Anda di halaman 1dari 17

HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN MASYARAKAT TERHADAP

PENCEGAHAN HIPERTENSI DENGAN GAYA HIDUP SEHAT


DIKECAMATAN KEMPAS KABUPATEN INDRAGIRI HILIR RIAU

PROPOSAL PENELITIAN

OLEH:
ALFIATUN WAHIDAH
NIM: 17031066

PROGRAM STUDI SARJANA KEPERAWATAN


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN
HANG TUAH PEKANBARU
2020
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Hipertensi merupakan salah satu faktor resiko yang paling berpengaruh terhadap
kejadian penyakit jantung dan pembuluh darah. Hipertensi sering tidak menunjukan gejala,
sehingga baru disadari bila telah menyebabkan gangguan organ seperti gangguan fungsi
jantung atau stroke. Hipertensi tidak jarang ditemukan secara tidak sengaja pada waktu
pemeriksaan kesehatan rutin atau datang dengan keluhan lain (Kemenkes RI 2013).
Hipertensi atau tekanan darah tinggi merupakan pembunuh diam-diam karena pada
sebagian besar kasus tidak menunjukkan gejala apapun. Hipertensi merupakan salah satu
faktor resiko utama yang menyebabkan serangan jantung dan stroke, yang menyerang
sebagian besar penduduk dunia. Hipertensi adalah suatu keadaan dimana dijumpai tekanan
darah 140/90 mmHg atau lebih untuk usia 13 – 50 tahun dan tekanan darah mencapai 160/95
mmHg untuk usia di atas 50 tahun. Pengukuran tekanan darah minimal sebanyak dua kali
untuk lebih memastikan keadaan tersebut (WHO, 2005). Hipertensi dapat dikelompokan
menjadi dua jenis, yaitu: Hipertensi primer atau essensial dan hipertensi sekunder. Hipertensi
primer adalah hipertensi yang tidak atau belum diketahui penyebabnya. Hipertensi primer
menyebabkan perubahan pada jantung dan pembuluh darah. Sedangkan hipertensi sekunder
adalah hipertensi yang disebabkan atau sebagai akibat dari adanya penyakit lain dan biasanya
penyebabnya sudah diketahui, seperti penyakit ginjal dan kelainan hormonal atau pemakaian
obat tertentu (Anggraini, 2009).
Menurut World Health Organization (WHO) tahun 2015, diperkirakan tahun 2020
sekitar 1,56 miliar orang dewasa akan hidup dengan hipertensi. Penduduk Amerika usia
diatas 20 tahun yang menderita hipertensi telah mencapai angka hingga 74,5 juta jiwa
(Kemenkes RI, 2014). Hipertensi di Indonesia menjadi masalah kesehatan dengan prevalensi
yang tinggi yaitu sebesar 25,8%. Prevalensi tertinggi di Bangka Belitung (30,9%), diikuti
Kalimantan Selatan (30,8%), Kalimantan Timur (29,6%), Jawa Barat (29,4%), Gorontalo
(29,4%) dan Sumatera Utara (25%). Prevalensi hipertensi meningkat dikarenakan tidak
mendapat penanganan yang baik sehingga menyebabkan komplikasi seperti stroke, penyakit
jantung koroner, diabetes, gagal ginjal dan kebutaan (Kemenkes RI, 2014).
Penyebab hipertensi secara pasti masih belum diketahui dengan jelas. Data
menunjukan, hampir 90% penderita hipertensi tidak diketahui penyebabnya secara pasti. Para
ahli telah mengungkapkan bahwa terdapat dua faktor yang memudahkan seseorang terkena
hipertensi, yakni faktor tidak dapat dikontrol seperti genetik, usia, jenis kelamin, dan ras.
Faktor resiko yang dapat dikontrol berhubungan dengan faktor lingkungan berupa perilaku
atau gaya hidup seperti obesitas, kurang aktivitas, stres dan konsumsi makanan. Konsumsi
makanan yang memicu terjadinya hipertensi, yaitu makanan tinggi garam, konsumsi
makanan manis seperti kecap, konsumsi makanan berlemak dan konsumsi minuman
berkafein, yaitu kopi atau teh (Andria 2013). Gaya hidup pada faktor resiko penting
timbulnya hipertensi pada seseorang termasuk usia dewasa muda (21-40 tahun).
