Anda di halaman 1dari 26

LAPORAN KASUS

ASUHAN KEBIDANAN BALITA SAKIT PADA An.A UMUR 13 BULAN DENGAN GIZI
KURANG
DI PUSKESMAS BATANGKUIS

JL. PANCASILA NO.26,BAKARAN BATU,KEC.BATANGKUIS

KABUPATEN DELI SERDANG TAHUN 2022

Dosen Pembimbing : Melva Simatupang,SST,M.Kes

Disusun Oleh :

Rina Novita Sinulingga Kelas : 3B

POLTEKKES KEMENKES RI MEDAN

PROGRAM STUDI SARJANA TERAPAN KEBIDANAN MEDAN

T.A 2021/2022
HALAMAN PENGESAHAN
ASUHAN KEBIDANAN BALITA SAKIT PADA An.A UMUR 13 BULAN
DENGAN GIZI KURANG
DI PUSKESMAS BATANGKUIS

JL. PANCASILA NO.26,BAKARAN BATU,KEC.BATANGKUIS

KABUPATEN DELI SERDANG TAHUN 2022

Oleh :

Rina Novita Sinulingga

Nim : P07524419078

Menyetujui,

No. Nama Pembimbing

(Pembimbing institusi)

1. Melva Simatupang,SST,M.Kes

NIP : 196104231986032003

(Pembimbing Lahan)

2. Ratna Sari,SST

NIP : 198505262017042005

Menyetujui,

Ketua Jurusan Kebidanan Medan Ketua Prodi Sarjana Terapan Kebidanan Medan

Betty Mangkuji,SST,M.Keb Yusniar Siregar SST,M.Kes

NIP : 196609101994032001 NIP: 196707081990032001

i
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena atas
berkat rahmat-Nya penulis dapat menyelesaikan laporan kasus Puskesmas Batangkuis
dalam Asuhan Kebidanan pada ibu hamil ini dengan baik. Dalam kesempatan ini penulis
mengutarakan rasa hotmat dan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada dosen
pembimbing ibu Melva Simatupang,SST,M.Kes, yang telah membimbing selama ini.

Penulis juga mengakui bahwa dalam proses penulisan laporan ini, masih jauh dari
kesempurnaan baik meteri maupun capa penulisannya. Namun demikian penulis telah
berupaya dengan segala kemampuan dan pengetahuan yang dimiliki.

Dan oleh Karenanya, penulis dengan rendah hati dan dengan tangan terbuka
menerima masukan kritik dan saran yang membangun guna perbaikan dan
penyempurnaan laporan ini dikemudian hari.

Akhirnya penulis berharap,laporan ini dapat bermanfaat bagi seluruh pembaca. Dan
dapat memberikan kontribusi yang positif serta bermakna dalam proses perkuliahan
Sarjana Terapan Kebidanan Medan.

Medan, 20 Juli 2022

Penulis

ii
DAFTAR ISI

HALAMAN PENGESAHAN ................................................................................................................. i

KATA PENGANTAR ........................................................................................................................... ii

DAFTAR ISI......................................................................................................................................... iii

BAB I PENADHULUAN....................................................................................................................... 1

1.1 Latar Belakang ................................................................................................................................. 1

1.2 Rumusan Masalah............................................................................................................................. 2

1.3 Tujuan Penelitian .............................................................................................................................. 2

1.4 Manfaat Penelitian ............................................................................................................................ 2

BAB II TINJAUAN PUSTAKA ............................................................................................................ 3

2.1 Tinjauan Teoritis Medis .................................................................................................................... 3

BAB III STUDI KASUS ...................................................................................................................... 10

BAB IV PEMBAHASAN .................................................................................................................... 17

4.1 Penjelasan....................................................................................................................................... 17

BAB V PENUTUP ............................................................................................................................... 21

5.1 Kesimpulan .................................................................................................................................... 21

5.2 Saran .............................................................................................................................................. 21

DAFTAR PUSTAKA .......................................................................................................................... 22

iii
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Masalah kesehatan utama Negara Indonesia adalah tingginya angka kesakitan dan
kematian pada balita. Berdasarkan Survey Demografi Kesehatan Indonesia, Angka
Kematian Balita (AKB) adalah 32 per 1.000 kelahiran hidup (Depkes RI, 2012).
Kematian Balita disebabkan karena penyakit febris, diare, pneumonia, dan penyakit
infeksi menular, penyebab dasarnya adalah gizi (Notoatmodjo, 2011).
Masalah gizi balita yang dihadapi di Indonesia saat ini merupakan masalah gizi
ganda yaitu masalah kurang gizi dan kelebihan gizi. Gizi kurang merupakan salah satu
penyakit gangguan gizi yang penting di Indonesia maupun di banyak Negara berkembang
lainnya. Gizi kurang merupakan suatu keadaan berat badan anak kurang dari 90% indeks
berat badan menurut tinggi badan (BB/TB) standar baku WHO-NCHS yang disebabkan
oleh kurangnya zat gizi karbohidrat dan kekurangan protein disertai susunan hidangan
yang tidak seimbang (Fatimah, 2008).
Berdasarkan Riskesda (2013), balita gizi kurang di Indonesia sebanyak 13,9%,
sedangkan di Jawa Tengah sebanyak 12,4%. Jumlah tersebut meningkat, melihat pada
tahun 2012 angka kejadian balita gizi kurang sebanyak 4,8%. Dari tahun ke tahun, lebih
dari 30% anak balita di dunia memiliki berat badan di Bawah Garis Merah (BGM).
Upaya perbaikan kesehatan akan ditingkatkan melalui pemberantasan penyakit menular,
kebersihan lingkungan, perbaikan gizi, serta pelayanan kesehatan ibu dan anak.
Gizi kurang adalah seseorang yang mengalami rendahnya energi protein dalam
makanan sehari-harinya atau mengalami suatu penyakit tertentu. Tanda gejala gizi kurang
adalah badan nampak kurus. Dampak dari kekurangan zat- zat gizi pada makanan bayi
dapat mengakibatkan terganggunya pertumbuhan dan perkembangan. Di samping itu,
bayi menjadi lebih rentan terhadap penyakit infeksi, bahkan dapat mengakibatkan
kematian. Dalam keadaan gizi yang baik, tubuh mempunyai cukup kemampuan untuk
mempertahankan diri terhadap penyakit infeksi. Jika keadaan gizi menjadi buruk maka
reaksi kekebalan tubuh akan menurun yang berarti kemampuan untuk memperhatikan
diri terhadap serangan infeksi menjadi turun (Notoatmodjo, 2011).
Dampak yang ditimbulkan pada balita gizi kurang dapat mengakibatkan
terganggunya pertumbuhan dan perkembangan serta balita akan lebih rentan terhadap
penyakit sampai terjadi kematian, maka penulis tertarik mengambil kasus dengan judul
“Asuhan Kebidanan Balita Sakit pada An.F dengan Gizi kurang di Puskesmas
Batangkuis dengan menggunakan manajemen Asuhan kebidanan menurut Varney.

