Anda di halaman 1dari 27

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Hipertensi merupakan penyebab kematian dan kesakitan yang tinggi.
Hipertensi sering diberi gelar The Silent Killer karena hipertensi merupakan
pembunuh tersembunyi yang penyebab awalnya tidak diketahui atau tanpa gejala
sama sekali, hipertensi bisa menyebabkan berbagai komplikasi terhadap beberapa
penyakit lain, bahkan penyebab timbulnya penyakit jantung, stroke dan ginjal. Data
WHO (2011) menunjukkan, di seluruh dunia, sekitar 972 juta orang atau 26,4 %
penghuni bumi mengidap hipertensi. Angka ini kemungkinan akan meningkat
menjadi 29,2 % di tahun 2025. Dari 972 juta pengidap hipertensi, 333 juta berada di
negara maju dan 639 sisanya berada di Negara berkembang, termasuk Indonesia.1
Menurut WHO (2011), hipertensi membunuh hampir 8 juta orang setiap
tahun, dimana hampir 1,5 juta adalah penduduk wilayah Asia Tenggara.
Diperkirakan 1 dan 3 orang dewasa di Asia Tenggara menderita hipertensi. Menurut
data Departemen Kesehatan, hipertensi dan penyakit jantung lain meliputi lebih dari
sepertiga penyebab kematian, dimana hipertensi menjadi penyebab kematian kedua
setelah stroke. Berdasarkan data World Health Organization (WHO) dari 70%
penderita hipertensi yang di ketahui hanya 25% yang mendapat pengobatan, dan
hanya 12,5% yang diobati dengan baik (adequately treated cases) diperkirakan
sampai tahun 2025 tingkat terjadinya tekanan darah tinggi akan bertambah 60%. 1,2
Menurut Hamid (2011), dalam Seminar The S Scientific Meeting on
Hypertension 2011, tingkat prevalensi hipertensi di Indonesia mencapai 31,7 persen
dari total penduduk dewasa. Berdasarkan Riset Kesehatan Dasar Tahun 2013,
prevalensi hipertensi di Indonesia berdasarkan hasil pengukuran pada umur ≥ 18
tahun sebesar 25,8 persen. Jadi cakupan nakes hanya 36,8 persen, sebagian besar
(63,2%) kasus hipertensi di masyarakat tidak terdiagnosis. Data secara nasional yang
belum lengkap, sebagian besar penderita hipertensi di Indonesia tidak terdeteksi,
sementara mereka yang terdeteksi umumnya tidak menyadari kondisi
penyakitnya.1,2,3

1
Berdasarkan latar belakang diatas maka peneliti tertarik untuk melakukan
penelitian terhadap penderita hipertensi dengan judul Perubahan Tingkat
Pengetahuan Peserta PROLANIS sebelum dan sesudah Penyuluhan Hipertensi dalam
Upaya Mencapai Tekanan Darah Terkontrol di Puskesmas Dungingi, Kecamatan
Dungingi, Kota Gorontalo, Provinsi Gorontalo.

1.2 Rumusan Masalah


Dari penjelasan di atas, dapat ditemukan permasalahan sebagai berikut:

 Hipertensi menjadi penyebab kematian kedua setelah stroke.


 Kurangnya pengetahuan peserta Prolanis tentang hipertensi dalam upaya
mencapai tekanan darah terkontrol

1.3 Tujuan Penelitian


1. Tujuan Umum
Untuk mengetahui perubahan tingkat pengetahuan peserta Prolanis
sebelum dan sesudah dilakukannya penyuluhan tentang hipertensi dalam
upaya mencapai tekanan darah terkontrol di Puskesmas Dungingi,
Kecamatan Dungingi, Kota Gorontalo, Provinsi Gorontalo, tahun 2021.

2. Tujuan Khusus
a. Diketahuinya perubahan tingkat pengetahuan peserta Prolanis sebelum
dan sesudah dilakukannya penyuluhan tentang hipertensi dalam upaya
mencapai tekanan darah terkontrol di Puskesmas Dungingi, Kecamatan
Dungingi, Kota Gorontalo, Provinsi Gorontalo, tahun 2021..

1.4 Manfaat Penelitian


1. Bagi Peneliti
a. Hasil penelitian ini diharapkan dapat menambah pengalaman bagi penulis
dalam meneliti secara langsung di lapangan.
b. Untuk memenuhi salah satu tugas peneliti dalam menjalani program
internsip dokter umum Indonesia.
2. Bagi Masyarakat

2
Hasil penelitian ini diharapkan agar masyarakat tahu dan mengerti tentang
cara mencapai tekanan darah terkontrol pada penyakit hipertensi.
3. Bagi Tenaga Kesehatan
Hasil penelitian ini diharapkan menjadi masukan bagi di Puskesmas
Dungingi, Kecamatan Dungingi, Kota Gorontalo, Provinsi Gorontalo, dalam
rangka meningkatkan pelayanan kesehatan khususnya penyakit hipertensi.