Meningkatnya kejadian hipertensi dipengaruhi oleh gaya hidup yang tidak sehat. Hal-hal
yang termasuk gaya hidup tidak sehat, antara lain merokok, kurang olahraga, konsumsi
makanan berlemak dan stres (Nisa 2012).
Gaya hidup sehat menjadi bagian yang penting dalam penanganan hipertensi dengan
mengurangi berat badan untuk individu yang gemuk, mengadopsi pola makan DASH
(Dietary Approach to Stop Hypertension), melakukan aktifitas fisik/olahraga, menghindari
alkohol, kafein dan kebiasaan merokok agar tidak menimbulkan hipertensi berat yang
mungkin disertai dengan komplikasi yang berbahaya (Triyanto, 2014). Gaya hidup sehat
pada pasien hipertensi berguna untuk pengelolaan dan pengendalian faktor resiko komplikasi
yang mungkin terjadi dan juga mengurangi tingkat keparahan pada pasien yang sudah
mengalami komplikasi. Gaya hidup sehat meliputi pengendalian berat badan, tidak merokok,
tidak minum-minuman beralkohol dan berkafein, berolahraga dan memonitoring/mengecek
tekanan darah secara teratur. Gaya hidup yang efektif dapat meningkatkan kemandirian,
kepercayaan diri serta kualitas hidup pasien hipertensi (Indah, Mamat, & Supriadi, 2014).
Gaya hidup merupakan faktor penting yang mempengaruhi kehidupan masyarakat.
Gaya hidup yang tidak sehat dapat menjadi penyebab terjadinya hipertensi misalnya aktivitas
fisik dan stres (Puspitorini dalam Sount dkk. 2014). Kurangnya mengkonsumsi sumber
makanan yang mengandung kalium mengakibatkan jumlah natrium menumpuk dan akan
meningkatkan resiko hipertensi (Junaedi dkk. 2013).
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui Hubungan Tingkat Pengetahuan
Masyarakat Terhadap Pencegahan Hipertensi Dengan Gaya Hidup Sehat Dikecamatan
Kempas Kabupaten Indragiri Hilir Riau.
1.1. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang diatas maka rumusan masalah pada penelitian ini
adalah: “Bagaimana hubungan tingkat pengetahuan masyarakat terhadap pencegahan
hipertensi dengan gaya hidup sehat dikecamatan kempas kabupaten Indragiri hilir riau”.
1.2. Tujuan Penelitian
1.2.1. Tujuan Umum
Untuk mengetahui hubungan tingkat pengetahuan masyarakat terhadap
pencegahan hipertensi dengan gaya hidup sehat dikecamatan kempas kabupaten
Indragiri hilir riau.
1.2.2. Tujuan Khusus
1. Untuk mengetahui tingkat pengetahuan masyarakat terhadap pencegahan
hipertensi dengan gaya hidup sehat dikecamatan kempas kabupaten Indragiri hilir riau
2. Untuk mengetahui tingkat pengetahuan masyarakat terhadap manfaat pencegahan
hipertensi dengan gaya hidup sehat dikecamatan kempas kabupaten Indragiri hilir riau
3. Untuk mengetahui tingkat pengetahuan masyarakat terhadap cara melakukan
pencegahan hipertensi dengan gaya hidup sehat dikecamatan kempas kabupaten
Indragiri hilir riau
1.3. Manfaat Penelitian
1. Manfaat praktis
Untuk memenuhi salah satu persyaratan dalam menyelesaikan mata kuliah
Metodologi penelitian dalam Program Studi Sarjana Keperawatan Stikes Hangtuah
Pekanbaru.
2. Manfaat ilmiah
Proposal penelitian ini dapat menjadi sumber informasi dan menambah ilmu
pengetahuan khususnya yang berkaitan dengan Keperawatan.
3. Manfaat institusi
Diharapkan hasil penelitian ini dapat melengkapi informasi bagi institusi dalam
mengembangkan proses belajar mengajar untuk penulisan Karya Tulis Ilmiah
berikutnya.
4. Manfaat bagi penulis
Bagi penulis merupakan manfaat paling berharga guna memperluas wawasan dan
pengetahuan melalui penelitian ini.

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Konsep pengetahuan


2.1.1 Definisi pengetahuan

Pengetahuan menghasilkan objek yang ditentukan oleh sistem indra manusia.