1.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan uraian latar belakang di atas maka rumusan masalah pada studi kasus
ini adalah “Bagaimana Asuhan Kebidanan Balita Sakit pada An.F dengan Gizi
kurang dengan menggunakan manajemen Asuhan kebidanan menurut Varney?”

1.3 Tujuan Penelitian

1. Tujuan Umum

Penulis mampu melaksanakan asuhan kebidanan Balita Sakit Pada An.F Dengan
Gizi Kurang Di Puskesmas Batangkuis pada balita dengan Gizi kurang dengan
1
menggunakan manajemen asuhan kebidanan menurut Hellen Varney.

2. Tujuan Khusus

a. Memberikan asuhan kebidanan Balita berupa pelayanan


b. Memberikan konseling dan penyuluhan tentang bahaya gizi kurang pada balita
c. Memberikan asuhan tentang cara penanganan dan pencegahan

1.4 Manfaat Penelitian

1. Bagi lahan praktek

Dapat dimanfaatkan untuk penyempurnaan layanan bagi tenaga kesehatan khususnya


profesi bidan dalam asuhan kebidanan pada kasus gizi kurang pada balita

2. Bagi Penulis

Untuk menambah wawasan penulis dalam melaksanakan asuhan kebidanan pada kasus
gizi kurang pada balita.

3. Bagi Pasien

Membantu dalam hal memberikan pengertian secara jelas perawatan pada kasus gizi
kurang pada balita.

2
BAB II

TINJAUAN KASUS
2.1 Tinjauan Teoritis Medis

1. Balita
a. Pengertian
Balita adalah masa anak bawah lima tahun atau balita periode usia manusia setelah bayi
sebelum anak, rentang usia balita dimulai dari satu sampai dengan lima tahun (Nursalam,
2005).

b. Pertumbuhan dan perkembangan


1) Tahap Pertumbuhan Fisik Balita
Pertumbuhan adalah bertambahnya ukuran dan jumlah sel serta jaringan interseluler
berarti bertambahnya ukuran fisik dan struktur tubuh sebagian atau keseluruhan sehingga
dapat diukur dengan satuan panjang dan berat (Depkes RI, 2005).

a) Panjang Badan
Pengukuran panjang badan digunakan untuk menilai status perbaikan gizi. Selain itu,
panjang badan merupakan indikator yang baik untuk pertumbuhan fisik yang sudah lewat
(stunting) dan untuk perbandingan terhadap perubahan relatif, seperti nilai berat badan
dan lingkar lengan atas (Nursalam, 2005).

b) Berat Badan
Berat badan adalah parameter pertumbuhan yang paling sederhana, mudah di ukur
dan di ulang, dan merupakan indeks untuk status nutrisi sesaat. Beberapa keadaan klinis
dapat mempengaruhi berat badan seperti terdapat oedema dan hidrosefalus. Perubahan
berat badan (berkurang atau bertambah) perlu mendapat perhatian karena merupakan
petunjuk adanya masalah nutrisi akut (Iskandar, 2009).

c) Lingkar kepala
Pengukuran lingkar kepala dilakukan untuk menjaring kemungkinan adanya
penyebab lain yang dapat mempengaruhi pertumbuhan otak lingkaran kepala dipengaruhi
oleh status gizi pada anak sampai usia 36 bulan (Matondang, 2009).

2) Tahapan perkembangan balita menurut Depkes RI (2005) Perkembangan adalah


bertambahnya kemampuan (skill) dalam struktur dan fungsi tubuh yang lebih kompleks
dalam pola yang teratur dan dapat dipakai sebagai hasil proses kematangan.

a) Umur 12-18 bulan


1. Berdiri sendiri tanpa berpegangan.
2. Membungkuk memungut mainan kemudian berdiri kembali.
3. Berjalan mundur lima langkah.
4. Memanggil ayah dengan kata”papa”, memanggil ibu dengan kata “mama”.
5. Menumpuk dua kubus.
6. Memasukkan kubus di kotak.
7. Menunjuk apa yang diinginkan tanpa menangis atau merengek, anak bisa
mengeluarkan suara yang menyenangkan atau menarik tangan ibu.

b) Umur 18-24 bulan

3
1. Berdiri sendiri tanpa berpegangan 30 detik.
2. Berjalan tanpa terhuyung-huyung.
3. Bertepuk tangan, melambai-lambai.
4. Menumpuk 4 buah kubus.
5. Memungut benda kecil dengan ibu jari dan jari telunjuk.
6. Menggelindingkan bola ke arah sasaran.

c) Umur 24-36 bulan


1. Jalan naik tangga sendiri.
2. Dapat bermain dan menendang bola kecil.
3. Mencoret-coret pensil pada kertas.
4. Bicara dengan baik menggunakan dua kata.
5. Dapat menunjuk satu atau lebih bagian tubuhnya ketika di minta.
6. Makan nasi sendiri tanpa banyak tumpah.

d) Umur 36-48 bulan


1. Berdiri satu kaki dua detik.
2. Melompat kedua kaki di angkat.
3. Mengayuh sepeda roda tiga.
4. Mengggambar garis lurus.
5. Menumpuk 8 buah kubus.
6. Mengenal 2-4 warna.

e) Umur 48-60 bulan


1. Berdiri 1 kaki 6 detik.
2. Melompat-lompat 1 kaki.
3. Menari
4. Menggambar tanda silang.
5. Menggambar lingkaran.
6. Menggambar orang dengan 3 bagian tubuh.

c. Status Gizi Balita

Menurut Marmi (2012), status gizi adalah suatu keadaan tubuh yang diakibatkan oleh
keseimbangan antara asupan zat gizi dengan kebutuhan. Keseimbangan tersebut dapat
dilihat dari variabel pertumbuhan yaitu berat badan, tinggi badan atau panjang badan,
lingkar kepala, lingkar lengan, dan panjang tungkai. Jika keseimbangan tadi terganggu,
misalnya pengeluaran energi protein lebih banyak dibandingkan pemasukan maka akan
terjadi gizi kurang akibat kekurangan energi protein dan jika berlangsung lama akan
timbul masalah yang dikenal dengan gizi kurang.

d. Ukuran Antropometri

Menurut Waryana (2010), parameter antropometri merupakan dasar dari penilaian


status gizi. Kombinasi antara beberapa parameter disebut indeks antropometri. Indeks
antropometri yang umum digunakan antara lain :
1) Berat Badan Menurut Umur (BB/U)

