Anda di halaman 1dari 33

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Hipertensi merupakan penyebab kematian dan kesakitan yang tinggi. Darah tinggi
sering diberi gelar The Silent Killer karena hipertensi merupakan pembunuh tersembunyi
yang penyebab awalnya tidak diketahui atau tanpa gejala sama sekali, hipertensi bisa
menyebabkan berbagai komplikasi terhadap beberapa penyakit lain, bahkan penyebab
timbulnya penyakit jantung, stroke dan ginjal. Data WHO (2011) menunjukkan, di seluruh
dunia, sekitar 972 juta orang atau 26,4 % penghuni bumi mengidap hipertensi. Angka ini
kemungkinan akan meningkat menjadi 29,2 % di tahun 2025. Dari 972 juta pengidap
hipertensi, 333 juta berada di negara maju dan 639 sisanya berada di Negara berkembang,
termasuk Indonesia.1
Menurut WHO (2011), hipertensi membunuh hampir 8 juta orang setiap tahun,
dimana hampir 1,5 juta adalah penduduk wilayah Asia Tenggara. Diperkirakan 1 dan 3 orang
dewasa di Asia Tenggara menderita hipertensi. Menurut data Departemen Kesehatan,
hipertensi dan penyakit jantung lain meliputi lebih dari sepertiga penyebab kematian, dimana
hipertensi menjadi penyebab kematian kedua setelah stroke. Berdasarkan data World Health
Organization (WHO) dari 70% penderita hipertensi yang di ketahui hanya 25% yang
mendapat pengobatan, dan hanya 12,5% yang diobati dengan baik (adequately treated cases)
diperkirakan sampai tahun 2025 tingkat terjadinya tekanan darah tinggi akan bertambah 60%.
1,2

Menurut Hamid (2011), dalam Seminar The Scientific Meeting on Hypertension 2011,
tingkat prevalensi hipertensi di Indonesia mencapai 31,7 persen dari total penduduk dewasa.
Berdasarkan Riset Kesehatan Dasar Tahun 2013, prevalensi hipertensi di Indonesia
berdasarkan hasil pengukuran pada umur ≥ 18 tahun sebesar 25,8 persen. Jadi cakupan nakes
hanya 36,8 persen, sebagian besar (63,2%) kasus hipertensi di masyarakat tidak terdiagnosis.
Data secara nasional yang belum lengkap, sebagian besar penderita hipertensi di Indonesia
tidak terdeteksi, sementara mereka yang terdeteksi umumnya tidak menyadari kondisi
penyakitnya.1,2,3
Berdasarkan data dari rekapan kunjungan pasien Puskesmas Seberang Padang selama
tahun 2016, kasus hipertensi sebanyak 885 dari bulan Januari hingga April 2016, dan

1
hipertensi menduduki peringkat 2 dari 10 penyakit terbanyak di Puskesmas Seberang
Padang.4
Berdasarkan latar belakang diatas maka peneliti tertarik untuk melakukan penelitian
terhadap penderita hipertensi dengan judul Gambaran Pengetahuan dan Perilaku Penderita
Hipertensi dalam Upaya Mencapai Tekanan Darah Terkontrol di wilayah Puskesmas
Kelurahan Seberang Padang, Kecamatan Padang Selatan, Padang.
Responden yang diambil pada mini project ini dari Puskesmas Kelurahan Seberang
Padang, Sehingga sebagian responden adalah wanita dan pria yang berusia lanjut.

1.2 Rumusan Masalah


Dari penjelasan di atas, dapat ditemukan permasalahan sebagai berikut:

 Hipertensi menjadi penyebab kematian kedua setelah stroke.


 Hipertensi menduduki peringkat ke 2 dari 10 penyakit terbanyak di Puskesmas
Seberang Padang
 Kurangnya pengetahuan dan perilaku penderita hipertensi dalam upaya mencapai
tekanan darah terkontrol

1.3 Tujuan Penelitian


1. Tujuan Umum
Untuk mengetahui gambaran pengetahuan dan perilaku penderita hipertensi
dalam upaya mencapai tekanan darah terkontrol di wilayah kerja Puskesmas
Kelurahan Seberang Padang, Kecamatan Padang Selatan, Padang, Tahun 2016.

2. Tujuan Khusus
a) Diketahuinya gambaran tingkat pengetahuan penderita hipertensi di wilayah kerja
Puskesmas Kelurahan Seberang Padang, Kecamatan Padang Selatan, Padang, Tahun
2016. dalam upaya mencapai tekanan darah terkontrol.
b) Diketahuinya gambaran tingkat perilaku penderita hipertensi di wilayah kerja
Puskesmas Kelurahan Seberang Padang, Kecamatan Padang Selatan, Padang, tahun
2016 dalam upaya mencapai tekanan darah terkontrol.

2
1.4 Manfaat Penelitian
1. Bagi Peneliti
a. Hasil penelitian ini diharapkan dapat menambah pengalaman bagi penulis dalam
meneliti secara langsung di lapangan.
b. Untuk memenuhi salah satu tugas peneliti dalam menjalani program internsip
dokter umum Indonesia.
2. Bagi Masyarakat
Hasil penelitian ini diharapkan agar masyarakat tahu dan mengerti tentang cara
mencapai tekanan darah terkontrol pada penyakit hipertensi.
3. Bagi Tenaga Kesehatan
Hasil penelitian ini diharapkan menjadi masukan bagi Puskesmas Kelurahan Seberang
Padang, Kecamatan Padang Selatan, Padang dalam rangka meningkatkan pelayanan
kesehatan khususnya penyakit hipertensi.

3
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Pengetahuan
2.1.1 Definisi Pengetahuan5
Menurut Notoatmodjo pengetahuan merupakan hasil dari tahu dan ini terjadi setelah
orang tersebut melakukan penginderaan terhadap suatu objek tertentu. Penginderaan terjadi
melalui panca indera manusia. Sebagian besar pengetahuan manusia diperoleh melalui mata
dan telinga. Pengetahuan kognitif adalah domain yang sangat penting untuk terbentuknya
tindakan seseorang (over behavior). Dari hasil pengalaman serta penelitian terbukti bahwa
perilaku yang didasari oleh pengetahuan akan lebih langgeng dari pada perilaku yang tidak
didasari oleh pengetahuan. Penelitian yang dilakukan oleh Rogers (1974) mengungkapkan
bahwa sebelum seseorang mengadaptasi perilaku yang baru didalam diri orang tersebut
terjadi proses yang beruntun yaitu:
a. Awarenes (kesadaran), dimana orang tersebut menyadari dalam arti mengetahui terlebih
dahulu terhadap stimulus (objek).
b. Interest (merasa tertarik) merasa tertarik terhadap stimulus atau objek tersebut disini
sikap subjek sudah mulai timbul.
c. Evaluation (menimbang-nimbang baik dan tidaknya stimulus tersebut bagi dirinya) hal ini
berarti sikap responden sudah lebih baik lagi.
d. Trial, dimana subjek mulai mencoba melakukan sesuatu sesuai dengan apa yang
dikehendaki oleh stimulus.
e. Adaption, dimana subjek telah berperilaku baru sesuai dengan pengetahuan, kesadaran
dan sikapnya terhadap stimulus.
Pengetahuan atau kognitif merupakan domain yang sangat penting untuk
terbentuknya tindakan seseorang, karena dari pengalaman dan penelitian yang didasari oleh
pengetahuan akan lebih langgeng dari pada perilaku yang tidak didasari oleh pengetahuan.

