Anda di halaman 1dari 44

LAPORAN

PRAKTIK ASUHAN KEBIDANAN HOLISTIK PADA


PRAKONSEPSI DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS
KALIRUNGKUT SURABAYA

Disusun Oleh :

LELI RATNA KARIN WIJAYANTI


NIM. P27824621028

KEMENTERIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA BADAN


PENGEMBANGAN DAN PENDERDAYAAN SUMBER DAYA MANUSIA KESEHATAN

POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES SURABAYA


JURUSAN KEBIDANAN
PRODI PENDIDIKAN PROFESI BIDAN
TAHUN 2021
LEMBAR PENGESAHAN

Laporan asuhan kebidanan holistik pada prakonsepsi dengan sasaran Catin ini
dilaksanakan sebagai dokumen/laporan praktik blok 2 yang telah dilaksanakan di
Puskesmas Kalirungkut Surabaya periode praktik tanggal 8 November s/d 20
November 2021

Surabaya, 20 November 2021

Leli Ratna Karin W


NIM. P27824621028

Pembimbing Lahan Pembimbing Pendidikan 1 Pembimbing Pendidikan 2

Sri Ningsih, AMd. Keb Evi Pratami, SST., M.Keb Novita Eka K, SST., M.Keb
NIP. 19700929 199103 2 008 NIP. 19790524 200212 2 001 NIP. 19841130 200912 2 001

Mengetahui,
Kepala Puskesmas Kepala Program Studi

dr. Bernadetta Martini Evi Pratami, SST., M.Keb


NIP. 19610608 198802 2 001 NIP. 19790524 200212 2 001

ii
3

KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Allah SWT, karena limpahan taufiq dan


hidayah-Nya penulis dapat menyelesaikan Laporan Individu yang berjudul
“Praktik Asuhan Kebidanan Holistik Pada Prakonsepsi dengan Sasaran Catin
di Wilayah Kerja Puskesmas Kalirungkut Surabaya”. Laporan ini disusun
sebagai salah satu syarat menyelesaikan tugas blok 2 (catin) pada Pendidikan
Profesi Bidan Poltekkes Kemenkes Surabaya.
Dalam penyusunan Laporan, penulis banyak mendapat bimbingan,
petunjuk dan saran dari berbagai pihak. Untuk itu, pada kesempatan ini
penulis mengucapkan terima kasih kepada:
1. dr. Bernadetta Martini, selaku Kepala Puskesmas Kalirungkut.
2. Ibu Evi Pratami, SST, M.Keb, selaku Ketua Prodi Pendidikan Profesi
Bidan Poltekkes Kemenkes Surabaya, sekaligus pembimbing 1
pendidikan yang telah memberikan arahan, masukan, dan bimbingan
dalam menyusun laporan ini.
3. Ibu Novita Eka K, SST., M.Keb, selaku pembimbing pendidikan 2
yang telah memberi arahan, masukan dan bimbingan dalam menyusun
laporan ini.
4. Ibu Sri Ningsih., AMd. Keb selaku Bidan Koordinator sekaligus
Pembimbing Praktik Lapangan Puskesmas Kalirungkut.
5. Semua pihak yang telah membantu dalam pembuatan dan
penyusunan laporan ini.
Penulis menyadari dalam penyusunan laporan ini jauh dari
sempurna, oleh karena itu penulis mengharapkan kritik dan saran yang
bersifat membangun dari pembaca demi kesempurnaan laporan ini.
Semoga Allah SWT memberikan balasan pahala atas segala amal baik
yang telah diberikan. Semoga laporan ini dapat bermanfaat bagi
pembaca pada umumnya dan bagi penulis pada khususnya.

Surabaya, 20 November 2021

Penyusun
4

DAFTAR ISI

LEMBAR PENGESAHAN ........................................... Error! Bookmark not defined.


KATA PENGANTAR................................................................................................... 3
DAFTAR ISI.................................................................................................................. 4
BAB 1 PENDAHULUAN ............................................................................................. 5
1.1 Latar Belakang.................................................................................................... 5
1.2 Tujuan.................................................................................................................. 7
1.3 Lama Praktik ...................................................................................................... 7
BAB 2 TINJAUAN TEORI.......................................................................................... 8
2.1 Pengetahuan Kesehatan Reproduksi ................................................................ 8
2.2 Tinjauan Asuhan Kebidanan Pada Prakonsepsi ........................................... 24
BAB 3 TINJAUAN KASUS .......................................................................................30
BAB 4 PEMBAHASAN..............................................................................................37
BAB 5 PENUTUP ....................................................................................................... 40
5.1 Kesimpulan........................................................................................................ 40
5.2 Saran ..................................................................................................................40
Daftar Pustaka ............................................................................................................ 41
Lampiran .....................................................................................................................42
5

BAB 1

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Pendidikan profesi bidan merupakan pendidikan yang mempersiapkan
lulusan menguasai kompetensi yang dipersyaratkan sesuai sebagai seorang
bidan ahli professional, bekerja secara mandiri, mampu mengembangkan diri
dan beretika. Kemajuan ilmu pengetahuan, teknologi serta tuntutan masyarakat
yang semakin kritis terhadap pelayanan kebidanan yang diberikan oleh bidan,
memberikan konsekuensi kepada lulusan bidan untuk meningkatkan hard skill,
soft skill dan pengetahuannya serta bertindak sesuai kompetensi dan
kewenangannya. Kurikulum Program Studi Pendidikan Profesi Bidan yang
disusun dengan mengacu kada KKNI level 7, diharapkan dapat meningkatkan
kualitas lulusan, yang pada akhirnya dapat memenuhi standar kompetensi
dalam memberikan pelayanan kebidanan yang berkualitas.
Pembelajaran pada tahap profesi dilaksanakan dengan system blok.
Blok 2 dilaksanakan untuk mencapai capaian pembelajaran yang kompeten
dalam memberikan asuhan kebidanan secara holistic pada prakonsepsi dengan
sasaran catin. Model pembimbingan yang digunakan perseptorship-mentorship.
Dengan system ini diharapkan peserta didik mengintegrasikan seluruh
pengetahuan, keterampilan dan sikap, sehingga mampu melakukan peran
sebagai bidan dalam memberikan asuhan kebidanan sesuai dengan wewenang
dan tanggung jawabnya.
Menurut Yessi Harnani, dkk (2015) sehat adalah suatu kondisi dimana
segala sesuatu berjalan normal, sesuai fungsinya dan sebagaiana mestinya.
Secara sinonim sehat diartikan sebagai keadaan tidak sakit. Sedangkan menurut
WHO sehat adalah suatu keadaan sejahtera fisik, mental dan social yang
sempurna dan bukan sekedar tidak ada penyakit atau kelemahan.
Menurut Yessi Harnani, dkk (2015) kesehatan reproduksi berasal dari kata
“re” yang artinya kembali dan produksi yang artinya membuat atau
menghasilkan. Jadi istilah reproduksi mempunyai arti suatu proses kehidupan
manusia dalam menghasilkan keturunan demi kelestarian hidupnya. Sedangkan
yang disebut organ reproduksi adalah alat tubuh yang berfungsi untuk
reproduksi manusia. Menurut WHO (1992), kesehatan reproduksi adalah suatu
keadaan kesehatan yang sempurna baik fisik, mental, social, dan lingkungan,
bukan semata-mata terbebas dari penyakit atau kecacatan dalam segala aspek
yang berhubungan dengan system reproduksi, fungsi serta prosesnya.
Periode prakonsepsi sering juga disebut sebagai periode kritis I, yaitu
periode kritis pertama yang harus diperhatikan calon ayah/ibu jauh hari
sebelum memiliki anak. (Bambang sujiono, dkk2014)
Selama ini banyak orang yang kurang memahami pentingnya kondisi-
kondisi pada masa sebelum terjadinya proses konsepsi (pre-conseption phase),
sehingga para calon bapak dan calon ibu hanya berkonsentrasi pada persiapan
6

proses kehamilan dan persalinan saja. Hal ini dapat dimengerti karena
minimnya pengetahuan tentang kondisi-kondisi prakonsepsi disebabkan karena
kurangnya penyuluhan terhadap mereka.
Menurut hasil penelitian para ahli, baik ahli psikologi anak, ahli kedokteran
anak, ahli mikrobiologi yang menekuni tentang otak anak, maupun ahli gizi
anak, bahwa kondisi-kondisi prakonsepsi sangat berpengaruh pada
pembentukan potensi anak yang diwariskan dari orang tua, kakek-nenek, dan
anggoa keluarga terdekatnya. Dengan demikian kondisi prakonsepsi yang baik
akan membentuk potensi bawaan yang baik pula.
Adapun kondisi-kondisi pra konsepsi yang mempengaruhi pembentukan
potensi bawaan anak antara lain : kesehatan dan kebugaran calon bapak/ ibu,
kesiapan aspek fisik, psikis calon bapak, ibu, kesiapan aspek social dan
ekonomi calon bapak ibu, serta pemenuhan kebutuhan gizi calon bapak dan
ibu.. Pembentukan potensi yang kurang baik pada saat terjadi proses konsepsi
menyebabkan pertumbuhan dan perkembangan potensi bawaan menjadi tidak
optimal selama proses kehamilan sampai saat bayi dilahirkan hingga menjelang
usia 5 tahun (balita) (golden periode).
7

1.2 Tujuan
1.2.1 Tujuan Umum
Pelayanan kesehatan masa sebelum hamil bertujuan untuk
mempersiapkan pasangan agar sehat sehingga perempuan dapat
menjalankan proses kehamilan, persalinan yang sehat dan selamat serta
melahirkan bayi yang sehat.
1.2.2 Tujuan Khusus
1.Memberikan pelayanan kesehatan pada catin
2.Terlaksananya koordinasi dan kerjasama dalam pelaksanaan pelayanan
kesehatan masa prakonsepsi
3.Terlaksananya monitoring dan evaluasi pelayanan kesehatan masa
prakonsepsi

1.3 Lama Praktik


Praktik dilaksanakan di Wilayah Kerja Puskesmas Kalirungkut, Lama
praktik ini yaitu 8 November 2021 s/d 20 Desember 2021
8