Pengetahuan yang dihasilkan dipengaruhi intensitas perhatian terhadap objek. Pengetahuan
juga terbentuk dari suatu tindakan seseorang dan merupakan hal yang utama (Noto
atmodjo 2010). Menurut Mubarak et al 2007 pengetahuan juga suatu hasil dari mengingat
kembali atas kejadian yang pernah dirasakan baik secara sengaja maupun tidak sengaja
setelah dilakukannya proses pengamatan pada suatu objek.
2.1.2 Tingkat pengetahuan

Pengetahuan seseorang terhadap objek yang di miliki sangatlah berbeda, menurut Potter
dan Perry 2005 tingkat pengetahuan seseorang terbagi 6 yaitu :
1. Tahu (know), diartikan sebagai mengingat suatu materi yang telah dipelajari
sebelumnya, termasuk mengingat kembali (recall) terhadap sesuatu rangsangan
yang telah diterima. Tahu (know) merupakan tingkat pengetahuan yang paling
rendah. Cara mengukur bahwa orang tahu tentang apa yang dipelajari meliputi
menyebutkan, menguraikan, mendefinisikan, dan sebagainya.

2. Memahami (comprehension). Seseorang yang paham terhadap objek atau materi


mampu menjelaskan, menyebutkan contoh, menyimpulkan, meramalkan terhadap
objek yang telah dipelajari. Menurut Mubarak et al (2007) memahami
(comprehension) diartikan sebagai kemampuan untuk menjelaskan secara benar
tentang objek yang diketahui dan dapat menginterpretasikan materi tersebut
secara luas.

3. Aplikasi (application), diartikan sebagai kemampuan untuk menggunakan materi


yang telah dipelajari pada situasi dan kondisi yang sebenarnya.

4. Analisis (analysis), merupakan suatu kemampuan untuk menjabarkan materi yang


telah dipelajari dalam komponen-komponen tetapi masih di dalam suatu struktur
organisasi tersebut yang berkaitan satu sama lain.

5. Sintesis (synthesis), menunjukkan suatu kemampuan untuk menghubungkan


bagian-bagian di dalam suatu bentuk keseluruhan yang baru.
6. Evaluasi (evaluation), merupakan kemampuan untuk melakukan penilaian
terhadap suatu materi atau objek.

2.1.3 Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Pengetahuan


Menurut Mubarak et al (2007) pengetahuan seseorang dipengaruhi oleh beberapa faktor,
antara lain:
1. Pendidikan, merupakan ajaran yang diberikan seseorang kepada orang lain dengan
maksud untuk memahami.
2. Pekerjaan, lingkungan pekerjaan memberikan suatu pengalaman terhadap seseorang
baik secara langsung maupun tidak langsung.
3. Umur bertambahnya umur akan menjadi perubahan dialami oleh seseorang baik
secara fisik maupun mental
4. Minat yang dapat menjadikan seseorang untuk menekuni suatu hal yang akhirnya
dapat memperoleh pengetahuan yang lebih mendalam.
5. Pengalaman suatu hal kejadian yang pernah diterima dan dialami seseorang karena
akibat interaksi dengan lingkungan
6. Kebudayaan lingkungan sekitar hal ini mempengaruhi terhadap pembentukan sikap
dan perilaku serta tindakan seseorang.
7. Informasi merupakan yang sangat mempengaruhi seseorang untuk memperoleh suatu
pengetahuan ataupun hal baru
Pendidikan umur minat pengalaman kebudayaan lingkungan sekitar dan informasi
adalah faktor-faktor yang utama mempengaruhi pengetahuan dari seseorang anak yang
dapat diambil dari faktor-faktor yang mempengaruhi pengetahuan olehmu at 2007