2.1.2 Tingkatan Pengetahuan5


Menurut Bloom (1987) dikutip oleh Notoatmodjo (2007), pengetahuan yang dicakup
didalam domain kognitif mempunyai 6 tingkatan, yaitu:
a. Tahu (Know) diartikan sebagai mengingat sesuatu materi yang telah dipelajari
sebelumnya. Termasuk kedalam pengetahuan tingkat ini adalah mengingat kembali

4
(recall), terhadap sesuatu yang spesifik dari seluruh bahan yang dipelajari atau
rangsangan yang telah diterima.
b. Memahami (Comprehension) diartikan sebagai suatu kemampuan untuk menjelaskan
secara benar tentang objek yang diketahui dan dapat menginterprestasikan materi
tersebut secara benar.
c. Aplikasi (Aplication) diartikan kemampuan untuk menggunakan materi yang telah
dipelajari pada situasi atau kondisi real (sebenarnya).
d. Analisis (Analysis) merupakan suatu kemampuan untuk menjabarkan materi atau
suatu objek kedalam komponen-komponen, tetapi masih di dalam satu struktur
organisasi tersebut dan masih ada kaitannya satu sama lain.
e. Sintesis (Syntesis) menunjukkan kepada suatu kemampuan untuk meletakkan atau
menghubungkan bagian-bagian didalam suatu bentuk keseluruhan yang baru.
f. Evaluasi (evaluation) berkaitan dengan kemajuan untuk melakukan justifikasi atau
penilaian terhadap suatu materi atau objek.

2.1.3 Faktor-faktor yang mempengaruhi pengetahuan5


Menurut Notoatmodjo (2007), pengetahuan seseorang dapat dipengaruhi oleh
beberapa faktor, yaitu :
a. Pengalaman, dimana dapat diperoleh dari pengalaman diri sendiri atau orang lain.
Misalnya, jika seseorang pernah merawat seorang anggota keluarga yang sakit hipertensi,
umumnya menjadi lebih tahu tindakan yang harus dilakukan jika terkena hipertensi.
b. Tingkat pendidikan, dimana pendidikan dapat membawa wawasan atau pengetahuan
seseorang. Secara umum, seseorang yang memiliki pengetahuan yang tingi akan
mempunyai pengalaman yang lebih luas dibandingkan dengan seseorang yang tingkat
pendidikannya lebih rendah.
c. Sumber informasi, keterpaparan seseorang terhadap informasi mempengaruhi tingkat
pengetahuaannya. Sumber informasi yang dapat mempengaruhi pengetahuan seseorang,
misalnya televise, radio, Koran, buku, majalah dan internet.

2.1.4 Pengukuran Pengetahuan5


Pengukuran pengetahuan dapat dilakukan dengan wawancara atau angket yang
menyatakan tentang isi materi yang ingin diukur. Kedalaman pengetahuan yang ingin kita
ketahui dapat disesuaikan dengan tingkat domain diatas.

5
2.2 Perilaku
2.2.1 Definisi Perilaku5
Menurut Notoatmodjo (2007) perilaku adalah semua kegiatan atau aktivitas manusia,
baik yang dapat diamati langsung maupun yang tidak dapat diamati oleh pihak luar. Menurut
Robert kwick (1974) perilaku adalah tindakan atau perbuatan suatu organisme yang dapat
diamati bahkan dapat dipelajari.
Menurut Ensiklopedia Amerika perilaku diartikan sebagai suatu aksi dan reaksi
organisme terhadap lingkungannya. Skiner (1938) seorang ahli psikologi merumuskan bahwa
perilaku merupakan respons atau reaksi seseorang terhadap stimulus (rangsangan dari luar).
Namun dalam memberikan respons sangat tergantung pada karakteristik atau
faktorfaktor lain dari orang yang bersangkutan. Faktor-faktor yang membedakan respons
terhadap stimulus yang berbeda disebut determinan perilaku. Determinan perilaku dibedakan
menjadi dua yaitu :
1) Determinan atau faktor internal, yakni karakteristik orang yang bersangkutan yang
bersifat given atau bawaan, misalnya tingkat kecerdasan, tingkat emosional, jenis kelamin,
dan sebagainya.
2) Determinan atau faktor eksternal, yakni lingkungan, baik lingkungan fisik, sosial, budaya,
ekonomi, politik, dan sebagainya. Faktor lingkungan ini merupakan faktor dominan yang
mewarnai perilaku seseorang.

2.2.2 Determinan Perilaku5


Green (1980), mencoba menganalisis perilaku manusia berangkat dari tingkat
kesehatan. Bahwa kesehatan seseorang atau masyarakat dipengaruhi oleh dua faktor pokok,
yakni faktor perilaku (behavior causes) dan faktor di luar perilaku (non behavior causes).
Perilaku itu sendiri ditentukan atau terbentuk dari tiga faktor, yakni :
1) Faktor-faktor Predisposisi (predisposing factors)
Faktor-faktor ini mencakup pengetahuan dan sikap masyarakat terhadap kesehatan, tradisi
dan kepercayaan masyarakat terhadap hal-hal yang berkaitan dengan kesehatan, sistem
nilai yang dianut masyarakat, tingkat pendidikan, tingkat sosial ekonomi, dan sebagainya.
Ikhwal ini dapat dijelaskan sebagai berikut: untuk berperilaku kesehatan, misalnya
pemeriksaan kehamilan bagi ibu hamil diperlukan pengetahuan dan kesadaran ibu
tersebut tentang manfaat periksa hamil, baik bagi kesehatan ibu sendiri dan janinnya. Di
samping itu, kadang-kadang kepercayaan, tradisi, sistem nilai masyarakat juga dapat
mendorong atau menghambat ibu untuk periksa hamil, misalnya orang hamil tidak boleh
6
disuntik (periksa hamil termasuk memperoleh suntikan anti tetanus), karena suntik bisa
menyebabkan anak cacat. Karena faktor ini terutama yang positif mempermudah
terwujudnya perilaku, maka sering disebut faktor pemudah.
2) Faktor-faktor sarana dan prasarana (enabling factors)
Faktor-faktor ini mencakup ketersediaan sarana dan prasarana atau fasilitas kesehatan
bagi masyarakat, misalnya: air bersih, tempat pembuangan sampah, tempat pembuangan
tinja, ketersediaan makanan yang bergizi, dan sebagainya.

2.3 Hipertensi
2.3.1 Definisi Hipertensi6,7
Hipertensi didefinisikan sebagai tekanan darah persisten dimana tekanan sistoliknya
diatas 140 mmHg dan tekanan diastoliknya diatas 90 mmHg). Menurut Potter dan Perry
(2006), hipertensi merupakan gangguan asimptomatik yang ditandai dengan peningkatan
tekanan darah persisten, dimana diagnosa hipertensis pada orang dewasa ditetapkan paling
sedikit dua kunjungan dimana lebih tinggi atau pada 140/90 mmHg.

2.3.2 Klasifikasi Hipertensi8


Menurut The Seventh Report of The Joint National Committee on Prevention,
Detection, Evaluation, and Treatment of High Blood Pressure (JNC 7) klasifikasi tekanan
darah pada orang dewasa terbagi menjadi kelompok normal, prahipertensi, hipertensi derajat
1 dan derajat 2 seperti yang terlihat pada tabel 1 dibawah.

Tabel 2.1. Klasifikasi Tekanan Darah menurut JNC 7


Klasifikasi Tekanan Darah Tekanan Darah Sistolik Tekanan Darah Diatolik
(mmHg) (mmHg)
Normal < 120 < 80
Prehipertensi 120 – 139 80 -89
Hipertensi Derajat 1 140 – 159 90 – 99
Hipertensi Derajat 2 ≥ 160 ≥ 100

