat 5
jawa) sempurna
j) Melakukan - An.D juga
evaluasi/pertanyaan mau minum
terhadap An. D dan vitamin
keluarga tentang stunting - An.D
,dilakukan dirumah yang Nampak mai
sebelumnya telah makan
disampaikan oleh cemilan roti
mahasiswa - An D makan
sehari 2 kali
makan nasi
dan lauk
pauk
sebanyak 4
sendok
P : hentikan
intervensi
PRA PLANNING ASKEP KELUARGA I
NAMA KK : An. D
ALAMAT : Dusun Ngadirejo RT 04 RW 02 Desa Bulurejo
KASUS : Stunting
KUNJUNGAN KE : 1
TOPIK KEGIATAN : BHSP
HARI/TANGGAL : Rabu, 14 Oktober 2022
WAKTU : 15.00 WIB
I. FASE PERSIAPAN
1. Latar Belakang
Keluarga memiliki perilaku kesehatan yang kurang menunjang, karena
kurangnya pengetahuan dan ketrampilan keluarga dalam memberikan perawatan pada
anggota keluarga yang sakit, maka dilakukan pembinaan berupa asuhan keperawatan
keluarga. Pembinaan askep keluarga, maka mahasiswa harus mengenal lebih dekat
kepada keluarga binaan.
Mahasiswa yang mau melakukan pembinaan masih belum saling kenal antara
mahasiswa dan keluarga binaan sehingga akan menyebabkan kesulitan melakukan
interkasi dalam pembinaan askep keluarga, juga keluarga belum mengetahui tujuan,
manfaat pembinaan oleh mahasiswa.
Masalah kesehatan yang timbul, maka harus dihindari dan menemukan solusi
bersama sama, sehingga diperlukan adanya perkenalan mahasiswa dengan keluarga
yang menjadi keluarga binaan. Adapun kegiatan perkenalan dan pengkajian tahap I
meliputi :
a. Memperkenalkan identitas mahasiswa dan juga seluruh keluarga binaan
b. Menyampaikan tujuan , manfaat pembinaan
c. Menyampaikan kontrak waktu pembinaan dari awal sampai akhir
d. Data umum, genogram, tipe Keluarga, suku bangsa, status social
2. Analisa situasi
Mahasiswa belum mengenal keluarga yang menjadi keluarga binaan, demikian
juga keluarga binaan juga belum mengenal mahasiswa. Keluarga KK binaan ini
beralamat di Dusun Ngadirejo RT 04 RW 02 Desa Bulurejo.
3. Tujuan
a. Tujuan umum
Mahasiswa mampu melakukan perkenalan dengan keluarga binaan dengan baik.
b. Tujuan khusus
1) Mahasiswa mampu memperkenalkan diri, keluarga juga memperkenalkan diri.
2) Mahasiswa mampu menyampaikan tujuan melakukan pembinaan
askpepkeluarga dan keluarga dapat memahami yang disampaikan oleh
mahasiswa.
3) Mahasiswa mampu menyampaikan kontrak waktu yang jelas kepada keluarga,
dan keluarga dapat menerima kontrak waktu dan ada kesepakatan bersama
untuk melaksanakannya.
II. FASE PENDAHULUAN
1. Tujuan kunjungan :
a. Mahasiswa mengeksplorasi situasi dan kondisi (kebiasaan,pengetahuan, dll)
keluarga binaan melalui data primer, yaitu dilakukan secara langsung dengan
wawancara.
b. Mahasiswa dapat melakukan perkenalan dengan keluarga dengan baik.
1. Keluarga An.D menyambut dengan baik kedatangan mahasiswa dengan ramah terbukti
keluarga menjawab salam dari mahasiswa, mempersilahkan masuk dan duduk.
2. Dengan memperkenalkan diri terlebih dahulu kepada KK binaan, keluarga An.D
mengenal nama mahasiswa dengan baik.
3. Setelah diberikan penjelasan tentang maksud dan tujuan dari kunjungannya keluarga
An.D mengerti dan mau dijadikan keluarga binaan.
