Anda di halaman 1dari 56

LAPORAN KEGIATAN PRAKTEK BELAJAR LAPANGAN (PBL)

PERENCANAAN PROGRAM GIZI (PPG)


PUSKESMAS NUSA INDAH
TAHUN 2022

Di Susun Oleh :
1. Istiqomah Reza Vahlevi P05130219014
2. Delvia Aurora P05130219003
3. Foulla Givfa Ranggini P05130219053
4. Sylvi Wulandary P05130219075
5. Elsa Nurhayani P05130219051
6. Sela Kartika Permata Sari P05130219071
7. Olivia Sthevany Miranda P P05130219024
8. Olivia Dinda Santika P05130219066
9. Deny Rizky Iftitah P05130219047

PRODI GIZI DAN DIETETIKA


PROGRAM SARJANA TERAPAN JURUSAN GIZI
POLTEKKES KEMENKES BENGKULU
TAHUN 2022

i
LEMBAR PENGESAHAN
LAPORAN KEGIATAN PRAKTEK BELAJAR LAPANGAN (PBL)
PERENCANAAN PROGRAM GIZI (PPG)
PUSKESMAS NUSA INDAH
TAHUN 2022

Laporan ini telah diperiksa dan disetujui oleh :


Mengetahui,

Pembimbing Akademik, Pembimbing Lapangan,

Dr. Tonny Cortis Maigoda, SKM., MA Wiwik Kamiliyah, SST


NIP.196101101981031003 NIP.198906042011012008

Ka. Prodi S.Tr. Gizi dan Dietetika, Kepala Puskesmas,

Tetes Wahyu W., SST., M.Biomed Liliana, SST, SKM, MAP


NIP.198106142006041004 NIP.197202071990032001

i
DAFTAR ISI

LEMBAR PENGESAHAN................................................................................................i
DAFTAR ISI........................................................................................................................ii
DAFTAR TABEL..............................................................................................................iii
DAFTAR LAMPIRAN.....................................................................................................iv
KATA PENGANTAR........................................................................................................v
BAB I PENDAHULUAN..................................................................................................1
A. Latar Belakang.....................................................................................................1
B. Tujuan..................................................................................................................3
C. Manfaat................................................................................................................3
D. Lokasi...................................................................................................................4
BAB II TINJAUAN PUSTAKA......................................................................................5
A. Pengertian Perencanaan Program Gizi.................................................................5
B. Siklus Perencanaan...............................................................................................6
C. Manajemen Perencanaan......................................................................................7
D. Langkah-Langkah Perencanaan...........................................................................7
E. Penentuan Pemilihan Institusi............................................................................10
F. Penentuan Metode Perencanaan.........................................................................10
G. Penentuan Tingkat Perencanaan........................................................................11
H. Rencana Kerja....................................................................................................12
I. Penentuan Metode Perencanaan.........................................................................13
J. Faktor-faktor Yang Mempengaruhi Masalah Gizi.............................................13
K. Program-Program Gizi Puskesmas....................................................................14
BAB III PELAKSANAAN PBL....................................................................................24
A. Gambaran Umum Lokasi PBL...........................................................................24
B. Hasil Pelaksanaan Kegiatan PBL.......................................................................31
C. Pembahasan........................................................................................................36
BAB IV KESIMPULAN DAN SARAN........................................................................45
A. Kesimpulan........................................................................................................45
B. Saran...................................................................................................................45
DAFTAR PUSTAKA........................................................................................................46
LAMPIRAN........................................................................................................................47

ii
DAFTAR TABEL
Tabel 3.1 Jumlah Tenaga Di Sarana Kesehatan
Puskesmas Nusa Indah Tahun 2022
Tabel 3.2 Nama Posyandu di Kelurahan
dalam Wilayah Kerja Puskesmas Nusa Indah Kota Bengkulu
Tabel 3.3 Data Pencapaian Target
Program Gizi di Puskesmas Nusa Indah

iii
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1. Kegiatan Posyandu
Lampiran 3. Kegiatan Vaksin
Lampiran 4. Mengonsultasi Data
Lampiran 5. Konsultasi Laporan Dengan Pembimbing Lapangan
Lampiran 6. Pemberian Ibu Hamil KEK Yang Mendapat PMT
Lampiran 7. Bimbingan Laporan Dengan Pembimbing Akademik

iv
KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadiran Tuhan Yang Maha Esa atas rahmat dan hidayat-nya
serta kemudahan yang diberikannya sehingga penyusun dapat menyelesaikan laporan
ini di Politeknik Kesehatan Bengkulu. Dalam menyelesaikan laporan ini penyusun
telah mendapatkan masukan dan bantuan dari berbagai pihak, oleh karena itu
penyusun mengucapkan terima kasih kepada :
1. Ibu Eliana, SKM., MPH sebagai Direktur Politeknik Kesehatan Kemenkes
Bengkulu
2. Bapak Anang Wahyudi, S.Gz., MPH sebagai Ketua Jurusan Gizi Politeknik
Kesehatan Kemenkes Bengkulu
3. Bapak Tetes Wahyudi W. STT.,M Biomed sebagai Ketua Prodi Sarjana Terapan
Gizi dan Dietetika Kemenkes Bengkulu
4. Bapak Dr. Tonny Cortis Maigoda, SKM., MA sebagai Dosen Gizi selaku
Pembimbing Akademik Praktek Belajar Lapangan Perencanaan Program Gizi
5. Ibu Wiwik Kamiliyah, SST sebagai Pembimbing Lapangan Praktek Belajar
Lapangan Perencanaan Program Gizi di Puskesmas Nusa Indah
Penulis menyadari bahwa dalam pembuatan laporan ini belum sempurna dan
banyak kekurangan baik dari segi data maupun dalam penyajian. Segala saran dan
masukan sangat berarti demi perbaikan laporan ini. Penulis berharap semoga laporan
praktek belajar lapangan ini bermanfaat bagi semua pihak serta dapat membawa
perubahan positif terutama bagi penulis dan pembaca. Atas perhatian dan
masukannya penulis mengucapkan terima kasih
Bengkulu, Mei 2021

Penulis

v
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Perencanaan merupakan bagian dari manajemen yang merupakan suatu
proses penyusunan yang sistematis mengenai kegiatan-kegiatan yang perlu
dilakukan untuk mengatasi masalah-masalah yang dihadapi dalam rangka
pencapaian tujuan yang telah ditetapkan. Perencanaan dapat diartikan pula
sebagai cara bagaimana mencapai tujuan sebaik-baiknya dengan sumber daya
yang ada supaya lebih efisien dengan memperhatikan lingkungan sosial budaya,
fisik dan biologik (Sudirman, 2016).
Menurut WHO Perencanaan Kesehatan adalah suatu ketelitian,
interpretasi yang cermat serta upaya pengembangan pelayanan kesehatan yang
teratur yang dilaksanakan atas dasar pemanfaatan seluruh ilmu pengetahuan
modern serta pengalaman yang dimiliki, sedemikian rupa sehingga terpenuhi
kebutuhan kesehatan masyarakat berdasarkan sumbersumber yang tersedia
(Sudirman, 2016). Perencanaan kesehatan merupakan suatu proses yang terdiri
dari langkah langkah yang berkesinambungan (Sequential); artinya suatu langkah
tidak dapat dilakukan sebelum langkah sebelumnya terlaksana (Sudirman, 2016).
Pembangunan kesehatan pada hakekatnya adalah upaya yang dilaksanakan
oleh semua komponen Bangsa Indonesia yang bertujuan untuk meningkatkan
kesadaran, kemauan, dan kemampuan hidup sehat bagi setiap orang agar terwujud
derajat kesehatan masyarakat yang setinggi-tingginya, sebagai investasi bagi
pembangunan sumber daya manusia yang produktif secara sosial dan ekonomis.
Keberhasilan pembangunan kesehatan sangat ditentukan oleh kesinambungan
antar upaya program dan sektor, serta kesinambungan dengan upaya-upaya yang
telah dilaksanakan oleh periode sebelumnya (Balai Teknik Kesehatan Lingkungan
dan Pengendalian Penyakit, 2019).
Beban gizi ganda atau Double Burden of Malnutrition (DBM) adalah
suatu keadaan ko-eksistensi antara kekurangan gizi dan kelebihan gizi

1
makronutrien maupun mikronutrien di sepanjang kehidupan pada populasi,
masyarakat, keluarga dan bahkan individu yang sama (WHO, 2010). Masalah gizi
di Indonesia terbanyak pada empat kelompok rawan gizi yang terdiri dari ibu
hamil, ibu menyusui, bayi, balita, dan lansia.
Permasalahan gizi masih menjadi tantangan yang nyata di negara-negara
berkembang. Masalah gizi pada balita usia dibawah 5 tahun (balita) dapat
berdampak serius secara jangka pendek maupun jangka panjang. Balita yang
mengalami gizi buruk dan kurang dapat berdampak terhadap morbiditas bahkan
di negara-negara berkembang kekurangan gizi merupakan salah satu faktor
penyebab kematian anak. Secara jangka panjang akan berdampak terhadap
terjadinya gangguan gizi kronis atau balita tumbuh menjadi lebih pendek
(stunting) dari anak seusia nya. Hal ini dapat berdampak pada menurunnya
kecerdasanatau kemampuan kognitif, meningkatnya morbiditas serta
meningkatkan risiko terhadap penyakit tidak menular (PTM) di masa mendatang
(Utami & Mubasyiroh, 2019).
Pembangunan kesehatan sebagai bagian dari upaya membangun manusia
seutuhnya antara lain diselenggarakan melalui upaya kesehatan anak sedini
mungkin sejak anak masih dalam kandungan. Keberhasilan pembangunan suatu
bangsa berkaitan erat dengan kualitas Sumber Daya Manusia (SDM) yang baik.
Pembentukan kualitas SDM yang optimal, baik sehat secara fisik maupun
psikologis sangat bergantung dari proses tumbuh kembang anak (Ramadhanti et
al., 2019).
Keterlambatan pertumbuhan dan perkembangan merupakan masalah yang
serius bagi negara maju maupun negara berkembang di dunia. Status gizi
merupakan salah satu faktor yang sangat berpengaruh terhadap pertumbuhan dan
perkembangan anak. Status gizi yang kurang akan menghambat laju
perkembangan yang dialami individu, akibatnya proporsi 3 struktur tubuh
menjadi tidak sesuai dengan usianya yang pada akhirnya akan berimplikasi pada
perkembangan aspek lainnya (Ramadhanti et al., 2019).