Berat badan adalah parameter pertumbuhan yang paling sederhana, mudah diukur dan
diulang, dan merupakan indeks untuk status nutrisi sesaat. Beberapa keadaan klinis dapat
mempengaruhi berat badan seperti terdapatnya edema, organomegali, hidrosefalus,
menurunnya nafsu makan atau menurunnya jumlah makanan yang dikonsumsi. Berat
badan adalah parameter antropometri yang sangat stabil. Pada indeks berat badan
4
menurut umur digunakan sebagai salah satu cara pengukuran status gizi. Indikator berat
badan menurut umur dapat normal, lebih rendah, atau lebih tinggi. Apabila berat badan
menurut umur normal, digolongkan pada status gizi baik. Berat badan menurut umur
rendah dapat berarti berstatus gizi kurang atau gizi buruk. Sedang berat badan menurut
tinggi badan dapat digolongkan berstatus gizi lebih. Berat badan menurut umur yang
dinyatakan dalam prosentase :
a) >120% : disebut gizi lebih
b) 80-120% : disebut gizi baik
c) 60-80% : disebut gizi kurang
d) <60% : gizi buruk
Perubahan Berat badan perlu mendapat perhatian, karena merupakan petunjuk adanya
masalah gizi akut. Cara perhitungannya adalah sebagai berikut :
BB/U (%) = (BB saat ini : BB semula) x 100%

Gambar pertumbuhan fisis anak laki-laki 0-36 bulan menurut persentil WHO-NCHS.

2) Tinggi Badan Menurut Umur (TB/U)

Dalam keadaan normal tinggi badan tumbuh bersamaan dengan bertambahnya


umur. Pertambahan tinggi badan relatif kurang sensitif terhadap kurang gizi dalam waktu
singkat. Pengaruh kurang gizi terhadap pertumbuhan tinggi badan baru terlihat dalam
waktu yang cukup lama. Oleh karena itu indikator Tinggi badan menurut umur
menggambarkan status gizi masa lampau. Untuk pengukuran tinggi badan juga
diperlukan informasi umur yang tepat, jenis kelamin, dan baku yang diacu. Tinggi badan
menurut umur yang dinyatakan dalam prosentase adalah :
a) 90-110% : baik / normal
b) 70-89% : tinggi kurang
c) <70% : tinggi sangat kurang

3) Berat Badan Menurut Tinggi Badan (BB/TB)

Pengukuran antropometri yang terbaik adalah menggunakan indikator berat badan


menurut tinggi badan. Berat badan memiliki hubungan yang linier dengan tinggi badan,
5
artinya dalam keadaan normal perkembangan berat badan akan mengikuti pertambahan
tinggi badan pada percepatan tertentu. Dengan demikian berat badan yang normal akan
proporsional dengan tinggi badan. Oleh karena itu indikator berat badan menurut tinggi
badan merupakan indikator yang independen terhadap umur. Penilaian BB/TB
berdasarkan prosentase :
a) > 120% : obesitas
b) 110-120% : overweight
c) 90-110% : normal
d) 70-90% : gizi kurang
e) <70% : gizi buruk
Cara penghitungannya adalah sebagai berikut :
BB/TB (%) = (BB terukur saat itu : BB standar sesuai untuk TB terukur) x 100%

4) Lingkar Lengan Atas (LILA)


Lingkar lengan atas merupakan parameter antropometri yang sangat sederhana
dan labil, dapat berubah-ubah dengan cepat. Oleh karena itu, lingkar lengan atas
merupakan indeks status gizi saat ini. Penilaian lingkar lengan atas berdasarkan
prosentase :
a) 80-95% : gizi baik
b) 70-85% : gizi kurang
c) <70% : gizi buruk
d. Faktor-faktor yang mempengaruhi status gizi

Menurut Waryana (2010), faktor yang mempengaruhi status gizi yaitu

1) Penyebab langsung

Penyebab langsung yaitu makanan anak dan infeksi yang mungkin diderita anak.
Penyebab gizi anak tidak hanya disebabkan oleh makanan yang kurang tetapi juga karena
penyakit anak yang mendapat makanan yang baik tetapi karena sering sakit diare atau
demam dapat menderita kurang gizi. Dengan demikian anak yang makannya tidak cukup
baik maka daya tahan tubuh akan melemah dan mudah terserang penyakit.

2) Penyebab tak langsung

Penyebab tak langsung yaitu ketahanan pangan keluarga, pola pengasuhan anak serta
pelayanan kesehatan dan kesehatan lingkungan. Ketahanan pangan adalah kemampuan
anggota keluarga untuk memenuhi kebutuhan pangan seluruh anggota keluarga dalam
jumlah yang cukup dan baik mutunya.

f. Penyakit yang biasanya di derita oleh balita


Berikut penyakit infeksi yang sering di alami oleh balita (Swasanti, 2013) :
1) Kejang Demam
Kejang demam banyak di alami bayi hingga anak balita. Kejang demam terjadi ketika
anak mengalami peningkatan suhu tubuh hingga melewati ambang batas. Kejang demam
pada dasarnya bersifat lokal dan tidak membahayakan, akan tetapi kejang yang
berkepanjangan dan berulang-ulang dapat menyebabkan gangguan serius pada otak anak
hingga anak mengalami kecacatan mental.
2) Diare
Diare adalah keadaan dimana sering buang air besar, paling tidak terjadi 3 kali dalam
sehari serta tinja cair. Diare sering terjadi pada anak. Diare pada dasarnya disebabkan
oleh kegagalan atau adanya gangguan penyerapan sejumlah besar kandungan air pada
usus besar.
6
3) Gizi kurang
Gizi kurang pada balita biasanya disebabkan oleh kemiskinan, kurangnya asupan nutrisi,
kurangnya persediaan pangan, sanitasi lingkungan yang kurang baik, kurangnya
pengetahuan masyarakat tentang gizi dan kesehatan.

