Anda di halaman 1dari 38

LAPORAN KOMPREHENSIF

PRAKTIK ASUHAN KEBIDANAN KOMUNITAS PADA Ny. I ASKSEPTOR KB

SUNTIK 3 BULAN DENGAN AMENORE DI WILAYAH DESA SUKOREJO

BUNGAH GRESIK

RESKI AMALIYAH. N
NIM. P27824621064

KEMENTERIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA

DIREKTORAT JENDRAL TENAGA KESEHATAN

POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES SURABAYA

JURUSAN KEBIDANAN

PRODI PENDIDIKAN PROFESI BIDAN

TAHUN 2022
LEMBAR PENGESAHAN

Laporan Asuhan Kebidanan Keluarga ini dilaksanakan sebagai dokumen/laporan praktik


Blok 13 yang telah dilaksanakan di Wilayah Kerja Desa Sukorejo, Bungah Gresik periode
praktik tanggal 16 Mei s.d 11 Juni 2022.
Nama : Reski Amaliyah. N
Nim : P27824621064

Pembimbing Lahan

Pembimbing Lahan Kepala Desa Sukorejo

Fithriyatul Mashnuah, Amd.Keb


H. muslikh
NIP. 197811292006042011
Pembimbing Pendidikan

Dr. Kasiati, S.Pd, S.Tr. Keb, M. Keb Novita Eka K. W, SST., M.Keb.
NIP. 196404301985032003 NIP. 198411302009122001

Mengetahui,
Kepala Program Studi

Evi Pratami, SST., M.Keb.


NIP. 197905242002122001

i
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Allah SWT, karena limpahan taufiq dan hidayah-Nya
penulis dapat menyelesaikan Laporan Individu yang berjudul “Praktik Asuhan
Kebidanan Keluarga Komunitas di Wilayah Kerja Desa Sukorejo Bungah Gresik”.
Laporan ini disusun sebagai salah satu syarat menyelesaikan tugas blok 13
(Komunitas) pada Pendidikan Profesi Bidan Poltekkes Kemenkes Surabaya.
Dalam penyusunan Laporan, penulis banyak mendapat bimbingan, petunjuk
dan saran dari berbagai pihak. Untuk itu, pada kesempatan ini penulis mengucapkan
terima kasih kepada:
1. drg. Bambang Hadi Sugito, M. Kes, selaku Direktur Politeknik Kesehatan
Kementerian Kesehatan Surabaya.
2. dr. Mujtahidah, selaku kepala Puskesmas Bungah, Gresik
3. Ibu Astuti Setiyani, SST., M. Kes, selaku Ketua Jurusan Kebidanan Politeknik
Kesehatan Kemenkes Surabaya.
4. Ibu Evi Pratami, SST, M. Keb, selaku Ketua Prodi Pendidikan Profesi Bidan
Poltekkes Kemenkes Surabaya
5. Ibu Fithryatul Mashnuah, A.md. Keb, selaku pembimbing praktik lapangan di
Puskesmas Bungah, Gresik.
6. Ibu Dr. Kasiati, S.Pd., S.Tr. Keb., M. Keb., selaku pembimbing pendidikan 1
yang telah memberi arahan, masukan dan bimbingan dalam menyusun laporan
ini.
7. Ibu Novita Eka K. W., SST., M. Keb., selaku pembimbing pendidikan 2 yang
telah memberi arahan, masukan dan bimbingan dalam menyusun laporan ini.
8. Semua pihak yang telah membantu dalam pembuatan dan penyusunan laporan
ini.

ii
Penulis menyadari dalam penyusunan makalah ini jauh dari sempurna, oleh
karena itu penulis mengharapkan kritik dan saran yang bersifat membangun
dari pembaca demi kesempurnaan laporan ini. Semoga Allah SWT
memberikan balasan pahala atas segala amal baik yang telah diberikan.
Semoga laporan ini dapat bermanfaat bagi pembaca pada umumnya dan bagi
penulis pada khususnya.

Gresik, 30 Mei 2022

Penulis

iii
DAFTAR ISI

LEMBAR PENGESAHAN .................................................................. i


KATA PENGANTAR ........................................................................... ii
DAFTAR ISI ......................................................................................... iv
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang ............................................................................... 1
1.2 Tujuan Umum ................................................................................ 1
1.3 Tujuan Khusus ............................................................................... 1
1.4 Sistematika Penulisan .................................................................... 2
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Tinjauan tentang Keluarga Berencana ............................................ 3
2.2 Tinjauan Tentang Kontrasepsi ....................................................... 3
2.3 Tinjaun Tentang Suntik DMPA ...................................................... 5
2.4 Tinjauan Tentang Amenore ............................................................ 11
2.5 Tinjauan Tentang Kesehatan Lingkungan ...................................... 13
BAB III TINJAUAN KASUS ............................................................... 18
BAB IV PEMBAHASAN...................................................................... 30
BAB V PENUTUP
5.1 Simpulan ........................................................................................ 32
5.2 Saran .............................................................................................. 32
DAFTAR PUSTAKA ............................................................................ 33

iv
BAB I

PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Kegiatan Praktik Asuhan Kebidanan Keluarga Komunitas di Wilayah
Kerja Puskesmas Bungah Kecamatan Bungah Desa Sukorejo mulai tanggal 16
Mei s.d 11 Juni 2022 yang dilaksanakan oleh Mahasiswi Prodi Pendidikan
Profesi Bidan Poltekkes Kemenkes Surabaya. Berdasarkan hasil pengkajian
data dan analisis yang dilakukan dapat ditemukan beberapa masalah pada
tingkat keluarga yang juga telah ditindak lanjuti selama kegiatan praktik kerja
lapangan tersebut.
Tindak lanjut yang dilakukan berupa asuhan kebidanan pada keluarga
yang telah dilaksanakan oleh masing-masing mahasiswa pada keluarga sasaran
berdasarkan prioritas masalah yang ditemukan pada keluarga tersebut. Melalui
asuhan kebidanan pada keluarga diharapkan dapat meningkatkan pengetahuan
masyarakat sehingga dapat menciptakan perilaku kesehatan dan meningkatkan
derajat kesehatan masyarakat.
1.2 Rumusan Masalah
Masalah-masalah yang ditemukan pada pengkajian dapat dirumuskan
bagamina melakukan asuhan kebidanan pada konteks keluarga pada ibu
akseptor KB suntik 3 bulan dengan amenore sekunder?
1.3 Tujuan
1.3.1 Tujuan Umum
Mahasiswa mampu melaksanakan asuhan kebidanan dengan
menggunakan pendekatan manajemen kebidanan serta dapat
melaksanakan asuhan kebidanan komunitas.
1.3.2 Tujuan Khusus
1. Mahasiswi mampu melakukan pengkajian data subjektif dan
objektif
2. Mahasiswi mampu menganalisa data hasil pengkajian yaitu
diagnosa atau masalah