2
Berdasarkan data Riskesdas 2018 status gizi anak Indonesia usia 0-23
bulan menurut indeks BB/U yaitu Gizi Buruk 3,8%, Gizi Kurang 11,4%, dan
Gizi Lebih 2,7%. Menurut data Riskesdas 2018 di Kota Bengkulu status gizi
anak usia 0-23 bulan dengan indek BB/U yaitu Gizi Buruk 2,05%, Gizi Kurang
6,92%, dan Gizi Lebih 6,95%.
Menurut data Riskesdas yang diambil dari tahun 2014 - 2018 cakupan ASI
eksklusif di Indonesia pada tahun 2014 sebesar 37,3%, 2015 sebesar 55,7%,
tahun 2016 sebesar 54%, tahun 2017 sebesar 61,33%, dan pada
tahun 2018 mengalami penurunan yang signifikan yaitu sebesar 37,3%.
Provinsi dengan cakupan pemberian ASI Eksklusif terendah adalah Provisi
Bengkulu (42,5%).
Menurut laporan Dinas KesehatanProvinsi Bengkulu pada tahun 2018
terdapat satu puskesmas yang memiliki cakupan ASI Eksklusif tertinggi sebesar
86,9% (Puskesmas Nusa Indah)  dan 1 cakupan ASI Eksklusif terendah sebesar
63,8% (Puskesmas Lingkar Barat).
Berdasarkan data Riskesdas 2018, prevalensi anemia pada remaja sebesar 32 %,
artinya 3-4 dari 10 remaja menderita anemia. Hal tersebut dipengaruhi oleh kebiasaan
asupan gizi yang tidak optimal dan kurangnya aktifitas fisik. Berdasarkan
sasaran remaja putri yang mendapat tablet Fe di Provinsi Bengkulu pada tahun
2018 hanya sebanyak 35,1% atau 72.685 orang yang mendapatkan tablet Fe dari
jumlah seluruh sasaran yaitu 206.857 orang.
Di Indonesia berdasarkan data Riskesdas tahun 2018 prevalensi ibu
hamil yang mengalami KEK sebesar 17,3 %. Berdasarkan Riskesdas tahun 2018
Provinsi Bengkulu memiliki angka Ibu hamil KEK yang cukup tinggi,
di Provinsi Bengkulu angka kejadian KEK mencapai (12,1%).
Berdasarkan data Dinas kesehatan kota Bengkulu Di kota Bengkulu ibu
hamil KEK terus meningkat selama 4 tahun terakhir, pada tahun 2016 ibu
hamil KEK di kota Bengkulu mencapai 126 orang (1,7%), pada tahun 2017 ibu
hamil KEK di kota Bengkulu 290 orang (3,9%), dan pada tahun 2018 ibu

3
hamil KEK di kota Bengkulu meningkat lagi menjadi 342 orang (4,6%), pada
tahun 2019 ibu hamil KEK mencapai 487 orang (6,5%).
Berdasarkan data tersebut maka perlu dilaksanakan sosialisasi untuk
perbaikan status gizi di Kota Bengkulu melalui Perencanaan Program Gizi
(Dinas Kesehatan Provinsi Bengkulu, 2018).

B. Tujuan
1. Tujuan Umum
Memberikan pengalaman belajar dan keterampilan kepada mahasiswa
agar memperoleh hasil yang efisien, efektif dan optimal dalam memperoleh,
mengolah, menganalisa data dan informasi serta membuat perencanaan
intervensi untuk mengatasi masalah gizi.
2. Tujuan Khusus
a. Mahasiswa mampu melakukan analisis situasi gizi di wilayah kerja
Puskesmas berdasarkan data program gizi yang diperoleh dari puskesmas.
b. Mahasiswa mampu menentukan prioritas masalah gizi di puskesmas
berdasarkan data yang telah dianalisis.
c. Mahasiswa mampu menyusun rencana intervensi gizi sesuai dengan
prioritas masalah gizi.
d. Mahasiswa mampu menyusun rencana monitoring dan evaluasi program
gizi

C. Manfaat
a. Mahasiswa, masyarakat bersama dengan instalasi terkait dapat mengetahui
permasalahan-permasalahan yang terjadi di puskesmas Nusa Indah Kota
Bengkulu.
b. Mahasiswa dapat meningkatkan ilmu pengetahuan dalam bidang kesehatan
dalam rangka mencapai derajat kesehatan yang optimal,
c. Mahasiswa dapat melakukan analisis situasi masalah gizi di Puskesmas Nusa
Indah Kota Bengkulu.

4
d. Mahasiswa dapat mengidentifikasi masalah gizi yang ada di Puskesmas Nusa
Indah Kota Bengkulu berdasarkan hasil dari data sekunder.
e. Mahasiswa dapat membuat prioritas masalah gizi yang berhubungan dengan
status kesehatan masyarakat di Puskesmas Nusa Indah Kota Bengkulu.
f. Mahasiswa dapat membuat pemecahan masalah dan merencanakan program
gizi dari masalah yang ada di Puskesmas Nusa Indah Kota Bengkulu.

D. Lokasi
Lokasi yang digunakan pada kegiatan PBL Perencanaan Program Gizi (PPG)
adalah di UPDT Puskesmas Nusa Indah Bengkulu.

5
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

A. Pengertian Perencanaan Program Gizi 


Perencanaan merupakan alat yang efisien, dengan langkah-langkah yang
logis dapat menjamin kemantapan dalam menanggapi berbagai macam
perkembangan dalam merumuskan dan melaksanakan kebijakan dibidang pangan
dan gizi. Perencanaan gizi adalah metode dan prosedur yang teratur untuk
merumuskan keputusan yang mantap pada tingkat pemerintah. Dari sudut
pandang gizi, perencanaan gizi adalah komponen utama dari proses perencanaan
yang terdiri dari kesatuan yang sistematis dan terorganisir (Suhardjo, 2002).
Tahapan perencanaan program gizi terdapat 5 langkah (WHO, 1999)
yaitu :
1. Mengamati keadaan. Keadaan kesehatan dan gizi masyarakat dapat diamati
melalui berbagai sumber diataranya adalah keadaan geografi, keadaan
kesehatan, keadaan gizi, organisasi pelayanan kesehatan, dan SDM.
Diperoleh dengan cara wawancara, observasi, dan membaca laporan.
2. Mengenali masalah. Masalah memuat 2 hal, yaitu pertama, kesulitan atau
hambatan yang timbul diantara keadaan sekarang atau hambatan yang timbul
diantara keadaan sekarang dan tujuan yang diinginkan dimasa depan. Kedua,
kesenjangan yang dirasakan antara apa yang ada dan seharusnya ada.
3. Menetapkan tujuan. Tujuan dibuat supaya hasil perencanaan dapat
dievaluasi, yang mana tujuan harus memuat kriteria yaitu relevan, dapat
diamati, dan dan dapat dilaksanakan.
4. Mengkaji hambatan. Hambatan pada perencanaan program gizi dapat
dianalisis dengan membuat daftar tujuan. Dengan 3 kategori yaitu hambatan
yang dapat diatasi, hambatan yang dapat dimodifikasi, dan hambatan yang
tidak dapat diatasi.
5. Merencanakan/menjadwalkan kegiatan secara rinci Pelaksanaan
peerencanaan program gizi harus mempertimbangkan sumber daya yang

6
dibutuhkan, memilih tindakan yang terbaik, dan menentukan secara rinci
kegiatan yang perlu dilakukan.
Proses perencanaan gizi melibatkan 7 langkah (Supariasa, 2017) yaitu :
1. Tinjauan pustaka.
2. Identifikasi.
3. Persiapan.
4. Penilaian.
5. Persetujuan.
6. Pelaksanaan.
7. Evaluasi.

B. Siklus Perencanaan
Perencanaan adalah bagian dari suatu proses yang dapat diformulasikan
dalam suatu siklus di bawah ini:

Analisis
Situasi

Evaluasi Perencanaan

Pelaksanaan

Siklus Perencanaan
Siklus diatas memperlihatkan bahwa analisis situasi saat ini merupakan
sasaran utama dari identifikasi masalah. Berdasarkan identifikasi masalah,
rencana dikembangkan untuk memecahkan masalah dengan melaksanakan
rencana. Setelah beberapa waktu tertentu pelaksanaan rencana, maka evaluasi
dilakukan untuk melihat sampai sejauh mana sasaran dan target rencana telah
terlaksana dan tercapai. Kemudian siklus dilengkapi dengan penilaian kembali
dari situasi sekarang ini. Secara teori proses berlangsung terus sampai masalah
dapat terpecahkan (Aritonang, 2013)

7
Perencanaan meliputi langkah-langkah utama sebagai berikut :
1. Penentuan tujuan dan sasaran harus konsisten.
2. Gambaran program dan proyek dengan target yang sesuai.
3. Formulasi kebijakan dan pengukuran disiapkan untuk menilai Pencapaian
target.
4. Pembagian tugas dan tanggung jawab dalam melaksanakan program.
5. Penentuan anggaran yang diperlukan untuk perancanaan.

C. Manajemen Perencanaan
Manajemen adalah kumpulan dari beberapa sasaran kegunaan dan
pengendalian waktu, tenaga, uang, dan sumber daya lain ini dicapai dengan
memiliki seperangkat keputusan tentang penggunaan sumber-sumber dan aksi
yang dilakukan. Ahli gizi masyarakat perlu mengerti teknik manajemen, karena
akan bertanggung jawab sebagai manager program atau bagian suatu program.
Manejemen meliputi perencanaan, penyusunan biaya, pengamatan personal,
mencatat atau menilai prestasi dan pengadaan. Beberapa metode manejemen
biasa dipakai untuk berbagai program tetapi memerlukan tambahan latihan dalam
teori organisasi, pembinaan personal, sistem data, analisis biaya dan pelaksanaan
dalam struktur kelembagaan (Aritonang, 2013). 
Sasaran penggunaan teknik manajemen adalah memakai sebanyak-
banyaknya sumber daya. Salah satu kunci adalah menghemat waktu dengan
mengurangi beberapa fungsi bila memungkinkan. Misalnya ahli gizi menghemat
waktu dalam memeriksa catatan status gizi dengan keahlian yang dimiliki.
Manejemen dapat memanfaatkan sumber daya yang terbatas meskipun tidak
dapat meningkatkan ketersediaan sumber-sumbernya (Aritonang,2013). 

D. Langkah-Langkah Perencanaan
Program Perencanaan yang dimaksudkan adalah salah satu identifikasi
kebutuhan dan potensi analisis altematif mengatasi alokasi sumber-sumber yang
muda dikelola serta menentukan alternatif biaya dan keuntungan. Perencanaan

8
utama gizi masyarakat adalah penyusunan rencana program yang merupakan
tugas utama ahli gizi masyarakat (Aritonang,2013).
1. Perencanaan program 
Suatu program mencakup koordinasi antara personil, fasilitas, uang,
alta, penyediaan barang dan jasa lain untuk mencapai tujuan spesifik.
Perencanaan program berupa menyusun permasalahan dan sumber-sumber
kedalam kerangka kerja, sehingga mempermudah penggunaan dalam
memecahkan masalah. Penentuan masalah telah banyak dikenal melalui
statistik, kumpulan data dengan  tujuan tertentu, atau informasi yang bisa
diperoleh lembaga lintas sektor dan Lintas program dalam sektor yang sama.
Mindset data dasar adalah awal bagaimana mengukur keberhasilan,
menentukan sasaran, tujuan dan metode evaluasi yang dipastikan untuk
dicapai, sehingga pelaksanaannya diarahkan kepada sasaran (Aritonang,
2013).
Penentuan perlunya studi kelayakan dipertimbangkan atas dasar
ketersediaan sumber daya, waktu, personal dan biaya, biasanya dilakukan
setelah ditentukan tujuan umum barulah dibuat tujuan-tujuan khusus untuk
mencapai tujuan umum. Selanjutnya memilih rencana yang terbaik untuk
evaluasi terhadap aktivitas program, yang direncanakan sebelum program
berjalan. Evaluasi meliputi :
a. Apa yang akan di evaluasi ?
b. Apa saja yang akan diukur ?
c. Bagaimana metode pengukuran?
d. Bagaimana cara mengumpulkan data ?
2. Koordinasi dan Organisasi
Koordinasi dan organisasi yang dimaksudkan adalah tingkat
persiapan, yang mana bila ada staf lain disamping ahli gizi, maka harus
dikoordinasikan. Suatu saat bukan hanya ada seorang ahli gizi tetapi juga ahli
lain (seperti ahli kehidupan, keluarga, dan teknisi) diantara staf yang ada.
Jumlah uang bisa menjadi kunci pokok, yakni berapa yang tersedia dan