Gizi Kurang
a. Pengertian
Gizi kurang adalah keadaan tubuh yang mengalami kekurangan satu atau lebih zat
–zat gizi yang penting (Almatsier, 2011). Kurang energi protein (KEP) adalah seseorang
yang kurang gizi yang disebabkan oleh rendahnya konsumsi energi dan protein dalam
makanan sehari-hari atau gangguan penyakit tertentu.
b. Etiologi
Menurut Suyadi (2009), penyebab langsung dari gizi kurang adalah defisiensi
kekurangan kalori maupun zat gizi yang diperlukan tubuh dengan berbagai gejala-gejala
dan infeksi yang mungkin diderita anak. Penyebab tidak langsung gizi kurang sangat
banyak, salah satunya pola pengasuhan anak serta pelayanan kesehatan dan kesehatan
lingkungan.
c. Gejala klinis
Menurut Depkes RI (2008), gejala klinis balita gizi kurang sebagai berikut :
1. Edema.
2. Luka pada kulit.
3. Kulit mengkerut.
4. Badan sangat kurus.
d. Faktor Resiko Gizi Kurang

Menurut Sodikin (2012), faktor resiko balita gizi kurang adalah :

a. Asupan makanan yang kurang.

b. Status sosial ekonomi yang rendah.

c. Pendidikan ibu yang rendah.

d. Penyakit bawaan saat lahir.

e. Kurangnya pengetahuan ibu terhadap nutrisi balita.

f. Berat badan lahir rendah.

g. Kelengkapan imunisasi.

h. Pemberian nutrisi atau asupan makanan yang kurang tepat.

e. Patofisiologi
Menurut Supariasa (2013), proses terjadinya penyakit gizi karena faktor manusia
yang didukung oleh kekurangan asupan zat-zat gizi. Akibat kekurangan zat gizi, maka
simpanan zat gizi pada tubuh digunakan untuk memenuhi kebutuhan. Apabila keadaan
ini berlangsung lama, maka simpanan zat gizi akan habis dan akhirnya terjadi
kemrosotan jaringan. Pada saat ini manusia sudah dapat dikatakan malnutrisi, walaupun
baru hanya ditandai dengan penurunan berat badan dan pertumbuhan terhambat.
Dengan meningkatnya defisiensi zat gizi, maka muncul perubahan biokimia dan
rendahnya zat-zat gizi dalam darah, berupa : rendahnya tingkat hemoglobin, serum
vitamin A dan karoten. Dapat pula terjadi meningkatnya beberapa hasil metabolisme
7
seperti asam laktat dan privat pada kekurangan tiamin. Apabila keadaan itu berlangsung
lama, maka akan terjadi perubahan fungsi tubuh seperti tanda-tanda syaraf yaitu
kelemahan, pusing, kelelahan, nafas pendek, dan lain-lain. Keadaan ini akan berkembang
yang di ikuti oleh tanda-tanda klasik dari kekurangan gizi seperti edema, luka kulit, kulit
mengkerut, dan berat badan kurus.

f. Pencegahan
Menurut Marmi (2012), adalah sebagai berikut :
1. Mencuci tangan hingga bersih (memakai sabun) setelah buang air besar dan
buang air kecil atau sebelum makan dan sesudah makan.
2. Makan makanan yang bersih dan higienis.
3. Membuang sampah pada tempatnya.
4. Menghindarkan diri pada kondisi lingkungan yang bersih.
5. Makan secara teratur dan tepat waktu.
6. Memperbanyak makanan yang mengandung karbohidrat, protein dan vitamin.
7. Menimbang berat badan setiap bulan

g. Penanganan Balita Gizi Kurang


Penanganan gizi kurang menurut Depkes RI (2008), adalah sebagai berikut :
1) Kebutuhan nutrisi / cairan elektrolit cukup cairan

a. Memberikan makanan yang mengandung karbohidrat, tinggi protein, cukup


cairan, rendah serat dan tidak menimbulkan gas.
b. Memberikan makanan yang lunak agar anak tidak mengunyah terlalu lama.
Pemberian makanan lunak dengan cara lauk pauk dihaluskan.
c. Jika keadaan pasien memburuk maka pasang infus dengan cairan glukosa dan
NaCL.
d. Observasi.

2) Gangguan suhu tubuh

a. Kolaborasi dengan tim medis untuk pemberian obat secara mencukupi.


b. Menganjurkan pasien untuk banyak minum (sirup, teh manis, atau apa yang
disukai anak).

3) Gangguan rasa aman

a. Melakukan perawatan kebersihan tubuh setiap hari atau 2 kali sehari.


b. Mengganti pakaian jika kotor.
c. Memakaikan alas kaki jika pergi bermain.
d. Menghangatkan badan jangan sampai kedinginan.

4) Resiko terjadi komplikasi

a. Memberian terapi sesuai program dokter anak dalam pemberian terapi


pengobatan atau pencegahan infeksi seperti antibiotik, pemberian vitamin A.
b. Bila ada komplikasi pada mata maka beri tetes/ salep mata tanpa kortikosteroid.
c. Rujuk segera, selama diperjalanan jaga kehangatan badan.

5) Istirahat

8
Pasien yang mengalami gizi kurang perlu istirahat yang cukup karena dengan
istirahat bisa untuk menstabilkan berat badan. Jika mengalami demam maka harus
istirahat total untuk menurunkan demam.

9
BAB III
STUDI KASUS
Tanggal Dan Tempat Penelitian

Hari dan tanggal : Rabu, 20 juli 2022

Tempat : Posyandu Desa Bakaran Batu, Batangkuis

A. Tinjauan Kasus

1. Pengkajian

a. Identitas Anak

1) Identitas Anak

a) Nama : An.A

b) Umur : 13 bulan

c) Jenis Kelamin : Perempuan

d) Anak Ke :2

e) Alamat : Batangkuis, Bakaran Batu

2) Identitas Ibu Identitas Ayah

a) Nama : Ny.B Nama : Tn.C

b) Umur : 30 tahun Umur : 40 tahun

c) Agama : Islam Agama : Islam

d) Suku Bangsa : Jawa Suku Bangsa : Jawa

e) Pendidikan : SMP Pendidikan : SD

f) Pekerjaan : Swasta Pekerjaan : Swasta

g) Alamat : Batangkuis, Bakaran Batu

b. Anamnesa (Data Sujektif)

1) Alasan datang
Ibu mengatakan anaknya sering rewel, badan terlihat kurus, dan pucat.

2) Riwayat Kesehatan
Sudah ikut imunisasi sampai di imunisasi campak.
10
a) Riwayat Penyakit Yang Lalu
Ibu mengatakan anaknya pernah menderita infeksi paru-paru dan harus dirawat di Rumah
Sakit 7 kali.
b) Riwayat penyakit sekarang
Ibu mengatakan berat badan anaknya kurus dan kecil.
c) Riwayat penyakit keluarga / menurun
Ibu mengatakan pada keluarganya dan keluarga suaminya tidak ada yang mempunyai
penyakit menular seperti HIV/AIDS, Hepatitis dan penyakit menurun seperti
hipertensi,jantung dll.

3) Riwayat Sosial
a) Yang mengasuh
Ibu mengatakan mengasuh anaknya sendiri.
b) Hubungan dengan anggota keluarga
Ibu mengatakan hubungan dengan anggota keluarga lain sangat baik.
c) Hubungan dengan teman sebaya
Ibu mengatakan anaknya berhubungan baik dengan teman sebayanya.
d) Lingkungan rumah
Ibu mengatakan lingkungan rumahnya aman, nyaman, bersih.

