Dosen Pengampu :
Dr. Farida Wahyu Ningtyias, S.KM., M.Kes.
Nur Fitri Widya Astuti, S.Gz., M.P.H.
Disusun Oleh :
Kelompok 3
Naurah Dwi Anjani 222110101001
Aprilia Hardani 222110101002
Siti Khofifatur Rosidah 222110101010
Zeany Farra Firdausy 222110101013
Anita Dyah Suryaning Tyas 222110101018
Ela Dyah Indrasti Priwardani 222110101019
Valisha Sylvania 222110101025
Fawwaz Hilmi Fathoni 222110101026
Nur Intan Fadila 222110101039
Peggy Vania Rahmawati 222110101042
Abidah Irmayanti 222110101044
Muhammad Rafly Jatnika 222110101046
Segala puji kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas segala
nikmat, rahmat, taufik, dan hidayah-Nya yang telah memungkinkan kami
menyelesaikan makalah ini dengan judul "Tabu pada Anak dan Balita" tepat waktu.
Kami mengumpulkan informasi dari berbagai sumber panduan untuk membuat
makalah ini.
Kami mengucapkan terima kasih banyak kepada dosen pengampu mata
kuliah Ekologi Pangan dan Gizi kelas A Ibu Dr. Farida Wahyu Ningtyias, S.KM.,
M.Kes. dan Ibu Nur Fitri Widya Astuti, S.Gz., M.P.H. serta rekan sekelompok yang
telah dengan rendah hati menyelesaikan makalah ini.
Kami juga mengucapkan terima kasih kepada semua orang yang telah
membantu kami menyusun makalah ini. Kami sangat mengharapkan kritik dan saran
karena kami menyadari bahwa makalah ini masih banyak kekurangan dari segi isi,
bahasa, dan penulisannya. Kami berharap makalah ini akan bermanfaat bagi semua
yang membutuhkannya.
Penulis
i
ii
DAFTAR ISI
ii
BAB 1 PENDAHULUAN
1
2
1.3 Tujuan
1.3.1 Tujuan Umum
Untuk mengetahui lebih lanjut mengenai kaitan food taboo di
Indonesia dengan gizi anak dan balita.
1.4 Manfaat
Untuk memahami bagaimana hubungan praktek food taboo di
Indonesia dengan masalah gizi khususnya pada anak-anak dan balita.
3
BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Definisi Status Gizi dan Food Taboo
Status gizi merupakan suatu kondisi yang menentukan kebutuhan
fisik terhadap energi dan zat gizi dari makanan yang mempunyai efek fisik
terukur dan merupakan faktor penting dalam mencapai derajat kesehatan yang
optimal. Pengetahuan akan gizi sangatlah penting, jika pengetahuan gizi
rendah akan menjadi penyebab timbulnya masalah pada gizi yakni asupan zat
gizi yang tidak tercukupi dapat mengakibatkan terjadinya malnutrisi,
sebaliknya jika asupan zat gizinya berlebihan akan mengalami kelebihan gizi
dan perubahan pola makan serta kebiasaan makan bergizi pada masa remaja
(Arieska, 2020).
Umumnya status gizi ini bisa mempengaruhi macam-macam sosio
budaya salah satunya yakni Food Taboo (pantangan terhadap makanan). Food
Taboo merupakan suatu persepsi terhadap dampak yang buruk dalam
mengkonsumsi beberapa makanan yang dilarang untuk dikonsumsi pada saat
tertentu dengan suatu alasan tertentu, yakni tidak mengkonsumsi untuk
kepentingan agama, budaya, atau alasan higienis. Apabila dilanggar,
dipercaya akan mendapat ancaman buruk (Fadilla., et al 2022). Food Taboo
juga biasanya mengacu pada makanan yang berbahaya bagi yang
memakannya, dan bila dikonsumsi, dapat meningkatkan risiko kekurangan
protein, lemak, vitamin A, kalsium, dan zat besi. Jika food taboo dilakukan
namun makanan yang pantang dimakan tersebut baik untuk kesehatan, ada
risiko gizi buruk yakni malnutrisi (Ramulondi, 2021).
Tidak hanya itu, upaya seorang individu dalam menilai tersebut tentunya juga
diinformasikan pada keluarga serta pada pendidikan informal melewati media
massa. Di indonesia tabu makanan ini masih menjadi suatu permasalahan yang
harus diatasi, mengapa demikian? Karena mayoritas seorang individu ini
menabukan makanan yang seharusnya dikonsumsi. Efek dari adanya tabu
makanan tersebut diantara ibu hamil, ibu menyusui, bayi serta anak-anak takut
untuk mengkonsumsi jenis-jenis makanan yang ditabukan, hal tersebut tentunya
4
mengikuti pola perilaku orang tuanya dan secara tidak langsung berpengaruh
terhadap status gizi mereka. Menurut Faradila dkk., pada tahun 2022 terdapat
beberapa faktor sosial budaya yang dapat mempengaruhi status gizi pada anak
dan balita antara lain :
1. Food Value
Food Value merupakan suatu persepsi terhadap suatu makanan tertentu
memiliki nilai yang lebih tinggi daripada makanan lain. Contoh dari Food
Value adalah nasi memiliki kandungan gizi yang lebih tinggi dari pada
kentang.