7
2.3.3 Faktor Penyebab Hipertensi
Berhubung lebih dari 90% penderita hipertensi digolongkan atau disebabkan oleh
hipertensi primer, maka secara umum yang disebut hipertensi primer. Meskipun hipertensi
primer belum diketahui dengan pasti penyebabnya, data-data penelitian telah menemukan
beberapa faktor yang sering menyebabkan hipertensi, yaitu :
a. Faktor Keturunan
Hipertensi merupakan suatu kondisi yang bersifat menurun dalam suatu keluarga. Anak
dengan orang tua hipertensi memiliki kemungkinan dua kali lebih besar untuk menderita
hipertensi daripada anak dengan orang tua yang tekanan darahnya normal.9
b. Ras
Statistik menunjukkan prevalensi hipertensi pada orang kulit hitam hampir dua kali lebih
banyak dibandingkan dengan orang kulit putih.
c. Usia
Wanita premenopause cenderung memiliki tekanan darah yang lebih tinggi daripada pria
pada usia yang sama, meskipun perbdaan diantara jenis kelami kurang tampak setelah
usia 50 tahun. Penyebabnya, sebelum menopause, wanita cenderung terlindungi dari
penyakit jantung oleh hormone esterogen.10
d. Jenis Kelamin
Pria lebih banyak mengalami kemungkinan menderita hipertensi daripada wanita.
Hipertensi berdasarkan jenis kelamin ini dapat pula dipengaruhi faktor psikologis. Pada
pria seringkali dipicu oleh perilaku tidak sehat (merokok, kelebihan berat badan), depresi
dan rendahnya status pekerjaan. Sedangkan pada wanita lebih berhubungan dengan
pekerjaan yang mempengaruhi faktor psikis kuat.11
e. Stress psikis
Stress meningkatkan aktivitas saraf simpatis, peningkatan ini mempengaruhi
meningkatnya tekkana darah secara bertahap. Apabila stress berkepanjangan dapat
berakibat tekanan darah tetap tinggi.11
f. Obesitas
Pada orang yang obesitas terjadi peningkatan kerja pada jantung untu memompa darah
agar dapat menggerakan beban berlebih dari tubuh tersebut. Berat badan yang berlebihan
menyebabkan bertambahnya volume darah dan perluasan sistem sirkulasi. Bila bobot
ekstra dihilangkan, TD dapat turun lebih kurang 0,7/1,5 mmHg setiap kg penurunan berat
badan.

8
g. Asupan garam Na
Ion natrium mengakibatkan retemsi air, sehingga volume darah bertambah dan
menyebabkan daya tahan pembuluh meningkat. Juga memperkuat efek vasokonstriksi
noradrenalin.
h. Rokok
Nikotin dalam tembakau adalah penyebab tekanan darah meningkat. Hal ini karena
nikotin terserap oleh pembuluh darah yang kecil dalam paru-paru dan disebarkan
keseluruh aliran darah. Hanya dibutuhkan waktu 10 detik bagi nikotin untuk sampai ke
otak. Otak bereaksi terhadap nikotin dengan memberikan sinyal kepada kelenjar adrenal
untuk melepaskan efinefrin (adrenalin). Hormon yang sangat kuat ini menyempitkan
pembuluh darah, sehingga memaksa jantung untuk memompa lebih keras dibawah
tekanan yang lebih tinggi.12
i. Konsumsi Alkohol
Alkohol memiliki pengaruh terhadap tekanan darah, dan secara keseluruhan semakin
banyak alkohol yang diminum semakin tinggi tekanan darah.10
j. Olahraga
Olahraga yang bersifat kompetensi dan meningkatkan kekuatan dapat memacu emosi
sehingga dapat mempercepat peningkatan tekanan darah seperti tinju, panjat tebing dan
angkat besi. Bentuk latihan yang paling tepat untuk penderita hipertensi adalah jalan kaki,
bersepeda, senam, berenang dan aerobic.

2.3.4 Patofisiologi Hipertensi13,14


Mekanisme patogenesis hipertensi yaitu peningkatan tekanan darah yang dipengaruhi
oleh curah jantung dan tahanan perifer. Mekanisme hipertensi tidak dapat dijelaskan dengan
satu penyebab khusus, melainkan sebagai akibat interaksi dinamis antara faktor genetik,
lingkungan dan faktor lainnya. Tekanan darah dirumuskan sebagai perkalian antara curah
jantung dan atau tekanan perifer yang akan meningkatkan tekanan darah. Retensi sodium,
turunnya filtrasi ginjal, meningkatnya rangsangan saraf simpatis, meningkatnya aktifitas
renin angiotensin alosteron, perubahan membransel, hiperinsulinemia, disfungsi endotel
merupakan beberapa faktor yang terlibat dalam mekanisme hipertensi.
Mekanisme patofisiologi hipertensi salah satunya dipengaruhi oleh sistemr enin
angiotensin aldosteron, dimana hampir semua golongan obat anti hipertensi bekerja dengan
mempengaruhi sistem tersebut. Renin angiotensin aldosteron adalah sistem endogen komplek
yang berkaitan dengan pengaturan tekanan darah arteri. Aktivasi dan regulasi sistem renin
9
angiotensin aldosteron diatur terutama oleh ginjal. Sistem renin angiotensi aldosteron
mengatur keseimbangan cairan, natrium dan kalium. Sistem ini secara signifikan berpengaruh
pada aliran pembuluh darah dan aktivasi sistem saraf simpatik serta homeostatik regulasi
tekanan darah.

Gambar 1. Pengaruh Renin Angiotensin Aldosteron Terhadap Kenaikan Tekanan


Darah

2.3.5 Manifestasi Klinis Hipertensi15


Pada sebagian besar penderita, hipertensi tidak menimbulkan gejala, meskipun secara
tidak sengaja beberapa gejala terjadi bersamaan dan dipercaya berhubungan dengan tekanan
darah tinggi (padahal sesungguhnya tidak). Gejala yang dimaksud adalah sakit kepala,
perdarahan dari hidung, pusing, wajah kemerahan dan kelelahan yang bisa saja terjadi baik
pada penderita hipertensi maupun pada seseorang dengan tekanan darah yang normal.
Hipertensi diduga dapat berkembang menjadi masalah kesehatan yang lebih serius
dan bahkan dapat menyebabkan kematian. Sering kali hipertensi disebut sebagai silent killer
karena dua hal yaitu:

10
a. Hipertensi sulit disadari seseorang karena hipertensi tidak memiliki gejala khusus, gejala
ringan seperti pusing, gelisah, mimisan dan sakit kepala biasanya jarang berhubungan
langsung dengan hipertensi, hipertensi dapat diketahui dengan mengukur secara teratur.
b. Hipertensi apabila tidak ditangani dengan baik, akan mempunyai risiko besar untuk
meninggal karena komplikasi kardiovaskular seperti stroke, serangan jantung, gagal
jantung dan gagal ginjal.
Jika timbul hipertensinya berat atau menahun dan tidak terobati, bisa timbul gejala
berikut:
1. Sakit kepala
2. Kelelahan
3. Jantung berdebar-debar
4. Mual
5. Muntah
6. Sesak nafas
7. Gelisah
8. Pandangan menjadi kabur
9. Telinga berdenging
10. Sering buang air kecil terutama di malam hari.
Kadang penderita hipertensi berat mengalami penurunan kesadaran dan bahkan koma
karena terjadi pembengkakan otak. Keadaan ini disebut ensefalopati hipertensif, yang
memerlukan penanganan segera.

2.3.6 Komplikasi dari Hipertensi12,16, 17


Salah satu alasan mengapa kita perlu mengobati tekanan darah tinggi adalah untuk
mencegah kemungkinan terjadinya komplikasi yang dapat timbul jika penyakit ini tidak
disembuhkan. Beberapa komplikasi hipertensi yang umum terjadi sebagai berikut :
1. Stroke
Hipertensi adalah faktor resiko yang penting dari stroke dan serangan transient
iskemik. Pada penderita hipertensi 80% stroke yang terjadi merupakan stroke iskemik, yang
disebabkan karena trombosis intra-arterial atau embolisasidari jantung dan arteri besar.
Sisanya 20% disebabkan oleh pendarahan (haemorrhage), yang juga berhubungan dengan
nilai tekanan darah yang sangat tinggi. Studi populasi menunjukan bahwa penurunan tekanan
darah sebesar 5 mmHg menurunkan resiko terjadinya stroke.

