Disusun Oleh :
Laporan asuhan kebidanan holistik pada prakonsepsi dengan sasaran Catin ini
dilaksanakan sebagai dokumen/laporan praktik blok 2 yang telah dilaksanakan di
Puskesmas Kalirungkut Surabaya periode praktik tanggal 8 November s/d 20
November 2021
Sri Ningsih, AMd. Keb Evi Pratami, SST., M.Keb Novita Eka K, SST., M.Keb
NIP. 19700929 199103 2 008 NIP. 19790524 200212 2 001 NIP. 19841130 200912 2 001
Mengetahui,
Kepala Puskesmas Kepala Program Studi
ii
3
KATA PENGANTAR
Penyusun
4
DAFTAR ISI
BAB 1
PENDAHULUAN
proses kehamilan dan persalinan saja. Hal ini dapat dimengerti karena
minimnya pengetahuan tentang kondisi-kondisi prakonsepsi disebabkan karena
kurangnya penyuluhan terhadap mereka.
Menurut hasil penelitian para ahli, baik ahli psikologi anak, ahli kedokteran
anak, ahli mikrobiologi yang menekuni tentang otak anak, maupun ahli gizi
anak, bahwa kondisi-kondisi prakonsepsi sangat berpengaruh pada
pembentukan potensi anak yang diwariskan dari orang tua, kakek-nenek, dan
anggoa keluarga terdekatnya. Dengan demikian kondisi prakonsepsi yang baik
akan membentuk potensi bawaan yang baik pula.
Adapun kondisi-kondisi pra konsepsi yang mempengaruhi pembentukan
potensi bawaan anak antara lain : kesehatan dan kebugaran calon bapak/ ibu,
kesiapan aspek fisik, psikis calon bapak, ibu, kesiapan aspek social dan
ekonomi calon bapak ibu, serta pemenuhan kebutuhan gizi calon bapak dan
ibu.. Pembentukan potensi yang kurang baik pada saat terjadi proses konsepsi
menyebabkan pertumbuhan dan perkembangan potensi bawaan menjadi tidak
optimal selama proses kehamilan sampai saat bayi dilahirkan hingga menjelang
usia 5 tahun (balita) (golden periode).
7
1.2 Tujuan
1.2.1 Tujuan Umum
Pelayanan kesehatan masa sebelum hamil bertujuan untuk
mempersiapkan pasangan agar sehat sehingga perempuan dapat
menjalankan proses kehamilan, persalinan yang sehat dan selamat serta
melahirkan bayi yang sehat.
1.2.2 Tujuan Khusus
1.Memberikan pelayanan kesehatan pada catin
2.Terlaksananya koordinasi dan kerjasama dalam pelaksanaan pelayanan
kesehatan masa prakonsepsi
3.Terlaksananya monitoring dan evaluasi pelayanan kesehatan masa
prakonsepsi
BAB 2
TINJAUAN TEORI
Catin dan PUS perlu mengetahui penyakit yang perlu diwaspadai dan
menerapkan perilaku hidup bersih dan sehat (PHBS) untuk mencegah
penyakit-penyakit yang perlu diwaspadai
2.1.11 Kesehatan jiwa
a. Pengertian
Kesehatan jiwa adalah kondisi dimana seorang individu dapat
berkembang secara fisik, mental, spiritual dan sosial sehingga individu
tersebut menyadari kemampuan sendiri, dapat menghadapi tekanan
dapat bekerja secara produktif, dan mampu memberikan kontribusi
untuk komunitasnya.
b. Ciri-Ciri Sehat Jiwa
1) Perasaan sehat dan bahagia
2) Menyadari kemampuan diri
3) Merasa nyaman terhadap diri sendiri
4) Dapat menerima orang lain apa adanya
5) Merasa nyaman berinteraksi dengan orang lain
6) Mampu memenuhi kebutuhan hidup
7) Mampu menghadapi tantangan hidup
8) Mempunyai sikap positif terhadap diri sendiri dan orang lain
c. Pesan Utama
Catin dan PUS perlu memiliki kesehatan jiwa yang baik untuk
mewujudkan keluarga yang sehat dan berkualitas.