4) Pola kebiasaan sehari-hari


a) Nutrisi
Sebelum sakit :
1. Makanan yang disukai
2. Ibu mengatakan makanan yang disukai anaknya antara lain nasi, sayur, lauk,
buah, roti.
3. Makanan yang tidak disukai : tidak ada
4. Pola makan yang digunakan Sebelum sakit :
5. (a) Pagi jam : Ibu mengatakan anaknya makan pagi pukul 06.00 WIB, jenis
makanan : bubur bayi instan, jenis minuman : susu formula.
(b) Siang jam : Ibu mengatakan anaknya makan siang
pukul 11.30 WIB, jenis makanan : nasi, sayur, lauk, buah (pisang), jenis minuman : susu
formula.
(c) Malam jam : Ibu mengatakan anaknya makan malam
pukul 16.00 WIB, jenis makanan : nasi, sayur, lauk, jenis minuman : susu formula.
Selama sakit :
Ibu mengatakan nafsu makan anaknya seperti biasa, tidak ada perubahan.

(a) Makanan yang disukai


Ibu mengatakan makanan yang disukai anaknya antara lain nasi, sayur, lauk, buah, susu
formula, dan biskuit.
(b) Makanan yang tidak disukai : tidak ada
(c) Pola makanan yang digunakan :
Ibu mengatakan porsi makan selama sakit tidak ada perubahan, jenis makanan : nasi,
sayur, lauk, buah, jenis minuman : susu formula.

b) Istirahat / tidur
1) Tidur siang
a. Sebelum sakit : ibu mengatakan setiap hari anaknya tidur siang mulai pukul 12.00
WIB ± 2 – 3 jam/hari.
b. Selama sakit : Ibu mengatakan anaknya tidur siang mulai jam 13.00 WIB ± 1
jam/hari.
11
2) Tidur malam
a. Sebelum sakit : Ibu mengatakan anaknya tidur malam mulai pukul 19.00
WIB ± 10 jam/hari.
b. Selama sakit : Ibu mengatakan anaknya tidur malam mulai pukul 19.00
WIB ± 9 jam/hari.

c) Mandi
(1) Pagi jam
Ibu mengatakan anaknya mandi pukul 06.00 WIB
(2) Sore jam
Ibu mengatakan anaknya mandi pukul 15.00 WIB

d) Aktifitas
Ibu mengatakan sehari-hari anaknya sudah bermain dengan teman sebaya tetapi masih
dalam pengawasan salah satu anggota keluarga.

e) Eliminasi Sebelum sakit


(1) BAK : Ibu mengatakan ± 5-6 kali/hari, warna kuning jernih.
(2) BAB : Ibu mengatakan ± 1-2 kali/hari, warna kuning kecoklatan, konsisten lunak.
Selama sakit
(1) BAK : Ibu mengatakan ± 7-8 kali/hari, warna kuning jernih.
(2) BAB : Ibu mengatakan 1 kali/hari, warna kuning, konsisten lunak.

c. Pemeriksaan Fisik (Data Objektif)


1) Status Generalis

a) Keadaan umum : Lemah


b) Kesadaran : Composmentis
c) TTV : N : 100 x/menit R : 34 x/menit S : 36,80C
d) BB/TB : 5 kg / 62cm
e) LK/LLA : 40 cm/12,5 cm

2) Pemeriksaan sistematis

a) Kepala
(1) Rambut : Hitam, bersih, ubun-ubun cekung, tidak
ada benjolan, tidak ada kelainan.
(2) Mata
Conjungtiva : Pucat Sclera : Putih
b) Muka : Tidak ada benjolan dan tidak ada penonjolan.
c) Telinga : Bersih, tidak ada serumen.
d) Hidung : Bersih, tidak ada cuping hidung.
e) Mulut : Bibir warna pucat, kering, agak pecah-pecah, lidah bersih, tidak
stomatitis.
f) Leher : Tidak ada pembesaran kelenjar tiroid.
g)Dada : Simetris, tidak ada tarikan dinding dada kedalam namun terdengar suara.
h) Perut : Tidak ada pembesaran pada perut, tidak kembung.
i) Ekstermitas : Jari tangan dan kaki lengkap, tidak odema.
j) Genetalia : Lengkap, labia mayora menutupi labiaminora, tidak ad avarices
k) Anus : Tidak haemoroid.

12
3) Pemeriksaan tingkat perkembangan

a) Perkembangan motorik kasar : Berjalan


b)Perkembangan motorik halus : Mencoret-coret
c) Perkembangan bahasa

(1) Mengerti dan melakukan perintah sederhana atau larangan dari orang lain
(2) Mengulang bunyi yang didengarnya

4) Pemeriksaan penunjang
a) Pemeriksaan laboratorium : tidak dilakukan
b) Pemeriksaan penunjang lain : tidak dilakukan

2.Interpretasi Data

Tanggal : 20 Juli 2022 Pukul : 10:00 WIB

a. Diagnosa Kebidanan

An.F Umur 13 Bulan dengan Gizi Kurang atas indikasi infeksi paru- paru.
Data Dasar DS :
1) Ibu mengatakan anaknya bernama An.F
2) Ibu mengatakan anakanya berumur 13 Bulan
3) Ibu mengatakan anaknya rewel, badannya terlihat kurus dan anaknya pernah
menderita infeksi paru-paru

DO:
1. Keadaan umum : Baik
2. Kesadaran : Composmentis
3. TTV : N : 100x/menit R : 34x/menit S : 36,80C
4. BB/TB : 5 kg / 62 cm
5. LK/LLA : 40 cm/ 12,5 cm

b. Masalah
Ibu mengatakan anaknya rewel dan cemas dengan keadaan anaknya yang sekarang.
c. Kebutuhan
Anjurkan ibu untuk memberikan pemenuhan kebutuhan nutrisi.

3. Diagnosa Potensial
Diagnosa potensial yang muncul pada kasus Balita Gizi Kurang adalah Gizi Buruk.
4. Tindakan Segera
Memberikan KIE tentang kebutuhan nutrisi yang seimbang.
5. Perencanaan
Tanggal : 20 Juli 2022 Pukul : 10:30 WIB

1. Beritahu hasil pemeriksaan pada ibu.


2. Anjurkan pada ibu untuk tetap memberikan nutrisi sesuai gizi seimbang pada anaknya.
3. Beri ibu penjelasan tentang pemberian makanan yang lunak.
4. Anjurkan ibu untuk tetap menjaga suhu tubuh.
5. Anjurkan ibu untuk memberikan rasa aman dan nyaman pada anaknya.
13
6. Anjurkan ibu agar anak banyak istirahat.
7. Anjurkan ibu untuk kontrol 1 minggu lagi atau jika ada keluhan.
8. Dokumentasi tindakan.