4. Keluarga An.D menyetujui dengan kontrak kerja dari mahasiswa, terbukti keluarga mau
dilakukan pengkajian.
PRA PLANNING ASKEP KELUARGA II
NAMA KK : An.D
ALAMAT : Dusun Ngadirejo RT04/RW 2 Desa Bulurejo .
KASUS : Stunting
KUNJUNGAN KE : 2
TOPIK KEGIATAN : Pengkajian
HARI/TANGGAL : Kamis, 15 Oktober 2022
WAKTU : 15.00 WIB
I. FASE PERSIAPAN
1. Latar Belakang
Dalam proses keperawatan Keluarga hal yang utama sebelum melangkah ke
intervensi keperawatan dan implementasi keperawatan kepada Keluarga dengan
remaja adalah melakukan pengkajian, untuk mengenal masalah kesehatan
Keluarga lebih detail dan dalam maka diperlukan adanya Pengkajian askep
Keluarga dengan remaja oleh mahasiswa kepada Keluarga yang menjadi keluarga
binaan. Adapun kegiatan Pengkajian askep Keluarga meliputi :
a. Menyampaikan kontrak waktu selama melakukan pembinaan askep Keluarga
yang telah di setujui pada kunjungan sebelumnya.
b. Melakukan pengkajian meliputi data :
1) Data umum, genogram, tipe keluarga, suku bangsa, status social
2) Pengkajian lingkungan
3) Struktur keluarga
4) Fungsi keluarga
5) Tugas perawatan keluarga
6) Stres dan koping keluarga
7) Riwayat kesehatan keluarga
8) Pemeriksaan fisik
9) Harapan keluarga
2. Analisa situasi
Mahasiswa sudah mengenal Keluarga yang menjadi keluarga binaan, demikian
juga Keluarga binaan juga sudah mengenal mahasiswa. Pada pertemuan
sebelumnya (pertemuan I/ Perkenalan dengan Keluarga) mahasiswa dan Keluarga
telah sama – sama tau identitas nya, Keluarga mengetahui tujuan dan manfaat
dari pembinaan, Keluarga mengetahui kontrak waktu selama pembinaan. Saat ini
mahasiswa akan Melakukan pengkajian kepada Keluarga dengan kasus Stunting
pada An.H.
3. Tujuan
a. Tujuan umum
Mahasiswa mampu melakukan pengkajian dengan keluarga binaan dengan
baik.
b. Tujuan khusus
1) Mahasiswa mampu memgkaji masalah kesehatan keluarga binaan dengan
kasus Stunting.
2) Mahasiswa mampu menyampaikan kontrak waktu yang jelas kepada
keluarga, dan keluarga dapat menerima kontrak waktu dan ada
kesepakatan bersama untuk melaksanakannya.
II. FASE PENDAHULUAN
1. Tujuan kunjungan :
a. Mahasiswa mengexplorasi pengkajian terhadap Keluarga binaan serta pengkajian pemeriksaan
fisik Keluarga dengan penyakit strokemelalui data subyektif dan obyektif saat pengkajian
berlangsung
b. Mahasiswa dapat melakukan pengkajian askep Keluarga dengan baik
III. FASE KERJA
1. Kegiatan yang dilakukan :
Pengkajian askep keluarga meliputi:
a. Menyampaikan kontrak waktu selama melakukan pembinaan askep Keluarga
yang telah disetujui pada kunjungan sebelumnya.