BAB 2

TINJAUAN TEORI

2.1 Pengetahuan Kesehatan Reproduksi


2.1.1 Pengertian
Adalah keadaan sehat secara fisik, mental, dan sosial secara utuh , tidak
semata-mata bebas dari penyakit atau kecacatan yang berkaitan dengan
sistem, fungsi dan proses reproduksi.
2.1.2 Pentingnya Kesehatan Reproduksi
1) Catin dan PUS perlu mengetahui informasi kesehatan reproduksi untuk
menjalankan proses, fungsi, dan perilaku reproduksi yang sehat dan
aman.
2) Catin perempuan dan wanita usia subur (WUS) akan menjadi calon ibu
yang harus mempersiapkan kehamilannya agar dapat melahirkan anak
yang sehat dan berkualitas.
3) Laki-laki catin dan usia subur akan menjadi calon ayah yang harus
memiliki kesehatan yang baik dan berpartisipasi dalam perencanaan
keluarga, seperti menggunakan alat kontrasepsi serta mendukung
kehamilan dan persalinan yang aman.
4) Laki-laki dan perempuan mempunyai resiko masalah kesehatan
reproduksi terhadap penularan penyakit . perempuan lebih rentan
terhadap masalah kesehatan reproduksi yang terjadi pada saat
berhubungan seksual, hamil, nifas, keguguran, dan pemakaian alat
kontrasepsi, karena struktur alat reproduksinya lebih rentan secara
social maupun fisik terhadap penularan infeksi menular seksual
termasuk HIV.
5) Laki-laki dan perempuan mempunyai hak dan kewajiban yang sama
untuk menjaga kesehatan reproduksi.
2.1.3 Penerapan Kesetaraan Gender Dalam Pernikahan
1) Pernikahan yang ideal dapat terjadi ketika perempuan dan laki-laki
dapat saling menghormati dan menghargai satu sama lain misalnya :
a) Dalam mengambil keputusan dalam rumah tangga dilakukan secara
bersama dan tidak memaksakan ego masing-masing.
b) Suami-istri saling membantu dalam pekerjaan rumah tangga,
pengasuhan dan pendidikan anak.
c) Kehamilan merupakan tanggung jawab bersama laki-laki dan
perempuan.
d) Laki-laki mendukung terlaksananya ASI eksklusif

2) Pernikahan yang bahagia harus terbebas dari hal-hal sebagai berikut :


9

a) kekerasan secara fisik (memukul, menjambak, menampar, menyulut


dengan rokok, melukai, dll)
b) kekerasan secara psikis (selingkuh, menghina, komentar yang
merendahkan, membentak, mengancam, dll)
c) kekerasan seksual
d) penelantaran rumah tangga.
2.1.4 Hak dan Kesehatan Reproduksi
1) Hak reproduksi adalah hak asasi manusia yang dimiliki oleh setiap
laki-laki dan perempuan yang berkaitan dengan kehidupan
reproduksinya. Hak-hak ini menjamin setiap pasangan dan individu
untuk memutuskan secara bebas dan bertanggung jawab mengenai
jumlah, jarak, dan wakt u memiliki anak serta untuk memperoleh
informasi kesehatan reproduksi.
2) Informasi kesehatan reproduksi yang perlu disampaikan:
a) Kesehatan reproduksi, permasalahan, dan cara mengatasinya
b) Penyakit menular seksual, agar perempuan dan laki-laki
terlindungi dari infeksi menular seksual (IMS), HIV-AIDS dan
infeksi saluran reproduksi (ISR) serta memahami cara
penularannya, upaya pencegahan, dan pengobatan.
c) Pelayanan Keluarga Berencana (KB) yang aman, efektif.
terjangkau, dapat diterima, sesuai dengan pilihan, dan tanpa
paksaan serta mengetahui dan memahami efek samping dan
komplikasi dari masing-masing alat dan obat kontrasepsi.
d) Catin laki-laki dan perempuan berhak mendapatkan pelayanan
kesehatan reproduksi yang dibutuhkan. Catin perempuan berhak
mendapatkan pelayanan kesehatan reproduksi yang dibutuhkan
agar sehat dan selamat dalam menjalani kehamilan, persalinan,
nifas, serta memperoleh bayi yang sehat.
e) Hubungan suami istri harus didasari rasa cinta dan kasih sayang,
saling menghargai dan menghormati pasangan, serta dilakukan
dalam kondisi dan waktu yang diinginkan bersama tanpa unsur
pemaksaan, ancaman, dan kekerasan.
2.1.5 Perilaku Yang Sebaiknya Dihindari Dalam Aktivitas Seksual Untuk
Menjaga Kesehatan Reproduksi :
1) melakukan hubungan seksual pada saat menstruasi dan masa nifas
2) melakukan hubungan seksual melalui dubur dan mulut.
10

2.1.6 Cara Merawat Organ Reproduksi


LAKI-LAKI DAN PEREMPUAN LAKI-LAKI
PEREMPUAN
 Pakaian dalam  Bersihkan organ  Menjaga
diganti minimal 2 reproduksi dari kebersihan organ
kali sehari depan dan kelamin
 Menggunakan kebelakang dengan  Dianjurkan sunat
pakaian dalam menggunakan air untuk menjaga
yang menyerap bersih dan kebersihan kulup
keringat dan keringkan (bagian luar yang
cairan  Sebaiknya tidak menutupi kepala
 Bersihkan organ menggunakan penis)
kelamin sampai cairan pembilas  Jika ada keluhan
bersih dan kering. vagina karena pada organ
 Menggunakan dapat membunuh kelamin dan
celana yang tidak bakteri baik dalam daerah sekitar
ketat vagina dan kelamin segera
 Membersihkan memicu memeriksakan
organ kelamin tumbuhnya jamur. diri ke petugas
setelah BAK dan  Pilihlah pembalut kesehatan
BAB berkualitas yang
lembut dan
mempunyai daya
serap tinggi.
Jangan memakai
pembalut dalam
waktu lama. Saat
menstruasi ganti
pembalut sesering
mungkin
 Jika sering
keputihan, berbau,
berwarna dan
terasa gatal, serta
keluhan organ
reproduksi lainnya
segera
memeriksakan diri
ke petugas
kesehatan.
2.1.7 Pesan Utama
Catin dan PUS perlu mengetahui cara menjaga organ reproduk sehingga
dapat melakukan fungsi reproduksi secara bertanggung jawab.
11

2.1.8 Asupan Gizi Prakonsepsi


1. Asam Folat
2. Zat Besi
3. Vitamin C, E, B6
4. Zinc
5. Selenium
6. Kalsium
Tiga Bulan Menjelang Prakonsepsi
a) Vitamin dalam jumlah cukup
b) Pil suplemen antioksidan 400 mcg Asam Folat
c) Zinc diperlukan untuk proteksi sperma terhadap radikal bebas
d) Asam lemak esensial dapat berasal dari ikan segar

Dua Bulan Menjelang Prakonsepsi

a) Perbanyak Vitamin C 500 mg/hari dari buah – buahan atau suplemen


dengan konsultasi dokter
b) Beta karoten seperti pada wortel, jeruk, dan kiwi
Satu Bulan Menjelang Prakonsepsi
Perbanyak konsumsi Vitamin C 1000 mg/hari dari buah – buahan atau
suplemen dengan konsultasi dokter
Selama Kehamilan
a) Lebih banyak Asam Folat dan Zat Besi
b) Suplemen Zinc untuk menurunkan risiko prematuritas
12

2.1.9 Kehamilan Dan Perencanaan Kehamilan


a. Kehamilan
1) Kehamilan adalah adalah masa dimana seorang perempuan
memiliki janin yang sedang tumbuh di dalam tubuhnya. Setiap
kehamilan harus direncanakan, diinginkan dan dijaga
perkembangannya dengan baik.
2) Catin perlu mengetahui tanda-tanda kehamilan agar mempunyai
pemahaman dan kepedulian bila kelak hamil, mempersiapkan diri
untuk hamil dan bersalin secara sehat dan aman.
3) Perlu diperhatikan bila seseorang perempuan sedang hamil:
a) Ibu hamil tetap dapat melakukan aktivitas rutin dengan menjaga
kesehatan dan cukup istirahat.
b) Tidak boleh mengonsumsi obat-obatan diluar anjuran dokter.
c) Hindari merokok (baik aktif maupun pasif) dan mengonsumsi
alkohol.
d) Boleh melakukan hubungan seksual dan tetap memperhatikan
kondisi kesehatan ibu dan janin.
b. Perencanaan Kehamilan
1) Perencanaan kehamilan adalah pengaturan kapan usia ideal dan saat
yang tepat untuk hamil serta mengatur jarak kehamilan dan jumlah
anak
2) Perencanaan kehamilan bertujuan untuk mencegah:
a) Terlalu muda (< 20 tahun)
b) Terlalu tua (> 35 tahun)
c) Terlalu dekat jarak kehamilan (< 2 tahun)
d) Terlalu sering hamil (> 3 anak)
Bila terjadi kehamilan dengan 4 terlalu akan berdampak tidak baik
untuk kesehatan ibu dan anak. Kehamilan perlu direncanakan
karena tiap catin diharapkan memiliki kesehatan yang baik dan
terhindar dari penyakit.
13

c. Dampak Usia Kehamilan Muda Dan Kehamilan Usia Tua


KEHAMILAN PADA KEHAMILAN PADA USIA TUA
USIA MUDA (<20 (> 35 TAHUN)
TAHUN)
 Organ reprosuksi  Dapat meningkatkan resiko
belum berkembang hipertensi dalam kehamilan
sempurna  Diabetes
 Keracunan  Pre-eklampsi
kehamilan (pre  Bayi berat lahir rendah
eklamsi)  Cacat bawaan
 Keguguran  Lahir sebelum waktunya
 Perdarahan  Keguguran
 Resiko paggul
sempit sehingga
menyulitkan saat
bersalin
 Bayi lahir sebelum
waktunya
 Bayi berat lahir
rendah (BBLR)
 Cacat bawaan
 Masalah mental
social (ibu belum
siap menerima
kehamilan)
Cara mencegah kehamilan di usia muda, yaitu:
1) Mengupayakan pernikahan pada perempuan usia di atas 20 tahun
2) Tunda kehamilan pertama sampai usia perempuan di atas 20 tahun.
3) Konsultasikan dengan petugas kesehatan mengenai metode
kontrasepsi yang dapat digunakan untuk menunda kehamilan sesuai
dengan kondisi pasangan suami istri.
d. Metode Kontrasepsi Yang Dapat Digunakan Untuk Penundaan Dan
Penjarangan Kehamilan
1) Metode Kontrasepsi Jangka Panjang (MKJP)
a) Alat Kontrasepsi Dalam Rahim (AKDR)
b) Implan
14