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
3
2.1 Pengetahuan
2.1.1 Definisi Pengetahuan
Menurut Notoatmodjo pengetahuan merupakan hasil dari tahu dan ini terjadi
setelah orang tersebut melakukan penginderaan terhadap suatu objek tertentu.
Penginderaan terjadi melalui panca indera manusia. Sebagian besar pengetahuan
manusia diperoleh melalui mata dan telinga. Pengetahuan kognitif adalah domain
yang sangat penting untuk terbentuknya tindakan seseorang (over behavior). Dari
hasil pengalaman serta penelitian terbukti bahwa perilaku yang didasari oleh
pengetahuan akan lebih langgeng dari pada perilaku yang tidak didasari oleh
pengetahuan. Penelitian yang dilakukan oleh Rogers (1974) mengungkapkan bahwa
sebelum seseorang mengadaptasi perilaku yang baru didalam diri orang tersebut
terjadi proses yang beruntun yaitu5:
a. Awarenes (kesadaran), dimana orang tersebut menyadari dalam arti mengetahui
terlebih dahulu terhadap stimulus (objek).
b. Interest (merasa tertarik) merasa tertarik terhadap stimulus atau objek tersebut
disini sikap subjek sudah mulai timbul.
c. Evaluation (menimbang-nimbang baik dan tidaknya stimulus tersebut bagi
dirinya) hal ini berarti sikap responden sudah lebih baik lagi.
d. Trial, dimana subjek mulai mencoba melakukan sesuatu sesuai dengan apa yang
dikehendaki oleh stimulus.
e. Adaption, dimana subjek telah berperilaku baru sesuai dengan pengetahuan,
kesadaran dan sikapnya terhadap stimulus.
Pengetahuan atau kognitif merupakan domain yang sangat penting untuk
terbentuknya tindakan seseorang, karena dari pengalaman dan penelitian yang
didasari oleh pengetahuan akan lebih langgeng dari pada perilaku yang tidak didasari
oleh pengetahuan.

2.1.2 Tingkatan Pengetahuan5


Menurut Bloom (1987) dikutip oleh Notoatmodjo (2007), pengetahuan yang
dicakup didalam domain kognitif mempunyai 6 tingkatan, yaitu:
a. Tahu (Know) diartikan sebagai mengingat sesuatu materi yang telah
dipelajari sebelumnya. Termasuk kedalam pengetahuan tingkat ini adalah

4
mengingat kembali (recall), terhadap sesuatu yang spesifik dari seluruh
bahan yang dipelajari atau rangsangan yang telah diterima.
b. Memahami (Comprehension) diartikan sebagai suatu kemampuan untuk
menjelaskan secara benar tentang objek yang diketahui dan dapat
menginterprestasikan materi tersebut secara benar.
c. Aplikasi (Aplication) diartikan kemampuan untuk menggunakan materi yang
telah dipelajari pada situasi atau kondisi real (sebenarnya).
d. Analisis (Analysis) merupakan suatu kemampuan untuk menjabarkan materi
atau suatu objek kedalam komponen-komponen, tetapi masih di dalam satu
struktur organisasi tersebut dan masih ada kaitannya satu sama lain.
e. Sintesis (Syntesis) menunjukkan kepada suatu kemampuan untuk meletakkan
atau menghubungkan bagian-bagian didalam suatu bentuk keseluruhan yang
baru.
f. Evaluasi (evaluation) berkaitan dengan kemajuan untuk melakukan
justifikasi atau penilaian terhadap suatu materi atau objek.

2.1.3 Faktor-faktor yang mempengaruhi Pengetahuan5


Menurut Notoatmodjo (2007), pengetahuan seseorang dapat dipengaruhi oleh
beberapa faktor, yaitu :
a. Pengalaman, dimana dapat diperoleh dari pengalaman diri sendiri atau orang
lain. Misalnya, jika seseorang pernah merawat seorang anggota keluarga yang
sakit hipertensi, umumnya menjadi lebih tahu tindakan yang harus dilakukan jika
terkena hipertensi.
b. Tingkat pendidikan, dimana pendidikan dapat membawa wawasan atau
pengetahuan seseorang. Secara umum, seseorang yang memiliki pengetahuan
yang tingi akan mempunyai pengalaman yang lebih luas dibandingkan dengan
seseorang yang tingkat pendidikannya lebih rendah.
c. Sumber informasi, keterpaparan seseorang terhadap informasi mempengaruhi
tingkat pengetahuaannya. Sumber informasi yang dapat mempengaruhi
pengetahuan seseorang, misalnya televise, radio, Koran, buku, majalah dan
internet.

2.1.4 Pengukuran Pengetahuan5

5
Pengukuran pengetahuan dapat dilakukan dengan wawancara atau angket
yang menyatakan tentang isi materi yang ingin diukur. Kedalaman pengetahuan yang
ingin kita ketahui dapat disesuaikan dengan tingkat domain diatas.

2.2 Hipertensi
2.2.1 Definisi6,7
Hipertensi didefinisikan sebagai tekanan darah persisten dimana tekanan
sistoliknya diatas 140 mmHg dan tekanan diastoliknya diatas 90 mmHg). Menurut
Potter dan Perry (2006), hipertensi merupakan gangguan asimptomatik yang ditandai
dengan peningkatan tekanan darah persisten, dimana diagnosa hipertensis pada
orang dewasa ditetapkan paling sedikit dua kunjungan dimana lebih tinggi atau pada
140/90 mmHg.

2.2.2 Klasifikasi8
Menurut The Seventh Report of The Joint National Committee on Prevention,
Detection, Evaluation, and Treatment of High Blood Pressure (JNC 7) klasifikasi
tekanan darah pada orang dewasa terbagi menjadi kelompok normal, prahipertensi,
hipertensi derajat 1 dan derajat 2 seperti yang terlihat pada tabel 1 dibawah.

