Anda di halaman 1dari 19

LAPORAN MAKALAH KELOMPOK

“ASUHAN KEPERAWATAN KELUARGA DENGAN RENTAN/RESIKO ANAK


DENGAN GIZI KURANG”

Dosen Pembimbing :

Ns.Eka Wisanti, M.Kep.,Sp.Kep.Kom

Disusun Oleh :

Kelompok 1B
Dwi Sutriyani (19031041)
Nofriyandi Dwi Amdas (19031042)
Zulkhairina Ummil Husna (19031047)
Annisa Purnama Asri (19031066)
April Lia Listiyani (19031067)
Vidya Putri Sira (19031078)

PROGRAM STUDI SARJANA KEPERAWATAN


UNIVERSITAS HANG TUAH PEKANBARU
2022
KATA PENGANTAR

Assallamualaikum Warahmatullahi Wabarakatuh

Puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan nikmat dan karunia-Nya
sehingga kami dapat menyelesaikan tugas makalah pada mata kuliah Keperawatan Komunitas .
Di dalam makalah ini kami akan membahas tentang “Asuhan Keperawatan Keluarga Dengan
Rentan/Resiko Anak Dengan Gizi Kurang”. Dan kami ucapkan terima kasih kepada pihak-pihak
yang telah ikut serta dalam menyelesaikan makalah ini.

Kami juga mohon maaf apabila terdapat kekurangan dalam penulisan dari penyampaian
informasi nantinya. Kami juga mengharapkan kritikan dan saran kepada rekan-rekan semua agar
terciptanya komunikasi yang baik dalam makalah ini. Semoga makalah ini bermanfaat bagi kita
semua.

Wassalamu’alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh

Pekanbaru, 15 Juni 2022

Kelompok 1B

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR................................................................................................................i

DAFTAR ISI.............................................................................................................................ii

BAB I PENDAHULUAN..........................................................................................................1

1.1 Latar Belakang......................................................................................................................1


1.2 Tujuan Penulisan...................................................................................................................2
1.3 Manfaat Penulisan.................................................................................................................2

BAB II LANDASAN TEORI...................................................................................................3

2.1 Definisi Gizi Kurang.............................................................................................................3


2.2 Penyebab Gizi Kurang..........................................................................................................7
2.3 Akibat Gizi Kurang...............................................................................................................8
2.4 Tanda Anak Gizi KUrang.....................................................................................................8
2.5 Pengetahuan Status Gizi Kurang...........................................................................................9
2.6 Penatalaksanaan Gizi Kurang.............................................................................................10
2.7 Komplikasi Pada Anka Kurang Gizi...................................................................................10
2.8 Cara Pencegahan dan Mendeteksi Dini Kurang Gizi Pada Anak.......................................11
2.9 Peran Perawat Keluarga Pada Anak Kurang Gizi...............................................................11

BAB III ASUHAN KEPERAWATAN..................................................................................13

3.1 Analisa Data........................................................................................................................13


3.2 Diagnosa Keperawatan........................................................................................................13
3.3 Intervensi Keperawatan.......................................................................................................13

BAB IV PENUTUP.................................................................................................................15

4.1 Kesimpulan.........................................................................................................................15

DAFTAR PUSTAKA..............................................................................................................16

ii
BAB 1

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Masalah gizi secara garis besar merupakan dampak dari ketidakseimbangan antara
asupan dan keluaran zat gizi (nutritional imbalance), yaitu asupan yang melebihi keluaran atau
sebaliknya, di samping kesalahan dalam memilih bahan makanan untuk disantap. Adanya
penyakit kronis, berat badan lebih dan kurang, karies dentis, serta alergi juga dapat menyebabkan
terjadinya masalah gizi. Salah satu masalah gizi yang masih terjadi yaitu kurang gizi (Arisman,
2009). Gizi kurang atau kurang gizi (sering kali tersebut malnutrisi) muncul akibat asupan energi
dan makronutrien yang tidak memadai. Pada beberapa orang kurang gizi juga terkait dengan
defisiensi mikronutrien nyata ataupun subklinis (Webster-Gandy, 2014)