11
2. Penyakit jantung koroner dan gagal jantung
Nilai tekanan darah menunjukan hubungan yang positif dengan resiko terjadinya
penyakit jantung koroner (angina, infark miokard atau kematian mendadak). Bukti dari suatu
studi epidemiologik yang bersifat retrospektif menyatakan bahwa penderita dengan riwayat
hipertensi memiliki resiko enam kali lebih besar untuk menderita gagal jantung daripada
penderita tanpa riwayat hipertensi.
3. Penyakit vaskular
Penyakit vaskular meliputi abdominal aortic aneurysm dan penyakit vaskular perifer.
Kedua penyakit ini menunjukan adanya atherosklerosis yang diperbesar oleh hipertensi.
Hipertensi juga meningkatkan terjadinya lesi atherosklerosis pada arteri carotid, dimana lesi
atherosklerosis yang berat seringkali merupakan penyebab terjadinya stroke.
4. Retinopati
Hipertensi dapat menimbulkan perubahan vaskular pada mata, yang disebut retinopati
hipersensitif. Perubahan tersebut meliputi bilateral retinal falmshaped haemorrhages, cotton
woll spots, hard exudates dan papiloedema. Pada tekanan yang sangat tinggi (diastolic >120
mmHg, kadang-kadang setinggi 180 mmHg atau bahkan lebih) cairan mulai bocor dari
arteriol-arteriol kedalam retina, sehingga menyebabkan padangan kabur.
5. Kerusakan ginjal
Ginjal merupakan organ penting yang sering rusak akibat hipertensi. Dalam waktu
beberapa tahun hipertensi parah dapat menyebabkan insufiensi ginjal, kebanyakan sebagai
akibat nekrosis febrinoid insufisiensi arteri-ginjal kecil. Perkembangan kerusakan ginjal
akibat hipertensi biasanya ditandai oleh proteinuria. Proteinuria dapat dikurangi dengan
menurunkan tekanan darah secara efektif.

2.3.7 Penatalaksanaan pada Penderita Hipertensi18,19,20


Penatalaksanaan pengobatan hipertensi harus secara holistik dengan tujuan
menurunkan morbiditas dan mortalitas akibat hipertensi dengan menurunkan tekanan darah
seoptimal mungkin sambil mengontrol faktor-faktor resiko kardiovaskular lainnya.
Menurut Joint National Commission (JNC) 7, rekomendasi target tekanan darah yang
harus dicapai adalah < 140/90 mmHg dan target tekanan darah untuk pasien penyakit ginjal
kronik dan diabetes adalah ≤ 130/80 mmHg. American Heart Association (AHA)
merekomendasikan target tekanan darah yang harus dicapai, yaitu 140/90 mmHg, 130/80
mmHg untuk pasien dengan penyakit ginjal kronik, penyakit arteri kronik atau ekuivalen
penyakit arteri kronik, dan ≤ 120/80 mmHg untuk pasien dengan gagal jantung.
12
Algoritme penanganan hipertensi menurut JNC 7 (2003), dijelaskan pada skema dibawah ini:

Promosi kesehatan modifikasi gaya hidup direkomendasikan untuk individu dengan


pra-hipertensi dan sebagai tambahan terhadap terapi obat pada individu hipertensi. Intervensi
ini untuk risiko penyakit jantung secara keseluruhan. Pada penderita hipertensi, bahkan jika
intervensi tersebut tidak menghasilkan penurunan tekanan darah yang cukup untuk
menghindari terapi obat, jumlah obat atau dosis yang dibutuhkan untuk mengontrol tekanan
darah dapat dikurangi. Modifikasi diet yang efektif menurunkan tekanan darah adalah
mengurangi berat badan, mengurangi asupan NaCl, meningkatkan asupan kalium,
mengurangi konsumsi alkohol, dan pola diet yang sehat secara keseluruhan.
Mencegah dan mengatasi obesitas sangat penting untuk menurunkan tekanan darah
dan risiko penyakit kardiovaskular. Berolah raga teratur selama 30 menit seperti berjalan, 6-7
perhari dalam seminggu, dapat menurunkan tekanan darah. Ada variabilitas individu dalam
hal sensitivitas tekanan darah terhadap NaCl, dan variabilitas ini mungkin memiliki dasar
genetik. Konsumsi alkohol pada orang yang mengkonsumsi tiga atau lebih minuman per hari
(minuman standar berisi ~ 14 g etanol) berhubungan dengan tekanan darah tinggi. Begitu
pula dengan DASH (Dietary Approaches to Stop Hypertension) meliputi diet kaya akan
buah-buahan, sayuran, dan makanan rendah lemak efektif dalam menurunkan tekanan darah.

13
Tabel 2.2. Modifikasi gaya hidup untuk mencegah dan mengatasi hipertensi
Modifikasi Rekomendasi Penurunan potensial TD
sistolik
Diet natrium Membatasi diet natrium tidak 2-8 mmHg
lebih dari 2400 mg/hari atau
100 meq/hari
Penurunan Berat Badan Menjaga berat badan normal; 5-20 mmHg per 10 kg
BMI = 18,5-24,9 kg/ penururnan berat badan
Olahraga aerobik Olahraga aerobik secara 4-9 mmHg
teratur, bertujuan untuk
melakukan aerobik 30 menit
Latihan sehari-hari dalam
seminggu. Disarankan pasien
berjalan-jalan 1 mil per hari di
atas tingkat aktivitas saat ini
Diet DASH Diet yang kaya akan buah- 4-14 mmHg
buahan, sayuran, dan
mengurangi jumlah lemak
jenuh dan total
Membatasi konsumsi alkohol Pria ≤2 minum per hari, 2-4 mmHg
wanita ≤1 minum per hari

Jadi, modifikasi gaya hidup merupakan upaya untuk mengurangi tekanan darah,
mencegah atau memperlambat insiden dari hipertensi, meningkatkan efikasi obat
antihipertensi, dan mengurangi risiko penyakit kardiovaskular.
Jenis-jenis obat antihipertensi untuk terapi farmakologis hipertensi yang dianjurkan
oleh JNC 7 adalah:
a. Diuretika, terutama jenis Thiazide (Thiaz) atau Aldosteron Antagonist
b. Beta Blocker (BB)
c. Calcium Chanel Blocker atau Calcium antagonist (CCB)
d. Angiotensin Converting Enzym Inhibitor (ACEI)
e. Angiotensin II Receptor Blocker atau Areceptor antagonist/blocker (ARB)

Untuk sebagian besar pasien hipertensi, terapi dimulai secara bertahap, dan target
tekanan darah tercapai secara progresif dalam beberapa minggu. Dianjurkan untuk
menggunakan obat antihipertensi dengan masa kerja panjang atau yang memberikan efikasi
24 jam dengan pemberian sekali sehari. Pilihan apakah memulai terapi dengan satu jenis obat
antihipertensi atau dengan kombinasi tergantung pada tekanan darah awal dan ada tidaknya
komplikasi. Jika terapi dimulai dengan satu jenis obat dan dalam dosis rendah, dan kemudian
tekanan darah belum mencapai target, maka langkah selanjutnya adalah meningkatkan dosis
obat tersebut, atau berpindah ke antihipertensif lain dengan dosis rendah. Efek samping

14
umumnya bisa dihindari dengan menggunakan dosis rendah, baik tunggal maupun kombinasi.
Sebagian besar pasien memerlukan kombinasi obat antihipertensi untuk mencapai target
tekanan darah, tetapi terapi kombinasi dapat meningkatkan biaya pengobatan dan
menurunkan kepatuhan pasien karena jumlah obat yang harus diminum bertambah.
Kombinasi obat yang telah terbukti efektif dan dapat ditolerensi pasien adalah :
a. CCB dan BB
b. CCB dan ACEI atau ARB
c. CCB dan diuretika
d. AB dan BB
e. Kadang diperlukan tiga atau empat kombinasi obat

Tabel 2.5. Tatalaksana Hipertensi Menurut JNC 7


Klasifikasi TDS TDD Perbaikan Pola Terapi Obat Awal
Tekanan (mmHg) (mmHg) Hidup Tanpa Indikasi Dengan Indikasi
Darah yang Memaksa yang Memaksa
Normal < 120 < 80 Dianjurkan
Prehipertensi 120 - 139 Atau 80 – Ya Tidak indikasi Obat-obatan
89 obat untuk indikasi
yang memaksa
Hipertensi 140 - 159 Atau 90 – Ya Diuretika jenis Obat-obatan
Thiazide untuk untuk indikasi
Derajat 1 99
sebagian besar yang memaksa
kasus dapat obat
dipertimbangkan antihipertensi lain
ACEI, ARB, (diuretika, ACEI,
BB, CCB, atau ARB, BB, CCB)
kombinasi sesuai kebutuhan
Hipertensi ≥ 160 Atau ≥ 100 Ya Kombinasi 2
obat untuk
Derajat 2
sebagian besar
kasus umumnya
diuretika jenis
Thiazide dan
ACEI atau ARB
atau BB atau
CCB

15
BAB III
METODE PENELITIAN

3.1 Desain Penelitian


Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif yang bertujuan untuk menggambarkan
pengetahuan dan perilaku penderita hipertensi dalam upaya mencapai tekanan darah
terkontrol di Wilayah Puskesmas Kelurahan Seberang Padang, Kecamatan Padang Selatan,
Padang Tahun 2016. Penelitian ini disajikan dalam bentuk distribusi frekuensi terhadap
variabel yang diteliti yaiu variabel pengetahuan dan variabel perilaku.