16
d. Pesan utama
Kenali masa subur anda dan pasangan sebagai bagian dari
perencanaan kehamilan. Bila anda mengalami masalah fertilitas
segera konsultasikan dengan dokter atau bidan.
- Hb (Hemoglobin)
Hemoglobin adalah molekul protein pada sel darah merah
yang berfungsi sebagai media transportasi oksigen dari paru –
paru ke seluruh jaringan tubuh dan membawa karbondioksida dari
jaringan tubuh ke paru – paru. Kandungan zat besi yang terdapat
dalam hemoglobin membuat darah berwarna merah. Dalam
menentukan normal atau tidaknya kadar hemoglobin seseorang,
harus memperhatikan faktor umur, walaupun hal ini berbeda –
beda di tiap laboratorium klinik, yaitu: Bayi baru lahir : 17 – 22
gram/dl, Umur 1 minggu : 15 – 20 gram/dl, Umur 1 bulan : 11 –
15 gram/dl, Anak anak : 11 – 13 gram/dl, Lelaki dewasa : 14 – 18
gram/dl, Perempuan dewasa : 12 – 16 gram/dl, Lelaki tua : 12.4 –
14, gram/dl, Perempuan tua : 11.7 – 13.8 gram/dl. Kadar
hemoglobin dalam darah yang rendah dikenal dengan istilah
anemia. Ada banyak penyebab anemia diantaranya yang paling
sering adalah perdarahan, kurang gizi, gangguan sum – sum
tulang, pengobatan kemoterapi dan penyakit sistemik (kanker,
lupus, dan lain – lain). Sedangkan kadar hemoglobin yang tinggi
dapat dijumpai pada orang yang tinggal di daerah dataran tinggi
20
e) Persiapan Gizi
Peningkatan status gizi calon pengantin terutama perempuan melalui
penanggulangan KEK (Kekurangan Energi Kronis) dan anemia gizi besi
serta defisiensi asam folat.
Status gizi calon pengantin perempuan perlu diketahui dalam rangka
persiapan kehamilan. Status gizi dapat ditentukan dengan pengukuran
Indeks Massa Tubuh (IMT). Untuk calon pengantin perempuan ditambah
dengan pengukuran Lingkar Lengan Atas (LiLA) (Kemenkes RI, 2018).
Sebelum memasuki jenjang pernikahan, catin perlu melakukan
persiapan gizi antara lain :
a. Setiap pasangan catin dianjurkan mengonsumsi makanan bergizi
seimbang.
b. Setiap catin perempuan dianjurkan mengonsumsi tablet tambah darah
(TTD) yang mengandung zat besi dan asam folat seminggu sekali.
c. Bagi catin perempuan yang mengalami KEK dan Anemia maka perlu
ditentukan penyebabnya dan ditatalaksana sesuai dengan penyebab
tersebut.
d. Untuk mendapat masukan gizi yang seimbang kedalam tubuh catin
perlu mngonsumsi lima kelompok pangan yang beraneka ragam
setiap hari atau setiap kali makan. Kelima kelompok pangan tersebut
adalah makanan pokok, lauk pauk, sayuran, buah-buahan dan
minuman. Proporsi setiap kali makan dapat digambarkan dalam ISI
PIRINGKU yaitu : sepertiga piring berisi makanan pokok, sepertiga
piring berisi sayuran, dan sepertiga piring berisik lauk-pauk dan
buah-buahan dalam proporsi yang sama.
e. Beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam menjaga agar tubuh
tetap sehat dengan membiasakan minum air putih 8 gelas per hari dan
batasi mengonsumsi garam, gula dan lemak/minyak.
f) Status Imunisasi TT
Pencegahan dan perlindungan diri yang aman terhadap penyakit
tetanus dilakukan dengan pemberian 5 dosis imunisasi TT untuk mencapai
kekebalan penuh.
c. Pesan utama
Catin dan PUS berhak mendapatkan pemeriksaan kesehatan untuk
menentukan status kesehatan agar dapat merencanakan dan
mempersiapkan kehamilan yang sehat dan aman.