9
penggunaannya untuk pembelian barang-barang atau peralatan (Aritonang,
2013)
3. Pelaksanaan Perencanaan
Pelaksanaan rencana dilakukan apabila program benar-benar akan
dimulai. Para staf telah dilatih, ruangan tempat peralatan tersedia dan
konsensus sudah jelas. Ahli gizi sebagai perencana mulai melakukan
pengukuran dan membantu memasukan data pembuatan grafik. Setelah
program sedang berjalan, adakan penelaahan (review) untuk mengontrol
apakah arah sesuai, untuk mengetahui bahwa program berjalan sesuai
rencana (Aritonang, 2013)
Perencanaan yang baik atau cocok sangat perlu diperhatikan dalam
usaha perbaikan gizi, baik pada tingkat organisasi nasional, regional, atau
lokal. Pada organisasi tingkat nasional komponen penasehat tingkat atas
dibuat dalam hal pembuatan kebijakan dan perencanaan, serta komponen
pelayanan yang merupakan suatu unit badan yang menanggapi perumusan –
perumusan dari fungsi perencanaan (Aritonang, 2013)
4. Proses Perencanaan
Pengelolaan atau manajemen digambarkan sebagai suatu usaha
menyelesaikan suatu pekerjaan, melalui orang-orang dengan melibatkan
sumber daya untuk mencapai sasaran tertentu. Pengelolaan dimaksudkan
untuk mendapatkan suatu cara yang sebaiknya dilakukan, agar sumber daya
yang terbatas dapat mencapai sasarannya.
Sebelum memulai perencanaan yang sebenarnya, terlebih dahulu
dibuat rencana proses perencanaan. Hal ini didapat agar suatu pedoman/
petunjuk untuk membuat rencana yang akan dilaksanakan. Kemudian dalam
bentuk Term of reference (TOR). Penyusunan rencana proses perencanaan
ialah juga akan dipilih institusi nama yang akan terlibat dan metodelogi apa
yang akan terlibat dan metodelogi apa yang akan dipergunakan.
Langkah-langkah dalam merencanakan proses perencanaan meliputi
penentuan pemulihan kelembagaan, penentuan metode perencanaan,

10
penentuan tingkat-tingkat perencanaan dan macam-macamnya, dan
pembuatan TOR (Aritonang, 2013)

E. Penentuan Pemilihan Institusi


Penentuan lembaga yang akan terlibat dalam proses perencanaan panitia
perlu mempertimbangkan perbedaan yang ada, kemudian menganalisisnya secara
lebih luas (Aritonang, 2013)
Analisa menitik beratkan pada sektor kesehatan dan gizi yang meliputi :
1. Identifikasi sektor kesehatan dan gizi serta unsur-unsurnya disuatu daerah atau
negara, yaitu :
a. Mengidentifikasi ruang lingkup (gizi kesehatan) secara luas dan
b. Menetapkan sektor kesehatan dari gizi dalam kaitannya dengan
pemilihan institusi yang akan dipakai
2. Memberikan gambaran dari masing-masing unsur yang meliputi :
a. Mencatat lembaga yang ada kemudian membagikan dalam kategori :
umum atau pemerintah, swasta, dan campuran (semi private atau semi
publik)
b. Penggambaran fungsi masing-masing secara luas seperti masalah
pencegahan, pengobatan, rehabilitasi, bantuan dan penasehat
c. Mencatat jenis fasilitas yang dimiliki oleh masing-masing lembaga
d. Identifikasi penyebab pelayanan kesehatan dan gizi apakah disebarkan
secara luas, dibatasi pada setiap : daerah, kota besar, provinsi, dan lain-
lain

F. Penentuan Metode Perencanaan


Kriteria-kriteria yang dipakai untuk menentukan perencanaan yang akan
digunakan, yaitu :
1. Menggunakan pendekatan ilmiah (sistematis, logis, rasional) dalam
mengidentifikasi memecahkan masalah
2. Cukup fleksibel (dapat disesuaikan dengan keadaan setempat)
3. Pendekatan total

11
4. Perubahannya kecil
5. Mampu memformulasikan perencanaan gizi dalam hubungan perencanaan
lain
6. Menetapkan hal-hal yang diperlukan untuk memperbaiki data perencanaan
7. Ada tahap-tahapan perencanaan sehingga memudahkan pemantauan dan
evaluasi

G. Penentuan Tingkat Perencanaan


Tingkat perencanaan ditentukan oleh luasnya fungsi pengambil keputusan
dan keahlian perencanaan yang tersedia pada setiap tingkat. Macam tingkat
perencanaan dapat dibaut dari atas kebawah (pusat ke daerah), dari tingkat bawah
keatas atau kombinasi dari keduanya (Aritonang, 2013)
1. Pembuatan Terms of Reference (TOR)
Terms of Reference (TOR) paling sedikit dapat memberikan gambaran
tentang perencanaan dan tujaunnya, serta sifat umum perencanaan. TOR
minimum berisikan :
a. Kebijaksanaan administrasi, implementasi, operasional
b. Tingkat keterlibatan unsur-unsur yang berbeda dari sektor gizi
c. Masalah gizi khusus yang segera ditangani
d. Prioritas dan strategi yang dapat dilihat dari kebijakan maksimal dan
e. Jadwal waktu
Hal-hal yang perlu dilakukan agar perencanaan dapat dilihat sesuai
TOR adalah:
a. Mempertimbangkan keinginan (pemerintah sesuai dengan tingkat-tingkat
perencanaan secara terinci dan waktu yang dibutuhkan untuk melengkapi
rencana tersebut
b. Memperhatikan kebijakan nasional dan tujuan perencanaan nasional,
sehingga akan diketahui masalah apa yang sangat penting yang
diprioritaskan, apa yang akan dilakukan dan bagaimana cara
melakukannya.

12
c. Membuat analisis yang luas mengenai situasi dan data yang diperoleh dari
laporan/hasil diskusi para pemimpin tiap sektor dan dari dokumen-
dokumen lain
d. Membuat suatu keputusan mengenai tingkat keterlibatan unsur-unsur
(komponen) yang berbeda dalam sektor gizi
e. Mempertimbangkan jadwal waktu dari perkembangan perencanaan
nasional. Hal ini berguna bagi perencana untuk menentukan jadwal waktu
perencanaan kesehatan (Aritonang,2013).

H. Rencana Kerja
Intervensi gizi aksi dari pelaksanaan gizi yang mengutamakan
pengenalan atau jasa (pelayanan) pada sistem pangan untuk tujuan perbaikan gizi
dari golongan tertentu. Efektivitas intervensi gizi dapat berhasil baik bila desain
dan konsepsi rencananya tidak begitu besar. Intervensi gizi secara individu dapat
dilakukan, tetapi akan lebih berarti bila dilaksanakan secara integral dengan
pembangunan yang sedang meliputi: Pertama peranan gizi yang spesifik
terhadap strategi pembangunan nasional.
Usaha perbaikan seperti juga kegiatan pembangunan lain, memerlukan
mobilitas dan pengorganisasian kegiatan pembangunan lain, memerlukan
mobilitas dan pengorganisasian tindakan politik, sumber ekonomi, serta aktivitas
institusi. Usaha tersebut akan lebih efektif dan efisien bila telah terencana
dengan baik. Konsekuensinya elemen kedua dari rencana adalah kejelasan
(ketegasan) proses perencanaan gizi. Ada kalanya proses ini memerlukan
tindakan “potong kompas” untuk mendiagnosis masalah, tujuan yang spesifik,
model intervensi dan pemilihan serta pelaksanaan program dan evaluasi
(Aritonang,2013).

13
I. Penentuan Metode Perencanaan
Kriteria-kriteria yang dipakai untuk menentukan perencanaan yang akan
digunakan yaitu:
1. Menggunakan pendekatan ilmiah (sistematis, logis, rasial) dalam
mengidentifikasi dan memecahkan masalah
2. Cukup fleksibel (dapat disesuaikan dengan keadaan setempat)
3. Pendekatan total
4. Perubahannya kecil
5. Mampu memformulasikan perencanaan gizi dalam hubungan dengan
perencanaan lain
6. Menetapkan hal-hal yang diperlukan untuk memperbaiki data perencanaan
7. Ada tahap-tahap perencanaan sehingga memudahkan pemantauan dan
evaluasi (Aritonang, 2013).

J. Faktor-faktor Yang Mempengaruhi Masalah Gizi


Menurut soekirman (2000), faktor-faktor yang mempengaruhi gizi terdiri
dari penyebab langsung dan tidak langsung.
1. Penyebab langsung, yaitu:
a. Asupan Makanan
b. Penyebab infeksi yang mungkin diderita
Timbulnya gizi kurang tidak hanya dikarenakan makanan yang kurang
tetapi juga karena penyakit. Anak yang mendapat makanan cukup baik
tetapi sering diserang diare atau demam akhirnya dapat menderita kurang
gizi. Sebaliknya, anak yang mendapat makanan yang tidak cukup baik,
daya tahan tubuhnya dapat melemah. Dalam keadaan demikian mudah
terserang infeksi, kurang nafsu makan, dan akhirnya berakibat kurang gizi.
2. Penyebab tidak langsung, yaitu:
a. Ketahanan pangan keluarga, yaitu kemampuan keluarga untuk memenuhi
kebutuhan pangan seluruh anggota dalam jumlah yang cukup dan baik
untuk gizinya. Ketahanan pangan keluarga mencakup ketersediaan pangan

14
baik dari hasil produksi sendiri maupun dari sumber lain atau pasar. Harga
pangan dan daya beli keluarga serta pengetahuan tentang gizi dan
kesehatan.
b. Pola pengasuhan anak meliputi sikap dan perilaku ibu atau pengaruh lain
dalam hal kedekatannya dengan anak, memberikan makan, merawat,
menjaga kebersihan, memberi kasih sayang dan sebagainya.
c. Pelayanan kesehatan dan sanitasi lingkungan, yaitu akses dan
keterjangkauan anak dan keluarga terhadap air bersih dan pelayanan
kesehatan yang baik seperti imunisasi, pemeriksaan kehamilan,
pertolongan persalinan, penimbangan anak pendidikan kesehatan dan gizi
serta sarana kesehatan yang baik. Semakin baik ketersediaan air bersih
yang cukup untuk keluarga serta semakin dekat jangkauan keluarga
terhadap pelayanan.
d. Sarana kesehatan, ditambah peningkatan atau pemahaman ibu tentang
kesehatan, semakin kecil resiko anak terkena penyakit dan kekurangan
gizi.

K. Program-Program Gizi Puskesmas


Tujuan pedoman program gizi (PPG) di puskesmas adalah agar dapat
dijadikan pedoman dan pengelola program gizi di puskesmas tersebut dan
sebagai bentuk penanggung jawaban pelaksanaan dalam mengelola program
gizi. 
Terdapat 5 Iangkah yang harus di perhatikan dalam pengelolaan program
gizi pada tingkat puskesmas yaitu identifikasi masalah, analisis masalah.
menentukan prioritas masalah gizi. melaksanakan program intervensi gizi, dan
pemantauan (evaluasi dan monitoring). Pengelolaan program gizi di puskesmas
adalah salah satu komponen pembangunan kesehatan di tingkat kabupaten,
bagian dari peningkatan status pelayanan kesehatan, mendukung tercapainya
status kesehatan dan status perkembangan gizi serta kelangsungan hidup. 