Tabel 2.1. Klasifikasi Tekanan Darah menurut JNC 7


Klasifikasi Tekanan Tekanan Darah Sistolik Tekanan Darah
Darah (mmHg) Diatolik (mmHg)
Normal < 120 < 80
Prahipertensi 120 – 139 80 -89
Hipertensi Derajat 1 140 – 159 90 – 99
Hipertensi Derajat 2 ≥ 160 ≥ 100

2.2.3 Etiologi
Berhubung lebih dari 90% penderita hipertensi digolongkan atau disebabkan
oleh hipertensi primer, maka secara umum yang disebut hipertensi primer. Meskipun
hipertensi primer belum diketahui dengan pasti penyebabnya, data-data penelitian
telah menemukan beberapa faktor yang sering menyebabkan hipertensi, yaitu :
a. Faktor Keturunan
Hipertensi merupakan suatu kondisi yang bersifat menurun dalam suatu keluarga.
Anak dengan orang tua hipertensi memiliki kemungkinan dua kali lebih besar

6
untuk menderita hipertensi daripada anak dengan orang tua yang tekanan
darahnya normal.9
b. Ras
Statistik menunjukkan prevalensi hipertensi pada orang kulit hitam hampir dua
kali lebih banyak dibandingkan dengan orang kulit putih.
c. Usia
Wanita premenopause cenderung memiliki tekanan darah yang lebih tinggi
daripada pria pada usia yang sama, meskipun perbdaan diantara jenis kelami
kurang tampak setelah usia 50 tahun. Penyebabnya, sebelum menopause, wanita
cenderung terlindungi dari penyakit jantung oleh hormone esterogen.10
d. Jenis Kelamin
Pria lebih banyak mengalami kemungkinan menderita hipertensi daripada
wanita. Hipertensi berdasarkan jenis kelamin ini dapat pula dipengaruhi faktor
psikologis. Pada pria seringkali dipicu oleh perilaku tidak sehat (merokok,
kelebihan berat badan), depresi dan rendahnya status pekerjaan. Sedangkan pada
wanita lebih berhubungan dengan pekerjaan yang mempengaruhi faktor psikis
kuat.11
e. Stress psikis
Stress meningkatkan aktivitas saraf simpatis, peningkatan ini mempengaruhi
meningkatnya tekkana darah secara bertahap. Apabila stress berkepanjangan
dapat berakibat tekanan darah tetap tinggi.11
f. Obesitas
Pada orang yang obesitas terjadi peningkatan kerja pada jantung untu memompa
darah agar dapat menggerakan beban berlebih dari tubuh tersebut. Berat badan
yang berlebihan menyebabkan bertambahnya volume darah dan perluasan sistem
sirkulasi. Bila bobot ekstra dihilangkan, TD dapat turun lebih kurang 0,7/1,5
mmHg setiap kg penurunan berat badan.
g. Asupan garam Na
Ion natrium mengakibatkan retemsi air, sehingga volume darah bertambah dan
menyebabkan daya tahan pembuluh meningkat. Juga memperkuat efek
vasokonstriksi noradrenalin.
h. Rokok
Nikotin dalam tembakau adalah penyebab tekanan darah meningkat. Hal ini
karena nikotin terserap oleh pembuluh darah yang kecil dalam paru-paru dan
7
disebarkan keseluruh aliran darah. Hanya dibutuhkan waktu 10 detik bagi nikotin
untuk sampai ke otak. Otak bereaksi terhadap nikotin dengan memberikan sinyal
kepada kelenjar adrenal untuk melepaskan efinefrin (adrenalin). Hormon yang
sangat kuat ini menyempitkan pembuluh darah, sehingga memaksa jantung untuk
memompa lebih keras dibawah tekanan yang lebih tinggi.12
i. Konsumsi Alkohol
Alkohol memiliki pengaruh terhadap tekanan darah, dan secara keseluruhan
semakin banyak alkohol yang diminum semakin tinggi tekanan darah.10
j. Olahraga
Olahraga yang bersifat kompetensi dan meningkatkan kekuatan dapat memacu
emosi sehingga dapat mempercepat peningkatan tekanan darah seperti tinju,
panjat tebing dan angkat besi. Bentuk latihan yang paling tepat untuk penderita
hipertensi adalah jalan kaki, bersepeda, senam, berenang dan aerobic.

2.2.4 Patofisiologi13,14
Mekanisme patogenesis hipertensi yaitu peningkatan tekanan darah yang
dipengaruhi oleh curah jantung dan tahanan perifer. Mekanisme hipertensi tidak
dapat dijelaskan dengan satu penyebab khusus, melainkan sebagai akibat interaksi
dinamis antara faktor genetik, lingkungan dan faktor lainnya. Tekanan darah
dirumuskan sebagai perkalian antara curah jantung dan atau tekanan perifer yang
akan meningkatkan tekanan darah. Retensi sodium, turunnya filtrasi ginjal,
meningkatnya rangsangan saraf simpatis, meningkatnya aktifitas renin angiotensin
alosteron, perubahan membransel, hiperinsulinemia, disfungsi endotel merupakan
beberapa faktor yang terlibat dalam mekanisme hipertensi.
Mekanisme patofisiologi hipertensi salah satunya dipengaruhi oleh sistemr
enin angiotensin aldosteron, dimana hampir semua golongan obat anti
hipertensi bekerja dengan mempengaruhi sistem tersebut. Renin angiotensin
aldosteron adalah sistem endogen komplek yang berkaitan dengan pengaturan
tekanan darah arteri. Aktivasi dan regulasi sistem renin angiotensin aldosteron diatur
terutama oleh ginjal. Sistem renin angiotensi aldosteron mengatur keseimbangan
cairan, natrium dan kalium. Sistem ini secara signifikan berpengaruh pada
aliran pembuluh darah dan aktivasi sistem saraf simpatik serta homeostatik regulasi
tekanan darah.