24
Interprestasi Hasil:
Hasil pemeriksaan SRQ-20 dari calon pengantin wanita dan pengantin pria
dari 20 pertanyaan apabila ada 5-7 jawaban “YA” berarti menunjukkan
adanya penyimpangan masalah kejiwaan.
2. Data Obyektif
a. Pemeriksaan Umum
1) Keadaan umum
Keadaan umumnya baik, kesadaran komposmentis (Romauli, 2011).
2) Tanda-tanda vital
1. Tekanan darah: untuk mengetahui tekanan darah, tekanan darah
normal, sistolik antara 110 sampai 140 mmHg dan diastolik antara
70 sampai 90 mmHg.
2. Nadi: untuk mengetahui nadi, nadi normal berkisar antara 60-
80x/menit.
3. Respirasi: untuk mengetahui pernafasan dalam 1 menit,
pernafasan harus berada dalam rentang yang normal, yaitu sekitar
20-30x/menit.
4. Suhu: untuk mengetahui suhu tubuh, dalam keadaan normal suhu
badan berkisar 36,5 – 37,5°C.
3) Pemeriksaan fisik
1. Mata: untuk mengetahui apakah conjungtiva, sklera, kelopak mata
(odema), visus, adakah kelainan atau tidak.
2. Hidung: untuk mengetahui fungsi penciuman, adanya pengeluaran
sekret dan ada/tidaknya kelainan pada hidung seperti polip,septum
deviasi, dll.
3. Telinga: untuk mengetahui adanya pengeluaran cairan, serumen
dan kebersihan telinga, apakah ada gangguan pendengaran atau
tidak.
4. Mulut: untuk mengetahui keadaan bibir sianosis, pucat,
kelembaban, karies gigi, pembengkakan gusi, bercak putih /
jamur., lidah bersih atau tidak, gigi karies/ tidak.
5. Leher: untuk mengetahui adakah pembesaran kelenjar limfe,
kelenjar tiroid, dan bendungan vena jugularis.
6. Dada: kelaianan bentuk dada, tulang belakang, sikatriks, bunyi
jantung, suara paru, benjolan payudara
7. Abdomen: untuk mengetahui adanya nyeri tekan abdominal,
bising usus, hepar/limpa, massa, bekas operasi
27
b. Pemeriksaan Antropometri
1) Berat Badan (BB)
Berat badan (BB) adalah parameter antropometri yang sangat labil.
Dalam keadaan normal, dimana keadaan kesehatan baik dan
keseimbangan antara konsumsi dan kebutuhan zat gizi terjamin, BB
berkembang mengikuti pertambahan umur. Berat badan harus selalu
dimonitor agar memberikan informasi yang memungkinkan intervensi
gizi yang preventif sedini mungkin guna mengatasi penurunan atau
penambahan berat badan yang tidak dikehendaki. (Marmi, 2015:121-
122).
Kelebihan bobot dimana dapat mempengaruhi kesuburan dikarenakan
timbunan lemak di ovarium yang mengganggu perkembangan embrio.
Kegemukan berpengaruh kepada subfertilitas pada wanita yang dapat
mempengaruhi organ reproduksi yang dapat menyebabkan menstruasi
yang tidak teratur, subfertilitas, polycystic ovary syndrome (PCOS),
kanker rahim, endometrium, payudara dan serviks (Chavarro et all,
2008).