6. Pelaksanaan
Tanggal : 20 Juli 2022 Pukul : 10:30 WIB

1. Memberitahu hasil pemeriksaan pada ibu.


Keadaan umum : Lemah Kesadaran : Composmentis
TTV : N : 100x/menit R : 34x/menit S : 36,80C
BB/TB : 5 kg/ 62 cm
2. Menganjurkan pada ibu untuk tetap memberikan nutrisi yang seimbang pada anaknya
yaitu menu yang mengandung karbohidrat, protein, lemak, vitamin dan mineral.
3. Memberikan penjelasan tentang pemberian makanan yang lunak agar anak tidak
mengunyah terlalu lama, pemberian makanan lunak dengan cara lauk pauk dihaluskan.
4. Menganjurkan ibu untuk tetap menjaga suhu tubuh anak yaitu dengan cara
memberikan minum yang banyak agar cairan pada tubuh anak tercukupi sehingga tidak
menimbulkan demam ataupun dehidrasi.
5. Menganjurkan ibu untuk memberikan rasa aman dan nyaman seperti memandikan
anaknya 2x sehari, mengganti pakaian jika kotor dan basah, memakaikan alas kaki jika
pergi bermain, menghangatkan badan jangan sampai kedinginan.
6. Menganjurkan ibu agar anaknya banyak istirahat yaitu sehari 2 kali : siang ± 2 jam dan
malam ± 10 jam.
7. Menganjurkan ibu kontrol 1 minggu lagi atau jika ada keluhan.
8. Mendokumentasikan tindakan.

7. Evaluasi
Tanggal :20 Juli 2022 Pukul : 11.00 WIB

1. Ibu sudah mengetahui hasil pemeriksaan anaknya.


2. Ibu bersedia memberikan nutrisi seimbang yang mengandung karbohidrat, protein,
lemak, vitamin, dan mineral.
3. Ibu sudah paham dan bersedia untuk memberikan makanan yang lunak.
4. Ibu bersedia menjaga suhu tubuh anaknya.
5. Ibu bersedia memberikan rasa aman dan nyaman anaknya.
6. Ibu bersedia mengistirahatkan anaknya.
7. Ibu bersedia datang 1 minggu lagi ke puskesmas Batangkuis atau jika ada keluhan.
8. Tindakan sudah didokumentasikan.

14
DATA PERKEMBANGAN I

(Kunjungan Rumah)

Tanggal : 21 Juli 2022 Pukul : 09.00 WIB

S :

1. Ibu mengatakan anaknya masih rewel.

2. Ibu mengatakan anaknya susah tidur dan tidur tidak nyenyak.

3. Ibu mengatakan sehari anaknya makan 3 kali yaitu pagi : makan bubur

sun dan minum susu formula, siang dan malam : makan nasi, lauk,

sayur, buah dan minum susu formula, dan sehari anaknya makan roti 3

kali.

O :

1. Keadaan umum : Lemah

2. Kesadaran : Composmentis

3. TTV

S : 36,60C

N : 112x/menit

R : 34x/menit

4. BB/TB : 5 kg / 62 cm

A : An.A umur 13 Bulan 1 minggu dengan gizi kurang

15
P : Tanggal : 21 Juli 2022 Pukul : 10.00 WIB

1. Memberitahu hasil pemeriksaan.

2. Menganjurkan ibu untuk tetap menjaga kebersihan anaknya

3. Menganjurkan ibu untuk tetap memberikan makanan yang seimbangpada

anaknya

4. Memberitahu ibu bahwa akan dilakukan kunjungan rumah padatanggal 21

juli 2022

EVALUASI

Tanggal : 21 juli 2022 Pukul : 10.30 WIB

1. Ibu sudah mengetahui hasil pemeriksaan.

2. Ibu bersedia untuk tetap menjaga kebersihan anaknya.

3. Ibu bersedia untuk tetap memberikan makanan yang seimbang untuk anaknya

4. Ibu bersedia untuk dilakukan kunjungan rumah kembali.

16
BAB IV

PEMBAHASAN
4.1 Penjelasan

Pada sub bab ini akan dibahas tentang kasus yang penulis ambil yaitu balita sakit pada
An.A umur 13 bulan dengan gizi kurang dibandingkan dengan teori yang ada. Pelaksanaan strudi
kasus ini menggunakan manajemen kebidanan menurut Varney yang terdiri dari tujuh langkah
yaitu Pengkajian, Interpretasi data, Diagnosa potensial, Tindakan segera / Antisipasi,
Perencanaan, Pelaksanaan dan Evaluasi.

1. Pengkajian Data

Pada kasus An.A umur 13 bulan dengan gizi kurang, penulis melakukan pengkajian
berupa data subyektif dan data obyektif. Data subyektif yaitu keluhan utama. Dari anamnesa
diketahui bahwa An.A umur 13 bulan dengan keluhan rewel, badan terlihat kurus, dan pucat.
Hasil pemeriksaan pada An.A diperoleh keadaan umum lemah, kesadaran composmentis, TTV
(suhu : 36,80C, nadi : 100x/menit, pernafasan : 34x/menit ), BB : 5 kg, TB : 62 cm, LILA : 12,5
cm, LK : 40cm. Pemeriksaan sistematis yang dilakukan berupa pemeriksaan rambut tidak
mengalami kerontokan, muka tidak ada penonjolan, conjungtiva pucat, perut tidak ada
pembesaran dan tidak kembung, kulit tidak mengalami peradangan.
Menurut Waryana (2010), Balita di katakan gizi kurang apabila penilaian berat badan
menurut tinggi badan pada gizi kurang adalah 70- 90%. Menurut Supariasa (2013), keluhan
utama pada anak dengan gizi kurang yaitu badan nampak kurus. Pada penderita gizi kurang
asupan makanan berkurang atau tidak ada nafsu makan dan istirahat berkurang karena anak
sering rewel dan gelisah. Hasil pemeriksaan fisik balita gizi kurang keadaan umum lemah,
kesadaran apatis, TTV seperti suhu : 36,50C, nadi : 80 – 120 kali permenit, respirasi : 40 – 60
kali permenit atau mengalami penurunan. Rambut bercahaya dan mengalami kerontokan, wajah
menonjol keluar dan ada keriput pada kulit wajah, conjungtiva pucat, perut kembung dan terjadi
pembesaran hati, ada peradangan pada kulit.
Pada tahap ini terdapat kesenjangan antara teori dan lahan praktik yaitu pemeriksaan
dilahan pada pemeriksaan sistematis rambut tidak mengalami kerontokan, muka tidak ada
penonjolan, perut tidak ada pembesaran dan tidak kembung, kulit tidak mengalami peradangan,
tetapi balita tersebut termasuk gizi kurang karena BB/TB yaitu 5000 gr : 62 x 100% = 80 %.
Pada An.F nutrisi baik dan nafsu makan tidak berkurang tetapi karena mempunyai penyakit
infeksi paru-paru sehingga mengalami gizi kurang atau mengalami penurunan berat badan.