8
Gambar 1. Pengaruh Renin Angiotensin Aldosteron Terhadap Kenaikan Tekanan
Darah

2.2.5 Manifestasi Klinis15


Pada sebagian besar penderita, hipertensi tidak menimbulkan gejala,
meskipun secara tidak sengaja beberapa gejala terjadi bersamaan dan dipercaya
berhubungan dengan tekanan darah tinggi (padahal sesungguhnya tidak). Gejala
yang dimaksud adalah sakit kepala, perdarahan dari hidung, pusing, wajah
kemerahan dan kelelahan yang bisa saja terjadi baik pada penderita hipertensi
maupun pada seseorang dengan tekanan darah yang normal.
Hipertensi diduga dapat berkembang menjadi masalah kesehatan yang lebih
serius dan bahkan dapat menyebabkan kematian. Sering kali hipertensi disebut
sebagai silent killer karena dua hal yaitu:
a. Hipertensi sulit disadari seseorang karena hipertensi tidak memiliki gejala
khusus, gejala ringan seperti pusing, gelisah, mimisan dan sakit kepala biasanya
jarang berhubungan langsung dengan hipertensi, hipertensi dapat diketahui
dengan mengukur secara teratur.

9
b. Hipertensi apabila tidak ditangani dengan baik, akan mempunyai risiko besar
untuk meninggal karena komplikasi kardiovaskular seperti stroke, serangan
jantung, gagal jantung dan gagal ginjal.
Jika timbul hipertensinya berat atau menahun dan tidak terobati, bisa timbul
gejala berikut:
1. Sakit kepala
2. Kelelahan
3. Jantung berdebar-debar
4. Mual
5. Muntah
6. Sesak nafas
7. Gelisah
8. Pandangan menjadi kabur
9. Telinga berdenging
10. Sering buang air kecil terutama di malam hari.
Kadang penderita hipertensi berat mengalami penurunan kesadaran dan
bahkan koma karena terjadi pembengkakan otak. Keadaan ini disebut ensefalopati
hipertensif, yang memerlukan penanganan segera.

2.2.6 Komplikasi12,16, 17
Salah satu alasan mengapa kita perlu mengobati tekanan darah tinggi adalah
untuk mencegah kemungkinan terjadinya komplikasi yang dapat timbul jika penyakit
ini tidak disembuhkan. Beberapa komplikasi hipertensi yang umum terjadi sebagai
berikut :
1. Stroke
Hipertensi adalah faktor resiko yang penting dari stroke dan serangan
transient iskemik. Pada penderita hipertensi 80% stroke yang terjadi merupakan
stroke iskemik, yang disebabkan karena trombosis intra-arterial atau embolisasi dari
jantung dan arteri besar. Sisanya 20% disebabkan oleh pendarahan (haemorrhage),
yang juga berhubungan dengan nilai tekanan darah yang sangat tinggi. Studi
populasi menunjukan bahwa penurunan tekanan darah sebesar 5 mmHg menurunkan
resiko terjadinya stroke.
2. Penyakit jantung koroner dan gagal jantung

10
Nilai tekanan darah menunjukan hubungan yang positif dengan resiko
terjadinya penyakit jantung koroner (angina, infark miokard atau kematian
mendadak). Bukti dari suatu studi epidemiologik yang bersifat retrospektif
menyatakan bahwa penderita dengan riwayat hipertensi memiliki resiko enam kali
lebih besar untuk menderita gagal jantung daripada penderita tanpa riwayat
hipertensi.
3. Penyakit vaskular 
Penyakit vaskular meliputi abdominal aortic aneurysm dan penyakit vaskular
perifer. Kedua penyakit ini menunjukan adanya atherosklerosis yang diperbesar oleh
hipertensi. Hipertensi juga meningkatkan terjadinya lesi atherosklerosis pada arteri
carotid, dimana lesi atherosklerosis yang berat seringkali merupakan penyebab
terjadinya stroke.
4. Retinopati
Hipertensi dapat menimbulkan perubahan vaskular pada mata, yang disebut
retinopati hipersensitif. Perubahan tersebut meliputi bilateral retinal falmshaped
haemorrhages, cotton woll spots, hard exudates dan papiloedema. Pada tekanan yang
sangat tinggi (diastolic >120 mmHg, kadang-kadang setinggi 180 mmHg atau
bahkan lebih) cairan mulai bocor dari arteriol-arteriol kedalam retina, sehingga
menyebabkan padangan kabur.
5. Kerusakan ginjal
Ginjal merupakan organ penting yang sering rusak akibat hipertensi. Dalam
waktu beberapa tahun hipertensi parah dapat menyebabkan insufiensi ginjal,
kebanyakan sebagai akibat nekrosis febrinoid insufisiensi arteri-ginjal kecil.
Perkembangan kerusakan ginjal akibat hipertensi biasanya ditandai oleh proteinuria.
Proteinuria dapat dikurangi dengan menurunkan tekanan darah secara efektif.

2.2.7 Penatalaksanaan,19,20
Penatalaksanaan pengobatan hipertensi harus secara holistik dengan tujuan
menurunkan morbiditas dan mortalitas akibat hipertensi dengan menurunkan tekanan
darah seoptimal mungkin sambil mengontrol faktor-faktor resiko kardiovaskular
lainnya.
Menurut Joint National Commission (JNC) 7, rekomendasi target tekanan
darah yang harus dicapai adalah < 140/90 mmHg dan target tekanan darah untuk
pasien penyakit ginjal kronik dan diabetes adalah ≤ 130/80 mmHg. American Heart
11
Association (AHA) merekomendasikan target tekanan darah yang harus dicapai, yaitu
140/90 mmHg, 130/80 mmHg untuk pasien dengan penyakit ginjal kronik, penyakit
arteri kronik atau ekuivalen penyakit arteri kronik, dan ≤ 120/80 mmHg untuk pasien
dengan gagal jantung.
Algoritme penanganan hipertensi menurut JNC 7 (2003), dijelaskan pada skema
dibawah ini:

Gambar 2. Penatalaksanaan Hipertensi

Promosi kesehatan modifikasi gaya hidup direkomendasikan untuk individu


dengan pra-hipertensi dan sebagai tambahan terhadap terapi obat pada individu
hipertensi. Intervensi ini untuk risiko penyakit jantung secara keseluruhan. Pada
penderita hipertensi, bahkan jika intervensi tersebut tidak menghasilkan penurunan
tekanan darah yang cukup untuk menghindari terapi obat, jumlah obat atau dosis
yang dibutuhkan untuk mengontrol tekanan darah dapat dikurangi. Modifikasi diet
yang efektif menurunkan tekanan darah adalah mengurangi berat badan, mengurangi
asupan NaCl, meningkatkan asupan kalium, mengurangi konsumsi alkohol, dan pola
diet yang sehat secara keseluruhan.