Masalah kekurangan gizi merupakan masalah kesehatan yang masih tinggi didunia,
berdasarkan data WHO (2014), negara di regional Asia Selatan yang memiliki angka tertingi
kejadian kurang gizi yaitu India 43,5% (2006), disusul negara-negara seperti Bangladesh 36,8%
(2011), Afghanistan 32,9% (2011), Pakistan 31,6% (2013). Sedangkan untuk negara
berkembang, salah satunya adalah Indonesia mempunyai prevalensi status gizi anak balita
berdasarkan indeks tinggi badan menurut umur (TB/U) di Indonesia yaitu 17,8% tinggi badan
sangat pendek dan untuk prevalensi status gizi berdasarkan indeks berat badan menurut tinggi
badan (BB/TB) persentase di Indonesia yaitu 6,7% berat badan sangat kurus.

Pemantauan Status Gizi (PSG) 2015 dalam Depkes RI (2016), menunjukkan hasil Status
Gizi Balita berdasarkan Indeks Berat Badan menurut Usia (BB/U), didapatkan hasil: 79,7% gizi
baik; 14,9% gizi kurang; 3,8% gizi buruk, dan 1,5% gizi lebih. Status Gizi Balita berdasarkan
Indeks Tinggi Badan menurut Usia (TB/U), didapatkan hasil: 71% normal dan 29,9% balita
pendek dan sangat pendek. Status Gizi Balita berdasarkan Indeks Berat Badan menurut Tinggi
Badan (BB/TB), didapatkan hasil: 82,7% normal, 8,2% kurus, 5,3% gemuk, dan 3,7% sangat
kurus.

1
Asuhan keperawatan keluarga menurut Perkesmas 279 tahun 2006 merupakan asuhan
keperawatan yang ditujukan pada keluarga rawan kesehatan/keluarga miskin yang mempunyai
masalah kesehatan yang ditemukan di masyarakat dan dilakukan di rumah keluarga. Kegiatannya
antara lain: identifikasi keluarga rawan kesehatan/keluarga miskin dengan masalah kesehatan di
masyarakat, penemuan dini suspek kasus kontak serumah, pendidikan kesehatan terhadap
keluarga, kunjungan rumah (home visit/home health nursing) sesuai rencana, pelayanan
keperawatan dasar langsung (direct care) maupun tidak langsung (indirect care), pelayanan
kesehatan sesuai rencana, misalnya memantau keteraturan berobat pasien dengan pengobatan
jangka panjang, pemberian nasehat (konseling) kesehatan keperawatan dirumah dan dokumentasi
keperawatan.

Peran kita sebagai perawat keluarga adalah memberikan asuhan keperawatan melalui
pendidikan kesehatan kepada keluarga khususnya pada orang tua tentang pentingnya asupan gizi
bagi anak balita dan mendemontrasikan cara membuat makanan yang unik dan disenangi oleh
anak sehingga nafsu makan anak menigkat.

1.2 Tujuan Penulis

1.2.1 Tujuan Khusus

1. Mengetahui bagaimana konsep kurang gizi


2. Mengetahui bagaimana pencegahan terhadap kurang gizi
3. Mengetahui bagaimana peran perawat keluarga terhadap anak kurang gizi
4. Mengetahui bagaimana asuhan keperawatan keluarga terhadap anak kurang gizi

1.2.2 Tujuan Umum

Dapat mengetahui bagaimana konsep kurang gizi dan bagaimana asuhan keperawatan keluarga
dengan masalah kurang gizi.
1.4 Manfaat Penulisan
Pembuatan makalah ini diharapkan dapat menambah wawasan dan pengetahuan bagi
pembaca dan mahasiswa.

2
BAB II

TINJAUAN TEORI

2.1 Definisi Gizi Kurang

Gizi kurang adalah suatu keadaan yang dapat dilihat secara antropometri dengan
menggunakan indeks BB/U dengan ambang batas –3 SD sampai dengan < -2 SD (Supriasa,
2016). Gizi kurang yaitu kurang gizi tingkat sedang yang disebabkan oleh rendahnya
konsumsi energi dan protein yang didapati dari makanan sehari-hari dan terjadi dalam waktu
yang lama (Aritonang, 2010).