b. Melakukan pengkajian meliputi data :
1) Data umum, genogram, tipe keluarga, suku bangsa, status sosial
2) Pengkajian lingkungan
3) Struktur keluarga
4) Fungsi keluarga
5) Tugas perawatankeluarga
6) Stres dan kopingkeluarga
7) Riwayat kesehatan keluarga
8) Pemeriksaan fisik
9) Harapan keluarga
2. Uraian kegiatan
TAHAP WAKTU KEGIATAN KEGIATAN KELUARGA
MAHASISWA
Pembukaan 3-5 menit 3 S (senyum, salam, sapa) Membalas 3 S (senyum, salam,
sapa)
Isi 30 menit Menyampaikan Mendengarkan dan
kontrak waktu mengklarifikasi yang
selama melakukan disampaikan sesuai
pembinaan askep kontrak waktu yang
keluarga yang disetujui
telah di setujui Mendengarkan dan
pada kunjungan menjawab pertanyaan
sebelumnya yang disampaikan
Mahasiswa sesuai keadaan/
melakukan kenyataan
pengkajian
meliputi data: Data
umum, genogram,
tipe Keluarga,
suku bangsa, status
sosial, Pengkajian
lingkungan,
Struktur keluarga,
Fungsi Keluarga,
Tugas perawatan
Keluarga, Stres
dan koping
Keluarga, Riwayat
kesehatan
Keluarga,
Pemeriksaan fisik,
harapan Keluarga
Penutup 3-5 menit Mengevaluasi dan Menjawab pertanyaan,
Menyimpulkan dan Mendengarkan
yang disampaikan kesimpulan
Menyepakati Menyetujui
kegiatan Menjawab salam
berikutnya dan
waktu pelaksanaan
selanjutnya
(kunjungan
berikutnya)
Mengahiri
kunjungan dan
Menyampaikan
salam
1. Keluarga menyambut kedatangan mahasiswa dengan baik dalam kujungan yang kedua.
2. Keluarga mengingatkan kembali kontrak yang telah disepakati dan menyetujui kontrak
tersebut yang mana mahasiswa akan melakukan pengkajian.
a) Data Umum :
Nama KK Tn. L umur 26 tahun, pekerjaan wiraswasta, pendidikan SMA
Nama Istri Ny. S umur 26 tahun, pekerjaan IRT, pendidikan SMA
Nama Anak An. D umur 2 tahun, belum bekerja dan belum sekolah
b) Tipe Keluarga : NucleaR Family
d) Agama : Islam
PENGKAJIAN LINGKUNGAN
1. Karakteristik rumah
Rumah berukuran 5 x 15 m2, dinding permanen lantai keramik, jendela kaca bisa dibuka,
ruangan teridiri dari ruang tamu, 1 kamar mandi ukuran 2 x 3 m 2, terdapat jamban, 2
kamar ukuran 3 x 2,5 m2, dapur, dan pencahayaan dan ventilasi cukup.
2. Karakteristik tetangga dan komunitas RW Tetangga
Keluarga An.D sangat baik dan sangat menerapkan rukun tetangga
3. Mobilitas geografis keluarga Keluarga
Keluarga An.D sejak menikah tidak pernah berpindah rumah
4. Perkumpulan keluarga dan interaksi dengan masyarakat
Keluarga An.D beliau selalu mengikuti kegiatan yang ada di masyarakat seperti pengajian
dan perkumpulan yang ada di masyarakat
5. Sistem pendukung keluarga :
Keluarga An.D saat ini masih tinggal dirumah neneknya, namun saat ini masih proses
pembangunan rumah pribadi.
STRUKTUR KELUARGA
1. Komunikasi keluarga
Keluarga An.D mengatakan, komunikasi yang dilakukan keseharian menggunakan bahasa
Jawa dan Indonesia.
4. Norma keluarga
Keluarga An.D mengatakan nilai dan norma yang berlaku dalam keluarga sesuai dengan nilai dalam agama
islam yang dianutnya serta norma masyarakat disekitarnya
FUNGSI KELUARGA
1. Fungsi afektif
Dalam kehidupan sehari-harinya mereka selalu damai dan saling menjaga kepentingan bersama.
2. Fungsi sosialisasi
Keluarga An.D mengikuti kegiatan dalam masyarakat dan bersosialisasi dengan baik kepada tetangga-
tetangganya, sehingga keluarga An.D tetap berhubungan baik dengan tetangga nya begitu juga sebaliknya.
3. Fungsi perawatan kesehatan
Keluhan utama :
An.D susah untuk makan
Perkemihan Pola BAK Tn L sekitar 8-9 Pola BAK Ny. S sekitar Pola BAK AN. D sekitar 8-9 kali
kali perhari. Tidak nyeri 8-9 kali perhari. Tidak perhari. Tidak nyeri saat BAK,
saat BAK, kemampuan nyeri saat BAK, kemampuan BAK dan BAB secara
BAK dan BAB secara kemampuan BAK dan mandiri, tidak mengguanakan alat
mandiri, tidak BAB secara mandiri, bantu dan tidak menggunakan obat.
mengguanakan alat bantu tidak mengguanakan alat
dan tidak menggunakan bantu dan tidak
obat. menggunakan obat.
