PENDAHULUAN
1
Pengetahuan serta Kepatuhan pasien untuk meminum obat memegang
peranan sangat penting pada keberhasilan pengobatannya untuk menjaga kadar
glukosa darah dalam rentang normal. Oleh karena itu, peneliti memandang
perlunya penelitian tentang “Upaya peningkatan pengetahuan dan kepatuhan
minum obat pada pasien diabetes melitus di PKM Sukarami”
2
Masyarakat diharapkan dapat mengetahui penyakit diabetes melitus lebih lanjut
serta mampu mempraktekkan pola hidup sehat khususnya untuk penderita
diabetes mellitus
3
3. Bagi peneliti
Menambah pengetahuan mengenai penyakit diabetes melitus dan
permasalahannya serta pemecahan masalahnya
4
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
5
keseluruhan yang baru.Misalnya dapat menyusun, merencanakan, meringkas,
menyesuaikan dan sebagainyaterhadap suatu teori yang telah ada.
6. Evaluasi (Evaluation). Evalausi ini berkaitan dengan kemampuan untuk
melakukan justifikasi atau penilaian terhadap suatu materi atau objek.Penilaian ini
didasarkan pada suatu kriteria yang ditentukan sendiri atau menggunakan kriteria
yang telah ada.
6
Dalam penyampaian informasi sebagai tugas pokoknya, media massa membawa
pula pesan-pesan yang berisi sugesti yang dapat mengarahkan opini seseorang.
Adanya informasi baru mengenai sesuatu hal memberikan landasan kognitif baru
bagi terbentuknya pengetahuan terhadap hal tersebut.
3. Sosial budaya dan ekonomi. Kebiasaan dan tradisi yang dilakukan orang-orang
tanpa melalui penalaran apakah yang dilakukan baik atau buruk. Dengan demikian
seseorang akan bertambah pengetahuannya walaupun tidak melakukan. Status
ekonomi seseorang juga akan menentukan tersedianya suatu fasilitas yang
diperlukan untuk kegiatan tertentu, sehingga status sosial ekonomi ini akan
mempengaruhi pengetahuan seseorang.
4. Lingkungan. Lingkungan adalah segala sesuatu yang ada di sekitar individu,baik
lingkungan fisik, biologis, maupun sosial. Lingkungan berpengaruh terhadap
proses masuknya pengetahuan ke dalam individu yang berada dalam lingkungan
tersebut. Hal ini terjadi karena adanya interaksi timbal balik ataupun tidak yang
akan direspon sebagai pengetahuan oleh setiap individu.
5. Pengalaman. Pengetahuan dapat diperoleh dari pengalaman baik dari pengalaman
pribadi maupun dari pengalaman orang lain. Pengalaman ini merupakan suatu
cara untuk memperoleh kebenaran suatu pengetahuan.
6. Usia. Usia mempengaruhi terhadap daya tangkap dan pola pikir seseorang.
Semakin bertambah usia akan semakin berkembang pula daya tangkap dan pola
pikirnya, sehingga pengetahuan yang diperolehnya semakin membaik. Pada usia
tengah (41-60 tahun) seseorang tinggal mempertahankan prestasi yang telah
dicapai pada usia dewasa. Sedangkan pada usia tua (> 60 tahun) adalah usia tidak
produktif lagi dan hanya menikmati hasil dari prestasinya. Semakin tua semakin
bijaksana, semakin banyak informasi yang dijumpai dan sehingga menambah
pengetahuan (Cuwin, 2009).Dua sikap tradisional mengenai jalannya
perkembangan hidup yaitu semakin tua semakin bijaksana, semakin banyak
informasi yang di jumpai dan semakin banyak hal yang dikerjakan sehingga
menambah pengetahuannya dan tidak dapat mengajarkan kepandaian baru kepada
orang yang sudah tua karena mengalami kemunduran baik fisik maupun mental.
Dapat diperkirakan bahwa IQ akan menurun sejalan dengan bertambahnya usia,
khusunya pada beberapa kemampuan yang lain seperti misalnya kosa kata dan
7
pengetahuan umum. Beberapa teori berpendapat ternyata IQ seseorang akan
menurun cukup cepat sejalan dengan bertambahnya usia (Notoadmodjo, 2012).
2.3 Epidemiologi
Organisasi Internasional Diabetes Federation memperkirakan sedikitnya
terjadi 463 juta orang pada usia 20 sampai 79 tahun di dunia menderita Diabetes
pada tahun 2019 atau setara dengan angka prevalensi sebesar 9,3% dari total
penduduk pada usia yang sama. Berdasarkan jenis kelamin, IDF memperkirakan
prevalensi diabetes di tahun 2019 yaitu 9% pada perempuan dan 9,65% pada laki-
laki. Prevalensi diabetes diperkirakan meningkat seiring penambahan umur
penduduk menjadi 19,9% atau 111,2 juta orang pada umur 65-79 tahun. Angka
dipredikasi terus meningkat hingga mencapai 578 juta di tahun 2030 dan 700 juta
di tahun 2045.12
Data Riskesdas 2018 menjelaskan prevalensi DM nasional adalah sebesar
8,5 persen atau sekitar 20,4 juta orang Indonesia terkena DM. Penyandang DM
juga sering mengalami komplikasi akut dan kronik yang serius, dan dapat
menyebabkan kematian. Masalah lain terkait penanganan diabetes melitus adalah
geografis, budaya, dan sosial yang beragam.4
Data Riskesdas 2018 juga menunjukkan bahwa prevalensi diabetes
mellitus di Indonesia berdasarkan diagnosis dokter pada umur ≥15 tahun sebesar
2%.Angka ini menunjukkan peningkatan dibandingkan prevalensi Diabetes
Mellitus pada penduduk ≥15 tahun pada hasil Riskesdas 2013 sebesar
1,5%.Namun prevalensi diabetes mellitus menurut hasil pemeriksaan gula darah
meningkat dari 6,9% pada 2013 menjadi 8,5% pada tahun 2018. Angka ini
8
menunjukkan bahwa baru sekitar 25% penderita diabetes yang mengetahui bahwa
dirinya menderita diabetes.12
2.4 Klasifikasi
American Diabetes Association (ADA)2 mengklasifikasikan DM menjadi
tipe 1, tipe 2, DM tipe lain dan DM gestasional. Klasifikasi DM (Diabetes
Melitus) dapat dilihat pada tabel 2.1
9
2.5 Faktor Risiko
Berdasarkan WHO tahun 2016 faktor risiko terkait seperti kelebihan berat
badan atau obesitas meningkat yang menyebabkan prevalensi diabetes terus
meningkat.