2. Food Belief
Food Belief merupakan suatu persepsi terhadap makanan tertentu memiliki
suatu dampak yang baik saat dikonsumsi oleh seseorang. Contoh dari Food
Belief adalah Ibu hamil yang meminum air kelapa dipercaya suatu saat nanti
bayinya akan terlahir dengan kulit yang bersih.
3. Food Hot-Cold
Food Hot-Cold merupakan suatu persepsi terhadap keseimbangan dalam
mengonsumsi makanan dan digolongkan menjadi dua yaitu makanan panas
(lauk hewani) dan makanan dingin (sayuran).
4. Food Taboo
Food Taboo merupakan suatu persepsi terhadap dampak yang buruk dalam
mengkonsumsi beberapa makanan. Contoh dari Food Taboo adalah Ibu hamil
tidak boleh mengonsumsi nanas karena akan menyebabkan keguguran.
Dalam empat faktor sosial budaya yang mempengaruhi status gizi anak
dan balita tersebut, yang paling erat kaitannya dan berdampak buruk pada
kesehatan masyarakat adalah food taboo atau tabu makanan. Tabu makanan
erat kaitannya dengan agama, budaya atau higienis untuk menghindari
beberapa makanan seperti orang tua di negara Nigeria melarang anak-anak
mereka untuk mengkonsumsi telurr karena dikhawatirkan saat dewasa mereka
akan menjadi perampok. Namun, faktanya telur memiliki kandungan protein
yang tinggi yang dapat mempengaruhi perkembangan otak anak (Azam, et.al.,
2022). Makanan sangat berpengaruh terhadap peningkatan tumbuh kembang
dan menghasilkan generasi penerus bangsa yang sehat. Sehingga dengan
mengadopsi food taboo dalam kehidupan sehari-hari dapat menyebabkan anak
akan meningkatkan resiko kekurangan zat gizi seperti kalsium, lemak,
karbohidrat, vitamin, protein, zat besi dan berlanjut menyebabkan malnutrisi
(Kariani, et.al., 2020). Kekurangan gizi juga akan menyebabkan rendahnya
perkembangan kognitif dan kecerdasan pada anak, dan bermanifestasi penyakit
kronis pada masa depan seperti penyakit jantung koroner, diabetes, hipertensi,
dan stroke (Anwar, et.al., 2020).
6
BAB 3 PEMBAHASAN
3.1 Food Taboo pada Anak dan Balita
Berikut adalah beberapa contoh fenomena food taboo dan praktik
pantangan terhadap jenis makanan tertentu khususnya bagi anak-anak dan
balita yang ada di Indonesia :
b. Praktek food taboo pada anak dan balita di Suku Toraja, Sulawesi
Suku Toraja diambil dari kata Bahasa bugis yaitu to riaja, hal ini dapat
diartikan sebagai “orang yang berada di atas negeri pemerintah kolonial
Belanda” kata Toraja disematkan menjadi nama kota pada tahun 1909. Suku
toraja merupakan salah satu suku di Indonesia yang memiliki banyak rangkaian
proses adat dan ritual serta tradisi yang erat kaitannya dengan budaya dan
praktik spiritual. Contoh ritual yang dilakukan yaitu pemakaman, ritual
Pembangunan rumah adat (tongkonan) serta ritual pemanggilan arwah dan
ritual pasca melahirkan. Selain ritual terdapat tradisi yang menjadi pantangan
bagi anak-anak suku toraja, pantangan tersebut berupa pantangan untuk
memakan jenis bahan makanan tertentu. Tradisi food taboo pada anak-anak
dan balita suku toraja memiliki tujuan untuk menjaga kesehatan dan
keselamatan anak. Contoh pantangan dan penerapan praktik food taboo pada
anak anak dan balita di suku toraja (Afiyah,2022) yaitu :
alasan ilmiah, namun beberapa jenis food taboo dapat diterapkan karena
memiliki tujuan untuk menjaga kesehatan dan keselamatan anak-anak dan
balita (Meyer,2021).