2) Tinggi Badan (TB)
Tinggi badan merupakan salah satu parameter yang dapat melihat
status gizi sekarang dan keadaan yang telah lalu. Pertumbuhan tinggi/
panjang badan tidak seperti berat badan yang relatif kurang sensitif
pada masalah kekurangan gizi pada waktu singkat. (Marmi, 2015:122)
3) Indeks Masa Tubuh
Status gizi dapat ditentukan dengan pengukuran IMT. Indeks Masa
Tubuh (IMT) merupakan proporsi standar berat badan (BB) terhadap
tinggi badan (TB). IMT perlu diketahui untuk menilai status gizi catin
dalam kaitannya dengan persiapan kehamilan. (Kemenkes RI,
2017:21)
4) LILA
Penapisan status gizi dilakukan dengan pengukuran menggunakan pita
LILA pada WUS untuk mengetahui adanya risiko KEK.
c. Program terapi yang diperoleh (bila ada)
d. Pemeriksaan penunjang
1) Hb :
2) Pemeriksaan golda dan rhesus
3) Pemeriksaan urin rutin
28
4) Sadanis
5) Iva test / papa smear
2.2.2 Diagnosa
Nn. X usia ....... tahun dengan dengan pemeriksaan kesehatan untuk
persiapan pernikahan
2.2.3 Penatalaksanaan
Kriteria :
1. KU baik, kesadaran komposmentis.
2. TTV dalam batas normal menurut Romauli (2011) yaitu TD: 110/70 –
130/80 mmHg, S: 36,5 – 37,5 oC, N: 60-80 x/menit, R: 16 – 24x/menit.
3. IMT normal yaitu 18,5 – 25.
4. Tidak ada keluhan dan masalah.
Intervensi :
Intervensi dibuat sesuai dengan masalah yang ditemukan dalam
pengkajian, meliputi:
1. Lakukan pendekatan dengan klien.
Rasional : Untuk menjalin komunikasi yang baik.
2. Lakukan pemeriksaan tanda-tanda vital dan antropometri serta jelaskan
hasil pemeriksaan.
Rasional : Agar klien dapat memahami kondisinya dan dapat
mengambil keputusan terkait dengan masalah yang dihadapi.
3. Berikan KIE tentang kebutuhan gizi calon pengantin untuk persiapan
masa konsepsi.
Rasional: Pengetahuan dan pendidikan mengenai gizi yang bertambah,
dan mampu menerapkan pada dirinya sehingga kesehatan semakin baik
untuk mempersiapkan kehamilan.
4. Berikan KIE tentang Imunisasi TT.
Rasional : Pengetahuan dan pendidikan mengenai imunisasi TT
bertambah.
5. Berikan pelayanan skrining imunisasi TT serta suntik TT bagi klien
dengan status TT belum lengkap.
Rasional : Mendapatkan kekebalan tubuh dari imunisasi TT.
6. Berikan KIE mengenai kondisi dan penyakit yang perlu diwaspadai oleh
calon pengantin seperti HIV/AIDS, Infeksi Menular Seksual (IMS),
Hepatitis B, Diabetes Melitus (DM), TORCH, dan Penyakit Genetik.
Rasional: Pengetahuan dan pendidikan mengenai penyakit yang perlu
diwaspadai pada calon pengantin bertambah, sehingga dapat menjaga
kesehatan untuk mempersiapkan kehamilan.