3.2 Lokasi dan Waktu Penelitian


3.2.1. Lokasi Penelitian
Lokasi penelitian ini dilakukan di Puskesmas Kelurahan Seberang Padang.

3.2.2. Waktu Penelitian


Penelitian dilakukan tanggal 16 Februari sampai 2 Mei 2016.

3.3 Populasi dan Subjek Penelitian


3.3.1 Populasi Penelitian
Berdasarkan tujuan yang ingin dicapai maka populasi dalam penelitian ini adalah
beberapa penderita hipertensi yang datang ke Puskesmas Kelurahan Seberang Padang selama
16 Februari sampai 2 Mei 2016 yang berjumlah 30 penderita.
3.3.2 Subjek Penelitian
Subjek Penelitian adalah populasi target yang masuk dalam kriteria inklusi

3.4. Kriteria Pemilihan Subjek Penelitian

3.4.1. Kriteria Inklusi

 Penderita Hipertensi yang datang ke Puskesmas Seberang Padang


 Bersedia mengisi Kuisoner
3.4.2. Kriteria Eksklusi

 Penderita Hipertensi yang tidak kooperatif

16
3.5 Teknik Pengumpulan dan Pengolahan Data
3.5.1 Tehnik Pengumpulan Data
Data diperoleh dari pengisian kuesioner yang telah disiapkan oleh peneliti dengan
menggunakan teknik wawancara.
3.5.2 Instrumen Penelitian
Instrumen penelitian berupa kuesioner yang berisi pertanyaan tertulis tentang
pengetahuan dan perilaku penderita hipertensi dalam upaya mencapai tekanan darah
terkontrol. Pengetahuan reponden dianggap baik apabila benar dalam menjawab 12-14
pertanyaan, cukup bila benar 8-11 pertanyaan dan kurang bila hanya menjawab ≤ 7
pertanyaan. Perilaku responden dianggap baik apabila melakukan ≥ 10 perilaku untuk
mencapai tekanan darah terkontrol, dan kurang baik bila melakukan ≤ 9.

3.6 Teknik Pengolahan dan Analisa Data


3.6.1 Teknik Pengolahan Data
a. Pengolahan Data (editing)
Meneliti kembali apakah lembar kuesioner sudah cukup baik sehingga dapat di proses
lebih lanjut. Editing dapat dilakukan di tempat pengumpulan data sehingga jika terjadi
kesalahan maka upaya perbaikan dapat segera dilaksanakan.
b. Pengkodean (Coding)
Usaha mengklarifikasi jawaban-jawaban yang ada menurut macamnya, menjadi
bentuk yang lebih ringkas dengan menggunakan kode.
c. Pemasukan Data (Entry)
Memasukan data ke dalam perangkat komputer sesuai dengan kriteria.
d. Pembersihan Data (Cleaning data)
Data yang telah di masukan kedalam komputer diperiksa kembali untuk mengkoreksi
kemungkinan kesalahan.

3.6.2 Tehnik Analisis Data


Pada penelitian ini digunakan analisa univariat yaitu analisa yang dilakukan terhadap
setiap variabel dari hasil penelitian dalam analisa ini hanya menghasilkan distribusi dan
persentase dari tiap variabel yang diteliti yaitu variabel pengetahuan, dan variable perilaku.

17
BAB IV
HASIL PENELITIAN

4.1. KEADAAN GEOGRAFIS

Kelurahan Seberang Padang merupakan salah satu dari empat Kelurahan Kecamatan Padang
Selatan dalam lingkungan Kotamadya Padang dengan luas wilayah 2,37 km2 yang terdiri dari
21 RW, 74 RT dengan batas-batas wilayah sebagai berikut:

Utara : Kecamatan Padang Barat dan Kecamatan Padang Timur

Timur : Wilayah kerja Puskesmas Rawang Barat

Selatan : Kecamatan Padang Timur dan Kecamatan Lubuk Begalung

Barat : Wilayah Kerja Pemanangan

4.2 . KEADAAN DEMOGRAFIS

JUMLAH PENDUDUK TAHUN 2015


Jumlah penduduk : 17.892 orang
Jenis kelamin :
o Perempuan : 8.955 orang
o Laki-laki : 8.937 orang
Jumlah KK : 5.324 KK

4.3 SUMBER DAYA KESEHATAN YANG ADA PUSKESMAS SEBERANG


PADANG TAHUN 2015
A. DATA KEPEGAWAIAN

GOLONGAN JABATAN PENDIDIKAN


NO NAMA
1 Drg. Eling Sukowati P. utama madya Gol.IV D Dr. Gigi FKG. TRISAKTI
2 Dr. Hj. Sandra Yelli Pembina tk.1/ IV B Dr. Umum FK Unand
3 Hj. Roshaini, S. Kep Penata tk.1/ IIID Pel. Perawatan S1. Keperawatan
4 Fatmawasita, AMG Penata tk.1/ IIID Pel. Gizi D3 Gizi
5 Jozsi Rocse Penata tk.1/ IIID Pel. Farmasi SMF

18
6 Nursima Hayati,S.SiT Penata tk.1/ IIID Pel. Kebidanan D IV Kebidanan
7 Hafizah Penata tk.1/ IIID Pel. Analis SAKMA
8 Nursyamsi AMD Penata tk.1/ IIID Pel. Kebidanan D3 kebidanan
9 Drg. Ira yusrita Penata tk.1/ IIID Dr. Gigi FKG. Unbrah
10 Elfita S.SiT Penata tk.1/ IIID Pel. Kebidanan D4 Kebidanan
11 Tuti ernawati S.kep Penata tk.1/ IIID Pel. Perawatan S1 Keperawatan
12 Yeni Herawati S.SiT Penata tk.1/ IIID Pel. Kebidanan D4 Kebidanan
13 Fery yasma Penata / III C Pel. Farmasi SMF
14 Delli nofa J. Amd Penata / III C Pel. Kebidanan D3 kebidanan
15 Sri mina Amd Penata / III C Pel Kebidanan D3 kebidanan
16 Drg. Vivi sari Penata / III C Dr. Gigi FKG UNBRAH
17 Elmi yenti Penata / III C Pel. Farmasi SMF
18 Nila yenita AMD Penata / III C Pel. Perawat gigi D3 Perawat gigi
19 Sirida Hia, AMD Penata / III C Pel perawatan D3 Keperawatan
20 Suratmi AMD Penata / III C Pel. Imunisasi D3 keperawatan
21 Dr. Putri sari ivanny Penata / III C Dr. Umum FK UNAND
22 Asralaili Penata / III C Pel. Perawatan SPK
23 Estinda, SKM Penata / III C TU FKM
24 Ns. Aziartuti S.Kep Penata / III C Pel.perawatan S.kep
25 Rahmawati S.SiT. M.Kes Penata / III C Pel. Gizi D IV Gizi
26 Aprinur azwira S.kep Penata muda tk I / III B Pel. Perawatan D3 Keperawatan
27 Fitra dewi, Amd kep Penata muda tk I / III B Pel. Perawatan AKPER
28 Meizarina Penata muda tk I / III B TU SMA+ pek. Kes
29 Dr. Devita Rizqi Penata muda tk I / III B Dr. Umum FK UNBRAH
30 Eka damayanti S.Farm Apt Penata muda tk I / III B Pel. Faramasi Apoteker
31 Rahma yeni. Amd Penata muda tk I / III B Pel. Perawat gigi D3 kep gigi
32 Erlinda susanti S.ST Penata muda tk I / III B Pel. Kebidanan D4 Kebidanan
33 Rusni Penata muda tk I / III A Pel. Perawatan SPK
34 Susi handriani AMK Penata muda tk I / III A Pel. Perawatan D3 Keperawtan