15
Status pelayanan kesehatan terdiri dari cakupan pengelolaan pelayanan
program kesehatan dan sarana-prasarana kesehatan. Salah satu pengelolaan
program kesehatan adalah pengelolaan program perbaikan gizi. Pada tingkat
kecamatan atau puskesmas, program perbaikan gizi merupakan salah program
dasar puskesmas dari 7 (tujuh) program dasar yang ada, yaitu Program
Kesehatan lbu dan Anak (KIA), Program Perbaikan Gizi, Program Kesehatan
Lingkungan, Program Promosi Kesehatan, Program Pencegahan dan
Penanggulangan Penyakit (P2P), Program Pengobatan dan Program Spesifik
Lokal.
Pengelolaan program gizi di Puskesmas telah diatur oleh program gizi di
tingkat Kabupaten (Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota), agar program perbaikan
gizi di Kecamatan dapat langsung memberikan dampak pada tingkat kabupaten,
maka harus dikelola dengan baik. 
Berikut ini merupakan 18 indikator program-program gizi di puskesmas 
secara nasional :
1. Balita gizi buruk BB/TB sangat kurus
Target nasional untuk Gizi buruk yang mendapat perawatan adalah
84%. Status gizi balita merupakan salah satu indikator yang menggambarkan
tingkat kesejahteraan masyarakat. Salah satu cara penilaian status gizi pada
Balita adalah dengan antropometri. Sejak  tahun 2010 untuk mengukur
keadaan gizi anak balita digunakan standar Antropometri WHO-2005 yang
diukur melalui indeks Berat Badan menurut umur (DB/U) atau berat badan
terhadap tinggi badan (BB/TB).
Kategori yang digunakan adalah: gizi lebih (z-score>+2 SD); gizi baik
(z-score-Z SD sampai +2 SD); gizi kurang (z-score<-2 SD sampai -3 SD)
dan gizi buruk (z-score<-3 SD) untuk indeks berat badan menurut umur.
Untuk mengetahui status gizi balita secara proposional maka
dilakukan juga pcngukuran dengan indeks TB/U dengan kategori: sangat
pendek (z-score <-3), pendek (z-score<-2 SD sampai -3 SD) dan normal (z-
score-2 SD sampai 2 SD).

16
2. D/S Balita yang Ditimbang 
Target nasional yang harus dicapai puskesmas adalah
70%. Pemantauan status gizi dilakukan dengan memanfaatkan data hasil
Penimbangan bulanan posyandu yang didasarkan pada indikator SKDN
tersebut. Indikator yang dipakai adalah D/S (jumlah balita yang ditimbang
dibandingkan dengan jumlah balita di wilayah kerja puskesmas dalam %).
Perhitungan dilakukan dengan mengamati N/D dan D/S setiap bulan pada
wilayah masing-masing wilayah kecamatan. Pemantauan status gizi
dilaporkan setiap bulan dengan mempergunakan laporan yang telah ada.
3. Bayi yang kurang dapat ASI eksklusif <6 bulan
Target nasional minimal yang harus dicapai adalah 45%. Pentingnya
ASI eksklusif memang harus menjadi perhatian dan tanggung jawab sebagai
orang tua untuk menyadari akan dampak pada bayi jika ASI eksklusif tidak
diberikan pada bayi dengan maksimal. Pertumbuhan bayi pada usia 0-6 bulan
bisa sangat terhambat dan kemungkinan besar bayi kurang sistem imunnya.
4. Rumah tangga mengkonsumsi yodium
Target nasional yang harus dicapai puskesmas adalah 84%. Gangguan
Akibat Kekurangan yodium (GAKY) di Indonesia merupakan salah satu
masalah kesehatan masyarakat yang serius mengingat dampaknya sangat
besar terhadap kelangsungan hidup dan kualitas sumber daya manusia. Selain
berupa pembesaran kelenjar gondok dan hipotiroid, kekurangan yodium jika
terjadi pada wanita hamil sehingga mempunyai risiko terjadinya abortus,
lahir mati, sampai cacat bawaan. Jika terjadi pada ibu hamil, maka bayi yang
lahir akan terjadi gangguan perkembangan syaraf, mental dn fisik yang
disebut kretin.
5. Balita 6-59 bulan mendapat kapsul vitamin A setiap 6 bulan sekali
Target nasional pencapaian minimal puskesmas adalah 87%. Bulan
februari dan agustus adalah bulan pemberian kapsul vitamin A. Pada kedua
bulan ini akan dilakukan pembagian suplementasi vitamin A bagi anak
berumur 6-59 bulan. Kapsul biru (dosis 100.000 IU) diberikan untuk bayi

17
umur 6-11 bulan dan kapsul merah (dosis 200.000 IU) untuk anak umur 12-
59 bulan. Vitamin A kapsul merah juga diberikan kepada ibu yang dalam
masa nifas.
6. Ibu hamil mendapatkan tablet tambah darah minimal 90 tablet
Target nasional yang harus dicapai puskesmas 81%. Kebutuhan zat
besi pada wanita hamil yaitu rata-rata mendekati 800 mg. Kebutuhan ini
terdiri dari, sekitar 300 mg diperlukan untuk janin dan plasenta serta 500 mg
lagi digunakan untuk meningkatkan massa hemoglobin maternal. Kurang
lebih 200 mg lebih akan diekskresikan lewat usus, urin dan kulit. Makanan
ibu hamil setiap 100 kalori akan menghasilkan sekitar 8-10 mg zat besi.
Perhitungan makan 3 kali dengan 2500 kalori akan menghasilkan sekitar 20-
25 mg zat besi perhari. Selama kehamilan dengan perhitungan 288 hari, ibu
hamil akan menghasilkan zat besi masih kekurangan untuk wanita hamil
(Manuaba, 2001).
Sumber lain mengatakan, kebutuhan ibu hamil akan Fe meningkatkan
(untuk pembentukan plasenta dan sel darah merah) sebesar 200-300%.
Asupan zat besi yang diperlukan selama hamil ialah 1040 mg. Dari jumlah
ini, 200 mg Fe tertahan oleh tubuh ketika melahirkan dan 840 mg sisanya
hilang. Sebanyak 300 mg Fe ditransfer ke janin, dengan 50-75 mg untuk
pembentukan plasenta, 450 mg untuk menambah jumlah darah merah, dan
200 mg lenyap ketika melahirkan. Banyak angka kejadian anemia ibu hamil
pada trimester I, kehamilan adalah 20%, trimester II 20%, dan trimester III
sebesar 70%.
7. Ibu hamil KEK mendapat PMT (LILA <23,5)
Target nasional yang dicapai puskesmas minimal sebesar 80%.
Kekurangan Energi Kronis (KEK) adalah keadaan dimana remaja putri
mengalami kekurangan gizi (kalori dan protein) yang berlangsung lama atau
menahun. Risiko seorang dikatakan menderita risiko KEK bila LILA <23,5
cm. Kurang gizi akut disebabkan oleh kurangnya mengkonsumsi makanan

18
dalam jumlah yang cukup (dari segi kandungan gizi) pada satu periode
tertentu untuk mendapatkan tambahan kalori.
8. Balita kurus mendapatkan PMT (BB/TB kurus)
Target nasional yang harus dicapai puskesmas sebesar 85%. Angka
normal berat badan (BB) bayi baru lahir harus mencapai 2500 gram. Jika
berat badannya terlalu rendah, dikhawatirkan organ tubuhnya tidak dapat
tumbuh dengan baik. Sebaliknya, jika berat badan bayi lebih dikhawatirkan
kelahirannya melalui operasi sesar. Pertambahan BB bayi bias dilihat
pertriwulan Kenaikan BB berkisar 150-250 gram/minggu. Triwulan II
kenaikan 500-600 gram/bulan. Triwulan III 350-450 gram/bulan, dan
triwulan IV sekitar 250-350 gram/bulan.
9. Remaja putri mendapatkan tablet tambah darah
Target nasional yang harus dicapai puskesmas adalah 52% anemia
adalah kekurangan kadar hemoglobin (Hb) dalam darah yang disebabkan
karena kekurangan zat gizi yang diperlukan untuk pembentukan Hb dalam
darah yang disebabkan karena kekurangan zat gizi yang diperlukan untuk
pembentukan Hb. Di Indonesia sebagian besar anemia ini disebakan karena
kekurangan zat besi Fe yang disebut Anemia Kekurangan Zat Besi atau
Anemia Gizi Besi.
Remaja putri adalah masa peralihan dari anak menjadi dewasa, dengan
perubahan mental. Perubahan fisik ditandai dengan berfungsinya alat
reproduksi seperti menstruasi (umur 10-19 tahun). Wanita Usia Subur
(WUS) adalah wanita pada masa atau periode dimana dapat mengalami
proses reproduksi. Ditandai masih mengalami menstruasi (umur 15-45
tahun). Tablet Tambah Darah (Besi Folat) adalah tablet untuk suplementasi
penangulangan Anemia Gizi yang setiap tablet mengandung Fero sulfat 200
mg atau setara 60 mg besi elemental dan 0,25 mg asam folat.
10. Ibu nifas mendapat Vitamin A
Target nasional yang harus dicapai puskesmas sebesar 73%.
Diketahui bahwa setelah masa persalinan. Organ genital baik internal

19
maupun eskternal akan kembali seperti semula setelah persalinan seperti
layaknya sebelum masa kehamilan. Untuk itu diperlukan asupan vitamin A
untuk mengembalikan kondisi organ genital lebih cepat. Vitamin A penting
untuk ibu setelah melahirkan (masa nifas) Karena persiapan ASI untuk sang
bayi sangatlah penting. Sehingga asupan suplemen vitamin A bias dibeli baik
berupa kapsul obat yang bias langsung diminum, atau secara alami dari buah
dan sayuran.
Dengan konsumsi vitamin A yang cukup pada masa nifas, maka dapat
mencegah bayi kekurangan vitamin A dalam masa pertumbuhannya
maksimal sampai umur 2 tahun. Kekurangnan vitamin A ini mengakibatkan
anak nantinya mudah terserang campak, diare, atau penyakit infeksi lainnya.
11. BBLR mendapatkan IMD
Target nasional yang harus dicapai puskesmas sebesar 58%. Inisiasi
Menyusui Dini (IMD) merupakan awal mula seorang ibu memberikan ASI
kepada bayinya ketika lahir yaitu dalam jam-jam pertama. Target nasional
yang harus dicapai puskesmas adalah 90%. Hal ini yaitu untuk memastikan
bahwa bayi menerima kolostrum (susu pertama), yang kaya akan faktor
protektif (imunitas kekebalan tubuh). Manfaat-manfaat lain yang dapat
diperoleh dari Inisiasi Menyusui Dini (IMD) antara lain:
a. Bayi tetap hangat karena langsung bersentuhan dengan kulit ibu (skin to
skin contact). Hal ini dapat menurunkan risiko kematian bayi akibat
hipotermia (kedinginan).
b. Ibu dan bayi merasa lebih tenang, sehingga membantu pernafasan dan
detak jantung bayi lebih stabil. Dengan demikian, bayi tidak rewel,
sehingga dapat menghemat energi.
c. Memberikan stimulasi dini naluriah dan memberikan kehangatan dan
cinta. Inisiasi menyusui dini akan menjalin ikatan psikis antara ibu dan
bayi.
d. Sentuhan dan hisapan bayi terhadap puting susu ibu dapat merangsang
pelepasan oksitosin yang berperan penting untuk kontraksi Rahim ibu

20
sehingga mempermudah pengeluaran plasenta (ari-ari) dan mengurangi
perdarahan.
e. Disamping itu dapat juga merangsang hormon lain yang membuat ibu
menjadi tenang, rileks, dan mencintai bayi, serta lebih mampu menahan
rasa sakit (karena hormone meningkatkan ambang nyeri) dan timbul rasa
sukacita/kebahagiaan.
f. Lebih lanjut akan merangsang drainase ASI, sehingga ASI matang
(putih) lebih cepat keluar dan produksinya meningkat.
g. Risiko bayi dari infeksi berkurang karena kuman (bakteri) baik dari ibu
mulai menjajah kulit dan usus bayi, dan mencegah kuman berbahaya.
h. Bayi mendapatkan kolostrum susu pertama, yakni cairan berharga tidak
ada tandingannya yang kaya akan antibody dan zat penting lainnya yang
penting untuk daya tahan tubuh dan pertumbuhan usus bayi.
i. Bayi yang menjalani Inisiasi Menyusui Dini akan lebih berhasil
menjalani program ASI eksklusif dan mempertahankan menyusui setelah
6 bulan.
12. BBLR (<2500 gram)
Target nasional yang harus dicapai puskemas adalah 4,6%. BBLR
adalah bayi dengan berat badan lahir kurang dari 2500 gram. BBLR tanpa
memandang masa kehamilan adalah bayi baru lahir yang berat badannya saat
lahir kurang dari 2500 (sampai dengan 2499 gram). Penyebab terjadinya bayi
BBLR dapat digolongkan menjadi sebagai berikut:
a. BBLR yang lahir kurang bulan-KMK:
1. Berat badan ibu yang rendah
2. Ibu hamil yang masih remaja
3. Kehamilan kembar
4. Ibu pernah melahirkan bayi prematur/berat badan rendah sebelumnya
5. Ibu dengan inkompeten serviks (mulut rahim yang lemah sehingga
tidak mampu menahan berat bayi dalam rahim)
6. Ibu hamil yang sedang sakit