12
Mencegah dan mengatasi obesitas sangat penting untuk menurunkan tekanan
darah dan risiko penyakit kardiovaskular. Berolah raga teratur selama 30 menit
seperti berjalan, 6-7 perhari dalam seminggu, dapat menurunkan tekanan darah. Ada
variabilitas individu dalam hal sensitivitas tekanan darah terhadap NaCl, dan
variabilitas ini mungkin memiliki dasar genetik. Konsumsi alkohol pada orang yang
mengkonsumsi tiga atau lebih minuman per hari (minuman standar berisi ~ 14 g
etanol) berhubungan dengan tekanan darah tinggi. Begitu pula dengan DASH
(Dietary Approaches to Stop Hypertension) meliputi diet kaya akan buah-buahan,
sayuran, dan makanan rendah lemak efektif dalam menurunkan tekanan darah.

Tabel 2.2. Modifikasi gaya hidup untuk mencegah dan mengatasi


hipertensi
Modifikasi Rekomendasi Penurunan potensial TD
sistolik
Diet natrium Membatasi diet natrium 2-8 mmHg
tidak lebih dari 2400
mg/hari atau 100 meq/hari
Penurunan Berat Badan Menjaga berat badan 5-20 mmHg per 10 kg
normal; BMI = 18,5-24,9 penururnan berat badan
kg/
Olahraga aerobik Olahraga aerobik secara 4-9 mmHg
teratur, bertujuan untuk
melakukan aerobik 30
menit
Latihan sehari-hari dalam
seminggu. Disarankan
pasien berjalan-jalan 1 mil
per hari di atas tingkat
aktivitas saat ini
Diet DASH Diet yang kaya akan buah- 4-14 mmHg
buahan, sayuran, dan
mengurangi jumlah lemak
jenuh dan total
Membatasi konsumsi Pria ≤2 minum per hari, 2-4 mmHg
alkohol wanita ≤1 minum per hari

Jadi, modifikasi gaya hidup merupakan upaya untuk mengurangi tekanan


darah, mencegah atau memperlambat insiden dari hipertensi, meningkatkan efikasi
obat antihipertensi, dan mengurangi risiko penyakit kardiovaskular.
Jenis-jenis obat antihipertensi untuk terapi farmakologis hipertensi yang
dianjurkan oleh JNC 7 adalah:
a. Diuretika, terutama jenis Thiazide (Thiaz) atau Aldosteron Antagonist

13
b. Beta Blocker (BB)
c. Calcium Chanel Blocker atau Calcium antagonist (CCB)
d. Angiotensin Converting Enzym Inhibitor (ACEI)
e. Angiotensin II Receptor Blocker atau Areceptor antagonist/blocker (ARB)

Untuk sebagian besar pasien hipertensi, terapi dimulai secara bertahap, dan
target tekanan darah tercapai secara progresif dalam beberapa minggu. Dianjurkan
untuk menggunakan obat antihipertensi dengan masa kerja panjang atau yang
memberikan efikasi 24 jam dengan pemberian sekali sehari. Pilihan apakah memulai
terapi dengan satu jenis obat antihipertensi atau dengan kombinasi tergantung pada
tekanan darah awal dan ada tidaknya komplikasi. Jika terapi dimulai dengan satu
jenis obat dan dalam dosis rendah, dan kemudian tekanan darah belum mencapai
target, maka langkah selanjutnya adalah meningkatkan dosis obat tersebut, atau
berpindah ke antihipertensif lain dengan dosis rendah. Efek samping umumnya bisa
dihindari dengan menggunakan dosis rendah, baik tunggal maupun kombinasi.
Sebagian besar pasien memerlukan kombinasi obat antihipertensi untuk mencapai
target tekanan darah, tetapi terapi kombinasi dapat meningkatkan biaya pengobatan
dan menurunkan kepatuhan pasien karena jumlah obat yang harus diminum
bertambah.
Kombinasi obat yang telah terbukti efektif dan dapat ditolerensi pasien
adalah :
a. CCB dan BB
b. CCB dan ACEI atau ARB
c. CCB dan diuretika
d. AB dan BB
e. Kadang diperlukan tiga atau empat kombinasi obat

Tabel 2.3. Tatalaksana Hipertensi Menurut JNC 7


Klasifikasi TDS TDD Perbaikan Terapi Obat Awal
Tanpa Indikasi Dengan
Tekanan (mmHg) (mmHg) Pola Hidup

14
Darah yang Memaksa Indikasi yang
Memaksa
Normal < 120 < 80 Dianjurkan
Prehipertensi 120 - 139 Atau 80 – Ya Tidak indikasi Obat-obatan
89 obat untuk indikasi
yang memaksa
Hipertensi 140 - 159 Atau 90 – Ya Diuretika jenis Obat-obatan
Thiazide untuk untuk indikasi
Derajat 1 99
sebagian besar yang memaksa
kasus dapat obat
dipertimbangkan antihipertensi
ACEI, ARB, lain (diuretika,
BB, CCB, atau ACEI, ARB,
kombinasi BB, CCB)
sesuai
kebutuhan
Hipertensi ≥ 160 Atau ≥ Ya Kombinasi 2
100 obat untuk
Derajat 2
sebagian besar
kasus umumnya
diuretika jenis
Thiazide dan
ACEI atau ARB
atau BB atau
CCB

BAB III
METODE PENELITIAN

3.1 Desain Penelitian

15
Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif yang bertujuan untuk
menggambarkan perubahan tingkat pengetahuan peserta Prolanis sebelum dan
sesudah penyuluhan hipertensi dalam upaya mencapai tekanan darah terkontrol di
Puskesmas Dungingi, Kecamatan Dungingi, Kota Gorontalo, Provinsi Gorontalo,
tahun 2021.. Penelitian ini disajikan dalam bentuk distribusi frekuensi terhadap
variabel yang diteliti yaiu variabel pengetahuan.