2.1.1 Gizi yang Sesuai

Pola makan merupakan keseimbangan antara konsumsi makanan dan asupan gizi yang
dibutuhkan. Gizi yang dibutuhkan tubuh dihasilkan dari sari makanan untuk menjaga
kesehatan. Dengan demikian pola makan yang sehat berhubungan dengan aneka ragam
makanan yang dapat memenuhi zat gizi yang diperlukan sesuai dengan usia anak.

1. Gizi dan porsi untuk anak sekolah

Usia (tahun) 7-9 10-12 10-12

(Laki-laki) (Perempuan)

Karakteristik ideal

Berat badan (kg) 24 30 35

Tinggi badan (cm) 120 135 140

Kebutuhan gizi

Energi (kkal) 1.800 2.050 2.050

Protein (g) 45 50 50

Vitamin A (RE) 500 600 600

3
Vitamin B1 (mg) 0,9 1 1

Vitamin C (mg) 45 50 50
Kalsium (mg) 600 1.000 1.000

Zat besi (mg) 10 13 14


Yodium (ug) 120 120 120

Porsi makan

(Porsi penukar)

Nasi 4 5 4

(1 p nasi =150 gram)

Sayuran 3 3 3

(1 p sayuran =100
gram
Buah 3 4 4

(1 p buah =100
gram)

Tempe 3 3 3

(1 p tempe =50
gram)

Daging 2 2½ 2

(1 p daging=100

gram)

Susu 1 1 1

4
(1 p susu = 200 ml =

gelas)

Minyak 5 5 5

(1 p minyak = 5

gram)
Gula 2 2 2

(1 p gula = 10 gram)

2. Kebutuhan nutrisi remaja menurut (IDAI, 2013) Sebagai berikut :

a. Energi kebutuhan energi remaja dipengaruhi oleh aktivitas, metabolisme basal dan
peningkatan kebutuhan untuk menunjang percepatan tumbuh kembang masa remaja.
Metabolisme basal (MB) sangat berhubungan erat dengan jumlah massa tubuh tanpa
lemak (lean body mass) sehingga MB pada lelaki lebih tinggi daripada perempuan yang
komposisi tubuhnya mengandung lemak lebih banyak. Karena usia saat terjadinya
percepatan tubuh sangat bervariasi, maka perhitungan kebutuhan energi berdasarkan
tinggi badan (TB) akan lebih sesuai. Percepatan tubuh pada remaja sangat rentan terhadap
kekurangan energi dan nutrien sehingga kekurangan energi dan nutrien kronik Pada masa
ini dapat berakibat terjadinya keterlambatan pubertas dan atau hambatan pertumbuhan.
b. Protein

Kebutuhan protein pada remaja ditentukan oleh jumlah protein untuk rumatan massa
tubuh tanpa lemak dan jumlah protein yang dibutuhkan untuk peningkatan massa tubuh
tanpa lemak selama percepatan tumbuh. Kebutuhan protein tertinggi pada saat puncak
percepatan tinggi terjadi (perempuan 11-14 tahun, lelaki 15-18 tahun) dan kekurangan
asupan protein secara konsisten pada masa ini dapat berakibat pertumbuhan linear
berkurang, keterlambatan maturasi seksual serta berkurangnya akumulasi massa tubuh
tanpa lemak.

c. Karbohidrat

5
Karbohidrat merupakan sumber energi utama dalam makanan, selain juga sebagai sumber
serat. Jumlah yang dianjurkan adalah 50% atau lebih dari energi total serta tidak lebih
dari 10 - 25% berasal dari karbohidrat sederhana seperti sukrosa atau fruktosa. Di
Amerika Serikat, konsumsi minuman ringan (soft drinks) memasok lebih dari 12% kalori
yang berasal dari karbohidrat dan konsumsinya meningkat 3 kali lipat pada dua dekade
terakhir ini. Penelitian Josep di Jakarta (2010) pada remaja siswi SMP didapatkan bahwa
siswa yang mengkonsumsi minuman bersoda 3-4 kali per minggu beresiko untuk terjadi
gizi lebih.
d. Lemak

Tubuh manusia memerlukan lemak dan asam lemak esensial untuk pertumbuhan dan
perkembangan normal. Pedoman makanan di berbagai negara termasuk Indonesia (gizi
seimbang), menganjurkan konsumsi lemak tidak lebih dari 30% dari energi total dan
tidak baik lebih dari 10% berasal dari lemak jenuh. Sumber utama lemak dan lemak
jenuh adalah susu, daging (berlemak), keju, mentega atau margarin, dan makanan seperti
cake, donat, kue sejenis dan es krim, dan lain-lain.
e. Mineral