21
b. BBLR yang lahir cukup bulan-KMK:
1. Ibu hamil dengan gizi buruk/ kekurangan nutrisi
2. Ibu dengan penyakit hipertensi, pre eklampsi atau anemia
3. Ibu yang menderita penyakit kronis (penyakit jantung, infeksi saluran
kemih, dan malaria)
4. Ibu hamil dengan penyalahhgunaan obat dan merokok.
13. Balita mempunyai KMS
Target nasional yang harus dicapai puskesmas sebesar 70%. Ibu yang
mepunyai anak balita dan pernah menimbang berat badan anaknya di
posyandu atau di klinik-klinik kesehatan anak akan dicantumkan hasil
penimbangannya di Kartu Menuju Sehat (KMS). Berat badan yang
dicantumkan di KMS akan terlihat sesuai dengan Grafik pita warna KMS.
Warna hijau tua dan hijau muda menunjukan gizi baik. Warna kuning
menunjukan beresiko (beresiko gizi kurang dan gizi lebih). Dan bawah garis
merah menunjukan gizi kurang hingga gizi buruk. Berat badan yang berada
pada pita warna kuning merupakan warning (peringatan) kepada ibunya agar
lebih berhati-hati jangan sampai terjadi penurunan berat badan dibawah garis
merah atau biasa disebut BGM.
14. Balita ditimbang yang naik BB (N/D)
Target nasional yang harus dicapai puskesmas sebesar 82%. Balita
ditimbang berat badannya adalah balita yang ditimbang di seluruh posyandu
yang melapor di suatu wilayah kerja pada kurun waktu tertentu. N/D
merupakan perbandingan antara jumlah balita yang naik dibandingkan
dengan jumlah balita yang ditimbang.
15. Balita yang ditimbang yang tidak naik berat badannya
Target nasional yang harus dicapai puskesmas minimal yang harus
dicapai adalah 10%. Balita yang tidak naik berat badannya dibandingkan
dengan jumlah balita yang naik berat badannya dapat menggambarkan status
gizi balita. Seiring bertambahnya umur maka bertambah pula berat badannya,

22
dan persentase balita yang naik timbangannya menggambarkan tingkat
kesehatan yang rendah pada balita diwilayah kerja puskesmas tersebut.
Beberapa hal yang mempengaruhi berat badan balita yang tidak naik
timbangannya antara lain pengetahuan keluarga tentang kebutuhan gizi
balita. Kurangnya penyuluhan gizi masyarakat dan ketersediaan pangan di
tingkat keluarga. Grafik pertumbuhan tidak naik bisa dikaitkan dengan nafsu
makan anak menurun karena sakit, pola asuh yang kurang baik serta
penyebab lainya. Balita tidak naik berat badan bila :
a. Garis pertumbuhan-nya turun
b. Garis pertumbuhan-nya mendatar
c. Garis pertumbuhan-nya naik, tetapi pindah kepita warna Dibawahnya
16. Balita yang ditimbang tidak naik berat badannya dua kali berturut-turut (2T)
Target nasional yang harus dicapai puskesmas sebesar 5%.
Perubahan berat badan merupakan indikator yang sangat sensitif untuk
memantau pertumbuhan dan kesehatan anak. Titik-titik berat badan pada
kurva pertumbuhan akan dihubungkan untuk mendaptkan gambaran
pertumbuhan balita. Balita yang sehat kurva berat badannya selalu naik
setiap bulan. Kurva berat badan ini dibuat berdasarkan berat badan balita
berbanding dengan umur. Berat badan balita yang tidak naik 2 kali berturut-
turut (2 bulan) adalah balita yang mengalami gangguan pertumbuhan,
sehingga harus langsung dirujuk ke Puskesmas/Rumah Sakit.
17. Balita BGM
Target nasional yang harus dicapai puskesmas adalah 5%. Status gizi
dibawah merah adalah keadaan kurang gizi tingkat berat yang disebabkan
oleh rendahnya konsumsi energi dan protein dari makanan sehari-hari dan
terjadi dalam waktu yang cukup lama. Tanda-tanda klinis dari gizi buruk
secara garis besar dapat dibedakan marasmus, kwashiorkor dan marasmus-
kwashiorkor (WHO, 2005).

23
18. Ibu Hamil Anemia
Target nasional yang harus dicapai puskesmas adalah 42%. Ibu hamil
merupakan golongan yang rentan terkena anemia. Anemia yang diabaikan
pada ibu hamil akan menggangu kesehatan ibu dan janin. Meskipun anemia
pada ibu hamil bukan merupakan kelainan ibu hamil, namum harus ditangani
dengan cepat.

24
BAB III
PELAKSANAAN PBL

A. Gambaran Umum Lokasi PBL


a. Latar Belakang
Puskesmas (Pusat Kesehatan Masyarakat) sebagai unit pelaksanan
teknis dinas kesehatan/kota/kabupaten yang bertanggung jawab
menyelenggarakan pembangunan kesehatan disuatu wilayah kerja,
merupakan pusat perkembangann, pembinaan dan pelayanan kesehatan
masyarakat yang sekaligus merupakan pos pelayanan terterdepan dalam
pembangunan kesehatan masyarakat. Untuk itu puskesmas selain
berfungsi melaksanakan tugas teknis juga melaksanakan tugas
administratif.
Pada saat ini program pemantapan sistem informasi kesehatan
merupakan suatu program prioritas dan penunjang program kesehatan
lainnya. Dengan adanya informasi yang akurat dan dapat dipertanggung
jawabkan. Kita dapat melihat sesuai dengan program kesehatan,
penyusunan laporan tahunan puskesmas Nusa Indah Kota Bengkulu tahun
2021 ini dimaksud untuk menjadi salah satu informasi, gambaran ke
sehatan menyeluruh sebagai bahan evaluasi dan perencanaan tingkat
puskesmas untuk berikutnya, dalam rangka meningkatkan upaya
kesehatan dan manajemen puskesmas, hingga apa yang menjadi cita-cita
kita, yaitu kota Bengkulu sehat mandiri dan berkeadilan.
b. Visi Dan Misi, Strategi Serta Kebijakan Puskesmas Nusa Indah
Visi Puskesmas Nusa Indah mewujudkan kecamatan sehat
mandiri dan berkeadilan sedangkan misi Puskesmas Nusa Indah adalah:
1. Mengoptimalkan mutu pelayanan
2. Meningkatkan kualitas sumber daya manusia
3. Mengefektifkan sarana dan prasarana yang ada
4. Menjadikan puskesmas sehat dan bersih lingkungan

25
5. Meningkatkan peran serta masyarakat
6. Menjalin hubungan lintas sektoral yang baik dalam suasana ke-
keluargaan
c. Motto Puskesmas Nusa Indah
S :Santun (Sopan Dalam Tutur kata dan Perilaku)
E :Empati (melayani sepenuh Hati)
H :Handal (Memberikan Pelayanan Secara Profesional)
A :Adil (Pelayanan Merata dan tidak Membeda-bedakan)
T :Teladan (Menjadi Panutan Masyarakat Dalam Perilaku Sehat)
I : Inisiatif (Mempunyai ide-Ide Terbaru)
d. Strategi Dan Kebijakan Puskesmas Nusa Indah
1. Peningkatan kemandirian puskesmas
2. Penetapan kerja sama yang baik dengan pihak swasta
3. Peningkatan ilmu pengetahuan dan teknologi tepat guna sesuai kode
etik
4. Peningkatan sistem informasi dan manajemen puskesmas
e. Tujuan
1. Umum
Mengetahui sejauh mana usaha-usaha yang dilaksankan oleh
Puskesmas Nusa Indah, untuk menjadi acuan bagi rencana kedepan,
dalam meningkatkan mutu pelayanan sesuai dengn visi Kota Bengkulu
sehat Mandiri dan Berkeadilan.
2. Khusus
a). Meningkatkan mutu pelayanan
b). Melanjutkan program tahunan yang belum optimal
c). Memperbaiki hal-hal yang menjadi hambatan pada tahun yang
lalu, pada masa yang akan datang menjadi lebih baik
d). Meningkatkan peran serta masyarakat melauli peningkatan
kemandirian posyandu

26
e). Sebagai pedoman dalam penyusun rencana kerja pada tahun
depan
f. Situasi dan Keadaan Umum Lingkungan
Puskesmas Nusa Indah merupakan salah satu puskesmas yang
berada diwilayah Kecamatan Ratu Agung Kota Bengkulu yang terdiri dari
pada tahun 1968 dengan luas wilayah kerja 1,84 km2 yang terdiri 4
kelurahan yaitu:
1) Kelurahan yang termasuk diwilayah kerja puskesmas Nusa Indah
 Kelurahan Nusa Indah dengan batas-batas
 Timur : Kelurahan Tanah Patah
 Barat : Kelurahan Kebun Kenanga
 Utara : Kelurahan tanah Patah
 Selatan : Kelurahan tanah Patah
 Kelurahan Tanah patah dengan batas-batasnya
 Timur : Kelurahan Kebun Tebeng
 Barat : Kelurahan Nusa Indah
 Utara : Kelurahan Padang Jati dan Kebun Kenanga
 Selatan : Kelurahan Jembatan Kecil
 Kelurahan Kebun Kenanga dengan batas-batasnya
 Timur : Kelurahan Nusa Indah
 Barat : Kelurahan Penurunan
 Utara : Kelurahan Padang Jati
 Selatan : Kelurahan Kebun beler
 Kelurahan Kebun Beler dengan batas-batasmya
 Timur : Kelurahan Kebun Kenanga
 Barat : Kelurahan Penurunan
 Utara : Kelurahan Penurunan
 Selatan : kelurahan Nusa Indah

27
2) Keadaan Lingkup Sosial, Ekonomi dan Tingkat Pendidikan
Umumnya penduduk dalam wilayah Puskesmas Nusa indah
telah mengenyam pendidikan, nulai tingkat yang rendah sampai
dengan tingkat yang lebih tinggi. Hal ini terlihat dari status ekonomi
dan kehidupan penduduk yang cukup baik, walaupun masih ada
keluarga yang dikategorikan miskin.
4) Sarana Pendidikan
Sarana pendidikan yang terdapat diwilayah kerja Puskesmas
Nusa Indah terdiri dari :
 Taman Kanak-Kanak : 11 buah
 Sekolah Dasar : 11 buah
 SLTP : 3 buah
 SLTA : 3 buah
5) Keadaan Lingkungan Fisik
Jumlah rumah dalam wilayah Puskesmas Nusa Indah
berjumlah 6.018 buah terdiri dari rumah permanen dan semi permanen
6) Saran Air Minum dan Jamban Keluarga
Saran air minum keluarga paling banyak menggunakan ledeng,
jamban keluarga penduduk dalam wilayah Puskesmas Nusa Indah
yang diperiksa dan memenuhi syarat adalah 100%.
7) Situasi Sumber Daya Manusia dan Fisik Puskesmas
Puskesmas Nusa Indah Kota Bengkulu dikategorikan
puskesmas inppres dibangun pada tahun 1968.
 Bangunan Puskesmas
1. Ruang kepala UPTD (lantai2)
2. 1 Ruang poli umum
3. 1 ruang poli gigi
4. 1 Ruang KIA-Kb
5. 1 Ruang Imunisasi / P2M
6. 1 Ruang Konsultasi Gizi