Pernafasan Tn L tidak menggunakan Ny. S tidak menggunakan An. D tidak menggunakan alat
alat bantu pernafasan, tidak alat bantu pernafasan, bantu pernafasan, tidak ada otot
ada otot bantu nafas dan tidak ada otot bantu nafas bantu nafas dan pasien tidak sesak.
pasien tidak sesak. dan pasien tidak sesak.
Pencernaan Nafsu makan tidak Nafsu makan tidak Nafsu makan berkurang, tidak
berkurang, tidak berkurang, tidak mengalami kesulitan menelan, tidak
mengalami kesulitan mengalami kesulitan diare, An D Makan dan minum
menelan, tidak diare, Tn L menelan, tidak diare, Ny. dilakukan mandiri. Slalu minum
Makan dan minum S Makan dan minum susu formula dan jajan
dilakukan mandiri. Tn L dilakukan mandiri. Ny. S diwarungAn. D tidak memiliki
tidak memiliki alergi tidak memiliki alergi alergi makanan atau minuman.
makanan atau minuman. makanan atau minuman.
Muskuloskeletal Tn L mampu Ny. S mampu An. D mampu menggerakkan semua
menggerakkan semua menggerakkan semua anggota tubuh
anggota tubuh anggota tubuh 5 5
5 5 5 5 5 5
5 5 5 5
Neurosensori - Fungsi penglihatan baik - Fungsi penglihatan - Fungsi penglihatan baik
- Fungsi perabahan Tn baik - Fungsi perabahan An Dbaik
Lbaik - Fungsi perabahan Ny. - Fungsi pendengaran jelas
- Fungsi pendengaran Sbaik - Fungsi perasa dan fungsi
jelas - Fungsi pendengaran penciuman An D tidak ada
- Fungsi perasa dan jelas gangguan.
fungsi penciuman Tn L - Fungsi perasa dan
tidak ada gangguan. fungsi penciuman Ny.
S tidak ada gangguan.
Kulit Keadaan kulit Tn L terlihat Keadaan kulit Ny. S Keadaan kulit Sdr G terlihat baik,
baik, tidak terdapat terlihat baik, tidak tidak terdapat jaringan parut,
jaringan parut, memar, pus terdapat jaringan parut, memar, pus ataupun luka bakar.
ataupun luka bakar. memar, pus ataupun luka
bakar.
Tidur dan Tn L tidak ada gangguan Ny. S tidak ada gangguan An D tidak ada gangguan tidur,
Istirahat tidur, waktu tidurnya tidur, waktu tidurnya waktu tidurnya sekitar 7-8 jam, dan
sekitar 7-8 jam, dan tidak sekitar 7-8 jam, dan tidak tidak memerlukan bantuan obat.
memerlukan bantuan obat. memerlukan bantuan
obat.
Mental Tn L pernah cemas Ny. S pernah cemas An. D pernah cemas mengenai
mengenai penyakinya yang mengenai penyakinya penyakinya yang tidak kunjung
tidak kunjung sembuh. yang tidak kunjung sembuh.
sembuh.
Komunikasi dan Dalam Keluarga Tn Dalam Keluarga Ny.s Dalam Keluarga An. Dkomunikasi
Budaya Lkomunikasi menggunakan komunikasi menggunakan komunikasi bahasa
komunikasi bahasa Jawa. menggunakan Jawa. Ketika terdapat permasalahan
Ketika terdapat komunikasi bahasa Jawa. dalam keluarga, An D seringkali
permasalahan dalam Ketika terdapat cuwek, sehingga sering terjadi miss
keluarga, Tn Lslalu permasalahan dalam komunikasi
berunding dengan istri dan keluarga, Ny. Sslalu
meminta pendapat berunding dengan istri
dan meminta pendapat
Kebersihan Diri Gigi, mata, kulit, hidung Gigi, mata, kulit, hidung Gigi, mata, kulit, hidung dan rambut
dan rambut kepala Tn L dan rambut kepala Ny. S kepala An D tampak bersih.
tampak bersih. tampak bersih.