Tipe 1.Penyebab pasti diabetes tipe 1 tidak diketahui.Secara umum disepakati
bahwa diabetes tipe 1 adalah hasil dari interaksi yang kompleks antara gen dan
faktor lingkungan, meskipun tidak ada faktor risiko lingkungan spesifik yang
terbukti menyebabkan sejumlah besar kasus. Mayoritas diabetes tipe 1 terjadi
pada anak-anak dan remaja.7
Tipe 2.Risiko diabetes tipe2 ditentukan oleh interaksi faktor genetik dan
metabolisme. Etnisitas, riwayat keluarga diabetes, dan diabetes gestasional
sebelumnya bergabung dengan usia yang lebih tua, kelebihan berat badan dan
obesitas, diet yang tidak sehat, aktivitas fisik yang kurang dan merokok dapat
meningkatkan risiko.Beberapa praktik diet dikaitkan dengan berat badan yang
tidak sehat dan / atau risiko diabetes tipe 2, termasuk asupan asam lemak jenuh
yang tinggi, asupan lemak total yang tinggi, dan konsumsi serat makanan yang
tidak memadai. Asupan tinggi minuman yang dimaniskan dengan gula, yang
mengandung banyak gula, meningkatkan kemungkinan kelebihan berat badan atau
obesitas, terutama di kalangan anak-anak.7
Diabetes mellitus gestasional. Faktor risiko dan penanda risiko untuk diabetes
mellitus gestasional termasuk usia (semakin tua seorang wanita usia reproduksi,
semakin tinggi risiko); kelebihan berat badan atau obesitas; pertambahan berat
badan yang berlebihan selama kehamilan; riwayat keluarga diabetes; diabetes
gestasional selama kehamilan sebelumnya; riwayat lahir mati atau melahirkan
bayi dengan kelainan bawaan; dan kelebihan glukosa dalam urin selama
kehamilan. Diabetes pada kehamilan dan diabetes mellitus gestasional dapat
meningkatkan risiko obesitas di masa depan dan diabetes tipe 2 pada
keturunannya.7
2.6 Patofisiologi
Proses autoimun yang merusak sel beta pankreas merupakan patogenesis
utama DM tipe 1, sedangkan masalah utama pada DM tipe 2 adalah resistensi
10
insulin, karena banyak faktor. Pada tipe 2, seorang penderita relatif tidak
membutuhkan insulin sebagai terapi, sebaliknya dapat dilakukan pengaturan diet,
olahraga ataupun dengan obat hipoglikemik oral.Pada sebagian lainnya ditemukan
autoantibodi terhadap sel beta pankreas seperti yang ditemukan pada tipe 1 namun
terdiagnosis saat dewasa yang awalnya didiagnosis sebagai DM tipe 2.Keadaan
tersebut disebut sebagai latent autoimmune diabetes in adults (LADA). Pada awal
diagnosis, penderita tidak memerlukan insulin, namun seiring waktu, kemudian
pasien akan membutuhkan insulin dan akhirnya tergantung penuh pada insulin.
Pengenalan dini kondisi tersebut sangatlah penting dalam upaya mencapai
normoglikemia.14
Menurut PERKENI 2019, secara garis besar patogenesis DM tipe- 2
disebabkan oleh delapanhal (omnious octet) berikut4:
1. Kegagalan sel beta pancreas: Pada saat diagnosis DM tipe-2 ditegakkan, fungsi
sel beta sudah sangat berkurang.
2. Liver: Pada penderita DM tipe-2 terjadi resistensi insulin yang berat dan memicu
gluconeogenesis sehinggaproduksi glukosa dalam keadaan basal oleh liver
(HGP=hepatic glucose production) meningkat.
3. Otot: Pada penderita DM tipe -2 didapatkan gangguan kinerja insulin yang
multiple di intramioselular, akibat gangguan fosforilasi tirosin sehingga timbul
gangguan transport glukosa dalam sel otot, penurunan sintesis glikogen, dan
penurunan oksidasi glukosa.
4. Sel lemak: Sel lemak yang resisten terhadap efek antilipolisis dari insulin,
menyebabkan peningkatan proses lipolysis dan kadar asam lemak bebas
(FFA=Free Fatty Acid) dalam plasma. Peningkatan FFA akan merangsang proses
glukoneogenesis, dan mencetuskan resistensi insulin di liver dan otot. FFA juga
akan mengganggu sekresi insulin. Gangguan yang disebabkan oleh FFA ini
disebut sebagai lipotoxocity.
5. Usus:Glukosa yang ditelan memicu respon insulin jauh lebih besar dibanding
kalau diberikan secara intravena. Efek yang dikenal sebagai efek incretin ini
diperankan oleh 2 hormon GLP-1 (glucagon-like polypeptide-1) dan GIP
(glucose-dependent insulinotrophic polypeptide atau disebut juga gastric
inhibitory polypeptide). Pada penderita DM tipe-2didapatkan defisiensi GLP-1
11
dan resisten terhadap GIP. Disamping hal tersebut incretin segera dipecah oleh
keberadaan enzim DPP-4, sehingga hanya bekerja dalam beberapa menit.Saluran
pencernaan juga mempunyai peran dalam penyerapan karbohidrat melalui kinerja
ensim alfa-glukosidase yang memecah polisakarida menjadi monosakarida yang
kemudian diserap oleh usus dan berakibat meningkatkan glukosa darah.
6. Sel Alpha Pancreas: Sel-α pancreas merupakan organ ke-6 yang berperan dalam
hiperglikemia. Sel-α berfungsi dalam sintesis glukagon yang dalam keadaan puasa
kadarnya didalam plasma akan meningkat. Peningkatan ini menyebabkan HGP
dalam keadaan basal meningkat secara signifikan dibanding individu yang
normal.
7. Ginjal: Ginjal merupakan organ yang diketahui berperan dalam pathogenesis DM
tipe-2. Ginjal memfiltrasi sekitar 163 gramglukosa sehari. 90% dari glukosa
terfiltrasi ini akan diserap kembali melalui peran SGLT-2 (Sodium Glucose co-
Transporter) pada bagian convulated tubulus proksimal. Sedang 10% sisanya akan
di absorbsi melalui peran SGLT-1 pada tubulus desenden dan asenden, sehingga
akhirnya tidak ada glukosa dalam urine. Pada penderita DM terjadi peningkatan
ekspresi gen SGLT-2.