2) Non-Metode Kontrasepsi Jangka Panjang (Non-MKJP)


a) Metode Amenore Laktasi (MAL)
b) Kondom
c) KB Suntik
d) KB Pil
e. Pesan utama
Setiap kehamilan harus direncanakan dan dipersiapkan dengan baik.
2.1.10 Kondisi Dan Penyakit Yang Perlu Diwaspadal Pada Catin
a. Kondisi Dibawah Ini Perlu Diwaspadai Pada Catin Yang Akan
Merencanakan Kehamilan
1) Anemia
2) Malnutrisi (obesitas KEK, dll)
3) Hipertensi dalam kehamilan
4) Kesehatan mulut (caries, penyakit periodontal,dll)
b. Penyakit-Penyakit Yang Perlu Diwaspadai Pada Catin
1) HIV/AIDS
2) Infeksi Menular Seksual (IMS)
3) Hepatitis B
4) Diabetes Melitus
5) TORCH
6) Malaria
7) Penyakit genetik (talasemia dan hemofilia)
8) Depresi/ansietas
Selain kondisi-kondisi diatas, bagi PUS perlu juga mewaspadai
penyakit kanker payudara dan kanker leher rahim. Untuk
mendeteksi kanker payudara dapat dilakukan pemeriksaan
SADANIS dan mammografi, sedangkan untuk mendeteksi kanker
leher rahim dapat dilakukan pemeriksaan IVA test atau papsmear.
c. Pesan utama
15

Catin dan PUS perlu mengetahui penyakit yang perlu diwaspadai dan
menerapkan perilaku hidup bersih dan sehat (PHBS) untuk mencegah
penyakit-penyakit yang perlu diwaspadai
2.1.11 Kesehatan jiwa
a. Pengertian
Kesehatan jiwa adalah kondisi dimana seorang individu dapat
berkembang secara fisik, mental, spiritual dan sosial sehingga individu
tersebut menyadari kemampuan sendiri, dapat menghadapi tekanan
dapat bekerja secara produktif, dan mampu memberikan kontribusi
untuk komunitasnya.
b. Ciri-Ciri Sehat Jiwa
1) Perasaan sehat dan bahagia
2) Menyadari kemampuan diri
3) Merasa nyaman terhadap diri sendiri
4) Dapat menerima orang lain apa adanya
5) Merasa nyaman berinteraksi dengan orang lain
6) Mampu memenuhi kebutuhan hidup
7) Mampu menghadapi tantangan hidup
8) Mempunyai sikap positif terhadap diri sendiri dan orang lain
c. Pesan Utama
Catin dan PUS perlu memiliki kesehatan jiwa yang baik untuk
mewujudkan keluarga yang sehat dan berkualitas.
16

2.1.12 Pengetahuan Tentang Fertilitas/Kesuburan (Masa Subur)


a Cara Menghitung Masa Subur
Kehamilan terjadi ketika sel sperma dari laki-laki masuk ke dalam
rahim perempuan dan membuahi sel telur, kehamilan terjadi jika
dilakukan pada masa subur. Masa subur dapat diketahui dengan cara
menghitung ovulasi/masa subur pada wanita, Puncak masa subur
biasanya terjadi pada 13 hari setelah haid hari pertama, sedangkan
masa subur biasanya akan terjadi kurang lebih 3 hari sebelum dan
sesudah menuju puncak masa subur tersebut.
b. Tanda-Tanda Masa Subur
1) Perubahan lendir serviks
Jika dalam masa subur cairan ini bertekstur lengket dan kental.
Perubahan terjadi menjelang masa subur, yaitu dengan meningkatnya
jumlah cairan dan perubahan tekstur menjadi bewarna bening dan
bertekstur lebih cair.
2) Dorongan seksual meningkat hormon kewanitaan akan meningkat
dalam masa subur sehingga berpengaruh terhadap hasrat seksual.
3) Temperatur tubuh meningkat dan payudara lebih lunak
Meningkatnya hormon progesterone ketika masa subur akan memicu
kenaikan suhu tubuh, namun kenaikan suhu tubuh tersebut hanya
sedikit ( 0,5°C), maka cukup sulit mengamati kenaikan masa subur
hanya dengan memperhatikan kenaikan suhu tubuh pada wanita Oleh
karena itu cara ini jarang digunakan sebagai acuan. Akibat lain dari
meningkatnya produksi hormon yang tinggi menyebabkan payudara
menjadi lebih lunak.
c. Infertilitas
Infertilitas adalah kegagalan pasangan suami isteri untuk mengalami
kehamilan setelah melakukan hubungan seksual, tanpa kontrasepsi,
selama satu tahun. Faktor yang mempengaruhi infertilitas adalah:
 Umur
 Lama infertilitas
 Emosi
 Lingkungan Hubungan seksual
 Kondisi sosial dan ekonomi
 Kondisi reproduksi wanita, meliputi cervix, uterus, dan sel telur
 Kondisi reproduksi pria, yaitu kualitas sperma dan seksualitas
 Penyebab lain.
17

Selain faktor diatas, infertilitas juga dapat dipengaruhi oleh infeksi


bakteri dan virus yang dapat ditularkan melalui makanan atau hewan
peliharaan, seperti:
 Salmonella
 Campylobacter (menyebabkan diare)
 Listeria (dapat menyebabkan keguguran pada wanita hamil)
 Toxoplasmosis
Untuk mencegah terinfeksi bakteri dan virus tersebut, tenaga
kesehatan juga harus menginformasikan mengenai cara memasak
makanan yang baik :
 Makanan yang berpotensi terkontaminasi harus didinginkan dan
dikonsumsi sesegera mungkin
 Telur dan daging harus dimasak matang
 Susu harus dipasteurisasi
Pada pria, pajanan dengan bahan kimia/zat di tempat kerja, seperti
radiasi, zat kimia, NAPZA, dan pajanan panas, dapat berpengaruh
pada:
 Jumlah sperma berkurang, jika tidak ada sperma yang diproduksi
menyebabkan infertilitas.
 Bentuk sperma yang tidak normal, sehingga kemampuan sperma
untuk membuahi ovum berkurang.
 Performa seksual berkurang
 Kromosom pada sperma berubah atau rusak dan berdampak pada
kemampuan sperma untuk membuahi atau berpengaruh pada
perkembangan janin
Untuk melindungi diri dari pajanan bahan kimia, dapat dilakukan
langkah berikut:
 Simpan bahan kimia di tempat yang aman setelah di gunakan.
 Cuci tangan setelah bekerja, sebelum makan, dan sesudah BAB/
BAK
 Hindari kontak secara langsung dengan bahan kimia.
 Untuk mencegah kontaminasi di rumah, ganti pakaian kerja dan
cuci secara terpisah.
 Ikuti prosedur kesehatan dan keselamatan kerja.
18

d. Pesan utama
Kenali masa subur anda dan pasangan sebagai bagian dari
perencanaan kehamilan. Bila anda mengalami masalah fertilitas
segera konsultasikan dengan dokter atau bidan.

2.1.13 Kekerasan Dalam Rumah Tangga


a. Pengertian
Kekerasan dalam rumah tangga (KDRT) adalah setiap perbuatan
terhadap seseorang terutama perempuan, yang berakibat timbulnya
kesengsaraan atau penderitaan secara fisik, seksual, psikologis,
dan/atau penelantaran rumah tangga termasuk ancaman untuk
melakukan perbuatan, pemaksaan, atau perampasan kemerdekaan
secara melawan hukum dalam lingkup rumah tangga.
Kekerasan terhadap perempuan dan anak (KIP/A) adalah segala
bentuk tindak kekerasan berbasis gender yang berakibat, atau
mungkin berakibat, menyakiti secara fisik, seksual, mental atau
penderitaan terhadap perempuan dan anak, termasuk ancaman dari
tindakan tersebut, pemaksaan atau perampasan semena-mena
kebebasan, baik yang terjadi di lingkungan masyarakat maupun dalam
kehidupan pribadi.
b. Jenis-Jenis Kekerasan
 Kekerasan Fisik: pemukulan dengan tangan kosong atau alat,
melukai dengan senjata tajam atau senjata api.
 Kekerasan Psikologis (Emosional): Penghinaan, perselingkuhan,
memaki-maki
 Kekerasan Ekonomi (Penelantaran). Kekerasan Seksual (mulai
dari pelecehan seksual hingga perkosaan)
 Perdagangan orang.
c. Pesan Utama
Setap pernikahan harus terbebas dari tindak kekerasan, baik kekerasan
fisik, psikis, dan seksual. Hubungan suami istri harus didasari
penghargaan terhadap pasangan masing-masing dan dilakukan dalam
kondisi yang diinginkan bersama tanpa unsur pemaksaan, ancaman,
dan kekerasan.
19

2.1.14 Pemeriksaan Kesehatan Reproduksi Bagi Catin dan PUS


a. Pengertian
Pemeriksaan kesehatan reproduksi bagi catin dan PUS adalah
pemeriksaan kesehatan yang ditujukan bagi pasangan catin dan PUS
untuk mengetahui status kesehatan masing-masing pasangan.
b. Jenis pemeriksaan
Menurut Kemenkes RI (2017) kegiatan pelayanan kesehatan
masa sebelum hamil atau persiapan pranikah sebagaimana yang
dimaksud meliputi:
1. Persiapan Fisik
a) Pemeriksaan status kesehatan :
- Tanda – tanda vital (suhu, nadi, frekuensi nafas, tekanan darah)
b) Pemeriksaan Darah rutin:
Pengecekan darah diperlukan khususnya untuk memastikan calon ibu
tidak mengalami talasemia, infeksi pada darah dan sebagainya. Dalam
pengalaman medis, kadangkala ditemukan gejala anti phospholipid
syndrome (APS), yaitu suatu kelainan pada darah yang bisa
mengakibatkan sulitnya menjaga kehamilan atau menyebabkan
keguguran berulang. Jika ada kasus seperti itu, biasanya para dokter
akan melakukan tindakan tertentu sebagai langkah, sehingga pada saat
pasangan perempuan hamil dia dapat mempertahankan bayinya
(Rosyati, 2017).