29
BAB 3
TINJAUAN KASUS
I. Pengkajian
Tanggal Pengkajian : Selasa, 9 November 2021
Pukul : 12.00 WIB
Tempat : Poli KIA Puskesmas Kalirungkut
Oleh : Leli Ratna Karin W
1.1.2 Keluhan
Utama : Pasien datang ke puskesmas untuk memeriksakan
kesehatannya dan persiapan untuk menikah
Tambahan : Menikah tanggal 29-1-2022
1.1.3 Riwayat menstruasi
1. Menarche : 12 tahun (Kelas 1 SMP)
2. Siklus : Teratur (28-30 hari)
3. Jumlah darah : 2-3 kali ganti pembalut
4. Lama : 6 hari
5. Flour albus : Tidak ada
6. HPHT : 11-10-2021
7. Keluhan : Tidak ada
1.1.4 Riwayat penyakit sekarang :
Calon pengantin wanita mengatakan tidak sedang menderita penyakit
kronis/menular apapun seperti (hipertensi, DM, jantung, asma, ginjal,
hepatitis, TBC), calon pengantin pria juga mengatakan tidak sedang
menderita penyakit kronis/menular seperti (hipertensi, DM, jantung,
asma , ginjal, hepatitis, TBC), calon pengantin wanita mengatakan tidak
ingin menunda kehamilan, namun wanita belum menanyakan pada calon
suami apakah ingin menunda kehamilan / tidak dan mengatakan
sepertinya dari calon suami juga tidak ingin menunda kehamilan sama
sepertinya, status imunisasi TT, catin wanita mengatakan telah melakukan
imunisasi dasar lengkap pada saat bayi, dan pada saat sd tidak pernah
31
1.2.12 Analisa
Nn. W usia 25 tahun calon pengantin wanita dengan status kesehatan
baik.
34
1.2.13 Penatalaksanaan
TANGGAL PENATALAKSANAAN TTD
9-11-2021 1. Menjelaskan hasil pemeriksaan
fisik pada pasien, bahwa kondisi
pasien dalam batas normal. Pasien
mengerti dengan penjelasan
petugas
2. Menyarankan pasien untuk
melakukan pemeriksaan lab,
berkolaborasi dengan analis lab.
Pasien bersedia untuk melakukan
pemeriksaan lab
3. Menjelaskan hasil dari
pemeriksaan lab kepada pasien
bahwa hasil pemeriksaan dalam
batas normal, namun ada
pemeriksaan lab yang tidak
dilakukan seperti hbsAg,
golda,urin dikarenakan reagen
puskesmas kosong. Pasien
mengerti dengan penjelasan
petugas
4. Melakukan kolaborasi dengan
dokter umum dalam menjelaskan
hasil lab secara detail dan
pemberian keterangan surat nikah.
Pasien mengerti dengan
penjelasan dari dokter tentang
hasil lab dan menerima surat
keterangan menikah
5. Merencanakan pendampingan
oleh petugas 1000 HPK.
Pasien masih berkonsultasi
dengan calon pasangan.
6. Memberi KIE tentang
pemeriksaan kesehatan reproduksi
bagi catin
Ev. Pasien mengerti dengan
penjelasan petugas dan aktif
menjawab saat diberi pertanyaan
7. Memberi KIE berupa
pengetahuan kesehatan
reproduksi. Pasien mengerti
dengan penjelasan petugas dan
35
BAB 4
PEMBAHASAN
tujuan pemeriksaan kesehatan tubuh pra nikah adalah untuk mengetahui secara
pasti bahwa waktu ernikahan yang direncanakan merupakan waktu yang tepat
dan kedua calon orang tua telah terbebas dari penyakit yang membahayakan
kehidupan janin selama proses kehamilan. Dengan demikian jika ternyata
kedua atau salah satu dari calon orang tua menunjukkan gejala-gejala penyakit
tertentu yang membahayakan bagi kelangsungan hidup calon anak, baik saat di
dalam kandungan ataupun setelah dilahirkan, sebaiknya penyakit tersebut
disembuhkan terlebih dahulu.
Menurut Niven dalam Khoiriyah (2012) mendefinisikan kepatuhan catin
yaitu sejauh mana perilaku penderita sesuai dengan ketentuan yang diberikan
oleh petugas kesehatan. Kepatuhan catin adalah tingkat laku catin dalam
mengambil suatu tindakan atau upaya untuk secara teratur menjalani
pemeriksaan kesehatan (premarital check-up). Catin yang patuh adalah catin
yang secara tuntas dalam menjalankan pemeriksaan kesehatan dari pemeriksaan
tanda vital, pemeriksaan penunjang, pemeriksaan secara lengkap dan konseling
pranikah, sedangkan catin yang tidak patuh adalah catin yang tidak menjalani
seluruh kesehatan yang ada berdasarkan peraturan yang telah ditetapkan.
