PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Hipertensi adalah penyakit yang dapat menyerang siapa saja, baik muda maupun
tua. Hipertensi juga sering disebut sebagai silent killer karena termasuk penyakit yang
melainkan hipertensi memicu terjadinya penyakit lain yang tergolong kelas berat dan
mematikan serta dapat meningkatkan resiko serangan jantung, gagal jantung, stroke dan
gagal ginjal (Pudiastuti, 2013). Hipertensi juga merupakan salah satu penyakit
Pada tahun 2011 Data World Health Organization (WHO) dalam Siringoringo,
(2013) mencatat satu miliar orang di dunia menderita hipertensi. Menurut Pudiastuti,
(2013) hipertensi dikelompokan dalam 2 tipe klasifikasi, yaitu : hipertensi primer dan
hipertensi sekunder . Tekanan darah tinggi atau hipertensi dapat diakibatkan oleh stres
yang diderita individu, sebab reaksi yang muncul terhadap impuls stres adalah tekanan
darahnya meningkat. Selain itu, umumnya individu yang mengalami stres sulit tidur,
sehingga akan berdampak pada tekanan darahnya yang cenderung tinggi (Sukadiyanto,
2010).
1
Batasan-batasan Lanjut Usia menurut WHO dalam Padila (2013) ada empat
tahapan yaitu : Usia pertengahan (middle age) usia 45-59 tahun, lanjut usia (elderly) usia
60-74 tahun, lanjut usia tua (old) usia 75-90 tahun dan usia sangat tua (very old) >90
tahun.
Lanjut usia menurut UU RI no 13 tahun 1998 dalam Indriana dkk, (2010) adalah
mereka yang telah memasuki usia 60 tahun ke atas. Jenis hipertensi yang khas ditemukan
pada lansia adalah isolated systolic hypertension (ISH), dimana tekanan sistoliknya saja
yang tinggi (diatas 140 mmHg), namun tekanan diastolik tetap normal (dibawah 90
mmHg) (Arif, 2013). Lansia sering terkena hipertensi disebabkan oleh kekakuan pada
arteri sehingga tekanan darah cenderung meningkat. Biasanya stres bukan karena
penyakit fisik tetapi lebih mengenai kejiwaan. Akan tetapi karena pengaruh stress
tersebut maka penyakit fisik bisa muncul akibat lemah dan rendahnya daya tahan tubuh
Selain itu penyebab hipertensi pada lansia juga disebabkan oleh perubahan gaya
hidup dan yang lebih penting lagi kemungkinan terjadinya peningkatan tekanan darah
tinggi karena bertambahnya usia lebih besar pada orang yang banyak mengkonsumsi
makanan yang banyak mengandung garam (Kenia, 2013). Di Indonesia, dengan tingkat
kesadaran akan kesehatan yang lebih rendah, jumlah pasien yang tidak menyadari bahwa
dirinya menderita hipertensi dan yang tidak mematuhi minum obat kemungkinan lebih
besar.
2
Kecenderungan perubahan tersebut dapat disebabkan pada gaya hidup masyarakat
(Triyanto, 2014). Pada dekade belakangan ini populasi usia lanjut meningkat di Negara-
negara sedang berkembang, yang awalnya hanya terjadi di Negara maju. Demikian
halnya di Indonesia populasi lanjut usia juga mengalami peningkatan. Adanya jumlah
kompleks, terutama yang berkaitan dengan gejala penuaan. Menurut Tanaya, (1997)
penelitian terhadap masyarakat usia lanjut dengan judul gambaran pengetahuan tentang
B. Rumusan Masalah
C. Tujuan Penelitian
D. Manfaat Penelitian
1. Bagi peneliti
3
a. Hasil penelitiaan ini diharapkan dapat menambah pengalaman bagi penulis dalam
b. Untuk memenuhi salah satu tugas peneliti dalam menjalani program internship
2. Bagi masyarakat
Hasil penelitian ini diharapkan agar masyarakat tahu dan mengerti tentang hipertensi
dan pencegahannya
Hasil penelitian ini diharapkan menjadi masukan bagi Puskesmas Lakessi dalam
4
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Pengetahuan
1. Definisi
Menurut Notoatmodjo pengetahuan merupakan hasil dari tahu dan ini terjadi setelah
diperoleh melalui mata dan telinga. Pengetahuan kognitif adalah domain yang sangat
pengalaman serta penelitian terbukti bahwa perilaku yang didasari oleh pengetahuan
akan lebih langgeng dari pada perilaku yang tidak didasari oleh pengetahuan.
seseorang mengadaptasi perilaku yang baru didalam diri orang tersebut terjadi proses
b. Interest (merasa tertarik) merasa tertarik terhadap stimulus atau objek tersebut
dirinya) hal ini berarti sikap responden sudah lebih baik lagi.