Perawatan Diri Tn L melakukan mandi, Ny S melakukan mandi, An Dmelakukan mandi, berpakaian
Sehari-Hari berpakaian dan menyisir berpakaian dan menyisir dan menyisir rambut secara mandiri.
rambut secara mandiri. rambut secara mandiri.
HARAPAN KELUARGA
Keluarga berharap An.D sehat dan dapat tumbuh dan serkembang layak teman sebayanya, serta mampu makan
makanan yang bergizi
Dokumentasi:
PRA PLANNING ASKEP KELUARGA III
NAMA KK : Tn. L
ALAMAT : Dusun Ngadirejo RT04 RW 02 Desa Bulurejo Kec.
Purwoharjo
KASUS : Stunting
KUNJUNGAN KE : 3
TOPIK KEGIATAN : Analisa data dan diagnosa keperawatan
HARI/TANGGAL : Jumat, 16 Oktober 2022
WAKTU : 16.00 WIB
I. FASE PERSIAPAN
1. Latar Belakang
Dalam memberikan pembinaan askep Keluarga maka mahasiswa harus
menganalisa data dan merumuskan diagnosa keperawatan untuk mengenal
masalah kesehatan Keluarga. Sehingga diperlukan adanya analisis dari hasil
pengkajian Keluarga binaan dengan stuntingoleh mahasiswa kepada Keluarga
yang menjadi Keluarga binaan. Adapun kegiatan analisa data dan perumusan
diagnosa keperawatan meliputi :
2 Menyampaikan kontrak waktu selama melakukan pembinaan askep Keluarga
yang telah disetujui pada kunjungan sebelumnya.
3 Melakukan analisa data dan perumusan diagnosa keperawatan pada Keluarga
dengan stunting
2. Analisa situasi
Mahasiswa sudah mengenal keluarga yang menjadi keluarga binaan,
demikian juga keluarga binaan juga sudah mengenal mahasiswa. Pada pertemuan
sebelumnya (pertemuan II/ Pengkajian askep keluarga) mahasiswa telah
melakukan pengkajian meliputi data: Data umum, genogram, tipe keluarga, suku
bangsa, status sosial, riwayat dan tahap perkembangan keluarga, pengkajian
lingkungan, struktur keluarga, fungsi keluarga, tugas perawatan keluarga, stres
dan koping keluarga, pemeriksaan fisik, harapan keluarga, dan keluarga
mengetahui kontrak waktu selama pembinaan. Saat ini mahasiswa akan
melakukan analisa data dan perumusan diagnose keperawatan kepada keluarga
dengan stunting.
3. Tujuan
a. Tujuan umum
Mahasiswa mampu melakukan analisa data dan perumusan diagnosa
keperawatan dengan keluarga binaan dengan baik
b. Tujuan khusus
1) Mahasiswa mampu menganalisa data dan perumusan diagnosa
keperawatan keluarga dengan stunting.
2) Mahasiswa mampu menyampaikan kontrak waktu yang jelas kepada
keluarga, dan keluarga dapat menerima kontrak waktu dan ada
kesepakatan bersama untuk melaksanakannya.
- Keluarga menyambut kedatangan mahasiswa dengan baik dalam kujungan yang kedua.
- Keluarga mengingatkan kembali kontrak yang telah disepakati dan menyetujui kontrak
tersebut yang mana mahasiswa akan melanjutkan pengkajian pada analisa data dan
perumusan diagnosa keperawatan dimana didapatkan tentang :
a. Analisa Data
DS :
4 An. D mengatakan lebih suka makan eskrim dan minum susu formula
5 Ny. S mengatakan An. D suka jajan sembarangan, walaupun tau jajan
sembarangan tidak baik bagi kesehatan anaknya karena An. D susah makan nasi
sehingga Ny. S membiarka anaknya jajan sembarangan dan susu formula
DO :
- BB : 10 kg
- Tb: 83 cm
- BMI : 14,87
b. Diagnosa Keperawatan
Dari data analisa data yang telah dilakukan didapatkan diagnosa keperawatan yaitu :
- Defisit Nutrisi b.d faktor psikologis
- Koping tidak efektif b.d ketidak adekuatan sistem pendukung
Dokumentasi:
PRA PLANNING ASKEP KELUARGA IV
NAMA KK : Tn. L
ALAMAT : Dusun Ngadirejo RT 04 RW 02 Desa Bulurejo Kec.