8. Otak:Insulin merupakan penekan nafsu makan yang kuat. Pada individu yang
obes baik yang DM maupun non-DM, didapatkan hiperinsulinemia yang
merupakan mekanisme kompensasi dari resistensi insulin. Pada golongan ini
asupan makanan justru meningkat akibat adanya resistensi insulin yang juga
terjadi di otak. (perkeni)
2.7 Diagnosis
Evaluasi medis yang lengkap pada pertemuan pertama pasien adalah
dilakukan4 :
1. Anamnesis
- Usia dan karakteristik saat onset diabetes.
- Pola makan, status nutrisi, status aktifitas fisik, dan riwayat
perubahan beratbadan.
- Riwayat tumbuh kembang pada pasien anak/dewasa muda.
- Pengobatan yang pernah diperoleh sebelumnya secara lengkap,
termasuk terapi gizi medis dan penyuluhan.
12
- Pengobatan yang sedang dijalani, termasuk obat yang digunakan,
perencanaan makan dan program latihanjasmani.
- Riwayat komplikasi akut (ketoasidosis diabetik, hiperosmolar
hiperglikemia,hipoglikemia).
- Riwayat infeksi sebelumnya, terutama infeksi kulit, gigi, dan
traktusurogenital.
- Gejala dan riwayat pengobatan komplikasi
kronikpadaginjal,mata,jantungdanpembuluh
darah,kaki,saluranpencernaan,dll.
- Pengobatan lain yang mungkin berpengaruh terhadap glukosadarah.
- Faktor risiko: merokok, hipertensi, riwayat
penyakitjantungkoroner,obesitas,danriwayatpenyakit keluarga
(termasuk penyakit DM dan endokrin lain).
- Riwayat penyakit dan pengobatan di luar DM.
- Karakteristik budaya, psikososial, pendidikan, dan status ekonomi.
2. Pemeriksaan Fisik
- Pengukuran tinggidan berat badan.
- Pengukuran tekanan darah, termasuk pengukuran tekanan darah
dalam posisi berdiri untuk mencari kemungkinan adanya hipotensi
ortostatik.
- Pemeriksaanfunduskopi.
- Pemeriksaanronggamulutdankelenjartiroid.
- Pemeriksaanjantung.
- Evaluasi nadi baik secara palpasi maupun denganstetoskop.
- Pemeriksaan kaki secara komprehensif (evaluasi kelainan vaskular,
neuropati, dan adanyadeformitas).
- Pemeriksaan kulit (akantosis nigrikans, bekas
luka,hiperpigmentasi,necrobiosisdiabeticorum, kulit kering, dan bekas
lokasi penyuntikan insulin).
- Tanda-tanda penyakit lain yang dapat menimbulkan DM tipelain.
13
3. Evaluasi Laboratorium
- Pemeriksaan kadar glukosa darah puasa dan 2 jam setelah TTGO
- Pemeriksaan kadar HbA1c
4. Penapisan Komplikasi
Penapisan komplikasi dilakukan pada setiap penyandang yang baru
terdiagnosis DM tipe 2 melalui pemeriksaan :
- Profil lipid pada keadaan puasa: kolesterol total, High Density
Lipoprotein (HDL), Low Density Lipoprotein (LDL), dantrigliserida.
- Tes fungsihati
- Tesfungsiginjal:Kreatininserumdanestimasi- GFR
- Tes urinrutin
- Albumin urinkuantitatif
- Rasio albumin-kreatininsewaktu.
- Elektrokardiogram.
- Foto Rontgen dada (bila ada indikasi: TBC, penyakit
jantungkongestif).
- Pemeriksaan kaki secarakomprehensif.
- Pemeriksaan funduskopi untukmelihat retinopatidiabetic
14
Pemeriksaan glukosa plasma puasa ≥126 mg/dl (7,0 mmol/l). Puasa
didefinisikan sebagai kondisi tidak ada asupan kalori minimal 8 jam.
Atau
Pemeriksaan glukosa plasma ≥200 mg/dl 2 jam setelah Tes Toleransi Glukosa
Oral (TTGO). Tes ini sudah dideskripsikan oleh WHO, dengan menggunakan
beban yang kandungannya setara dengan 75 gram glukosa anhidrat yang
dilarutkan dalam air.
Atau
Pemeriksaan glukosa plasma sewaktu ≥200 mg/dl dengan keluhan klasik (11,1
mmol/l).
Atau
15
Glukosa
Glukosadarah
HbA1c(%) plasma 2 jam
puasa(mg/dL)
setelag TTGO
(mg/dL)
Diabetes ≥ 6,5 ≥ 126 ≥ 200
Pre- 5,7 – 6,4 100 - 125 140 - 199
Diabetes
Normal < 5,7 70 - 99 70 - 139
Tabel 2.4 Kadar Tes Laboratorium Darah untuk Diagnosis Diabetes dan
Prediabetes4
2.8 Pentalaksanaan
Tujuan penatalaksanaan secara umum adalah meningkatkan kualitas hidup
penyandang diabetes. Adapun tujuan khusus dari penatalaksanaan pada DM
adalah4 :
a. Jangka pendek: menghilangkan keluhan dan tanda DM, mempertahankan rasa
nyaman, dan mencapai target pengendalian glukosa darah.
b. Jangka panjang: mencegah dan menghambat progresivitas penyulit
mikroangiopati, makroangiopati, dan neuropati.
c. Tujuan akhir pengelolaan adalah turunnya morbiditas dan mortalitas DM.
16
Prinsip pengaturan makan pada penyandang diabetes hampir sama dengan anjuran
makan untuk masyarakat umum yaitu makanan yang seimbang dan sesuai dengan
kebutuhan kalori dan zat gizi masing-masing individu. Pada penyandang diabetes
mellitus perlu ditekankan pentingnya keteraturan jadwal makan, jenis, dan jumlah
kandungan kalori, terutama pada mereka yang menggunakan obat yang
meningkatkan sekresi insulin atau terapi insulin itu sendiri.
A. Komposisi makanan yang dianjurkan terdiri dari4:
Karbohidrat
- Karbohidrat yang dianjurkan sebesar 45-65% total asupan energi. Terutama
karbohidrat yang berserat tinggi.
- Pembatasan karbohidrat total <130 g/hari tidak dianjurkan.
- Dianjurkan makan tiga kali sehari danbila perlu dapat diberikan makananselingan
seperti buah atau makanan lainsebagai bagian dari kebutuhan kalorisehari.