1
3. Mahasiswi mampu merencanakan asuhan kebidanan yang akan
diberikan sesuai diagnose
4. Mahasiswi mampu mengevaluasi hasil asuhan yang telah
dilakukan
1.4 Sistematika Penulisan
Sistematika penulisan kumpulan asuhan kebidanan adalah sebagai berikut:
BAB 1 : Pendahuluan berisi latar belakang, rumusan masalah, tujuan dan
sistematika penulisan
BAB 2 : Asuhan Kebidanan pada Keluarga
BAB 3 : Penutup berisi Kesimpulan dan Saran

2
BAB II
TINJAUAN TEORI

2.1 Tinjauan Tentang keluarga Berencana


A. Pengertian Keluarga Berencana (KB)
Keluarga berencana merupakan usaha yang dilakukan pasangan usia
subur (suami-istri) untuk mengukur jumlah dan jarak anak yang
diinginkan. Usaha yang dilakukan yaitu pencegahan kehamilan dan
perencanaan keluarga. Prinsip dasar kontrasepsi adalah mencegah
terjadinya kehamilan atau masuknya sperma laki-laki mencapai dan
membuahi telur wanita sehingga berkembang di dalam rahim (Purwoastuti
& Walyani, 2016).
B. Tujuan Keluarga Berencana
Tujuan Keluarga Berencana adalah meningkatkan kesejahteraan ibu
dan anak serta keluarga dalam rangka mewujudkan keluarga kecil bahagia
dan sejahtera yang menjadi dasar bagi terwujudnya masyarakat yang
sejahtera. Bukan hanya mewujudkan keluarga bahagia tapi dengan KB
mampu menekan laju pertumbuhan penduduk yang sangat tinggi hingga
tidak mampu utnuk dikendalikan sehingga mengakibatkan kesengsaraan
dan menurunkan sumber daya alam (Suratum, 2013).
C. Sasaran keluarga berencana
Sasaran KB yaitu Pasangan Usia Subur (PUS) dimana pasangan yang
wanitanya berusia antara 15-49 tahun, karena kelompok ini merupakan
pasangan yang aktif melakukan pengaruh seksual dan setiap kegiatan
seksual dapat mengakibatkan kehamilan (Suratum, 2013)
2.2 Tinjauan Tentang Kontrasepsi
A. Pengertian Kontrasepsi
Kata kontrasepsi terdiri dari kata kontra dan konsepsi. Kontra berarti
melawan atau mencegah, sedangkan konsepsi adalah pertemuan antara sel
telur yang matang dengan sperma yang mengakibatkan kehamilan. Jadi
dapat diartikan kontrasepsi adalah mencegah atau melawan terjadinya

3
pertemuan antara sel sperma dengan sel telur yang dapat menyebabkan
kehamilan. Sehingga diperlukannya kontrasepsi bagi pasangan usia subur
dalam melakukan pengaruh seksual untuk dapat mencegah terjadinya
kehamilan (Suratum, 2013).
B. Jenis-jenis kontrasepsi
Menurut (Purwoastuti & Walyani, 2016) Metode kontrasepsi dapat
digunakan oleh pasangan subur secara rasional berdasarkan fase-fase
kebutuhan sebagai berikut:
1. Alat kontrasepsi hormonal
Kontrasepsi hormonal merupakan metode kontrasepsi yang paling
efektif untuk mencegah terjadinya kehamilan. Ada beberapa jenis alat
kontrasepsi hormonal, seperti pil KB, suntikan, implan, KB spiral dan
IUD.
2. Alat kontrasepsi barier
Metode kontrasepsi penghalang atau barier mampu mencegah sperma
masuk ke dalam rahim wanita yang terdiri dari kondom, diafragma,
penutup serviks dan spons kontrasepsi.
3. Metode kontrasepsi alami
Kontrasepsi alami merupakan perencanaan yang dilakukan pasangan
usia subur secara alami meliputi perencanaan untuk tidak dilakukan
pengaruh seksual selama wanita dalam masa subur. Beberapa cara KB
alami yang biasa dilakukan adalah metode kalender atau metode
pantang berkala, metode suhu tubuh basal, metode muksa serviks atau
lendir serviks, metode simptothemal, metode amenorea laktasi dan
metode senggama terputus
4. Kontrasepsi Mantap
Kontasepsi mantap merupakan salah satu metode kontrasepsi yang
dilakukan dengan cara mengikat atau memotong saluran telur pada
perempuan (tubektomi) dan pemotongan saluran sperma pada laki-
laki (vasektomi). Dengan kata lain, cara ini dapat mencegah
kehamilan untuk selamanya karena proses reproduksi tidak lagi

4
terjadi. Karena sifatnya yang permanen. Kontrasepsi ini diberikan
pada pasangan yang sudah mantap untuk menghentikan kehamilan
dan proses pada kontrasepsi ini diakukan dengan melakukan operasi
kecil pada bagian repsoduksi baik pada wanita maupun pria. (Mulyani
& Runawati, November 2013).

2.3 Tinjauan Tentang Suntik DMPA (Depo Medroxi Progesteron Asetat)


A. Pengertian
Depoprovera mengandung 150 mg DMPA. Yang diberikan setiap 3
bulan dengan cara disuntikan intramuskuler (IM) di daerah bokong
(Rusmini dkk, 2017).
B. Mekanisme Kerja kontrasepsi suntikan 3 bulan

1. Mencegah ovulasi, bekerja dengan menghalangi pengelu aran FSH


dan LH sehingga tidak terjadi pelepasan ovum.
2. Mengentalkan lendir serviks sehingga menurunkan kemampuan
penetrasi sperma, karena sperma sulit menembus kanalis sevikalis.
3. Perubahan pada endometrium sehingga implantasi terganggu.
4. Menghambat transportasi gamet karena terjadi perubahan peristaltic
tuba falopi (Marmi,2015).

C. Efektivitas kontrasepsi suntik 3 bulan


Kontrasepsi suntik progestin memiliki efektivitas tinggi yaitu 0,3
kehamilan per 100 perempuan per tahun, asal penyuntikanya dilakukan
secara teratur sesuai jadwal yang telah ditentukan, tingginya minat
pemakaian alat kontrasepsi ini karena murah, aman, sederhana, efektif dan
dapat dipakai pada pasca persalianan (Marmi,2015).
D. Kelebihan dan Kekurangan KB Suntik 3 Bulan
Kelebihan dari kontrasepsi suntik 3 bulan menurut Affandi dkk (2012),
yaitu:

1. Sangat efektif.
2. Pencegahan kehamilan jangka panjang.

5
3. Tidak berpengaruh pada hubungan suami istri.
4. Tidak mengandung esterogen sehingga tidak berdampak serius
terhadap penyakit jantung, dan gangguan pembekuan darah.
5. Tidak memiliki pengaruh terhadap ASI.
6. Sedikit efek samping.
7. Dapat digunakan oleh perempuan usia >35 tahun sampai
perimenopause.
8. Membantu mencegah kanker endometrium dan kehamilan ektopik.
9. Menurunkan kejadian penyakit jinak payudara.
10. Mencegah beberapa penyebab penyakit radang panggul.
Kekurangan kontrasepsi suntikan 3 bulan adalah sebagai berikut:
1. Sering ditemukan gangguan haid, seperti:
a. Siklus haid yang memendek atau memanjang.
b. Perdarahan yang banyak atau sedikit.
c. Perdarahan tidak teratur atau perdarahan bercak (spotting)
d. Tidak haid sama sekali
2. Klien sangat bergantung pada tempat sarana pelayanan kesehatan
(harus kembali untuk suntik).
3. Tidak dapat dihentikan sewaktu-waktu sebelum suntikan berikut.
4. Penambahan berat badan ±2 kg merupakan hal biasa.
5. Tidak menjamin perlindungan terhadap penularan infeksi menular
seksual, hepatitis B virus, atau infeksi virus HIV.
6. Terlambatnya kembali kesuburan setelah penghentian pemakaian. Ini
terjadi karena belum habisnya pelepasan obat suntikan dari deponya
(tempat suntikan).
7. Terjadi perubahan pada lipid serum pada penggunaan jangka panjang.
8. Penggunaan jangka panjang dapat sedikit menurunkan kepadatan
tulang (densitas).
9. Pada penggunaan jangka panjang dapat menimbulkan kekeringan
pada vagina, menurunkan libido, gangguan emosi, sakit kepala,
nervositas, dan jerawat (Affandi dkk, 2012).

6
E. Indikasi dan Kontraindikasi
Menurut Rusmini dkk (2017) indikasi dari kontrasepsi suntik 3 bulan
adalah:

1. Usia reproduksi.
2. Nulipara dan telah memiliki anak.
3. Menghendaki kontrasepsi jangka panjang.
4. Menyusui dan membutuhkan kontrasepsi yang sesuai.
5. Setelah abortus atau keguguran.
6. Telah banyak anak, tetapi belum menghendaki tubektomi.
7. Tidak dapat memakai kontrasepsi yang mengandung esterogen.
8. Menggunakan obat untuk epilepsy (fenitoin dan barbiturate) atau
9. Obat tuberculosis (rifampisin).
10. Tekanan darah
Kontraindikasi dari kontrasepsi suntik 3 bulan adalah:
1. Hamil atau dicurigai hamil.
2. Perdarahan pervaginam yang belum jelas penyebabnya.
3. Tidak dapat menerima terjadinya gangguan haid.
4. Menderita kanker payudara atau riwayat kanker payudara.
5. Diabetes mellitus disertai komplikasi (peningkatan libido, kulit dan
kilit kepala berminyak, ruam dan pruritus, edema (Rusmini dkk,
2017).

F. Efek samping dan penatalaksanaannya


Menurut Sri Handayani (2013), berikut adalah efek samping dan
penatalaksanaan dari kontrasepsi suntik 3 bulan.
1. Amenorrhea
a. Bila tidak hamil, pengobatan apapun tidak perlu. Jelaskan bahwa
darah haid tidak terkumpul dalam rahim.
b. Bila terjadi kehamilan, hentikan penyuntikan.
c. Bila terjadi kehamilan ektopik, rujuk klien segera.

7
d. Jangan berikan terapi hormonal untuk menimbulkan perdarahan
karena tidak akan berhasil. Tunggu 3-6 bulan kemudian, bila
tidak terjadi perdarahan juga rujuk ke klinik.
2. Perdarahan hebat atau tidak teratur
a. Informasikan bahwa perdarahan ringan sering terjadi, tetapi hal
ini bukanlah masalah yang serius dan biasanya tidak memerlukan
pengobatan. Bila klien tidak mau menerima perdarahan tersebut
dan ingin melanjutkan suntikan, maka dapat disarankan 2 pilihan
pengobatan:
b. 1 siklus pil kontrasepsi kombinasi (30-35 µg etinilestradiol),
ibuprofen (sampai 800 mg, 3x/hr untuk 5 hari) atau obat sejenis
lain untuk mencegah inflamasi. Jelaskan bahwa setelah
pemberian pil kontrasepsi kombinasi dapat terjadi perdarahan.
Dan ditangani dengan pemberian 2 tablet pil kontrasepsi
kombinasi /hari selama 3-7 hari dilanjutkan dengan 1 siklus pil
kontrasepsi hormonal, atau diberi 50 µg etinilesstradiol atau 1,25
mg esterogen equin konjugasi untuk 14-21 hari.
3. Keputihan Informasikan penyebab keputihan karena efek
progesterone yang mempermudah pertumbuhan jamur di dalam
vagina dan menimbulkan keputihan, tetaplah menjaga kebersihan
daerah kemaluan. Jika disertai rasa gatal, cairan berwarna kuning
kehijauan atau berbau tidak sedap dapat diberikan pengobatan antis-
nikotik per-vaginam selama 14 hari. Jika pemberian antisnikotik tidak
menolong dan keputihan terus berlangsung maka pemakaian suntikan
dihentikan sementara.
4. Perubahan libido Penurunan libido terjadi karena keadaan vagina
yang kering yang disebabkan oleh efek progesterone itu sendiri. Jika
penurunan libido ini mengganggu keharmonisan rumah tangga
dianjurkan untuk ganti cara kontrasepsi non hormonal. Bagi yang
mengalami peningkatan libido beri motivasi serta berusaha
melakukan control diri supaya keharmonisan keluarga tetap terjaga.

8
5. Pertambahan atau kehilangan BB Infomasikan bahwa kenaikan atau
penurunan BB sebanyak 1-2 kg dapat saja terjadi. Perhatikan
perubahan berat badan apakah terlalu mencolok, bila berat badan
berlebihan, hentikan suntikan dan anjurkan metode kontrasepsi lain.

G. Informasi lain yang perlu disampaikan

1. Pemberian kontrasepsi suntikan sering menimbulkan gangguan haid


(amenore).
2. Gangguan haid ini biasanya bersifat sementara dan sedikit sekali
mengganggu kesehatan.
3. Dapat terjadi efek samping seperti peningkatan BB, sakit kepala dan
nyeri payudara. Efek samping ini jarang, tidak berbahaya dan cepat
hilang.
4. Karena terlambat kembalinya kesuburan, penjelasan perlu diberikan
pada ibu usia muda yang ingin menunda kehamilan dan bagi ibu yang
merencanakan kehamilan berikutnya dalam waktu dekat
5. Setelah suntikan dihentikan, haid tidak segera datang, haid baru
datang kembali umumnya setelah 6 bulan, selama tidak haid tersebut
dapat saja terjadi kehamilan. Bila setelah 3-6 bulan tidak haid juga,
klien harus kembali ke dokter atau tempat pelayanan kesehatanuntuk
dicari penyebab haid tersebut
6. Bila klien tidak dapat kembali pada jadwal yang telah ditentukan,
suntikan diberikan 2 minggu setelah adwal yang telah ditetapkan, asal
saja tidak terjadi kehamilan. Klien tidak boleh melakukan hubungan
seksual selama 7 hari, atau menggunakan metode kontrasepsi lainnya
selama 7 hari.
7. Bila klien, misalnya sedang menggunakan salah satu kontrasepsi
suntikan dan kemudian meminta untuk digantikan dengan kontrasepsi
suntik yang lain, sebaiknya jangan dilakukan.
8. Bila klien lupa jadwal suntikan, suntikan dapat diberikan asal saja
diyakini ibu tersebut tidak hamil.