5
d. Trial, dimana subjek mulai mencoba melakukan sesuatu sesuai dengan apa yang
didasari oleh pengetahuan akan lebih langgeng dari pada perilaku yang tidak
2. Tingkatan Pengetahuan
Menurut Bloom (1987) dikutip oleh Notoatmodjo (2007), pengetahuan yang dicakup
a. Tahu (Know) diartikan sebagai mengingat sesuatu materi yang telah dipelajari
kembali (recall), terhadap sesuatu yang spesifik dari seluruh bahan yang
6
d. Analisis (Analysis) merupakan suatu kemampuan untuk menjabarkan materi atau
baru.
a. Pengalaman, dimana dapat diperoleh dari pengalaman diri sendiri atau orang
lain. Misalnya, jika seseorang pernah merawat seorang anggota keluarga yang
sakit hipertensi, umumnya menjadi lebih tahu tindakan yang harus dilakukan jika
terkena hipertensi.
yang tingi akan mempunyai pengalaman yang lebih luas dibandingkan dengan
7
tingkat pengetahuaannya. Sumber informasi yang dapat mempengaruhi
internet.
4. Pengukuran pengetahuan
menyatakan tentang isi materi yang ingin diukur. Kedalaman pengetahuan yang
2007).
B. Hipertensi
1. Pengertian
Definisi hipertensi tidak berubah sesuai dengan umur: tekanan darah sistolik (TDS) >
140 mmHg dan/ atau tekanan darah diastolik (TDD) > 90 mmHg (Kuswardhani,
2006). Pengukuran dilakukan di dua kali pengukuran dengan selang waktu lima
menit dalam keadaan cukup istirahat/tenang (Kemenkes, 2013). The joint National
hipertensi. Hipertensi sistolodiastolik didiagnosis bila TDS ≥ 140 mmhg dan TDD ≥
8
90 mmHg. Hipertensi sistolik terisolasi (HST) adalah bila TDS ≥140 mmHg dengan
Peningkatan tekanan darah yang berlangsung dalam jangka waktu lama (persisten)
dapat menimbulkan kerusakan pada ginjal (gagal ginjal), jantung (penyakit jantung
koroner) dan otak (menyebabkan stroke) bila tidak dideteksi secara dini dan
darah tidak terkontrol dan jumlahnya terus meningkat. Oleh karena itu, partisipasi
semua pihak, baik dokter dari berbagai bidang peminatan hipertensi, pemerintah,
(Kemenkes, 2013).
Menu rut American Heart Association {AHA}, penduduk Amerika yang berusia
diatas 20 tahun menderita hipertensi telah mencapai angka hingga 74,5 juta jiwa,
merupakan silent killer dimana gejala dapat bervariasi pada masing-masing individu
dan hampir sama dengan gejala penyakit lainnya. Gejala-gejalanya itu adalah sa kit
2. Faktor Risiko
9
Faktor resiko Hipertensi adalah umur, jenis kelamin, riwayat keluarga, genetik
(Kemenkes, 2013).
a. Berdasarkan penyebab
3. Patogenesis
10
Baik TDS maupun TDD meningkat sesuai dengan meningkatnya umur. TDS
meningkat secara progresif sampai umur 70-80 tahun, sedangkan TDD meningkat
samapi umur 50-60 tahun dan kemudian cenderung menetap atau sedikit menurun.
takanan nadi merupakan predictok terbaik dari adanya perubahan struktural di dalam
arteri. Mekanisme pasti hipertensi pada lanjut usia belum sepenuhnya jelas
(Kuswardhani, 2006).