19
35 Rolidah Hanim AMD kep Penata muda tk I / III A Pel. Perawatan D3 keperawatan
36 Teddy wana AMD Pengatur Tk I/ II D Pel. Perk medis D3 perk medis
37 Ajijah hasni.S.Am.Ak Pengatur Tk I/ II D Pel. Analis D3 Analis
38 Rismayeni AMD Kep Pengatur Tk I/ II D Pel. Keperawatan D3 keperawatan
39 Laili fajri Y. AMD Keb Pengatur Tk I/ II D Pel. Kebidanan D3 Kebidanan
40 Zelfi afriyeni AMD kep Pengatur Tk I/ II D Pel. Keperawatan D3 Keperawatan
41 Linda AMD. AK Pengatur Tk I/ II D Pel. Analis D3 Analis
42 Jessica sonya AMKL Pengatur Tk I/ II D Pel kesling D3 kesling
43 Lili AMD kep Pengatur / II C Pel. Perawatan D3 Keperawatan
44 Susilawati Amd kep Pengatur / II C Pel. Perawatan D3 Keperawatan
45 Yeni astuti Pengatur / II C Pel. Kebidanan D1 Kebidanan
46 Supriyanti Pengatur / II C Pel. Kebidanan D1 kebidanan
47 Syafnidar Pengatur Tk I / II B TU SMA
48 Sari Santi Pengatur Tk I / II B Pel. Kebidanan D1 kebidanan
49 Norian Pengatur Muda / II A Staf TU SMA
50 Yossy Novrianti Pengatur Muda / II A Pel. Perawatan D3 kebidanan
51 Lisa Okdiana, AMD keb Bidan PTT Pel. Kebidanan D3 Kebidanan
52 Rizka Widiarni, AMD keb Bidan PTT Pel. Kebidanan D3 kebidanan
53 Rita martina, AMD keb Bidan PTT Pel. Kebidanan D3 Kebidanan
54 Jefli Mega Surya Voluntir Pel kebidanan D3. Kebidanan
55 Ayu puspita N. AMD keb Sukarela Pel. Kebidanan D3 kebidanan
56 Monika Putri AMD keb Sukarela Pel. Perawatan D3 Kebidanan
57 Desi ratna sari AMD keb Sukarela Pel. Kebidanan D3 Kebidanan
58 Widya suryani Amd Keb Sukarela Pel. Kebidanan D3 Kebidanan
59 Resti Clara Amd. Keb Sukarela Pel. Kebidanan D3 kebidanan
60 Akhriani Juwita Amd Keb Sukarela Pel. Kebidanan D3 kebidanan
61 Fesi Jamaeka Amd keb Sukarela Pel. Kebidanan D3 Kebidanan
62 Lismil Meta S. AMG Sukarela Pel. Gizi D3 Gizi
63 Dasril AmPK Sukarela Pel. Perk medis D3 Perk medis

20
64 Aditya Rahman Sukarela Sopir SMA
65 Gusti Rahmayani Sukarela Pel. Perk medis D3 perk medis

4.4 SARANA PELAYANAN KESEHATAN

Puskesmas Kelurahan Seberang Padang memiliki prasarana terdiri dari :

a. Luas tanah : 2456m2

b. Luas bangunan : 2050 m2

Dengan sarana :

No. Keterangan Jumlah


1 Genset 4000watt 1 unit
2 Ambulance 1 unit
3 Sepeda motor 3 unit
4 Cermin besar 1 unit
5 PH meter 1 unit
6 Stopwatch 1 unit
7 Timbangan Bayi 2 unit
8 Dacin Kuningan 2 unit
9 Alat Laboratorium 2 unit
10 Mesin Ketik Manual Standar 1 unit
11 Rak Besi 1 unit
12 Rak Kayu 4 unit
13 Filling Besi 2 unit
14 Lemari Kaca 8 unit
15 Lemari Kayu 19 unit
16 Peta 1 unit
17 Mesin Absensi 1 unit
18 Meja Kayu 2 unit
19 Meja TIK 1 unit
20 Meja Panjang 2 unit
21 Meja Suntik 1 unit
22 Kursi rapat 19 unit
23 Kursi Tamu 1 unit
24 Kursi Putar 1 unit
25 Bangku Tumggu 3 unit
26 Kasur 5 unit
27 Meja Biro 15 unit
28 Lemari Es 3 unit

21
29 Ac unit 2 unit
30 Kipas Angin 2 unit
31 Kompos Gas 2 unit
32 Tabung Gas 2 unit
33 Televisi 1 unit
34 Amplifler 1 unit
35 Loudspeaker 5 unit
36 Megaphone 2 unit
37 Microphone 1 unit
38 Timbangan Badan 1 unit
39 Tiang Bendera 1 unit
40 Dispenser 1 unit
41 Peralatan Rumah Tangga 2 unit
42 Lampu Sorot 4 unit
43 Komputer 9 unit
44 Laptop 5 unit
45 Printer 6 unit
46 UPS 1 unit
47 Lemari Arsip 1 unit
48 Infocus 1unit
49 Wifi 1 unit
50 Radio 1 unit
51 Sterilisator 6 unit
52 Stetoskop 14 unit
53 Tensimeter 15 unit
54 Timbangan Badan 5unit
55 Tabung Oksigen 2 unit
56 Minorset 4 unit
57 Bed Side Cabinet 6 unit
58 Bed Pasien 20 unit
59 DentalUnit 1 unit
60 THT Set 4 unit
61 Alat Lab 13 unit
62 Rotator 1 unit
63 Mikroskop 3 unit
64 Hematology Analyzter 1 unit

22
4.5 Data 10 Penyakit Terbanyak Januari-April 2016

No. Nama Penyakit Jumlah Persentase


1 Infeksi akut lain pada saluran 1130 32.9
pernafasan bagian atas
2 Hipertensi 885 25.8
3 Gastritis dan duodenitis 438 12.76
4 Penyakit Radang Sendi 416 12.11
5 Diabetus Melitus 349 10.16
6 Penyakit Gangguan saraf 323 9.41
7 Penyakit Pulpa dan infeksi mulut 279 8.13
8 Penyakit Kulit Alergi 259 7.54
9 Penyakit Rongga Mulut dan Rahang 248 7.22
10 Gangguan Refraksi 237 6.9
Jumlah 3.434 100

4.6 Karakteristik Demografi Sampel

Berdasarkan hasil terhadap 30 sampel, didapatkan hasil sebagai berikut:

Tabel 4.1 Jenis Kelamin Responden

Jenis Kelamin Jumlah Persentase


Laki-Laki 13 43.3%
Perempuan 17 56.7%
Dari penelitian di dapatkan responden yang berjenis kelamin laki-laki sebanyak 13
orang (43.3%), dan yang berjenis kelamin perempuan sebanyak 17 orang (56.7%).

Tabel 4.2 Pendidikan Terakhir Responden

Pendidikan Terakhir Jumlah Persentase


Tidak Sekolah 0
SD 3
SMP 10
SMA/Sederajat 16
Perguruan Tinggi 1

23
Pendidikan terakhir responden bervariasi dari 3 orang memiliki pendidikan terakhir
SD, 10 orang tamat SMP, 16 orang tamat SMA, dan 1 orang yang tamat Perguruan Tinggi.