3.2 Lokasi dan Waktu Penelitian


3.2.1 Lokasi Penelitian
Lokasi penelitian ini dilakukan di Puskesmas Dungingi, Kecamatan
Dungingi, Kota Gorontalo, Provinsi Gorontalo.
3.2.2 Waktu Penelitian
Penelitian dilakukan tanggal 04 februari 2021 – 06 Februari 2021.
3.3 Populasi dan Subjek Penelitian
3.3.1 Populasi Penelitian
Berdasarkan tujuan yang ingin dicapai maka populasi dalam penelitian ini
adalah semua peserta Prolanis yang datang ke Puskesmas Dungingi pada tanggal 04
februari 2021 – 06 Februari 2021.
3.3.2 Subjek Penelitian
Subjek Penelitian adalah populasi target yang masuk dalam kriteria inklusi

3.4. Kriteria Pemilihan Subjek Penelitian

3.4.1 Kriteria Inklusi

 Peserta Prolanis yang datang ke Puskesmas Dungingi pada tanggal 04


februari 2021 – 06 Februari 2021.
3.4.2 Kriteria Eksklusi

 Penderita Prolanis yang tidak kooperatif


3.5 Teknik Pengumpulan dan Pengolahan Data
3.5.1 Tehnik Pengumpulan Data
Data diperoleh dari pengisian kuesioner yang telah disiapkan oleh peneliti
dengan menggunakan teknik wawancara.
3.5.2 Instrumen Penelitian

16
Instrumen penelitian berupa kuesioner yang berisi pertanyaan tertulis tentang
pengetahuan peserta prolanis tentang hipertensi dalam upaya mencapai tekanan
darah terkontrol. Perubahan pengetahuan reponden dianggap baik apabila terdapat
peningkatan jumlah peserta benar sebanyak >80%, cukup bila peningkatan jumlah
peserta benar 60-80%, dan kurang bila peningkatan jumlah peserta benar <60%.

3.6 Teknik Pengolahan dan Analisa Data


3.6.1 Teknik Pengolahan Data
a. Pengolahan Data (editing)
Meneliti kembali apakah lembar kuesioner sudah cukup baik sehingga dapat
di proses lebih lanjut. Editing dapat dilakukan di tempat pengumpulan data
sehingga jika terjadi kesalahan maka upaya perbaikan dapat segera
dilaksanakan.
b. Pengkodean (Coding)
Usaha mengklarifikasi jawaban-jawaban yang ada menurut macamnya,
menjadi bentuk yang lebih ringkas dengan menggunakan kode.
c. Pemasukan Data (Entry)
Memasukan data ke dalam perangkat komputer sesuai dengan kriteria.
d. Pembersihan Data (Cleaning data)
Data yang telah di masukan kedalam komputer diperiksa kembali untuk
mengkoreksi kemungkinan kesalahan.

3.6.2 Teknik Analisis Data


Pada penelitian ini digunakan analisa univariat yaitu analisa yang dilakukan
terhadap setiap variabel dari hasil penelitian dalam analisa ini hanya menghasilkan
distribusi dan persentase dari tiap variabel yang diteliti yaitu variabel pengetahuan,
dan variable perilaku.

BAB IV
HASIL PENELITIAN

17
4.6 Karakteristik Demografi Sampel

Berdasarkan hasil terhadap 23 sampel, didapatkan hasil sebagai berikut:

Tabel 4.1 Jenis Kelamin Responden

Jenis Kelamin Jumlah Persentase


Laki-Laki 11 35%
Perempuan 20 65%
Dari penelitian di dapatkan responden yang berjenis kelamin laki-laki
sebanyak 8 orang (35%), dan yang berjenis kelamin perempuan sebanyak 15 orang
(65%).

Tabel 4.2 Pendidikan Terakhir Responden

Pendidikan Terakhir Jumlah Persentase


Tidak Sekolah 0 0%
SD 9 29%
SMP 1 3%
SMA/Sederajat 18 58%
Perguruan Tinggi 3 10%
Pendidikan terakhir responden bervariasi dari 2 orang memiliki pendidikan
terakhir SD, 7 orang tamat SMP, 10 orang tamat SMA, dan 4 orang yang tamat
Perguruan Tinggi.

Tabel 4.3 Pekerjaan Responden

Pekerjaan Jumlah Persentase


Peg. Swasta 5 16%
Peg. Negeri 3 10%
Wiraswasta 4 13%
Pensiunan 4 13%
Lain – lain 15 48%
Pekerjaan responden bervariasi dari 2 orang peg. Swasta, 4 orang sebagai
peg. Negeri, 4 orang sebagai wiraswasta, 6 orang pensiunan, dan lain-lain sebanyak
7 orang.

Tabel 4.4 Riwayat Hipertensi

Riwayat Hipertensi Jumlah Persentase


Diri Sendiri 27 87%
Orang Tua 4 13%
Dari tabel di atas didapatkan responden yang memiliki riwayat hipertensi
hanya di diri sendiri sebanyak 13 orang (57%) dan responden yang memiliki riwayat
hipertensi dari orang tua sebanyak 10 orang (43%).