d. Praktek Food Taboo pada Balita Suku Anak Dalam di Provinsi Jambi
Status gizi anak sangat menentukan proses pertumbuhan dan
perkembangannya, namun hal ini dapat dihambat oleh adanya kekuatan budaya
negatif seperti tabu pada makanan tertentu. Balita Suku Anak Dalam (SAD)
nomaden seluruhnya tabu terhadap makanan hewani (unggas, sapi) kecuali
ikan. Hal ini dimungkinkan karena SAD tetap mengikuti ajaran atau paham
animisme dari nenek moyangnya yang menyatakan bahwa mengkonsumsi
makanan yang ditabukan akan mendatangkan kutukan. Pada intinya,
masyarakat mempunyai kecenderungan untuk bersikap etnosentris,
melekatkan diri mereka pada praktik-praktik budaya dan meyakini bahwa
praktik-praktik tersebut lebih unggul dibandingkan praktik-praktik budaya
lain. Cara pandang masyarakat terhadap makanan, kesehatan, penyembuhan,
dan penyakit dipengaruhi oleh pola asuh budaya mereka yang terkait dengan
persepsi mereka terhadap alam dan lingkungan sekitar. Dari situ timbul
perbedaan pada berbagai bentuk masyarakat yang berdasar pada asumsi bahwa
nilai-nilai yang mereka anut merupakan yang benar dan yang terbaik. Teori
etnosentrisme dan relativisme budaya memberikan penjelasan atas adanya
perbedaan kebiasaan makanan antar budaya.
3.2 Hubungan Food Taboo Pada Anak dan Balita Dengan Kaitan Gizi
Berdasarkan faktor ekonomi, sosial dan budaya ada beberapa penjelasan
mengenai Food Taboo yang ada di beberapa wilayah:
4.2 Saran
Pada status gizi anak dan balita diperlukannya gizi yang seimbang karena
dapat mempengaruhi pertumbuhan maupun perkembangan pada anak. Maka
dari itu, diperlukannya pola konsumsi makanan yang baik serta pengetahuan
terhadap orang tua, jika terdapat beberapa pantangan dalam konsumsi makanan,
maka untuk orang tua diharapkan dapat menggantikan kebutuhan gizi pada anak
dengan konsumsi pangan lainnya yang memiliki kandungan gizi sama.
13
14
DAFTAR PUSTAKA
Afiyah. 2022. Tabu makanan pada ibu hamil. Pekalongan.Skripsi.Universitas
DiponogoroSemarang..http://www.magi.undip.ac.id/pengaruh-tabu-
makanan-tingkatkat,kecukupan-gizi-konsumsi-tablet-besi-dan-teh-
tahun2006&catid=31:versiindonesia=43 . Diakses pada tanggal 28 November
2012.
Alfioni W, Siahaan G. Gambaran Asupan Energi dan Protein Dengan Kejadian
Stunting Pada Anak Baduta (Bawah Dua Tahun). Nutr Gizi. 2021;1(1):42–52.
Almatsier S. Prinsip Dasar Ilmu Gizi. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama; 2016.
Anwar, F., Kustiyah, L., & Wahyuningsih, U. (2020). Kualitas Konsumsi Pangan
Kaitannya Dengan Status Gizi Anak Usia 2-5 Tahun Pada Masyarakat Adat
Kasepuhan Ciptagelar Dan Sinar Resmi. Indonesian Journal of Health
Development, 2(1), 1-11. Available at:
https://ijhd.upnvj.ac.id/index.php/ijhd/article/view/35
Anzar J. Nutrisi untuk Stunting. In: Prosiding Ilmiah Dies Natalis Fakultas
Kedokteran Universitas Sriwijaya. Palembang: UNSRI Press; 2019. p. 1–5.
Arieska PK, & Herdinani, Novera. (2020). Hubungan Pengetahuan dan Pola
Konsumsi Dengan Status Gizi Pada Mahasiswa Kesehatan. MTPH Journal.
Volume 4, No 2.
Aritonang EA, Margawati A, Dieny FF. Analisis Pengeluaran Pangan, Ketahanan
Pangan dan Asupan Zat Gizi Anak Bawah Dua Tahun (Baduta) Sebagai Faktor
Risiko Stunting. J Nutr Coll. 2020;9(1):71–80.
https://doi.org/10.14710/jnc.v9i1.26584
Atmadyanti Darpitoningrum, D., Situmorang, L., & Surya Ningsih, N. (2022).
Faktor-Faktor yang Berhubungan dengan Terjadinya Stunting pada Balita di
Kelurahan Karang Anyar Wilayah Kerja Puskesmas Wonorejo Kota
Samarinda. In eJournal Sosiatri Sosiologi (Vol. 2022, Issue 1).
Azam, M., Kartasurya, M.I., & Pradigdo, S.T. (2022). Gambaran Pola Makan,
Tabu, Infeksi dan Status Gizi Balita Suku Anak Dalam di Provinsi Jambi.