2.1 Defenisi Hipertensi


Hipertensi merupakan suatu keadaan dimana terjadi peningkatan tekanan darah
secara abnormal dan terus menerus pada beberapa kali pemeriksaan tekanan darah yang
disebabkan salah satu terdapat beberapa faktor risiko,stroke,aneurisma,gagal jantung,dan
kerusakan ginjal. yang tidak berjalan sebagai mana mestinya dalam mempertahankan
tekanan darah normal (Wijaya dan Putri, 2013).
Hipertensi merupakan penyakit yang ditandai dengan peningkatan tekanan darah
melebihi normal,,secara umum ialah hipertensi ini merupakan suatu keadaan tanpa
gejala,dimana tekanan darah abnormal tinggi di dalam arteri,pada hipertensi sistolik
terisolasi,tekanan sistolik mencapai 140 mmhg atau lebih, tetapi tekanan diastolik kurang
dari 90 Mmhg dan tekanan diastolik ini masih dalam kisaran normal. Hipertensi ini sering
ditemukan pada usia lanjut,sejalan dengan bertambahnya usia,hampir setiap orang
mengalami kenaikan tekanan darah.tekanan sistolik terus meningkat sampai usia 80 tahun
sedangkan tekanan diastolik terus meningkat sampai usia 55-60 tahun. Pada pemeriksaan
tekanan darah akan di dapat 2 angka,angka yang diatas diperoleh pada saat jantung
berkontraksi (sistolik), angka yang dibawah diperoleh pada saat jantung berelaksasi
(diastolik).
Menurut WHO ( word health organization) batas tekanan darah yang dianggap
normal adalah kurang dari 130/85 Mmhg, bila tekanan darah sudah lebih dari 140/90
Mmhg di nyatakan hipertensi, Hipertensi dapat diklasifikasi kan menjadi 2 jenis, yaitu:
hipertensi primer dan hipertensi esensial (90% kasus hipertensi) yang penyebabnya tidak
diketahui dan hipertensi sekunder (10%) yang disebabkan ginjal, penyakit endokrin,
penyakit jantung,dan gangguan ginjal. (Adib 2009).
Hipertensi merupakan penyebab kematian nomor 3 setelah stroke dan
tuberkulosis, hasil riset kesahatan dasar tahun (2013) menunjukan prevelensi hipertensi
secara nsional mencapai 25,8%. Penderita Hipertensi di indonesia diperkirakan sebesar
15 juta tetapi hanya 4% yang hipertensi terkendali.(Kemenkes RI (2013)

2.1.1 Penyebab hipertensi


Penyebab hipertensi dapat dibedakan menjadi dua golongan besar yaitu
hipertensi primer (essensial) dan hipertensi sekunder. Hipertensi primer merupakan
hipertensi yang belum diketahui penyebabnya dialami pada 90% penderita hipertensi
sedangkan 10% sisanya disebabkan karena hipertensi sekunder dimana hipertensi
sekunder merupakan hipertensi yang terjadi akibat penyebab yang jelas, Meskipun
hipertensi primer penyebabnya belum diketahui namun diperkirakan hipertensi primer
disebabkan karena faktor keturunan, ciri perseorangan, dan kebiasaan hidup.
Hipertensi sekunder disebabkan karena penyakit ginjal seperti stenosis arteri renalis,
gangguan hormonal seperti feokromositoma, obat-obatan seperti kontrasepsi oral, dan
penyebab lain seperti kehamilan, luka bakar, tumor otak dll (Aspiani. 2015).
2.1.2 Faktor risiko hipertensi
Faktor risiko hipertensi dibagi menjadi 2 kelompok yaitu faktor yang tidak
dapat diubah dan faktor yang dapat diubah. Faktor risiko yang tidak dapat diubah antara
lain umur, jenis kelamin, dan genetik. Faktor risiko yang dapat diubah antara lain
kebiasaan merokok, konsumsi serat, stres, aktivitas fisik, konsumsi garam, kegemukan,
kebiasaan konsumsi alkohol dan dislipidemia (Kemenkes RI, 2013)
2.2.4 Pencegahan
Pengobatan hipertensi memang penting tetapi tidak lengkap jika tanpa dilakukan
tindakan pencegahan untuk menurunkan faktor resiko penyakit kardiovaskuler akibat
hipertensi. Menurut Bustan MN (1995) dan Budistio (2001), upaya pencegahan dan
penanggulangan hipertensi didasarkan pada perubahan pola makan dan gaya hidup. Upaya
pencegahan yang dapat dilakukan meliputi:
1) Perubahan pola makan
2) Pembatasan penggunaan garam hingga 4-6gr per hari, makanan yang mengandung
soda kue, bumbu penyedap dan pengawet makanan.
3) Mengurangi makanan yang mengandung kolesterol tinggi (jeroan, kuning telur, cumi-
cumi, kerang, kepiting, coklat, mentega, dan margarin).
4) Menghentikan kebiasaan merokok, minum alkohol
5) Olah raga teratur
6) Hindari stres (Bianti Nuraini 2015)