Menurut Ni made parwati (2020) konseling adalah usaha yang dilakukan
secara professional oleh orang terlatih dengan tujuan membantu klien untuk
mengembangkan diri, memberi dukungan terhadap krisis, serta memberi
bimbingan atau pemecahan masalah. Konseling adalah aktivitas sederhana,
sekaligus rumit. Sederhana karena kita hanya perlu berbicara kepada seseorang
yang tentunya mau mendengarkan sebuah masalah. Sederhana karena jika
dilihat dari luar, ini hanya sebuah proses komunikasi biasa. Namun, dalam
kenyataan nya hal ini menjadi rumit karena memerlukan berbagai proses, yaitu
menyatakan, mendengarkan, mengerti, dimengerti, serta refleksi dan bertindak.
Hubungan antara konselor dan klien yang terjadi secara stimultan juga
melibatkan kompleksitas bahasa verbal dan non verbal. Di balik kesederhanaan
dan kompleksitasnya, konseling menjadi topic besar yang terbukti memiliki
peran penting. Konseling adalah hubungan kerja sama untuk membantu klien
memecahkan masalah tertentu dalam kehidupannya, membuat klien lebih
mengerti dirinya, dan lebih dapat menyesuaikan dirinya. Dalam konseling juga
terdapat proses yang bertujuan memberi keterampilan, pengetahuan dan akses
kepada sumber daya sehingga klien dapat meningkatkan fungsinya. Konseling
dapat dilakukan secara individual, pasangan suami-istri, atau keluarga sebagai
satu unit.
Menurut Finanda Nurus Syafa’ah (2020) Konseling sebagai upaya alternatif
untuk meningkatkan pengetahuan calon pegantin, hasil penelitian menunjukkan
bahwa terdapat pengaruh konseling terhadap pengetahuan calon pengantin
wanita.
Feby Suryafma (2020) menyatakan terdapat pengaruh edukasi kesehatan
reproduksi dan seksual dengan metode kognitif proaktif pada remaja putri
SMAN 6 padang dengan nilai p value (p=0,001).
38
Menurut Waode Fifin (2014). Salah satu yang menyebabkan masalah status
gizi wanita dewasa adalah kurangnya pengetahuan, didapati pengetahuan gizi
seimbang dan perilaku gizi seimbang dipengaruhi oleh pengetahuan wanita pra
konsepsi di kota makasar tahun 2014.
Penulis berpendapat bahwa periode prakonsepsi merupakan periode yang
kritis yang harus diperhatikan oleh calon ayah ataupun ibu. Namun faktanya
masa ini seringkali terlupakan, pemeriksaan kesehatan pra nikah dipandang
hanya sebagai sebuah keharusan dan syarat menikah saja. Padahal sebenarnya
pada periode ini adalah periode dimana calon suami-istri melakukan persiapan
sebagai calon ayah dan ibu yang nantinya akan memiliki keturunan. Tidak
dapat dipungkiri lagi bahwa setiap orang tua menginginkan yang terbaik untuk
calon buah hati mereka, mereka menginginkan jika anak yang dilahirkannya
nanti menjadi generasi yang sehat dan cerdas. Disinilah pentingnya
menanamkan pengetahuan pada pasien dengan melakukan pemberian konseling
pranikah. Pemberian konseling prakonsepsi sangat penting untuk
mempersiapkan kehamilan, selain untuk melindungi ibu, hal ini juga ditujukan
agar nantinya ibu dapat melalui rangkaian proses kehamilan, persalinan, dan
nifas yang sehat dan aman, serta anak-anak yang dilahirkan nantinya dapat
menjadi generasi yang cerdas dan berkualitas. Berkualitas disini dalam artian
menjadi anak yang sehat, cerdas dan juga dapat bersaing di era global.