Tabel 4.3 Pekerjaan Responden

Pekerjaan Jumlah Persentase


Peg. Swasta 3 10%
Peg. Negeri 1 3.3%
Wiraswasta 5 16.7%
Pensiunan 5 16.7%
Lain – lain 16 53.3%
Pekerjaan responden bervariasi dari 3 orang peg. Swasta,1 orang peg. Negeri, 5 orang
sebagai wiraswasta, 5 orang pensiunan, dan lain-lain sebanyak 16 orang.

Tabel 4.4 Riwayat Hipertensi

Riwayat Hipertensi Jumlah Persentase


Diri Sendiri 14 46.7%
Orang Tua 7 23.3%
Tidak ada 9 30%
Dari tabel di atas didapatkan responden yang memiliki riwayat hipertensi hanya di diri
sendiri sebanyak 14 orang (46.7%), responden yang memiliki riwayat hipertensi dari orang
tua sebanyak 7 orang (23.3%) dan yang tidak memiliki riwayat hipertensi 9 orang (30%).

4.7 Hasil Penelitian

4.7.1 Gambaran Tingkat Pengetahuan Penderita Hipertensi

Tabel 4.5 Pengetahuan Responden Mengenai Hipertensi

Status Pengetahuan Jumlah Persentase


Baik 6 20
Cukup 21 70
Kurang 3 10

24
Tabel diatas memperlihatkan bahwa sebagian besar responden memiliki pengetahuan
baik sejumlah 6 responden (20 %), cukup baik sejumlah 21 responden (70 %), dan sisanya
berpengetahuan kurang sejumlah 4 orang (10%).

Tabel 4.6 Distribusi Jawaban Pada Pertanyaan Mengenai Pengetahuan

Soal Benar Salah


(Nomor)*
1 30 responden 0 responden
2 30 responden 0 responden
3 29 responden 1 responden
4 29 responden 1 responden
5 28 responden 2 responden
6 3 responden 27 responden
7 21 responden 9 responden
8 28 responden 2 responden
9 26 responden 4 responden
10 11 responden 19 responden
11 28 responden 2 responden
12 30 responden 0 responden
13 29 responden 1 responden
14 30 responden 0 responden
*soal terlampir

Dari tabel diatas didapatkan hampir semua responden, yaitu sebanyak 27 orang yang
salah menjawab di nomor 6 yaitu mengenai tidak semua pendeta hipertensi timbul gejala.

4.7.2 Gambaran Perilaku Penderita Hipertensi dalam Upaya Mencapai Tekanan Darah
Terkontrol

Tabel 4.7 Perilaku Responden dalam Mencapai Tekanan Darah Terkontrol

Nilai Jumlah Persentase


Baik 24 80
Kurang Baik 6 20

25
Tabel diatas memperlihatkan bahwa sebagian besar responden memiliki perilaku baik
sejumlah 24 responden (80 %), dan sisanya kurang baik sejumlah 6 orang (20%).

Tabel 4.8 Distribusi Jawaban Pada Pertanyaan Mengenai Perilaku

Soal Melakukan Tidak Melakukan


(Nomor) *
1 29 responden 1 responden
2 28 responden 2 responden
3 24 responden 6 responden
4 30 responden 0 responden
5 27 responden 3 responden
6 26 responden 4 responden
7 21 responden 9 responden
8 18 responden 12 responden
9 20 responden 10 responden
10 25 responden 5 responden
11 28 responden 2 responden
12 28 responden 2 responden
*soal terlampir

Dari tabel di atas terlihat bahwa dari 30 responden yang diteliti sebanyak 12
responden yang merokok, dan sebanyak 10 responden tidak mengontrol emosi.

4.7.3 Gambaran Perbandingan Pengetahuan Responden dan Perilaku Responden


dalam Upaya Mencapai Tekanan Darah Terkontrol

Tabel 4.9 Perbandingan Pengetahuan Responden dan Perilaku Responden

Perilaku
Total
Pengetahuan Baik Kurang Baik
Baik 6 0 6
Cukup 13 8 21
Kurang 1 2 3
Total 20 10 30

26
Dari tabel diatas terlihat bahwa antara pengetahuan dan perilaku responden dalam
upaya mencapai tekanan darah terkontrol berbanding lurus.

4.8 Hasil Intervensi


Hasil intervensi mulai tanggal 16 Februari sampai 2 Mei 2016. didapatkan hasil 27
responden kontrol tekanan darah kembali setelah diberikan intervensi berupa penyuluhan dan
edukasi ke pasien langsung saat melakukan pengobatan. Dari 27 responden tersebut terdapat
2 orang yang sebelumnya memiliki pengetahuan kurang, dan 6 orang yang perilakunya
kurang baik.

27
BAB V
PEMBAHASAN

Berdasarkan hasil penelitian diketahui bahwa responden yang berpengetahuan baik


sejumlah 6 responden (20%), cukup sebanyak 21 orang (70%) dan sisanya berpengetahuan
kurang sejumlah 3 responden (10%). Hal ini menunjukan bahwa sebagian besar penderita
hipertensi sudah mempunyai pengetahuan cukup baik. Sebagian responden tidak mengetahui
bahwa hipertensi tidak selalu menimbulkan gejala dan hipertensi dapat terjadi diusia muda.
Kurangnya pengetahuan responden ini dapat disebabkan beberapa faktor antara lain:
rendahnya tingkat pendidikan responden yang pada umumnya hanya tamatan sekolah dasar,
kurangnya keaktifan responden dalam mengikuti penyuluhan kesehatan yang diadakan oleh
petugas kesehatan setempat dan sebagian besar responden yang sudah berusia lanjut (diatas
50 tahun) dimana kemampuan responden dalam menerima informasi kesehatan agak kurang.
Menurut Lawrence Green dalam Notoatmodjo (2007) peningkatan pengetahuan
mempunyai hubungan yang positif dengan perubahan variable perilaku. Pengetahuan dapat
diperoleh dari tingkat pendidikan seseorang realitas cara berfikir dan ruang lingkup
jangkauan berfikirnya semakin luas.
Berdasarkan hasil penelitian diketahui responden yang baik upayanya dalam
mencapai tekanan darah terkontrol berjumlah 27 responden (90 %) dan responden yang
kurang baik berjumlah 3 responden (10%). Hal ini menunjukan bahwa sebagian besar
responden sudah cukup baik upayanya dalam mencapai tekanan darah terkontrol. Hal ini bisa
disebabkan oleh beberapa faktor antara lain : ada tidaknya kemauan dari responden untuk
sembuh/mengontrol kesehatannya, kurangnya kesadaran dari responden akan pentingnya
upaya mencapai tekanan darah yang terkontrol dan sulitnya meluangkan waktu untuk
memeriksakan diri ke pelayanan kesehatan dan mengikuti penyuluhan kesehatan yang
diberikan oleh petugas kesehatan serta kurangnya dukungan keluarga dalam memotivasi
responden untuk melakukan usaha dalam mencapai tekanan darah terkontrol.
Menurut Notoatmodjo (2007) perilaku adalah semua kegiatan atau aktivitas manusia,
baik yang dapat diamati langsung maupun yang tidak dapat diamati oleh pihak luar. Menurut
Robert kwick (1974) perilaku adalah tindakan atau perbuatan suatu organisme yang dapat
diamati bahkan dapat dipelajari. Menurut Notoatmodjo (2007) tindakan merupakan aplikasi
dari sikap seseorang individu yang juga tidak terlepas dari pengetahuan individu itu sendiri.
Selain itu perilaku seseorang juga dipengaruhi oleh beberapa hal antara lain lingkungan,
sarana kesehatan dan perilaku petugas kesehatan.
28
BAB VI
KESIMPULAN DAN SARAN

6.1 Kesimpulan

Berdasarkan penjelasan di atas, dapat disimpulkan bahwa pengetahuan penderita


hipertensi tentang upaya menciptakan tekanan darah terkontrol masih cukup baik, dan
perilaku penderita hipertensi dalam upaya menciptakan tekanan darah terkontrol juga sudah
cukup baik.