28
7. 1 Ruang Pendaftaran
8. 1 Ruang Apotek
9. 1 Ruang Gudang Obat
10. 1 Ruang Laboratorium (Lantai 2)
11. 1 Ruang Pertemuan (Lantai 1)
12. 1 Ruang Tata Usaha
13. 2 Ruang WC / Toilet
14. 1 Ruang Gudang
15. 1 Ruang Kepala TU
16. 1 Ruang Bersalin
Keadaan sarana transportasi berupa 1 unit kendaraan
puskesmas keliling dengan kondisi baik dan 4 unit motor dalam
kondisi baik. Penerangan Puskesmas menggunakan listrik, sarana air
bersih dari PDAM, mempunyai alat komunikasi telepon dan komputer
dalam keadaan baik, juga terdapat cold chain tempat penyimpan
vaksin menggunakan listrik dan tata surya.
 Peralatan Medis
1. KIA set : Lengkap / Baik
2. Antropometri KIT : Cukup / Baik
3. Klinik set : Lengkap / Baik
4. Alat Penyuluh : Cukup / Baik
5. Alat Laboratorium : Lengkap / Baik
6. PHN Kit : Lengkap / Baik
7. IUD Kit : Cukup / Baik
8. Sanitarian Kit : Lengkap / Baik
9. Imunisasi : Cukup / Baik

29
8) Jumlah Tenaga Di Sarana Kesehatan Puskesmas Nusa Indah
Tahun 2022
Tabel 3.1 Jumlah Tenaga Di Sarana Kesehatan
Puskesmas Nusa Indah Tahun 2022
JUMLAH
NO JENIS TENAGA
L P L+P
1 2 3 4 5
1 dr. Spesialis
Dokter Umum 2 2
Dokter Gigi 1 1
2 Bidan
Bidan D.III, D.IV, S.1 11 11
3 Sarjana Keperawatan (S1. S.2, S.3)  1 3 4
Perawat (SLTA, D.1, D.III) 1 4 5
4 Apoteker Dan Sarjana Farmasi
D.III Farmasi Dan Ass Apoteker 3 3
5 Sarjana Gizi (D. IV, S1. S.2, S.3)
D.1 Dan D.III Gizi 1 2 3
6 Sarjana Kesmas (D.IV.S 1, S 2, S3) 8 8
Sarjana D.1 dan D.III
Tenaga Sanitasi 1 1
7 Analis Lab 1  1 2
Atem & Rotgen
Anestesi
Fisioterafi
8 Rekam Medik 1 1
9 Tenaga Non Kesehatan
SMA 1 2 3
SLTP
SLTA
D.1
D.III
S.1  1 2 3
S.2

30
S.3
JUMLAH 6 36 44

i. Puskesmas Pembantu
Puskesmas Nusa Indah mempunyai empat Puskesmas Pembantu yaitu :
1. Pustu Kebun Beler
2. Pustu Kebun Kiwat
3. Pustu Kebun Kenanga
4. Pustu Simpang Empat Pantai
j. Posyandu
Puskesmas Nusa Indah mempunyai posyandu yang tersebar disetiap
kelurahan, dengan kader yang masih aktif disetiap posyandu
Tabel 3.2 Nama Posyandu di Kelurahan
dalam Wilayah Kerja Puskesmas Nusa Indah Kota Bengkulu
No Posyandu Tgl Petugas Alamat
1. Mekar 1 Dwi.M/Astuti/Wiwik Jl.S. Kahayan
2. Beringin 3 Puspita/Eti/Abdi Jl. G. Bungkuk
3. Raflesia 4 Yosie/Dini/Abdi Jk. Rafflesia
4. Kartini 6 Kartini/Dwi.M/Neli/Abdi Jl. Kebun Veteran
5. Nusa Indah 7 Verawati/Eti/Abdi Jl. Mawar
6. Flamboyan 2 8 Arfiyana/Lina/Wiwik Jl. Flamboyan
7. Citra Ibu 10 Neta/Lina/Wiwik Jl. G. Bungkuk
8. Flamboyan 1 12 Susi/Puspita/Wiwik Jl. Flamboyan 1
9. Tunas 13 Diana/Eti/Abdi Jl. Gg. Sepakat
10. Flamboyan 4 15 Dwi/Puspita/Wiwik Jl. Kenanga
11. Dewi sartika 16 Dewi.M/Lina/Abdi Jl. Seruni
12. Flamboyan 3 20 Hayu/Neli/Wiwik Jl. Gg Lampung
13. Sejahtera 22 Neli/Lensi/Wiwik Jl. Kuala Alam
14. Cahaya 24 Febuar/Fitri/Abdi Jl. Batang Hari
15. Cempaka Putih 25 Fera/Abdi/Susi Jl. Cempaka

31
B. Hasil Pelaksanaan Kegiatan PBL
1. Analisa Situasi Gizi
Analisa situasi gizi dilakukan dengan cara membandingkan data di
Puskesmas Nusa Indah dengan target yang telah ditetapkan di Tingkat
Nasional atau dengan melihat kecenderungan data. Hasil pelaksanaan
program di Puskesmas Nusa Indah dapat dilihat pada Tabel dibawah ini.
Tabel 3.3 Data Pencapaian Target
Program Gizi di Puskesmas Nusa Indah
No Jenis Data Data / Target Trend Keterangan
Cakupan (2019-
2021)
1 2 3 4 5

1. Balita ditimbang berat 2019=68,24 % 70% Turun Masalah


badannya (D/S) 2020= 31%
2021= 48,76%
2. Balita mempunyai Buku 2019= 79,22% 70% Turun Tidak
KIA/KMS (K/S) 2020= 74% Masalah
2021= 73,10%

3. Balita ditimbang yang naik 2019= 88,93% 82% Naik Tidak


berat badannya (N/D) 2020= 78,61% masalah
2021= 90%
4. Balita ditimbang yang tidak 2019= 14,02% 10% Turun Tidak
naik berat badannya (T/D) 2020= 7% masalah
2021= 10%

32
5. Balita ditimbang yang berat 2019= 1% 5% Naik Tidak
badannya tidak naik 2x 2020=3,01 % Masalah
berturut-turut (2T/D) 2021= 5%
6. Balita gizi buruk yang 2019= 100% 84% Turun Tidak
mendapat perawatan (MP-ASI) 2020= 100% masalah
2021= 100%
7. Balita kurus mendapat 2019= 100% 85% Turun Tidak
makanan tambahan 2020= 100% masalah
2021= 100%
8. Balita BGM 2019= 8,40% 5% Turun Tidak
2020= 5,02% masalah
2021= 5%
9. Ibu hamil anemia 2019= 14,85% 42% Naik Tidak
2020= 4,44% Masalah
2021= 28%
10. Ibu hamil mendapat TTD min 2019= 78,09% 81% Naik Tidak
90 tablet 2020= 80,49% masalah
2021= 90%
11. Ibu hamil KEK mendapat 2019= 100% 80% Turun Tidak
makanan tambahan 2020= 100% Masalah
2021= 100%
12. Ibu nifas mendapat kapsul 2019= 95,45% 73% Naik Tidak
vitamin A 2020= 86,53% masalah
2021= 98%
13. Bayi baru lahir mendapat IMD 2019= 86,57% 58% Turun Masalah
2020= 91,42%
2021= 50%
14. Bayi dengan BBLR 2019= - 4,6% - Tidak
2020= - Masalah

33
2021= -
15. Remaja putri mendapat TTD 2019= 100% 52% - Tidak
2020= - Masalah
2021= -
16. Balita 6-59 bulan mendapat 2019= 90,61% 87% Turun Masalah
kapsul vitamin A 2020= 82,47%
2021= 80%
17. Bayi usia kurang dari 6 bulan 2019= 76,98% 45% Turun Tidak
mendapat ASI Eksklusif 2020= 91,45% Masalah
2021= 80%
18. Rumah tangga mengonsumsi 2019= - 84% - Tidak
garam beriodium 2020= - masalah
2021= -
Sumber: Data Sekunder Puskesmas. Data Hasil Pencapaian Target Program
Gizi tahun 2019, 2020 dan 2021.
2. Prioritas Masalah
Di puskesmas Nusa Indah Terdapat 3 Masalah Yaitu Balita ditimbang
berat badannya (D/S), Bayi baru lahir mendapat IMD, dan Balita 6-59 bulan
mendapat kapsul vitamin A.
Dalam menentukan prioritas masalah yang dianalisa adalah pada
pencapaian target Balita ditimbang berat badannya (D/S) pada Balita
ditimbang berat badannya (D/S) dari tahun 2019-2020 turun yaitu dari 68,24-
31% namun pada tahun 2020 ke 2021 mengalami sedikit kenaikan yaitu dari
31-48,76%, Walaupun mengalami kenaikan namun persentasenya masih jauh
dari target minimal yang harus dicapai oleh puskesmas yakni sebesar 70%.
Bayi baru lahir mendapat IMD, pada 2019-2020 mengalami kenaikan
yakni 86,57-91,42% namun pada tahun 2021 mengalami penurunan yang
cukup drastis yaitu hanya 50% sedangkan target yang harus di capai oleh
Puskesmas adalah 58%.

34
Balita 6-59 bulan mendapat kapsul vitamin A. Pada 2019-2020
mengalami penuruan yakni dari 90,61-82,47% lalu Kembali menurun pada
tahun 2021 yakni 80%. Persentase tersebut belum mencapai target yang
harus dicapai Puskesmas yakni 87%.
Jadi, Prioritas masalah yang paling utama di Puskesmas Nusa Indah
adalah Balita ditimbang berat badannya (D/S) dikarenakan persentasenya
masih cukup jauh dari target minimal yang harus di capai oleh Puskesmas
Nusa Indah.
3. Menyusun Rencana Intervensi Gizi
Puskesmas nusa Indah mempunyai beberapa program kegiatan untuk
menunjang dalam mencapai pelayanan kesehatan diantaranya yaitu:
1. Program ibu dan KB di antaranya yaitu
 kunjungan ibu hamil resti (Resiko Tinggi) ibu hamil kek dan
anemia
 Hamil Resti (Resiko Tinggi)
 Kelas Ibu Hamil
2. Program gizi di antaranya yaitu
 Pemberian vitamin A
 Pemantauan pertumbuhan balita di setiap posyandu
 Pelacakan gizi buruk
 Pemberian tablet Fe pada remaja Putri
 Pemberian MP ASI pada balita gizi buruk/gizi kurang
 Pemberian makanan tambahan untuk ibu hamil dan anemia
3. Program anak di antaranya yaitu
 Kelas balita
 SDI DTK
4. Surveillans
 Pemeriksaan Jentik nyamuk
 Pemberian obat cacing anak kepada Tk/paud dan SD