Efek utama dari ketuaan normal terhadap sistem kardiovaskuler meliputi perubahan
aorta dan pembuluh darah sistemik. Penebalan dinding aorta dan pembuluh darah
besar meningkat dan elastisitas pembuluh darah menurun sesuai umur. Perubahan ini
variabilitas tekanan darah yang terlihat pada pemantauan terus menerus. Penurunan
11
adrenergik-α akan menyebabkan kecenderungan vasokontriksi dan selanjutnya
Resistensi Na akibat peningkatan asupan dan penurunan sekresi juga berperan dalam
jawab terhadap penurunan curah jantung (cardiac output), penurunan denyut jantung,
penurunan kontraktilitas miokard, hipertrofi ventrikcl kiri, dan disfungsi diastolik. Ini
menyebabkan penurunan fungsi ginjal dengan penurunan perfusi ginjal dan laju
4. Diagnosis
tekanan darah pada orang dewasa terbagi menjadi kelompok normal, prahipertensi,
hipertensi derajat 1 dan derajat 2 seperti yang terlihat pada tabel 1 dibawah
(Kemenkes, 2013).
12
Prahipertensi 120 – 139 80 -89
Hipertensi Derajat 1 140 – 159 90 – 99
Hipertensi Derajat 2 ≥ 160 ≥ 100
keadaan istirahat, tanpa ansietas, kopi, alkohol, atau merokok. Namun demikian,
salah diagnosis lebih sering terjadi pada lanjut usia, terutama perempuan, akibat
beberapa faktor seperti berikut. Panjang cuff mungkin tidak cukup untuk orang
gemuk atau berlebihan atau orang terlalu kurus. Penurunan sensitivitas refleks
Fluktuasi akibat ketegangan (hipertensi jas putih = white coat hypertension) &
latihan fisik juga lebih sering pada lanjut usia. Arteri yang kaku akibat arterosklerosis
hipertensi pada lanjut usia, hendaknya paling sedikit dilakukan pemeriksaan di klinik
sebanyak tiga kali dalam waktu yang berbeda dalam beberapa minggu (Kuswardhani,
2006).
Gejala HTS yang sering ditemukan pada lanjut seperti ditemukan pada the SYST-
EUR trialadalah: 25% dari 437 perempuan dan 21% dari 204 laki-laki menunjukkan
dibandingkan penderita laki-laki adalah; nyeri sendi tangan (35% pada perempuan
13
vs. 22% pada laki-laki), berdebar (33% vs. 17%), mata kering (16% vs. 6%),
penglihatan kabur (35% vs. 23%), kramp pada tungkai (43% vs. 31 %), nyeri
tenggorok (15% vs. 7%), Nokturia merupakan gejala tersering pada kedua jenis
5. Penatalaksanaan
Banyak penelitian menunjukkan bahwa pentingnya terapi hipertensi pada lanjut usia;
pada lanjut usia hendaknya dengan perhatian khusus, mengingat beberapa orang
palsu) akibat kekakuan pembuluh darah yang berat. Khususnya pada perempuan
sering ditemukan hipertensi jas putih dan sangat bervariasinya TDS (Kuswardhani,
2006).
aliran darah ke otak, jantung dan ginjal. Sasaran yang diajukan pada JNCVI
14
tekanan darah, atau penurunan sebanyak 20 mmHg dari tekanan darah awal
(Kuswardhani, 2006).
lanjut usia, seperti halnya pada semua penderita, sangat menguntungkan untuk
menurunkan tekanan darah. Beberapa pola hidup yang harus diperbaiki adalah :
lemak jenuh dan kolesterol. Seperti halnya pada orang yang lebih muda,
(Kuswardhani, 2006).
c. Terapi farmakologis
dosis kecil dan kemudian ditingkatkan secara perlahan. Menurut JNC VI1 pilihan
pertama untuk pengobatan pada penderita hipertensi lanjut usia adalah diuretic
15
atau penyekat beta. Pada HST, direkomendasikan penggunaan diuretic dan
antagonis kalsium. Antagonis kalsium nikardipin dan diuretic tiazid sama dalam
arteri tepi, gagal jantung/ kelainan bronkus obstruktif. Pada penderita hipertensi
darah postural (penyekat adrenergik perifer, penyekat alfa dan diuretik dosis
sentral) harus diberikan dengan hati-hati.' Karena pada lanjut usia sering
ditemukan penyakit lain dan pemberian lebih dari satu jenis obat, maka perlu
Obat yang potensial memberikan efek antihipertensi misalnya : obat anti psikotik
16
hiponatremia menurun; (b) Penyekat beta: verapamil menyebabkan bradikardia,
penyekat kanal kalsium, dan penyakat alfa yang dianjurkan pda penderita
hipertensi pada lanjut usia adalah sebagai berikut. Dosis obatobat diuretic
beta yang direkomendasikan adalah: asebutolol 400 mg sekali atau dua kali
180-120 mg dua kali sehari, dan pindolol 15-45 mg sekali sehari. Dosis obat-obat
quinapril 2,5-40 mg sekali sehari, ramipril 1,25-10 mg sekali sehari. Dosis obat-
obat penyakat kanal kalsium yang dianjurkan adalah: amlodipin 5-10 mg sekali
sehari, diltiazem 200 mg sekai sehari, felodipin 5-20 mg sekali sehari, nikardipin
dua kali sehari. Dosis obat-obat penyakat alfa yang dianjurkan adalah;
doksazosin 1-16 mg sekali sehari, dan prazosin 0,5 mg sehari sampai 10 mg dua
17
BAB III
METODE PENELITIAN
A. Desain Penelitian
di wilayah kerja Puskesmas Lakessi tahun 2019. Penelitian ini disajikan dalam bentuk
distribusi frekuensi terhadap variabel yang diteliti yaiu variabel tingkat pengetahuan.