Lemak
a) Asupan lemak dianjurkan sekitar 20-25% kebutuhan kalori, dan tidak
diperkenankan melebihi 30% total asupan energi.
b) Komposisi yang dianjurkan:
- lemak jenuh < 7 % kebutuhan kalori.
- lemak tidak jenuh ganda < 10 %
- selebihnya dari lemak tidak jenuh tunggal.
c) Konsumsi kolesterol dianjurkan < 200 mg/hari.
Protein
- Kebutuhan protein sebesar 10 – 20% total asupan energi.
- Sumber protein yang baik adalah ikan, udang, cumi, daging tanpa lemak, ayam
tanpa kulit, produk susu rendah lemak, kacang-kacangan, tahu dan tempe.
Natrium
- Anjuran asupan natrium untuk penyandang DM sama dengan orang sehat yaitu
<2300 mg perhari
17
- Penyandang DM yang juga menderita hipertensi perlu dilakukan pengurangan
natrium secara individual
- Sumber natrium antara lain adalah garam dapur, vetsin, soda, dan bahan pengawet
seperti natrium benzoat dan natrium nitrit.
Serat
- Penyandang DM dianjurkan mengonsumsi serat dari kacangkacangan, buah dan
sayuran serta sumber karbohidrat yang tinggi serat.
- Anjuran konsumsi serat adalah 20-35 gram/hari yang berasal dari berbagai sumber
bahan makanan.
B. Kebutuhan Kalori
Ada beberapa cara untuk menentukan jumlah kalori yang dibutuhkan penyandang
DM, antara lain dengan memperhitungkan kebutuhan kalori basal yang besarnya
25-30 kal/kgBB. Jumlah kebutuhan tersebut ditambah atau dikurangi bergantung
pada beberapa faktor yaitu: jenis kelamin, umur, aktivitas, berat badan, dan lain-
lain. Beberapa cara perhitunga berat badan ideal adalah sebagai berikut4:
a) Perhitungan berat badan ideal (BBI) menggunakan rumus Broca yang
dimodifikasi:
- Berat badan ideal:
90% x (TB dalam cm – 100) x 1 kg
- Untuk laki-laki jika TB < 160 cm dan perempuan TB < 150 cm maka:
BBI = (TB dalam cm -100) x 1 kg
18
- Obes II : ≥ 30
C. Latihan Fisik4
Kegiatan fisik sehari-hari dan latihan fisik secara teratur (3-5 hari seminggu
selama sekitar 30-45 menit), dengan total 150 menit perminggu, dengan jeda antar
latihan tidak lebih dari 2 hari berturut-turut. Latihan jasmani yang dianjurkan
berupa latihan jasmani yang bersifat aerobic dengan intensitas sedang (50-70%
denyut jantung maksimal), seperti jalan cepat, bersepeda santai, jogging, dan
berenang. Denyut jantung maksimal dihitung dengan cara = 220 – usia pasien.
D. Intervensi Farmakologis
Cara kerja utama Efek samping Penurunan A1C
Sulfonilurea Meningkatkan sekresi BB naik, 1,0 – 2,0%
insulin hipoglikemia
Glinid Meningkatkan sekresi BB naik, 0,5 – 1,5%
insulin hipoglikemia
Metformin Menekan produksi Diare, dispepsia, 1, 0 – 2,0 %
glukosa hati dan asidosis laktat
menambah
sensitivitas terhadap
insulin
Penghambat Menghambat absorpsi Flatulens, tinja 0, 5 – 0,8 %
19
alfaglukosidase glukosa lembek
Tiazolidindion Menambah Edema 0,5 – 1,4 %
sensitivitas terhadap
insulin
Penghambat Meningkatkan sekresi Sebah, muntah 0,5 – 0,8%
DPP –IV insulin, menghambat
sekrresi glukagon
Penghambat Menghambat Dehidrasi, infeksi 0,8 – 1,0%
SGLT-2 penyerapan kembali saluran kemih
glukosa di tubuli
distal ginjal
Tabel 2.5 Profil obat antihiperglikemia oral di Indonesia4
20
Linagliptin 5 makan
Tidak
Penghambat bergantun
Dapagliflozin 5-10 5-10 24 1
SGLT-2 g jadwal
makan
Tabel 2.6 Obat antihiperglikemia oral4
Parameter Sasaran
IMT (kg/m2) 18,5 - < 23
Tekanan darah sistolik (mmHg) < 140
Tekanan darah diastolik (mmHg) < 90
Glukosa darah preprandial kapiler 80 – 130 (4,4 – 7,2 mmol/L)
(mg/dl)
Glukosa darah 1-2 jam postprandial < 180 (10,0 mmol/L)
kapiler (mg/dl)
21
HbA1c (%) < 7 (53 mmol/mol)
Kolesterol LDL (mg/dl) < 100 (< 70 bila risiko KV
sangat tinggi)
Kolesterol HDL (mg/dl) Laki-laki: > 40
Perempuan: > 50
Trigliserida (mg/dl) < 150
Gambar 3. Sasaran Pengendalian untuk DM5,4
2.9 Komplikasi
Orang dengan kadar gula darah yang terkontrol dengan baik menunjukkan
komplikasi DM yang jauh lebih jarang dan parah. Masalah kesehatan yang lebih
luas mempercepat terjadinya kerusakanefek diabetes. Merokok, peningkatan kadar
kolesterol, obesitas, tekanan darah tinggi, dan kurang olahraga teratur
meningkatkan efek samping diabetes17.
Komplikasi Akut17
1. Ketoasidosis Diabetikum
Keadaan darurat medis dan perhatian medis segera yang merupakan komplikasi
akut dan berbahaya. Hati mengubah asam lemak menjadi keton untuk bahan bakar
selama kadar insulin rendah, di mana badan keton yang diproduksi bertindak
sebagai substrat perantara dalam urutan metabolisme tersebut. Ini dapat menjadi
masalah serius jika level berkelanjutan hadir secara berkala. pH darah menurun
karena peningkatan kadar badan keton, dan menyebabkan terjadinya ketoasidosis
diabetikum.