Purwoharjo
KASUS : Stunting
KUNJUNGAN KE : 4
TOPIK KEGIATAN : Intervensi Keperawatan
HARI/TANGGAL : Senin, 17 Oktober 2022
WAKTU : 17.00 WIB
I. FASE PERSIAPAN
1. Latar Belakang
Sebelum melakukan tindakan keperawatan terhadap keluarga dengan
stunting maka diperlukan adanya perumusan rencana tindakan askep keluarga
oleh mahasiswa kepada keluarga yang menjadi keluarga binaan sehingga
mahasiswa mempunyai rencana yang bisa dilakukan sebelum melakukan tindakan
keperawatan keluarga. Adapun kegiatan perumusan rencana tindakan askep
keluarga meliputi:
a) Menyampaikan kontrak waktu selama melakukan pembinaan askep Keluarga
yang telah disetujui pada kunjungan sebelumnya.
b) Perumusan rencana tindakan askep keluarga sesuai dengan diagnosa
keperawatan keluarga yang dirumuskan sebelumnya, yaitu:
6 Defisit Nutrisi b.d faktor psikologis
7 Koping tidak efektif b.d ketidak adekuatan sistem pendukung
2. Analisa situasi
Mahasiswa sudah mengenal keluarga yang menjadi keluarga binaan, demikian
juga keluarga binaan juga sudah mengenal mahasiswa. Pada pertemuan
sebelumnya (pertemuan III/ analisa data dan perumusan diagnosa keperawatan
mahasiswa telah melakukan analisa data dan perumusan diagnosa keperawatan
meliputi, Data subyektif dan data obyektif dengan:
8 Defisit Nutrisi b.d faktor psikologis
9 Koping tidak efektif b.d ketidak adekuatan sistem pendukung
Saat ini mahasiswa akan melakukan perumusan rencana tindakan askep keluarga
dengan stunting.
3. Tujuan
a. Tujuan umum
Mahasiswa mampu melakukan perumusan rencana tindakan askep keluarga
dengan keluarga binaan dengan baik.
b. Tujuan khusus
1) Mahasiswa mampu menentukan prioritas perumusan rencana tindakan
askep keluarga yang menunjang tindakan keperawatan yang akan
dilakukan.
2) Mahasiswa mampu menyampaikan kontrak waktu yang jelas kepada
keluarga, dan keluarga dapat menerima kontrak waktu dan ada
kesepakatan bersama untuk melaksanakannya.