C. Etika Penelitian
18
Sebelum dilakukan penelitian responden akan menandatangani format persetujuan
sebagai responden dalam penelitian ini, hal ini dilakukan sebelum peneliti
(Notoatmodjo, 2002). Berdasarkan tujuan yang ingin dicapai maka populasi dalam
penelitian ini adalah seluruh masyarakat wilayah kerja Puskesmas Lakessi yang berada
di Kelurahan Ujung Lare dan Kampung Pisang. Tehnik sampel yang digunakan adalah
total sampling, dengan sampel yang digunakan pada penelitian ini adalah seluruh warga
yang datang mngikuti pelayanan dan pemeriksaan di posyandu lansia Kelurahan Ujung
Data diperoleh dari pengisian kuesioner yang telah disiapkan oleh peneliti
sebanyak dua kali. Kuisioner pertama (Pre test) diberikan sebelum dilakukan penyuluhan
tentang Hipertensi dan Pencegahannya. Kemudian kuisioner kedua (Post test) diberikan
19
Data yang telah terkumpul selanjutnya diolah. Semua data yang terkumpul
kemudian disajikan dalam susunan yang baik dan rapi. Tahap-tahap pengolahan data
tersebut adalah:
1. Penyuntingan
3. Tabulasi
Data yang telah disusun dan dihitung selanjutnya disajikan dalam bentuk tabel dan
diagram.
G. Analisis Data
20
BAB IV
Puskesmas Perawatan Lakessi adalah salah satu dari 6 UPTD dinas Kesehatan
Terletak di Jl. Muh. Arsyad No 15 Parepare kelurahan Lakessi Kecamatan Soreang Kota
Parepare. Wilayah Kerja seluas 0,93 Km2 meliputi empat kelurahan yaitu
Ujung Baru. Adapun visi dan misi dari Puskesmas Lakessi adalah :
VISI
MISI
Menanamkan perilaku hidup bersih dan sehat yang mandiri melalui promosi
kesehatan.
21
meningkatkan kesadaran, kemauan dan kemampuan hidup sehat bagi setiap orang yang
bertempat tinggal di wilayah kerja Puskesmas agar terwujud derajat kesehatan yang
1. Data Geografik
Kelembaban 83%
Wilayah kerja : Luas Wilayah Kerja 0,93 km2 yang berada terdiri dari
Batas Wilayah :
2. Data Demografik
22
Adapun keadaan demografi di Puskesmas Lakessi yag terdiri dari jumlah Kepala
Keluarga (KK), jumlah rumah dan penduduk pada lingkup kerja Puskesmas
Tabel 4.2. Jumlah Rumah, Kepala Keluarga (Kk), Dan Jumlah PendudukDi
Wilayah Kerja Puskesmas Lakessi Tahun 2016
Kelurahan/ Jumlah Jumlah Jumlah Penduduk
No TOTAL
Rw Rumah KK LK PR
1. LAKESSI 619 699 1683 1846 4847
2. UJUNG BARU 1042 1159 2565 2806 7572
3. UJUNG LARE 676 915 2091 2261 5943
4. KP. PISANG 649 700 1606 1789 4744
JUMLAH 2986 3473 7945 8702 23106
Sumber : Data Promkes
Posbindu 8 Buah, Posyandu Lansia 8 Buah, Rumah Sakit Bersalin 1 Buah, Dokter
Praktek 3 Buah.