2. Interpretasi Data

Diagnose kebidanan pada kasus ini adalah balita An.F umur 13 bulan dengan gizi kurang.
Masalah yang timbul adalah anak rewel dan keluarga sangat cemas dengan keadaannya.
Kebutuhan yang diberikan berupa beri motivasi ibu untuk memberikan pemenuhan kebutuhan
nutrisi.
Menurut Marmi (2012), diagnosa yang ditegakkan yaitu Balita An.X

17
Umur…tahun dengan gizi kurang, masalah yang sering terjadi pada anak dengan gizi kurang
adalah gangguan rasa nyaman karena peradangan kulit yang disebabkan dari sanitasi yang
kurang dan tubuh menjadi lemas. Menurut Nursalam (2008), kebutuhan pada kasus gizi kurang
adalah berikan salep atau bedak sedative untuk mengurangi keluhan contohnya bedak talk atau
sedia obat penurun panas jika terjadi demam.
Pada kasus ini terdapat kesenjangan antara teori dan praktik yaitu balita tidak mengalami
gangguan rasa nyaman karena pasien/keluarga tidak mengeluhkan terjadinya peradangan atau
lemas sehingga tidak memerlukan kebutuhan seperti berikan salep atau bedak sedative.

3. Diagnose potensial

Pada kasus An.A umur 13 bulan dengan gizi kurang diagnosa potensial yang ditegakkan
yaitu terjadinya gizi buruk. Hal ini sesuai dengan teori Supariasa (2013), yang menyatakan
diagnose potensial yang mungkin muncul pada kasus balita sakit dengan status gizi kurang yaitu
terjadinya gizi buruk.
Pada kasus An.A dengan gizi kurang tidak terjadi gizi buruk karena anak mendapat penanganan
yang baik dari petugas kesehatan. Hal tersebut dapat dilihat dari berat badan anak mengalami
kenaikan dari 5 kg menjadi 5,5 kg.

4. Antisipasi / tindakan segera

Antisipasi / tindakan segera pada kasus balita sakit An.F umur 13 bulan dengan gizi
kurang yaitu beri KIE tentang pemberian nutrisi yang sehat dan seimbang.
Pada teori Abdoerrachman (2007), yang menyatakan pada balita gizi kurang lakukan kolaborasi
dengan dokter spesialis anak untuk pemberian terapi, kolaborasi dengan laboratorium untuk
pemeriksaan kadar hemoglobin dan pemberian informasi tentang nutrisi yang sehat dan
seimbang.
Pada kasus ini tidak dilakukan kolaborasi dengan dokter spesialis anak dikarenakan kasus
pada An.F sudah ditangani oleh Dinas Kesehatan Kota Sragen dan sudah mendapat terapi dokter
untuk penyembuhan infeksi paru-paru dan tidak dilakukan kolaborasi dengan laboratorium untuk
dilakukan pemeriksaan kadar hemoglobin karena sudah dilakukan pemeriksaan laboratorium
pada saat di Rumah Sakit.

5. Perencanaan

Perencanaan yang dilakukan pada balita sakit An.A umur 13 bulan dengan gizi kurang adalah
sebagai berikut :
a. Anjurkan pada ibu untuk tetap memberikan nutrisi yang seimbang pada anaknya.
b. Beri ibu penjelasan tentang pemberian makanan yang mudah diterima anak.
c. Anjurkan ibu untuk tetap menjaga suhu tubuh.
d. Anjurkan ibu untuk menjaga rasa aman pada anaknya.
e. Anjurkan ibu agar anak banyak istirahat.
f. Anjurkan ibu untuk kembali lagi atau jika ada keluhan.
Menurut Depkes RI (2008), asuhan yang diberikan pada An.A dengan gizi kurang adalah sebagai
berikut :
a. Kebutuhan nutrisi / cairan elektrolit cukup cairan,

18
e) Memberikan makanan yang mengandung karbohidrat, tinggi protein, cukup cairan, rendah
serat dan tidak menimbulkan gas.
f) Memberikan makanan yang lunak agar anak tidak mengunyah terlalu lama. Pemberian
makanan lunak dengan cara lauk pauk dihaluskan.
g) Jika keadaan pasien memburuk maka pasang infus dengan cairan glukosa dan NaCL.
h) Observasi.

b. Gangguan suhu tubuh


c) Kolaborasi dengan tim medis untuk pemberian obat secara mencukupi.
d) Menganjurkan pasien untuk banyak minum (sirup, teh manis, atau apa yang disukai anak).

c. Gangguan rasa aman


e) Melakukan perawatan kebersihan tubuh setiap hari atau 2 kali sehari.
f) Mengganti pakaian jika kotor.
g) Memakaikan alas kaki jika pergi bermain.
h) Menghangatkan badan jangan sampai kedinginan.

d. Resiko terjadi komplikasi


d) Memberian terapi sesuai program dokter anak dalam pemberian terapi pengobatan atau
pencegahan infeksi seperti antibiotik, pemberian vitamin A.
e) Bila ada komplikasi pada mata maka beri tetes/ salep mata tanpa kortikosteroid.
f) Rujuk segera, selama diperjalanan jaga kehangatan badan.

e. Istirahat
Pasien yang mengalami gizi kurang perlu istirahat yang cukup karena dengan istirahat
bisa untuk menyetabilkan berat badan. Jika mengalami demam maka harus istirahat mutak untuk
menurunkan demam.
Pada kasus ini terdapat kesenjangan antara teori dan praktik yaitu tidak dilakukan
pemasangan infus karena keadaan pasien tidak memburuk, tidak dilakukan pemberian terapi
karena anak sudah mendapat terapi sebelumnya dari dokter spesialis paru-paru, tidak diberikan
salep mata, tidak dirujuk karena anak tidak mengalami komplikasi.