2. Status Hiperglikemi Hiperosmolaritas
Meskipun HNS memiliki banyak gejala yang sama dengan DKA, ini adalah
komplikasi akut dengan asal yang sama sekali berbeda dan pengobatan yang
berbeda. Air akan secara osmotik dikeluarkan dari sel ke dalam darah dan ginjal
akhirnya mulai membuang glukosa ke dalam urin pada seseorang dengan kadar
glukosa darah yang sangat tinggi, yang biasanya dianggap> 300 mg / dl (16 mmol
/ L). Hilangnya air dan peningkatan osmolaritas darah adalah hasil akhirnya. Efek
osmotik dari kadar glukosa tinggi, dikombinasikan dengan hilangnya air, pada
akhirnya tidak akan menyebabkan dehidrasi jika cairan tidak diganti oleh mulut
22
atau intravena. Sel-sel tubuh menjadi semakin dehidrasi karena air diambil dari
mereka dan dikeluarkan.Ketidakseimbangan elektrolit juga sering terjadi dan
selalu berbahaya.
3. Hipoglikemia
Beberapa pengobatan diabetes yang dapat menyebabkan komplikasi akut disebut
hipoglikemia atau kadar glukosa darah rendah yang tidak normal. Jarang terjadi
sebaliknya, baik pada pasien diabetes atau non-diabetes.Pasien mungkin menjadi
gelisah, berkeringat, dan lemahdan memiliki banyak gejala aktivasi simpatis dari
sistem saraf otonom yang mengakibatkan perasaan yang mirip dengan ketakutan
dan panik yang tidak bisa bergerak.Dalam kasus ekstrim, kesadaran pasien dapat
berubah atau bahkan hilang yang dapat menyebabkan koma, kejang, atau bahkan
kerusakan otak dan kematian.Pada pasien diabetes, hal ini mungkin disebabkan
oleh beberapa faktor seperti insulin yang terlalu banyak atau waktunya tidak tepat,
terlalu banyak atau waktu olahraga yang tidak tepat (olahraga menurunkan
kebutuhan insulin), atau tidak cukup makanan (khususnya karbohidrat yang
mengandung glukosa).
Komplikasi Kronik17
Kerusakan pembuluh darah pada penderita diabetes disebabkan oleh peningkatan
kronis kadar glukosa darah. Sel-sel endotel yang melapisi pembuluh darah
mengambil lebih banyak glukosa dari biasanya, karena mereka tidak bergantung
pada insulin.Kemudian, membran basal mulai tumbuh lebih tebal dan lebih lemah
karena sel-sel endotel ini membentuk lebih banyak glikoprotein permukaan
daripada biasanya.Pada diabetes, masalah yang diakibatkannya dikelompokkan
dalam "penyakit mikrovaskular" (akibat kerusakan pada pembuluh darah kecil)
dan "penyakit makrovaskular"(karena kerusakan arteri)
23
2.10Prognosis
Risiko kematian penderita diabetes 4-5 kali lebih besar dibandingkan nondiabetik
dengan penyebab kematian 50% akibat penyakit jantung koroner dan 30% akibat
gagal ginjal Prognosis dari DM bergantung pada pola hidup yang dilakukan oleh
pasien dalam mengontrol kadar gula nya. Pasien dengan kontrol glikemik ketat
(HbA1c < 7%), tanpa disertai riwayat gangguan kardiovaskuler, dan juga tidak
ada gangguan mikrovaskuler serta makrovaskuler akan mempunyai harapan hidup
lebih lama. Namun jika pasien memiliki riwayat penyakit kardiovaskuler dan telah
menderita diabetes lama (≥ 15 tahun) akan mempunyai harapan hidup lebih
singkat, walaupun telah melakukan kontrol glikemik ketak sekalipun. 18
DM dapat
menyebabkan mortalitas dan morbiditas karena dapat berkomplikasi pada
penyakit kardiovaskuler, penyakit ginjal, gangguan pembuluh darah perifer,
gangguan saraf (neuropati), dan retinopati. Pengontrolan kadar glikemik
merupakan cara efektif untuk pencegahan DM18
24
BAB III
METODE PENELITIAN
25
N = ukuran populasi
e = presentase kelonggaran kesalahan pengambilan sampel yang masih bisa
ditolelir, e = 0,1
Dalam rumus slovin ada dua ketentuan sebagai berikut:
Nilai e = 0,1 (10%) umtuk populasi jumlah besar
Nilai e = 0,2 (20%) untuk populasi dalam jumlah kecil.
Jadi rentang sampel yang dapat di ambil dari teknik slovin adalah antara 10-20%
dari populasi penelitian. Jumlah populasi dalam penelitian ini adalah 45 orang
jadi presentase kelonggaran yang digunakan adalah 10% dan hasil
penghitungannya dapat dibulatkan untuk mencapai kesesuaian. Maka untuk
mengetahui sampel penelitian, dengan penghitungan sebagai berikut:
N
n= 2
1+ N ( e)
45
n= 2
1+ 45(0.1)
n=31
sehingga jumlah sampel dalam penelitian ini berjumlah 31 responden. Kriteria
sampel dapat dibedakan menjadi dua bagian yaitu kriteria inklusi dan kriteria
eksklusi. Penentuan kriteria sampel dapat membantu peneliti untuk mengurangi
bias penelitian.
\
a. kriteria inklusi
1. Pasien yang bersedia menjadi subjek penelitian pada mini project ini.
2. Pasien yang terdiagnosa diabetes melitus tipe 2 di Puskesmas Sukarami
3. Pasien diabetes melitus tipe 2 yang sudah pernah kontrol rutin di Puskesmas
Sukarami
4. Pasien diabetes melitus yang mendapatkan pengobatan OHO (Obat
hipolikemik oral) di Puskesmas Sukarami.
b. kriteria eksklusi
1. Pasien yang tidak bersedia menjadi subjek penelitia
2. Pasien dengan diagnosa diabeters melitus tipe 2
3. Pasien diabetes melitus tipe 2 yang baru melakukan pemeriksaan pertama kali
4. Pasien diabetes melitus tipe 2 yang mendapatkan pengobatan injeksi
26
5. Pasien dengan diagnosa insulin dependent diabetes melitus
27
3.3 Teknik sampling
Teknik sampling adalah proses menyeleksi porsi dari populasi untuk dapat
mewakili jumlah populasi. Teknik sampling merupakan teknik pengambilan
sampel. Pada penelitian ini teknik sampling menggunakan Non probability
sampling yaitu dengan purvosive sampling dimana teknik penentuan sampel
berdasarkan kriteria tertentu dan apabila dipandang orang yang bersangkutan telah
memenuhi kriteria inklusi.