9
H. Waktu dan Cara Penggunaan
Waktu mulai menggunakan kontrasepsi suntik:

1. Setiap saat selama siklus haid selama akseptor tidak hamil


2. Mulai hari pertama sampai hari ke-7 siklus haid
3. Pada ibu yang tidak haid, injeksi pertama dapat diberikan setiap saat,
asalkan ibu tidak hamil. Selama 7 hari setelah suntikan tidak boleh
melakukan hubungan seksual
4. Ibu yang menggunakan kontrasepsi hormonal lain dan ingin
mengganti dengan kontrasepsi suntikan. Bila ibu tidak hamil, suntikan
pertama dapat segera diberikan atau tidak perlu menunggu sampai
haid berikutnya datang
5. Bila ibu sedang menggunakan kontrasepsi suntikan jenis lain dan
ingin mengganti dengan kontrasepsi suntikan yang lain lagi,
kontrasepsi suntikan yang akan diberikan dimulai pada saat jadwal
kontrasepsi suntikan yang sebelumnya.
6. Kapan suntikan KB dapat diberikan
a. Pasca persalinan
1) Segera ketika masih dirumah sakit
2) Jadwal suntikan berikutnya
b. Pasca abortus
1) Segera setelah perawatan
2) Jadwal waktu suntikan diperhitungkan
c. Interval
1) Segera setelah perawatan
2) Jadwal waktu diperhitungkan: jadwal waktu suntikan
berikutnya diperhitungkan berikutnya dengan pedoman
Depoprovera Interval 12 minggu. Norigest Interval 8 minggu.
Kontrasepsi suntik progestin DMPA diberikan setiap 3 bulan dengan
cara disuntik di intramuskular dalam di daerah pantat. Apabila suntikan
diberikan terlalu dangkal, penyerapan kontrasepsi suntikan akan lambat
dan tidak bekerja segera dan efektif.

10
I. Peringatan bagi pemakai kontrasepsi suntik progestin

1. Setiap terlambat haid harus dipikirkan adanya kemungkinan


kehamilan
2. Nyeri abdomen bawah yang berat kemungkinan gejala kehamilan
ektopik terganggu
3. Timbulnya abses atau perdarahan tempat injeksi
4. Sakit kepala migrain, sakit kepala berulang yang berat atau kaburnya
penglihatan
5. Perdarahan berat yang 2 kali lebih banyak dalam satu periode masa
haid. Bila terjadi hal-hal yang disebutkan diatas, hubungi segera
tenaga kesehatan atau klinik terdekat.

2.4 Tinjauan Tentang Aminore


A. Defenisi
Amenore adalah keadaan tidak datangnya haid selama 3 bulan
berturut-turut. Terdapat 2 bentuk amenore yaitu amenore primer bila tidak
dating bulan sejak bayi sampai mencapai usia 18 tahun atau lebih dan
amenore sekunder bila penderita pernah mendapatkan haid tetapi berhenti
berturut-turut selama 3 bulan (Manuaba, 2014).
B. Penyebab Amenore
Penyebab amenore cukup banyak yang berkaitan dengan:
1. Keadaan fisiologis (sebelum menarce, hamil dan laktasi amenore,
menopause).
2. Gangguan pada aksis hipotalamus-hipofisi-ovarium.
3. Kelainan congenital.
4. Gangguan sistem hormonal.
5. Gangguan gizi.
6. Gangguan metabolism.
7. Tumor alat kelamin.
8. Penyakit menahun.

11
9. Perubahan hormonal karena pemakaian KB suntik 3 bulan Depo
Medroksi Progesteron Asetat (DMPA) (Manuaba, 2014)
C. Patofisiologi
Terjadinya gangguan haid pada pemakaian kontrasepsi suntik belum
jelas namun berbagai penelitian tentang gangguan haid pada pemakaian
progesterone saja dapat disebabkan karena terjadinya lonjakan-lonjakan
estrogen secara sporadik dan turunnya atau rendahnya kadar estrogen
secara persisten. Secara farmakologi medroxyprogesteron acetat (MPA)
akan langsung diikat oleh reseptor progesterone di endometrium dan akan
menghalangi pengaruh estrogen pada endometrium sehingga di tingkat
perifer, keseimbangan pengaruh estrogen dan progesterone akan
terganggu. Mekanisme yang pasti tentang terjadinya gangguan pola
menstruasi pada pemakaian kontrasepsi hormonal.

D. Tanda dan Gejala


Tanda utama amenore adalah tidak adanya periode menstruasi. Tergantung
pada penyebab amenore. Anda mungkin mengalami tanda-tanda atau
gejala lain bersama dengan tidak adanya periode, seperti:
1. Keluar cairan pada putting payudara
2. Rambut rontok
3. Sakit kepala
4. Gangguan penglihatan
5. Kelebihan rambut wajah
6. Nyeri panggul
7. Jerawat
E. Penatalaksanaan
1. Komunikasi Informasi Edukasi (KIE)
a. Jelaskan sebab terjadinya amenore
b. Jelaskan bahwa gejala atau keluhan tersebut dalam rangka
penyesuaian diri, bersifat sementara dan individu
c. Motivasikan agar tetap memakai suntikan (Irianto, 2015)

12
2. Tindakan medis
Menurut Sulistyawati (2015), yaitu:
a. Bila tidak hamil, pengobatan apapun tidak perlu. Jelaskan bahwa
darah tidak terkumpul dalam rahim.
b. Bila telah terjadi kehamilan, rujuk klien. Hentikan penyuntikan.
Jelaskan bahwa hormon progestin tidak menyebabkan kelainan
pada janin.
c. Bila terjadi kehamilan ektopik, rujuk klien segera.
d. Jangan berikan terapi hormonal untuk menimbulkan perdarahan,
karena tidak akan berhasil. Tunggu 3-6 bulan kemudian, bila
tidak terjadi perdarahan juga, rujuk ke klinik.
e. Bila klien tidak dapat menerima kelainan haid tersebut, suntikan
hangan dilanjutkan. Anjurkan pemakaian jenis kontrasepsi yang
lain.
Menurut Irianto (2015), yaitu: jika klien memaksa ingin haid
(biasanya dengan alasan psikis), tablet diberikan I-II, 1x1 tablet mulai hari
IV selama 4-5 hari.
Menurut Handayani (2015), setelah kemungkinan kehamilan
disingkirkan pada amenore, maka dapat dlakukan pemeriksaan Tgyroid
Stimulating Hormone (TSH) karena kadar hormone tiroid dapat
mempengaruhi kadar hormone prolaktin dalam tubuh. Selain itu kadar
hormone prolaktin dalam tubuh juga perlu diperiksa. Apabila kadar
hormone TSH dan prolaktin normal, maka esterogen/progestogen
challenge test adalah pilihan untuk melihat kerja hormone esterogen
terhadap lapisan endometrium dalam rahim. Selanjutnya dapat dievaluasi
dengan MRI.
Menurut Affandi (2014), pengobatan yang dilakukan sesuai dengan
penyebab amenore yang dialami. Apabila penyebabnya adalah obesitas,
maka diet dan olah raga adalah terapinya. Belajar untuk mengatasi stress
dan menurunkan aktivitas fisik yang berlebih juga dapat membantu. Terapi