18
BAB V
HASIL DAN PEMBAHASAN

5.1 Hasil Penelitian

5.1.1 Gambaran Tingkat Pengetahuan Penderita Hipertensi

Tabel 5.1 Pengetahuan Responden Mengenai Hipertensi Sebelum Penyuluhan

No Koresponden Jumlah Benar


1 1 90
2 2 90
3 3 90
4 4 90
5 5 90

19
6 6 80
7 7 80
8 8 90
9 9 90
10 10 90
11 11 60
12 12 50
13 13 70
14 14 90
15 15 80
16 16 70
17 17 80
18 18 60
19 19 60
20 20 70
21 21 70
22 22 60
20 20 70
21 21 70
22 22 60

23 23 90
24 24 90
25 25 90
26 26 90
27 27 70
28 28 60
29 29 50
30 30 90
31 31 90

Tabel diatas memperlihatkan bahwa sebagian besar responden memiliki


pengetahuan baik sejumlah 16 responden (52 %), cukup baik sejumlah 13 responden
(42 %), dan sisanya berpengetahuan kurang sejumlah 2 orang (6%).

Tabel 5.2 Pengetahuan Responden Mengenai Hipertensi Setelah Penyuluhan

No Koresponden Jumlah Benar


1 1 90
2 2 90
3 3 100
4 4 100
5 5 100

20
6 6 90
7 7 100
8 8 90
9 9 100
10 10 100
11 11 90
12 12 80
13 13 100
14 14 100
15 15 100
16 16 100
17 17 100
18 18 80
19 19 90
20 20 70
21 21 60
22 22 80
23 23 90
24 24 80
25 25 90
26 26 100
27 27 100
28 28 60
29 29 90
30 30 60
31 31 100

*soal terlampir

Tabel diatas memperlihatkan bahwa sebagian besar responden memiliki


pengetahuan baik sejumlah 27 responden (87 %), cukup baik sejumlah 4 responden
(13 %)

21
5.2 Pembahasan
Berdasarkan hasil penelitian diketahui bahwa responden yang
berpengetahuan baik sebelum dilakukan penyuluhan sejumlah 16 responden (52 %),
cukup baik sejumlah 13 responden (42 %), dan sisanya berpengetahuan kurang
sejumlah 2 orang (6%). Setelah dilakukan penyuluhan terdapat peningkatan
pengetahuan menjadi responden memiliki pengetahuan baik sejumlah 27 responden
(87 %), cukup baik sejumlah 4 responden (13 %). Hal ini menunjukan bahwa
sebagian besar peserta prolanis telah memahanmi isi penyuluhan yang telah
disampaikan. Sebagian responden tidak mengetahui bahwa hipertensi tidak selalu
menimbulkan gejala dan hipertensi dapat terjadi diusia muda. Kurangnya
pengetahuan responden ini dapat disebabkan beberapa faktor antara lain: rendahnya
tingkat pendidikan responden yang pada umumnya hanya tamatan sekolah dasar,
kurangnya keaktifan responden dalam mengikuti penyuluhan kesehatan yang
diadakan oleh petugas kesehatan setempat dan ada beberapa responden yang sudah
berusia lanjut (diatas 50 tahun) dimana kemampuan responden dalam menerima
informasi kesehatan agak kurang.

Menurut Lawrence Green dalam Notoatmodjo (2007) peningkatan


pengetahuan mempunyai hubungan yang positif dengan perubahan variable perilaku.
Pengetahuan dapat diperoleh dari tingkat pendidikan seseorang realitas cara berfikir
dan ruang lingkup jangkauan berfikirnya semakin luas.

22
BAB VI
KESIMPULAN DAN SARAN

6.1 Kesimpulan

Berdasarkan penjelasan di atas, dapat disimpulkan bahwa terdapat perubahan


signifikan terhadap tingkat pengetahuan peserta Prolanis sebelum dan sesudah
dilakukannya penyuluhan tentang hipertensi di Puskesmas Dungingi, Kecamatan
Dungingi, Kota Gorontalo, Provinsi Gorontalo, tahun 2021.

6.2 Saran

 Meningkatkan sosialisasi tentang penyakit tekanan darah tinggi dan


penyuluhan mengenai upaya mencapai tekanan darah terkontrol dan tindakan
apa saja yang harus dilakukan jika tekanan darah meningkat serta
menjelaskan pentingnya memeriksakan tekanan darah secara teatur ke
pelayanan kesehatan terdekat.
 Menguatkan kegiatan seperti posbindu atau pos lansia untuk menjaring
penderita hipertensi dan memberikan motivasi untuk kontrol rutin tekanan
darah ke puskesmas atau fasilitas kesehatan terdekat.