- Hb (Hemoglobin)
Hemoglobin adalah molekul protein pada sel darah merah
yang berfungsi sebagai media transportasi oksigen dari paru –
paru ke seluruh jaringan tubuh dan membawa karbondioksida dari
jaringan tubuh ke paru – paru. Kandungan zat besi yang terdapat
dalam hemoglobin membuat darah berwarna merah. Dalam
menentukan normal atau tidaknya kadar hemoglobin seseorang,
harus memperhatikan faktor umur, walaupun hal ini berbeda –
beda di tiap laboratorium klinik, yaitu: Bayi baru lahir : 17 – 22
gram/dl, Umur 1 minggu : 15 – 20 gram/dl, Umur 1 bulan : 11 –
15 gram/dl, Anak anak : 11 – 13 gram/dl, Lelaki dewasa : 14 – 18
gram/dl, Perempuan dewasa : 12 – 16 gram/dl, Lelaki tua : 12.4 –
14, gram/dl, Perempuan tua : 11.7 – 13.8 gram/dl. Kadar
hemoglobin dalam darah yang rendah dikenal dengan istilah
anemia. Ada banyak penyebab anemia diantaranya yang paling
sering adalah perdarahan, kurang gizi, gangguan sum – sum
tulang, pengobatan kemoterapi dan penyakit sistemik (kanker,
lupus, dan lain – lain). Sedangkan kadar hemoglobin yang tinggi
dapat dijumpai pada orang yang tinggal di daerah dataran tinggi
20

dan perokok. Beberapa penyakit seperti radang paru – paru, tumor,


preeklampsi, hemokonsentrasi, dan lain – lain (Rosyati, 2017).
- Trombosit
Trombosit atau keping darah berperan penting dalam proses
pembekuan darah. Trombosit kerap digunakan dalam metode
skrining (deteksi dini) dan mendiagnosis berbagai penyakit yang
disebabkan oleh gangguan pada penggumpalan darah atau
hemofilia.
Hemofilia yang bergejala biasanya terjadi pada laki – laki. Anak
perempuan lebih sering menjadi pembawa (carrier) gen abnormal
yang berpotensi untuk diwariskan kepada keturunannya. Ibu hamil
yang mengidap hemofilia mungkin akan mengalami perdarahan
lebih lama setelah cedera.
- Leukosit
Leukosit atau sel darah putih berperan penting dalam membantu
tubuh melawan infeksi atau penyakit lainnya. Jumlah leukosit
tinggi bisa disebabkan oleh adanya infeksi, tetapi bisa juga
menandakan adanya penyakit tertentu yang perlu diwaspadai,
seperti kelainan darah atau kanker
c) Pemeriksaan Darah yang dianjurkan :
- Golongan Darah dan Rhesus
Rhesus berfungsi sama dengan sidik jari yaitu sebagai
penentu. Setelah mengetahui golongan darah seseorang seperti A,
B, AB, atau O rhesusnya juga ditentukan untuk mempermudah
identifikasi (+ atau -). Rhesus adalah sebuah penggolongan atas
ada atau tiadanya substansi antigen – D pada darah. Rhesus positif
berarti ditemukan antigen – D dalam darah dan rhesus negatif
berarti tidak ada antigen – D.
Umumnya, masyarakat Asia memiliki rhesus positif,
sedangkan masyarakat Eropa ber – rhesus negatif. Terkadang,
suami istri tidak tahu rhesus darah pasangannya, padahal
perbedaan rhesus bisa memengaruhi kualitas keturunan. Jika
seorang perempuan rhesus negatif menikah dengan laki – laki
rhesus positif, janin bayi pertama mereka memiliki kemungkinan
ber – rhesus negatif atau positif. Jika janin bayi memiliki rhesus
negatif, tidak bermasalah. Tetapi, bila ber – rhesus positif,
masalah mungkin timbul pada kehamilan berikutnya. Bila ternyata
pada kehamilan kedua, janin yang dikandung berrhesus positif, hal
ini bisa membahayakan. Antibodi anti – rhesus ibu dapat
memasuki sel darah merah janin dan mengakibatkan kematian
janin (Rosyati, 2017).
- Gula Darah Sewaktu (GDS)
Pemeriksaan ini bermanfaat untuk mengatahui adanya
penyakit kencing manis (Diabetes Melitus) dan juga penyakit
penyakit metabolik tertentu. Ibu hamil yang menderita diabetes
21

tidak terkontrol dapat mengalami beberapa masalah seperti: janin


yang tidak sempurna/cacat, hipertensi, hydramnions
(meningkatnya cairan ketuban), meningkatkan resiko kelahiran
prematur, serta macrosomia (bayi menerima kadar glukosa yang
tinggi dari ibu saat kehamilan sehingga janin tumbuh sangat besar)
(Rosyati, 2017).
- Thalasemia
Kelainan ini membuat penderitanya mengalami anemia atau
kurang darah. Khusus untuk Ayah dan Ibu, dengan carrier
thalassemia akan melahirkan bayi thalassemia, Sementara
pemeriksaan carrier thalassemia dilakukan guna mencari
kemungkinan pembawa sifat penyakit ini atau tidak. Sebab
pasangan yang memiliki bakal pembawa thalassemia akan
melahirkan anak-anak dengan penyakit serupa. Sangat penting
untuk melakukan skrining thalassemia sebelum menikah untuk
mendeteksi pembawa hemoglobinopati.
- Hepatitis B dan C
Pemeriksaan ini bertujuan untuk mengetahui ada tidaknya
infeksi virus hepatitis B, diagnosis hepatitis B, screening
pravaksinasi dan memantau clearence virus. Selain itu
pemeriksaan ini juga bermanfaat jika ditemukan salah satu
pasangan menderita hepatitis B maka dapat diambil langkah
antisipasi dan pengobatan secepatnya (Rosyati, 2017).
- TORCH (TOksoplasmosis, Rubella, Citomegalovirus dan Herpes
simpleks)
Kasus yang paling banyak terjadi pada calon ibu khususnya
di Indonesia dari hasil analisa data medis adalah terjangkitnya
virus toksoplasma. Virus ini biasanya disebabkan seringnya
mengkonsumsi daging yang kurang matang atau tersebar melalui
kotoran atau bulu binatang peliharaan. Oleh karena itu diperlukan
pemeriksaan toksoplasma, rubella, virus cytomegalo, dan herpes
yaitu yang biasa disingkat dengan istilah pemeriksaan TORCH.
Kelompok penyakit ini sering kali menyebabkan masalah pada ibu
hamil (sering keguguran), bahkan infertilitas (ketidaksuburan),
atau cacat bawaan pada anak (Rosyati, 2017).
d) Pemeriksaan Urin:
- Urin Rutin
Pemeriksaan ini bermanfaat untuk mendiagnosis dan
memantau kelainan ginjal atau saluran kemih selain itu bisa untuk
mengetahui adanya penyakit metabolik atau sistemik. Penyakit
infeksi saluran kemih saat kehamilan beresiko baik bagi ibu dan
bayi berupa kelahiran prematur, berat janin yang rendah dan
resiko kematian saat persalinan (Rosyati, 2017).
22

e) Persiapan Gizi
Peningkatan status gizi calon pengantin terutama perempuan melalui
penanggulangan KEK (Kekurangan Energi Kronis) dan anemia gizi besi
serta defisiensi asam folat.
Status gizi calon pengantin perempuan perlu diketahui dalam rangka
persiapan kehamilan. Status gizi dapat ditentukan dengan pengukuran
Indeks Massa Tubuh (IMT). Untuk calon pengantin perempuan ditambah
dengan pengukuran Lingkar Lengan Atas (LiLA) (Kemenkes RI, 2018).
Sebelum memasuki jenjang pernikahan, catin perlu melakukan
persiapan gizi antara lain :
a. Setiap pasangan catin dianjurkan mengonsumsi makanan bergizi
seimbang.
b. Setiap catin perempuan dianjurkan mengonsumsi tablet tambah darah
(TTD) yang mengandung zat besi dan asam folat seminggu sekali.
c. Bagi catin perempuan yang mengalami KEK dan Anemia maka perlu
ditentukan penyebabnya dan ditatalaksana sesuai dengan penyebab
tersebut.
d. Untuk mendapat masukan gizi yang seimbang kedalam tubuh catin
perlu mngonsumsi lima kelompok pangan yang beraneka ragam
setiap hari atau setiap kali makan. Kelima kelompok pangan tersebut
adalah makanan pokok, lauk pauk, sayuran, buah-buahan dan
minuman. Proporsi setiap kali makan dapat digambarkan dalam ISI
PIRINGKU yaitu : sepertiga piring berisi makanan pokok, sepertiga
piring berisi sayuran, dan sepertiga piring berisik lauk-pauk dan
buah-buahan dalam proporsi yang sama.
e. Beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam menjaga agar tubuh
tetap sehat dengan membiasakan minum air putih 8 gelas per hari dan
batasi mengonsumsi garam, gula dan lemak/minyak.
f) Status Imunisasi TT
Pencegahan dan perlindungan diri yang aman terhadap penyakit
tetanus dilakukan dengan pemberian 5 dosis imunisasi TT untuk mencapai
kekebalan penuh.