Pada hasil pemeriksaan yang dilakukan kepada Nn. W didapati bahwa
semua pemeriksaan dalam batas normal yang artinya Nn. W dinyatakan sudah
bisa dinyatakan sehat. Penatalaksanaan yang diberikan pada Nn. W berupa
pemberian konseling prakonsepsi, hasil evaluasi menyatakan bahwa Nn. W
mengerti dengan penjelasan petugas, dan aktif menjawab saat diberikan
pertanyaan. Secara garis besar dapat ditarik kesimpulan bahwa Nn. W telah
lolos / siap untuk proses kehamilan, serta pemberian asuhan yang dilakukan
pada Nn. W berupa penguatan dan pemberian pengetahuan pada calon ibu
untuk persiapan menikah dan perencanaan kehamilan telah tercapai.
39
BAB 5
PENUTUP
5.1 Simpulan
1. Periode prakonsepsi merupakan periode kritis pertama yang harus
diperhatikan calon ayah/ibu jauh hari sebelum memiliki anak.
Minimnya pengetahuan bagi calon ibu / ayah, akan berdampak pada
keturunan yang dihasilkan nantinya. Oleh karena itu dengan adanya
konseling kesehatan reproduksi bagi calon pengantin maka adanya
kesiapan diri untuk menjadi calon ayah / ibu dengan melahirkan
anak yang sehat dan berkualitas.
2. Kolaborasi antara bidan, petugas analis kesehatan, dokter umum,
dan calon pengantin dengan pemberian konseling prakonsepsi,
seperti kesehatan reproduksi yang sangat dibutuhkan, serta
kesediaan catin untuk dilakukan pemeriksaan fisik, pemeriksaan
laboraturium, dan adanya kolaborasi dengan dokter untuk
pembacaan hasil laboraturium dan pemberian surat keterangan
menikah yang telah disetujui oleh dokter karena telah memenuhi
persyaratan sebagai catin. Pada Nn. W usia 25 tahun telah dilakukan
pemeriksaan fisik dan pemeriksaan penunjang didapatkan dengan
hasil dalam batas normal.
3. Dengan dilakukannya konseling tentang pengetahuan prakonsepsi
seperti persiapan kehamilan ibu, yang bertujuan untuk melindungi
ibu, hal ini juga ditujukan agar nantinya ibu dapat melalui rangkaian
proses kehamilan, persalinan, dan nifas yang sehat dan aman serta
anak-anak yang dilahirkan nantinya dapat menjadi generasi yang
cerdas dan berkualitas. Serta asupan gizi yang dibutuhkan
menjelang prakonsepsi seperti Asam Folat, Zat Besi, Vitamin C, B6,
Zinc, Selenium dan Kalsium. Dengan pemberian konseling maka
catin memiliki pengetahuan yang update tentang hal – hal yang
penting pada masa prakonsepsi, dengan dievaluasi diakhir maka
catin aktif bertanya dan memahami dengan penjelasan yang telah
disampaikan oleh pengkaji dan adanya program perencanaan
pendampingan catin yang dilakukan oleh petugas 1000 HPK.
5.2 Saran
Sebaiknya pemberian konseling prakonsepsi tidak hanya dilakukan pada
calon pengantin saja akan tetapi sudah harus mulai ditanamkan sejak dini
saat remaja, mengingat banyaknya calon pengantin yang masih dibawah 20
tahun, dengan adanya konseling prakonsepsi lebih dini maka mereka akan
lebih memperhatikan dan mempersiapkan sebagai calon ayah/ibu, dengan
menghasilkan anak yang sehat dan berkualitas.
40
Daftar Pustaka
Abdul aziz. 2018. Membangun karakter anak dengan al qur’an.
Semarang : Cv. Pilar nusantara.
Lampiran
Dokumentasi
43