6. Pelaksanaan

Pelaksanaan yang dilakukan pada An.F yaitu disesuaikan dengan perencanaan, yaitu :
a.Menganjurkan pada ibu untuk tetap memberikan nutrisi yang seimbang pada anaknya yaitu
menu yang mengandung karbohidrat , protein, lemak, vitamin dan mineral.
b. Memberikan penjelasan tentang pemberian makan yang mudah diterima anak yaitu dengan
cara memberikan makanan yang lunak agar anak tidak mengunyah terlalu lama, pemberian
makanan lunak dengan cara lauk pauk dihaluskan.
c. Menganjurkan ibu untuk tetap menjaga suhu tubuh anak yaitu dengan cara memberikan
minum yang banyak agar cairan pada tubuh anak tercukupi sehingga tidak menimbulkan demam.
d. Menganjurkan ibu untuk menjaga kebersihan anaknya seperti memandikan anaknya 2x sehari,
mengganti pakaian jika kotor dan basah.
e. Menganjurkan ibu agar anaknya banyak istirahat yaitu sehari 2 kali : siang ±2 jam dan malam
±10 jam.

19
f. Menganjurkan ibu datang kembali lagi atau jika ada keluhan.
Pada kasus ini terdapat kesenjangan antara teori dan praktik yaitu tidak dilakukan
pemasangan infus karena keadaan pasien tidak memburuk, tidak dilakukan pemberian terapi
karena anak sudah mendapat terapi sebelumnya dari dokter spesialis paru-paru, tidak diberikan
salep mata, tidak dirujuk karena anak tidak mengalami komplikasi.

7. Evaluasi

Pada kasus balita sakit An.F umur 13 bulan dengan gizi kurang setelah dilakukan asuhan selama
4 minggu didapatkan hasil : keadaan baik, kesadaran composmentis, TTV (suhu : 36,80C, nadi :
100x/menit, pernafasan : 34x/menit), conjungtiva mrah muda, berat badan meningkat dari 5 kg
menjadi 5,5 kg.
Menurut Depkes RI (2008), evaluasi yang diharapkan dari pelaksanaan asuhan kebidanan pada
kasus balita sakit pada An.F dengan gizi kurang adalah sebagai berikut :
a. Gangguan rasa nyaman telah teratasi.
b. Peradangan kulit telah sembuh.
c. Berat badan meningkat.

Pada kasus ini tidak terdapat kesenjangan antara teori dengan lahan praktik.

20
BAB V

PENUTUP
5.1 Kesimpulan

Setelah melaksanakan asuhan kebidanan pada An.A Umur 13 bulan dengan gizi kurang
diambil kesimpulan :
1. Pada pengkajian data diperoleh hasil data subyektif ibu mengatakan anaknya rewel,
tubuhnya tampak kurus dan pernah menderita infeksi paru- paru. Data obyektif meliputi keadaan
umum lemah, kesadaran composmentis, TTV (suhu : 36,80C, nadi : 100x/menit, pernafasan :
34x/menit), BB : 5 kg, TB : 62 cm, LILA : 12,5 cm, LK : 40cm. Pemeriksaan sistematis yang
dilakukan berupa pemeriksaan mata yaitu conjungtiva pucat.
2. Pada langkah interpretasi data diperoleh diagnosa kebidanan yaitu An.F umur 13 bulan
dengan gizi kurang. Masalah yang muncul yaitu rewel dan ibu khawatir dengan keadaan
anaknya. Kebutuhannya adalah beri motivasi untuk memberikan pemenuhan kebutuhan nutrisi
yang seimbang.
3. Diagnosa potensial yang ditegakkan yaitu gizi buruk tetapi pada kasus ini tidak terjadi
gizi buruk.
4. Antisipasi yang diberikan yaitu memberikan KIE tentang pemberian gizi seimbang pada
anak.
5. Perencanaan yang dilakukan adalah perawatan dirumah yang berupa beri nutrisi yang
seimbang pada anak, beri anak makanan yang lunak, jaga suhu tubuh, jaga rasa aman pada anak,
anjurkan ibu agar anak banyak istirahat.
6. Pelaksanaan dilakukan dengan baik sesuai rencana yang telah disusun karena adanya
dukungan keluarga dalam membantu memberikan nutrisi yang seimbang, memberikan makanan
yang mudah diterima, menjaga suhu tubuh, menjaga rasa aman, menganjurkan ibu agar anak
banyak istirahat

5.2 Saran
Berdasarkan kesimpulan di atas, maka penulis dapat memberikan masukan antara lain :

1. Bagi Ibu/ keluarga


Ibu dan keluarga diharapkan dapat mengenali tanda-tanda gejala gizi kurang dengan
membaca buku atau mencari informasi dimedia atau dari tenaga kesehatan terdekat supaya
keluarga dapat mengantisipasi, sehingga tidak terjadi komplikasi lebih lanjut.

2. Bidan Praktik Mandiri


Diharapkan agar Bidan Praktik Mandiri dapat meningkatkan kualitas pemberian pelayanan
dan memberikan pelayanan yang optimal Asuhan Kebidanan pada Balita Bakit dengan Gizi
kurang.

3. Pendidikan
Diharapkan agar lebih melengkapi/ menambah referensi tentang gizi kurang.

21
DAFTAR PUSTAKA

Tutik dkk. 2019. Pendamping Gizi Pada Balita. Yogyakarta: Deepublish. Mahyumi

dkk.2020.Buku Panduan Stimulasi dan Deteksi Dini Tumbuh Kembang


Anak Usia (0-6) tahun.Jawa Barat: Edu Publisher.
Astria,Bunga. 2020. Gizi Bagi Ibu dan Anak. Yogyakart: PT. Pustaka Baru

Ukrimah, Ulfi. 2019. Asuhan Kebidanan Tumbuh Kembang Terhadap Anak. Y Dengan
Gizi Kurang di Desa Sidorejo Lampung Timur 2019. Diploma thesis, Poltekkes
Tanjungkarang.

Situmorang, Sulika. 2019. Asuhan Kebidanan Tumbuh Kembang Terhadap Anak.R


Dengan Gizi Kurang di Desa Purworejo Wilayah Puskesmas Pasir Sakti
Lampung Timur. Diploma thesis, Poltekkes Tanjungkarang.

Armini, ni wayan dkk. 2017. Asuhan kebidanan neonates bayi, balita & anak prasekolah,
Yogyakarta: percetakan cv. Andi offset

Sari, krismonika.2019. asuhan kebidanan pada balita an. U dengan gizi kurang di wilayah
puskesmas margototo lampung timur. Diploma thesis, poltekkes tanjungklarang.

RI Kementrian Kesehatan,2016. Stimulasi, Deteksi dan Intervensi Dini Tumbuh


Kembang Anak. Jakarta: AE Publishing

Winarsih. 2019. Pengantar Ilmu Gizi Dalam Kebidanan. Yogyakarta Pustaka Baru Press

22

Anda mungkin juga menyukai