Tujuan diberikan imunisasi tetanus toksoid antara lain:


1. Untuk melindungi bayi baru lahir tetanus neonaturum
23

2. Melindung ibu terhadap kemungkinan tetanus apabila terluka


3. Pencegahan penyakit pada ibu hamil dan bayi kebal terhadap kuman
tetanus
4. Untuk mengeliminasi penyakit tetanus pada bayi baru lahir.
Tetanus toxoid (T) akan merangsang pembentukan antibodi spesifik
yang mempunyai peranan penting dalam perlindungan terhadap tetanus.
Ibu hamil yang mendapatkan imunisasi TT dalam tubuhnya akan
membentuk antibodi tetanus. Seperti difteri, antibodi tetanus termasuk
dalam golongan imuno globulin G (Ig G) yang mudah melewati plasenta,
masuk dan menyebar melalui aliran darah janin ke seluruh tubuh janin,
yang akan mencegah terjadinya tetanus neonatorum (Saifuddin, 2012).
Jarak waktu yang panjang antara pemberian imunisasi TT dengan
saat kelahiran bayi dapat mempertinggi respon imunologik dan diperoleh
cukup waktu agar antibodi di dalam tubuh ibu berpindah ke tubuh bayi
(Saifuddin, 2012). Dengan mengetahui status imunisasi TT bagi wanita
usia subur diharapkan dapat membantu program imunisasi dalam
penurunan kasus penyakit tetanus khususnya bagi bayi yang baru lahir.
g) Pemeriksaan VDLR (Venereal Disease Research Laboratory)
Pemeriksaan ini merupakan jenis pemeriksaan yang bertujuan untuk
mendeteksi kemungkinan ada atau tidaknya infeksi penyakit herpes,
klamidia, gonorea, hepatitis dan sifilis pada pasangan, sehingga bisa
dengan segera menentukan terapi yang lebih tepat jika dinyatakan
terjangkit penyakit tersebut. Selain itu pemeriksaan ini juga berguna untuk
mengetahui ada atau tidaknya penyakit yang bisa mempengaruhi kesehatan
ibu hamil maupun janinnya (Rosyati, 2017).
h) Pemeriksaan Infeksi Saluran Reproduksi atau Infeksi Menular Seksual
(ISR/IMS)
Pemeriksaan ini ditujukan untuk menghindari adanya penularan
penyakit yang ditimbulkan akibat hubungan seksual, seperti sifilis
(penyakit raja singa), gonore (gonorrhea, kencing nanah), Human
Immunodeficiency Virus (HIV, penyebab AIDS) (Rosyati, 2017).

c. Pesan utama
Catin dan PUS berhak mendapatkan pemeriksaan kesehatan untuk
menentukan status kesehatan agar dapat merencanakan dan
mempersiapkan kehamilan yang sehat dan aman.
24

2.2 Tinjauan Asuhan Kebidanan Pada Prakonsepsi


2.2.1 Pengkajian
1. Data Subyektif
a. Biodata
1) Nama: untuk membedakan pasien satu dengan yang lain
2) Umur: untuk memastikan usia dan sebagai identitas
3) Suku/bangsa: untuk mengetahui adat istiadat sehingga mempermudah
dalam melaksanakan tindakan kebidanan
4) Agama: untuk memperoleh informasi tentang agama yang
dianutsehingga mempermudah kita untuk membimbing atau
mengarahkan pasien dalam berdoa.
5) Pendidikan: untuk memudahkan bidan memperoleh keterangan atau
dalam memberikan informasi mengenai suatu hal dengan
menggunakan cara yang sesuai dengan pendidikan klien.
6) Alamat: ditanyakan untuk mempermudah kunjungan rumah bila
diperlukan
b. Keluhan Utama
Keluhan atau sesuatu yang dirasakan oleh pasien yang mendorong pasien
mencari layanan kesehatan (Kemenkes RI, 2017:63).
c. Riwayat Menstruasi
Untuk mengetahui menarche, teratur, lama haid, disminorhea, banyaknya
darah haid.
d. Riwayat penyakit sekarang
Penjelasan dari keluhan utama, mendeskripsikan perkembangan gejala
dari keluhan utama tersebut. Dimulai saat pertama kali pasien merasakan
keluhan. Obat-obatan yang pernah digunakan, apakah ada keinginan
menunda kehamilan, skrining TT.
e. Riwayat penyakit dahulu
Keterangan terperinci mengenai semua penyakit yang pernah dialami dan
sedapat mungkin diurutkan menurut urutan waktu. Riwayat alergi,
riwayat operasi, riwayat trauma fisik, riwayat penyakit golongan (khusus
laki-laki).
f. Riwayat penyakit keluarga
Berisi riwayat kesehatan anggota keluarga
g. Riwayat social ekonomi
Pendidikan terahir, riwayat pekerjaan, riwayat perilaku beresiko
h. Sexuality (aktivitas seksual)
Adanya perilaku seksual pranikah, atau perilaku seksual beresiko,
kemungkinan terjadi kehamilan, kemungkinan IMS/HIV, kemungkinan
kekerasan seksual
i. Riwayat Psikososial budaya dan spiritual
Kondisi psikologis individu yang perlu di kaji
saat premarital psychological screening antara lain: kepercayaan
diri kedua pihak sebelum membangun sebuah keluarga,
kemandirian masing-masing calon dalam memenuhi kebutuhan
25

hidup sahari-hari misal bekerja atau kendaraan dan tempat


tinggal pribadi, tidak lagi selalu bergantung pada orang tua,
kemampuan komunikasi antara kedua belah pihak yang dapat
membantu menyelesaikan persoalan dalam rumah tangga serta
penentuan pengambil keputusan dalam keluarga, efek masa lalu
yang belum terselesaikan harus dapat dikomunikasikan secara
terbuka antara kedua pihak. Selain itu hubungan antara kedua pihak
keluarga, seberapa jauh keluarga besar dapat menerima atas
pernikahan tersebut (Kemenkes, 2013).
Keadaan budaya dan spiritual kedua pihak, perkawainan antar
budaya atau ras akan menimbulkan masalah-masalah dan isu-isu
yang spesifik, misalnya tentang perbedaan dalam mengekspresikan
cinta dan keintiman, cara berkomunikasi, keyakinan beragama,
komitmen dan sikap yang mengarah pada perkawinan itu sendiri,
nilai-nilai kultural yang disampaikan oleh orangtua sejak kecil dan
pola pengasuhan anak (Imanda, 2016).
j. Deteksi dini masalah kejiwaan SRQ-20

Deteksi Dini Masalah Kesehatan Jiwa yaitu SRQ-20


Pertanyaan Y T
o Apakah anda sering menderita sakit kepala ?
o Apakah anda kehilangan nafsu makan ?
o Apakah tidur anda tidak lelap ?
o Apakah anda mudah jadi takut ?
o Apakah anda merasa cemas, tegang dan khwatir ?
o Apakah tangan anda gemetar ?
o Apakah anda mengalami gangguan pencernaan ?
o Apakah anda merasa sulit berpikir jernih ?
o Apakah anda tidak bahagia ?
o Apakah anda sering menangis ?
o Apakah anda merasa sulit untuk menikmati aktivitas sehari
– hari ?
o Apakah anda mengalami kesulitan untuk mengambil
keputusan ?
o Apakah aktivitas/tugas sehari – hari anda terbengkalai ?
o Apakah anda merasa tidak mampu berperan dalam
kehidupan ini ?
o Apakah anda kehilangan minat terhadap banyak hal ?
o Apakah anda merasa tidak berharga ?
o Apakah anda mempunyai pikiran untuk mengakhiri hidup
anda ?
26

o Apakah anda merasa lelah sepanjang waktu ?


o Apakah anda merasa tidak enak di perut ?
o Apakah anda mudah lelah ?

Interprestasi Hasil:
Hasil pemeriksaan SRQ-20 dari calon pengantin wanita dan pengantin pria
dari 20 pertanyaan apabila ada 5-7 jawaban “YA” berarti menunjukkan
adanya penyimpangan masalah kejiwaan.
2. Data Obyektif
a. Pemeriksaan Umum
1) Keadaan umum
Keadaan umumnya baik, kesadaran komposmentis (Romauli, 2011).
2) Tanda-tanda vital
1. Tekanan darah: untuk mengetahui tekanan darah, tekanan darah
normal, sistolik antara 110 sampai 140 mmHg dan diastolik antara
70 sampai 90 mmHg.
2. Nadi: untuk mengetahui nadi, nadi normal berkisar antara 60-
80x/menit.
3. Respirasi: untuk mengetahui pernafasan dalam 1 menit,
pernafasan harus berada dalam rentang yang normal, yaitu sekitar
20-30x/menit.
4. Suhu: untuk mengetahui suhu tubuh, dalam keadaan normal suhu
badan berkisar 36,5 – 37,5°C.
3) Pemeriksaan fisik
1. Mata: untuk mengetahui apakah conjungtiva, sklera, kelopak mata
(odema), visus, adakah kelainan atau tidak.
2. Hidung: untuk mengetahui fungsi penciuman, adanya pengeluaran
sekret dan ada/tidaknya kelainan pada hidung seperti polip,septum
deviasi, dll.
3. Telinga: untuk mengetahui adanya pengeluaran cairan, serumen
dan kebersihan telinga, apakah ada gangguan pendengaran atau
tidak.
4. Mulut: untuk mengetahui keadaan bibir sianosis, pucat,
kelembaban, karies gigi, pembengkakan gusi, bercak putih /
jamur., lidah bersih atau tidak, gigi karies/ tidak.
5. Leher: untuk mengetahui adakah pembesaran kelenjar limfe,
kelenjar tiroid, dan bendungan vena jugularis.
6. Dada: kelaianan bentuk dada, tulang belakang, sikatriks, bunyi
jantung, suara paru, benjolan payudara
7. Abdomen: untuk mengetahui adanya nyeri tekan abdominal,
bising usus, hepar/limpa, massa, bekas operasi
27