28
Dependen : Kadar gula 1. Kadar gula darah Glukometer <200 Ordinal
Kadar gula darah adalah tinggi Strip glukosa normoglikemia
darah kandungan gula di 2. Kadar gula darah darah
sewaktu dalam aliran darah normal >200
yang berada di Hiperglikemia
dalam tubuh yang
bisa menjadi
indikator dari
diabetes melitus.
29
1. Editing. data yang ada dalam formulir pengumpulan data diperiksa
kelengkapan jawabannya, keterbacaan tulisan, kesesuaian jawaban.
2. Coding. setiap variable yang akan diukur atau dianalisis diberi kode sebagai
dasar untuk menentukan skor masing-masing variable tersebut.
a. Data Umum
Karakteristik Usia
Kode 1 (40-45 tahun)
Kode 2 (46-50 tahun)
Kode 3 (51-55 tahun)
Kode 4 (56-60 tahun)
Karakteristik jenis kelamin
Kode 1 : Laki-laki
Kode 2 : Perempuan
Karakteristik Pekerjaan
Kode 1 : Tidak bekerja
Kode 2 : wiraswasta
Kode 3 : PNS
Karakteristik tingkat pengetahuan
Kode 1 : kurang
Kode 2 : cukup
Kode 3 : baik
Karakterisitik kadar gula darah
Kode 1 : normoglikemia
Kode 2 : hiperglikemia
b. Data Khusus
Tingkat Pengetahuan
Kode 1 : Kurang
Kode 2 : Cukup
Kode 3 : Baik
Kadar Gula darah
Kode 1 : normoglikemia
Kode 2 : hiperglikemia
30
3. Cleaning. data cleaning dilakukan pada semua lembar kerja untuk
membersihkan kesalahan yang mungkin terjadi selama proses input data.
Proses ini dilakukan melalui analisis frekuensi pada semua variable. Data
missing dibersihkan dengan menginput data yang benar.
4. Tabulating tabulating (tabulasi data). dengan menggunakan bantuan komputer
sesuai dengan variable yang diteliti dan kebutuhan analisis untuk
memudahkan proses pengolahan data 2. Penyajian data penyajian data
dilakukan dalam bentuk distribusi frekuensi persentasi yang disertai dengan
penjelasan dan table analisis.
31
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
32
perkembangan masalah dengan menentukan skala NILAI 1-5. Masalah yang
memiliki total skor tertinggi merupakan masalah prioritas.
Dalam penelitian ini terdapat dua masalah utama dalam pelaksaanan
program penyakit tidak menular (PTM) terkhususnya dalam kasus diabetes
melitus tipe 2, yaitu kurangnya tingkat pengetahun masyarkat pada kasus DM
baik dari segi pengobatan, komplikasi yang didapatkan, dan pemahamana
mengenai penyakit itu sendiri. Lalu masalah kedua adalah penemuan kasus
Diabetes melitus yang karena takut dengan prosedur yang akan dilaksanakan.
Tabel 1. Prioritas masalah
Masalah kesehatan U S G UXSXG
kurangnya tingkat pengetahun masyarkat pada kasus DM 5 5 4 14
baik dari segi pengobatan, komplikasi yang didapatkan,
dan pemahamana mengenai penyakit itu sendiri
Penemuan kasus yang terhambat karena rasa takut pasien 4 5 4 13
33
Methods Terdapat SOP untuk screening pasien Tidak terdapat masalah
Diabetes melitus baik dalam dan luar
gedung
Melakukan penemuan
34
pasien DM sesuai SOP.
Tidak
terdapat
kader kurang aktif masalah
Tidak Tidak
dalam melakukan
terdapat terdapat
penyuluhan ke
masalah masalah
masyarakat sehingga
kunjungan posyandu
untuk screening
semakin berkurang
Penyelesaian
Pelayanan
Penderita
Diabetes melitus
Penyampaian konseling (belum optimal)
yang kurang optimal
35
Tabel 3. Penentuan prioritas penyebab masalah
Penyebab Masalah I T R Total
kader kurang aktif dalam melakukan penyuluhan ke 3 4 3 36
masyarakat sehingga kunjungan posyandu untuk
screening semakin berkurang
Penyampaian konseling yang kurang optimal 4 3 4 48
Kurangnya tingkat pengetahuan pasien dalam 4 4 4 64
diabetes melitus serta komplikasi yang ditimbulkan
apabila tidak rutin kontrol serta minum obat rutin.
Kurang partisipasi keluarga dalam pemeliharaan DM 3 3 3 27
Masih kurangnya kesadaran masyarakat untuk 3 4 2 24
pemeriksaan gula darah dalam deteksi DM karena
kurangnya informasi
Kesulitan dalam menemukan dan mendiagnosa kasus 3 3 2 18
DM tingginya rasa takut dalam prosedur yang
dijalankan
Kurangnya kerjasama dengan 3 3 3 27
tokoh masyarakat untuk
memberikan pengetahuan pada
masyarakat.
36
gula darah pasien. Penelitian ini dilakukan secara kuantitatif dan dilakukan di
puskemas sukarami bulan februari 2023.
4.3 Hasil Penelitian
Pada pembahasan ini, akan disajikan hasil penelitian berupa data umum yang
meliputi karakteristik responden berupa umur, jenis kelamin, dan pekerjaan.
Kemudian data khusus yang akan disajikan berupa hasil dari kuesioner
pengetahuan dan kadar gula darah, serta hubungan kolerasi tingkat pengetahuan
dengan kadar gula darah pada penderita diabetes melitus tipe II yang
mengonsumsi Oral Anti Hyperglicemic agent di Puskesmas Sukarami Bulan
februari tahun 2023
a. Analisa Univariat
1) Karakteristik Responden Berdasarkan Umur
Karakteristik responden berdasarkan umur di Puskesmas Sukarami Bulan Februari
Tahun 2023 menunjukkan bahwa mayoritas pasien berusia diatas 60 tahun yaitu
sebanyak 21 pasien (67,75) dari total 31 pasien.
Usia N %
40 - 45 tahun 2 6,5
46 - 50 tahun 5 16,1
51 - 55 tahun 0 0,0
56 - 60 tahun 3 9,7
> 60 tahun 21 67,7
Jumlah 31 100
Tabel 1. Karakteristik Usia
37
Karakteristik responden berdasarkan Pekerjaan di Puskesmas Sukarami Bulan
Februari Tahun 2023 menunjukkan bahwa mayoritas pasien tidak bekerja yaitu 17
pasien (54,8%) sedangkan pasien yang bekerja sebagai Wiraswasta sebanyak 8
pasien (25,8%) dan pasien yang bekerja sebagai PNS sebanyak 6 orang (19,4%).