13
amenore diklasifikasikan berdasarkan penyebab saluran reproduksi atas
dan bawah, penyebab indung telur dan penyebab susunan saraf pusat.
Menurut Irianto (2015), terapi yang diberikan antara lain 1 siklus pil
kombinasi selama 3 hari dan kemudian dilanjutkan dengan ibuprofen
3x800 mg selama 5 hari atau dapat juga diberikan 50 mg etinilestradinol
atau 1,25 mg esterogen equin konjugasi untuk 14-21 hari.

2.5 Tinjauan Tentang Kesehatan Lingkungan


2.5.1. Definisi Kesehatan Lingkungan
Menurut WHO (World Health Organization), kesehatan
lingkungan adalah suatu keseimbangan ekologi yang harus tercipta
diantara manusia dengan lingkungannya agar bisa menjamin keadaan
sehat dari manusia.
2.5.2. Ruang Lingkup Kesehatan Lingkungan
Menurut WHO ruang lingkup kesehatan dibagi menjadi 17, yaitu:
a) Penyediaan air minum
b) Pengelolaan air buangan dan pengendalian pencemaran
c) Pembuangan sampah padat
d) Pengendalian vektor (pengendalian vector ialah segala macam
usaha yang dilakukan untuk menurunkan atau mengurangi
populasi vector dengan maksud mencegah atau memberantas
penyakit yang ditularkan vector atau gangguan yang diakibatkan
vektor).
e) Pencegahan atau pengendalian pencemaran tanah oleh eksreta
manusia. (yang dimaksud ekskreta adalah seluruh zat yang tidak
dipakai lagi oleh tubuh dan yang harus dikeluarkan dari dalam
tubuh)
f) Higiene makanan termasuk juga susu
g) Pengendalian pencemaran udara
h) Pengendalian radiasi
i) Kesehatan kerja

14
j) Pengendalian kebisingan
k) Perumahan dan pemukiman
l) Aspek kesling dan transportasi udara
m) Perencanaan daerah dan perkotaan.
n) Pencegahan kecelakaan
o) Rekreasi umum dan pariwisata
p) Tindakan-tindakan sanitasi yang berhubungan dengan keadaan
epidemic atau wabah, bencana alam dan migrasi penduduk.
q) Tindakan pencegahan yang diperlukan untuk menjamin
lingkungan.
2.2.3 Tujuan Kesehatan Lingkungan
a) Melakukan korelasi, memperkecil terjadinya bahaya dari
lingkungan terhadap kesehatan serta kesejahteraan hidup manusia.
b) Untuk pencegahan, dengan cara mengefisienkan pengaturan
berbagai sumber lingkungan untuk meningkatkan kesehatan dan
kesejahteraan hidup manusia serta untuk mencegah dari bahaya
penyakit.
2.2.4 Fisik Rumah
Rumah adalah bangunan yang berfungsi sebagai tempat tinggal
atau hunian dan sarana pembinaan keluarga. Menurut Dinkes (2005),
secara umum rumah dapat dikatakan sehat apabila memenuhi kriteria
yaitu:
a) Memenuhi kebutuhan fisiologis, meliputi pencahayaan,
penghawaan, ruang gerak yang cukup, dan terhindar dari
kebisingan yang mengganggu
b) Memenuhi kebutuhan psikologis meliputi privacy yang cukup,
komunikasi yang sehat antar keluarga dan penghuni rumah
c) Memenuhi persyaratan pencegahan penularan penyakit antar
penghuni rumah meliputi penyediaan air bersih, pengelolaan tinja,
limbah rumah tangga, bebas vektor penyakit dan tikus, kepadatan
hunian yang tidak berlebihan, dan cukup sinat matahari pagi

15
d) Memenuhi persyaratan pencegahan terjadinya kecelakaan baik
yang timbul karena keadaan luar maupun dalam rumah, antara lain
fisik rumah yang tidak mudah roboh, tidak mudah terbakar dan
tidak cenderung membuat penghuninya jatuh tergelincir
(Notoatmodjo, 2003)
2.2.5 Saluran Air
Menurut Suripin (2004 : 7) drainase mempunyai arti mengalirkan,
menguras, membuang, atau mengalihkan air. Secara umum, drainase
didefinisikan sebagai serangkaian bangunan air yang berfungsi untuk
mengurangi dan/atau membuang kelebihan air dari suatu kawasan atau
lahan, sehingga lahan dapat difungsikan secara optimal.
2.2.6 Jamban Keluarga
Pembuangan tinja merupakan bagian yang penting dari kesehatan
lingkungan. Pembuangan tinja yang tidak menurut aturan memudahkan
terjadinya penyebaran penyakit tertentu yang penulurannya melalui
tinja antara lain penyakit diare. Syarat pembuangan kotoran yang
memenuhi aturan kesehatan adalah :
a) Tidak mengotori permukaan tanah di sekitarnya
b) Tidak mengotori air permukaan di sekitarnya
c) Tidak mengotori air dalam tanah di sekitarnya
d) Kotoran tidak boleh terbuka sehingga dapat dipakai sebagai tempat
lalat bertelur atau perkembangbiakan vektor penyakit lainnya
e) Tidak menimbulkan bau
f) Pembuatannya murah
g) Mudah digunakan dan dipelihara (Notoatmodjo, 2003).
2.2.7 Saluran Pembuangan Air Limbah
Saluran Pembuangan Air Limbah (SPAL) adalah bangunan yang
digunakan untuk mengumpulkan air bungan sisa pemakaian dari kran/
hidran umum, sarana cuci tangan, kamar mandi, dapur, dan lain-lain,
sehingga air limbah tersebut dapat tersimpan atau meresap kedalam
tanah dan tidak menyebabkan penyebaran penyakit serta tidak

16
mengotori lingkungan sekitarnya. SPAL tidak menyalurkan air kotor
dari peturasan/jamban .
2.2.8 Pembuangan Sampah
Yang dimaksud dengan sampah adalah semua zat/ benda yang
sudah tidak terpakai lagi baik berasal dari rumah-rumah maupun sisa-
sisa proses industri.