23
Dalam pembangunan kesehatan diperlukan berbagai jenis tenaga kesehatan yang
penyakit.
Ketenagaan di Puskesmas Lakessi saat ini berjumlah 81 orang yang berasal dari
latar pendidikan mulai dari SMA s/d S1 terdiri dari dokter umum, dokter gigi,
administrasi kesehatan, perawat, perawat gigi, bidan ahli gizi, sanitarian, analis
B. Hasil Penelitian
lansia Kelurahan Ujung Lare sebanyak 22 orang dan di Kelurahan Kampung Pisang
sebanyak 20 orang. Sehingga total peserta yang mengikuti penlitian ini sebanyak 42
Tabel 4.3. Hasil Pretest dan Postest Peserta yang Mengikuti Kegiatan Mini
Project
No Nama Jenis Kelamin Umur Pe Ndidikan Pre Test Post Test
1 Ny. Z Perempuan 52 SMA 80 90
2 Ny. H Perempuan 61 Tidak Sekolah 90 90
3 Ny. S Perempuan 47 SMA 90 100
4 Ny. HS Perempuan 74 SD 60 90
24
5 Ny. P Perempuan 53 SD 80 90
6 Ny. HD Perempuan 62 SD 70 90
7 Ny. D Perempuan 57 SD 80 80
8 Ny. H Perempuan 73 SD 80 80
9 Ny. D Perempuan 48 SMP 70 100
10 Ny. SN Perempuan 84 Tidak Sekolah 70 70
11 Tn. AK Laki-laki 47 SMP 80 90
12 Ny. HA Perempuan 53 SD 50 90
13 Ny. HT Perempuan 59 SMP 90 90
14 Ny. R Perempuan 54 Tidak Sekolah 90 100
15 Ny. SH Perempuan 61 SD 70 30
16 Ny. RB Perempuan 78 SD 50 80
17 Tn. HD Perempuan 61 SMP 90 100
18 Tn. S Laki-laki 47 SMA 70 90
19 Ny. W Perempuan 51 SMA 80 90
20 Ny. A Perempuan 72 Tidak Sekolah 40 80
21 Ny. AS Perempuan 52 SMA 80 90
22 Tn. SM Laki-laki 57 SMP 80 100
23 Ny. HJ Perempuan 66 SMP 70 90
24 Ny. S Perempuan 51 SMA 90 100
25 Ny. M Perempuan 64 Tidak Sekolah 70 100
26 Ny. MA Perempuan 61 SD 90 100
27 Ny. N Perempuan 73 SD 70 80
28 Ny. NU Perempuan 52 SD 70 90
29 Ny. HS Perempuan 59 SD 90 100
30 Ny. I Perempuan 80 SD 70 90
31 Ny. AR Perempuan 70 Tidak Sekolah 50 70
25
32 Ny. HH Perempuan 51 SMA 90 100
33 Ny. R Perempuan 65 SD 80 80
34 Ny. SS Perempuan 31 SMA 100 100
35 Ny. Y Perempuan 67 SD 90 100
36 Ny. RH Perempuan 42 SD 90 90
37 Tn. MH Laki-laki 61 Tidak Sekolah 70 90
38 Ny. MG Perempuan 48 Tidak Sekolah 60 100
39 Ny. RS Perempuan 49 SMA 90 100
40 Ny. SR Perempuan 62 SD 70 80
41 Ny. FT Perempuan 54 SMP 80 90
42 Ny. EL Perempuan 82 SD 60 70
Jumlah 3200 3710
Rata-Rata 76,19 88,33
wawancara kembali kepada semua responden dengan kuisioner yang sama (Post
Tabel 4.4. Gambaran Hasil Postest Peserta yang Mengikuti Kegiatan Mini
Project
26
(Post Test)
1 Nilai Meningkat 34 orang 80,9 %
2 Nilai Tetap 8 orang 19,1 %
3 Nilai Menurun - -
Jumlah 42 orang 100 %
C. Pembahasan
dan sisanya tetap sejumlah 8 responden (19,1%). Hal ini menunjukan bahwa sebagian
besar masyarakat mempunyai pengetahuan yang baik dan mengerti tentang upaya
memeriksakan tekanan darah secara teratur dan menjaga pola makan yang baik akan
sangat membantu mengontrol tekanan darah pada penyakit hipertensi. Penderita juga
mengetahui bahwa merokok, makan gorengan, makan yang asin-asin, kurang makan
buah dan sayur, kurang berolahraga, banyak pikiran, kurang istirahat dapat
meningkatkan tekanan darah tinggi. Pengetahuan yang baik ini bisa dikarenakan
karena program penyuluhan dari Puskesmas dan tenaga kesehatan lain yang sudah
berjalan dengan baik. Faktor lain adalah karena penyakit hipertensi adalah penyakit
menahun yang tak bisa disembuhkan namun dapat terkontrol sehingga setiap kali
berobat mereka selalu diberikan edukasi tentang hipertensi meskipun melalui usaha
27
kesehatan perorangan. Masih ada sebagian kecil responden, yakni 8 responden yang
responden ini dapat disebabkan beberapa faktor antara lain: rendahnya tingkat
pendidikan responden yang tidak sekolah dan tamatan sekolah dasar, kurangnya
petugas kesehatan setempat dan responden yang sudah berusia lanjut (diatas 60 tahun)
Faktor utama adalah karena usia responden yang sudah >60 tahun dan merasa tidak ada
Namun, yang perlu di garisbawahi adalah bahwa sebagian besar pasien masih salah
minum obat, rutin, setiap hari. Yang kebanyakan pasien tahu adalah bahwa minum obat
hipertensi jika ada keluhan saja atau ketika tensi darah naik.