8. Genetalia: bila ada indikasi sesuai sasaran. Keputihan abnormal,


luka, lecet, bengkak pada pangkal paha, adanya
vegetasi/kondiloma/jengger ayam, gatal/rasa terbakar.
9. Anus: untuk mengetahui kebersihan anus, ada/tidak hemoroid,
luka.
10. Ekstremitas atas dan bawah: untuk mengetahui bentuk,ada
gangguan/kelainan atau tidak, oedema, dan keterbatasan gerak

b. Pemeriksaan Antropometri
1) Berat Badan (BB)
Berat badan (BB) adalah parameter antropometri yang sangat labil.
Dalam keadaan normal, dimana keadaan kesehatan baik dan
keseimbangan antara konsumsi dan kebutuhan zat gizi terjamin, BB
berkembang mengikuti pertambahan umur. Berat badan harus selalu
dimonitor agar memberikan informasi yang memungkinkan intervensi
gizi yang preventif sedini mungkin guna mengatasi penurunan atau
penambahan berat badan yang tidak dikehendaki. (Marmi, 2015:121-
122).
Kelebihan bobot dimana dapat mempengaruhi kesuburan dikarenakan
timbunan lemak di ovarium yang mengganggu perkembangan embrio.
Kegemukan berpengaruh kepada subfertilitas pada wanita yang dapat
mempengaruhi organ reproduksi yang dapat menyebabkan menstruasi
yang tidak teratur, subfertilitas, polycystic ovary syndrome (PCOS),
kanker rahim, endometrium, payudara dan serviks (Chavarro et all,
2008).
2) Tinggi Badan (TB)
Tinggi badan merupakan salah satu parameter yang dapat melihat
status gizi sekarang dan keadaan yang telah lalu. Pertumbuhan tinggi/
panjang badan tidak seperti berat badan yang relatif kurang sensitif
pada masalah kekurangan gizi pada waktu singkat. (Marmi, 2015:122)
3) Indeks Masa Tubuh
Status gizi dapat ditentukan dengan pengukuran IMT. Indeks Masa
Tubuh (IMT) merupakan proporsi standar berat badan (BB) terhadap
tinggi badan (TB). IMT perlu diketahui untuk menilai status gizi catin
dalam kaitannya dengan persiapan kehamilan. (Kemenkes RI,
2017:21)
4) LILA
Penapisan status gizi dilakukan dengan pengukuran menggunakan pita
LILA pada WUS untuk mengetahui adanya risiko KEK.
c. Program terapi yang diperoleh (bila ada)

d. Pemeriksaan penunjang
1) Hb :
2) Pemeriksaan golda dan rhesus
3) Pemeriksaan urin rutin
28

4) Sadanis
5) Iva test / papa smear
2.2.2 Diagnosa
Nn. X usia ....... tahun dengan dengan pemeriksaan kesehatan untuk
persiapan pernikahan
2.2.3 Penatalaksanaan
Kriteria :
1. KU baik, kesadaran komposmentis.
2. TTV dalam batas normal menurut Romauli (2011) yaitu TD: 110/70 –
130/80 mmHg, S: 36,5 – 37,5 oC, N: 60-80 x/menit, R: 16 – 24x/menit.
3. IMT normal yaitu 18,5 – 25.
4. Tidak ada keluhan dan masalah.
Intervensi :
Intervensi dibuat sesuai dengan masalah yang ditemukan dalam
pengkajian, meliputi:
1. Lakukan pendekatan dengan klien.
Rasional : Untuk menjalin komunikasi yang baik.
2. Lakukan pemeriksaan tanda-tanda vital dan antropometri serta jelaskan
hasil pemeriksaan.
Rasional : Agar klien dapat memahami kondisinya dan dapat
mengambil keputusan terkait dengan masalah yang dihadapi.
3. Berikan KIE tentang kebutuhan gizi calon pengantin untuk persiapan
masa konsepsi.
Rasional: Pengetahuan dan pendidikan mengenai gizi yang bertambah,
dan mampu menerapkan pada dirinya sehingga kesehatan semakin baik
untuk mempersiapkan kehamilan.
4. Berikan KIE tentang Imunisasi TT.
Rasional : Pengetahuan dan pendidikan mengenai imunisasi TT
bertambah.
5. Berikan pelayanan skrining imunisasi TT serta suntik TT bagi klien
dengan status TT belum lengkap.
Rasional : Mendapatkan kekebalan tubuh dari imunisasi TT.
6. Berikan KIE mengenai kondisi dan penyakit yang perlu diwaspadai oleh
calon pengantin seperti HIV/AIDS, Infeksi Menular Seksual (IMS),
Hepatitis B, Diabetes Melitus (DM), TORCH, dan Penyakit Genetik.
Rasional: Pengetahuan dan pendidikan mengenai penyakit yang perlu
diwaspadai pada calon pengantin bertambah, sehingga dapat menjaga
kesehatan untuk mempersiapkan kehamilan.
29

7. Lakukan kolaborasi dengan analis kesehatan puskesmas untuk


pemeriksaan laboratorium berupa pemeriksaan darah lengkap untuk
calon pengantin.
Rasional : Deteksi dini terhadap penyakit yang perlu diwaspadai oleh
calon pengantin, sehingga dapat dilakukan tatalaksana lebih cepat untuk
menangani masalah tersebut.
8. Jelaskan kepada klien tentang hasil pemeriksaan laboratorium.
Rasional : Agar klien dapat memahami kondisinya dan dapat
mengambil keputusan terkait dengan masalah yang dihadapi.
9. Lakukan pendokumentasian asuhan.
Rasional : Untuk menyimpan data/informasi klien dan sebagai bukti
jika terdapat suatu masalah.
30

BAB 3

TINJAUAN KASUS

I. Pengkajian
Tanggal Pengkajian : Selasa, 9 November 2021
Pukul : 12.00 WIB
Tempat : Poli KIA Puskesmas Kalirungkut
Oleh : Leli Ratna Karin W

1.1 Data Subyektif


1.1.1 Biodata
Nama : Nn. W Nama Calon Suami : Tn. Y
Umur : 25 tahun Umur : 26 tahun
Agama : Islam Agama : Islam
Suku/bangsa : Jawa Suku/bangsa : Jawa
Pendidikan : SMA Pendidikan : SMA
Pekerjaan : IRT Pekerjaan : Swasta
Alamat : Rungkut Asri Utara No. 48
Nomor Telp : 08225194xxxx

1.1.2 Keluhan
Utama : Pasien datang ke puskesmas untuk memeriksakan
kesehatannya dan persiapan untuk menikah
Tambahan : Menikah tanggal 29-1-2022
1.1.3 Riwayat menstruasi
1. Menarche : 12 tahun (Kelas 1 SMP)
2. Siklus : Teratur (28-30 hari)
3. Jumlah darah : 2-3 kali ganti pembalut
4. Lama : 6 hari
5. Flour albus : Tidak ada
6. HPHT : 11-10-2021
7. Keluhan : Tidak ada
1.1.4 Riwayat penyakit sekarang :
Calon pengantin wanita mengatakan tidak sedang menderita penyakit
kronis/menular apapun seperti (hipertensi, DM, jantung, asma, ginjal,
hepatitis, TBC), calon pengantin pria juga mengatakan tidak sedang
menderita penyakit kronis/menular seperti (hipertensi, DM, jantung,
asma , ginjal, hepatitis, TBC), calon pengantin wanita mengatakan tidak
ingin menunda kehamilan, namun wanita belum menanyakan pada calon
suami apakah ingin menunda kehamilan / tidak dan mengatakan
sepertinya dari calon suami juga tidak ingin menunda kehamilan sama
sepertinya, status imunisasi TT, catin wanita mengatakan telah melakukan
31

imunisasi dasar lengkap pada saat bayi, dan pada saat sd tidak pernah
absen untuk imunisasi, catin wanita telah melakukan imunisasi TT di
rumah sakit 1 minggu yang lalu, status TT ibu lengkap T5, catin wanita
juga mengatakan telah melakukan imunisasi covid-19 dosis ke 2
(lengkap). Untuk catin pria juga sudah melakukan vaksin covid-19 dosis
1 dan 2.
1.1.5 Riwayat penyakit dahulu :
Calon pengantin wanita mengatakan tidak pernah menderita penyakit
kronis/menular apapun seperti (darah tinggi, kencing manis, jantung,
asma, ginjal, hepatitis, TBC). Tidak ada riwayat alergi obat atau
makanan, tidak ada riwayat operasi dan tidak ada riwayat trauma fisik.
Pada calon suami juga tidak pernah menderita penyakit kronis/menular
apapun seperti (hipertensi, DM, jantung, asma, ginjal, hepatitis, TBC).
Tidak ada riwayat alergi obat dan makanan, serta tidak ada riwayat
operasi.
1.1.6 Riwayat penyakit keluarga :
Calon pengantin wanita dan pria mengatakan tidak ada riwayat penyakit
kronis/menular seperti (darah tinggi, jantung, asma, ginjal, DM, hepatitis,
TBC), dan tidak ada riwayat keturunan kembar dalam keluarga.
1.1.7 Riwayat social ekonomi :
Pendidikan terakhir calon pengantin wanita adalah SMA dan calon
pengantin pria adalah SMA, saat ini wanita tidak bekerja , sedangkan
pria bekerja menjadi karyawan swasta. Calon pengantin wanita tidak
pernah merokok, minum alcohol, dan tidak pernah menggunakan obat-
obatan terlarang atau NAPZA. Sedangkan calon pengantin pria adalah
perokok.
1.1.8 Sexuality (aktivitas seksual) :
Calon pengantin wanita dan pria mengatakan tidak pernah melakukan
hubungan seksual sebelum menikah, dan mengatakan selama ini tidak
pernah mengalami pelecehan seksual dalam bentuk apapun.
1.1.9 Pernikahan
Pasien memutuskan menikah atas keinginannya sendiri dan keinginan
pasangannya.
32

1.2 Data Obyektif


1.2.9 Keadaan Umum
Kesadaran : Composmentis
Tanda-Tanda Vital
Tekanan Darah : 100/70 BB : 61 kg
Suhu : 36.70c TB : 164 cm
Nadi : 81 x/m IMT : 23.46 (normal)
Respirasi : 20 x/m LILA : 26 cm
1.2.10 Pemeriksaan Fisik
Mata : Konjungtiva merah muda, sklera putih, kelopak
Mata tidak odema
Telinga : Tidak ada cairan/ serumen abnormal
Hidung : Tidak ada gangguan fungsi penciuman, hidung
Bersih, tidak ada secret abnormal
Mulut : Bibir lembab, tidak pucat, tidak sianosis, tidak
Ada karies gigi, tidak ada pembengkakan gusi
leher : Tidak ada pembesaran kelenjar tiroid, limfe
Dada : Tidak ada kelainan bentuk dada, tidak ada
Kelainan bentuk tulang belakang, tidak ada
Benjolan abnormal di payudara.
Abdomen : Tidak ada nyeri tekan abdomen, tidak ada
Bising usus abnormal, tidak teraba masa
Abnormal, tidak terlihat bekas operasi apapun
Genetalia : Tidak dilakukan pengkajian
Ekstremitas
Atas : Normal/ tidak ada kelainan,tidak odema,
Tidak ada keterbatasan gerak
Bawah : Normal / tidak ada kelainan, reflek patella (+),
Tidak odema , tidak ada keterbatasan gerak

1.2.11 Pemeriksaan Penunjang


Pemeriksaan DL (Darah Lengkap) catin wanita
a. Hb : 12,9 (P: 12,0 - 16,0 g/dl)
b. PITC : Non Reaktif
c. RPR : Non Reaktif
d. RBC/MCV/MCH : 4,58x106 / 79,2 / 26,0
Pemeriksaan DL (Darah Lengkap) catin pria
a. Hb : 17,7 (L : 14,0 – 18,0 g/dl)
b. PITC : Non Reaktif
c. RPR : Non Reaktif
d. RBC/MCV/MCH : 5,96x106 / 82,2 / 29,7
e. HbsAg : Non Reaktif
f. Golda : B+
33

g. Hasil pemeriksaan SRQ-20 oleh Nn. W dan Tn. Y dari 20


pertanyaan jawaban Y=0, T=20 yang berarti tidak menunjukkan
adanya penyimpangan masalah kejiwaan. (Terlampir).