17
BAB III
TINJAUAN KASUS

3.1 Pengkajian
3.1.1 Data Umum
a) Daftar nama anggota rumah tangga
No Nama ART Hubungan Sex Umur Pendidikan Pekerjaan
ART
1. Tn.”N” Kepala Laki-laki 31 tahun SMA Wiraswasta
Keluarga
2. Ny.”I” Istri Perempuan 30 tahun SMA IRT
3. Sdr.”H” Anak Laki-laki 4 tahun - -
4. Sdri. “U” Anak Perempuan 6 bulan - -

b) Genogram

Keterangan:

Laki-laki Menikah

Perempuan Tinggal 1 rumah

Anak laki-laki Anak perempuan

18
c) Tipe keluarga
Beri tanda check (√), pada pilihan tipe keluarga berikut,
sesuai tipe keluarga yang anda asuh:
Keluarga inti (suami=istri tanpa anak)

Keluarga besar Single parent
Single adult Keluarga lansia
Ayah+ibu tanpa nikah Comunity family (tanpa pertalian
darah)

d) Status ekonomi (berdasarkan acuan Rp.20.000/hari/keluarga)


Miskin (penghasilan < Rp.600.000)/bulan
Menengah (penghasilan Rp.600.000-1.500.000)/bulan
Kaya (penghasilan > Rp.1.500.000)/bulan

e) Aktivitas rekreasi keluarga (nonton TV, mendengarkan radio,
wisata, dll)
Tidak pernah
√ Pernah

4.1.2 Data Khusus


a) Tahap perkembangan keluarga saat ini
Pasangan baru (keluarga baru)
Keluarga dengan kelahiran anak pertama (Child bearing)

√ Keluarga dengan anak Balita


Keluarga dengan anak Pra sekolah
Keluarga dengan anak Sekolah
Keluarga dengan anak Remaja (reproduksi remaja)
Keluarga dengan (Premenopouse)
Keluarga dengan ibu hamil
Keluarga dengan ibu nifas
b) Riwayat kesehatan saat ini
Keluarga dengan riwayat penyakit kronik
Keluarga dengan penyakit menular
Keluarga dengan penyakit khusus (RM, kusta, HIV/AIDS)

19
Keluarga dengan penyakit keturunan

4.1.3 Sanitasi Lingkungan


a) Karakteristik rumah; kebersihan, penerangan, air minum, SPAL,
sampah?

√ Permanen, bersih, cukup


Permanen, tidak bersih, tidak cukup
Tidak permanen, bersih, cukup
Tidak permanen, tidak bersih, tidak cukup
b) Karakter tetangga yang di asuh
√ Pedesaan dan teratur
Pedesaan dan kumuh
Perkotaan dan teratur
Perkotaan dan kumuh
c) Interaksi keluarga dengan tetangga dekat
√ Harmonis
Tidak harmonis
4.1.4 Fungsi Keluarga
a) Struktur peran masing-masing ART (anggota rumah tangga)
√ Sesuai
Tidak sesuai
b) Pola komunikasi keluarga untuk masing-masing ART
√ Terbuka
Tertutup
c) Pola keputusan dalam keluarga (ART) tergantung pada:
√ Suami/Bapak
Istri/Ibu
Orang tua/Mertua/dari Bapak/Ibu
Anak
d) Fungsi reproduksi berkaitan dengan pernah melahirkan (Paritas)
Jumlah anak 1 (P-1)
√ Jumlah anak 2 (P-2)

20
Jumlah anak lebih dari 2 (P>2)
e) Family Planning (Perencanaan Keluarga Berencana)
√ Ya, sekarang menggunakan alat kontrasepsi
Pernah, sekarang tidak menggunakan alat kontrasepsi
Tidak pernah menggunakan alat kontrasepsi
f) Jenis alat kontrasepsi (di isi bila sekarang menjadi peserta KB)
Berkala
Pil
√ Suntik
MOW
AKDR
Kondom
MOP
g) Strategi Koping, yang dipakai keluarga bila ada masalah/krisis
Konfrontasi; menyangkal dan marah
Mencari dukungan sosial
√ Problem solving; mengatasi dengan diskusi keluarga
Control diri; bicara seperlunya, penyelesaian lama/perlu
waktu
Bikin jarak; komunikasi terputus
Menghindar; tidak merasa ada masalah
Bertanggung jawab; merasa ada masalah dan berusaha
mengatasinya
Bersikap positif; selalu menerima masalah dan
mengatasinya
h) Stres dan Koping Keluarga, yang dipilih keluarga sesuai point (Q)
√ Adaptif
Maladaptif

21
4.2 Analisis Data
Data Mayor: Keluarga inti dengan ibu akseptor KB suntik 3 bulan dengan
amemore sekunder.
Data Minor: Status ekonomi menengah keatas, keluarga tidak memiliki riwayat
penyakit, ketika terdapat masalah selalu menerima masalah dengan positif,
hubungan keluarga harmonis, keputusan ada di suami, ibu menggunakan KB
suntik 3 bulan, dan berada di lingkungan pedesaan yang teratur, serta keadaan
rumah permanen dan bersih.

4.3 Diagnosa Kebidanan Keluarga


Keluarga Tn.”N” dengan ibu akseptor KB suntik 3 bulan dengan amenore.
Prioritas diagnosa kebidanan keluarga berdasarkan kriteria:
Sifat masalah:

√ Aktual (terjadi gangguan/defisit kesehatan)


Resiko tinggi (sudah ada ancaman kesehatan)
Resiko (kemungkinan adanya ancaman kesehatan)
Kemungkinan masalah saat diubah:

√ Mudah
Sebagian saja
Tidak dapat
Kemungkinan masalah tersebut dapat dicegah:
Masalah dirasakan berat, perlu penanganan segera
Ada masalah tetapi tidak perlu penanganan segera

√ Keluarga tidak merasakan adanya masalah

Rasional diagnosa :

Data Mayor Data Minor


(Dari tugas perkembangan dan (Dari data lainnya)
pemeriksaan fisik)
Keluarga inti dengan ibu akseptor KB Keputusan keluarga ada di suami,
suntik 3 bulan dengan amemore sekunder strategi coping keluarga dengan

22
cara problem solving, ibu KB
suntik 3 bulan, stress dan koping
adaptif, tipe keluarga inti,

4.4 Perencanaan
Keluarga Tn “N” dengan ibu akseptor KB suntik 3 bulan dengan amenore.

No Perencanaan Sasaran Waktu Indikator


keberhasilan
1. Memberikan KIE tentang Ibu “I” Selasa, 17 Ibu “I”mengerti
KB suntik dan efek Mei 2022 dan memahami
samping dari penggunaan penjelasan yang
KB suntik telah diberikan
2. Menjelaskan mengenai Ibu “I” Senin, 23 Mei Ibu “I” mengerti
gangguan haid bisa 2022 dan memahami
disebabkan dari proses penjelasan yang
laktasi. telah diberikan
3. Memberikan pendidikan Ibu “I” Ahad, 29 Mei Ibu “I” mengerti
kesehatan tentang 2022 dan memahami
perubahan fisik penjelasan yang
penggunaan KB suntik. telah diberikan
4. Memberi KIE terkait Ibu “I” Kamis, 02 Ibu “I” mengerti
PHBS meliputi pola Juni 2022 dan memahami
hidup sehat seperti selalu penjelasan yang
menjaga kebersihan, telah diberikan
melakukan olahraga dan
aktifitas fisik ringan
secara teratur.