23
DAFTAR PUSTAKA

1. Hanid, Seminar the 5th scientific meeting on hypertension 2011. Available


from: http://www.to-
day.co.id/read/2011/02/26/13140/astagaprevalensi_hipertensi_di_indonesia_s
angat_tinggi.
2. Depkes RI. 2007. Pedoman Surveilans Epidemiologi Penyakit Jantung dan
Pembuluh Darah. Depkes, Jakarta : ii + 52 hlm.
3. Riskesda. 2013. Riset Kesehatan Dasar. Depkes RI. Jakarta.
4. Salwati S. Laporan Tahunan Puskesmas Kelurahan Kebon Baru 2013.
Jakarta.2014
5. Notoatmodjo, S. 2007.Pendidikan dan Perilaku Kesehatan. Jakarta : Rineka
Cipta
6. Smeltzer, C. Suzanne, Bare G. Brenda., 2002. Buku Ajar Keperawatan
Medikal – Bedah. Alih Bahasa: dr. H. Y. Kuncara. Jakarta: EGC
7. Potter & Perry. (2005). Buku Ajar Fundamental Keperawatan : konsep,
proses, dan praktik edisi 4. Jakarta : EGC
8. Gray, et al. (2005). Lecture Notes Kardiologi edisi 4. Jakarta: Erlangga
Medical Series.
9. Kumar, P., and Clark, M., 2005. Clinical Medicine 6 th ed. London, UK:
Elseveir Saunders.
10. Beevers, D. G. 2002. Tekanan Darah. Jakarta : Dian Rakyat.
11. Hariwijaya, M., & Sutanto. (2007). Pencegahan Dan Pengobatan Penyakit
Kronis. Jakarta : Edsa Mahkota.
12. Gardner, D.S. Hypertension and impaired renal function accompany
juvenileobesity: the effect of prenatal diet. Kidney International. 2007
13. Soemantri, Djoko, Nugroho, J. 2006. Standar Diagnosis dan Terapi Penyakit
Jantung dan Pembuluh Darah. Edisi 4. Surabaya: Fakultas Kedokteran
Universitas Airlangga.
14. Dipiro, J.T., et al. 2005. Pharmacotherapy Handbook. Sixth edition. The Mc.
Graw Hill Company. USA.
15. Macnair, Trisha. 2001. Tekanan Darah Tinggi. Jakarta : Erlangga
16. Shankie, Susan. 2001. Hypertension In Focus. Pharmaceutical Pr. USA.
17. Padmawinata, Kosasih. (2001). Pengendalian Hipertensi, Bandung: ITB
18. Cohen, L.D., Townsend, R.R., 2008. In the Clinic Hypertension. Available from:
www.annals.org/intheclinic/
19. Joint National Comitte on Prevention, Detection, Evaluation, and Treatment of
High Blood Pressure. 2003. Seventh Report of The Joint National Committe on
Prevention,Detection,Evaluation,and Treatment of High Blood Pressure JNC
Express(NIH Publication No.03-5233). Bethesda, MD:U.S.Department of
Helath and Human Services.
20. Yogiantoro Mohammad, 2006. Hipertensi Esensial. In: Sudoyo, Aru.w., ed. Ilmu
Penyakit Dalam Jakarta: Pusat Penerbitan Departemen Ilmu Penyakit Dalam
FKUI,

24
LAMPIRAN

Kuisioner Penelitian

Perubahan Tingkat Pengetahuan Peserta PROLANIS sebelum dan sesudah


Penyuluhan Hipertensi dalam Upaya Mencapai Tekanan Darah Terkontrol di
Puskesmas Dungingi, Kecamatan Dungingi, Kota Gorontalo,
Provinsi Gorontalo

Nama :
Alamat :
A. Data demografi
1. Umur : tahun

2. Jenis kelamin : Laki-laki


Perempuan

3. Pendidikan : SD SMP
SMA Perguruan Tinggi

4. Pekerjaan : Peg. Swasta Wiraswasta


Peg. Negeri Pensiunan
Lainnya

5. Riwayat hipertensi : Diri Sendiri Orangtua


Tidak Ada

6. Mendapat informasi tentang hipertensi :

Keluarga
Pelayanan Kesehatan
Media massa/TV
Lain-lain
Tidak pernah

25
B. Soal Pre Test Penyuluhan Hipertensi
Berikanlah tanda centang (√) pada kolom jawaban yang telah disediakan

No Pertanyaan Benar Salah


Hipertensi adalah gangguan sistem peredaran darah
1 yang menyebabkan kenaikan tekanan darah di atas nilai
normal (140/90mmHg atau lebih)
Penyebab penyakit hipertensi adalah faktor keturunan,
2
faktor usia, obesitas (kegemukan)
Tanda dan gejala hipertensi adalah pusing, kaku
3
ditengkuk, penglihatan kabur, mudah lelah.
Jika tidak ditangani, hipertensi akan mengakibatkan
4
penyakit jantung, penyakit ginjal dan stroke

5 Penderita hipertensi tidak harus minum obat tiap hari

Makanan yang harus dibatasi oleh penderita hipertensi


6
adalah makanan yang diawetkan

7 Pengobatan hipertensi dikontrol tiap 6 bulan

Salah satu penyebab hipertensi adalah begadang dan


8
merokok
Untuk mencegah hipertensi kita perlu mengurangi
9 konsumsi makanan bergaram dan berlemak, serta
melakukan olahraga teratur
Usia yang paling rentan terkena hipertensi adalah >60
10
tahun

C. Soal Post Test Hipertensi

26
Berikanlah tanda centang (√) pada kolom jawaban yang telah disediakan

No Pertanyaan Benar Salah


Hipertensi adalah gangguan sistem peredaran darah
1 yang menyebabkan kenaikan tekanan darah di atas
nilai normal (140/90mmHg atau lebih)
Penyebab penyakit hipertensi adalah faktor
2
keturunan, faktor usia, obesitas (kegemukan)
Tanda dan gejala hipertensi adalah pusing, kaku
3
ditengkuk, penglihatan kabur, mudah lelah.
Jika tidak ditangani, hipertensi akan
4 mengakibatkan penyakit jantung, penyakit ginjal
dan stroke
Penderita hipertensi tidak harus minum obat tiap
5
hari
Makanan yang harus dibatasi oleh penderita
6
hipertensi adalah makanan yang diawetkan
7 Pengobatan hipertensi dikontrol tiap 6 bulan
Salah satu penyebab hipertensi adalah begadang
8
dan merokok
Untuk mencegah hipertensi kita perlu mengurangi
9 konsumsi makanan bergaram dan berlemak, serta
melakukan olahraga teratur
Usia yang paling rentan terkena hipertensi adalah
10
>60 tahun

27

Anda mungkin juga menyukai