2. Uraian kegiatan
TAHAP WAKTU KEGIATAN KEGIATAN KELUARGA
MAHASISWA
Pembukaan 3-5 menit 3 S (senyum, salam, sapa) Membalas 3 S (senyum,
salam, sapa)
Isi 40-50 menit f. Menyampaikan h. Mendengarkan dan
kontrak waktu mengklarifikasi
selama melakukan yang disampaikan
pembinaan askep sesuai kontrak
keluarga yang waktu yang
telah disetujui pada disetujui
kunjungan
i. Mendengarkan,
sebelumnya
menjawab
g. Merumuskan
pertanyaan yang
rencana tindakan
disampaikan sesuai
askep keluarga
keadaan/
sesuai dengan
kenyataan, dan
diagnosa
memahami yang
keperawatan
disampaikan
keluarga yang
dirumuskan
sebelumnya
Penutup 3-5 menit j. Mengevaluasi dan m. Menjawab
Menyimpulkan pertanyaan, dan
yang disampaikan Mendengarkan
k. Menyepakati kesimpulan
kegiatan n. Menyetujui
berikutnya dan
waktu pelaksanaan
o. Menjawab salam
selanjutnya
(kunjungan
berikutnya)
l. Mengahiri
kunjungan dan
Menyampaikan
salam
RESUME KEGIATAN
PRA PLANNING IV
PERENCANAAN KEPERAWATAN
I. FASE PERSIAPAN
1. Latar Belakang
Setelah dilakukan perumusan rencana tindakan askep keluarga maka selanjutnya dilakukan
implementasi atau tindakan keperawatan yang mengacu pada intervensi yang telah dibuat
sebelumnya. Adapun implementasi askep keluarga meliputi :
1) Bina hubungan saling percaya dengan pasien dan keluarga
2) Identifikasi status nutrisi
2) Monitoring TB dan BB
3) Anjurkan untuk menyajikan makanan secara menarik mungkin
4) Anjurkan makan sedikit tapi sering
5) Memberikan HE tentang :
a. Pengertian Stunting
b. Penyebab Stunting
c. Dampak negative Stunting
d. Cara penanganan stunting
2. Analisa situasi
Mahasiswa sudah mengenal keluarga yang menjadi keluarga binaan, demikian juga keluarga
binaan juga sudah mengenal mahasiswa. Pada pertemuan sebelumnya (pra planning IV/ Perumusan
rencana tindakan askep keluarga) mahasiswa telah melakukan perumusan rencana tindakan askep
keluarga sesuai dengan diagnosa yang diambil dan keluarga mengetahui kontrak waktu selama
pembinaan. Saat ini mahasiswa akan melakukan implementasi askep keluarga dari intervensi
tersebut.
3. Tujuan
a. Tujuan umum
Mahasiswa mampu melakukan perkenalan dengan keluarga binaan dengan baik.
b. Tujuan khusus
1) Mahasiswa mampu menjelaskan pengertian, penyebab, gejala, dampak serta
penatalaksanaan pada anak dengan Stunting
2) Mahasiswa mampu menjelaskan tentang pemberian nutrisi yang baik untuk balita dengan
Stunting
3) Mahasiswa mampu menyampaikan kontrak waktu yang jelas kepada keluarga, dan keluarga
dapat menerima kontrak waktu dan ada kesepakatan bersama untuk melaksanakannya.
2. Uraian kegiatan
TAHAP WAKTU KEGIATAN KEGIATAN KELUARGA
MAHASISWA
Pembukaan 3-5 menit 3 S (senyum, salam, sapa) Membalas 3 S (senyum,
salam, sapa )
Isi 40-50 menit Menyampaikan kontrak m. Mendengarkan dan
waktu selama melakukan
pembinaan askep keluarga mengklarifikasi yang
yang telah disetujui pada disampaikan sesuai
kunjungan sebelumnya,
yaitu: kontrak waktu yang
d. Identifikasi disetujui
status nutrisi n. Menanyakan berapa Berat
e. Monitoring BB badan an.M
f. Sajikan makanan o. Mendengarkan dan
secara menarik
memperhatikan
mungkin
p. Menjawab pertanyaan
g. Anjurkan makan
sedikit tapi yang diajukan mahasiswa
sering
h. Memberikan HE
tentang :
i. Pengertian
Stunting
j. Penyebab
Stunting
k. Dampak
negative
Stunting
l. Cara penanganan
stunting
3. FASE TERMINASI
a. Resume kegiatan 5
1) Keluarga mengetahui kontrak waktu selama pembinaan yang telah disetujui pada kunjungan sebelumnya
2) Mahasiswa melaksanakan implementasi sesuai rencana yang sudah ditetapkan
3) lansia mampu menyampaikan kontrak waktu yang jelas, dan keluarga dapat menerima kontrak waktu dan ada
kesepakatan bersama untuk melaksanakannya.
b. Rencana kegiatan pada kunjungan yang akan datang.