Kalsium (Ca) kebutuhan kalsium pada masa remaja merupakan yang tertinggi dalam
kurun waktu kehidupan karena remaja mengalami pertumbuhan skeletal yang dramatis.
Sekitar 45% dari puncak pembentukan massa tulang berlangsung pada masa remaja,
sehingga kecukupan asupan kalsium menjadi sangat penting untuk kepadatan massa
tulang serta mencegah risiko fraktur dan osteoporosis. Pada usia 17 tahun, remaja telah
mencapai hampir 90% dari massa tulang dewasa, sehingga masa remaja merupakan
peluang (window of opportunity) untuk perkembangan optimal tulang dan kesehatan
masa depan.
Angka kecukupan asupan kalsium yang dianjurkan untuk kelompok remaja adalah 1300
mg per hari. Susu merupakan sumber kalsium terbaik, disusul keju, es krim, yogurt. Kini
banyak makanan dan minuman yang difortifikasi dengan kalsium yang setara dengan
kandungan kalsium pada susu (300 mg per saji). Terdapat pula kalsium dalam bentuk
sediaan farmasi (dalam bentuk karbonat, sitrat, laktat atau fosfat) dengan absorpsi sekitar

6
25 - 35%. Preparat kalsium akan diabsorpsi lebih efisien bila dikonsumsi bersama
makanan dengan dosis tidak lebih dari 500 mg

2.2 Penyebab Gizi Kurang

1. Jarak kelahiran

Misalnya jarak antara usia kakak dan adik yang terlalu dekat yang mengakibatkan
perhatian si ibu untuk si kakak sudah tersita dengan keberadaan adiknya, sehingga kakak
cenderung tidak terurus dan tidak diperhatikan makanannya. Oleh karena itu akhirnya si
kakak menjadi kurang gizi
2. Anak yang mulai bisa berjalan mudah terkena infeksi atau juga tertular oleh
penyakitpenyakit lain
3. Lingkungan yang kurang bersih, sehingga anak mudah sakit-sakitan. Karena sakitsakitan
tersebut, anak menjadi kurang gizi
4. Kurangnya pengetahuan orang tua terutama ibu

Kurang gizi yang murni adalah karena makanan. Ibu harus dapat memberikan makanan
yang kandungan gizinya cukup. Tidak harus mahal, bisa juga diberikan makanan yang
murah, asal kualitasnya baik. Oleh karena itulah ibu harus pintar-pintar memilihkan
makanan untuk anak
5. Kondisi sosial ekonomi keluarga yang sulit.

Faktor ini cukup banyak mempengaruhi, karena jika anak sudah jarang makan, maka
otomatis mereka akan kekurangan gizi
6. Selain karena makanan, anak kurang gizi bisa juga karena adanya penyakit bawaan yang
memaksa anak harus dirawat. Misalnya penyakit jantung dan paru-paru bawaan
7. Sosial budaya

Yaitu adanya kepercayaan dan pantangan-pantangan tertentu, terhadap beberapa jenis


bahan makanan.

7
8. Pengadaan dan distribusi pangan

Adanya golongan rentan seperti bayi, anak balita, ibu hamil dan ibu menyusui sering
mengalami keadaan gizi kurang disebabkan karena adanya distribusi pangan antar
anggota keluarga yang tidak merata (Dr. Hasdianah, 2014)

2.3 Akibat gizi kurang

Akibat yang ditimbulkan gizi kurang terhadap proses tubuh tergantung pada zat–zat gizi
yang kurang. Gizi kurang ini secara umum menyebabkan gangguan pada :

a. Pertumbuhan

Pertumbuhan anak menjadi terganggu karena protein yang ada digunakan sebagai zat
pembakar sehingga otot – otot menjadi lunak dan rambut menjadi rontok
b. Produksi tenaga

Kekurangan energi yang berasal dari makanan mengakibatkan anak kekurangan tenaga
untuk bergerak dan melakukan aktivitas. Anak menjadi malas dan merasa lemas
c. Pertahanan tubuh