1.2.12 Analisa
Nn. W usia 25 tahun calon pengantin wanita dengan status kesehatan
baik.
34

1.2.13 Penatalaksanaan
TANGGAL PENATALAKSANAAN TTD
9-11-2021 1. Menjelaskan hasil pemeriksaan
fisik pada pasien, bahwa kondisi
pasien dalam batas normal. Pasien
mengerti dengan penjelasan
petugas
2. Menyarankan pasien untuk
melakukan pemeriksaan lab,
berkolaborasi dengan analis lab.
Pasien bersedia untuk melakukan
pemeriksaan lab
3. Menjelaskan hasil dari
pemeriksaan lab kepada pasien
bahwa hasil pemeriksaan dalam
batas normal, namun ada
pemeriksaan lab yang tidak
dilakukan seperti hbsAg,
golda,urin dikarenakan reagen
puskesmas kosong. Pasien
mengerti dengan penjelasan
petugas
4. Melakukan kolaborasi dengan
dokter umum dalam menjelaskan
hasil lab secara detail,
pemeriksaan fisik dan pemberian
keterangan surat nikah.
Pasien mengerti dengan
penjelasan dari dokter tentang
hasil lab dan menerima surat
keterangan menikah
5. Merencanakan pendampingan
oleh petugas 1000 HPK.
Pasien masih berkonsultasi
dengan calon pasangan.
6. Memberi KIE tentang
pemeriksaan kesehatan reproduksi
bagi catin
Ev. Pasien mengerti dengan
penjelasan petugas dan aktif
menjawab saat diberi pertanyaan
7. Memberi KIE berupa
pengetahuan kesehatan
reproduksi. Pasien mengerti
35

dengan penjelasan petugas dan


aktif menjawab saat diberi
pertanyaan
8. Memberi KIE tentang
perencanaan kehamilan. Pasien
mengerti dengan penjelasan
petugas dan aktif menjawab saat
diberi pertanyaan
9. Memberi KIE kondisi dan
penyakit yang harus diwaspadai
catin. Pasien mengerti dengan
penjelasan petugas dan aktif
menjawab saat diberi pertanyaan
10. Memberi KIE tentang kesehatan
jiwa. Pasien mengerti dengan
penjelasan petugas dan aktif
menjawab saat diberi pertanyaan
11. Memberi KIE tentang
fertilitas/kesuburan (masa subur).
Pasien mengerti dengan
penjelasan petugas dan aktif
menjawab saat diberi pertanyaan
12. Menjelaskan kepada pasien
tentang fase sebelum prakonsepsi
yaitu fase poliferasi dan fase
konsespsi, dimana terbentuk
folikel-folikel yang terbentuk
dengan baik dan optimal sehingga
masuk pada fase ovulasi atau
pelepasan sel telur, yang mana
jika terjadi anemia sejak masa
prakonsepsi maka nantinya pada
masa hamil tetap akan mengalami
anemia yang mengakibatkan
terjadinya abortus, bayi lahir
sebelum waktunya (premature),
imatur dll. Jika kondisi sudah
dibentuk dari masa prokonsepsi
maka akan memiliki folikel yang
kuat dan bagus dengan
memperhatikan asupan gizi
seperti asam folat, besi dan lain
sebagainya maka akan
mendapatkan anak diinginkan
36

yang lahir secara sehat dan


berkualitas. Pasien mengerti
dengan penjelasan.
13. Memberi KIE tentang kekerasan
dalam rumah tangga. Pasien
mengerti dengan penjelasan
petugas dan aktif menjawab saat
diberi pertanyaan
14. Melakukan Pendokumentasian
Asuhan. Pendokumentasian
asuhan telah dilakukan.
37

BAB 4

PEMBAHASAN

Periode prakonsepsi merupakan periode kritis pertama yang harus


diperhatikan calon ayah/ibu jauh hari sebelum memiliki anak. Selama ini
banyak orang yang kurang memahami pentingnya kondisi-kondisi pada masa
sebelum terjadinya proses konsepsi (pre-conseption phase), sehingga para calon
bapak dan calon ibu hanya berkonsentrasi pada proses kehamilan dan
persalinan saja. Hal ini dapat dimengerti karena minimnya pengetahuan tentang
kondisi-kondisi prakonsepsi disebabkan karena kurangnya penyuluhan terhadap
mereka.
Pada kasus ini membahas tentang Nn. W usia 25 tahun datang ke
puskesmas pada tanggal 9 November 2021 untuk memeriksakan kesehatannya
dalam persiapan pernikahan, hasil pemeriksaan tanda-tanda vital Nn. W dalam
batas normal TD : 100/70, S : 36,7 0C, N : 81x/m Rr : 20 x/m, pemeriksaan
IMT : 23,46 dan LILA : 26 cm (dalam batas normal), hasil laboratorium Nn. W
semua dalam batas normal, namun ada beberapa pemeriksaan yang tidak
dilakukan seperti golda, urin, dan hbsAg dikarenakan pada saat pemeriksaan
reagen puskesmas kosong. Untuk hasil pemeriksaan lab pada calon pengantin
pria hasil lab juga dalam batas normal.
Dari hasil pengkajian tersebut dapat di Tarik analisa Nn. W usia 25 tahun
calon pengantin dengan keadaan baik. Sehingga penatalaksanaan yang
diberikan pada Nn. W berupa pemberian KIE pemeriksaan kesehatan
reproduksi, pengetahuan kesehatan reproduksi, kehamilan dan perencanaan
kehamilan, kondisi penyakit yang harus diwaspadai catin, kesehatan jiwa,
fertilitas / masa subur, dan kekerasan dalam rumah tangga.
Menurut abdul aziz (2018) mendidik anak bukanlah urusan yang mudah. Ia
harus dimulai dan dirancang sebelum seseorang melangkah kepada jenjang
pernikahan. Ia bermula ketika seorang laki-laki mencari pasangan yang shalihah
dan berpegang teguh pada nilai-nilai agama, sebagaimana yang diwasiatkan
Rasulullah SAW. Pendidikan akan terus berlangsung hingga pasangan tersebut
mendapatkan keturunan.
Menurut Bambang sujiono, dkk (2014) seseorang dikatakan sehat, apabila
secara medis dinyatakan terbebas dari berbagai macam penyakit, sehingga
dapat melakukan apa saja tanpa adanya batasan, keraguan dan akibat negative
lainnya. Sehat adalah suatu keadaan dimana secara fisik (organ fisik, termasuk
organ reproduksi) dan psikis (mental, emosional, sosial dan spiritual) dalam
keadaan normal. Kesehatan seperti inilah yang dibutuhkan calon ibu dan bapak
yang berkeinginan segera memiliki anak. Keadaan sehat ini nantinya secara
langsung akan berpengaruh terhadap kondisi janin selama proses kehamilan,
dan kondisi bayi setelah dilahirkan. Pemeriksaan kesehatan tubuh pranikah juga
penting untuk mendeteksi adanya penyakit-penyakit yang secara langsung
ataupun tidak langsung dapat mempengaruhi potensi bawaan janin. Maksud dan
38

tujuan pemeriksaan kesehatan tubuh pra nikah adalah untuk mengetahui secara
pasti bahwa waktu pernikahan yang direncanakan merupakan waktu yang tepat
dan kedua calon orang tua telah terbebas dari penyakit yang membahayakan
kehidupan janin selama proses kehamilan. Dengan demikian jika ternyata
kedua atau salah satu dari calon orang tua menunjukkan gejala-gejala penyakit
tertentu yang membahayakan bagi kelangsungan hidup calon anak, baik saat di
dalam kandungan ataupun setelah dilahirkan, sebaiknya penyakit tersebut
disembuhkan terlebih dahulu.
Menurut Niven dalam Khoiriyah (2012) mendefinisikan kepatuhan catin
yaitu sejauh mana perilaku penderita sesuai dengan ketentuan yang diberikan
oleh petugas kesehatan. Kepatuhan catin adalah tingkat laku catin dalam
mengambil suatu tindakan atau upaya untuk secara teratur menjalani
pemeriksaan kesehatan (premarital check-up). Catin yang patuh adalah catin
yang secara tuntas dalam menjalankan pemeriksaan kesehatan dari pemeriksaan
tanda vital, pemeriksaan penunjang, pemeriksaan secara lengkap dan konseling
pranikah, sedangkan catin yang tidak patuh adalah catin yang tidak menjalani
seluruh kesehatan yang ada berdasarkan peraturan yang telah ditetapkan.
Menurut Ni made parwati (2020) konseling adalah usaha yang dilakukan
secara professional oleh orang terlatih dengan tujuan membantu klien untuk
mengembangkan diri, memberi dukungan terhadap krisis, serta memberi
bimbingan atau pemecahan masalah. Konseling adalah aktivitas sederhana,
sekaligus rumit. Sederhana karena kita hanya perlu berbicara kepada seseorang
yang tentunya mau mendengarkan sebuah masalah. Sederhana karena jika
dilihat dari luar, ini hanya sebuah proses komunikasi biasa. Namun, dalam
kenyataan nya hal ini menjadi rumit karena memerlukan berbagai proses, yaitu
menyatakan, mendengarkan, mengerti, dimengerti, serta refleksi dan bertindak.
Hubungan antara konselor dan klien yang terjadi secara stimultan juga
melibatkan kompleksitas bahasa verbal dan non verbal. Di balik kesederhanaan
dan kompleksitasnya, konseling menjadi topic besar yang terbukti memiliki
peran penting. Konseling adalah hubungan kerja sama untuk membantu klien
memecahkan masalah tertentu dalam kehidupannya, membuat klien lebih
mengerti dirinya, dan lebih dapat menyesuaikan dirinya. Dalam konseling juga
terdapat proses yang bertujuan memberi keterampilan, pengetahuan dan akses
kepada sumber daya sehingga klien dapat meningkatkan fungsinya. Konseling
dapat dilakukan secara individual, pasangan suami-istri, atau keluarga sebagai
satu unit.
Menurut Finanda Nurus Syafa’ah (2020) Konseling sebagai upaya alternatif
untuk meningkatkan pengetahuan calon pegantin, hasil penelitian menunjukkan
bahwa terdapat pengaruh konseling terhadap pengetahuan calon pengantin
wanita.
Feby Suryafma (2020) menyatakan terdapat pengaruh edukasi kesehatan
reproduksi dan seksual dengan metode kognitif proaktif pada remaja putri
SMAN 6 padang dengan nilai p value (p=0,001).
39