2.1.3 Penatalaksanaan hipertensi


Penatalaksanaan hipertensi dibagi menjadi dua yaitu penatalaksanaan dengan
terapi farmakologis dan non farmakologis.
a. Terapi farmakologis
Berbagai penelitian klinis membuktikan bahwa, obat anti hipertensi yang
diberikan tepat waktu dapat menurunkan kejadian stroke hingga 35-40 %, infark
miokard 20-25 %, dan gagal jantung lebih dari 50 %. Obat-obatan yang diberikan
untuk penderita hipertensi meliputi diuretik, angiotensin-converting enzyme (ACE),
Beta-blocker, calcium channel blocker (CCB), dll. Diuretik merupakan pengobatan
hipertensi yang pertama bagi kebanyakan orang dengan hipertensi (Kemenkes RI,
2013).
b. Terapi non farmakologis
1) Makan gizi seimbang Pengelolaan diet yang sesuai terbukti dapat menurunkan
tekanan darah pada penderita hipertensi. Manajemen diet bagi penderita hipertensi
yaitu membatasi gula, garam, cukup buah, sayuran, makanan rendah lemak,
usahakan makan ikan berminyak seperti tuna, makarel dan salmon.
(Kemenkes RI,2013).
2) Mengurangi berat badan Hipertensi erat hubungannya dengan kelebihan berat
badan. Mengurangi berat badan dapat menurunkan tekanan darah karena
mengurangi kerja jantung dan volume sekuncup (Aspiani, 2015). Penderita
hipertensi yang mengalami kelebihan berat badan (obesitas) dianjurkan untuk
menurunkan berat badan hingga mencapai IMT normal 18,5 – 22,9 kg/m2, lingkar
pinggang <90 cm untuk laki-laki dan <80 cm untuk perempuan
(Kemenkes RI, 2013).
3) Olahraga yang teratur Olahraga teratur seperti berjalan, lari, berenang dan
bersepeda bermanfaat untuk menurunkan tekanan darah dan memperbaiki kinerja
jantung (Aspiani, 2015). Senam aerobik atau jalan cepat selama 30-45 menit lima
kali perminggu dapat menurunkan tekanan darah baik sistol maupun diastol.
Selain itu, berbagai cara relaksasi seperti meditasi dan yoga merupakan alternatif
bagi penderita hipertensi tanpa obat (Kemenkes RI, 2013).
4) Berhenti Merokok Berhenti merokok dapat mengurangi efek jangka panjang
hipertensi karena asap rokok yang mengandung zat-zat kimia beracun seperti
nikotin dan karbon monoksida yang dihisap melalui rokok dapat menurunkan
aliran darah ke bebagai organ dan meningkatkan kerja jantung (Aspiani, 2015).
5) Mengurangi konsumsi alkohol Mengurangi konsumsi alkohol dapat menurunan
tekanan darah sistolik. Sehingga penderita hipertensi diupayakan untuk
menghindari konsumsi alkohol (Kemenkes RI, 2013).
6) Mengurangi stres Stres dapat memicu penurunan aliran darah ke jantung dan
meningkatkan kebutuhan oksigen ke berbagai organ sehingga meningkatkan
kinerja jantung, oleh karena itu dengan mengurangi stres seseorang dapat
mengontrol tekanan darahnya.

2.1.4 Komplikasi hipertensi


Tekanan darah yang tidak terkontrol dan tidak segera diatasi dalam jangka
panjang akan mengganggu pembuluh darah arteri dalam mensuplai darah ke organ-
organ diantaranya jantung, otak, ginjal dan mata. Hipertensi yang tidak terkontrol
berakibat komplikasi pada jantung meliputi infark jantung dan pembesaran ventrikel
kiri dengan atau tanpa payah jantung. Hematuria (urine yang disertai darah) dan
oliguria (kencing sedikit) merupakan komplikasi hipertensi pada ginjal. Komplikasi
hipertensi juga dapat terjadi pada mata berupa retinopati hipertensi. Stroke dan
euchephalitis merupakan penyakit yang terjadi pada organ otak sebagai akibat
hipertensi yang tidak ditangani dalam waktu lama (Wijaya dan Putri, 2013)