35
5. Program Kesling
 Pemeriksaan depot air minum
 Pengelolaan limbah

6. Promkes
 Penyuluhan tentang kesehatan di Posyandu
 Pis.PK
Setiap pelaksanaan yang telah dilakukan dengan program yang ada di
Puskesmas Nusa Indah bertujuan untuk mencapai target yang diiginkan
dengan indikator permenkes. Maka untuk mencapai keberhasilan indicator
tersebut program gizi di tahun 2022 meliputi kegiatan pemantauan
pertumbuhan balita diseluruh Posyandu, pemeberian vitamin A yang
diberikan setiap bulan Febuari dan Agustus, pemberian tablet Fe pada remaja
Putri setahun dua kali, serta pelaksanaan pemantauan balita gizi buruk/gizi
kurang, dan pemberian MP ASI balita gizi buruk atau gizi kurang, serta
pemberian makanan tambahan untuk ibu hamil KEK.
Untuk Kegiatan di setiap program yang ada di Puskesmas nusa Indah
dana yang didapatkan yaitu berasal dari APBD yang sudah masuk dalam
anggaran BOK di setiap tahunnya. Untuk tahun 2022 pelaksanaan program
Gizi kegiatan dalam pencapaian D/S dengan melakukan kegiatan
Penimbangan berat badan (BB) dan pengukuran PB/TB disetiap Posyandu
secara rutin, dan Penimbangan yang di lakukan di Puskesmas Nusa Indah dan
kegiatan imunisasi yang dilakukan secara rutin setiap tanggal 26 setiap
bulannya sehingga bayi dan balita dapat melakukan Penimbangan terlebih
dahulu.
Kegiatan pemberian vitamin A di Posyandu dan Puskesmas, Vitamin
A diberikan pada setiap bulan Februari dan Agustus sedangkan untuk
pencapaian ASI eksklusif program gizi bekerja sama dengan program ibu dan
anak dalam memberikan penyuluhan kepada ibu-ibu muda wanita usia subur

36
untuk bisa memberikan ASI eksklusif sampai dengan usia enam bulan untuk
bayi agar tumbuh dengan baik serta penyuluhan kepada ibu-ibu hamil agar
bisa dapat memberikan ASI Ekslusif secara langsung dengan baik setelah
melahirkan agar IMD dapat terwujud serta bayi tumbuh kembang dengan baik
dan gizi nya pun terpenuhi.
4. Menyusun Rencana Monitoring dan Evaluasi
Balita ditimbang berat badannya (D/S) akan dilakukan monitoring dan
evaluasi dengan hasil penimbangan balita dalam beberapa bulan, melakukan
kunjungan rumah untuk melihat sejauh mana keterlibatan keluarga dan
masyarakat sekitar dalam hal kepedulian mereka terhadap resiko keadaan
gizi pada balita, melihat ketersediaan akses yang ada (media yang ada) harus
memenuhi standar untuk melakukan konsultasi pada Ibu yang memiliki
Balita.
Bayi baru lahir mendapat IMD dilakukan monitoring dan evaluasi
dengan melakukan kunjungan rumah untuk melihat sejauh mana keterlibatan
keluarga dan masyarakat sekitar dalam hal kepedulian mereka terhadap
keadaan gizi pada bayi, melihat ketersediaan akses yang ada (media yang
ada) harus memenuhi standar untuk melakukan konsultasi pada Ibu bayi.
Balita 6-59 bulan mendapat kapsul vitamin A akan dilakukan
monitoring dan evaluasi dengan melakukan kunjungan rumah untuk melihat
sejauh mana keterlibatan keluarga dan masyarakat sekitar dalam hal
kepedulian mereka terhadap keadaan gizi pada balita, melihat ketersediaan
akses yang ada (media yang ada) harus memenuhi standar untuk melakukan
konsultasi pada ibu balita.

C. Pembahasan
Pada pencapaian target Balita ditimbang berat badannya (D/S) pada Balita
ditimbang berat badannya (D/S) dari 2019-2020 mengalami penurunan yaitu dari
68,24-31% namun pada 2020-2021 mengalami sedikit kenaikan yaitu dari 31-

37
48,76%, Walaupun mengalami kenaikan namun persentasenya masih jauh dari
target minimal yang harus dicapai oleh puskesmas yakni sebesar 70%.
Balita mempunyai Buku KIA/KMS (K/S), pada 2019-2020 mengalami
kenaikan yakni 79,22%-74% namun pada 2021 mengalami penurunan 73,10%
walaupun mengalami penurunan tetapi persentase yang didapat melebihi target
yang dicapai oleh puskesmas yakni 70%.
Balita ditimbang yang naik berat badannya (N/D), di wilayah kerja
puskesmas nusa indah pada tahun 2019-2020 mengalami penurunan yakni
88,93%-78,61% namun pada 2021 mengalami kenaikan yang cukup baik
melebihi target 82% yakni 90%. Jadi balita ditimbang yang naik berat badannya
(N/D) mencapai target yang harus dicapai oleh puskesmas.
Balita ditimbang yang tidak naik berat badannya (T/D), pada tahun 2019-
2020 sudah mengalami penurunan yakni dari 14,02%-7% namun pada 2021
kembali mengalami kenaikan menjadi 10% namun balita ditimbang yang tidak
naik berat badannya (T/D) masih berada di ambang batas target maksimal yaitu
10% .
Balita ditimbang yang berat badannya tidak naik 2x berturut – turut (2T/D),
pada tahun 2019-2021 sudah mengalami penurunan yakni 1-3,01% namun pada
2021 kembali mengalami kenaikan sebesar 5% namun Balita ditimbang yang
berat badannya tidak naik 2x berturut – turut (2T/D) masih berada di ambang
batas target maksimal yaitu 5% sehingga belum menjadi masalah prioritas yang
ada di di wilayah kerja puskesmas nusa indah.
Balita gizi buruk yang mendapat perawatan dan balita kurus mendapat
makanan tambahan (MP-ASI) pada 2019-2021 sudah sangat baik sehingga
mencapai 100% dengan melebihi target yakni 84- 85%.
Balita BGM pada tahun 2019-2020 mengalami penurunan yakni 8,40%-
5,02% namun pada 2021 juga mengalami penurunan yakni 5% tetapi balita BGM
masih berada di ambang batas target maksimal yaitu 5% sehingga belum menjadi
masalah prioritas yang ada di di wilayah kerja puskesmas nusa indah.

38
Ibu hamil anemia, pada 2019-2020 mengalami penurunan yakni 14,85%-
4,44% pada 2021 mengalami kenaikan yakni 28% namun Ibu hamil yang
mengalami anemia masih berada di bawah ambang batas target maksimal yakni
42% sehingga sehingga belum menjadi masalah prioritas yang ada di di wilayah
kerja puskesmas nusa indah.
Ibu hamil mendapat TTD min 90 tablet, pada 2019-2020 mengalami
peningkatan yakni 78,09%-80,49% pada 2021 mencapai kenaikan yang melebihi
target yakni 90% jadi Ibu hamil mendapat TTD min 90 tablet sudah mencapai
ambang batas target minimal 81%.
Ibu hamil KEK mendapat makanan tambahan, pada 2019-2021 mengalami
peningkatan yakni 100% artinya Ibu hamil KEK mendapat makanan tambahan
sudah mencapai target minimal 80%.
Ibu nifas mendapat kapsul vitamin A, pada 2019-2021 mengalami penurunan
95,45%-86,53% pada tahun 2021 mengalami peningkatan dengan baik yakni 98%
artinya Ibu nifas mendapat kapsul vitamin A telah melebihi target minimal yakni
73%.
Bayi baru lahir mendapat IMD, pada 2019-2020 mengalami kenaikan yakni
86,57-91,42% namun pada tahun 2021 mengalami penurunan yang cukup drastis
yaitu hanya 50% sedangkan target yang harus di capai oleh Puskesmas adalah
58%.
Bayi dengan BBLR dan remaja putri mendapat TTD pada 2019-2021 tidak
mendapatkan jumlah analisis data dari puskesmas Nusa Indah dikarenakan
kegiatan ini tidak terlaksana akibat pandemic Covid-19 sehingga kegiatan ini
tidak terlaksana.
Balita 6-59 bulan mendapat kapsul vitamin A, pada 2019-2020 mengalami
penuruan yakni dari 90,61-82,47% lalu Kembali menurun pada tahun 2021 yakni
80%. Persentase tersebut belum mencapai target yang harus dicapai Puskesmas
yakni 87%.
Bayi usia kurang dari 6 bulan mendapat ASI Eksklusif, pada 2019-2020
mengalami peningkatan yakni 76,98%-91,45% namun pada 2021 mengalami

39
penurunan yakni 80% artinya bayi usia kurang dari 6 bulan mendapat ASI
Eksklusif sudah melebihi ambang batas target minimal 45%.
Rumah tangga mengonsumsi garam beriodium, pada 2019-2021 program ini
tidak terlaksana dikarenakan persentase masyarakat Indonesia sangat sedikit
mengalami gondok atau kekurangan iodium jadi program ini di berhentikan untuk
saat ini.
1. Balita Ditimbang Berat Badannya (D/S)
Dari laporan diatas didapat Pada pencapaian target Balita ditimbang
berat badannya (D/S) pada Balita ditimbang berat badannya (D/S) dari 2019-
2020 mengalami penurunan yaitu dari 68,24-31% namun pada 2020-2021
mengalami sedikit kenaikan yaitu dari 31-48,76%, Walaupun mengalami
kenaikan namun persentasenya masih jauh dari target minimal yang harus
dicapai oleh puskesmas yakni sebesar 70%.
Kegiatan Posyandu Menurut Pedoman Pemantauan Status Gizi
Posyandu, 2002 kegiatan bulanan di Posyandu merupakan kegiatan rutin
yang bertujuan untuk memantau pertumbuhan berat badan balita dengan
mengunakan Kartu Menuju Sehat (KMS), memberikan konseling gizi, dan
memberikan pelayanan gizi dan kesehatan dasar.
Pemantauan pertumbuhan balita dapat dilakukan melalui kegiatan
penimbangan balita dan pengukuran panjang dan tinggi badan secara rutin
dengan menggunakan Buku Kartu Menuju Sehat (KMS) untuk melihat
grafik pertumbuhan anak di setiap bulannya dan penentuan status gizi anak
berdasarkan usia. Berdasarkan garis pertumbuhan ini dapat dinilai apakah
berat badan anak hasil penimbangan dua bulan berturut- turut : Naik (N) atau
Tidak Naik (T) dengan cara yang telah ditetapkan dalam buku panduan
Penggunaan KMS Bagi Petugas Kesehatan.
Selain informasi N dan T, dari kegiatan penimbangan dicatat pula
jumlah anak yang datang ke posyandu dan ditimbang (D) jumlah anak yang
tidak ditimbang bulan lalu (O), jumlah anak yang baru pertama kali
ditimbang (B), dan banyaknya anak yang berat badannya dibawah garis

40
merah (BGM) catatan lain yang ada di posyandu adalah jumlah seluruh
balita yang ada di wilayah kerja posyandu (S), dan jumlah balita yang
memiliki KMS pada bulan yang bersangkutan (K).