Menurut Waode Fifin (2014). Salah satu yang menyebabkan masalah status
gizi wanita dewasa adalah kurangnya pengetahuan, didapati pengetahuan gizi
seimbang dan perilaku gizi seimbang dipengaruhi oleh pengetahuan wanita pra
konsepsi di kota makasar tahun 2014.
Penulis berpendapat bahwa periode prakonsepsi merupakan periode yang
kritis yang harus diperhatikan oleh calon ayah ataupun ibu. Namun faktanya
masa ini seringkali terlupakan, pemeriksaan kesehatan pra nikah dipandang
hanya sebagai sebuah keharusan dan syarat menikah saja. Padahal sebenarnya
pada periode ini adalah periode dimana calon suami-istri melakukan persiapan
sebagai calon ayah dan ibu yang nantinya akan memiliki keturunan. Tidak
dapat dipungkiri lagi bahwa setiap orang tua menginginkan yang terbaik untuk
calon buah hati mereka, mereka menginginkan jika anak yang dilahirkannya
nanti menjadi generasi yang sehat dan cerdas. Disinilah pentingnya
menanamkan pengetahuan pada pasien dengan melakukan pemberian konseling
pranikah. Pemberian konseling prakonsepsi sangat penting untuk
mempersiapkan kehamilan, selain untuk melindungi ibu, hal ini juga ditujukan
agar nantinya ibu dapat melalui rangkaian proses kehamilan, persalinan, dan
nifas yang sehat dan aman, serta anak-anak yang dilahirkan nantinya dapat
menjadi generasi yang cerdas dan berkualitas. Berkualitas disini dalam artian
menjadi anak yang sehat, cerdas dan juga dapat bersaing di era global.
Pada hasil pemeriksaan yang dilakukan kepada Nn. W didapati bahwa
semua pemeriksaan dalam batas normal yang artinya Nn. W dinyatakan sudah
bisa dinyatakan sehat. Penatalaksanaan yang diberikan pada Nn. W berupa
pemberian konseling prakonsepsi, hasil evaluasi menyatakan bahwa Nn. W
mengerti dengan penjelasan petugas, dan aktif menjawab saat diberikan
pertanyaan. Secara garis besar dapat ditarik kesimpulan bahwa Nn. W telah
lolos / siap untuk proses kehamilan, serta pemberian asuhan yang dilakukan
pada Nn. W berupa penguatan dan pemberian pengetahuan pada calon ibu
untuk persiapan menikah dan perencanaan kehamilan telah tercapai.
40

BAB 5

PENUTUP

5.1 Simpulan
1. Periode prakonsepsi merupakan periode kritis pertama yang harus
diperhatikan calon ayah/ibu jauh hari sebelum memiliki anak.
Minimnya pengetahuan bagi calon ibu / ayah, akan berdampak pada
keturunan yang dihasilkan nantinya. Oleh karena itu dengan adanya
konseling kesehatan reproduksi bagi calon pengantin maka adanya
kesiapan diri untuk menjadi calon ayah / ibu dengan melahirkan
anak yang sehat dan berkualitas.
2. Kolaborasi antara bidan, petugas analis kesehatan, dokter umum,
dan calon pengantin dengan pemberian konseling prakonsepsi,
seperti kesehatan reproduksi yang sangat dibutuhkan, serta
kesediaan catin untuk dilakukan pemeriksaan fisik, pemeriksaan
laboraturium, dan adanya kolaborasi dengan dokter untuk
pembacaan hasil laboraturium dan pemberian surat keterangan
menikah yang telah disetujui oleh dokter karena telah memenuhi
persyaratan sebagai catin. Pada Nn. W usia 25 tahun telah dilakukan
pemeriksaan fisik dan pemeriksaan penunjang didapatkan dengan
hasil dalam batas normal.
3. Dengan dilakukannya konseling tentang pengetahuan prakonsepsi
seperti persiapan kehamilan ibu, yang bertujuan untuk melindungi
ibu, hal ini juga ditujukan agar nantinya ibu dapat melalui rangkaian
proses kehamilan, persalinan, dan nifas yang sehat dan aman serta
anak-anak yang dilahirkan nantinya dapat menjadi generasi yang
cerdas dan berkualitas. Serta asupan gizi yang dibutuhkan
menjelang prakonsepsi seperti Asam Folat, Zat Besi, Vitamin C, B6,
Zinc, Selenium dan Kalsium. Dengan pemberian konseling maka
catin memiliki pengetahuan yang update tentang hal – hal yang
penting pada masa prakonsepsi, dengan dievaluasi diakhir maka
catin aktif bertanya dan memahami dengan penjelasan yang telah
disampaikan oleh pengkaji dan adanya program perencanaan
pendampingan catin yang dilakukan oleh petugas 1000 HPK.
5.2 Saran
Sebaiknya pemberian konseling prakonsepsi tidak hanya dilakukan pada
calon pengantin saja akan tetapi sudah harus mulai ditanamkan sejak dini
saat remaja, mengingat banyaknya calon pengantin yang masih dibawah 20
tahun, dengan adanya konseling prakonsepsi lebih dini maka mereka akan
lebih memperhatikan dan mempersiapkan sebagai calon ayah/ibu, dengan
menghasilkan anak yang sehat dan berkualitas.
41

Daftar Pustaka
Abdul aziz. 2018. Membangun karakter anak dengan al qur’an.
Semarang : Cv. Pilar nusantara.

Bambang sujiono, dkk.2014. Persiapan Kehamilan. Jakarta: Elex media


komputindo.

Buku Pedoman Panduan Praktik Asuhan Kebidanan Holistik Pada


Prakonsepsi. 2021.

Feby Suryafma (2020). Pengaruh edukasi kesehatan reproduksi dan


sekseual dengan metode proaktif dalam peningkatan pengetahuan
persiapan masa pra konsepsi remaja putri di SMAN 6 padang.
http://scholar.unand.ac.id/61709/

Finanda Nurus syafa’ah (2020). Konseling sebagai upaya alternative


untuk meningkatkan pengetahuan calon pengantin. Poltekkes
tanjungkarang http://repository.poltekkes-tjk.ac.id/1452/
Kemenkes RI, 2017. Kesehatan Reproduksi dan Seksual Bagi Calon
Pengantin. Jakarta : Kemenkes RI.
Ni made parwati. 2020. Modul konseling bagi petugas kesehatan di
puskesmas. Yogyakarta : ANDI.

Niven, Neil. 2012. Psikologi Kesehatan : Pengantar Untuk Perawat &


Profesional Kesehatan Lain. Jakarta: EGC.
Rosyati, Herry. 2017. Buku Ajar Asuhan Kebidanan Persalinan. Jakarta :
Fakultas Kedokteran dan Kesehatan Universitas Muhammadiyah
Jakarta.
Saifuddin, Abdul Bari. 2012. Buku Panduan Praktis Pelayanan
Kontrasepsi. Jakarta : Yayasan Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo.

Yessi Harnani, dkk. 2015. Teori Kesehatan Reproduksi. Yogyakarta :


Deepublish.

Waode Fifin E. 2014. Hubungan pengetahuan dan sikap perilaku gizi


seimbang pada wanita pra konsepsi di kota makasar.
https://core.ac.uk/download/pdf/25496504.pdf
42

Lampiran

Deteksi dini masalah kejiwaan SRQ-20


Catin Catin
No Pertanyaan Wanita Pria
Y T Y T
1 Apakah anda sering menderita sakit kepala? √ √
2 Apakah anda kehilangan nafsu makan? √ √
3 Apakah tidur anda tidak lelap? √ √
4 Apakah anda mudah jadi takut? √ √
Apakah anda merasa cemas, tegang dan
5 √ √
khawatir?
6 Apakah tangan anda gemetar? √ √
Apakah anda mengalami gangguan
7 √ √
pencernaan?
8 Apakah anda merasa sulit berpikir jernih? √ √
9 Apakah anda tidak bahagia? √ √
10 Apakah anda sering menangis? √ √
Apakah anda merasa sulit untuk menikmati
11 √ √
aktivitas sehari – hari?
Apakah anda mengalami kesulitan untuk
12 √ √
mengambil keputusan?
Apakah aktivitas/tugas sehari – hari anda
13 √ √
terbengkalai?
Apakah anda merasa tidak mampu berperan
14 √ √
dalam kehidupan ini?
Apakah anda kehilangan minat terhadap
15 √ √
banyak hal?
16 Apakah anda merasa tidak berharga? √ √
Apakah anda mempunyai pikiran untuk
17 √ √
mengakhiri hidup anda?
18 Apakah anda merasa lelah sepanjang waktu? √ √
19 Apakah anda merasa tidak enak di perut? √ √
20 Apakah anda mudah lelah? √ √
Interprestasi Hasil:
Hasil pemeriksaan SRQ-20 oleh Nn. W dan Tn. Y dari 20 pertanyaan
jawaban Y=0, T=20 yang berarti tidak menunjukkan adanya penyimpangan
masalah kejiwaan.
43

Dokumentasi
44

Anda mungkin juga menyukai