Sistem imunitas dan antibodi menurun sehingga anak mudah terserang infeksi seperti
batuk, pilek dan diare (Dr. Hasdianah, 2014)

2.4 Tanda anak gizi kurang

Menurut Dr. Sri Kurniati M.S., Dokter Ahli Gizi Medik Rumah Sakit Anak dan Bersalin
Harapan Kita, ciri - ciri gizi kurang pada anak sebagai berikut :

1. Kurang energi protein ringan

Pada tahap ini, belum ada tanda-tanda khusus yang dapat dilihat dengan jelas. Hanya
saja, berat badan si anak hanya mencapai 80% dari berat badan normal
2. Kurang energi protein sedang

Pada tahap ini, berat badan si anak hanya mencapai 70% dari berat badan normal. Selain
itu, ada tanda yang bisa dilihat dengan jelas adalah wajah menjadi pucat, dan warna
rambut berubah agak kemerahan

8
3. Pada pengukuran status gizi menggunakan antropometri

Parameter yang valid dalam antropometri dapat dinilai empat indeks : Berat

Badan menurut Umur (BB/U), Berat Badan menurut Tinggi Badan (BB/TB), Tinggi

Badan menurut Umur (TB/U)

a. Berat Badan menurut Umur (BB/U)

Gizi kurang adalah apabila berat badan bayi / anak menurut umur berada diantara

60,1% - 80% standar Harvard

b. Tinggi Badan menurut Umur (TB/U)

Gizi kurang adalah apabila panjang atau tinggi badan bayi / anak menurut umurnya
berada diantara 70,1% - 80% dari standar Harvard
c. Berat Badan menurut Tinggi Badan (BB/TB) gizi kurang adalah apabila berat badan
bayi / anak menurut panjang atau tingginya berada diantara 70,1% - 90% dari standar
Harvard
d. Pada KMS berat badan balita gizi kurang terletak pada pita warna kuning yang berada
dibawah pita warna hijau

2.5 Pengukuran status gizi kurang

Parameter pengukuran status gizi kurang adalah menggunakan indeks BB/U. Berat badan
adalah salah satu parameter yang memberikan gambaran massa tubuh. Massa tubuh sangat
sensitif terhadap perubahan-perubahan yang mendadak, misalnya disebabkan oleh
terserangnya penyakit infeksi, penurunan nafsu makan atau jumlah makanan yang telah
dikonsumsi. Berat badan adalah parameter antropometri yang sangat labil.

Dalam keadaan normal yaitu ketika keadaan kesehatan baik dan keseimbangan antara
konsumsi dan kebutuhan zat gizi terjamin, berat badan berkembang mengikuti pertumbuhan
umur. Sebaliknya, dalam keadaan abnormal terdapat 2 kemungkinan perkembangan berat
badan yaitu dapat berkembang cepat atau lebih lambat dari keadaan normal. Berdasarkan
karakteristik berat badan, indeks berat badan menurut umur digunakan sebagai salah satu
cara pengukuran status gizi. Mengingat karakteristik berat badan yang labil, maka indeks

9
BB/U lebih menggambarkan status gizi seseorang saat ini (Current Nutrional Status)
(Supriasa, Bakri & Fajar, 2016).

2.6 Penatalaksanaan gizi kurang

Penatalaksanaan gizi kurang adalah diet Tinggi Kalori Tinggi Protein (TKTP). Diet ini
mengandung energi dan protein diatas kebutuhan normal. Diet diberikan dalam bentuk
makanan biasa ditambah bahan makanan sumber protein, bahan makanan tinggi protein
seperti susu, telur dan daging (Almatsier, 2010).