2.3 Gaya hidup sehat


2.3.1 pengertian gaya hidup sehat
Gaya hidup sehat adalah

BAB III
METODE PENELITIAN

A. Jenis Penelitian
Jenis penelitian ini menggunakan metode deskriptif dengan pendekatan metode
deskriptif kuantitatif. Penelitian deskriptif adalah suatu metode penelitian yang dilakukan
dengan tujuan utama untuk membuat gambaran atau deskriptif tentang suatau keadaan
objektif. Penelitian ini dilakukan dengan menempuh langkah-langkah pengumpulan data,
membuat kesimpulan dan laporan (Notoatmodjo,2005). Data kuantitatif adalah data yang
berbentuk angka atau data yang diangkakan (Sugiyono,2011).
Tujuan penelitian ini untuk Gambaran Mutu Pelayanan Keperawatan Di Rumah Sakit
Umum Daerah Kota Pekanbaru Tahun 2020

B. Lokasi dan Waktu Penelitian


1. Lokasi penelitian
Penelitian ini dilakukan di salah satu ruangan paru terpadu di Rumah Sakit Umum
Daerah Kota Pekanbaru
2. Waktu Penelitian
Waktu Penelitian ini dilakukan pada bulan Januari 2020 sampai dengan April 2020.

C. Populasi dan Sampel Penelitian


1. Populasi Penelitian
Populasi merupakan keseluruhan sumber data yang diperlukan dalam suatu
penelitian (Suryono, 2011 :61). Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh perawat di
ruangan paru terpadu di Rumah Sakit Umum Daerah Kota Pekanbaru yang berjumlah 6
orang.
2. Sampel
Sampel adalah sebagian yang diamabil dari keseluruhan objek yang diteliti dan
dianggap mewakili seluruh populasi (Notoatmodjo,2005 :79). Pengambilan sampel
menggunakan cara total populasi yaitu seluruh perawat di ruang paru terpadu dengan
jumlah 6 orang.
D. Teknik Sampling
Teknik sampling adalah dalam mengambil sampel penelitian ini digunakan cara atau
teknik-teknik tertentu, sehingga sampel tersebut sedapat mungkin mewakili populasinya
(Notoatmodjo,2005 :79)
Teknik sampling dalam penelitian ini adalah dengan cara Non probability sampling
atau non random sampling artinya setiap individu atau unit yang diambil dari populasi dipilih
dengan sengaja menurut pertimbangan tertentu ( hanya perawat diruang paru terpadu saja).
Sehingga tidak semua populasi memiliki kesempatan sama untuk menjadi calon responden
atau sampel.

E. Variabel Penelitian dan Definisi Operasional


Untuk mengetahui ruang lingkup atau pengertian variable-variabel yang diteliti perlu
sekali variable-variabel tersebut diberi batasan atau definisi operasional (Notoatmodjo, 2005 :
46). Definisi operasional adalah uraian tentang batasan variable yang dimaksud, atau tentang
apa yang diukur oleh variable yang bersangkutan (Notoatmodjo,2010 :112).

F. Jenis dan Cara Pengumpulan Data


1. Jenis Data
a. Data Primer
Data yang diperoleh langsung dari jawaban kuesioner responden melalui
pembagian angket/kuesioner untuk mendapatkan informasi tentang mutu pelayanan,
asuhan keperawatan, dan kepuasan pasien di ruangan paru terpadu di Rumah Sakit
Umum Daerah Kota Pekanbaru.

b. Data Sekunder
Data sekunder adalah data yang diperoleh peneliti dari sumber yang sudah ada.
Data sekunder dalam penelitian ini yaitu data yang diperoleh dari penelusuran yang
berkaitan dengan objek penelitian berupa laporan/catatan di ruangan paru terpadu di
Rumah Sakit Umum Daerah Kota Pekanbaru.
.
2. Teknik Pengumpulan Data
a. Kuesioner
Kuesioner merupakan teknik pengumpulan data yang dilakukan dengan cara memberi
seperangkat pernyataan tertulis kepada responden untuk dijawab. Peneliti memberikan
kuesioner kepada responden dan mengumpulkan data dari kuesioner yang telah diisi
oleh responden.