Jurnal Amerta Nutrition, 6(1), 126-132. Available at: https://e-
journal.unair.ac.id/AMNT/article/download/39826/23657/187898
Dadang Sukandar. (2007). MAKANAN TABU DI BARITO KUALA KALIMANTAN
SELATAN. 2(2): 44 - 48.
Delima, D., & Ahmad, R. (2023). Analisis Faktor Sosial Budaya Mempengaruhi
Kejadian Stunting: Studi Literatur Review. Jurnal Endurance, 8(1), 79-85.
Ernawati., & Purnamasari, E. (2022). Pengaruh Makanan Tabu Dengan Status Gizi
Dan Indeks Eritrosit Pada Ibu Hamil. Jurnal Kebidanan Vokasional, 7(1), 8-
14. Available at: http://jurnal.stikesnh.ac.id/index.php/jkv.
Faradila, F., Ningtyas, F.W., & Sulistyani. (2022). Gambaran Sosio Budaya Gizi
Pada Balita Stunting Usia 6-24 Bulan Di Kecamatan Kalisat Kabupaten
Jember. Medical Technology and Public Health Journal, 5(1), 92–103. Avaible
at: https://doi.org/10.33086/mtphj.v5i1.2250
15
Headey D, Hirvonen K, Hoddinott J. Animal sourced foods and child stunting. Am
J Agric Econ. 2018 Oct 1;100(5):1302–19.
https://doi.org/10.1093/ajae/aay053
Ibrahim, I. A., Alam, S., Adha, A. S., Jayadi, Y. I., & Fadlan, M. (2021). Hubungan
Sosial Budaya Dengan Kejadian Stunting Pada Balita Usia 24-59 Bulan Di
Desa Bone-Bone Kecamatan Baraka Kabupaten Enrekang Tahun 2020. Al
Gizzai: Public Health Nutrition Journal.
https://doi.org/10.24252/algizzai.v1i1.19079
Kariani, N.K., Masfufah, M. & Putriana, A.E. (2020). Stunting Berdasarkan Budaya
Makan Suku Makassar, Toraja Dan Bugis. Jurnal Gizi Kerja dan Produk, 1(2),
25-33. Available at:
https://jurnal.untirta.ac.id/index.php/JGKP/article/view/9349
Krasevec J, An X, Kumapley R, Begin F, An Xiaoi, & Frongillo EA. Diet quality
and risk of stunting among infants and young children in low and middle
income countries. Maternal and child nutrition. 2016; 13:1–11.
https://doi.org/10.1111/mcn.12430.
Laksono, A. D. Anyiman: Ethnographic Study of
Muyu Tribal Foods (Anyiman:Studi Etnografi Makanan Suku Muyu). (PT
Kanisius, 2021)
Maita, L., Saputri, E. M., & Husanah, E. (2019). Gizi Kesehatan Pada Masa
Reproduksi. Deepublish.
Meyer-Rochow VB. Tabu makanan: asal dan tujuannya. J Etnobiol Etnomed
2021;5(18):1e10.https://doi.org/10.1186/1746-4269-5-18
Mmbulaheni Ramulondi, Helene de Wet and Nontuthuko Rosemary Ntuli.
Traditional food taboos and practices during pregnancy, postpartum recovery,
and infant care of Zulu women in northern KwaZulu-Natal. Journal of
Ethnobiology and Ethnomedicine. 2021
Nurul, A., Irwan, I., Sosiologi, P., & Antropologi, D. A. N. (2021). Sosio
Antropologi Gizi dan Kesehatan. Public Health Nutrition Journal, 16– 26.
Pradigdo, S. F., Kartasurya, M. I., & Azam, M. (2022). Gambaran Pola Makan,
Tabu, Infeksi dan Status Gizi Balita Suku Anak Dalam di Provinsi Jambi.
Amerta Nutrition, 6.
Putu,Juniartha. 2019. Suku Toraja Dengan Masalah Kesehatan. Available
athttp://id.wikipedia.org/wiki/suku_Toraja.diaskes pada tanggal 24 januari
2013..
Rumlus, E. Penggunaan Kekuatan-Kekuatan
Gaib dalam Suku Muyu (Irja). (Pusat Pastoral Jogjakarta, 2020)
Tobing, V. Y., Afiyanti, Y. & Rachmawati, I. N.
Following the cultural norms as an effort to
protect the mother and the baby during the
perinatal period: An ethnographic study ofwomen’s food choices.
Enferm. Clin.29, 831–836 (2019)
Wulandari, C. (2022). Menghindari Budaya Food Taboo pada ibu Hamil. Retrieved
from https://unusa.ac.id/2022/11/10/yuk-hindari-budaya-food-taboo-pada-
ibu-hamil.