Menurut Pedoman Pemantauan Status Gizi Posyandu, ada beberapa


indikator dalam kegiatan posyandu antara lain :
a. Liputan Program (K/S)
Merupakan indikator mengenai kemampuan program untuk
menjangkau balita yang ada di masing-masing wilayah. Diperoleh
dengan cara membagi jumlah balita yang ada dan mempunyai Kartu
Menuju Sehat (KMS) dengan jumlah keseluruhan balita dikalikan 100
%.
b. Tingkat Kelangsungan Penimbangan (K/D)
Merupakan tingkat kemantapan pengertian dan motivasi orang tua
balita untuk menimbang setiap bulannya. Indikator ini dapat dengan
cara membagi jumlah balita yang ditimbang (D) dengan jumlah balita
yang terdaftar dan mempunyai KMS ( K ) dikalikan 100 % .
c. Hasil Penimbangan (N/D)
Merupakan indikator keadaan gizi balita pada suatu waktu (bulan) di
wilavah tertentu. idikator ini didapat dengan membagi jumlah balita
yang naik berat badannya (N) dengan jumilah balita yang ditimbang
bulan ini (D).
d. Hasil Pencapaian Program (N/S)
Indikator ini di dapat dengan cara membagi jumlah balita yang naik
berat badannya ( N ) dengan jumlah seluruh balita ( S ) dikalikan 100
%.
e. Partisipasi Masyarakat (D/S)
Indikator ini merupakan keberhasilan program posyandu, karena
menunjukkan sampai sejauh mana tingkat partisipasi masyarakat dan
orang tua balita pada penimbangan balita di posyandu. Indikator ini di

41
peroleh dengan cara membagi jumlah balita yang ditimbang (D) dengan
jumlah seluruh balita yang ada ( S ) dikalikan 100 % Tinggi rendahnya
indikator ini dipengaruhi oleh aktif tidaknya bayi dan balita
ditimbangkan tiap bulannya.
Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Rendahnya (D/S) Balita Di Wilayah
Puskesmas Nusa Indah menurut analisa kami adalah :
a. Mayoritas ibu yang memiliki balita di wilayah Puskesmas Nusa Indah
adalah seorang pegawai negeri maupun pegawai swasta. Ibu tersebut
tidak memiliki banyak waktu untuk membawa anaknya ke posyandu
karena mereka mencari nafkah untuk memenuhi kebutuhan sehari - hari.
Hal ini berdampak pada rendahnya partisipasi ibu dan balita pada
kegiatan yang ada di posyandu.
b. Kurangnya kreativitas kader dan petugas posyandu untuk membuat
promosi atau kegiatan yang menarik dan menyenangkan agar para ibu
tertarik untuk membawa anaknya ke posyandu dan menjelaskan tentang
pentingnya membawa anak ke posyandu dan manfaat penimbangan
anak di posyandu.
c. Pada tahun 2020 dan 2021 penurunan persentase terjadi cukup tinggi
dikarenakan situasi pandemic Covid-19 yang ada di Indonesia.
Sehingga, kegiatan posyandu di tiadakan balita yang dilakukan
penimbangan hanya balita yang datang untuk berobat ke puskesmas
saja.

2. Bayi Baru Lahir Mendapat IMD


Dari laporan diatas didapat bayi baru lahir mendapat IMD di
Puskesmas Nusa Indah, pada 2019-2020 mengalami kenaikan yakni 86,57-
91,42% namun pada tahun 2021 mengalami penurunan yang cukup drastis
yaitu hanya 50% sedangkan target yang harus di capai oleh Puskesmas
adalah 58%.

42
Inisiasi Menyusui Dini (IMD) memberikan kesempatan pada bayi baru
lahir untuk menyusu pada ibunya dalam satu jam pertama kehidupannya,
karena sentuhan bayi melalui refleks hisapnya yang timbul mulai 30-40
menit setelah lahir akan menimbulkan rangsangan sensorik pada otak ibu
untuk memproduksi hormone prolaktin dan memberikan rasa aman pada
bayi (Siahaan & Panjaitan, 2020).
Dalam hal pemahaman pelaksanaan program Inisiasi Menyusu Dini
(IMD) peran orang tua dan keluarga, khususnya ibu menjadi sangat penting.
Pengetahuan, kepercayaan dan perilaku seorang ibu akan berpengaruh
terhadap proses inisiasi menyusui dini, sehingga dapat mempengaruhi status
kesehatan anaknya. Masalah pemahaman, pengertian dan ketepatan ibu
dalam program inisiasi menyusui dini tidak akan menjadi halangan yang
besar jika ibu mempunyai pengetahuan, sikap dan perilaku yang baik
(Apriastuti, 2016).
Di Puskesmas Nusa Indah pada tahun 2019-2020 mengalami kenaikan
dikarenakan ibu mengikuti sosialisasi, penyuluhan dan pelatihan yang
dilakukan oleh petugas kesehatan. karena pada tahun 2019-2020 belum ada
pandemi Covid-19 yang membuat Posyandu Puskesmas Nusa Indah dan
kegiatan peyuluhan lainnya masih tetap dilaksanakan.
Di Puskesmas Nusa Indah pada tahun 2020-2021 mengalami
penurunan yang signifikan. Hal ini disebabkan pandemi Covid-19
menurunkan aktivitas IMD. Kondisi ini terjadi karena kunjungan ibu hamil
dibatasi, sehingga layanan konseling laktasi sebelum melahirkan terhambat.
Padahal, konseling laktasi termasuk salah satu kunci keberhasilan menyusui.
Belum lagi ibu melahirkan yang positif Covid-19. Ini membuat IMD tidak
berjalan karena menghindari kontak erat dengan ibu, sehingga menyusui
sesering mungkin sesuai kebutuhan bayi juga tak terlaksana.
Kendala lain tidak hanya dikarenakan ibu melahirkan di rumah sakit
dan bayinya menggunakan inkubator. Kendala lainnya karena kurangnya
informasi pada ibu bersalin, dan ibu yang tidak kooperatif terkadang

43
menyulitkan petugas kesehatan tidak dapat melakukan IMD. Ketidaksiapan
ibu dikarenakan kurangnya pemahaman dan pengetahuan mengenai
pelaksanaan IMD serta masih adanya timbul kekhawatiran pada bayi yang
belum dimandikan dan diselimuti pada saat melaksanakan IMD.
Penelitian ini menunjukkan bahwa hampir sebagian besar informan
ibu bersalin tidak mengetahui program IMD dan kurang memahami
penjelasan yang diberikan selama memeriksakan kehamilan baik ketika di
dokter maupun di bidan. Kurangnya pengetahun ibu terkait ASI dapat
menyebabkan ibu memutuskan untuk tidak menyususi sedini mungkin.
3. Balita 6-59 Bulan Mendapat Kapsul Vitamin A.
Dari laporan diatas balita 6-59 bulan mendapat kapsul vitamin A. Pada
2019-2020 di Puskesmas Nusa Indah mengalami penuruan yakni dari 90,61-
82,47% lalu Kembali menurun pada tahun 2021 yakni 80%. Persentase
tersebut belum mencapai target yang harus dicapai Puskesmas yakni 87%.
Vitamin A adalah salah satu zat gizi dari golongan vitamin yang
sangat diperlukan oleh tubuh yang berguna untuk kesehatan mata dan untuk
kesehatan tubuh jaringan epitel untuk melawan penyakit misalnya campak,
diare dan penyakit infeksi lainnya. Kurang Vitamin A (KVA) masih
merupakan masalah yang tersebar di seluruh dunia terutama di negara
berkembang dan dapat terjadi pada semua umur terutama pada masa
pertumbuhan. Salah satu dampak kurang vitamin A adalah kelainan pada
mata yang umumnya terjadi pada anak usia 6-59 bulan yang menjadi
penyebab utama kebutaan di negara berkembang.
Di Puskesmas Nusa Indah pada tahun 2019-2021 selalu mengalami
penurunan dari tahun ketahun hal tersebut disebabkan karena pandemi
Covid-19 yang mempengaruhi pemberian kapsul Vitamin A pada balita 6-59
bulan dikarenakan pemberian Vitamin A pada balita biasanya dilaksanakan
di TK dan Paud yang berada di wilayah kerja Puskesmas Nusa Indah. Saat
pandemi Covid-19 TK dan Paud banyak yang melakukan kegiatan belajar
secara daring sehingga tidak dapat dilaksanakan secara optimal.

44
Kendala lain dikarenakan pembagian kapsul Vitamin A dilaksanakan
pada bulan Februari dan Agustus. Pada saat kegiatan itu dilaksanakan
terkadang anak sering tidak berada dirumah karena mengikuti orang tuanya
bekerja dan berpergian keluar kota.

45
BAB IV
KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan
Masalah Gizi diwilayah kerja Puskesmas Nusa Indah berdasarkan data
program gizi diperoleh 18 indikator yaitu Bumil Anemia, Balita BGM, Balita
ditimbang tidak naik berat badannya secara Berturut-turut, Balita Gizi Buruk yang
mendapat Perawatan, Balita ditimbang berat Badannya, Bayi Usia kurang dari 6
bulan mendapat ASI Esklusif, Rumah tinggi mengkonsumsi Garam beryodium,
Balita mendapat Kapsul Vitamin A, Ibu hamil mendapat TTD 90 Tablet, Ibu
hamil KEK mendapat makanan tambahan, Balita Kurus mendapat makanan
tambahan, Remaja putri mendapat TTD, Ibu nifas mendapat kapsul Vitamin A,
Bayi baru lahir mendapat IMD, Bayi dengan BBLR, Balita mempunyai buku
KMS, Balita ditimbang naik berat badannya, Balita ditimbang tidak naik berat
badannya.
Prioritas Masalah Gizi diwilayah Puskesmas Nusa Indah adalah Balita
ditimbang berat badannya (D/S), bayi baru lahir mendapat IMD, dan Balita 6-59
bulan mendapat kapsul vitamin A. Dari masalah gizi yang didapat dari Puskesmas
Nusa Indah rencana Intervensi gizi nya adalah melakukan seminar dan konsultasi
terhadap balita ditimbang berat badannya (D/S) , Bayi baru lahir mendapat IMD,
dan Balita 6-59 bulan mendapat kapsul vitamin A.
B. Saran
Perlu adanya monitoring dan evaluasi secara berkala tentang program-
program yang dilaksanakan dengan meningkatkan koordinasi para pegawai
Puskesmas dan kader posyandu serta bidan swasta di wilayah kerja Puskesmas
Nusa Indah. Oleh karena itu dilakukanya identifikasi masalah, rencana kegiatan
dan strategi program dalam penaganan cakupan yang menurun untuk
meningkatkan persentase cakupan sesuai cakupan target Nasional.

46
DAFTAR PUSTAKA
Balai Teknik Kesehatan Lingkungan dan Pengendalian Penyakit. (2019). Lampiran
Keputusan Kepala Btklpp Kelas I Manado Nomor: Hk.02.04/Viii.9.1/4442/2016.
Journal of Chemical Information and Modeling, 53(9), 1689–1699.

Dinas Kesehatan Provinsi Bengkulu. (2018). Profil Kesehatan Provinsi Bengkulu.


Dinas Kesehatan Provinsi Bengkulu, 1–200. dinkes.bengkuluprov.go.id

Kemenkes RI. (2013). Pedoman Pelayanan Gizi rumah Sakit. Kementerian Kesehatan
Republik Indonesia.

Ramadhanti, C. A., Adespin, D. A., & Julianti, H. P. (2019). Perbandingan


Penggunaan Metode Penyuluhan Dengan Dan Tanpa Media Leaflet Terhadap
Pengetahuan Dan Sikap Ibu Tentang Tumbuh Kembang Balita. Diponegoro
Medical Journal (Jurnal Kedokteran Diponegoro), 8(1), 99– 120.

Sudirman. (2016). Perencanaan dan Evaluasi Kesehatan. Universitas Muhammadiyah


Purwokerto, 1–55. https://osf.io/pkm4y/download/?format=pdf

Susanti M. (2017). Faktor - faktor yang Berhubungan dengan Status Gizi Balita di
Kelurahan Bumijo Kecamatan Jetis Kota Yogyakarta. Politeknik Kesehatan.
(Yogyakarta)

Utami, H. N., & Mubasyiroh, R. (2019). Masalah Gizi Balita Dan Hubungannya
Dengan Indeks Pembangunan Kesehatan Masyarakat (Nutritional Problems
Among Underfive Children and It’S Relationship With Public Health
Development Index). Jurnal Penelitian Gizi Dan Makanan, 42(1), 1–10.

47
LAMPIRAN
Lampiran 1. Kegiatan Posyandu

Lampiran 2. Kegiatan Pembukaan PBL

48
Lampiran 3. Kegiatan Vaksin

Lampiran 4. Mengonsultasi Data

Lampiran 5. Konsultasi Laporan Dengan Pembimbing Lapangan

Lampiran 6. Pemberian Ibu Hamil KEK Yang Mendapat PMT

49
Lampiran 7. Bimbingan Laporan Dengan Pembimbing Akademik

50

Anda mungkin juga menyukai