6.2 Saran

 Perlu ditingkatkan sosialisasi tentang penyakit tekanan darah tinggi dan penyuluhan
mengenai upaya mencapai tekanan darah terkontrol dan tindakan apa saja yang harus
dilakukan jika tekanan darah meningkat serta menjelaskan pentingnya memeriksakan
tekanan darah secara teatur ke pelayanan kesehatan terdekat.
 Ditingkatkan kegiatan seperti posbindu atau pos lansia untuk menjaring penderita
hipertensi dan memberikan penyuluhan atau motivasi untuk kontrol rutin tekanan
darah ke puskesmas atau fasilitas kesehatan terdekat.

29
BAB VII

DAFTAR PUSTAKA

1. Hanid, Seminar the 5th scientific meeting on hypertension 2011. Available from:
http://www.to-
day.co.id/read/2011/02/26/13140/astagaprevalensi_hipertensi_di_indonesia_sangat_ti
nggi.
2. Depkes RI. 2007. Pedoman Surveilans Epidemiologi Penyakit Jantung dan Pembuluh
Darah. Depkes, Jakarta : ii + 52 hlm.
3. Riskesda. 2013. Riset Kesehatan Dasar. Depkes RI. Jakarta.
4. Salwati S. Laporan Tahunan Puskesmas Kelurahan Seberang Padang 2013.
Jakarta.2014
5. Notoatmodjo, S. 2007.Pendidikan dan Perilaku Kesehatan. Jakarta : Rineka Cipta
6. Smeltzer, C. Suzanne, Bare G. Brenda., 2002. Buku Ajar Keperawatan Medikal –
Bedah. Alih Bahasa: dr. H. Y. Kuncara. Jakarta: EGC
7. Potter & Perry. (2005). Buku Ajar Fundamental Keperawatan : konsep, proses, dan
praktik edisi 4. Jakarta : EGC
8. Gray, et al. (2005). Lecture Notes Kardiologi edisi 4. Jakarta: Erlangga Medical
Series.
9. Kumar, P., and Clark, M., 2005. Clinical Medicine 6th ed. London, UK: Elseveir
Saunders.
10. Beevers, D. G. 2002. Tekanan Darah. Jakarta : Dian Rakyat.
11. Hariwijaya, M., & Sutanto. (2007). Pencegahan Dan Pengobatan Penyakit Kronis.
Jakarta : Edsa Mahkota.
12. Gardner, D.S. Hypertension and impaired renal function accompany juvenileobesity:
the effect of prenatal diet. Kidney International. 2007
13. Soemantri, Djoko, Nugroho, J. 2006. Standar Diagnosis dan Terapi Penyakit Jantung
dan Pembuluh Darah. Edisi 4. Surabaya: Fakultas Kedokteran Universitas Airlangga.
14. Dipiro, J.T., et al. 2005. Pharmacotherapy Handbook. Sixth edition. The Mc. Graw
Hill Company. USA.
15. Macnair, Trisha. 2001. Tekanan Darah Tinggi. Jakarta : Erlangga
16. Shankie, Susan. 2001. Hypertension In Focus. Pharmaceutical Pr. USA.
17. Padmawinata, Kosasih. (2001). Pengendalian Hipertensi, Bandung: ITB
18. Cohen, L.D., Townsend, R.R., 2008. In the Clinic Hypertension. Available from:
www.annals.org/intheclinic/
19. Joint National Comitte on Prevention, Detection, Evaluation, and Treatment of High
Blood Pressure. 2003. Seventh Report of The Joint National Committe on
Prevention,Detection,Evaluation,and Treatment of High Blood Pressure JNC
Express(NIH Publication No.03-5233). Bethesda, MD:U.S.Department of Helath and
Human Services.
20. Yogiantoro Mohammad, 2006. Hipertensi Esensial. In: Sudoyo, Aru.w., ed. Ilmu Penyakit
Dalam Jakarta: Pusat Penerbitan Departemen Ilmu Penyakit Dalam FKUI,

30
Lampiran
Kuisioner Penelitian

Gambaran Pengetahuan dan Tindakan Penderita Hipertensi dalam Upaya Mencapai


Tekanan Darah Terkontrol di Puskesmas Seberang Padang, Kecamatan Padang
Selatan, Padang

Nama :
Alamat :
No. Telpon :
Tekanan Darah :
Kontrol TD Terakhir :

A. Data demografi
1. Umur : tahun
2. Jenis kelamin : Laki-laki Perempuan
3. Pendidikan : SD SMP
SMA Perguruan Tinggi
4. Pekerjaan : Peg. Swasta Wiraswasta
Peg. Negeri Pensiunan
Lainnya
5. Riwayat hipertensi : Diri Sendiri Orangtua
Tidak Ada
6. Mendapat informasi tentang hipertensi :
Keluarga
Pelayanan Kesehatan
Media massa/TV
Lain-lain
Tidak pernah

31
B. Aspek pernyataan pengetahuan hipertensi

No. Pernyataan Benar Salah


1. Hipertensi adalah suatu penyakit kenaikan tekanan X
darah diatas normal, yaitu tekanan darah mencapai ≥
140/90 mmHg.
2. Hipertensi dapat disebabkan karena keturunan. X
3. Hipertensi dapat menyebabkan stroke, payah jantung X
dan ginjal.
4. Mengkonsumsi garam berlebihan akan menyebabkan X
tekanan darah meningkat.
5. Merokok dan minum alkohol merupakan salah satu X
faktor yang dapat menyebabkan hipertensi.
6. Hipertensi hanya terjadi pada lansia (lanjut usia). X
7. Banyak mengkonsumsi buah dan sayur, serta X
membatasi makanan berlemak dianjurkan pada
penderita hipertensi.
8. Kelebihan berat badan dapat meningkatkan resiko X
hipertensi/darah tinggi
9. Semua orang yang menderita hipertensi PASTI X
menunjukkan gejala, seperti kepala sakit, sukar tidur
dan rasa berat di tengkuk.
10. Aktifitas fisik seperti olahraga secara rutin setiap hari X
dapat menurunkan tekanan darah.
11. Dukungan keluarga merupakan salah satu yang X
penting untuk memotivasi penderita hipertensi dalam
menjalankan perubahan gaya hidupnya..
12. Menjauhkan diri dari strees salah satu cara untuk X
mencegah tekanan darah tinggi.
13. Penderita tekanan darah tinggi penting memeriksakan X
tekanan darah secara teratur ke pelayanan kesehatan
yang terdekat.
14. Meminum obat anti hipertensi secara teratur dan X
mengontrol pola makan adalah usaha mencegah
kekambuhan penyakit tekanan darah tinggi.

32
C. Aspek pernyataan perilaku

Tidak
No. Pernyataan Melakukan
Melakukan
1. Saya selalu mengontrol tekanan darah setiap X
bulannya.
2. Saya membatasi mengkonsumsi makanan yang X
mengandung kolesterol tinggi seperti daging
merah, gorengan, jeroan.
3. Saya mengkonsumsi buah dan sayuran segar X
setiap hari.
4. Saya selalu minum obat anti hipertensi secara X
teratur.
5. Saya tidur dan istirahat dengan cukup. X
6. Saya berolahraga teratur minimal 3 kali X
seminggu.
7. Saya mengkonsumsi minuman keras. X
8.. Saya tidak merokok. X
9. Saya akan mengontrol emosi jika sedang X
marah/banyak pikiran.
10. Saya membatasi jumlah garam yang saya X
makan,
11. Saya bertanya kepada petugas kesehatan X
tentang penyebab, faktor reiko dan cara
pencegahan atau pengobatan tekanan darah
tinggi pada saat pemeriksaan tekanan darah.
12. Jika merasa sakit kepala dan jantung berdebar- X
debar saya akan langsung
mengkonsultasikannya ke petugas kesehatan.

33

Anda mungkin juga menyukai