1. Tujuan diet

Tujuan diet tinggi kalori tinggi protein adalah untuk :

• Memenuhi kebutuhan energi dan protein yang meningkat untuk mencegah dan
mengurangi kerusakan jaringan tubuh

• Menambah berat badan hingga mencapai berat badan normal

2. Syarat diet

Fase yang diberikan pada anak kurang gizi yaitu fase rehabilitasi dengan pemberian diet
tinggi kalori tinggi protein. Syarat-syarat diet yang dianjurkan adalah :  Memberikan
edukasi terkait bahan makanan tinggi akan kalori dan protein
• Memberikan edukasi terkait makanan bervariasi dan bergizi seimbang

• Memberikan edukasi terkait pengolahan bahan makanan untuk anak

• Perhatikan ukuran makanan disesuaikan dengan kebutuhan (porsi kecil tapi sering)
2.7 Komplikasi pada Anak Kurang Gizi

Komplikasi anak kurang gizi yaitu:


1. Rentan mengalami penyakit infeksi
2. Penurunan masa otot menyebabkan anak tidak aktif bergerak dan pembentukan gumpalan
darah
3. Meningkatnya risiko osteoporosis
4. Gangguan jantung

10
5. Gangguan ginjal (Krisnansari, 2010).
2.8 Cara Pencegahan dan Mendektesi Dini Kurang Gizi pada Anak

Upaya dalam mencegah terjadinya gizi kurang pada balita yaitu dengan peningkatan
pengetahuan, sikap dan juga perilaku dari ibu mengenai gizi balita. Pengetahuan yang kurang
sehingga dapat merugikan kesehatan seyogyanya diubah ke arah yang menguntungkan
kesehatan. Hal tersebut dikarenakan pengetahuan mampu mempengaruhi
sikap yang akhirnya mampu mempengaruhi bagaimana seseorang

berperilaku.Pengetahuan ibu mengenai pemenuhan gizi yang seimbang bagi balita


merupakan hal yang penting. Pengetahuan tersebut mampu mengarahkan ibu untuk
melakukan pemantauan pertumbuhan dan perkembangan balita dengan menyediakan
makanan seimbang yang sesuai dengan kebutuhan gizi pada balita tersebut.bu dengan sumber
informasi yang luas maka akan lebih banyak mempunyai pengetahuan mengenai gizi balita
lebih banyak dibandingkan ibu dengan sumber informasi yang minim.

Sehingga mereka dianggap lebih mampu untuk menangani masalah kesehatan terutama
masalah gizi dikeluarganya dengan baik Peningkatan pengetahuan, sikap dan perilaku
tersebut dapat dilakukan salah satunya melalui pendidikan kesehatan Pendidikan kesehatan
sendiri dapat dilakukan dengan berbagai macam metode menyesuaikan sasaran yang akan
diberikan pendidikan. Salah satu metode dalam pendidikan kesehatan adalah media lembar
balik. Lembar balik atau flipchart adalah media yang berbentuk lembaranlembaran
menyerupai album atau kalender yang berisi gambar yang dibaliknya berisi mengenai
informasi kesehatan

2.9 Peran Perawat Keluarga pada Anak Kurang Gizi

Perawat memiliki peran dalam meningkatkan status gizi balita yaitu dengan upaya
promotif dan preventif . Pencegahan masalah gizi buruk yang telah dilakukan perawat
meliputi proses asuhan keperawatan (penimbangan, pengukuran, dan pemantauan seacara
rutin), pendidikan kesesahatan dalam konseling ataupun penyuluhan, bekerjasama dengan
tenaga kesehatan lain terutama ahli gizi, berkoodinasi terkait rencana pelaksanaan kegiatan,

11
berdiskusi untuk memecahkan permasalah status gizi, melakukan pendekatan dan
memberikan pemahaman terkait gizi yang penting bagi kesehatan.

12
BAB III
ASUHAN KEPERAWATAN

3.1 Analisa Data

No Data Masalah
1. DS: Ketidakseimbangan nutrisi An. AI pada
 Ny.N mengatakan berat badan An. AI sulit keluarga Bp.CT kurang dari kebutuhan
naik. tubuh.
 Ibu menyatakan sudah mendapat PMT dari
puskesmas dan di periksakan di RPG
DO:
 Usia AI : 3 tahun
 Berat Badan: 10 kg
 Lingkar Lengan Atas: 12,8 cm
 Status Gizi An. AI pada KMS Balita pada
bawah garis merah
 Tinggi badan : 102 CM
 IMT : 9,1

3.2 Diagnosa Keperawatan


1. Ketidakseimbangan nutrisi An. AI pada keluarga Bp.CT kurang dari kebutuhan tubuh
berhubungan dengan Ketidakmampuan keluarga mengenal masalah Gizi kurang.