28
BAB V
A. Kesimpulan
Dari data yang berhasil dikumpulkan dalam penelitian ini di peroleh Gambaran Tingkat
tahun 2019.
1. Rata-rata usia responden yang dilakukan pernilaian adalah 61,3 tahun dan tingkat
B. Saran
1. Untuk Masyarakat
petugas kesehatan terdekat agar dapat terhindar penyakit hipertensi secara dini.
Diharapkan bagi petugas kesehatan agar dapat lebih meningkatkan sosialisasi tentang
penyakit tekanan darah tinggi dan upaya pencegahannya secara dini dan tindakan
apa saja yang harus dilakukan jika tekanan darah meningkat serta menjelaskan
29
kesehatan terdekat. Perlu dilakukan pendekatan yang lebih persuasif lagi untuk
masyarakat diatas usia 60 tahun dengan memberikan edukasi dengan bahasa yang
30
DAFTAR PUSTAKA
Arif, D . (2013). Faktor-Faktor Yang Berhubungan Dengan Kejadian Hipertensi Pada Lansia Di
Pusling Desa Klumpit Upt Puskesmas Gribig Kabupaten Kudus. http://e-
journal.stikesmuhkudus.ac.id/
Indriana, K., Kristiana, I. F., Sonda, A. A., Intanirian, A. (2010). Tingkat Stres Lansia Di Panti
Wredha “Pucang Gading” Semarang. http://e-journal.undip.ac.id/
Kementerian Kesehatan Republik Indonesia. Hipertensi. Pusat Data dan Informasi Kementerian
Kesehatan RI. 2013
Kenia, N. M. (2013). Pengaruh Relaksasi (Aroma Terapi Mawar) Terhadap Perubahan Tekanan
Darah Pada Lansia Hipertensi. http://digilib.stikeskusumahusada.ac.i d/
Kuswardhani T. Penatalaksanaan Hipertensi pada Usia Lanjut. J Peny Dalam, 2006; 7(2): 135-
140
Mardiana, Y. & Zelfino. (2014). Hubungan Antara Tingkat Stres Lansia Dan Kejadian
Hipertensi Pada Lansia Di RW 01 Kunciran Tangerang. http://ejurnal.esaunggul.ac.id/
Notoatmodjo, S. 2007.Pendidikan dan Perilaku Kesehatan. Jakarta : Rineka Cipta
Padila. (2013). Buku Ajar Keperawatan Gerontik. Yogyakarta: Nuha Medika.
Pudiastuti, R. D. (2013). Penyakit-Penyakit Mematikan. Yogyakarta: Nuha Medika.
Siringoringo, M. (2013). Faktor-Faktor Yang Berhubungan Dengan Hipertensi Pada Lansia Di
Desa Sigaol Simbolon Kabupaten Samosir Tahun 2013. http://jurnal.usu.ac.id/
Sukadiyanto. (2010). Stres Dan Cara Menguranginya. http://core.ac.uk/
Triyanto, E. (2014). Pelayanan Keperawatan Bagi Penderita Hipertensi Secara Terpadu.
Yogyakarta: Graha Ilmu.
31