23
4.5 Pelaksanaan
No Tanggal Penatalaksaan TTD
Pelaksana
1 Selasa, 17 S: Klien mengatakan menggunakan KB suntik
Mei 2022
sejak banyinya berusia 40 hari sampai saat ini
09.00
WIB sudah berusia 6 bulan, klien mengatakan
haidnya tidak teratur dan masih menyusui
bayinya.
O: Keadaan baik, sesadaran composmentis,
Pemeriksaan TTV:
- TD: 100/70 mmHg
- Nadi: 80 kali/menit
- Suhu: 36.80C
- Pernapasan: 20 kali/menit
ASI +/+
A: Ny. I usia 30 tahun akseptor KB suntik 3
bulan dengan amenore sekunder.
P:
1. Menjalin komunikasi interpersonal dengan
klien
e/ Klien mengetahui maksud dan tujuan dari
pengkajian yang akan dilakukan dan
bersedia untuk diberikan asuhan
2. Melakukan pemeriksaan dan menjelaskan
hasil dari pemeriksaan klien
e/ Klien mengerti kondisinya saat ini
3. Menjelaskan kepada klien mengenai
keadaan yang dialaminya masih termasuk
dalam keadaan yang normal dan merupakan
salah satu efek samping dari penggunaan KB
hormonal.

24
e/ Klien mengerti dengan penjelasan yang
diberikan.
4. Menjelaskan pada ibu bahwa dengan
pemberian ASI juga menjadi salah satu
penyebab Ibu tidak haid karena hormon
prolaktin menekan hormon estrogen yang
dalam tubuh sehingga menghambat
terjadinya menstruasi pada ibu yang
menyusui.
e/ klien memahami penjelasan yang
diberikan
1. Memberi KIE terkait PHBS meliputi pola
hidup sehat seperti selalu menjaga
kebersihan, melakukan olahraga dan
aktifitas fisik ringan secara teratur. Serta
KIE tentang pola makan berupa pemenuhan
gizi seimbang, Yang divisualisasikan
dalam “Isi Piringku”, yaitu antara lain:
a. Porsi makanan pokok adalah 1/3 dari
total porsi makanan di piring.
b. Porsi sayuran sebanding dengan porsi
makanan pokok (1:1) atau 1/3 dari total
porsi makanan di piring.
c. Porsi lauk pauk + buah-buahan 1/3 dari
total porsi makanan di piring.
d. Batasi konsumsi makanan yang
mengandung tinggi gula, garam dan
minyak
e/ Pasien mengerti dengan penjelasan yang
diberikan dan bersedia menerapkannya di
rumah.

25
5. Menyepakati jadwal pertemuan selanjutnya
pada hari Senin, 23 Mei 2022 dirumah klien.
e/ klien menyetujui pertemuan selanjutnya
2 Senin, 23 S: Klien mengatakan tidak ada keluhan pada
Mei 2022
pertemuan ini, ASI lancar.
09.10
WIB O: Keadaan baik, sesadaran composmentis,
Pemeriksaan TTV:
- TD: 100/70 mmHg
- Nadi: 80 kali/menit
- Suhu: 36.80C
- Pernapasan: 20 kali/menit
ASI +/+
A: Ny. I usia 30 tahun akseptor KB suntik 3
bulan dengan amenore sekunder.
P:
1. Mengevaluasi tentang apa yang sudah
disampaikan pada pertemuan sebelumnya.
e/ klien mampu mengulangi apa yang
sudah dijelaskan sebelumnya.
2. Memberikan KIE kepada klien mengenai
cara kerja KB suntik 3 bulan, yaitu
menghalangi ovulasi, mengubah lender
serviks menjadi kental, menghambat
sperma masuk kerahim, mencegah
pertemuan sel telur dan sperma, mengubah
kecepatan transportasi sel telur.
e/ klien memahami penjelasan yang
diberikan
3. Menjelaskan pada klien efek samping KB
hormonal terutama KB suntik bukan hanya

26
mengubah pola haid namun juga
memberikan efek samping pada
peningkatan BB sehingga untuk
mengatasinya dengan mengatur pola
makan yang seimbang dan melakukan
olahraga.
4. Menyepakati jadwal pertemuan selanjutnya
pada hari Rabu, 25 Mei 2022 pukul 09.00
dirumah klien
e/ klien menyetujui pertemuan selanjutnya
3 Ahad, 29 S: klien mengeluhkan keputihan beberapa hari
Mei 2022
ini namun tidak gatal dan tidak berbau dan
09.00
WIB telah konsultasi ke dokter praktik dan
diberikan obat antibiotik
O: Keadaan baik, sesadaran composmentis,
Pemeriksaan TTV:
- TD: 110/70 mmHg
- Nadi: 80 kali/menit
- Suhu: 36.80C
- Pernapasan: 20 kali/menit
A: Ny. I usia 30 tahun akseptor KB suntik 3
bulan dengan amenore sekunder.
P :
1. Mengevaluasi tentang apa yang sudah
disampaikan pada pertemuan sebelumnya
e/ klien mampu mengulangi apa yang sudah
dijelaskan sebelumnya
2. Menyampaikan kepada klien bahwa
keputihan yang dialami masih dalam
keadaan normal. Keputihan meupakan

27
kondisi normal atau fisiologi dimana akan
muncul saat menjelang menstruasi atau
sesudah menstruasi. Munculnya keputihan
sangat dipengaruhi oleh sistem hormonal
terutama bagi ibu yang menggunakan KB
hormanal tidak luput dari kondisi tersebut.
e/ klien mengerti dengan penjelasan yang
dijelaskan
3. Menyepakati jadwal pertemuan selanjutnya
pada hari Kamis, 02 Juni 2022.
e/ klien menyetujui pertemuan selanjutnya
4 Kamis, 02 S: Klien masih mengeluhkan keputihan dan
Juni 2022
masih mengkonsumsi obat yang diberikan
10.30
WIB oleh dokter.
O: Keadaan baik, sesadaran composmentis,
Pemeriksaan TTV:
- TD: 110/70 mmHg
- Nadi: 80 kali/menit
- Suhu: 36.80C
- Pernapasan: 20 kali/menit
A: Ny. I usia 30 tahun akseptor KB suntik 3
bulan dengan amenore sekunder
P :
1. Mengevaluasi kembali keadaan klien
mengenai keluhan keputihannya
e/ klien mengatakan masih keputihan
namun sudah berkurang setelah konsultasi
ke dokter dan rutin meminum obat yang
diberikan.
3. menyampaikan kepada ibu untuk tetap

28
menjaga kebersihan tubuh terutama pada
area genetalia, memakai pakaian dalam
yang nyaman dan tidak ketat serta bahan
yang mampu menyerap keringat, cara
membasuh vagina dengan satu arah yaitu
dari depan ke belakang, tidak
menggunakan basun atau lotion pada
daerah enetalia dan yang paling utama tetap
menerapkan pola hidup sehat.
e/ klien mengerti dengan penjelasan yang
diberikan dan bersedia malaksanakan saran
yang diberikan.