3.3 Intervensi Keperawatan Keluarga

No Diagnosa Keperawatan Tujuan Intervensi


1 Ketidakseimbangan nutrisi Setelah dilakukan asuhan 1. Berikan pengetahuan keluarga
An. AI pada keluarga Bp.CT keperawatan selama 1 hari tentang karakteristik Gizi Kurang

13
kurang dari kebutuhan tubuh keluarga BP.CT meliputi:
berhubungan dengan mampu mengenal a. Definisi
Ketidakmampuan keluarga masalah Berat badan b. Penyebab
mengenal masalah Gizi kurang pada An. Ai dengan c. Akibat
kurang. kriteria: d. Penatalaksanaan
 Tn. CT dan 2. Berikan bimbingan dengan
keluarga ilustrasi menggunakan brosur dan
menyatakan paham food model.
dengan penjelasan 3. Bimbing keluarga untuk
perawat tentang mengulangi penjelasan yang sudah
berat badan kurang diberikan.
 Bp.CT dan 4. Berikan pujian bila keluarga
keluarga mampu mampu menjawab dengan baik
mengulangi dan benar
penjelasan meliputi
definisi, penyebab,
penatalaksanaan
gizi kurang.

14
BAB IV

PENUTUP

4.1 Kesimpulan

Gizi kurang yaitu kurang gizi tingkat sedang yang disebabkan oleh rendahnya konsumsi
energi dan protein yang didapati dari makanan sehari-hari dan terjadi dalam waktu yang lama
(Aritonang, 2010). Perlunya mengatur pola makan agar terwujudnya gizi seimbang. Gizi
seimbang didapatkan dari seimbangnya asupan kebutuhan tubuh d=yang didapat dari sari
makanan. Penyebab terjadinya kurang gizi di Indonesia disebabkan oleh factor jarak anak yang
terlalu dekat, factor ekonomi, dll. Akibat yang dapat ditimbulkan dari kurang gizi yaitu
mempengaruhi pertembuhan serta system imun tubuh. Akibat gizi yang kurang tentunya sangat
berdampak bagi kesehatan anak seperti mudahnya terserang penyakit, rendahnya system
kekebalan tubuh, serta mempengaruhi pertumbuhan anak. Anak yang mengalami gizi kurang
dapat dilihat dengan mudah seperti anak terlihat terlalu kurus, atau pertumbuhan anak tidak
sesuai dengan usia.

15
DAFTAR PUSTAKA

Adiningsih, Sri. 2010. Waspadai Gizi Balita Anda. Jakarta: PT Elex Media Komputindo.

Almatsier, S. (2010). Penuntun Diet Edisi Baru. PT. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama.

Aminatun, T., Y. (2018). Asuhan keperawatan keluarga tn. Aa dengan salah satu anggota
keluarga bayi y. Mengalami gizi kurang di wilayah kerja puskesmas mantrijeron kota
Yogyakarta. Politeknik Kesehatan Yogyarta: Jurusan Keperawatan.

Arisman. 2009. Buku Ajar Ilmu Gizi: Gizi dalam Daur Kehidupan. Ed. 2. Jakarta: EGC.

Aritonang, E. (2010). Gizi dalam Daur Kehidupan. Bogor: IPB Press.

Azizah, P., N. (2017). Asuhan keperawatan keluarga dengan gizi kurang pada balita di wilayah
kerja puskesmas lubuk kilangan. Politeknik Kesehatan Kemenkes Padang: Program Studi
D III Keperawatan.

Budi Faisol, W., Sriyono, & Retno, I. (2015). Analisis Faktor yang Berkaitan dengan Kasus Gizi
Buruk pada Balita. Jurnal Pediomaternal, 3(1), 83–91.

Hasdianah. (2014). Gizi, Pemantapan Gizi, Diet, dan Obesitas. Yogyakarta : Nuha Medika.

Nugraheini, D. (2018). Pencegahan Balita Gizi Kurang Melalui Penyuluhan Media Lembar
Balik Gizi.

Supariasa. (2016). Ilmu Gizi Teori dan Aplikasi. Jakarta : Penerbit Buku Kedokteran EGC.

Supriasa, I. D., Bakri, B., & Fajar, I. (2016). Penilaian Status Gizi. Jakarta : Penerbit Buku
Kedokteran EGC.

16

Anda mungkin juga menyukai