G. Instrumen Penelitian
Instrument penelitian berupa kuesioner yaitu sejumlah pertanyaan tertulis yang
digunakan untuk memperoleh informasi dari responden tentang perilaku perekam medis
terhadap keamanan rekam medis. Adapun alat bantu dalam pengumpulan data meliputi:
a. Lembar Kuesioner
b. Alat tulis
c. Komputer

H. Pengolahan Data
Setelah data terkumpul, kemudian data diolah dengan langkah-langkah sebagai berikut :
1. Editing
Proses untuk memeriksa kelengkapan pengisian jawaban, relevansi jawaban dan konsistensi
isian kuesioner.
2. Coding
Proses memberikan kode pada variabel yang ada pada penelitian ini untuk mempermudah
pengolahan data.
Untuk variabel, diberi kode yaitu :
a. Mutu Pelayanan : 0 – Tidak
1 – ya
b. Asuhan Keperawatan : 0 – Tidak
1 – ya

c. Kepuasan Pasien : 0 – Tidak


1 – ya
3. Processing
Tahap meng-entry data dari kuesioner kepaket program komputer. Pada penelitian ini, entry
data dilakukan dengan menggunakan program SPSS 21.0
4. Cleaning
Melakukan pengecekan kembali data yang sudah di entry, apakah terdapat salah entry atau
tidak.
I. Analisis Data
Data akan dianalisis dengan menggunakan statistik deskriptif yakni teknik analisa data
yang menggambarkan situasi objek penelitian apa adanya sesuai dengan yang terkumpul.
Analisa pada penelitian ini dilakukan dengan bantuan komputer menggunakan program SPSS.

1. Analisis Univariat
Analisis Univariat digunakan untuk membuat gambaran umum tentang suatu
fenomena yang diamati dengan cara /menggunakan :
a. Frekuensi
b. Proposal atau Persentase
c. Rasio
d. Ukuran gejala pusat (mean, modus, median)
e. Ukuran sebaran atau dispersi (varians, Deviasi standar, range dan sebagainya)
2. Analisis Bivariat
Kelanjutan analisis univariat adalah analisis bivariat yang kebih bersifat eksplanatif.
Termasuk di dalamnya :
a. Membandingkan karakteristik dari suatu variabel yang sama pada kelompok yang
berbeda.
b. Menjelaskan kekuatan hubungan antar variabel
DAFTAR PUSTAKA
Hubungan Olahraga,Stress Dan Pola Makan Dengan Tingkat Hipertensi . Jurnal Vol 1. No
1.Januari (2019).
Adib .2009. Memahami Dan Menghindari Hipertensi Jantung Dan Stroke. Dianloka Pustaka
Populer : Yogyakarta.
Kemenkes RI Laporan Hasil Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) indonesia tahun 2013. Jakarta :
badan penelitian dan pengembangan kesehatan kemenkes RI.2013.
Pengaruh Pengetahuan,Sikap Dan Dukungan Keluarga Terhadap Diet Hipertensi Di Desa Hulu
Kecamatan Pancur Batu. Jurnal tahun 2016
Wijaya A.S & putri,Y.M (2013) Keperawatan Medikal Bedah 2 Keperawatan Teori Dan Contoh
Askep. Yogyakarta : nuha medika.
Aspiani.R.Y (2015) Buku Ajar Asuhan Keperawatan Klien Gangguan Kardivaskuler. Aplikasi
NIC & NOC.jakarta: buku kedoketeran ECG.
Notoatmodjo, S. (2010). Ilmu perilaku kesehatan. Jakarta: Rineka Cipta.
Notoatmodjo, S. (2010). Promosi kesehatan teori dan aplikasi (Edisi revi). Jakarta: Rineka Cipta.
Notoatmodjo. 2010. Metodologi Penelitian Kesehatan. Jakarta : PT. Rineka Cipta
Adib., M., (2009). Cara Mudah Memahami dan Menghindari Hipertensi Jantung dan Stroke.
Anggara, D.H.F., & Prayitno, N. 2013. “Faktor-Faktor Yang Berhubungan Dengan Tekanan
Darah Di Puskesmas Telaga Murni Cikarang Barat Tahun 2012.” Jurnal Ilmiah
Kesehatan volume 5(1): 20–25.
Dinkes (2015) “Profil Kesehatan Kota Pekanbaru Tahun 2015.” : 144.
Sustrani L (2006). Hipertensi. Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama

RISK FACTORS OF HYPERTENSION Bianti Nuraini MAJORITY | Volume 4 Nomer 5


| Februari 2015. Faculty of Medicine, University of Lampung

Anda mungkin juga menyukai