Pekerjan n %
Tidak Bekerja 17 54,8
Wiraswasta 8 25,8
PNS 6 19,4
Jumlah 31 100
Tabel 3. Karakteristik Pekerjaan
b. Analisa Bivariat
Tabulasi silang hubungan pengetahuan dengan kadar gula darah pada
38
penderita Diabetes melitus tipe 2 di Puskesmas Sukarami Bulan Februari Tahun
2023 menunjukkan bahwa pada pasien yang mengalami kadar gula darah yang
tergolong Normoglikemia, mayoritas pasien memiliki pengetahuan yang baik
yaitu 4 orang (66,7%) dan 2 pasien (33,3%) memiliki pengetahuan yang cukup
serta tidak ada pasien yang memiliki pengetahuan yang kurang. Sedangkan untuk
pasien yang mengalami kadar gula darah yang tergolong Hiperglikemia,
mayoritas pasien memiliki pengetahuan kurang yaitu 19 pasien (76,0%) dan
hanya 5 pasien (20,0%) yang memiliki pengetahuan cukup serta 1 pasien (4,0%)
yang memiliki pengetahuan baik.
c. Post Intervensi
Setelah dilakukan Analisis uji korelasi pada penelitian dengan uji Rank
Spearman dimana diperoleh hasil p value 0,000 (p<0,05) yang bermakna semakin
tinggi/baik tingkat pengetahuan maka kadar gula darah akan semakin rendah atau
kadar gula darah yang dimiliki pasien cenderung tergolong ke Normoglikemia.
Setelah dibuktikan bahwa terdapat hubungan antara dua variabel tersebut,
selanjutnya dilakukan intervensi pada pasien-pasien yang telah dijadikan sample.
Intervensi berupa pemberian penyuluhan dengan media leaflet dan video interaktif
39
lalu dilakukan pemeriksaan gula darah. Selanjutnya minta pasien untuk kontrol
lagi sepuluh hari kedepan dan dicek ulang gula darah.
Tabel 7. Intervensi
No Solusi Masalah Tujuan Peserta/Sasaran Deskripsi
1 Membuat Video edukatif Meningkatkan tingkat Semua pasien yang Memberikan pengetahun
sebagai media edukasi pengetahuan pasien datang berobat atau yang dengan media yang
promosi kesehatan yang mengenai diabetes pemeriksaan Puskesmas interaktif dan kreatif
menarik dan informatif melitus. Agar kolabrasi Sukarami Palembang
untuk meningkatkan
terkait penyakit Diabetes terapi antara dokter dan
melitus pasien terbentuk Tokoh masyarakat ketua daya ketertarikan
sehingga tujuan terapi RT dan RW di wilayah masyarakat dalam
pun akan dengan cepat Sukarami Palembang memahami penyakit
tercapai. diabetes melitus.
Kader Posyandu di Sehingga mampu
wilayah Sukarami menurunkan angka
Palembang
komplikasi pad asetiap
Semua masyarakat yang rentang usia.
hadir saat posyandu di
wilayah Sukarami
alembang
3 Memberikan kartu Untuk membantu dalam Pasien yang berobat di Kartu berobat berisikan
berobat pada pasien pengontrolan poli umum maupun tanggal kontrol, tanggal
diabetes melitus pengobatan pasien lansia yang telat pasien harus kembali
diabetes melitus untuk melakukan pemeriksaan
mengambil obat, dan
menurunkan angka gula darah dan telah
kesakitan dan angka didiagnosa diabetes SOAP.
komplikasi. melitus
4 Memberikan kotak obat Untuk membantu pasien Pasien yang berobat di Kotak berobat terdiri
pada pasien diabetes diabetes melitus dalam poli umum maupun dari sekat-sekat yang
melitus minum obat secara rutin lansia yang telat berisikan obat-obatan
melakukan pemeriksaan
yang harus pasien DM
gula darah dan telah
didiagnosa diabetes konsumsi.
melitus
40
Karakteristik responden berdasarkan Kadar gula darah setelah dilakukan
intervensi di Puskesmas Sukarami Bulan Februari Tahun 2023 menunjukan
bahwa terjadi perubahan signifikan pada kadar gula darah yanag tergolong
hiperglikemia.
41
dilakukan intervensi kadar gula darah menjadi normal. Lalu terdapat 1 pasien
hiperglikemia dengan pengetahuan yang baik, setelah dilakukan intervensi kadar
gula pun menjadi normal.
4.4 Pembahasan
1) Karakteristik Responden Berdasarkan Umur
Penyakit Diabetes Mellitus (DM) terbagi menjadi dua kelompok yakni
DM tipe I dan DM tipe II. DM tipe I terjadi pada seseorang yang usianya dibawah
45 tahun karena kerusakan sekresi produksi insulin selsel beta pankreas, sehingga
penurunan insulin sangat cepat sampai akhirnya tidak adalagi yang disekresi,
sedangkan DM tipe II pada lanjut usia akan memiliki risko semakin tinggi jika
kelebihan diikuti dengan berat badan berlebih dan kurangnya aktivitas.
Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan Karakteristik responden
berdasarkan usia di Puskesmas Sukarami Bulan Februari Tahun 2023
menunjukkan bahwa mayoritas pasien berusia diatas 60 tahun yaitu sebanyak 21
pasien (67,75) dari total 31 pasien. Selain itu Usia juga dikaitkan dengan daya
tangkap dan pola pikir seseorang. Secara tingkat kematangan dan kekuatan, usia
seseorang menunjukkan tingkat matang dalam berfikir dan bekerja dan dari segi
kepercayaan di masyarakat, orang dewasa akan lebih di percaya dibandingkan
dengan yang belum cukup dewasa. Semakin bertambah umur akan semakin
berkembang pula daya tangkap dan pola pikirnya, sehingga pengetahuan yang
diperoleh semakin banyak.
42
langsun gberpengaruh pada regulasi insulin didalam tubuh. Hasil penelitian ini
sesuai dengan penelitian Awad, Langi dan Pandelaki yang menemukan bahwa
sebanyak 138 pasien di Poliklinik Endokrin RSU Prof.Dr.R.D. Kandou Manado
dimana 78 pasien (57%) adalah wanita dan 60 pasien (43%) adalah pria.