RESUME KEGIATAN
PRA PLANNING 5
1. Lansia mengetahui kontrak waktu selama pembinaan yang telah di setujui pada kunjungan
sebelumnya
2. Lansia mengingatkan kembali kontrak yang telah disepakati dan menyetujui kontrak tersebut yang
mana mahasiswa akan melakukan tindakan keperawataan sesuai yang telah direncanakan, yaitu:
NO
TGL JAM TINDAKAN KEPERAWATAN TT
DX
DOKUMENTASI
PRA PLANNING ASKEP KELUARGA VI
V. FASE PERSIAPAN
1. Latar Belakang
Setelah melakukan asuhan keperawatan keluarga dengan penyakit stunting selanjutnya dilakukan
evaluasi askep keluarga yang meliputi:
a. Mengevaluasi perkembangan setiap intervensi dan implementasi yang sudah dilaksanakan pada
keluarga dengan balita stunting
b. Mengevaluasi bagaimana perkembangan balita dengan stunting setelah dilakukan implementasi
2. Analisa situasi
Mahasiswa sudah mengenal keluarga yang menjadi keluarga binaan, demikian juga keluarga
binaan juga sudah mengenal mahasiswa pada pertemuan sebelumnya. Saat ini mahasiswa akan
mengevaluasi askep keluarga yang meliputi catatan perkembangan setiap intervensi dan
implementasi yang telah dilakukan dalam asuhan keperawatan pada lansia dengan stunting
3. Tujuan
a. Tujuan umum
Mahasiswa mampu melakukan evaluasi keluarga binaan dengan baik.
b. Tujuan khusus
1) Mahasiswa mampu mengevaluasi implementasi yang telah dilakukan
2) Mahasiswa mampu mengevaluasi bagaimana perkembangan keluarga setelah dilakukan
kegiatan implementasi.
3) Mahasiswa mampu menyampaikan kontrak waktu yang jelas kepada lansia, dan lansia dapat
menerima kontrak waktu dan ada kesepakatan bersama untuk melaksanakannya.
VI. FASE PENDAHULUAN
1. Tujuan kunjungan :
a. Mahasiswa mengeksplorasi kemampuan lansia dalam menjelaskan materi yang telah diberikan
dan implementasi yang telah dilakukan kepada keluarga dengan stunting
stunting
9) Mengevaluasi
bagaimana
perkembangan keluarga
setelah dilakukan
implementasi
Penutup 3-5 menit 13) Mengevaluasi dan 16) Menjawab
Menyimpulkan yang pertanyaan, dan
disampaikan Mendengarkan
14) Menyepakati kesimpulan
kegiatan berikutnya dan 17) Menyetujui
waktu pelaksanaan
selnjutnya (kunjungan
18) Menjawab salam
berikutnya)
15) Mengakhiri
kunjungan
Menyampaikan salam
Anmengetahui
1. Keluarga D sudah mulai makan
kontrak tapiselama
waktu sedikitpembinaan
tapi sering yang telah di setujui pada kunjungan
sebelumnya
2. O mengingatkan
Keluarga : kembali kontrak yang telah disepakati dan menyetujui kontrak tersebut yang
Kesadaran :Composmentis mana mahasiswa
GCS :4,5,6 akan melakukan
RR :20 x/ menit tindakan
S :36,6 C 0
keperawataan sesuai
N : 80 x/ menit yang telah
BB: 10 direncanakan, yaitu:
TB: 83 Evaluasi
IMT; 14,87
- An D Nampak mau makan makanan 4 sehat 5 sempurna
- An.D juga mau minum vitamin
- An.D Nampak mai makan cemilan roti
- An D makan sehari 2 kali makan nasi dan lauk pauk sebanyak 4
sendok
2. P :Lanjutkan intervensi
S:
: keluarga mengatakan sudah memahami cara pemberian makanan
yang mengandung nutrisi yang mendukung tumbuh kembang anak
O:
Kesadaran :Composmentis
GCS :4,5,6
Dokmentasi
TD :119/70 mm/Hg
RR :20 x/ menit
S :36,6 0C
N : 80 x/ menit
- Keluarga nampak sudah mulai memahami
- keluarga belum bisa menjawab pertanyaan cara penanganan
stunting
- keluarga namak sudah menyiapkan biscuit susu vitamin dan roti
-
A : Masalah teratasi
P : hentikan intervensi