29
BAB IV
PEMBAHASAN

Pada pengkajian data subjektif Tn. “N” didapatkan keluarga Tn ”N”


termasuk kedalam kelurga inti dan harmonis. Tahap perkembangan keluarga Tn
”N” termasuk kedalam keluarga dengan Balita, memiliki anak pertama berusia 4
tahun dan anak ke-2 berusia 6 bulan. Struktur peran masing-masing anggota
keluarga sudah sesuai, pola komunikasi dyang diterapkan alam keluarga ialah
terbuka satu sama lain dan untuk pengambilan keputusan ialah suami. Tn ”N” dan
Ny”I” merupakan pasangan usia subur dan menggunakan alat kontrasepsi hormonal
suntik 3 bulan.
Pengkajian data subjektif menemukan bahwa Ny. I berumur 30 tahun
akseptor KB suntik 3 bulan. Sesuai dengan BKKBN, 2002 kontrasepsi suntik
adalah metode kontrasepsi yang menjarakkan kehamilan, diberikan secara
intramuscular setiap tiga bulan. Suntik KB 3 bulan merupakan metode yang dalam
penggunaannya mempunyai efektifitas atau tingkat kelangsungan pemakai relatif
lebih tinggi serta angka kegagalan relatif lebih rendah bila dibandingkan dengan
alat kontrasepsi sederhana (Siti dan Mega, 2013: 93). Sehingga dari fakta yang
diperoleh dan teori yang telah dikemukakan, maka dapat disimpulkan bahwa tidak
terdapat kesenjangan Antara keduanya, yakni suntik KB 3 bulan menjadi alternative
pilihan yang penggunaannya lebih banyak diminati dibandingkan dengan alat
kontrasepsi lainnya.
Sementara itu Pada pengkajian data subjektif lainnya diperoleh bahwa Ny
I” tidak menstruasi setelah menggunakan KB suntik dan saat ini masih memberikan
ASI pada bayinya. Hal ini sesuai dengan teori yang diungkapkan oleh (Manuaba,
2016), amenore sekunder adalah berhenti haid setelah menarche atau pernah
mengalami haid tetapi berhenti berturut-turut selama 3 bulan. Terjadinya amenorea
pada Ny “R” disebabkan oleh karena efek samping dari KB suntik 3 bulan. Menurut
(Marmi, 2018), gangguan haid (ini yang paling sering terjadi), Amenorhea,
spotting, dan metrorhagia. Pola haid yang normal dapat menjadi amenorea,
perdarahan ireguler, perubahan dalam frekuensi yang lama. Sehingga dari tinjauan

30
teori dan fakta yang diperoleh menunjukkan bahwa terdapat kesinambungan Antara
keduanya, yakni amenorea sekunder yang dialami oleh Ny.”I” merupakan efek
samping dari pemakaian KB suntik 3 bulan.
Sehingga pada penatalaksanaan Ny. I dengan amnorea, diberikan konseling
tentang efek samping KB suntik 3 bulan. Hal ini sesuai dengan (Saifuddin, 2013),
penanganan amenorea adalah Tidak perlu dilakukan tindakan apapun, cukup
konseling saja, bila tidak hamil, pengobatan apapun tidak perlu, serta darah haid
tidak terkumpul dalam Rahim.

31
BAB V
PENUTUP

4.1 Kesimpulan
Asuhan kebidanan yang telah dilaksanakan pada keluarga oleh mahasiswi
pendidikan profesi bidan Poltekk es Kemenkes Surabaya yang merupakan
sarana untuk meningkatkan kualitas dan kuantitas derajat kesehatan
masyarakat khususnya dalam bidang kesehatan ibu dan anak. Dalam
pelaksanaannya berjalan lancar walaupun ada sedikit faktor yang menghambat
tetapi warga cukup antusias dan kooperatif.
Pelaksanaan asuhan kebidanan pada keluarga yaitu bagian dari
pelaksanaan program komunitas mahasiswi pendidikan profesi bidan
Poltekkes Kemenkes Surabaya yang dilakukan pada tanggal 16 Mei s.d 11 Juni
2022 di Desa Sukorejo Kecamatan Bungah Kabupaten Gresik.
4.2 Saran
Untuk mencapai derajat kesehatan masyarakat yang tinggi dibutuhkan
kerja sama yang baik antara petugas kesehatan wilayah puskesmas setempat,
tokoh masyarakat dan masyarakat. Petugas kesehatan sebaiknya lebih banyak
memberikan KIE (komunikasi infoemasi dan edukasi) pada masyarakat
sehingga masyarakat lebih aktif serta antusias salam kegiatan yang dilakukan
oleh puskesmas setempat.

32
DAFTAR PUSTAKA

Marni, & Raharjo, K. (2012). Asuhan Neonatus, Bayi, Balita dan Anak Prasekolah.
Yogyakarta: Pustaka Pelajar.

Mulyani, N., & Runawati, M. (November 2013). Keluarga Berencana dan Alat
Kontrasepsi. Yogyakarta: Nuha Medika.

Purwoastuti, & Walyani, S. (2016). Asuahan Kebidanan Nifas dan menyusui.


Yogyakarta: Pustaka Baru.

Saifuddin, A. (2013). Buku Panduan Praktis Pelayanan Kesehatan Maternal dan


Neonatal. Jakarta: PT Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo.

Suratum, d. (2013). Pelayanan Keluarga Berencana dan Pelayanan Kontrasepsi.


Jakarta: CV. Trans Info Media.

Rusmini, Purwandani, S. & dkk, &., 2017. Pelayanan dan Kesehatan Reproduksi.
Jakarta: CV. Trans Info Media.
Sulistyawati, A. (2013). Pelayanan Keluarga Berencana. Yogyakarta: Salemba
Medika
Manuaba, I.B.G dkk. 2012. Ilmu Kebidanan Penyakit Kandungan Dan KB. Jakarta
: EGC.
Manuaba. 2016. Ilmu Kebidanan, Penyakit Kandungan, dan KB. Jakarta : EGC
Maryunani, Anik.
Saifuddin, Abdul Bari. 2015. Buku Ilmu Kebidanan. Jakarta : Yayasan Bina Pustaka
Sarwono Prawirohardjo
Marmi (2015) Buku Ajar Pelayanan KB. Edited by S. Riyadi. Yogyakarta: Pustaka
Pelajar.

33

Anda mungkin juga menyukai