43
terdapat hubungan keeratan/korelasi yang kuat antara tingkat pengetahuan dengan
kadar gula darah. Koefisien korelasi negatif menunjukkan bahwa semakin
tinggi/baik tingkat pengetahuan maka kadar gula darah akan semakin rendah atau
kadar gula darah yang dimiliki pasien cenderung tergolong ke Normoglikemia.
Hal ini menunjukkan bahwa tingkat pengetahuan sangat berpengaruh dalam
kontrol glikemik darah. Secara tidak langsung kedua hal tersebut berhubungan
dengan pemahaman pasien mengenai penyakit yang diderita agar tidak
berkembang menjadi komplikasi yang tidak diinginkan. Setelah dilakukan
intervensi terdapat perbaikan secara signifikan pada masing-masing kategori
tingkat pengetahun. Hal ini menunjukan bahwa peningkatan standar pengetahuan
secara langsung mempengaruhi perbaikan kualitas hidup pasien.
Pengetahuan merupakan hasil dari tahu dan ini terjadi setelah orang
melakukan pengindraan terhadap suatu objek tertentu. Pengindraan terjadi melalui
panca indra manusia, yakni indra penglihatan, pendengaran, penciuman, rasa, dan
raba. Sebagian besar pengetahuan manusia diperoleh melalui mata dan telinga.
Pengetahuan atau kognitif merupakan domain yang sangat penting untuk
terbentuknya tindakan seseorang. Pengetahuan merupakan dasar utama untuk
pengobatan dan pencegahan diabetes yang sempurna. Orang diabetes yang
memiliki pengetahuan yang minim tentang diabetes melitus akan lebih mudah
menderita komplikasi DM. Pengetahuan pasien tentang DM merupakan sarana
yang dapat membantu penderita menjalankan penanganan diabetes sehingga
semakin banyak dan semakin baik pasien DM mengetahui tentang diabetes
melitus, kemudian selanjutnya mengubah perilakunya, akan dapat mengendalikan
kondisi penyakitnya sehingga ia dapat hidup lebih lama dengan kualitas hidup
yang baik. Berbagai penelitian menunjukan bahwa tingkat pengetahuan penderita
DM masih rendah Penelitian yang dilakukan oleh Nina Rahmadiliyani dan Abi
Muhlisin mengenai pengetahuan tentang penyakit dan komplikasi DM di
Puskesmas Gatak Sukoharjo menunjukan tingkat pengetahuan pasien DM tentang
penyakit DM masih cukup banyak yang kurang, dimana yang memiliki
pengetahuan yang baik 9,5%, pengetahuan sedang 47,6%, dan tingkat
pengetahuan kurang 42,9% dan pasien dengan kadar glukosa darah terkendali baik
terdapat 7,1%, terkendali sedang 52,4 %, dan terkendali kurang 40,5%.
44
Setiap pasien DM perlu mendapatkan informasi minimal yang diberikan
setelah diagnosis ditegakan, mencakup pengetahuan dasar tentang DM,
pemantauan mandiri, sebab-sebab tingginya kadar glukosa darah, obat
hipoglikemia oral, perencanaan makan, pemeliharaan kaki, kegiatan jasmani,
pengaturan pada saat sakit, dan komplikasi. Di dalam pelaksanaanya penyampaian
informasi tersebut perlu dilakukan secara bertahap. Harus dihindari informasi
yang terlalu sedikit atau terlalu banyak dalam waktu yang singkat. Dalam
menyampaikan informasi, faktor yang perlu diperhatikan adalah kondisi pasien
DM, dalam hal ini beratnya penyakit maupun kondisi psikologis, karena itu dalam
pemberian penyuluhan kesehatan harus diamati secara terus-menerus oleh petugas
kesehatan baik dokter maupun ahli gizi. Tujuan pendidikan kesehatan bagi pasien
DM pertamatama adalah meningkatkan pengetahuan mereka karena pengetahuan
merupakan titik tolak perubahan sikap dan gaya hidup mereka. Pada akhirnya
yang menjadi tujuan pendidikan adalah perubahan perilaku pasien DM dan
meningkatnya kepatuhan yang selanjutnya meningkatkan kualitas hidup, sehingga
perlu kerjasama yang baik antara petugas kesehatan dengan pasien DM dan
keluarganya agar pengobatan diabetes dapat berhasil.
45
46
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
5.1 Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian gambaran pengetahuan pada penderita DMT2
tentang penyakit DM tipe 2 yang dideritanya di Wilayah kerja Puskesmas
Sukarami Bulan Februari Tahuun 2023 dapat disimpulkan beberapa hal yaitu:
1. mayoritas pasien masih memiliki tingkat pengetahun yang kurang yaitu 19
pasien (61,3%), 7 pasien (22.6%) dengan pengetahuan Cukup dan hanya 5
pasien (16,1%) yang memiliki tingkat pengetahuan yang baik.
2. Terdapat hubungan bermakna antara tingkat Pengetahuan dengan kadar gula
darah pasien. Berdasarkan koefisien korelasi Rank Spearman sebesar -0,693
(korelasi negatif) dengan nilai P sebesar 0,000 < 0,05 (α) sehingga tolak H 0.
Artinya dengan tingkat kepercayaan 95% terdapat hubungan keeratan/korelasi
yang kuat antara tingkat pengetahuan dengan kadar gula darah. Koefisien
korelasi negatif menunjukkan bahwa semakin tinggi/baik tingkat pengetahuan
maka kadar gula darah akan semakin rendah atau kadar gula darah yang
dimiliki pasien cenderung tergolong ke Normoglikemia.
3. Pemberian penyuluhan pada pasien diabetes melitus tipe 2 baik didalam
maupun luar gedung harus lebih ditingkatkan. Dengan harapan pasien DM
perlu mendapatkan informasi minimal yang mencakup pengetahuan dasar
tentang DM, pemantauan mandiri, sebab-sebab tingginya kadar glukosa darah,
obat hipoglikemia oral, perencanaan makan, pemeliharaan kaki, kegiatan
jasmani, pengaturan pada saat sakit, dan komplikasi
5.2 Saran
Diharapkan penelitian ini dapat menjadi acuan untuk penelitian lebih lanjut
dengan jumlah sample lebih banyak sehingga dapat menjadi dasar untuk
pengambilan kebijakan Puskesmas dalam program penyakit tidak menular. Selain
itu diharapkan untuk meningkatkan penyuluhan mengenai penyakit tidak menular
terutama mengenai diabeter melitus tipe 2 di Wilayah kerja Puskesmas Sukarami,
karena pengetahuan akan mempengaruhi pola makan dan gaya hidup pada
penderita DMT2.
47